Syair ini mengangkat tema kerusakan lingkungan akibat kelakuan manusia yang serakah dan tidak peduli. Sastrawan menggambarkan bagaimana suara-suara alam seperti burung dan hewan liar sudah tidak terdengar lagi, pohon-pohon mulai hilang, musim menjadi tidak teratur, dan manusia hanya meninggalkan kenangan akan keindahan alam sebelumnya. Syair ini mengingatkan manusia untuk lebih peduli terhadap lingkungan atau
1. Jangan Abaikan Aku
Andi Utari Samsir
Alam yang subur hampir mati
Zaman terlihat mengabaikan ini
Hati manusia keras bagaikan besi
Melambung jauh di atas kerusakan bumi
Kicauan burung akan menghilang
Saat menyambut datangnya siang
Akan tampak langit yang kosong
Akibat nafsu manusia yang sungguh sayang
Kekejaman itu hadir tanpa mereka sadari
Dengan majunya kehidupan ini
Kesadaran itu semakin tak terkendali
Dengan kerusakan-kerusakan di bumi
Musim berganti tak berurut lagi
Para petani akan merugi
Makanan pokok akan mati
Kami tidak akan bisa menikmati
Semua karena keserakahan manusia
Yang tak mendengar setiap kata
Seakan tak sadar akan menderita
Akibat perbuatan sesuka mereka
Keseimbangan bumi akan menghilang
Para penghuninya akan bernasib malang
Tak adanya kesadaran yang datang
Akan membuat bumi tak lagi terang
Kami butuh lingkungan
Lingkungan butuh kasih sayang
Hilangkan kerusakan di lingkungan
Musnahkan para penghalang
Cintai alam kehidupanmu
Agar tidak menjadi kacau
Lakukanlah atas keinginanmu
Tanpa batas waktu tertentu
2. Syair Panji (Syair Abdul Muluk)
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamit syah padaku sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.
Abdul Muluk putra baginda,
Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik majelis usulnya syahdam
Tiga belas tahun umurnya ada.
Paras elok amat sempurna,
Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina
Syair Romantis (Syair Bidasari Lahir)
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat
Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah pada dagang biaperi
Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa
Seri padukan sultan bestari
Setelah ia sudah beristri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah puteri permaisuri
Demi ditentang duli mahkota
Makinlah hati bertambah cinta
Laksana mendapat bukit permata
Menentang istrinya hamil serta
Beberapa lamanya di dalam kerajaan
Senantiasa ia bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan takhta kerajaan
3. Datanglah kepada suatu masa
Melayanglah unggas dari angkasa
Unggas garuda burung perkasa
Menjadi negeri rusak binasa
Datang menyambar suaranya bahna
Gemparlah sekalian mulia dan hina
Seisi negeri gundah gulana
Membawa dirinya barang ke mana
Baginda pun sedang dihadap orang
Mendengarkan gempar seperti perang
Bertitah baginda raja yang garang
Gempar ini apakah kurang
Syair Kiasan (Syair Ikan Terubuk)
Bismillah itu permulaan kalam
Dengan nama Allah Khalik al-‘alam
Melimpahkan rahmat siang dan mala
Kepada segala mukmin dan Islam
Mula dikarang ikan terubuk
Lalai memandang ikan di lubuk
Hati dan jantung bagai serbuk
Laksana kayu dimakan bubuk
Asal terubuk ikan Puwaka
Tempatnya konon dilaut Malaka
Siang dan malam berhati duka
Sedikit tidak menaruh suka
Pagi dan petang duduk bercinta
Berendam dengan airnya mata
Kalbunya tidak menderita
Karena mendengar kabar berita
Pertama mula Terubuk merayu
Berbunyilah guruh mendayu-dayu
Senantiasa berhati sayu
Terkenang putrid ikan puyu-puyu
Putrid puyu-puyu konon namanya
Didalam kolam konon tempatnya
Cantik majelis barang lakunya
Patutlah dengan budi bahasanya
4. Kolam tu konon di tanjung padang
Disanalah tempatnya terubuk bertandang
Pinggangnya ramping dadanya bidang
Hancurlah hati terubuk memandang
Muda menentang dari saujana
Melihat putrid terlalu lena
Hati di dalam bimbang gulana
Duduk bercinta tiada semena
Gundah gulana tidak ketahuan
Lalulah pulang muda bangsawan
Setelah sampai ke tanjung tuan
Siang dan malam igau-igauan
Syair Sejarah (Syair Sejarah Negaradipa)
Mangkubumi saudagar kaya
Kerabat raja yang bijaksana
Berputra seorang elok rupanya
Empu Jatmika konon namanya.
Empu Jatmika terus bertambah usianya
Hingga dewasa menjadi cendikia
Dikawinkan dengan Sira Manguntur namanya
Putri cantik pandai bertutur kata.
Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat
Kakak beradik tampan gagah muda belia
Itulah namanya putra Empu Jatmika
Sama elok sama tampan sama pandainya.
Karena sudah keadaan
Sakitlah Mangkubumi yang dipertuan
Hamba sahaya semua bersedih menaruh kasihan
Kemudian semua sanak famili dikumpulkan.
Saudagar Mangkubumi yang dipertuan
Sakitnya bertambah tidak tertahan
Selalu dijaga seluruh handai taulan
Dari hari berganti bulan.
Setelah Mangkubumi merasa tidak kuat bertahan
Saatnya dunia yang fana harus ditinggalkan
Nafas terengah air mata mengalir perlahan
Lemah tak berdaya sekujur badan.
5. Empu Jatmika dan kedua putranya
Duduk bersimpuh bersama ibunya
Membelai mencium tangan ayahanda
Duduk terpekur membaca doa.
Lalu berkata Mangkubumi tercinta
Meninggalkan amanat kepada anakda
Hadirin mendengar dengan hikmatnya
Diterimalah wasiat oleh anak cucunya.
Adapun amanat yang ditinggalkannya
Kepada anaknya Empu Jatmika
Tersusun bunyi kata-katanya
Harus kerjakan diingat pula.
Wahai anakku Empu Jatmika
Serta cucuku Empu Mandastana
Lambung Mangkurat duduk beserta
Sira Manguntur dan neneknya Sitira.
Jika aku sudah tak ada lagi
Meninggalkan dunia yang fana ini
Pertama-tama jagalah diri
Martabat keluarga dijunjung tinggi.
Kedua pula janganlah kikir
Bersikaplah adil tak boleh mungkir
Hormatilah pula setiap orang pakir
Setiap tindakan harus dipikir.
Selain itu sebagai ketiga
Sesudah aku meninggalkan dunia
Hendaklah turut dan kerjakan segera
Pergilah anakda dari negeri kita.
Sebabnya itu wahai anakku tersayang
Di negeri Keling negeri kita sekarang
Banyaklah orang sebagai penghalang
Yang iri dengki selalu datang.
Syair Agama (Syair Kiamat)
Bismillah itu permulaan kalam,
Dengan nama Allah Khalikul'alam,
Dipermulai kitab diperbuat nazam,
Supaya ingat mukmin dan Islam.
6. Sudah memuji Tuhan yang kaya,
Salawatkan rasul Nabi yang mulia,
Itulah penghulu segala Anbia,
Sekalian Islam jin dan manusia.
Barang yang maksiat beroleh bala,
Kerana murka Allah Taala,
Di dalam neraka ia tersula,
Badannya hancur tiada terkala.
Dijadikan dunia oleh Tuhanmu,
Bukan di sini akan tempatmu,
Sekadar ibadah dengan ilmu,
Serta amalkan dengan yakinmu.
Barang bercinta akannya mati,
Tidaklah lupa berbuat bakti,
Siang dan malam diamat-amati,
Seumur hidup tidak berhenti.
Harta itu cari olehmu,
Sambil dengan menuntut ilmu,
Serta amalkan dengan baktimu,
Supaya jangan jadi selemu.
Tinggal Kenangan (Syair Lingkungan)
I
Alam negeri yang subur telah sekarat menjelang mati.
Generasi zaman ini tak tahu lagi dengan kayu meranti.
Tak tahu kayu tembesu yang kerasnya bagaikan besi.
Pohon-pohon cendana yang harum tak tampak lagi.
Kelak, kicau burung pungguk yang menghias malam telah menghilang.
Bagai kini di angkasa luas tak terdengar lagi pekikan burung elang.
Atau siulan indah burung murai menyambut datangnya siang.
Sungguh alam telah hancur luluh akibat nafsu manusia jalang.
II
Tak terdengar lagi pekikan rimba siamang di tebing-tebing.
Ataupun kodok bernyanyi sambut berakhirnya musim kering.
Dan menyambut pagi melompat- lompat burung Srigunting.
Kini telah hilang keseimbangan alam yang begitu penting.
Adalah kebodohan memindahkan hewan ke taman-taman.
Jadikan manusia yang mulia berubah menjadi pelayan hewan.
7. Pada makhluk yang lebih rendah derajatnya kita memberi makan.
Sungguh sebuah perilaku aneh dan tak rasional yang menyesakkan.
III
Kalaulah hewan dan tumbuhan bisa bicara.
Mereka akan tertawakan kebodohan manusia.
Hutan yang gratis dibabat habis sampai musnah.
Setelah itu buat hutan lagi keluarkan banyak biaya.
Tebing-tebing dihancurkan dan sungai pun mengering.
Habiskan segalanya dan musnahkan tempat trenggiling.
Tiada lagi embun pagi nan sejuk disaat fajar menyingsing.
Sungai-sungai besar pun mengecil tak lebih seperti siring.
IV
Pergantian musim jadi kacau dan tak harmoni seperti dulu.
Para petani yang tak berdaya hanya bisa menangis pilu.
Tanda-tanda alam untuk awali aktivitas sudah tak tentu.
Musibah yang datang pun sudah tak mengenal waktu.
Semua terjadi karena keserakahan umat manusia.
Yang tak mendengar firman dan bijaknya kata.
Yang lupa bahwa mereka akan menderita.
Akibat perbuatannya yang sesuka-suka.
V
Dalam masa yang tidak lama lagi yang tinggal hanyalah kenangan dan cerita.
Tentang pemandangan alam yang seimbang pernah ada di suatu masa.
Tentang aneka hewan dan tumbuhan yang menjadi penyejuk mata.
Yang dahulu lama bertahan karena semua dengan kitab suci ditata.
Kini, disaat bangun pagi pekatnya udara polusi langsung terasa.
Serangga yang bertahan adalah yang beracun & kebal pestisida.
Hewan-hewan yang bertahan adalah mereka yang lemah raga.
Bumi makin panas dihiasi gedung tinggi dibuat dengan bangga.
VI
Berhati-hatilah manusia bumi kala kesimbangan telah menghilang.
Makhluk-makhluk ciptaan Allah juga yang bernasib malang.
Hukum Ilahi pun dilanggar dan lakukan apa yang dilarang.
Kelak hanya tinggal bumi yang sekarat kering kerontang.
Peringatan demi peringatan Ilahi telah didatangkan.
Sebagaimana kaum dahulu sebelum dimusnahkan.
Betapa mudah bagi Allah menenggelamkan.
Karena negeri kita ini dikelilingi oleh lautan.
VII
Adalah saatnya untuk kembali.
Patuhi seruan dari kitab suci.
8. Sebelum datangnya janji hari.
Ketika taubat tak diterima lagi.
Dan yang tinggal hanya sesal.
Di kehidupan akhir yang kekal.
Betapa ratap tak guna bakal.
Karena semuanya sudah final.