SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Daya Dukung Lahan Kota Tangerang
1. Latar Belakang
Sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekpunjur, perkembangan Kota
Tangerang berjalan pesat khususnya kegiatan permukiman, industri, serta perdagangan dan
jasa. Hal ini mengakibatkan tingginya kebutuhan lahan, mengingat fungsi lahan sebagai ruang
yang mewadahi penduduk dan segala aktivitasnya.
Hakekatnya lahan memiliki keterbatasan berupa ketersediaan dan kemampuan lahan. Kondisi
ini menuntut pemanfaatan lahan, perlu direncanakan secara baik. Salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan pada perencanaan pemanfaatan lahan adalah aspek fisik dasar lahan, yang
meliputi sumberdaya air, karakteristik tanah dan batuan, kemiringan lereng, serta kerentanan
bencana, yang kesemuanya merupakan pencerminan dari kemampuan lahan.
Rencana Pengembangan Kawasan Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan bertujuan menilai
kemampuan lahan di Kota Tangerang berdasarkan aspek-aspek kemampuan lahan yang
dibutuhkan bagi kegiatan permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa, sebagai arahan
dalam mengembangkan Kota
2. Metoda Analisis
Metoda Analisis
Analisa fungsi
kawasan
Kawasan
Lindung
Kawasan Budidaya
Analisis Kemampuan
Lahan
Kawasan KendalaKawasan Limitasi
Kawasan
Pengembangan
Analisis
Kesesuaian Lahan
Guna Lahan
Eksisting
RTRW Rencana
Pengembangan Lahan
Lahan
Kebijakan lain
Kondisi Kota Tangerang
Kemiringan
Lereng
Litologi
Jeni s&
Kedalaman
Efektif Tanah
Curah Hujan
Air Tanah Bencana
2.1. Analisis Fungsi Kawasan
Analisis ini dilakukan untuk menentukan fungsi utama dari wilayah perencanaan, yaitu kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Penentuan kawasan lindung didasarkan pada Keputusan
Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
Prosedur Penentuan Kawasan Lindung Berdasarkan Keppres No.32/1990
2.2. Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan pada kawasan budidaya untuk memperoleh gambaran
tingkat kemampuan lahan. Analisis ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Menilai kemampuan lahan berdasarkan aspek-aspek fisik berupa satuan kemampuan
lahan (SKL):
a. SKL morfologi; merupakan kondisi lahan yang berkaitan dengan kemudahan
pengembangan lahan.
b. SKL drainase; merupakan kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase
dan pematusan secara alamiah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan
perkotaan
c. SKL kestabilan pondasi; merupakan tingkatan kemampuan lahan dalam
mendukung bangunan dan infrastruktur di atasnya.
d. SKL ketersediaan air; merupakan kemampuan lahan dalam menunjang
ketersediaan airtanah, yang sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah
e. SKL kerentanan bencana; merupakan kemampuan lahan terhadap kemungkinan
terjadinya bencana alam.
· Cagar Alam
· Situs
· Taman Nasional
· Taman Hutan Raya
· Taman WisataAlam
· Taman Budaya
Kemiringan Lereng
0 – 50%
5 – 15%
15 – 25%
25 – 40%
> 40%
20
40
60
80
100
Kriteria Kelas Skor
s/d 1,36 mm/hr
1,36-2,07 mm/hr
2,07-2,77 mm/hr
2,77-3,48 mm/hr
> 3,48 mm/hr
10
20
30
40
50
Curah Hujan
Tidak Peka
Kurang Peka
Agak Peka
Peka
Sangat Peka
10
20
30
40
50
Kepekaan Tanah
· Geologi
· Geografi
· Daerah Banjir
· Daerah Pantai
· DataSungai
HutanLindung
Memenuhi salah satu syarat:
· Skor > 175
· Kemiringan > 40%
· Ketinggian > 2.000 m
· Skor 125-174
· Litologi porus
· Ketinggian > 1.000 m
· Vegetasi penutup > 75%
· Curah hujan > 3,48mm/hr
· Kawasan SuakaAlam
· Pelestarian Alam
· Cagar Budaya
Kawasan Resapan Air
Kawasan Bergambut
KawasanPerlindungan
Setempat
· Sempadan Pantai
· Sempadan Sungai
· Sempadan Danau
· Sempadan MataAir
Kawasan Rawan Bencana
KAWASAN LINDUNG
2. Menilai kemampuan lahan berdasarkan tersebut terhadap masing-masing fungsi
kawasan yaitu fungsi kawasan industri, permukiman, serta perdagangan dan jasa.
Hasil akhir dari analisis kemampuan lahan ini adalah berupa zonasi kemampuan lahan, yang
terdiri dari :
 Kelas kemampuan lahan 1 : kawasan pengembangan
 Kelas kemampuan lahan 2 : kawasan kendala 1
 Kelas kemampuan lahan 3 : kawasan kendala 2
 Kelas kemampuan lahan 4 : kawasan limitasi
2.3 Analisis Kesesuaian Lahan dan Rencana Pengembangan Lahan
Analisis ini digunakan untuk menilai kesesuaian peruntukan lahan dengan membandingkan
antara guna lahan rencana tata ruang untuk kegiatan industri, permukiman, serta perdagangan
m dpl, sehingga tidak termasuk ke dalam kriteria hutan lindung; dan jasa yanag dibandingkan
dengan kelas kemampuan lahan
3. Hasil Analisa Daya Dukung Lahan
3.1 Analisis Fungsi Kawasan
Analisis dilakukan untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Hasil analisis,
menunjukan Kota Tangerang:
1. Tidak terdapat kawasan suaka alam;
2. Tidak terdapat kawasan bergambut;
3. Skor hasil perhitungan overlay terhadap curah hujan, kemiringan lereng, dan kepekaan
tanah mempunyai nilai 40, yang berarti kurang dari syarat untuk menjadi kawasan
resapan air (skor 125-174) dan hutan lindung (skor > 175). Selain itu juga kondisi
morfologi di Kota Tangerang tidak terdapat lokasi yang mempunyai kemiringan > 40%
dan ketinggian > 2.000
4. Terdapat kawasan perlindungan setempat, yaitu:
a. Sempadan sungai
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas
Sungai, ditetapkan untuk sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan dengan kriteria:
 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan;
 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan
20 (dua puluh) meter, garis sempadan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 15
(lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
 Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung
dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
Sungai-sungai besar di Kota Tangerang, yaitu Sungai Cisadane, Cirarab, dan Angke,
mempunyai kedalaman antara 3-20 meter, sehingga garis sempadan yang ditetapkan
untuk sungai-sungai di Kota Tangerang adalah 15 meter dari tepi sungai.
b. Sempadan danau / situ
Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tersebut, juga ditetapkan
garis sempadan untuk danau, yang mengikuti ketetapan dari Keppres 32/1990, yaitu
untuk danau dan waduk garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima
puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Luas dan Fungsi Kawasan
No Fungsi Kawasan Luas (ha)
1 Kawasan Lindung 1.243
2 Kawasan Budidaya 15.240
3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta 1.737
Peta Fungsi Kawasan
3.2 Analisis Kemampuan Lahan
Analisis dilakukan pada kawasan budidaya hasil analisis fungsi kawasan, dengan tujuan untuk
memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan berupa:
1. Aspek Kemampuan Lahan Morfologi;
2. Aspek Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi;
3. Aspek Kemampuan Lahan Drainase;
4. Aspek Kemampuan Lahan Ketersediaan Air Tanah;
5. Aspek Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana.
3.2.1 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Berdasarkan kelas kemiringan lereng maka kondisi morfologi lahan yang datar akan
memudahkan dikembangkan untuk kawasan perkotaan dan sebaliknya, semakin tinggi
kemiringan lereng semakin sulit untuk pengembangan kawasan perkotaan.
Morfologi di Kota Tangerang cenderung seragam, yaitu datar sampai dengan landai, dengan
kemiringan lereng antara 0-15%. Mayoritas lahan termasuk dalam kemiringan 0-5%, dan hanya
beberapa lokasi yang mempunyai kemiringan 5-15%.
Oleh karena itu maka kemampuan lahan morfologi dibagi menjadi:
1. Kemampuan lahan morfologi dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan
kemiringan lereng 0-5%.
2. Kemampuan lahan morfologi dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan
kemiringan lereng 5-15%.
Klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
No Kemiringan Lereng Luas (ha) Nilai Keterangan
1 0 – 5% 15.026 5 Baik sekali
2 5 – 15% 214 4 Baik
Peta Satuan Kemampuan Lahan Morfologi
3.2.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi menggambarkan kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau
tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Untuk melihat kemampuan lahan terhadap
kestabilan pondasi, maka perlu dilihat dari sifat dan jenis tanah.
Berdasarkan jenis tanah, jenis tanah latosol yang berasal dari pelapukan bahan induk vulkanik
baik tuff maupun batuan beku dianggap paling baik dibandingkan dengan jenis tanah aluvial,
yang merupakan tanah sedimentasi dari sungai / pantai, dan tanah podsolik hidromorf mudah
lepas bagian atasnya sehingga rawan terhadap erosi.
Berdasarkan jenis batuan, satuan batuan Tuf Banten yang merupakan batuan vulkanik memiliki
sifat yang keras dan kompak, sehingga merupakan batuan yang paling stabil sebagai pondasi,
dibandingkan dengan endapan Kipas Aluvium yang merupakan endapan vulkanik, ataupun
endapan alluvium.
Oleh karena itu maka kelas kemampuan lahan kestabilan pondasi di Kota Tangerang dapat
dibagi ke dalam 3 satuan, yaitu:
1. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi
wilayah dengan jenis tanah latosol atau aluvial, dengan litologi satuan batuan Tuff Banten.
2. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah
dengan jenis tanah podsolik hidromorf dengan litologi satuan batuan Tuff Banten.
3. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah
dengan litologi satuan endapan alluvium dan satuan endapan kipas alluvium.
Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
No Jenis Tanah Litologi Luas (ha) Nilai Keterangan
1 Latosol / Aluvial Tuf Banten 6.021 5 Baik sekali
2 Podsolik Tuf Banten 847 4 Baik
3 Latosol / Aluvial / Podsolik Aluvium / Kipas Aluvium 8.372 3 Sedang
Peta Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi
3.2.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase
Kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan alamiah sangat
dibutuhkan dalam pengembangan perkotaan. Kemampuan lahan yang baik, ditunjukkan dengan
relatif mudah pembuatan drainase serta karakteristik fisik lahan yang memudahkan terjadinya
pengaliran dan pematusan/penyerapan air buangan sehingga akan mengurangi terjadinya
genangan air (banjir). Kemampuan lahan drainase sangat dipengaruhi oleh bentuk morfologi
yang dalam hal ini terutama adalah kemiringan lerengnya. Faktor lain yang berpengaruh adalah
jenis tanah dan sifat fisik batuan/ tanah, serta iklim (curah hujan).
Daerah dataran dengan kemiringan lereng 0-5% secara umum merupakan daerah yang kurang
mampu untuk drainase karena air tidak mudah untuk mengalir secara alami, sedangkan daerah
dengan kemiringan lebih dari 5% dapat dikatakan mempunyai kemampuan drainase yang baik
karena air dapat mengalir dengan lancar.
Untuk kondisi Kota Tangerang, jenis tanah podsolik hidromorf yang banyak mengandung
lempung membuat air di permukaan lapisan ini cenderung menggenang, sehingga mempunyai
kemampuan drainase yang kurang baik. Tanah aluvial mempunyai sifat yang mampu menyerap
air, begitu juga tanah latosol juga cukup mampu menyerap air walaupun tidak sebaik tanah
aluvial, sehingga kedua jenis tanah ini mempunyai kemampuan drainase yang lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kemampuan lahan drainase di Kota Tangerang dapat
dibagi ke dalam beberapa satuan yaitu:
1. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan
jenis tanah latosol atau aluvial dengan kemiringan lereng 5-15%.
2. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis
tanah podsolik hidromorf dengan kemiringan lereng 5-15%.
3. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah dengan
jenis tanah podsolik atau aluvial dengan kemiringan lereng 0-5%.
4. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi wilayah dengan
jenis tanah podsolik hidromorf dengan kemiringan lereng 0-5%.
Satuan Kemampuan Lahan Drainase
No Jenis Tanah Kemiringan Lereng Luas (ha) Nilai Keterangan
1 Latosol / Aluvial 5-15% 212 5 Baik sekali
2 Podsolik hidromorf 5-15% 1 4 Baik
3 Latosol / Aluvial 0-5% 13.732 3 Sedang
4 Podsolik hidromorf 0-5% 1.294 2 Kurang baik
Peta Satuan Kemampuan Lahan Drainase
3.2.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Airtanah
Kemampuan lahan dalam menunjang ketersediaan airtanah, sangat diperlukan dalam
pengembangan wilayah perkotaan, dan ditentukan oleh faktor berupa indikasi airtanah dan
jenis batuan.
Dilihat dari indikasi airtanah, kawasan dengan airtanah baik ataupun baik terbatas dianggap
memiliki kemampuan lahan airtanah yang paling baik. Sedangkan kawasan dengan airtanah asin
dianggap memiliki kemampuan lahan airtanah yang buruk.
Sifat fisik batuan yang menguntungkan bagi ketersediaan airtanah adalah apabila batuan
tersebut mempunyai derajat kelulusan air (porositas dan permeabilitas) yang besar. Porositas
dan permeabilitas yang besar akan memudahkan air hujan untuk ber-infiltrasi, mengurangi run-
off, sehingga memperbesar cadangan airtanah. Satuan endapan alluvium dan kipas alluvium
mempunyai sifat menyimpan air, oleh karena itu dianggap paling baik dalam menunjang
ketersediaan air tanah. Satuan batuan tuff mempunyai sifat kompak sehingga susah menyimpan
air, oleh karena itu dianggap kurang baik dalam menunjang ketersediaan air tanah.
Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka kemampuan lahan dalam menunjang
ketersediaan air tanah dapat dibagi ke dalam beberapa satuan, yaitu:
1. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan
indikasi airtanah baik dan litologi endapan alluvium atau kipas alluvium.
2. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan
indikasi airtanah baik dan litologi satuan batuan Tuff Banten.
3. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah dengan
indikasi airtanah terbatas dan litologi endapan alluvium atau kipas alluvium.
4. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi wilayah dengan
indikasi airtanah terbatas dan litologi satuan batuan Tuff Banten.
5. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria buruk diperuntukkan bagi wilayah dengan
indikasi airtanah asin.
Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Airtanah
No Indikasi Airtanah Litologi Luas (ha) Nilai Keterangan
1 Baik Alluvium / Kipas Alluvium 4.113 5 Baik sekali
2 Baik Tuff Banten 3.469 4 Baik
3 Terbatas Alluvium / Kipas Alluvium 2.638 3 Sedang
4 Terbatas Tuff Banten 3.350 2 Kurang baik
5 Asin Alluvium / Kipas Alluvium /
Tuff Banten
1.670 1 Buruk
Peta Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Airtanah
3.2.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kerentanan Bencana
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan lahan terhadap kemungkinan
terjadinya bencana alam, dan menggunakan kriteria berupa kawasan yang pernah mengalami
atau berpotensi akan terjadinya bencana alam, baik berupa banjir, tanah longsor/gerakan tanah,
letusan gunung berapi, gempa bumi ataupun tsunami.
Untuk kondisi Kota Tangerang, bencana alam yang perlu diperhitungkan hanyalah bencana
banjir.Terkait hal tersebut banjir, faktor yang perlu diperhitungkan adalah kawasan rawan
bencana banjir, yaitu wilayah yang pernah mengalami bencana banjir. Selain itu juga perlu
diperhitungkan jenis dan sifat fisik tanah, dimana jenis tanah yang kurang menyerap air dapat
memudahkan air menggenang pada wilayah tersebut dan mengakibatkan banjir.
Berdasarkan hasil studi yang pernah dilakukan di Kota Tangerang, wilayah rawan bencana
banjir dapat digolongkan ke dalam 4 kawasan, yaitu kawasan banjir dengan ketinggian > 2
meter, 0,5-2 meter, < 0,5 meter, dan kawasan tidak rawan banjir. Dalam hal ini jelas kawasan
yang tidak termasuk rawan banjir dianggap baik dan sebaliknya kawasan yang rawan banjir
dengan ketinggian mencapai 2 meter atau lebih dianggap sangat buruk.
Terkait jenis dan sifat tanah, jenis tanah podsolik hidromorf yang banyak mengandung lempung
membuat air di permukaan lapisan ini cenderung menggenang, sehingga sangat berpotensi
menimbulkan banjir. Tanah aluvial mempunyai sifat yang mampu menyerap air, begitu juga
tanah latosol juga cukup mampu menyerap air walaupun tidak sebaik tanah aluvial, sehingga
kedua jenis tanah ini dianggap lebih tidak berpotensi menimbulkan banjir.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kemampuan lahan dalam hal kerentanan bencana dapat
dibagi dalam beberapa satuan, yaitu:
1. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi
wilayah yang tidak termasuk dalam wilayah rawan banjir, dan memiliki jenis tanah aluvial
atau latosol.
2. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah
yang tidak termasuk dalam wilayah rawan banjir, dan memiliki jenis tanah podsolik
hidromorf.
3. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah
banjir dengan ketinggian banjir < 0,5 meter.
4. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi
wilayah banjir dengan ketinggian banjir 0,5-2 meter.
5. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria buruk diperuntukkan bagi wilayah
banjir dengan ketinggian banjir > 2 meter.
Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana
No Jenis Tanah Rawan Banjir Luas (ha) Nilai Keterangan
1 Latosol / Aluvial Tidak banjir 12.623 5 Baik sekali
2 Podsolik hidromorf Tidak banjir 1.036 4 Baik
3 Latosol / Aluvial / < 0,5 m 817 3 Sedang
4 Podsolik hidromorf 0,5-2 m 528 2 Kurang baik
5 > 2 m 235 1 Buruk
Peta Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana
3.3 Klasifikasi Kemampuan Lahan
Klasifikasi kemampuan lahan dimaksudkan untuk memperolah gambaran seberapa jauh
perkembangan perkotaan dapat dimungkinkan jika ditinjau dari aspek fisik lahan. Klasifikasi
kemampuan lahan ini dibagi ke dalam tiga jenis fungsi utama kawasan perkotaan di Kota
Tangerang sebagai kawasan industri, perumahan, serta perdagangan dan jasa.
Metoda klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan memberikan nilai dan bobot terhadap
peta satuan kemampuan lahan dengan sistem skoring, untuk setiap fungsi utama lahan
(kawasan industri, perumahan, serta perdagangan dan jasa), sehingga diperoleh kawasan
pengembangan, kawasan kendala, serta kawasan limitasi.
Kriteria pemberian bobot pada setiap satuan kemampuan lahan (SKL) adalah sebagai berikut:
1. SKL Morfologi
Kemampuan lahan morfologi menunjukkan tingkat kemudahan pengembangan kawasan
perkotaan suatu kawasan. Semakin datar suatu kawasan akan memudahkan kawasan
tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, sebaliknya semakin komplek
suatu kawasan (berbukit, bergunung-gunung, bergelombang) akan semakin menyulitkan
kawasan tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan.
Kemudahan pengembangan ini tentunya berlaku sama baik untuk fungsi lahan permukiman,
industri ataupun perdagangan dan jasa. Oleh karena itu maka bobot kepentingan untuk
ketiga fungsi lahan tersebut masing-masing bernilai 4.
2. SKL Kestabilan Pondasi
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan / wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya
suatu bangunan atau kawasan terbangun. Semakin besar suatu bangunan akan semakin
tinggi kepentingannya akan lahan yang menunjang kestabilan pondasi. Berdasarkan hal
tersebut maka tingkat kepentingan kawasan perdagangan dan jasa membutuhkan gedung
bertingkat lebih dari dua, dan juga kawasan industri yang membutuhkan gedung-gedung
besar, dianggap sangat tinggi dan diberikan bobot 5. Sedangkan untuk kawasan permukiman
yang pada umumnya 1 lantai sehingga tingkat kepentingannya tidak setinggi 2 fungsi
kawasan yang lain dan diberikan bobot 4.
3. SKL Drainase
Kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan secara alamiah sangat
dibutuhkan dalam pengembangan perkotaan. Kemampuan lahan yang baik, ditunjukkan
oleh mudahnya pembuatan drainase dan karakteristik fisik lahan yang memudahkan
pengaliran dan pematusan/penyerapan air buangan untuk mengurangi terjadinya genangan
air (banjir). Kemampuan lahan drainase yang rendah dapat diatasi dengan bantuan
teknologi seperti sistem pemompaan, akan tetapi hal ini membutuhkan biaya yang tidak
murah.
Tingkat kepentingan kemampuan lahan drainase untuk kawasan industri diberi bobot 4
dikarenakan industri lebih mampu melakukan rekayasa drainase guna pengembangan
kawasannya. Sedangkan untuk kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa, tingkat
kepentingannya terhadap kemampuan lahan drainase ini lebih tinggi sehingga masing-
masing diberikan bobot 5.
4. SKL Ketersediaan Airtanah
Ketersediaan air tanah pada suatu lahan merupakan hal yang penting, mengingat fungsi
airtanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan. Untuk kawasan
permukiman, ketersediaan airtanah ini tentunya menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam
menunjang seluruh aktivitasnya. Untuk kawasan industri serta perdagangan dan jasa,
ketersediaan airtanah juga cukup penting walaupun tentunya bukan hal yang utama, karena
kedua fungsi kawasan tersebut lebih mampu dalam membuat sumur dalam. Berdasarkan
tingkat kepentingannya, maka bobot kemampuan lahan untuk menunjang ketersediaan
airtanah untuk kawasan industri serta perdagangan dan jasa masing-masing mempunyai
nilai 4. Untuk kawasan permukiman yang lebih membutuhkan ketersediaan airtanah
mempunyai bobot 5.
5. SKL Kerentanan Bencana
Kawasan yang terletak pada lahan yang sering dilanda bencana alam mempunyai resiko
yang tinggi untuk terkena bencana alam yang dapat menimbulkan kerugian material dan
terkadang bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Upaya antisipasi dari kawasan yang
terletak pada lahan yang rentan terhadap bencana alam perlu dilakukan untuk mengatasi
atau mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya lahan
yang aman dari bencana alam, sehingga bobot dari kemampuan lahan ini untuk ketiga fungsi
lahan tersebut masing-masing bernilai 4.
Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan per Fungsi Kawasan
No. Satuan Kemampuan Lahan
Bobot
Industri Permukiman Perdagangan &
Jasa
1 SKL Morfologi 4 4 4
2 SKL Kestabilan Pondasi 5 4 5
3 SKL Drainase 4 5 5
4 SKL Ketersediaan Airtanah 4 5 4
5 SKL Kerentanan Bencana 4 4 4
Berdasarkan bobot dan nilai masing-masing satuan kemampuan lahan, maka dapat dihitung
total nilai akhir tiap kawasan, yaitu dengan menggunakan rumus (total nilai = nilai x bobot)
dengan metoda superimpose. Dari total nilai tersebut dibuat 4 kelas menjadi:
1. Kelas kemampuan lahan 1, merupakan kawasan pengembangan. Kawasan ini dapat dan siap
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
2. Kelas kemampuan lahan 2, merupakan kawasan kendala 1. Kawasan ini terdapat beberapa
hambatan fisik lahan terkait pengembangan fungsi kawasannya.
3. Kelas kemampuan lahan 3, merupakan kawasan kendala 2. Kawasan ini merupakan kelas
kemampuan lahan yang paling rendah untuk dikembangkan, dimana masih dimungkinkan
untuk dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasannya akan tetapi harus memenuhi syarat-
syarat tertentu terkait dengan banyaknya hambatan fisik lahan yang ada.
4. Kelas kemampuan lahan 4, merupakan kawasan limitasi. Kawasan ini merupakan kawasan
yang tidak layak dikembangkan dan seharusnya termasuk dalam kawasan lindung.
Kemampuan Lahan Kawasan Industri
Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha)
Kawasan Industri
84 – 105 1 Kawasan Pengembangan 9.497
64 – 84 2 Kawasan Kendala 1 5.228
42 – 63 3 Kawasan Kendala 2 515
21 – 41 4 Kawasan Limitasi -
Peta kemampuan lahan kawasan industri
Kemampuan Lahan Perdagangan dan jasa
Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha)
Kawasan Perdagangan dan Jasa
89 – 110 1 Kawasan Pengembangan 6.649
67 – 88 2 Kawasan Kendala 1 8.025
45 – 66 3 Kawasan Kendala 2 566
22 – 44 4 Kawasan Limitasi -
Peta kemampuan lahan kawasan Perdagangan dan Jasa
Kemampuan Lahan Permukiman
Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha)
Kawasan Permukiman
89 – 110 1 Kawasan Pengembangan 6.649
67 – 88 2 Kawasan Kendala 1 8.025
45 – 66 3 Kawasan Kendala 2 566
22 – 44 4 Kawasan Limitasi -
Peta kemampuan lahan kawasan Permukiman
4. Rencana Pengembangan Lahan
4.1 Pengembangan Lahan Industri
Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan industri dengan peta rencana kawasan
industri Kota Tangerang, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan industri seluas
1.561,58 ha merupakan kawasan yang paling ideal, dikarenakan relatif tidak terdapat
hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan kawasan industri. Kawasan ini
tersebar di Kecamatan Jatiuwung, Cibodas, Karawaci, Periuk dan sebagian Kecamatan
Tangerang.
2. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas 1.434,49 ha
merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan
kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik lahan. Kawasan tersebut
terletak di Kecamatan Batuceper, Benda, Cibodas, Jatiuwung, Neglasari, Periuk, dan sebagian
Karawaci, dengan hambatan fisik lahan berupa:
a. Kestabilan pondasi
Kawasan kendala 1 yang memiliki hambatan fisik dari aspek kestabilan pondasi, dimana
termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada
wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan
bangunan di atasnya. Wilayah yang mempunyai hambatan fisik lahan ini terutama
beberapa wilayah di dalam Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya,
Jatake, Manis Jaya, dan Gandasari), Periuk (Kelurahan Periuk dan Periuk Jaya), Batuceper
(Kelurahan Batuceper, Batusari dan Batu Jaya), Neglasari dan Benda.
b. Drainase
Mayoritas rencana kawasan industri termasuk ke dalam wilayah dengan drainase
berkemampuan sedang, akan tetapi beberapa wilayah termasuk di dalam wilayah
drainase kurang baik. Wilayah yang termasuk dalam kategori drainase kurang baik
adalah pada Kecamatan Batuceper (Kelurahan Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda
(Kelurahan Jurumudi Baru).
c. Ketersediaan airtanah
Rencana kawasan industri yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa
ketersediaan airtanah, dikarenakan ketersediaannya yang kurang, terdapat pada
Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya dan
Gandasari), Cibodas (Kelurahan Jatiuwung dan Cibodas), Periuk (Kelurahan Sangiang
Jaya), dan Batuceper (Kelurahan Kebun Besar, Porisgaga dan Porisgaga Baru). Hambatan
fisik yang lebih besar yaitu sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak layak) terdapat pada
Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan Neglasari) dan
Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda).
d. Kerentanan bencana
Rencana kawasan industri yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa
kerentanan bencana, yaitu termasuk dalam wilayah rawan banjir adalah terutama di
Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya dan
Periuk Jaya) yang mempunyai potensi banjir dengan kedalaman 0,5-2 meter.
3. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas 211,89 ha
merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan
banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan industri. Kawasan
tersebut terletak pada Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan dan Selapajang
Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan fisik lahan
berupa:
a. kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang
sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu
baik dalam menahan bangunan di atasnya;
b. drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain
kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara
alami, juga pada rencana industri di kawasan Kecamatan Benda mempunyai jenis tanah
podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung
menggenang;
c. ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan
airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan;
d. kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan
ketinggian antara < 0,5 meter.
Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
1 Batuceper Batusari - 77,72 - 77,72
Batu Jaya - 41,04 - 41,04
Batu Ceper - 17,44 - 17,44
Porisgaga Baru - 72,63 0,08 72,70
Poris Jaya - 10,46 1,71 12,17
Kebun Besar - 68,52 - 68,52
Porisgaga - 24,94 - 24,94
Sub Jumlah - 312,75 1,78 314,53
2 Benda Belendung - - - -
Pajang - - - -
Benda - 39,38 - 39,38
Jurumudi - 0,99 96,57 97,56
Jurumudi Baru - 37,03 32,75 69,78
Sub Jumlah - 77,40 129,32 206,72
3 Cibodas Jatiuwung 88,12 57,10 - 145,23
Cibodas 17,74 30,68 - 48,42
Cibodasari 0,02 - - 0,02
Panunggangan Barat 17,06 1,14 - 18,20
Uwung Jaya 43,10 14,62 - 57,71
Cibodas 17,74 30,68 - 48,42
Sub Jumlah 183,78 134,21 - 318,00
4 Ciledug Tajur - - - -
Sudimara Selatan - - - -
Parung Serab - - - -
Sudimara Barat - - - -
Paninggilan Utara - - - -
Paninggilan Selatan - - - -
Sudimara Jaya - - - -
Sudimara Timur - - - -
Sub Jumlah - - - -
5 Cipondoh Poris - - - -
Poris Plawad - - - -
Poris Plawad Utara 0,04 84,27 - 84,30
Cipondoh - - - -
Cipondoh Makmur - - - -
Kenanga - - - -
Cipondoh Indah - - - -
Gondrong - - - -
Ketapang - - - -
Petir - - - -
Sub Jumlah 0,04 84,27 - 84,30
6 Jatiuwung Manis Jaya 91,51 40,54 - 132,05
Jatake 23,96 45,26 - 69,23
Keroncong 122,10 7,98 - 130,08
Gandasari 215,60 100,30 - 315,90
Pasir Jaya 335,09 147,46 - 482,56
Alam Jaya 53,91 67,46 3,61 124,98
Sub Jumlah 842,17 409,01 3,61 1.254,79
7 Karang
Tengah
Pedurenan - - - -
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
Pondok Bahar - - - -
Pondok Pucung - - - -
Karang tengah - - - -
Parung Jaya - - - -
Karang Mulya - - - -
Karang Timur - - - -
Sub Jumlah - - - -
8 Karawaci Bugel 0,65 8,17 - 8,82
Nambo Jaya 0,26 19,73 - 19,99
Margasari 7,83 0,54 - 8,37
Cimone 2,11 - - 2,11
Karawaci Baru 0,01 - - 0,01
Pabuaran Tumpeng 28,85 2,44 - 31,28
Cimone Jaya 2,49 - - 2,49
Pabuaran 3,58 - - 3,58
Koang Jaya 6,70 12,60 - 19,30
Sumur Pancing 10,49 - - 10,49
Karawaci 34,77 - - 34,77
Gerendeng 17,96 - - 17,96
Pasar Baru 64,40 1,71 - 66,11
Sukajadi - - - -
Bojong Jaya 61,39 6,97 - 68,36
Nusa Jaya 13,79 0,09 - 13,89
Sub Jumlah 255,28 52,25 - 307,53
9 Larangan Larangan Indah - - - -
Larangan Selatan - - - -
Gaga - - - -
Larangan Utara - - - -
Cipadu Jaya - - - -
Cipadu - - - -
Kreo Utara - - - -
Kreo Selatan - - - -
Sub Jumlah - - - -
10 Neglasari Kedaung Baru - 19,72 - 19,72
Mekarsari - 3,05 - 3,05
Kedaung Wetan - 20,92 31,11 52,03
Neglasari - 25,93 - 25,93
Selapajang Jaya - 14,59 46,07 60,66
Karang Sari - - - -
Karang Anyar - 7,00 - 7,00
Sub Jumlah - 91,20 77,18 168,38
11 Periuk Gembor 72,95 17,47 0,00 90,42
Gebang Raya 1,22 - - 1,22
Periuk 3,79 79,51 - 83,30
Sangiang Jaya 26,69 65,55 - 92,24
Periuk Jaya 0,39 101,33 - 101,72
Sub Jumlah 105,04 263,86 0,00 368,91
12 Pinang Panunggangan Utara 3,42 0,02 - 3,43
Panunggangan
Selatan
70,80 - - 70,80
Cipete - - - -
Panunggangan Timur - - - -
Pakojan - - - -
Kunciran - - - -
Kunciran Jaya - - - -
Kunciran Indah - - - -
Nerogtog - - - -
Pinang - - - -
Sudimara Pinang - - - -
Sub Jumlah 74,21 0,02 - 74,23
13 Tangerang Cikokol 59,97 3,43 - 63,41
Babakan 0,72 0,16 - 0,89
Kelapa Indah 39,18 - - 39,18
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
Sukasari - - - -
Sukarasa 0,01 0,05 - 0,06
Suka Asih - - - -
Buaran Indah - - - -
Tanah Tinggi 1,16 5,88 - 7,04
Sub Jumlah 101,05 9,53 - 110,57
Jumlah 1.561,58 1.434,49 211,89 3.207,96
Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri
Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam
pengembangan lahan industri berada pada kawasan yang termasuk pada kelas kawasan
pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan industri didorong untuk menempati kawasan
pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu dimana
pengembangan industri pada kawasan ini masih layak dilakukan akan tetapi diperlukan adanya
beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2 yang memiliki banyak
hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya dilakukan secara berhati-hati
dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
Untuk dapat mengarahkan kegiatan industri pada kawasan pengembangan maka diperlukan
langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain:
1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan industri, baik berupa penyiapan prasarana jalan dan rekayasa lalu-
lintas, saluran air bersih, jaringan listrik dan air bersih, dan lain-lain.
2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan
perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan industri di kawasan ini.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk
pemanfaatan industri, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk membangun
industri pada kawasan ini.
Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi dengan beberapa
penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini
diperlukan terutama pada rencana kawasan industri di Kecamatan Batuceper (Kelurahan
Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan pada rencana kawasan industri di
Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya dan
Periuk Jaya), yang termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana
kawasan industri yang terdapat di Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya,
Jatake, Manis Jaya dan Gandasari), Cibodas (Kelurahan Jatiuwung dan Cibodas), Periuk
(Kelurahan Sangiang Jaya), Batuceper (Kelurahan Kebun Besar, Porisgaga dan Porisgaga
Baru), Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan Neglasari) dan
Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda). Selain itu dimungkinkan untuk menyiapkan
perizinan pemboran airtanah pada kawasan tersebut dengan berbagai persyaratan dan
pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang terjadi tidak berlebihan.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan industri pada wilayah Kecamatan Jatiuwung
(Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya, dan Gandasari), Periuk (Kelurahan
Periuk dan Periuk Jaya), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Batusari dan Batu Jaya), Neglasari
dan Benda.
Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan beberapa
penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak
digunakan) yang terdapat pada rencana kawasan industri yang terdapat di Kecamatan
Benda dan Neglasari.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil.
Secara umum, rencana pemanfaatan lahan industri yang terdapat di kawasan kendala 2
sebaiknya dilakukan secara selektif dan terbatas, dan merupakan prioritas terakhir didalam
pengembangan industri di Kota Tangerang.
4.2 Pengembangan Lahan Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan perdagangan dan jasa dengan peta
rencana kawasan perdagangan dan jasa Kota Tangerang, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan
perdagangan dan jasa seluas 1.393,53 ha merupakan kawasan yang paling ideal,
dikarenakan relatif tidak terdapat hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan
kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan ini tersebar di Kecamatan Larangan, Ciledug,
Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, Cibodas dan Karawaci.
2. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas
1.163,95 ha merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik
lahan. Kawasan tersebut terletak pada Kecamatan Tangerang, Karawaci, Periuk, Batuceper,
Neglasari dan Benda, dengan hambatan fisik lahan berupa:
a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang
sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu
baik dalam menahan bangunan di atasnya. Hal ini terutama untuk rencana kawasan
perdagangan dan jasa di Kecamatan Batuceper, Neglasari dan Benda (Kelurahan
Jurumudi Baru dan Benda).
b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain
kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara
alami. Selain itu untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Cipondoh
(Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Porisgaga, Porisgaga
Baru, Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru) juga
mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga
air cenderung menggenang.
c. Ketersediaan airtanah, dimana untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di
Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi, Buaran Indah, Sukasari, Suka Asih dan
Sukarasa), Karawaci (Kelurahan Sukajadi, Pabuaran, Cimone, Margasari dan Gerendeng),
Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Sangiang Jaya), Cipondoh (Kelurahan Poris
Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan Porisgaga Baru dan Kebun Besar) termasuk
dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah terbatas. Lebih buruk lagi untuk
rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang
Jaya) dan Benda termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang
buruk, yaitu asin / tidak layak digunakan.
d. Kerentanan bencana, dimana untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di
Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk dan Gebang Raya) termasuk dalam wilayah rawan
bencana banjir dengan ketinggian antara 0,5-2 meter, dan lebih buruk lagi pada
Kecamatan Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog) dan Karang Tengah (Kelurahan
Pondok Bahar) termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian > 2
meter.
3. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas
28,99 ha merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini
dikarenakan banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan
perdagangan dan jasa. Kawasan tersebut terletak pada Kecamatan Neglasari (Kelurahan
Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan
fisik lahan berupa:
Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
1 Batuceper Batusari - 8,53 - 8,53
Batu Jaya - 5,63 - 5,63
Batu Ceper - 18,47 - 18,47
Porisgaga Baru - 11,35 - 11,35
Poris Jaya - 8,78 - 8,78
Kebun Besar - 12,32 - 12,32
Porisgaga - 29,53 - 29,53
Sub Jumlah - 94,61 - 94,61
2 Benda Belendung - - - -
Pajang - - - -
Benda - 135,33 - 135,33
Jurumudi - 1,76 10,22 11,98
Jurumudi Baru - 10,26 12,67 22,93
Sub Jumlah - 147,35 22,89 170,23
3 Cibodas Jatiuwung - 5,67 - 5,67
Cibodas - 1,24 - 1,24
Cibodasari - - - -
Panunggangan Barat 58,43 18,97 - 77,40
Uwung Jaya - 7,60 - 7,60
Cibodas - 1,24 - 1,24
Sub Jumlah 58,43 34,73 - 93,16
4 Ciledug Tajur 0,63 - - 0,63
Sudimara Selatan 11,92 - - 11,92
Parung Serab 26,77 - - 26,77
Sudimara Barat 26,43 - - 26,43
Paninggilan Utara 3,48 - - 3,48
Paninggilan Selatan - - - -
Sudimara Jaya 3,78 - - 3,78
Sudimara Timur 8,84 - - 8,84
Sub Jumlah 81,86 - - 81,86
5 Cipondoh Poris 24,39 - - 24,39
Poris Plawad 12,78 1,13 - 13,92
Poris Plawad Utara - 24,39 - 24,39
Cipondoh 11,22 8,46 - 19,68
Cipondoh Makmur 1,87 6,21 - 8,08
Kenanga 19,76 1,95 - 21,70
Cipondoh Indah 6,95 15,51 - 22,46
Gondrong 18,72 3,95 - 22,67
Ketapang 20,70 2,49 - 23,20
Petir 12,12 1,12 - 13,24
Sub Jumlah 128,51 65,21 - 193,72
6 Jatiuwung Manis Jaya - - - -
Jatake - 2,49 - 2,49
Keroncong - 2,61 - 2,61
Gandasari - - - -
Pasir Jaya - - - -
Alam Jaya - - - -
Sub Jumlah - 5,10 - 5,10
7 Karang
Tengah
Pedurenan 9,08 4,59 - 13,66
Pondok Bahar 43,96 11,45 - 55,42
Pondok Pucung 6,33 0,23 - 6,56
Karang tengah 47,59 16,63 - 64,22
Parung Jaya 65,59 2,71 - 68,29
Karang Mulya 43,73 7,54 - 51,27
Karang Timur 13,02 0,17 - 13,19
Sub Jumlah 229,30 43,32 - 272,62
8 Karawaci Bugel - 11,12 - 11,12
Nambo Jaya - 7,16 - 7,16
Margasari - 15,57 - 15,57
Cimone 2,90 17,84 - 20,74
Karawaci Baru - - - -
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
Pabuaran Tumpeng - 10,26 - 10,26
Cimone Jaya 44,69 24,96 - 69,66
Pabuaran 4,22 23,67 - 27,89
Koang Jaya - 0,10 - 0,10
Sumur Pancing - - - -
Karawaci 27,38 - - 27,38
Gerendeng - 19,33 - 19,33
Pasar Baru - 5,55 - 5,55
Sukajadi 12,25 37,47 - 49,72
Bojong Jaya 9,22 - - 9,22
Nusa Jaya 7,24 - - 7,24
Sub Jumlah 107,90 173,02 - 280,93
9 Larangan Larangan Indah 19,44 0,03 - 19,47
Larangan Selatan - - - -
Gaga - - - -
Larangan Utara 7,95 - - 7,95
Cipadu Jaya 6,45 6,11 - 12,56
Cipadu 10,07 3,13 - 13,20
Kreo Utara 8,90 - - 8,90
Kreo Selatan 15,98 0,13 - 16,11
Sub Jumlah 68,80 9,39 - 78,20
10 Neglasari Kedaung Baru - - - -
Mekarsari - 4,88 - 4,88
Kedaung Wetan - - - -
Neglasari - 18,82 - 18,82
Selapajang Jaya - 29,71 6,11 35,82
Karang Sari - 39,98 - 39,98
Karang Anyar - 22,07 - 22,07
Sub Jumlah - 115,46 6,11 121,56
11 Periuk Gembor - - - -
Gebang Raya 0,22 38,01 - 38,23
Periuk 0,01 22,10 - 22,12
Sangiang Jaya - 35,85 - 35,85
Periuk Jaya - 8,76 - 8,76
Sub Jumlah 0,23 104,73 - 104,96
12 Pinang Panunggangan Utara 51,18 0,20 - 51,38
Panunggangan
Selatan
70,52 - - 70,52
Cipete 0,16 - - 0,16
Panunggangan Timur 129,58 - - 129,58
Pakojan 0,80 - - 0,80
Kunciran 77,41 - - 77,41
Kunciran Jaya 0,64 - - 0,64
Kunciran Indah 8,53 - - 8,53
Nerogtog 53,98 13,86 - 67,84
Pinang 40,03 14,97 - 55,00
Sudimara Pinang 9,37 1,33 - 10,70
Sub Jumlah 442,20 30,36 - 472,57
13 Tangerang Cikokol 34,99 4,31 - 39,31
Babakan 113,68 15,54 - 129,22
Kelapa Indah 3,97 - - 3,97
Sukasari 67,41 56,74 - 124,15
Sukarasa - 36,96 - 36,96
Suka Asih - 18,65 - 18,65
Buaran Indah 56,00 69,51 - 125,51
Tanah Tinggi 0,25 138,97 - 139,22
Sub Jumlah 276,30 340,67 - 616,96
Jumlah 1.393,53 1.163,95 28,99 2.586,47
a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang
sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu
baik dalam menahan bangunan di atasnya;
b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain
kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara
alami, juga pada rencana perdagangan dan jasa di kawasan Kecamatan Benda
mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga
air cenderung menggenang;
c. Ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan
airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan;
d. Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan
ketinggian sampai dengan 0,5 meter.
Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa
Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam
pengembangan lahan perdagangan dan jasa berada pada kawasan yang termasuk pada kelas
kawasan pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan perdagangan dan jasa didorong untuk
menempati kawasan pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu
dimana pengembangan perdagangan dan jasa pada kawasan ini masih layak dilakukan akan
tetapi diperlukan adanya beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2
yang memiliki banyak hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya
dilakukan secara berhati-hati dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
Untuk dapat mengarahkan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan pengembangan maka
diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain:
1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan perdagangan dan jasa, baik berupa ketersediaan sarana transportasi,
saluran air bersih, jaringan listrik dan air bersih, dan lain-lain.
2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan
perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa di
kawasan ini.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk
pemanfaatan perdagangan dan jasa, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk
membangun perdagangan dan jasa pada kawasan ini.
Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi
dengan beberapa penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini
diperlukan terutama pada rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Cipondoh
(Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Porisgaga, Porisgaga
Baru, Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan pada rencana kawasan perdagangan dan
jasa di Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk dan Gebang Raya), Kecamatan Pinang
(Kelurahan Pinang dan Nerogtog) dan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Bahar) yang
termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana
kawasan perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah
Tinggi, Buaran Indah, Sukasari, Suka Asih dan Sukarasa), Karawaci (Kelurahan Sukajadi,
Pabuaran, Cimone, Margasari dan Gerendeng), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan
Sangiang Jaya), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Porisgaga
Baru dan Kebun Besar), Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda. Selain
itu dimungkinkan untuk menyiapkan perizinan pemboran airtanah pada kawasan tersebut
dengan berbagai persyaratan dan pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang
terjadi tidak berlebihan. Khusus untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan
Benda dan Neglasari, sistem perpipaan dari PDAM mutlak dibutuhkan karena wilayah ini
termasuk dalam indikasi airtanah yang buruk, yaitu asin / tidak layak digunakan.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa pada wilayah
Kecamatan Batuceper, Neglasari dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda).
Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan beberapa
penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak digunakan) yang
terdapat pada rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk pada kawasan kendala
2.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil.
Secara umum, rencana pemanfaatan lahan perdagangan dan jasa yang terdapat di kawasan
kendala 2 sebaiknya dilakukan secara selektif dan terbatas. Akan tetapi karena sifat dari fungi
lahan perdagangan dan jasa yang merupakan kawasan pendukung permukiman serta menjadi
pusat / sub pusat kegiatan perkotaan, maka keberadaannya tidak bisa diminimalisir. Oleh
karena itu maka tindakan-tindakan penataan sebagaimana disebutkan di atas menjadi mutlak
perlu dilakukan agar mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat pembangunan
kawasan tersebut.
4.3 Pengembangan Lahan Permukiman
Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan permukiman dan kesesuaian lahan permukiman
pada bagian sebelumnya, maka dapat dilihat kesesuaian lahan permukiman menurut RTRW
Kota Tangerang 2010-2030 dengan kemampuan lahan permukiman. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan superimpose antara peta kemampuan lahan permukiman dengan peta
rencana kawasan permukiman / perumahan menurut RTRW.
Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan permukiman dengan peta rencana
kawasan permukiman Kota Tangerang, maka dapat dikelompokkan menjadi:
1. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan
permukiman seluas 4.495,22 ha merupakan kawasan yang paling ideal, dikarenakan relatif
tidak terdapat hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan kawasan
permukiman. Kawasan ini tersebar di Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang Tengah,
Cipondoh, Pinang, Tangerang, dan Karawaci.
2. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas 3.155,17
ha merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah dibandingkan
dengan kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik lahan. Kawasan
tersebut terletak di Kecamatan Karawaci, Periuk, Cipondoh, Batuceper, Neglasari dan Benda,
dengan hambatan fisik lahan berupa:
a. Kestabilan pondasi
Kawasan kendala 1 yang memiliki hambatan fisik dari aspek kestabilan pondasi
terutama beberapa wilayah di dalam Kecamatan Batuceper, Neglasari, Benda, Cibodas
(Kelurahan Cibodas), Periuk (Kelurahan Periuk Jaya) dan Karawaci (Kelurahan Koang
Jaya).
b. Drainase
Karena mayoritas wilayah di Kota Tangerang memiliki kemampuan drainase yang buruk,
sehingga sebagian besar kawasan permukiman yang termasuk di dalam kawasan
kendala 1 memiliki hambatan fisik dari aspek drainase. Beberapa wilayah mempunyai
hambatan fisik dari aspek drainase lebih besar karena mempunyai jenis tanah podsolik
hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang,
wilayah tersebut adalah pada Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi),
Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad dan Poris Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan
Batuceper, Kebun Besar dan Porisgaga).
c. Ketersediaan airtanah
Rencana kawasan permukiman yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik
berupa ketersediaan airtanah, yaitu ketersediaan airtanahnya yang kurang, terdapat
pada Kecamatan Karawaci (Kelurahan Nambo Jaya, Pabuaran, Pabuaran Tumpeng,
Sumur Pancing, Gerendeng, Margasari dan Cimone), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang
Raya dan Gembor), Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi) dan Batuceper (Kelurahan
Kebun Besar dan Porisgaga). Selain itu juga terdapat wilayah dengan hambatan fisik
ketersediaan tanah yang lebih besar, yaitu dikarenakan sifat fisik airtanahnya yang asin
(tidak layak), yang terdapat pada wilayah di Kecamatan Benda (Kelurahan Belendung
dan Jurumudi Baru) dan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan).
d. Kerentanan bencana
Rencana kawasan permukiman yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik
berupa kerentanan bencana, yaitu pada umumnya termasuk dalam wilayah rawan
banjir, dan yang terutama di Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Pucung,
Pondok Bahar dan Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog), Cipondoh
(Kelurahan Gondrong) dan Periuk (Kelurahan Gembor) dimana tingkat kedalaman banjir
bisa mencapai > 2 meter.
3. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas 118,90
ha merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan
banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan permukiman. Kawasan
tersebut terletak di Kecamatan Periuk (Kelurahan Gembor), Neglasari (Kelurahan Kedaung
Wetan) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan fisik lahan
berupa:
a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang
sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu
baik dalam menahan bangunan di atasnya;
b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain
kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara
alami, juga pada rencana permukiman di kawasan Kecamatan Benda (Kelurahan
Jurumudi Baru) mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu
menyerap air sehingga air cenderung menggenang;
c. Ketersediaan airtanah, dimana untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan
Benda dan Neglasari termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah
yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan;
d. Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan
ketinggian < 0,5 meter, dan untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan Periuk
dengan ketinggian mencapai > 2 meter.
Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Permukiman
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
1 Batuceper Batusari - 43,84 - 43,84
Batu Jaya - 82,38 - 82,38
Batu Ceper - 88,63 - 88,63
Porisgaga Baru - 26,96 - 26,96
Poris Jaya - 42,99 - 42,99
Kebun Besar - 25,18 - 25,18
Porisgaga - 72,89 - 72,89
Sub Jumlah - 382,87 - 382,87
2 Benda Belendung - 121,81 8,99 130,80
Pajang - - 1,29 1,29
Benda - - - -
Jurumudi - 3,22 25,35 28,57
Jurumudi Baru - 42,37 59,29 101,66
Sub Jumlah - 167,40 94,92 262,31
3 Cibodas Jatiuwung - - - -
Cibodas 3,40 149,90 - 153,29
Cibodasari 10,21 72,02 - 82,23
Panunggangan Barat 84,07 28,49 - 112,55
Uwung Jaya - 93,04 - 93,04
Cibodas 3,40 149,90 - 153,29
Sub Jumlah 101,07 493,34 - 594,41
4 Ciledug Tajur 78,09 32,71 - 110,81
Sudimara Selatan 54,95 0,11 - 55,06
Parung Serab 82,12 - - 82,12
Sudimara Barat 72,20 - - 72,20
Paninggilan Utara 85,90 2,54 - 88,44
Paninggilan Selatan 106,48 11,81 - 118,28
Sudimara Jaya 74,11 - - 74,11
Sudimara Timur 77,52 - - 77,52
Sub Jumlah 631,37 47,16 - 678,54
5 Cipondoh Poris 207,45 - - 207,45
Poris Plawad 1,17 130,36 - 131,53
Poris Plawad Utara - 51,82 - 51,82
Cipondoh 51,60 69,11 - 120,71
Cipondoh Makmur 55,69 68,24 - 123,93
Kenanga 89,15 16,00 - 105,15
Cipondoh Indah 85,05 0,41 - 85,46
Gondrong 91,42 56,48 - 147,90
Ketapang 109,67 23,78 - 133,46
Petir 112,75 82,60 - 195,35
Sub Jumlah 803,95 498,80 - 1.302,75
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
6 Jatiuwung Manis Jaya - 8,58 - 8,58
Jatake - 24,57 - 24,57
Keroncong - 25,16 - 25,16
Gandasari - 3,81 - 3,81
Pasir Jaya - - - -
Alam Jaya - 3,81 3,60 7,41
Sub Jumlah - 65,93 3,60 69,53
7 Karang
Tengah
Pedurenan 41,05 20,99 - 62,04
Pondok Bahar 35,13 21,53 - 56,66
Pondok Pucung 56,64 20,82 - 77,45
Karang tengah 91,81 15,65 - 107,46
Parung Jaya 20,88 4,18 - 25,06
Karang Mulya 141,15 23,40 - 164,55
Karang Timur 78,47 20,68 - 99,15
Sub Jumlah 465,13 127,25 - 592,38
8 Karawaci Bugel - 86,27 - 86,27
Nambo Jaya - 26,47 - 26,47
Margasari - 59,66 - 59,66
Cimone 9,90 44,36 - 54,26
Karawaci Baru 47,42 1,21 - 48,64
Pabuaran Tumpeng - 38,66 - 38,66
Cimone Jaya - 3,42 - 3,42
Pabuaran - 39,88 - 39,88
Koang Jaya - 56,78 - 56,78
Sumur Pancing - 22,39 - 22,39
Karawaci 19,17 - - 19,17
Gerendeng - 31,87 - 31,87
Pasar Baru - 14,90 - 14,90
Sukajadi 7,97 5,41 - 13,38
Bojong Jaya 11,80 - - 11,80
Nusa Jaya 49,02 3,09 - 52,11
Sub Jumlah 145,28 434,37 - 579,65
9 Larangan Larangan Indah 138,90 11,42 - 150,32
Larangan Selatan 79,93 - - 79,93
Gaga 97,19 - - 97,19
Larangan Utara 66,21 3,25 - 69,46
Cipadu Jaya 90,18 2,42 - 92,60
Cipadu 60,59 9,55 - 70,14
Kreo Utara 93,48 - - 93,48
Kreo Selatan 71,98 - - 71,98
Sub Jumlah 698,45 26,64 - 725,09
10 Neglasari Kedaung Baru - - - -
Mekarsari - 56,80 - 56,80
Kedaung Wetan - 19,89 8,65 28,54
Neglasari - 58,20 - 58,20
Selapajang Jaya - - - -
Karang Sari - 121,78 - 121,78
Karang Anyar - 99,97 - 99,97
Sub Jumlah - 356,63 8,65 365,28
11 Periuk Gembor - 78,21 11,73 89,94
Gebang Raya 4,00 170,82 - 174,82
Periuk 1,95 103,98 - 105,93
Sangiang Jaya - 1,92 - 1,92
Periuk Jaya - 24,93 - 24,93
Sub Jumlah 5,95 379,85 11,73 397,54
12 Pinang Panunggangan Utara 111,92 - - 111,92
Panunggangan
Selatan
14,39 - - 14,39
Cipete 144,54 - - 144,54
Panunggangan Timur 75,66 - - 75,66
Pakojan 217,47 - - 217,47
Kunciran 150,03 - - 150,03
Kunciran Jaya 79,39 - - 79,39
No Kecamatan Kelurahan
Luas (ha)
Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah
Kunciran Indah 185,55 - - 185,55
Nerogtog 96,85 24,54 - 121,39
Pinang 87,98 27,64 - 115,62
Sudimara Pinang 91,20 8,88 - 100,08
Sub Jumlah 1.254,98 61,06 - 1.316,04
13 Tangerang Cikokol 164,90 - - 164,90
Babakan 23,83 - - 23,83
Kelapa Indah 174,12 - - 174,12
Sukasari - - - -
Sukarasa - - - -
Suka Asih - - - -
Buaran Indah 26,19 17,11 - 43,30
Tanah Tinggi - 96,77 - 96,77
Sub Jumlah 389,03 113,88 - 502,91
Jumlah 4.495,22 3.155,17 118,90 7.769,29
Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Permukiman
Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam
pengembangan lahan permukiman berada pada kawasan yang termasuk pada kelas kawasan
pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan permukiman didorong untuk menempati
kawasan pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu dimana
pengembangan permukiman pada kawasan ini masih layak dilakukan akan tetapi diperlukan
adanya beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2 yang memiliki
banyak hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya dilakukan secara
berhati-hati dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
Untuk dapat mengarahkan kegiatan permukiman pada kawasan pengembangan maka
diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain:
1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan permukiman, baik berupa penyediaan sarana transportasi, saluran air
bersih, jaringan listrik dan air bersih, fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pasar, dan
lain-lain.
2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan
perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan permukiman di kawasan ini.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk
pemanfaatan permukiman, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk
membangun permukiman pada kawasan ini.
Pengembangan kegiatan permukiman pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi dengan
beberapa penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini
diperlukan terutama pada rencana kawasan permukiman di Kecamatan Tangerang
(Kelurahan Tanah Tinggi), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad dan Poris Plawad Utara) dan
Batuceper (Kelurahan Batuceper, Kebun Besar dan Porisgaga).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan terutama pada rencana kawasan
permukiman di Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Pucung, Pondok Bahar dan
Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog), Cipondoh (Kelurahan Gondrong) dan
Periuk (Kelurahan Gembor), yang termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan
kedalaman > 2 meter.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana
kawasan permukiman yang terdapat di Kecamatan Karawaci (Kelurahan Nambo Jaya,
Pabuaran, Pabuaran Tumpeng, Sumur Pancing, Gerendeng, Margasari dan Cimone), Periuk
(Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Gembor), Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi) dan
Batuceper (Kelurahan Kebun Besar dan Porisgaga). Selain itu dimungkinkan untuk
menyiapkan perizinan pemboran airtanah komunal pada kawasan tersebut dengan berbagai
persyaratan dan pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang terjadi tidak
berlebihan. Khusus untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan Benda (Kelurahan
Belendung dan Jurumudi Baru) dan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan), pengadaan
saluran perpipaan PDAM mutlak diperlukan karena airtanah yang ada diindikasikan asin /
tidak layak digunakan.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan permukiman pada wilayah Kecamatan
Batuceper, Neglasari, Benda, Cibodas (Kelurahan Cibodas), Periuk (Kelurahan Periuk Jaya)
dan Karawaci (Kelurahan Koang Jaya).
Pengembangan kegiatan permukiman pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan
beberapa penataan sebagai berikut:
1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran
penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir).
2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan
mengurangi terjadinya banjir.
3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan
PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak
digunakan) yang terdapat pada rencana kawasan permukiman di Kecamatan Benda dan
Neglasari.
4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan
memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di
atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini
memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang
stabil.
4.4 Kebijakan Penunjang Pengembangan Lahan
Kebijakan penunjang pengembangan lahan dimaksudkan untuk merangsang perkembangan ke
arah kawasan dengan kemampuan lahan yang tinggi serta sejalan dengan RTRW, sekaligus
membatasi perkembangannya pada kemampuan lahan yang rendah atau tidak sejalan dengan
RTRW.
Berdasarkan kesesuaian lahan rencana pengembangan lahan di atas, dimana untuk masing-
masing rencana fungsi kawasan (industri, perdagangan dan jasa, serta permukiman) hanya
berkisar 50% dari keseluruhan luas lahan rencananya yang termasuk pada kawasan
pengembangan, sedangkan sisanya berada pada klasifikasi kawasan kendala 1 dan kendala 2,
maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan pada kawasan
pengembangan sebagai prioritas utama, yang kemudian secara berangsur diarahkan ke kawasan
kendala 1 sebagai prioritas kedua, dan kendala 2 sebagai prioritas terakhir. Untuk mencapai hal
tersebut maka diperlukan dukungan berupa berbagai kebijakan pemerintah daerah melalui
perangkat insentif dan disinsentif untuk melakukan prioritas pengembangan ke kawasan
dengan kemampuan lahan terbaik.
Kebijakan insentif baik secara fisik maupun ekonomi dapat diberikan kepada investor atau
masyarakat yang berencana membangun, dengan syarat sebagai berikut:
1. Syarat untuk pengembangan kawasan industri:
a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai
kawasan industri sesuai dengan RTRW.
b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan).
2. Syarat untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa:
a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai
kawasan perdagangan dan jasa sesuai dengan RTRW.
b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan).
c. Terkait dengan prioritas pengembangan kawasan permukiman. Hal ini dimaksudkan
untuk memberikan hubungan timbal balik antar prioritas kawasan permukiman dengan
perdagangan dan jasa.
3. Syarat untuk pengembangan kawasan permukiman:
a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai
kawasan permukiman sesuai dengan RTRW.
b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan).
c. Terkait dengan permukiman yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan
pemanfaatan lahan sekaligus menghindari terciptanya permukiman yang sporadis, yang
dapat berakibat pada pola pertumbuhan kota yang tidak terarah serta tingginya beban
manajemen perkotaan dalam pengendalian dan pembiayaannya.
Perangkat disinsentif dapat dikenakan kepada pemohon yang berencana membangun di
kawasan dengan kemampuan lahan yang buruk (kendala 1, kendala 2, dan limitasi) dan tidak
memiliki syarat-syarat seperti tersebut di atas. Untuk mendukung kebijakan ini maka
diperlukan upaya sosialisasi baik kepada masyarakat maupun investor agar maksud dan tujuan
dari sistem insentif dan disinsentif ini dapat dipahami dengan jelas dan didukung oleh
masyarakat.
Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa, serta Permukiman Berdasarkan RTRW Kota Tangerang 2010-2030
Rencana Pemanfaatan
Lahan
Tingkat Kemampuan
Lahan
Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan
Pemanfaatan
Luas
(ha)
Kawasan
Luas
(ha)
Industri 3.207,96 Pengembangan 1.561,58 - Kecamatan Jatiuwung, Cibodas,
Karawaci, Periuk dan sebagian
Kecamatan Tangerang
-
Kendala 1 1.434,49 Kestabilan pondasi yang sedang, yaitu
terletak pada wilayah dengan litologi
endapan alluvium, yang tidak terlalu
baik dalam menahan bangunan di
atasnya
Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir
Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya, dan
Gandasari), Periuk (Kelurahan Periuk
dan Periuk Jaya), Batuceper (Kelurahan
Batuceper, Batusari dan Batu Jaya),
Neglasari dan Benda
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Drainase kurang baik Kecamatan Batuceper (Kelurahan
Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda
(Kelurahan Jurumudi Baru)
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Ketersediaan airtanah, yaitu sifat fisik
airtanahnya yang asin (tidak layak)
Kecamatan Neglasari (Kelurahan
Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan
Neglasari) dan Benda (Kelurahan
Jurumudi Baru dan Benda)
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Kerentanan bencana, yaitu berpotensi
banjir dengan kedalaman 0,5-2 meter
Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir
Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang
Jaya dan Periuk Jaya)
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir
Kendala 2 211,89 Kestabilan pondasi, termasuk dalam
kemampuan lahan kestabilan pondasi
yang sedang
Kecamatan Neglasari (Kelurahan
Kedaung Wetan dan Selapajang Jaya)
dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan
Jurumudi Baru)
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Drainase, dimana termasuk dalam
kemampuan drainase yang kurang baik
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Ketersediaan airtanah, dimana
termasuk dalam wilayah dengan
indikasi ketersediaan airtanah yang
buruk
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Rencana Pemanfaatan
Lahan
Tingkat Kemampuan
Lahan
Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan
Pemanfaatan
Luas
(ha)
Kawasan
Luas
(ha)
Kerentanan bencana, dimana termasuk
dalam wilayah rawan bencana banjir
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir
Perdagangan
dan Jasa
2.586,47 Pengembangan 1.393,53 - Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang
Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang,
Cibodas dan Karawaci
-
Kendala 1 1.163,95 Kestabilan pondasi, dimana termasuk
dalam kemampuan lahan kestabilan
pondasi yang sedang
Kecamatan Batuceper, Neglasari dan
Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan
Benda)
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Drainase, dimana termasuk dalam
kemampuan drainase yang kurang baik,
yaitu mempunyai jenis tanah podsolik
hidromorf yang kurang mampu
menyerap air sehingga air cenderung
menggenang
Kecamatan Cipondoh (Kelurahan Poris
Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan
Batuceper, Porisgaga, Porisgaga Baru,
Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda
(Kelurahan Jurumudi Baru)
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Ketersediaan airtanah, termasuk dalam
wilayah dengan indikasi ketersediaan
airtanah yang buruk, yaitu asin / tidak
layak digunakan
Kecamatan Neglasari (Kelurahan
Selapajang Jaya) dan Benda
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Kerentanan bencana, termasuk dalam
wilayah rawan bencana banjir
Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk
dan Gebang Raya), Pinang (Kelurahan
Pinang dan Nerogtog) dan Karang
Tengah (Kelurahan Pondok Bahar)
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir
Kendala 2 28,99 Kestabilan pondasi, dimana termasuk
dalam kemampuan lahan kestabilan
pondasi yang sedang
Kecamatan Neglasari (Kelurahan
Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan
Jurumudi dan Jurumudi Baru)
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Drainase, dimana termasuk dalam
kemampuan drainase yang kurang baik,
yaitu mempunyai jenis tanah podsolik
hidromorf yang kurang mampu
menyerap air sehingga air cenderung
menggenang
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Rencana Pemanfaatan
Lahan
Tingkat Kemampuan
Lahan
Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan
Pemanfaatan
Luas
(ha)
Kawasan
Luas
(ha)
Ketersediaan airtanah, dimana
termasuk dalam wilayah dengan
indikasi ketersediaan airtanah yang
buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan
asin / tidak layak digunakan
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Kerentanan bencana, dimana termasuk
dalam wilayah rawan bencana banjir
dengan ketinggian sampai dengan 0,5
meter
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir
Permukiman 7.769,29 Pengembangan 4.495,22 - Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang
Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang,
dan Karawaci
-
Kendala 1 3.155,17 Kestabilan pondasi, dimana termasuk
dalam kemampuan lahan kestabilan
pondasi yang sedang
Kecamatan Batuceper, Neglasari, Benda,
Cibodas (Kelurahan Cibodas), Periuk
(Kelurahan Periuk Jaya) dan Karawaci
(Kelurahan Koang Jaya)
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Drainase, dimana termasuk dalam
kemampuan drainase yang kurang baik,
yaitu mempunyai jenis tanah podsolik
hidromorf yang kurang mampu
menyerap air sehingga air cenderung
menggenang
Kecamatan Tangerang (Kelurahan
Tanah Tinggi), Cipondoh (Kelurahan
Poris Plawad dan Poris Plawad Utara)
dan Batuceper (Kelurahan Batuceper,
Kebun Besar dan Porisgaga)
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Ketersediaan airtanah, dikarenakan
sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak
layak)
Kecamatan Benda (Kelurahan
Belendung dan Jurumudi Baru) dan
Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan)
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Kerentanan bencana, termasuk dalam
wilayah rawan bencana banjir dengan
tingkat kedalaman banjir bisa mencapai
> 2 meter
Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan
Pondok Pucung, Pondok Bahar dan
Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang
dan Nerogtog), Cipondoh (Kelurahan
Gondrong) dan Periuk (Kelurahan
Gembor)
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir
Kendala 2 118,90 Kestabilan pondasi, dimana termasuk
dalam kemampuan lahan kestabilan
pondasi yang sedang
Kecamatan Periuk (Kelurahan Gembor),
Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan)
dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan
Jurumudi Baru)
Pertimbangan teknis yang matang di
dalam konstruksi bangunan (pondasi),
dengan memperhitungkan kemampuan
jenis batuan yang ada dalam menopang
bangunan di atasnya
Rencana Pemanfaatan
Lahan
Tingkat Kemampuan
Lahan
Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan
Pemanfaatan
Luas
(ha)
Kawasan
Luas
(ha)
Drainase, dimana termasuk dalam
kemampuan drainase yang kurang baik
Penataan saluran / sistem drainase,
terutama dalam hal kemiringan dan
arah saluran penggelontoran untuk
menghindari terjadinya genangan air
(banjir)
Ketersediaan airtanah, yaitu
airtanahnya diindikasikan asin / tidak
layak digunakan
Penyiapan sarana dan prasarana air
bersih, yaitu dengan pengadaan saluran
perpipaan PDAM
Kerentanan bencana, dimana termasuk
dalam wilayah rawan bencana banjir
Pembuatan tanggul / turap penahan
banjir disertai dengan pompa, untuk
mengatasi dan mengurangi terjadinya
banjir

More Related Content

What's hot

Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Septinia Silviana
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah rzkaprl
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanibram77
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaFitri Indra Wardhono
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa BaratRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa BaratPenataan Ruang
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapakmateri2014
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruangushfia
 
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungaiPedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungaisidaltaru
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangArief Budiman
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukimanpindotutuko
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruangushfia
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangPenataan Ruang
 

What's hot (20)

Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
 
Analisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahanAnalisis kemampuan lahan
Analisis kemampuan lahan
 
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di IndonesiaRDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
RDTR, RTBL dan Peraturan Zonasi dalam sistem perencanaan tata ruang di Indonesia
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa BaratRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
Panduan Pemetaan dan Perencanaan Tata Guna Lahan Secara Partisipatif Berbasis...
 
Perencanaan tapak
Perencanaan tapakPerencanaan tapak
Perencanaan tapak
 
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan RuangAudit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Audit, Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
 
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungaiPedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
 
Koef runoff
Koef runoffKoef runoff
Koef runoff
 
Aspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan PermukimanAspek Perumahan Dan Permukiman
Aspek Perumahan Dan Permukiman
 
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan RuangSurvey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
Survey dan Pemetaan dalam Penataan Ruang
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SemarangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang
 

Viewers also liked

Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasiAnalisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasiChintosa Into
 
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae Alvaro Gudiño
 
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки 1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки Igor Golovin
 
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...Igor Golovin
 
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...Luca Ponzanelli
 
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)Alvaro Gudiño
 
Meteorologist in Forensics
Meteorologist in ForensicsMeteorologist in Forensics
Meteorologist in ForensicsJim Marroccoli
 
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank Toronto
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank TorontoSuccesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank Toronto
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank TorontoProduct Tank Toronto
 
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepointta2c
 
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventor
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventorคู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventor
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App InventorSomchart Phaeumnart
 
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッションKosuke Matsumoto
 
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de Whipple
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de WhippleFisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de Whipple
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de WhippleAlvaro Gudiño
 
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa)
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa) คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa)
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa) Utai Sukviwatsirikul
 
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020Gustavo Damián Cucuzza
 

Viewers also liked (20)

Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasiAnalisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
Analisis daya-dukung-dan-analisis-pembagian-lokasi
 
Mangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove ResortMangunharjo Mangrove Resort
Mangunharjo Mangrove Resort
 
Makalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahanMakalah sumber-daya-lahan
Makalah sumber-daya-lahan
 
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae
Ateroesclerosis e infeccion por clamydophila pneumoniae
 
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки 1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки
1.3.19 Кабельные каналы для электропроводки
 
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...
1.3.17 Комплексное предложение оборудования для низковольтных комплектных уст...
 
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...
Too Long; Didn’t Watch! Extracting Relevant Fragments from Software Developme...
 
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)
Niveles de hemoglobina glucosilada y desarrollo de (3)
 
Social Media for Lobbying and Advocacy
Social Media for Lobbying and AdvocacySocial Media for Lobbying and Advocacy
Social Media for Lobbying and Advocacy
 
Getting engaged: Transferring Leadership
Getting engaged: Transferring LeadershipGetting engaged: Transferring Leadership
Getting engaged: Transferring Leadership
 
Meteorologist in Forensics
Meteorologist in ForensicsMeteorologist in Forensics
Meteorologist in Forensics
 
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank Toronto
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank TorontoSuccesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank Toronto
Succesful Product Strategy | Moe Ali | ProductTank Toronto
 
16 beneficios de beber agua tibia de limónpdf
16 beneficios de beber agua tibia de limónpdf16 beneficios de beber agua tibia de limónpdf
16 beneficios de beber agua tibia de limónpdf
 
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint
20170311 腕時計からSharePointへ / from watch to sharepoint
 
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventor
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventorคู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventor
คู่มือการอบรมครู การพัฒนาสื่อการเรียนการสอน ด้วย MIT App Inventor
 
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション
[JAWS DAYS 2017] サーバーワークス ランチセッション
 
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de Whipple
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de WhippleFisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de Whipple
Fisiopatología, diagnóstico y tratamiento de la enfermedad de Whipple
 
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa)
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa) คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa)
คู่มือธุรกิจให้บริการสปา (Spa)
 
Effective terraform
Effective terraformEffective terraform
Effective terraform
 
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020
CABA - Educación Tecnológica - NES - 2014-2020
 

Similar to Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa serta Permukiman

Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)rizky hadi
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxendang460976
 
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p dasZaidil Firza
 
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...Jaji Abdurrosyid
 
Paparan pak zull pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...
Paparan pak zull   pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...Paparan pak zull   pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...
Paparan pak zull pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...TV Desa
 
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdfVinaRahmawati13
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutPosma Andri Octavia Siagian
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungaiJack Lubis
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahannandradr
 
Materi M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfMateri M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfHackEuy
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillSetiyo Pambudi
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillmerlin0808
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Penataan Ruang
 
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxssuser773280
 
1696 2982-1-sm
1696 2982-1-sm1696 2982-1-sm
1696 2982-1-smfujiwara5
 
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptx
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptxPPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptx
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptxshanggitafarolina1
 
Zonning Text (ITBX).docx
Zonning Text (ITBX).docxZonning Text (ITBX).docx
Zonning Text (ITBX).docxRayanYudika
 

Similar to Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa serta Permukiman (20)

Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptxTUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
TUGAS MANAJEMEN DAS.pptx
 
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
10.monitoring dan evaluasi penggunaan lahan dan kelembagaan p das
 
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...
Pedoman kajian-penetapan-sempadan-sungai-dan-perijinan-pemanfaatan-sungai-190...
 
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
Penjelasan Perda Cianjur No 17 Tahun 2012
 
Paparan pak zull pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...
Paparan pak zull   pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...Paparan pak zull   pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...
Paparan pak zull pp | Webinar Prospek Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri ...
 
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf
08 Minggu VIII Evaluasi Lahan & Daya Dukung-1.pdf
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai95010301 sutiono teorisungai
95010301 sutiono teorisungai
 
Pengkajian kelas air
Pengkajian kelas airPengkajian kelas air
Pengkajian kelas air
 
Tata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahanTata ruang dan degradasi lahan
Tata ruang dan degradasi lahan
 
Materi M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdfMateri M Wachyudi Memed.pdf
Materi M Wachyudi Memed.pdf
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
 
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfillBab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
Bab4 disain danrekomendasitpa-sanitarylandfill
 
Brosur
BrosurBrosur
Brosur
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/K...
 
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptxPersiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
Persiapan Penetapan Sempadan dan Revitalisasi Danau Ranau1.pptx
 
1696 2982-1-sm
1696 2982-1-sm1696 2982-1-sm
1696 2982-1-sm
 
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptx
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptxPPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptx
PPT DRAINASE 1 MTR MSL_KEL 4_2TPJJ1.pptx
 
Zonning Text (ITBX).docx
Zonning Text (ITBX).docxZonning Text (ITBX).docx
Zonning Text (ITBX).docx
 

More from Anton Riyanto

KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI KOTA TANGERANG
KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI  KOTA TANGERANGKONSEP PENGEMBANGAN SANITASI  KOTA TANGERANG
KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGRENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGSTRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGAnton Riyanto
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA Anton Riyanto
 
penataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhpenataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhAnton Riyanto
 
KONSEP PENGELOLAAN SITU
KONSEP  PENGELOLAAN SITUKONSEP  PENGELOLAAN SITU
KONSEP PENGELOLAAN SITUAnton Riyanto
 

More from Anton Riyanto (7)

KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI KOTA TANGERANG
KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI  KOTA TANGERANGKONSEP PENGEMBANGAN SANITASI  KOTA TANGERANG
KONSEP PENGEMBANGAN SANITASI KOTA TANGERANG
 
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANGRENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
RENCANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA TANGERANG
 
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANGRENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
RENCANA PENANGANAN BANJIR DI KOTA TANGERANG
 
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANGSTRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
STRATEGI PENANGANAN KAMPUNG KUMUH DI KOTA TANGERANG
 
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH- SWASTA
 
penataan kampung kumuh
penataan kampung kumuhpenataan kampung kumuh
penataan kampung kumuh
 
KONSEP PENGELOLAAN SITU
KONSEP  PENGELOLAAN SITUKONSEP  PENGELOLAAN SITU
KONSEP PENGELOLAAN SITU
 

Analisa Daya Dukung Lahan Kota Tangerang untuk Kegiatan Industri, Perdagangan dan Jasa serta Permukiman

  • 1. Daya Dukung Lahan Kota Tangerang 1. Latar Belakang Sebagai bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) Jabodetabekpunjur, perkembangan Kota Tangerang berjalan pesat khususnya kegiatan permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa. Hal ini mengakibatkan tingginya kebutuhan lahan, mengingat fungsi lahan sebagai ruang yang mewadahi penduduk dan segala aktivitasnya. Hakekatnya lahan memiliki keterbatasan berupa ketersediaan dan kemampuan lahan. Kondisi ini menuntut pemanfaatan lahan, perlu direncanakan secara baik. Salah satu aspek yang harus dipertimbangkan pada perencanaan pemanfaatan lahan adalah aspek fisik dasar lahan, yang meliputi sumberdaya air, karakteristik tanah dan batuan, kemiringan lereng, serta kerentanan bencana, yang kesemuanya merupakan pencerminan dari kemampuan lahan. Rencana Pengembangan Kawasan Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan bertujuan menilai kemampuan lahan di Kota Tangerang berdasarkan aspek-aspek kemampuan lahan yang dibutuhkan bagi kegiatan permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa, sebagai arahan dalam mengembangkan Kota 2. Metoda Analisis Metoda Analisis Analisa fungsi kawasan Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Analisis Kemampuan Lahan Kawasan KendalaKawasan Limitasi Kawasan Pengembangan Analisis Kesesuaian Lahan Guna Lahan Eksisting RTRW Rencana Pengembangan Lahan Lahan Kebijakan lain Kondisi Kota Tangerang Kemiringan Lereng Litologi Jeni s& Kedalaman Efektif Tanah Curah Hujan Air Tanah Bencana
  • 2. 2.1. Analisis Fungsi Kawasan Analisis ini dilakukan untuk menentukan fungsi utama dari wilayah perencanaan, yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penentuan kawasan lindung didasarkan pada Keputusan Presiden nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Prosedur Penentuan Kawasan Lindung Berdasarkan Keppres No.32/1990 2.2. Analisis Kemampuan Lahan Analisis kemampuan lahan dilakukan pada kawasan budidaya untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan. Analisis ini terdiri dari dua tahap, yaitu: 1. Menilai kemampuan lahan berdasarkan aspek-aspek fisik berupa satuan kemampuan lahan (SKL): a. SKL morfologi; merupakan kondisi lahan yang berkaitan dengan kemudahan pengembangan lahan. b. SKL drainase; merupakan kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan secara alamiah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan perkotaan c. SKL kestabilan pondasi; merupakan tingkatan kemampuan lahan dalam mendukung bangunan dan infrastruktur di atasnya. d. SKL ketersediaan air; merupakan kemampuan lahan dalam menunjang ketersediaan airtanah, yang sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah e. SKL kerentanan bencana; merupakan kemampuan lahan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. · Cagar Alam · Situs · Taman Nasional · Taman Hutan Raya · Taman WisataAlam · Taman Budaya Kemiringan Lereng 0 – 50% 5 – 15% 15 – 25% 25 – 40% > 40% 20 40 60 80 100 Kriteria Kelas Skor s/d 1,36 mm/hr 1,36-2,07 mm/hr 2,07-2,77 mm/hr 2,77-3,48 mm/hr > 3,48 mm/hr 10 20 30 40 50 Curah Hujan Tidak Peka Kurang Peka Agak Peka Peka Sangat Peka 10 20 30 40 50 Kepekaan Tanah · Geologi · Geografi · Daerah Banjir · Daerah Pantai · DataSungai HutanLindung Memenuhi salah satu syarat: · Skor > 175 · Kemiringan > 40% · Ketinggian > 2.000 m · Skor 125-174 · Litologi porus · Ketinggian > 1.000 m · Vegetasi penutup > 75% · Curah hujan > 3,48mm/hr · Kawasan SuakaAlam · Pelestarian Alam · Cagar Budaya Kawasan Resapan Air Kawasan Bergambut KawasanPerlindungan Setempat · Sempadan Pantai · Sempadan Sungai · Sempadan Danau · Sempadan MataAir Kawasan Rawan Bencana KAWASAN LINDUNG
  • 3. 2. Menilai kemampuan lahan berdasarkan tersebut terhadap masing-masing fungsi kawasan yaitu fungsi kawasan industri, permukiman, serta perdagangan dan jasa. Hasil akhir dari analisis kemampuan lahan ini adalah berupa zonasi kemampuan lahan, yang terdiri dari :  Kelas kemampuan lahan 1 : kawasan pengembangan  Kelas kemampuan lahan 2 : kawasan kendala 1  Kelas kemampuan lahan 3 : kawasan kendala 2  Kelas kemampuan lahan 4 : kawasan limitasi 2.3 Analisis Kesesuaian Lahan dan Rencana Pengembangan Lahan Analisis ini digunakan untuk menilai kesesuaian peruntukan lahan dengan membandingkan antara guna lahan rencana tata ruang untuk kegiatan industri, permukiman, serta perdagangan m dpl, sehingga tidak termasuk ke dalam kriteria hutan lindung; dan jasa yanag dibandingkan dengan kelas kemampuan lahan 3. Hasil Analisa Daya Dukung Lahan 3.1 Analisis Fungsi Kawasan Analisis dilakukan untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Hasil analisis, menunjukan Kota Tangerang: 1. Tidak terdapat kawasan suaka alam; 2. Tidak terdapat kawasan bergambut; 3. Skor hasil perhitungan overlay terhadap curah hujan, kemiringan lereng, dan kepekaan tanah mempunyai nilai 40, yang berarti kurang dari syarat untuk menjadi kawasan resapan air (skor 125-174) dan hutan lindung (skor > 175). Selain itu juga kondisi morfologi di Kota Tangerang tidak terdapat lokasi yang mempunyai kemiringan > 40% dan ketinggian > 2.000 4. Terdapat kawasan perlindungan setempat, yaitu: a. Sempadan sungai Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, ditetapkan untuk sungai tak bertanggul di kawasan perkotaan dengan kriteria:  Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;  Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;  Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan. Sungai-sungai besar di Kota Tangerang, yaitu Sungai Cisadane, Cirarab, dan Angke, mempunyai kedalaman antara 3-20 meter, sehingga garis sempadan yang ditetapkan untuk sungai-sungai di Kota Tangerang adalah 15 meter dari tepi sungai. b. Sempadan danau / situ Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tersebut, juga ditetapkan garis sempadan untuk danau, yang mengikuti ketetapan dari Keppres 32/1990, yaitu untuk danau dan waduk garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
  • 4. Luas dan Fungsi Kawasan No Fungsi Kawasan Luas (ha) 1 Kawasan Lindung 1.243 2 Kawasan Budidaya 15.240 3 Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta 1.737 Peta Fungsi Kawasan 3.2 Analisis Kemampuan Lahan Analisis dilakukan pada kawasan budidaya hasil analisis fungsi kawasan, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan berupa: 1. Aspek Kemampuan Lahan Morfologi; 2. Aspek Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi; 3. Aspek Kemampuan Lahan Drainase; 4. Aspek Kemampuan Lahan Ketersediaan Air Tanah; 5. Aspek Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana. 3.2.1 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi Berdasarkan kelas kemiringan lereng maka kondisi morfologi lahan yang datar akan memudahkan dikembangkan untuk kawasan perkotaan dan sebaliknya, semakin tinggi kemiringan lereng semakin sulit untuk pengembangan kawasan perkotaan.
  • 5. Morfologi di Kota Tangerang cenderung seragam, yaitu datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lereng antara 0-15%. Mayoritas lahan termasuk dalam kemiringan 0-5%, dan hanya beberapa lokasi yang mempunyai kemiringan 5-15%. Oleh karena itu maka kemampuan lahan morfologi dibagi menjadi: 1. Kemampuan lahan morfologi dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan kemiringan lereng 0-5%. 2. Kemampuan lahan morfologi dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan kemiringan lereng 5-15%. Klasifikasi Satuan Kemampuan Lahan Morfologi No Kemiringan Lereng Luas (ha) Nilai Keterangan 1 0 – 5% 15.026 5 Baik sekali 2 5 – 15% 214 4 Baik Peta Satuan Kemampuan Lahan Morfologi 3.2.2 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi Kestabilan pondasi menggambarkan kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Untuk melihat kemampuan lahan terhadap kestabilan pondasi, maka perlu dilihat dari sifat dan jenis tanah. Berdasarkan jenis tanah, jenis tanah latosol yang berasal dari pelapukan bahan induk vulkanik baik tuff maupun batuan beku dianggap paling baik dibandingkan dengan jenis tanah aluvial, yang merupakan tanah sedimentasi dari sungai / pantai, dan tanah podsolik hidromorf mudah lepas bagian atasnya sehingga rawan terhadap erosi.
  • 6. Berdasarkan jenis batuan, satuan batuan Tuf Banten yang merupakan batuan vulkanik memiliki sifat yang keras dan kompak, sehingga merupakan batuan yang paling stabil sebagai pondasi, dibandingkan dengan endapan Kipas Aluvium yang merupakan endapan vulkanik, ataupun endapan alluvium. Oleh karena itu maka kelas kemampuan lahan kestabilan pondasi di Kota Tangerang dapat dibagi ke dalam 3 satuan, yaitu: 1. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah latosol atau aluvial, dengan litologi satuan batuan Tuff Banten. 2. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah podsolik hidromorf dengan litologi satuan batuan Tuff Banten. 3. Kemampuan lahan kestabilan pondasi dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah dengan litologi satuan endapan alluvium dan satuan endapan kipas alluvium. Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi No Jenis Tanah Litologi Luas (ha) Nilai Keterangan 1 Latosol / Aluvial Tuf Banten 6.021 5 Baik sekali 2 Podsolik Tuf Banten 847 4 Baik 3 Latosol / Aluvial / Podsolik Aluvium / Kipas Aluvium 8.372 3 Sedang Peta Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Pondasi 3.2.3 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase Kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan alamiah sangat dibutuhkan dalam pengembangan perkotaan. Kemampuan lahan yang baik, ditunjukkan dengan relatif mudah pembuatan drainase serta karakteristik fisik lahan yang memudahkan terjadinya pengaliran dan pematusan/penyerapan air buangan sehingga akan mengurangi terjadinya
  • 7. genangan air (banjir). Kemampuan lahan drainase sangat dipengaruhi oleh bentuk morfologi yang dalam hal ini terutama adalah kemiringan lerengnya. Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis tanah dan sifat fisik batuan/ tanah, serta iklim (curah hujan). Daerah dataran dengan kemiringan lereng 0-5% secara umum merupakan daerah yang kurang mampu untuk drainase karena air tidak mudah untuk mengalir secara alami, sedangkan daerah dengan kemiringan lebih dari 5% dapat dikatakan mempunyai kemampuan drainase yang baik karena air dapat mengalir dengan lancar. Untuk kondisi Kota Tangerang, jenis tanah podsolik hidromorf yang banyak mengandung lempung membuat air di permukaan lapisan ini cenderung menggenang, sehingga mempunyai kemampuan drainase yang kurang baik. Tanah aluvial mempunyai sifat yang mampu menyerap air, begitu juga tanah latosol juga cukup mampu menyerap air walaupun tidak sebaik tanah aluvial, sehingga kedua jenis tanah ini mempunyai kemampuan drainase yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kemampuan lahan drainase di Kota Tangerang dapat dibagi ke dalam beberapa satuan yaitu: 1. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah latosol atau aluvial dengan kemiringan lereng 5-15%. 2. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah podsolik hidromorf dengan kemiringan lereng 5-15%. 3. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah podsolik atau aluvial dengan kemiringan lereng 0-5%. 4. Kemampuan lahan drainase dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi wilayah dengan jenis tanah podsolik hidromorf dengan kemiringan lereng 0-5%. Satuan Kemampuan Lahan Drainase No Jenis Tanah Kemiringan Lereng Luas (ha) Nilai Keterangan 1 Latosol / Aluvial 5-15% 212 5 Baik sekali 2 Podsolik hidromorf 5-15% 1 4 Baik 3 Latosol / Aluvial 0-5% 13.732 3 Sedang 4 Podsolik hidromorf 0-5% 1.294 2 Kurang baik Peta Satuan Kemampuan Lahan Drainase
  • 8. 3.2.4 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Airtanah Kemampuan lahan dalam menunjang ketersediaan airtanah, sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah perkotaan, dan ditentukan oleh faktor berupa indikasi airtanah dan jenis batuan. Dilihat dari indikasi airtanah, kawasan dengan airtanah baik ataupun baik terbatas dianggap memiliki kemampuan lahan airtanah yang paling baik. Sedangkan kawasan dengan airtanah asin dianggap memiliki kemampuan lahan airtanah yang buruk. Sifat fisik batuan yang menguntungkan bagi ketersediaan airtanah adalah apabila batuan tersebut mempunyai derajat kelulusan air (porositas dan permeabilitas) yang besar. Porositas dan permeabilitas yang besar akan memudahkan air hujan untuk ber-infiltrasi, mengurangi run- off, sehingga memperbesar cadangan airtanah. Satuan endapan alluvium dan kipas alluvium mempunyai sifat menyimpan air, oleh karena itu dianggap paling baik dalam menunjang ketersediaan air tanah. Satuan batuan tuff mempunyai sifat kompak sehingga susah menyimpan air, oleh karena itu dianggap kurang baik dalam menunjang ketersediaan air tanah. Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka kemampuan lahan dalam menunjang ketersediaan air tanah dapat dibagi ke dalam beberapa satuan, yaitu: 1. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah dengan indikasi airtanah baik dan litologi endapan alluvium atau kipas alluvium. 2. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah dengan indikasi airtanah baik dan litologi satuan batuan Tuff Banten. 3. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah dengan indikasi airtanah terbatas dan litologi endapan alluvium atau kipas alluvium. 4. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi wilayah dengan indikasi airtanah terbatas dan litologi satuan batuan Tuff Banten. 5. Kemampuan lahan airtanah dengan kriteria buruk diperuntukkan bagi wilayah dengan indikasi airtanah asin. Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Airtanah No Indikasi Airtanah Litologi Luas (ha) Nilai Keterangan 1 Baik Alluvium / Kipas Alluvium 4.113 5 Baik sekali 2 Baik Tuff Banten 3.469 4 Baik 3 Terbatas Alluvium / Kipas Alluvium 2.638 3 Sedang 4 Terbatas Tuff Banten 3.350 2 Kurang baik 5 Asin Alluvium / Kipas Alluvium / Tuff Banten 1.670 1 Buruk
  • 9. Peta Satuan Kemampuan Lahan Ketersediaan Airtanah 3.2.5 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kerentanan Bencana Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan lahan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam, dan menggunakan kriteria berupa kawasan yang pernah mengalami atau berpotensi akan terjadinya bencana alam, baik berupa banjir, tanah longsor/gerakan tanah, letusan gunung berapi, gempa bumi ataupun tsunami. Untuk kondisi Kota Tangerang, bencana alam yang perlu diperhitungkan hanyalah bencana banjir.Terkait hal tersebut banjir, faktor yang perlu diperhitungkan adalah kawasan rawan bencana banjir, yaitu wilayah yang pernah mengalami bencana banjir. Selain itu juga perlu diperhitungkan jenis dan sifat fisik tanah, dimana jenis tanah yang kurang menyerap air dapat memudahkan air menggenang pada wilayah tersebut dan mengakibatkan banjir. Berdasarkan hasil studi yang pernah dilakukan di Kota Tangerang, wilayah rawan bencana banjir dapat digolongkan ke dalam 4 kawasan, yaitu kawasan banjir dengan ketinggian > 2 meter, 0,5-2 meter, < 0,5 meter, dan kawasan tidak rawan banjir. Dalam hal ini jelas kawasan yang tidak termasuk rawan banjir dianggap baik dan sebaliknya kawasan yang rawan banjir dengan ketinggian mencapai 2 meter atau lebih dianggap sangat buruk. Terkait jenis dan sifat tanah, jenis tanah podsolik hidromorf yang banyak mengandung lempung membuat air di permukaan lapisan ini cenderung menggenang, sehingga sangat berpotensi menimbulkan banjir. Tanah aluvial mempunyai sifat yang mampu menyerap air, begitu juga tanah latosol juga cukup mampu menyerap air walaupun tidak sebaik tanah aluvial, sehingga kedua jenis tanah ini dianggap lebih tidak berpotensi menimbulkan banjir.
  • 10. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka kemampuan lahan dalam hal kerentanan bencana dapat dibagi dalam beberapa satuan, yaitu: 1. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria baik sekali diperuntukkan bagi wilayah yang tidak termasuk dalam wilayah rawan banjir, dan memiliki jenis tanah aluvial atau latosol. 2. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria baik diperuntukkan bagi wilayah yang tidak termasuk dalam wilayah rawan banjir, dan memiliki jenis tanah podsolik hidromorf. 3. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria sedang diperuntukkan bagi wilayah banjir dengan ketinggian banjir < 0,5 meter. 4. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria kurang baik diperuntukkan bagi wilayah banjir dengan ketinggian banjir 0,5-2 meter. 5. Kemampuan lahan kerentanan bencana dengan kriteria buruk diperuntukkan bagi wilayah banjir dengan ketinggian banjir > 2 meter. Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana No Jenis Tanah Rawan Banjir Luas (ha) Nilai Keterangan 1 Latosol / Aluvial Tidak banjir 12.623 5 Baik sekali 2 Podsolik hidromorf Tidak banjir 1.036 4 Baik 3 Latosol / Aluvial / < 0,5 m 817 3 Sedang 4 Podsolik hidromorf 0,5-2 m 528 2 Kurang baik 5 > 2 m 235 1 Buruk Peta Satuan Kemampuan Lahan Kerentanan Bencana
  • 11. 3.3 Klasifikasi Kemampuan Lahan Klasifikasi kemampuan lahan dimaksudkan untuk memperolah gambaran seberapa jauh perkembangan perkotaan dapat dimungkinkan jika ditinjau dari aspek fisik lahan. Klasifikasi kemampuan lahan ini dibagi ke dalam tiga jenis fungsi utama kawasan perkotaan di Kota Tangerang sebagai kawasan industri, perumahan, serta perdagangan dan jasa. Metoda klasifikasi kemampuan lahan dilakukan dengan memberikan nilai dan bobot terhadap peta satuan kemampuan lahan dengan sistem skoring, untuk setiap fungsi utama lahan (kawasan industri, perumahan, serta perdagangan dan jasa), sehingga diperoleh kawasan pengembangan, kawasan kendala, serta kawasan limitasi. Kriteria pemberian bobot pada setiap satuan kemampuan lahan (SKL) adalah sebagai berikut: 1. SKL Morfologi Kemampuan lahan morfologi menunjukkan tingkat kemudahan pengembangan kawasan perkotaan suatu kawasan. Semakin datar suatu kawasan akan memudahkan kawasan tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, sebaliknya semakin komplek suatu kawasan (berbukit, bergunung-gunung, bergelombang) akan semakin menyulitkan kawasan tersebut untuk dikembangkan sebagai kawasan perkotaan. Kemudahan pengembangan ini tentunya berlaku sama baik untuk fungsi lahan permukiman, industri ataupun perdagangan dan jasa. Oleh karena itu maka bobot kepentingan untuk ketiga fungsi lahan tersebut masing-masing bernilai 4. 2. SKL Kestabilan Pondasi Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan / wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu bangunan atau kawasan terbangun. Semakin besar suatu bangunan akan semakin tinggi kepentingannya akan lahan yang menunjang kestabilan pondasi. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat kepentingan kawasan perdagangan dan jasa membutuhkan gedung bertingkat lebih dari dua, dan juga kawasan industri yang membutuhkan gedung-gedung besar, dianggap sangat tinggi dan diberikan bobot 5. Sedangkan untuk kawasan permukiman yang pada umumnya 1 lantai sehingga tingkat kepentingannya tidak setinggi 2 fungsi kawasan yang lain dan diberikan bobot 4. 3. SKL Drainase Kemampuan lahan dalam menunjang sistem drainase dan pematusan secara alamiah sangat dibutuhkan dalam pengembangan perkotaan. Kemampuan lahan yang baik, ditunjukkan oleh mudahnya pembuatan drainase dan karakteristik fisik lahan yang memudahkan pengaliran dan pematusan/penyerapan air buangan untuk mengurangi terjadinya genangan air (banjir). Kemampuan lahan drainase yang rendah dapat diatasi dengan bantuan teknologi seperti sistem pemompaan, akan tetapi hal ini membutuhkan biaya yang tidak murah. Tingkat kepentingan kemampuan lahan drainase untuk kawasan industri diberi bobot 4 dikarenakan industri lebih mampu melakukan rekayasa drainase guna pengembangan kawasannya. Sedangkan untuk kawasan permukiman serta perdagangan dan jasa, tingkat kepentingannya terhadap kemampuan lahan drainase ini lebih tinggi sehingga masing- masing diberikan bobot 5.
  • 12. 4. SKL Ketersediaan Airtanah Ketersediaan air tanah pada suatu lahan merupakan hal yang penting, mengingat fungsi airtanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan. Untuk kawasan permukiman, ketersediaan airtanah ini tentunya menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam menunjang seluruh aktivitasnya. Untuk kawasan industri serta perdagangan dan jasa, ketersediaan airtanah juga cukup penting walaupun tentunya bukan hal yang utama, karena kedua fungsi kawasan tersebut lebih mampu dalam membuat sumur dalam. Berdasarkan tingkat kepentingannya, maka bobot kemampuan lahan untuk menunjang ketersediaan airtanah untuk kawasan industri serta perdagangan dan jasa masing-masing mempunyai nilai 4. Untuk kawasan permukiman yang lebih membutuhkan ketersediaan airtanah mempunyai bobot 5. 5. SKL Kerentanan Bencana Kawasan yang terletak pada lahan yang sering dilanda bencana alam mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena bencana alam yang dapat menimbulkan kerugian material dan terkadang bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Upaya antisipasi dari kawasan yang terletak pada lahan yang rentan terhadap bencana alam perlu dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Hal ini mengisyaratkan pentingnya lahan yang aman dari bencana alam, sehingga bobot dari kemampuan lahan ini untuk ketiga fungsi lahan tersebut masing-masing bernilai 4. Pembobotan Satuan Kemampuan Lahan per Fungsi Kawasan No. Satuan Kemampuan Lahan Bobot Industri Permukiman Perdagangan & Jasa 1 SKL Morfologi 4 4 4 2 SKL Kestabilan Pondasi 5 4 5 3 SKL Drainase 4 5 5 4 SKL Ketersediaan Airtanah 4 5 4 5 SKL Kerentanan Bencana 4 4 4 Berdasarkan bobot dan nilai masing-masing satuan kemampuan lahan, maka dapat dihitung total nilai akhir tiap kawasan, yaitu dengan menggunakan rumus (total nilai = nilai x bobot) dengan metoda superimpose. Dari total nilai tersebut dibuat 4 kelas menjadi: 1. Kelas kemampuan lahan 1, merupakan kawasan pengembangan. Kawasan ini dapat dan siap dikembangkan sesuai dengan peruntukannya. 2. Kelas kemampuan lahan 2, merupakan kawasan kendala 1. Kawasan ini terdapat beberapa hambatan fisik lahan terkait pengembangan fungsi kawasannya. 3. Kelas kemampuan lahan 3, merupakan kawasan kendala 2. Kawasan ini merupakan kelas kemampuan lahan yang paling rendah untuk dikembangkan, dimana masih dimungkinkan untuk dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasannya akan tetapi harus memenuhi syarat- syarat tertentu terkait dengan banyaknya hambatan fisik lahan yang ada. 4. Kelas kemampuan lahan 4, merupakan kawasan limitasi. Kawasan ini merupakan kawasan yang tidak layak dikembangkan dan seharusnya termasuk dalam kawasan lindung.
  • 13. Kemampuan Lahan Kawasan Industri Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha) Kawasan Industri 84 – 105 1 Kawasan Pengembangan 9.497 64 – 84 2 Kawasan Kendala 1 5.228 42 – 63 3 Kawasan Kendala 2 515 21 – 41 4 Kawasan Limitasi - Peta kemampuan lahan kawasan industri
  • 14. Kemampuan Lahan Perdagangan dan jasa Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha) Kawasan Perdagangan dan Jasa 89 – 110 1 Kawasan Pengembangan 6.649 67 – 88 2 Kawasan Kendala 1 8.025 45 – 66 3 Kawasan Kendala 2 566 22 – 44 4 Kawasan Limitasi - Peta kemampuan lahan kawasan Perdagangan dan Jasa
  • 15. Kemampuan Lahan Permukiman Total Nilai (nilai x bobot) Kelas Klasifikasi Luas (ha) Kawasan Permukiman 89 – 110 1 Kawasan Pengembangan 6.649 67 – 88 2 Kawasan Kendala 1 8.025 45 – 66 3 Kawasan Kendala 2 566 22 – 44 4 Kawasan Limitasi - Peta kemampuan lahan kawasan Permukiman
  • 16. 4. Rencana Pengembangan Lahan 4.1 Pengembangan Lahan Industri Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan industri dengan peta rencana kawasan industri Kota Tangerang, maka dapat dikelompokkan menjadi: 1. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan industri seluas 1.561,58 ha merupakan kawasan yang paling ideal, dikarenakan relatif tidak terdapat hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan kawasan industri. Kawasan ini tersebar di Kecamatan Jatiuwung, Cibodas, Karawaci, Periuk dan sebagian Kecamatan Tangerang. 2. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas 1.434,49 ha merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik lahan. Kawasan tersebut terletak di Kecamatan Batuceper, Benda, Cibodas, Jatiuwung, Neglasari, Periuk, dan sebagian Karawaci, dengan hambatan fisik lahan berupa: a. Kestabilan pondasi Kawasan kendala 1 yang memiliki hambatan fisik dari aspek kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya. Wilayah yang mempunyai hambatan fisik lahan ini terutama beberapa wilayah di dalam Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya, dan Gandasari), Periuk (Kelurahan Periuk dan Periuk Jaya), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Batusari dan Batu Jaya), Neglasari dan Benda. b. Drainase Mayoritas rencana kawasan industri termasuk ke dalam wilayah dengan drainase berkemampuan sedang, akan tetapi beberapa wilayah termasuk di dalam wilayah drainase kurang baik. Wilayah yang termasuk dalam kategori drainase kurang baik adalah pada Kecamatan Batuceper (Kelurahan Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru). c. Ketersediaan airtanah Rencana kawasan industri yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa ketersediaan airtanah, dikarenakan ketersediaannya yang kurang, terdapat pada Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya dan Gandasari), Cibodas (Kelurahan Jatiuwung dan Cibodas), Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya), dan Batuceper (Kelurahan Kebun Besar, Porisgaga dan Porisgaga Baru). Hambatan fisik yang lebih besar yaitu sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak layak) terdapat pada Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan Neglasari) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda). d. Kerentanan bencana Rencana kawasan industri yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa kerentanan bencana, yaitu termasuk dalam wilayah rawan banjir adalah terutama di Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya dan Periuk Jaya) yang mempunyai potensi banjir dengan kedalaman 0,5-2 meter. 3. Rencana kawasan industri yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas 211,89 ha merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan industri. Kawasan tersebut terletak pada Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan dan Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan fisik lahan berupa: a. kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya;
  • 17. b. drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara alami, juga pada rencana industri di kawasan Kecamatan Benda mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang; c. ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan; d. kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian antara < 0,5 meter. Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah 1 Batuceper Batusari - 77,72 - 77,72 Batu Jaya - 41,04 - 41,04 Batu Ceper - 17,44 - 17,44 Porisgaga Baru - 72,63 0,08 72,70 Poris Jaya - 10,46 1,71 12,17 Kebun Besar - 68,52 - 68,52 Porisgaga - 24,94 - 24,94 Sub Jumlah - 312,75 1,78 314,53 2 Benda Belendung - - - - Pajang - - - - Benda - 39,38 - 39,38 Jurumudi - 0,99 96,57 97,56 Jurumudi Baru - 37,03 32,75 69,78 Sub Jumlah - 77,40 129,32 206,72 3 Cibodas Jatiuwung 88,12 57,10 - 145,23 Cibodas 17,74 30,68 - 48,42 Cibodasari 0,02 - - 0,02 Panunggangan Barat 17,06 1,14 - 18,20 Uwung Jaya 43,10 14,62 - 57,71 Cibodas 17,74 30,68 - 48,42 Sub Jumlah 183,78 134,21 - 318,00 4 Ciledug Tajur - - - - Sudimara Selatan - - - - Parung Serab - - - - Sudimara Barat - - - - Paninggilan Utara - - - - Paninggilan Selatan - - - - Sudimara Jaya - - - - Sudimara Timur - - - - Sub Jumlah - - - - 5 Cipondoh Poris - - - - Poris Plawad - - - - Poris Plawad Utara 0,04 84,27 - 84,30 Cipondoh - - - - Cipondoh Makmur - - - - Kenanga - - - - Cipondoh Indah - - - - Gondrong - - - - Ketapang - - - - Petir - - - - Sub Jumlah 0,04 84,27 - 84,30 6 Jatiuwung Manis Jaya 91,51 40,54 - 132,05 Jatake 23,96 45,26 - 69,23 Keroncong 122,10 7,98 - 130,08 Gandasari 215,60 100,30 - 315,90 Pasir Jaya 335,09 147,46 - 482,56 Alam Jaya 53,91 67,46 3,61 124,98 Sub Jumlah 842,17 409,01 3,61 1.254,79 7 Karang Tengah Pedurenan - - - -
  • 18. No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah Pondok Bahar - - - - Pondok Pucung - - - - Karang tengah - - - - Parung Jaya - - - - Karang Mulya - - - - Karang Timur - - - - Sub Jumlah - - - - 8 Karawaci Bugel 0,65 8,17 - 8,82 Nambo Jaya 0,26 19,73 - 19,99 Margasari 7,83 0,54 - 8,37 Cimone 2,11 - - 2,11 Karawaci Baru 0,01 - - 0,01 Pabuaran Tumpeng 28,85 2,44 - 31,28 Cimone Jaya 2,49 - - 2,49 Pabuaran 3,58 - - 3,58 Koang Jaya 6,70 12,60 - 19,30 Sumur Pancing 10,49 - - 10,49 Karawaci 34,77 - - 34,77 Gerendeng 17,96 - - 17,96 Pasar Baru 64,40 1,71 - 66,11 Sukajadi - - - - Bojong Jaya 61,39 6,97 - 68,36 Nusa Jaya 13,79 0,09 - 13,89 Sub Jumlah 255,28 52,25 - 307,53 9 Larangan Larangan Indah - - - - Larangan Selatan - - - - Gaga - - - - Larangan Utara - - - - Cipadu Jaya - - - - Cipadu - - - - Kreo Utara - - - - Kreo Selatan - - - - Sub Jumlah - - - - 10 Neglasari Kedaung Baru - 19,72 - 19,72 Mekarsari - 3,05 - 3,05 Kedaung Wetan - 20,92 31,11 52,03 Neglasari - 25,93 - 25,93 Selapajang Jaya - 14,59 46,07 60,66 Karang Sari - - - - Karang Anyar - 7,00 - 7,00 Sub Jumlah - 91,20 77,18 168,38 11 Periuk Gembor 72,95 17,47 0,00 90,42 Gebang Raya 1,22 - - 1,22 Periuk 3,79 79,51 - 83,30 Sangiang Jaya 26,69 65,55 - 92,24 Periuk Jaya 0,39 101,33 - 101,72 Sub Jumlah 105,04 263,86 0,00 368,91 12 Pinang Panunggangan Utara 3,42 0,02 - 3,43 Panunggangan Selatan 70,80 - - 70,80 Cipete - - - - Panunggangan Timur - - - - Pakojan - - - - Kunciran - - - - Kunciran Jaya - - - - Kunciran Indah - - - - Nerogtog - - - - Pinang - - - - Sudimara Pinang - - - - Sub Jumlah 74,21 0,02 - 74,23 13 Tangerang Cikokol 59,97 3,43 - 63,41 Babakan 0,72 0,16 - 0,89 Kelapa Indah 39,18 - - 39,18
  • 19. No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah Sukasari - - - - Sukarasa 0,01 0,05 - 0,06 Suka Asih - - - - Buaran Indah - - - - Tanah Tinggi 1,16 5,88 - 7,04 Sub Jumlah 101,05 9,53 - 110,57 Jumlah 1.561,58 1.434,49 211,89 3.207,96 Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam pengembangan lahan industri berada pada kawasan yang termasuk pada kelas kawasan pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan industri didorong untuk menempati kawasan pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu dimana pengembangan industri pada kawasan ini masih layak dilakukan akan tetapi diperlukan adanya beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2 yang memiliki banyak hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya dilakukan secara berhati-hati dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek. Untuk dapat mengarahkan kegiatan industri pada kawasan pengembangan maka diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain: 1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan industri, baik berupa penyiapan prasarana jalan dan rekayasa lalu- lintas, saluran air bersih, jaringan listrik dan air bersih, dan lain-lain. 2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan industri di kawasan ini.
  • 20. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk pemanfaatan industri, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk membangun industri pada kawasan ini. Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini diperlukan terutama pada rencana kawasan industri di Kecamatan Batuceper (Kelurahan Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan pada rencana kawasan industri di Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya dan Periuk Jaya), yang termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana kawasan industri yang terdapat di Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya dan Gandasari), Cibodas (Kelurahan Jatiuwung dan Cibodas), Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya), Batuceper (Kelurahan Kebun Besar, Porisgaga dan Porisgaga Baru), Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan Neglasari) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda). Selain itu dimungkinkan untuk menyiapkan perizinan pemboran airtanah pada kawasan tersebut dengan berbagai persyaratan dan pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang terjadi tidak berlebihan. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan industri pada wilayah Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya, dan Gandasari), Periuk (Kelurahan Periuk dan Periuk Jaya), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Batusari dan Batu Jaya), Neglasari dan Benda. Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak digunakan) yang terdapat pada rencana kawasan industri yang terdapat di Kecamatan Benda dan Neglasari. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. Secara umum, rencana pemanfaatan lahan industri yang terdapat di kawasan kendala 2 sebaiknya dilakukan secara selektif dan terbatas, dan merupakan prioritas terakhir didalam pengembangan industri di Kota Tangerang.
  • 21. 4.2 Pengembangan Lahan Perdagangan dan Jasa Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan perdagangan dan jasa dengan peta rencana kawasan perdagangan dan jasa Kota Tangerang, dapat dikelompokkan menjadi: 1. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan perdagangan dan jasa seluas 1.393,53 ha merupakan kawasan yang paling ideal, dikarenakan relatif tidak terdapat hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan ini tersebar di Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, Cibodas dan Karawaci. 2. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas 1.163,95 ha merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik lahan. Kawasan tersebut terletak pada Kecamatan Tangerang, Karawaci, Periuk, Batuceper, Neglasari dan Benda, dengan hambatan fisik lahan berupa: a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya. Hal ini terutama untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Batuceper, Neglasari dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda). b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara alami. Selain itu untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Porisgaga, Porisgaga Baru, Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru) juga mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang. c. Ketersediaan airtanah, dimana untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi, Buaran Indah, Sukasari, Suka Asih dan Sukarasa), Karawaci (Kelurahan Sukajadi, Pabuaran, Cimone, Margasari dan Gerendeng), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Sangiang Jaya), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan Porisgaga Baru dan Kebun Besar) termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah terbatas. Lebih buruk lagi untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu asin / tidak layak digunakan. d. Kerentanan bencana, dimana untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk dan Gebang Raya) termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian antara 0,5-2 meter, dan lebih buruk lagi pada Kecamatan Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog) dan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Bahar) termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian > 2 meter. 3. Rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas 28,99 ha merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan perdagangan dan jasa. Kawasan tersebut terletak pada Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan fisik lahan berupa:
  • 22. Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah 1 Batuceper Batusari - 8,53 - 8,53 Batu Jaya - 5,63 - 5,63 Batu Ceper - 18,47 - 18,47 Porisgaga Baru - 11,35 - 11,35 Poris Jaya - 8,78 - 8,78 Kebun Besar - 12,32 - 12,32 Porisgaga - 29,53 - 29,53 Sub Jumlah - 94,61 - 94,61 2 Benda Belendung - - - - Pajang - - - - Benda - 135,33 - 135,33 Jurumudi - 1,76 10,22 11,98 Jurumudi Baru - 10,26 12,67 22,93 Sub Jumlah - 147,35 22,89 170,23 3 Cibodas Jatiuwung - 5,67 - 5,67 Cibodas - 1,24 - 1,24 Cibodasari - - - - Panunggangan Barat 58,43 18,97 - 77,40 Uwung Jaya - 7,60 - 7,60 Cibodas - 1,24 - 1,24 Sub Jumlah 58,43 34,73 - 93,16 4 Ciledug Tajur 0,63 - - 0,63 Sudimara Selatan 11,92 - - 11,92 Parung Serab 26,77 - - 26,77 Sudimara Barat 26,43 - - 26,43 Paninggilan Utara 3,48 - - 3,48 Paninggilan Selatan - - - - Sudimara Jaya 3,78 - - 3,78 Sudimara Timur 8,84 - - 8,84 Sub Jumlah 81,86 - - 81,86 5 Cipondoh Poris 24,39 - - 24,39 Poris Plawad 12,78 1,13 - 13,92 Poris Plawad Utara - 24,39 - 24,39 Cipondoh 11,22 8,46 - 19,68 Cipondoh Makmur 1,87 6,21 - 8,08 Kenanga 19,76 1,95 - 21,70 Cipondoh Indah 6,95 15,51 - 22,46 Gondrong 18,72 3,95 - 22,67 Ketapang 20,70 2,49 - 23,20 Petir 12,12 1,12 - 13,24 Sub Jumlah 128,51 65,21 - 193,72 6 Jatiuwung Manis Jaya - - - - Jatake - 2,49 - 2,49 Keroncong - 2,61 - 2,61 Gandasari - - - - Pasir Jaya - - - - Alam Jaya - - - - Sub Jumlah - 5,10 - 5,10 7 Karang Tengah Pedurenan 9,08 4,59 - 13,66 Pondok Bahar 43,96 11,45 - 55,42 Pondok Pucung 6,33 0,23 - 6,56 Karang tengah 47,59 16,63 - 64,22 Parung Jaya 65,59 2,71 - 68,29 Karang Mulya 43,73 7,54 - 51,27 Karang Timur 13,02 0,17 - 13,19 Sub Jumlah 229,30 43,32 - 272,62 8 Karawaci Bugel - 11,12 - 11,12 Nambo Jaya - 7,16 - 7,16 Margasari - 15,57 - 15,57 Cimone 2,90 17,84 - 20,74 Karawaci Baru - - - -
  • 23. No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah Pabuaran Tumpeng - 10,26 - 10,26 Cimone Jaya 44,69 24,96 - 69,66 Pabuaran 4,22 23,67 - 27,89 Koang Jaya - 0,10 - 0,10 Sumur Pancing - - - - Karawaci 27,38 - - 27,38 Gerendeng - 19,33 - 19,33 Pasar Baru - 5,55 - 5,55 Sukajadi 12,25 37,47 - 49,72 Bojong Jaya 9,22 - - 9,22 Nusa Jaya 7,24 - - 7,24 Sub Jumlah 107,90 173,02 - 280,93 9 Larangan Larangan Indah 19,44 0,03 - 19,47 Larangan Selatan - - - - Gaga - - - - Larangan Utara 7,95 - - 7,95 Cipadu Jaya 6,45 6,11 - 12,56 Cipadu 10,07 3,13 - 13,20 Kreo Utara 8,90 - - 8,90 Kreo Selatan 15,98 0,13 - 16,11 Sub Jumlah 68,80 9,39 - 78,20 10 Neglasari Kedaung Baru - - - - Mekarsari - 4,88 - 4,88 Kedaung Wetan - - - - Neglasari - 18,82 - 18,82 Selapajang Jaya - 29,71 6,11 35,82 Karang Sari - 39,98 - 39,98 Karang Anyar - 22,07 - 22,07 Sub Jumlah - 115,46 6,11 121,56 11 Periuk Gembor - - - - Gebang Raya 0,22 38,01 - 38,23 Periuk 0,01 22,10 - 22,12 Sangiang Jaya - 35,85 - 35,85 Periuk Jaya - 8,76 - 8,76 Sub Jumlah 0,23 104,73 - 104,96 12 Pinang Panunggangan Utara 51,18 0,20 - 51,38 Panunggangan Selatan 70,52 - - 70,52 Cipete 0,16 - - 0,16 Panunggangan Timur 129,58 - - 129,58 Pakojan 0,80 - - 0,80 Kunciran 77,41 - - 77,41 Kunciran Jaya 0,64 - - 0,64 Kunciran Indah 8,53 - - 8,53 Nerogtog 53,98 13,86 - 67,84 Pinang 40,03 14,97 - 55,00 Sudimara Pinang 9,37 1,33 - 10,70 Sub Jumlah 442,20 30,36 - 472,57 13 Tangerang Cikokol 34,99 4,31 - 39,31 Babakan 113,68 15,54 - 129,22 Kelapa Indah 3,97 - - 3,97 Sukasari 67,41 56,74 - 124,15 Sukarasa - 36,96 - 36,96 Suka Asih - 18,65 - 18,65 Buaran Indah 56,00 69,51 - 125,51 Tanah Tinggi 0,25 138,97 - 139,22 Sub Jumlah 276,30 340,67 - 616,96 Jumlah 1.393,53 1.163,95 28,99 2.586,47 a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya; b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara
  • 24. alami, juga pada rencana perdagangan dan jasa di kawasan Kecamatan Benda mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang; c. Ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan; d. Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian sampai dengan 0,5 meter. Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam pengembangan lahan perdagangan dan jasa berada pada kawasan yang termasuk pada kelas kawasan pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan perdagangan dan jasa didorong untuk menempati kawasan pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu dimana pengembangan perdagangan dan jasa pada kawasan ini masih layak dilakukan akan tetapi diperlukan adanya beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2 yang memiliki banyak hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya dilakukan secara berhati-hati dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek. Untuk dapat mengarahkan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan pengembangan maka diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain: 1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan perdagangan dan jasa, baik berupa ketersediaan sarana transportasi, saluran air bersih, jaringan listrik dan air bersih, dan lain-lain. 2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan ini.
  • 25. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk pemanfaatan perdagangan dan jasa, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk membangun perdagangan dan jasa pada kawasan ini. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini diperlukan terutama pada rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Porisgaga, Porisgaga Baru, Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan pada rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk dan Gebang Raya), Kecamatan Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog) dan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Bahar) yang termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana kawasan perdagangan dan jasa yang terdapat di Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi, Buaran Indah, Sukasari, Suka Asih dan Sukarasa), Karawaci (Kelurahan Sukajadi, Pabuaran, Cimone, Margasari dan Gerendeng), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Sangiang Jaya), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Porisgaga Baru dan Kebun Besar), Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda. Selain itu dimungkinkan untuk menyiapkan perizinan pemboran airtanah pada kawasan tersebut dengan berbagai persyaratan dan pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang terjadi tidak berlebihan. Khusus untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa di Kecamatan Benda dan Neglasari, sistem perpipaan dari PDAM mutlak dibutuhkan karena wilayah ini termasuk dalam indikasi airtanah yang buruk, yaitu asin / tidak layak digunakan. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan perdagangan dan jasa pada wilayah Kecamatan Batuceper, Neglasari dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda). Pengembangan kegiatan industri pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak digunakan) yang terdapat pada rencana kawasan perdagangan dan jasa yang termasuk pada kawasan kendala 2. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. Secara umum, rencana pemanfaatan lahan perdagangan dan jasa yang terdapat di kawasan kendala 2 sebaiknya dilakukan secara selektif dan terbatas. Akan tetapi karena sifat dari fungi lahan perdagangan dan jasa yang merupakan kawasan pendukung permukiman serta menjadi pusat / sub pusat kegiatan perkotaan, maka keberadaannya tidak bisa diminimalisir. Oleh karena itu maka tindakan-tindakan penataan sebagaimana disebutkan di atas menjadi mutlak perlu dilakukan agar mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat pembangunan kawasan tersebut.
  • 26. 4.3 Pengembangan Lahan Permukiman Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan permukiman dan kesesuaian lahan permukiman pada bagian sebelumnya, maka dapat dilihat kesesuaian lahan permukiman menurut RTRW Kota Tangerang 2010-2030 dengan kemampuan lahan permukiman. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan superimpose antara peta kemampuan lahan permukiman dengan peta rencana kawasan permukiman / perumahan menurut RTRW. Berdasarkan hasil overlay antara peta kemampuan lahan permukiman dengan peta rencana kawasan permukiman Kota Tangerang, maka dapat dikelompokkan menjadi: 1. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan pengembangan permukiman seluas 4.495,22 ha merupakan kawasan yang paling ideal, dikarenakan relatif tidak terdapat hambatan fisik lahan yang berarti untuk pengembangan kawasan permukiman. Kawasan ini tersebar di Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, dan Karawaci. 2. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan kendala 1 seluas 3.155,17 ha merupakan kawasan yang memiliki kemampuan relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan pengembangan, dimana terdapat beberapa hambatan fisik lahan. Kawasan tersebut terletak di Kecamatan Karawaci, Periuk, Cipondoh, Batuceper, Neglasari dan Benda, dengan hambatan fisik lahan berupa: a. Kestabilan pondasi Kawasan kendala 1 yang memiliki hambatan fisik dari aspek kestabilan pondasi terutama beberapa wilayah di dalam Kecamatan Batuceper, Neglasari, Benda, Cibodas (Kelurahan Cibodas), Periuk (Kelurahan Periuk Jaya) dan Karawaci (Kelurahan Koang Jaya). b. Drainase Karena mayoritas wilayah di Kota Tangerang memiliki kemampuan drainase yang buruk, sehingga sebagian besar kawasan permukiman yang termasuk di dalam kawasan kendala 1 memiliki hambatan fisik dari aspek drainase. Beberapa wilayah mempunyai hambatan fisik dari aspek drainase lebih besar karena mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang, wilayah tersebut adalah pada Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad dan Poris Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan Batuceper, Kebun Besar dan Porisgaga). c. Ketersediaan airtanah Rencana kawasan permukiman yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa ketersediaan airtanah, yaitu ketersediaan airtanahnya yang kurang, terdapat pada Kecamatan Karawaci (Kelurahan Nambo Jaya, Pabuaran, Pabuaran Tumpeng, Sumur Pancing, Gerendeng, Margasari dan Cimone), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Gembor), Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi) dan Batuceper (Kelurahan Kebun Besar dan Porisgaga). Selain itu juga terdapat wilayah dengan hambatan fisik ketersediaan tanah yang lebih besar, yaitu dikarenakan sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak layak), yang terdapat pada wilayah di Kecamatan Benda (Kelurahan Belendung dan Jurumudi Baru) dan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan). d. Kerentanan bencana Rencana kawasan permukiman yang termasuk kendala 1 dan memiliki hambatan fisik berupa kerentanan bencana, yaitu pada umumnya termasuk dalam wilayah rawan banjir, dan yang terutama di Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Pucung, Pondok Bahar dan Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog), Cipondoh (Kelurahan Gondrong) dan Periuk (Kelurahan Gembor) dimana tingkat kedalaman banjir bisa mencapai > 2 meter. 3. Rencana kawasan permukiman yang termasuk ke dalam kawasan kendala 2 seluas 118,90 ha merupakan kawasan dengan kemampuan lahan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan banyak hambatan fisik lahan pada kawasan ini bagi pengembangan permukiman. Kawasan tersebut terletak di Kecamatan Periuk (Kelurahan Gembor), Neglasari (Kelurahan Kedaung
  • 27. Wetan) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru), dengan hambatan fisik lahan berupa: a. Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya; b. Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu selain kemiringan lerengnya kurang dari 5% sehingga kurang mampu mengalirkan air secara alami, juga pada rencana permukiman di kawasan Kecamatan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru) mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang; c. Ketersediaan airtanah, dimana untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan Benda dan Neglasari termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan; d. Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian < 0,5 meter, dan untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan Periuk dengan ketinggian mencapai > 2 meter. Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Permukiman No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah 1 Batuceper Batusari - 43,84 - 43,84 Batu Jaya - 82,38 - 82,38 Batu Ceper - 88,63 - 88,63 Porisgaga Baru - 26,96 - 26,96 Poris Jaya - 42,99 - 42,99 Kebun Besar - 25,18 - 25,18 Porisgaga - 72,89 - 72,89 Sub Jumlah - 382,87 - 382,87 2 Benda Belendung - 121,81 8,99 130,80 Pajang - - 1,29 1,29 Benda - - - - Jurumudi - 3,22 25,35 28,57 Jurumudi Baru - 42,37 59,29 101,66 Sub Jumlah - 167,40 94,92 262,31 3 Cibodas Jatiuwung - - - - Cibodas 3,40 149,90 - 153,29 Cibodasari 10,21 72,02 - 82,23 Panunggangan Barat 84,07 28,49 - 112,55 Uwung Jaya - 93,04 - 93,04 Cibodas 3,40 149,90 - 153,29 Sub Jumlah 101,07 493,34 - 594,41 4 Ciledug Tajur 78,09 32,71 - 110,81 Sudimara Selatan 54,95 0,11 - 55,06 Parung Serab 82,12 - - 82,12 Sudimara Barat 72,20 - - 72,20 Paninggilan Utara 85,90 2,54 - 88,44 Paninggilan Selatan 106,48 11,81 - 118,28 Sudimara Jaya 74,11 - - 74,11 Sudimara Timur 77,52 - - 77,52 Sub Jumlah 631,37 47,16 - 678,54 5 Cipondoh Poris 207,45 - - 207,45 Poris Plawad 1,17 130,36 - 131,53 Poris Plawad Utara - 51,82 - 51,82 Cipondoh 51,60 69,11 - 120,71 Cipondoh Makmur 55,69 68,24 - 123,93 Kenanga 89,15 16,00 - 105,15 Cipondoh Indah 85,05 0,41 - 85,46 Gondrong 91,42 56,48 - 147,90 Ketapang 109,67 23,78 - 133,46 Petir 112,75 82,60 - 195,35 Sub Jumlah 803,95 498,80 - 1.302,75
  • 28. No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah 6 Jatiuwung Manis Jaya - 8,58 - 8,58 Jatake - 24,57 - 24,57 Keroncong - 25,16 - 25,16 Gandasari - 3,81 - 3,81 Pasir Jaya - - - - Alam Jaya - 3,81 3,60 7,41 Sub Jumlah - 65,93 3,60 69,53 7 Karang Tengah Pedurenan 41,05 20,99 - 62,04 Pondok Bahar 35,13 21,53 - 56,66 Pondok Pucung 56,64 20,82 - 77,45 Karang tengah 91,81 15,65 - 107,46 Parung Jaya 20,88 4,18 - 25,06 Karang Mulya 141,15 23,40 - 164,55 Karang Timur 78,47 20,68 - 99,15 Sub Jumlah 465,13 127,25 - 592,38 8 Karawaci Bugel - 86,27 - 86,27 Nambo Jaya - 26,47 - 26,47 Margasari - 59,66 - 59,66 Cimone 9,90 44,36 - 54,26 Karawaci Baru 47,42 1,21 - 48,64 Pabuaran Tumpeng - 38,66 - 38,66 Cimone Jaya - 3,42 - 3,42 Pabuaran - 39,88 - 39,88 Koang Jaya - 56,78 - 56,78 Sumur Pancing - 22,39 - 22,39 Karawaci 19,17 - - 19,17 Gerendeng - 31,87 - 31,87 Pasar Baru - 14,90 - 14,90 Sukajadi 7,97 5,41 - 13,38 Bojong Jaya 11,80 - - 11,80 Nusa Jaya 49,02 3,09 - 52,11 Sub Jumlah 145,28 434,37 - 579,65 9 Larangan Larangan Indah 138,90 11,42 - 150,32 Larangan Selatan 79,93 - - 79,93 Gaga 97,19 - - 97,19 Larangan Utara 66,21 3,25 - 69,46 Cipadu Jaya 90,18 2,42 - 92,60 Cipadu 60,59 9,55 - 70,14 Kreo Utara 93,48 - - 93,48 Kreo Selatan 71,98 - - 71,98 Sub Jumlah 698,45 26,64 - 725,09 10 Neglasari Kedaung Baru - - - - Mekarsari - 56,80 - 56,80 Kedaung Wetan - 19,89 8,65 28,54 Neglasari - 58,20 - 58,20 Selapajang Jaya - - - - Karang Sari - 121,78 - 121,78 Karang Anyar - 99,97 - 99,97 Sub Jumlah - 356,63 8,65 365,28 11 Periuk Gembor - 78,21 11,73 89,94 Gebang Raya 4,00 170,82 - 174,82 Periuk 1,95 103,98 - 105,93 Sangiang Jaya - 1,92 - 1,92 Periuk Jaya - 24,93 - 24,93 Sub Jumlah 5,95 379,85 11,73 397,54 12 Pinang Panunggangan Utara 111,92 - - 111,92 Panunggangan Selatan 14,39 - - 14,39 Cipete 144,54 - - 144,54 Panunggangan Timur 75,66 - - 75,66 Pakojan 217,47 - - 217,47 Kunciran 150,03 - - 150,03 Kunciran Jaya 79,39 - - 79,39
  • 29. No Kecamatan Kelurahan Luas (ha) Pengembangan Kendala I Kendala II Jumlah Kunciran Indah 185,55 - - 185,55 Nerogtog 96,85 24,54 - 121,39 Pinang 87,98 27,64 - 115,62 Sudimara Pinang 91,20 8,88 - 100,08 Sub Jumlah 1.254,98 61,06 - 1.316,04 13 Tangerang Cikokol 164,90 - - 164,90 Babakan 23,83 - - 23,83 Kelapa Indah 174,12 - - 174,12 Sukasari - - - - Sukarasa - - - - Suka Asih - - - - Buaran Indah 26,19 17,11 - 43,30 Tanah Tinggi - 96,77 - 96,77 Sub Jumlah 389,03 113,88 - 502,91 Jumlah 4.495,22 3.155,17 118,90 7.769,29 Peta Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Permukiman Berdasarkan pengelompokan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prioritas pertama dalam pengembangan lahan permukiman berada pada kawasan yang termasuk pada kelas kawasan pengembangan. Semaksimal mungkin kegiatan permukiman didorong untuk menempati kawasan pengembangan ini. Prioritas kedua adalah pada kawasan kendala 1, yaitu dimana pengembangan permukiman pada kawasan ini masih layak dilakukan akan tetapi diperlukan adanya beberapa penataan fisik lahan. Sedangkan pada kawasan kendala 2 yang memiliki banyak hambatan fisik lahan, maka sebaiknya di dalam implementasinya dilakukan secara berhati-hati dengan pertimbangan yang matang dari berbagai aspek.
  • 30. Untuk dapat mengarahkan kegiatan permukiman pada kawasan pengembangan maka diperlukan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah, antara lain: 1. Mempersiapkan kawasan ini dengan segala sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan permukiman, baik berupa penyediaan sarana transportasi, saluran air bersih, jaringan listrik dan air bersih, fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, pasar, dan lain-lain. 2. Memberikan insentif berupa kemudahan atau pengurangan biaya di dalam pengurusan perizinan bagi investor yang hendak mengembangkan kegiatan permukiman di kawasan ini. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka diharapkan kawasan ini akan memiliki daya tarik untuk pemanfaatan permukiman, yang secara tidak langsung akan mendorong investor untuk membangun permukiman pada kawasan ini. Pengembangan kegiatan permukiman pada kawasan kendala 1 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). Penataan ini diperlukan terutama pada rencana kawasan permukiman di Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad dan Poris Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan Batuceper, Kebun Besar dan Porisgaga). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. Hal ini diperlukan terutama pada rencana kawasan permukiman di Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Pucung, Pondok Bahar dan Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog), Cipondoh (Kelurahan Gondrong) dan Periuk (Kelurahan Gembor), yang termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan kedalaman > 2 meter. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi keterbatasan airtanah yang terdapat pada rencana kawasan permukiman yang terdapat di Kecamatan Karawaci (Kelurahan Nambo Jaya, Pabuaran, Pabuaran Tumpeng, Sumur Pancing, Gerendeng, Margasari dan Cimone), Periuk (Kelurahan Periuk, Gebang Raya dan Gembor), Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi) dan Batuceper (Kelurahan Kebun Besar dan Porisgaga). Selain itu dimungkinkan untuk menyiapkan perizinan pemboran airtanah komunal pada kawasan tersebut dengan berbagai persyaratan dan pengawasan yang ketat, agar pengambilan airtanah yang terjadi tidak berlebihan. Khusus untuk rencana kawasan permukiman di Kecamatan Benda (Kelurahan Belendung dan Jurumudi Baru) dan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan), pengadaan saluran perpipaan PDAM mutlak diperlukan karena airtanah yang ada diindikasikan asin / tidak layak digunakan. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. Hal ini terutama untuk rencana kawasan permukiman pada wilayah Kecamatan Batuceper, Neglasari, Benda, Cibodas (Kelurahan Cibodas), Periuk (Kelurahan Periuk Jaya) dan Karawaci (Kelurahan Koang Jaya). Pengembangan kegiatan permukiman pada kawasan kendala 2 perlu diantisipasi dengan beberapa penataan sebagai berikut: 1. Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir). 2. Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir. 3. Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM. Hal ini terutama untuk mengatasi ketidaklayakan airtanah (asin / tidak layak digunakan) yang terdapat pada rencana kawasan permukiman di Kecamatan Benda dan Neglasari.
  • 31. 4. Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya. Hal ini berarti bahwa penyiapan konstruksi bangunan (pondasi) pada kawasan ini memerlukan spesifikasi tertentu yang lebih daripada umumnya konstruksi pada lahan yang stabil. 4.4 Kebijakan Penunjang Pengembangan Lahan Kebijakan penunjang pengembangan lahan dimaksudkan untuk merangsang perkembangan ke arah kawasan dengan kemampuan lahan yang tinggi serta sejalan dengan RTRW, sekaligus membatasi perkembangannya pada kemampuan lahan yang rendah atau tidak sejalan dengan RTRW. Berdasarkan kesesuaian lahan rencana pengembangan lahan di atas, dimana untuk masing- masing rencana fungsi kawasan (industri, perdagangan dan jasa, serta permukiman) hanya berkisar 50% dari keseluruhan luas lahan rencananya yang termasuk pada kawasan pengembangan, sedangkan sisanya berada pada klasifikasi kawasan kendala 1 dan kendala 2, maka diperlukan suatu perencanaan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan pada kawasan pengembangan sebagai prioritas utama, yang kemudian secara berangsur diarahkan ke kawasan kendala 1 sebagai prioritas kedua, dan kendala 2 sebagai prioritas terakhir. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan dukungan berupa berbagai kebijakan pemerintah daerah melalui perangkat insentif dan disinsentif untuk melakukan prioritas pengembangan ke kawasan dengan kemampuan lahan terbaik. Kebijakan insentif baik secara fisik maupun ekonomi dapat diberikan kepada investor atau masyarakat yang berencana membangun, dengan syarat sebagai berikut: 1. Syarat untuk pengembangan kawasan industri: a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai kawasan industri sesuai dengan RTRW. b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan). 2. Syarat untuk pengembangan kawasan perdagangan dan jasa: a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa sesuai dengan RTRW. b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan). c. Terkait dengan prioritas pengembangan kawasan permukiman. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hubungan timbal balik antar prioritas kawasan permukiman dengan perdagangan dan jasa. 3. Syarat untuk pengembangan kawasan permukiman: a. Lokasi yang dimohonkan termasuk di dalam lokasi yang telah direncanakan sebagai kawasan permukiman sesuai dengan RTRW. b. Terletak pada kemampuan lahan yang tinggi (kawasan pengembangan). c. Terkait dengan permukiman yang telah ada. Hal ini dimaksudkan untuk mengefisienkan pemanfaatan lahan sekaligus menghindari terciptanya permukiman yang sporadis, yang dapat berakibat pada pola pertumbuhan kota yang tidak terarah serta tingginya beban manajemen perkotaan dalam pengendalian dan pembiayaannya. Perangkat disinsentif dapat dikenakan kepada pemohon yang berencana membangun di kawasan dengan kemampuan lahan yang buruk (kendala 1, kendala 2, dan limitasi) dan tidak memiliki syarat-syarat seperti tersebut di atas. Untuk mendukung kebijakan ini maka diperlukan upaya sosialisasi baik kepada masyarakat maupun investor agar maksud dan tujuan dari sistem insentif dan disinsentif ini dapat dipahami dengan jelas dan didukung oleh masyarakat.
  • 32. Kesesuaian Lahan Rencana Kawasan Industri, Perdagangan dan Jasa, serta Permukiman Berdasarkan RTRW Kota Tangerang 2010-2030 Rencana Pemanfaatan Lahan Tingkat Kemampuan Lahan Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan Pemanfaatan Luas (ha) Kawasan Luas (ha) Industri 3.207,96 Pengembangan 1.561,58 - Kecamatan Jatiuwung, Cibodas, Karawaci, Periuk dan sebagian Kecamatan Tangerang - Kendala 1 1.434,49 Kestabilan pondasi yang sedang, yaitu terletak pada wilayah dengan litologi endapan alluvium, yang tidak terlalu baik dalam menahan bangunan di atasnya Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya, Alam Jaya, Jatake, Manis Jaya, dan Gandasari), Periuk (Kelurahan Periuk dan Periuk Jaya), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Batusari dan Batu Jaya), Neglasari dan Benda Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya Drainase kurang baik Kecamatan Batuceper (Kelurahan Batuceper dan Kebon Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru) Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir) Ketersediaan airtanah, yaitu sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak layak) Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Baru, Kedaung Wetan dan Neglasari) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda) Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM Kerentanan bencana, yaitu berpotensi banjir dengan kedalaman 0,5-2 meter Kecamatan Jatiuwung (Kelurahan Pasir Jaya) dan Periuk (Kelurahan Sangiang Jaya dan Periuk Jaya) Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir Kendala 2 211,89 Kestabilan pondasi, termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang Kecamatan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan dan Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru) Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir) Ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM
  • 33. Rencana Pemanfaatan Lahan Tingkat Kemampuan Lahan Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan Pemanfaatan Luas (ha) Kawasan Luas (ha) Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir Perdagangan dan Jasa 2.586,47 Pengembangan 1.393,53 - Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, Cibodas dan Karawaci - Kendala 1 1.163,95 Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang Kecamatan Batuceper, Neglasari dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru dan Benda) Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang Kecamatan Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad Utara), Batuceper (Kelurahan Batuceper, Porisgaga, Porisgaga Baru, Poris Jaya dan Kebun Besar) dan Benda (Kelurahan Jurumudi Baru) Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir) Ketersediaan airtanah, termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu asin / tidak layak digunakan Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM Kerentanan bencana, termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir Kecamatan Periuk (Kelurahan Periuk dan Gebang Raya), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog) dan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Bahar) Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir Kendala 2 28,99 Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang Kecamatan Neglasari (Kelurahan Selapajang Jaya) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru) Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir)
  • 34. Rencana Pemanfaatan Lahan Tingkat Kemampuan Lahan Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan Pemanfaatan Luas (ha) Kawasan Luas (ha) Ketersediaan airtanah, dimana termasuk dalam wilayah dengan indikasi ketersediaan airtanah yang buruk, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan ketinggian sampai dengan 0,5 meter Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir Permukiman 7.769,29 Pengembangan 4.495,22 - Kecamatan Larangan, Ciledug, Karang Tengah, Cipondoh, Pinang, Tangerang, dan Karawaci - Kendala 1 3.155,17 Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang Kecamatan Batuceper, Neglasari, Benda, Cibodas (Kelurahan Cibodas), Periuk (Kelurahan Periuk Jaya) dan Karawaci (Kelurahan Koang Jaya) Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik, yaitu mempunyai jenis tanah podsolik hidromorf yang kurang mampu menyerap air sehingga air cenderung menggenang Kecamatan Tangerang (Kelurahan Tanah Tinggi), Cipondoh (Kelurahan Poris Plawad dan Poris Plawad Utara) dan Batuceper (Kelurahan Batuceper, Kebun Besar dan Porisgaga) Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir) Ketersediaan airtanah, dikarenakan sifat fisik airtanahnya yang asin (tidak layak) Kecamatan Benda (Kelurahan Belendung dan Jurumudi Baru) dan Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan) Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM Kerentanan bencana, termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir dengan tingkat kedalaman banjir bisa mencapai > 2 meter Kecamatan Karang Tengah (Kelurahan Pondok Pucung, Pondok Bahar dan Pedurenan), Pinang (Kelurahan Pinang dan Nerogtog), Cipondoh (Kelurahan Gondrong) dan Periuk (Kelurahan Gembor) Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir Kendala 2 118,90 Kestabilan pondasi, dimana termasuk dalam kemampuan lahan kestabilan pondasi yang sedang Kecamatan Periuk (Kelurahan Gembor), Neglasari (Kelurahan Kedaung Wetan) dan Benda (Kelurahan Jurumudi dan Jurumudi Baru) Pertimbangan teknis yang matang di dalam konstruksi bangunan (pondasi), dengan memperhitungkan kemampuan jenis batuan yang ada dalam menopang bangunan di atasnya
  • 35. Rencana Pemanfaatan Lahan Tingkat Kemampuan Lahan Hambatan Fisik Lokasi Prioritas Penataan Lahan Pemanfaatan Luas (ha) Kawasan Luas (ha) Drainase, dimana termasuk dalam kemampuan drainase yang kurang baik Penataan saluran / sistem drainase, terutama dalam hal kemiringan dan arah saluran penggelontoran untuk menghindari terjadinya genangan air (banjir) Ketersediaan airtanah, yaitu airtanahnya diindikasikan asin / tidak layak digunakan Penyiapan sarana dan prasarana air bersih, yaitu dengan pengadaan saluran perpipaan PDAM Kerentanan bencana, dimana termasuk dalam wilayah rawan bencana banjir Pembuatan tanggul / turap penahan banjir disertai dengan pompa, untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya banjir