3. A. PERGAULAN SEBAGAI
TEMPAT FENOMENA
PENDIDIKAN
E. SIFAT PENDIDIKAN
D. KEMUNGKINAN DAN
SIFAT PERUBAHAN
SITUASI PERGAULAN
BIASA MENJADI SITUASI
PENDIDIKAN
B. FENOMENA
PENDIDIKAN
BERLANGSUNG DALAM
PERGAULAN ORANG
DEWASA DENGAN ANAK
C. SIFAT-SIFAT
PERGAULAN
PENDIDIKAN
4. A. Pergaulan Sebagai Tempat Fenomena
Pendidikan atau Situasi Pendidikan
Jenis Pergaulan
Berdasarkan pelakunya, yaitu :
• 1. Pergaulan antara orang dewasa dengan
orang dewasa.
• 2. Pergaulan antara orang dewasa dengan
anak.
• 3. Pergaulan antara anak dengan anak.
5. •
•
•
•
Situasi Pergaulan
1. Situasi pergaulan biasa atau situasi pergaulan
bukan pendidikan.
Contoh : Dalam rangka liburan, keluarga pak
jaja refreshing ke kebun binatang.
2. Situasi pendidikan.
Contoh : Ustad Jefri sedang memberikan
ceramah mengenai makna ibadah di salah satu
stasiun televisi.
6. Fenomena pendidikan berada di dalam
pergaulan.
“ sekalipun belum tentu semua pergaulan
mengandung fenomena pendidikan, tetapi
fenomena pendidikan itu hakikatnya berada di
dalam pergaulan ”
7. B. Fenomena Pendidikan Berlangsung dalam
pergaulan orang dewasa dengan anak
Fenomena pendidikan berada dalam pergaulan,
namun tidak semua jenis pergaulan mengandung
situasi pendidikan. Menurut M.J. Langeveld
(1980:20) bahwa “ lingkungan tempat kita
melihat fenomena pendidikan terlaksana
terdapat dalam pergaulan orang dewasa dengan
anak”. Mengingat hal tersebut, maka pendidikan
atau kegiatan mendidik hanya akan berlangsung
dalam pergaulan antara orang dewasa dengan
anak.
8. C. Sifat-sifat Pergaulan Pendidikan
Fenomena pendidikan (situasi pendidikan)
berlangsung di dalam pergaulan antara orang
dewasa dan anak. Namun perlu dipahami, di
dalam pergaulan, tidak setiap tindakan atau
pengaruh orang dewasa yang diberikan kepada
anak adalah mendidik
Pengaruh orang dewasa kepada anak dikatakan
medididik hanya jika tindakan atau pengaruh itu
diberikan secara sengaja dan bersifat positif..
9. D. Kemungkinan dan Sifat Perubahan Situasi
Pergaulan Biasa Menjadi Situasi Pendidikan
Situasi pergaulan biasa pada saat tertentu
dapat diubah menjadi situasi pendidikan.
Sebaliknya, pada saat tertentu pula situasi
pendidikan dapat berubah menjadi pergaulan
biasa. “ pergaulan itu seakan-akan disediakan
untuk memungkinkan munculnya gejala
pendidikan.... yang setiap waktu pula bersedia
“menyimpan kembali” gejala pendidikan itu”
( M.J. Langeveld, 1980:29).
10. Sifat yang harus dipenuhi dalam mengubah
situasi pergaulan biasa menjadi pergaulan
pendidikan (M.J. Langeveld, 1980:30-31) :
• 1. Kewajaran (wajar)
• 2. Ketegasan (tegas)
11. Perlunya kewajaran dalam mengubah situasi
pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan
Pengubahan situasi pergaulan biasa menjadi situasi
pendidikan yang secara wajar perlu dilakukan sebab
pengalaman mebuktikan bahwa kesengajaan yang
terlalu nyata biasanya dianggap oleh anak didik sebagai
pelanggaran atas hak dan kebebasannya untuk
menentukan sikapnya sendiri. Keadaan seperti ini akan
mengakibatkan anak didik memberikan
perlawanan, protes atau menjauhkan diri dari
pendidiknya.
12. Perlunya ketegasan dalam mengubah situasi
pergaulan biasa menjadi situasi pendidikan.
Selain harus dilakukan secara wajar, hal ini
juga harus dilakukan secara tegas.
Alasannya, bahwa sifat pengubahan situasi
seperti ini akan memberikan kejelasan bagi
anak tentang apa yang positif atau negative.
13. Kepercayaan sebagai syarat teknik pendidikan.
Dalam rangka mengubah situasi biasa menjadi
situasi pendidikan, pendidik perlu “mengawasi”
segala sesuatu yang terjadi dalam pergaulan.
Adapun “pengawasan” ini hendaknya dilakukan
secara wajar, agar pergaulan pun berlangsung
secara wajar dengan hati terbuka dari kedua
belah pihak. Jika tidak adanya saling percaya dari
kedua belah pihak itulah maka pergaulan
tersebut tidak kondusif untuk
pendidikan, sehingga pendidikan tidak dapat
berlangsung sesuai dengan harapan
14. . Sehubungan dengan itu M.J. Langeveld
(1980 : 33) menyatakan bahwa :
“perhubungan yang berdasarkan percaya
mempercayai merupakan syarat teknik bagi
pendidikan.”
15. Lingkungan pendidikan
secara umum, dibedakan kedalam tiga jenis
yaitu :
• 1. Lingkungan pendidikan informal (keluarga)
• 2. Lingkungan pendidikan formal (sekolah)
• 3. Lingkungan pendidikan non formal
(masyarakat)
16. E. Sifat Pendidikan
1) Adanya tindakan/ pengaruh yang disengaja
dari pendidik kepada anak didik.
2) Tindakan/ pengaruh itu bersifat positif.