2. Berdasarkan Orientasi Politiknya
• Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam
masyarakat, Gabriel Almond mengklasifikasikan budaya politik
sebagai berikut :
a. Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat
partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif
(misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
b. Budaya politik kaula / subjek (subyek political culture), yaitu
masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun
ekonominya) tetapi masih bersifat pasif.
c. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu
budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
3. Terjadi jika frekuensi orientasi warga negara terhadap keempat jenis
objek politik (sistem sebagai objek umum, objek input, objek output,
dan pribadi sebagai partisipan aktif) adalah khusus seperti di atas
mendekati nol. Artinya, orientasi politik terhadap peran-peran
anggota masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan peran sosial dan
religius. Mereka tidak memiliki harapan apapun untuk terjadinya
perubahan pada sistem politik yang ada di dalam negaranya.
Ditandai oleh adanya orang-orang yang sama sekali tidak menyadari
atau mengabaikan adanya pemerintahan dan politik. Biasanya
terdapat pada masyarakat pra-industri.
1. Budaya Politik Parokial
4. Ciri-cirinya :
a. Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai objek umum, objek-
objek input, objek-objek output, dan pribadi sebagai partisipan aktif
mendekati nol.
b. Tidak terdapat peran-peran politik yang khusus dalam masyarakat.
c. Orientasi parokial menyatakan alpanya harapan-harapan akan
perubahan yang komparatif yang diinisiasikan oleh sistem politik.
d. Kaum parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik.
e. Parokialisme murni berlangsung dalam sistem tradisional yang lebih
sederhana di mana spesialisasi politik berada pada jenjang sangat
minim.
f. Parokialisme dalam sistem politik yang diferensiatif lebih bersifat
afektif dan normatif dari pada kognitif.
5. Ciri lainnya :
- lingkupnya sempit dan kecil.
- masyarakatnya sederhana dan tradisional bahkan buta hurup. petani
dan buruh tani.
- Spesialisasi kecil belum berkembang.
- Pemimpin politik biasanya berperan ganda bidang ekonomi, agama
dan budaya.
- masyarakatnya cenderung tidak menaruh minat terhadap objek
politik yang luas.
- masyarakatnya tinggal di desa terpencil di mana kontak dengan
sistem politik kecil.
6. Terjadi jika terdapat frekuensi orientasi tang tinggi terhadap sistem
politik yang diferensiatif dan aspek output dari sistem itu. Namun,
frekuensi orientasi terhadap objek-objek input berlaku secara khusus
dan terhadap pribadi sebagai partisipan yang aktif, mendekati nol.
Artinya, warga negara menyadari akan adanya otoritas pemerintahan.
Merek mungkin menunjukkan kebanggaannya terhadap sistem atau
mungkin tidak menyukai. Mereka pun menilai keabsahannya atau
sebaliknya. Secara umum, hubungannya terhadap sistem dan output
administratif merupakan hubungan yang bersifat pasif, walaupun ada
bentuk kompetensi terbatas yang tersedia di dalam kebudayaan subjek.
2. Budaya Politik Subjek / Kaula
7. Ditandai oleh ciri-ciri orientasi warga negara yang secara
pasif patuh pada pejabat-pejabat pemerintahan dan
undang-undang, tetapi tidak melibatkan diri dalam politik
ataupun memberikan suara dalam pemilu. Biasanya
terdapat pada masyarakat dengan sistem otoriter, seperti
negara Arab Saudi.
8. Ciri-cirinya :
a. Terdapat frekuensi orientasi politik yang tinggi terhadap sistem
politik yang diferensiatif dan aspek output dari sistem itu, tetapi
frekuensi orientasi terhadap objek-objek input secara khusus, dan
terhadap pribadi sebagai partisipan yang aktif mendekati nol.
b. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah.
c. Hubungannya terhadap sistem plitik secara umum, dan terhadap
output, administratif secara esensial merupakan hubungan yang pasif.
d. Sering wujud di dalam masyarakat di mana tidak terdapat
struktur input yang terdiferensiansikan.
e. Orientasi subyek lebih bersifat afektif dan normatif daripada
kognitif.
9. Ciri lainnya :
- Orang secara pasif patuh pada pejabat pemerintahan dan
undang - undang.
- Tidak melibatkan diri pada politik atau golput.
- Masyarakat mempunyai minat, perhatian, kesadaran
terhadap sistem politik.
- Sangat memperhatikan dan tanggap terhadap keputusan
politik, atau output.
- Rendah dalam input kesadaran sebagai aktor politik belum
tumbuh.
10. Adalah suatu kultur di mana anggota-anggota masyarakat cenderung
diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem sebagai keseluruhan
terhadap struktur dan proses politik serta administratif. Mereka
cenderung diarahkan kepada peranan pribadi sebagai aktivis
masyarakat, sekalipun perasaan dan evaluasi mereka terhadap peranan
yang demikian bisa bersifat menerima atau menolak.
Ditandai oleh adanya orientasi warga negara yang melibatkan diri
dalam kegiatan politik sangat tinggi, seperti dalam pemungutan suara
dan memperoleh informasi cukup banyak tentang kehidupan politik.
Biasanya karakteristik seperti ini terdapat pada masyarakat demokrasi
industrial.
3. Budaya Politik Partisipan
11. Ciri-cirinya :
a. Frekuensi orientasi politik sistem sebagai objek umum, objek-
objek input, output, dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati
satu.
b. Bentuk kultur dimana anggota-anggota masyarakat cenderung
diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem politik secara
komprehensif dan terhadap struktur dan proses politik serta
administratif (aspekinput dan output sistem politik).
c. Anggota masyarakat partisipatif terhadap objek politik.
d. Masyarakat berperan sebagai aktivis.
12. Ciri lainnya :
- Kesadaran masyarakat bahwa dirinya dan orang lain
anggota aktif dalam kehidupan politik.
- Melibatkan diri dalam sistem politik sangat berarti
walaupun hanya sekedar memberikan suara dalam pemilu.
- Tidak menerima begitu saja terhadap keputusan,
kebijakan sistem politik.
- Dapat menilai dengan penuh kesadaran baik input
maupun output bahkan posisi dirinya sendiri.