SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
regangan linear. Sedangkan letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik 
yang dipasang dalam suatu penampang sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton 
mempunyai kedalaman cukup agar dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya, di mana re-sultante 
tegangan tekan seimbang dengan resultante tegangan tarik () H = o). Apabila 
pada penampang tersebut luas tulangan baja tariknya ditambah, kedalamaru'blok tegang-an 
beton tekan akan bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser 
ke bawah tagi. Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral 
pada posisi di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada bala tarik dan re-gangan 
PDF Create! 5 Trial 
beton tekan maksimum O,OO3, maka penampang disebut bertulangan seimbang. 
Kondisi keseimbangan regangan menempati posisipenting karena merupakan pembatas 
antara dua keadaan penampang balok beton bertulang yang berbeda cara hancurnya. 
Apabila penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik 
lebih banyak dariyang diperlukan untuk mencaFai t<eseimbangan regangan, penampang 
balok demikian disebut bertulangan lebih (overreinforced). Berlebihnya tulangan baja ta-rik 
www.nuance.com 
mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah, lihat Gambar 2.8. Hal yang demikian pa-da 
gilirannya akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum -0,003 se-belum 
tulangan baja tariknya luluh. Apabili penampang balok tersebut dibeblrii iromen 
lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga kemampuan regang-an 
bston terlampaui, maka akan berlangsung keruntuhan dengan beton hancur secara 
mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih dahulu. Sedangkan 
+attila suatu penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik 
hrang dari yang diperlukan untuk kifl mencapai keseimbangan regangan, penampang demi- disebul bertulangan kurang (underreinforced). Letak garis netrat akan lebih naik se- 
Gambar 2.8. 
Variasi letak garis netral
dikit daripada keadaan seimbang, lihat Gambar 2.8, dan tulangan baia tarik akan mendahu' 
lui mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sebelum beton mencapai regangan 
maksimum 0,003. Pada tingkat keadaan ini, bertambahnya beban akan mengakibatkan tu' 
langan baja mulur (memanjang) cukup banyak sesuai dengan perilaku bahan baia (lihat di-agram 
f-e baja), dan berarti bahwa baik regangan beton maupun baja terus bertambah te-tapi 
gaya tarik yang bekerja pada tulangan baja tidak bertambah besar. Dengan demikian 
PDF Create! 5 Trial 
berdasarkan keseimbangan gaya-gaya horisontal 2 H=O, gaya beton tekan tidak mungkin 
bertambah sedangkan tegangan tekannya terus meningkat berusaha mengimbangi be' 
ban, sehingga mengakibatkan luas daerah tekan beton pada penampang menyusut (ber-kurang) 
yang berarti posisi garis netral akan berubah bergerak naik. Proses tersebut di 
atas terus berlanjut sampai suatu saa't daerah beton tekan yang terus berkurang tidak 
mampu lagi menahan gaya tekan dan hancur sebagai efek sekunder. Cara hancur demi-kian, 
yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa meluluhnya tulangan baja tarik berlangsung 
www.nuance.com 
meningkat secara bertahap. Segera setelah baja mencapaititik luluh, lendutan balok me-ningkat 
taiam sehingga dapat merupakan tanda awal dari kehancuran. Meskipun tulangan 
baia berperilaku daktail (liat), tidak akan tertarik lepas dari beton sekalipun pada waktu terja' 
di kehancuran. 
2..6 PEMBATASAN PENULANGAN TARIK 
Dengan demikian adadua macam cara hancur, yang pertama kehancuran diawali meluluh-nya 
tulangan baja tarik berlangsung secara perlahan dan bertahap sehingga sempat mem' 
berikan tanda-tanda keruntuhan, sedangkan bentuk kehancuran dengan diawali han' 
curnya beton tekan terjadi secara mendadak tanpa sempat memberikan peringatan. Tentu 
saja cara hancur pertama yang lebih disukai karena dengan adanya tanda peringatan, resi-ko 
akibatnya dapat diperkecil. Untuk itu, standar SK SNI T-15-1991 -03 menetapkan pem - 
batasan penulangan yang perlu diperhatikan. Pada pasal 3.3.3 ditetapkan bahwa jumlah 
tulangan baia tarik tidak boleh melebihi 0,75 darijumlah tulangan baja tarik yang diperlu-kan 
untuk mencapai keseimbangan regangan, 
Ass0,75 As6 
Apabila jumlah batas penulangan tersebut dapat dipenuhi akan memberikan jaminan bah' 
wa kehancuran daktail dapat berlangsung dengan diawali meluluhnya tulangan baja tarik 
terlebih dahulu dan tidak akan terjadi kehancuran getas yang lebih bersilat mendadak. 
Ungkapan pembatasan jumlah penulangan tersebut dapat pula dihubungkan da-lam 
kaitannya dengan rasio penulangan (p) atau kadang-kadang disebilt rreio baia, per' 
bandingan antara jumlah luas penampang tulangan baja tarik (A") terhadap luas elektif pe-nampang 
(lebar bx tinggi efektif d),
p=+ bd 
Apabila pembatasan dibedakukan, di mana rasio penulangan maksimum yang diijinkan di-batasi 
dengan 0,75 kali rasio penulangan keadaan seimbang (p6 ), sehingga : 
Pmaks= 0,75 p6 
t-ffiuk menentukan rasio penulangan keadaan seimbang (nJ dapat diuraikan berdasarkan 
pada Gambar 2.9 sebagai bedkut: 
Letak garis netral pada keadaan seimbang dapal ditentukan dengan menggunakan segi 
tiga sebanding dari diagram regangan. 
co=d 
0,003 (o'*.4) 
Trial 
Create! 5 PDF Dengan memasukkan nilai E"- 200.000 MPa, maka: 
www.nuance.com 
3__ = o, oo3 (d) 
(o.oog*-t-) 
 200000i 
600 {d) 
^"- ' -- -o..-o)-oi-+f, (z-t) 
dan, karena 2H=Q dan Np6= N74, mdka (O,8Sf",lB1c6b= A"ofy 
^- - A"ofY "' - (0,85 f"'l1rb 
Aso-- P&d 
b ffi .aH=0,Gt 9,6 t"', 
r----n 
drag,am,eganga" offJ:iijffiXXn;i,jff 
Gambar 2.9. 
Keadaan Seimbang Regangan
- p6bdfy 
{{0,85 fc')pp 
co=@pu d fy_ 
(z-z) 
Dengan menggunakan persamaan (2-l) dan (2-2ldapat dicarip6 P^ o(o=,as T6,iB*,)r "60"0 i 
Dari persamaan terakhir tersebut di atas, untuk mendapatkan nilai p6dapat digunakan daf - tar yang dibuat berdasarkan berbagai kombinasi nilai t"', d,if- 
Trial 
"'- 
Create! 5 PDF (z-s) 
qglfoh*2j? 
Pada contoh 2.r, tentukan jumtah turangan baja tarik yang dipertukan untuk mencapai keadaan seimbang, di mana d = 570 
^l*, b __ 2SO ri, {,= O,ooz Dengan mengacu kepada definisi keadaan keseimbangan, di"gr"^ regangan harustah seperti ditunjukkan padaGambar2.t0. 
Penyelesaian. 
www.nuance.com 
0,"0o0 3=- @-") O,OO2 
0,002 c6= 0,003(570 - c6) 
0,OO2 c6+ 0,003 c6= 1,71 
t.i 
tf E= --s'i- t'-r{ = .J.Lt C,-:',, . Ait tt;. lry=tt; 
diagram legangan dan 
kopet mornen dalarn 
Gambar 2.10. 
Sketsa Contoh 2.2
1,71 c, =6liE= 342mm 
do = ft co= 0,85(3421= 2go,7 mm 
Noo = (0,95 t",) a6b 
= 0,85(30X290,7X2501 1 0-s = 1853,2 kN 
Nro = A"afy 
Nrn = Noo 
PDF Create! 5 Trial 
maka tulangan yang diperlukan, 
1^-_Nm _ Not 
vs ty fy 
_1853,2 (10)3 
l['i-=4633 nm2 
Dengan membandingkan luas tulangan baja yang diperlukan untuk mencapai keadaan 
seimbang dengan ruas turangan tersedia pada penampang barok (g,,2s= t+is,rli o* pat disimpulkan penampang tersebul bertutangan kurang, di mana hancurnya diawali ngan de- meluluhnya tulangan baja tarik. 
Pemeriksaan apakah_persyaratan balok tipe daktail terpenuhidilakukan sebagai berikut: 
^ //.'O,75 Asa= 0,75(4633) mmz = S47S mm2> 14TS mmz 
l:-l*t+[t{.oip:l'+an 9?1ry1{!ruk barok y?ns e_q!t?, p.enqtqlsan rinsan rer- 
P:la lellh eJ9!e'n-d,b3!d!Ig,fan de0gan penulangan berat. Hallersebut dapat oijllaskan bahwa untuk balok dengan dimensi tertentu, pertambahan A" akan disertai dengan ber- kurangnya panjang lengan momen pada kopet momen dalam (z = d _ na). Agar didapat gambaran yang jelas kita tinjau ulang permasalahan pada Contoh 2.1 terdahulu dengan A" digandakan dua kali dan kemudian dihitung nilai Mn untuk diban- dingkan hasilnya, sebagai berikut: 
www.nuance.com 
A" = 2(1473) = 2946 mmz (naik 100olo) 
a - 2946(M) 
- - o^85i6ffii == 1I eu4a'au tth * 
Mn = 0,85(30) (1 s4s) 1zsol(szo_T)r,0,. = 562,7 kNm 
Padahal s€p€rti didapat dari Contoh 2.1, Mr=g0g,54 kNm, hanya ada kenaikan sebesar : 
F6e7 -308,54) 
(3Oq#) - x10Oh=82/o 
Contoh 2.3 
Femeiksaan ulang daffiilitas pada permasalahan contoh 2.r dengan menggunakan 0.75 p6sebagai pembatas, menggunakan TabetA_6 Apendiks A.
Penyelesaian. 
p=fAr=s 1473 
250(5?0) = o,o1o3 
DariTabel A-6 Apendiks A, untuk fy= 4O0 MPa dan f"'= 30 MPa, didapat: 
Pmaks= 0,75 P6= 0,0244 > 0,0'103 
Persyaratan peraturan dapat juga diungkapkan dalam p€rsanaan Aslmaksl= O,7S Ash d. 
manaAsDsudah dihitung pada Contoh 2.2. 
As(maks)= 0'75(4633) = 3466 mm2> 1473 mmz 
Tabel A-6 pada Apendiks A memberikan nilai 0,75 podan pyang dbarankan untuk berba-gai 
kombinasitegangan luluh baja dan kuat beton, untuk komponen balok dan plat. Tabel 
tersebut digunakan sebagai acuan prahis untuk menentukan agar balok memenuhi per-syaratan 
daktilitas yang ditetapkan. Dengan demikian konsep dan kriteria p€nampang Se-imbang 
berguna sebagai acuan atau palokan, baik untuk perencanaan ataupun analisis 
dalam menentukan cara hancur yang sesuai dengan peraturan. Apabila jumlah tulangan 
baia tarik melebihitulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang, 
akan terjadi hancur getas, sedangkan di lain pihak bila jumlah luas tulangan baja tarik ku-rang 
daritulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang, terjadi 
hancur daktail. 
SK SNIT-15-1991'03 pasal3.3.5. persamaan (3.3-3) juga memberikan batas mini-mum 
rasio penulangan sebagai berikut: _  r,+ 
, Pmtntmum- , -.,- -f, 
I 
,'i =* {!'z4l 'rttfic 
p,, = "4 -_ c oo5dl 
)_qn 6 o.x,lz"l,.) 
Batas minimum penulangan lebih menjarnin tidak terjadinya 
hancur secara tiba'tiba seperti yang terjadi pada balok tanpa tulangan. Karena bagaimana-pun, 
balok beton dengan penulangan tarik yang sedikit sekalipun harus mempunyai kuat 
momen yang lebih besardari bihk tanpa tqlangan, dtmgn.a ygng lgrakhir tg-r-sebut dtperbi- 
_t!ruIan leEglgkanmodulus p€9ahnya. ftmbarasan minimum sepertidi atas tidak ber-lakuintuk 
pfffiisU{!!n kelebhlan tetap dan plat dari batok T yang rerrarik. penutang-an 
minimum plat harus mempeihitungkan kebutuhan memenuhipersyaratan tulangan su-sutdansuhusepertiyangtelahdiaturdalamSKSNlT. 
15.1991.03pasal3.16.12. 
)1-f , 11 i,( - .: _' - 0+f.i ; ' 
2.7 P- Er RSYARATAN KEKUATAN 1 .. (-r1Yt':' -:t 6'q7'tr{{t "] . Jt { 
Penerapan laktor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujr*.=th*?"- 
ngendalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membahayakan bagi penghuni, di lain 
pihak harus juga memperhitungkan laktor ekonomi bangunan. Sehingga untuk menda-patkan 
lahor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan relatif yang inOin dicapai 
/. 
Trial 
Create! 5 com 
nuance.PDF www.
trtt* dilakai sebagai dasar konsep laktor keamanan tersebut. Struktur bangunan dan 
trsrponen-komponennya harus direncanakan untuk mampu memikul beban lebih di atas 
b€ban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih tersebut disediakan untuk memperhi-urtgkan 
dua keadaan, yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja yang lebih besar dari 
yang ditetapkan dan kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan komponen struk- tr akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi syarat. 
Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut: 
Kekuatan yang tersedia z Kekuatan Trial 
yang dibutuhkan 
Create! 5 PDF Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan menggu-nakan 
kriteria dasar tersebut. Kqkuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat perlumenurut 
sKSNlr-15-1991-03, dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun momen, gaya 
geser, dan gaya-gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. Beban rencana 
atau beban terfaktor didapatkan dari mengalikan beban keria dengan faktor beban, dan 
kemudian digunakan subskrip u sebagai penunjuknya. Dengan demikian, apabila diguna-kan 
www.nuance.com 
kata sifat rencana alau rancanganmenunjukkan bahwa beban sudah terfahor. Untuk 
beban matidan hidup SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.2.2 ayal l menetapkan bahwa beban 
rencana, gaya geser rencana, dan momen r€ncana ditetapkan hubungannya dengan 
beban kerja arau beban guna melalui persamaan sebagaiberikut: 
U= 1,2D+ 1,6L persaraan (3.2-l ) SK SNt T-15-1991 -09 
dimana Uadalah kuat rsncana (kuat perlu), D adalah beban mati, dan I adalah beban hi-drp. 
Faktor beban berbeda untuk beban mati, beban hidup, beban angin, ataupun be-ban 
gempa. Ketentuan laktor beban untuk jenis pembebanan lainnya, tergantung kombi-nasi 
pembebanannya terdapat dalam sK sNl r-15-1 991 -03 pasal s.2.2 ayat 2,3, dan 4. 
Sebagaicontoh beban rencana adalah wu= 1,2ws1+ 1,6w4, sedangkan momen 
perlu atau momen rsncana untuk beban mati dan hidup adalah Mu= 1,2Mp1+ 1,6M1y. 
Pengqunaan laktor beban adalah usaha untuk memperkirakan kemungkinan terdapat be-ban 
keria yang lebih besar dari yang ditetapkan, perubahan penggunaan, ataupun urutan 
dan metoda pelaksanaan yang berbeda. Seperti diketahui, kenyataan di dalam prahek 
terdapat beban hidup tertentu yang cenderung timbul lebih besar dari perkiraan awal. 
Lain halnya dengan beban mati yang sebagian besar darinya berupa berat sendiri, se-' 
hingga fahor beban dapat ditentukan lebih kecil. Untuk memperhitungkan berat struktur, 
berat satuan belon bertulang rata-rata ditetapkan sebesar 2400 kgf/ma = 23 kN/ms dan 
penyimpangannya tergantung pada jumlah kandungan ba;E-rufahgannya. Kuat ultimit 
kornponen struktur harus memperhitungkan seluruh beban kerja yang bekerja dan ma-siqrma- 
sing dikalikan dengan laktor beban yang sesuai . ,,, Pasal3.2.3 memberikan ketentuan konsep keamanan lapis kedu4,ldah reduksi ka-p6fas 
teoretik komponen struhur dengan menggunakan laktor reduksi kekuatan (f)
dalam menentukan kuat rencananya. Pemakaian laktor 0 d.lmaksudkan untuk memperhi-tungkan 
kemungkinan penyimpangan terhadap kekuatan bahan, pengeriaan, ketidak te-patan 
ukuran, pengendalian dan p€ngawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing'ma' 
sing laktor mungkin masih dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan 
kapasitas lebih rendah oerrgen-den!!!qn,-ap-?g!9"BlS9lE !!!.4ikan de19. a1kyat iQg-ql-!eo-- 
Iglllpgledisudah letnas,uKm{nRe$itunglel -linsKaldektilitas, kepcnlinggl' gsrta--tr-[9- 
fal-lt l.9p n g-gran.S.Ugtu kgmpongn itruktur sedemikian hingga kekuatannya dapa! di-te- 
n t"u"k'Saniin. Oar 
PDF Create! 5 Trial 
SK SNtT-1S-1991-03 pasal 2.2.3 ayal2 memberikan laktor reduksi keku-atan 
f untuk berbagai mekanisme, antara lain s-ebagaiberikut: 
t/'Lentuitanpa beban aksid {ffi, 
/ ggggl! a" Ptttir 
=*--Z---o'oo-, 
Tarik aksial, tanpa dan Oengiildniirr 
Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur (sengkang) 
Tekan aksia l, tanpa dan dengan lentur (spiral) 
= 0,80 
= 0,65 
= 0,70 
www.nuance.com 
TumPuan Pada beton = 0,70 
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang digunakan Ms (kapasitas 
momen) sama dengan kuat mom€n ideal Mndikalikan dengan laktor f, 
Ms=S Mp (2-41 
Konsep keamanan seperti di atas, berbeda dengan apa yang telah kila kenaldalam PBI 
1971. Dalam PBI 1g71, faktor atau koefisien keamanan terdiri dari koelisien pemakaian 
(Ip), bahan (ym), dan beban (y"). Koefisien pemakaian beton hanya dibedakan untuk te' 
gdngan tekan lentur pada beban tetap (beban mati+ beban hidup) dan beban sementara 
(beban mati + beban hidup + beban angin atau gempa), sementara untuk tulangan baia 
tidak dibedakan. Koelisien bahan untuk beton maupun baja didasarkan pada tingkat pe-nyimpangan 
pelaksanaan pekerjaan, berlaku baik untuk keadaan beban tetap maupun 
beban sementara. Dengan demikian, laktor keamanan suatu komponen struktur beton 
bertulang tidak jelas karena nilainya merupakan gabungan dari beton dan bdia, yang t&' 
gantung pada variasi komposisinya. Sedangkan koefisien beban, secara global clibeda-kan 
antara beban tetap dan beban sementara, berlaku baik untuk beton maupun baia' 
Beban tetap terdiri dari beban mati,termasuk berat komponen sendiri, dan beban hidup. 
Sedangkan beban sementara merupakan gabungan beban tetap dengan pengaruh-pe-ng" 
run angin dan gempa. Dengan demikian, besar laktor keamanan untuk masing+na-sing 
jenis beban (beban mati, beban hidup, beban angin, atau beban gempa) tidak dike-tahui 
proporsinya. Dengan demikian pula, analisis dan perencanaan untuk setifu p€nam-pang 
harus dihitung dua kali, masing-masing untuk kondisi beban tetap dan beban se-menlara. 
Dari kedua perhitungan tersebut diambil yang paling aman, sehingga tidak ia' 
rang keputusan akhir didasarkan pada nilai yang terlalu konservatif.
2.8 ANALISIS BALOK TERLEHTUR 
BERTULANGAN TARIK SAJA 
Analisis penampang balok terlentur dilakukan denEan terlebih dahulu mengetahui dimen-si 
unsur-unsur penampang balok yarg tar*i dai:irnlah dan ukuran tulangan baja tarik 
(A"), lebar balok (b), tinggi elektif (d), tingEi tdaj (fi), f"', dan /n sedangkan yang dicari 
adalah kekuatan balok ataupun manilestrci k€hrdan dalam bentuk yang lain, misalnya 
menghitung Mn, alau memeriksa kehanddil dfrnensi penampang balok tertentu terha-dap 
PDF Create! 5 Trial 
beban yang bekeria, atau menghitunE jrrr*dr beban yang dapat dipikul balok. Djlg1' 
E!ak' Uoses Pglgl-c?laan balok tedsntur dd*r menentukin satu atau lebjh unsur di-feryi 
pggnpgts"Gr-o!. ygt'g bglLlr,djlelehui elqr, rlerrghltunsirrr"i r;i",rn"i *- 
langan t-eli! 4g]c-m p_e.lrgnp-artg berlasasan nutu bahan dan jenis pembebanan yang su-dah 
ditentukan. Penting sekali untuk meng$d perbedaan dua pekerjaan dan permasa-lahan 
tersebut dengan baik, masing-masrng memilikilangkah penyelesaian berbeda. 
www.nuance.com 
Contoh 2.4 
Buktikan bahwa balok pada Gambar 2.11 tdah atkup memenuhi persyaratan SK SN, 7-- 
15-1991-03. Beban mati merata = 12 kN/m (di tuar berat sendiri), beban hidup merata = 
12 kN/m, Beban hidup terpusat = 54 kN (di terryah bentang). Mutu bahan ! fr,= gg 11trp", ty= 400 MPa. Pembufiian ditakukan dengan cara membandingkan kuat momen pra6is 
Mpdengan momen rencana yang ditimbutkan oteh beban rencana (beban brtafuor) Mu. 
Jika M p > M u maka batok akan memenuhi pasyratan 
Penyelesaian. 
Menentukan Mr: 
A"= P$QQ p62 + Oab€l A-2) 
o- '.P^ _=Afi" _ 2600 = I66'i4sot= 0,01s8 
3m ffi 
p€nampang 
pdong€n A-A 
{ 
Gambar 2.11 . 
Sketsa Contoh 2.4 
-.8 
tr kN 
(,=6.0 n dlagram t€gangan dan 
kop€l mom€n dalam
| -> Sebagat pagevra da,t roag*bf-_" -f-ABgU 
...1J[-14<on 
e= fi-fy - 1-9 1s1'--ffi 
2'(0588 Q fu'/+o) anaz aa 
BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TAFIK SAJA a3 
V U',rt* Tiflongo n -l wrw^!. 
)( z 
Dai Tab€l 4-6 didapat:0,75p6= 0,0244 
% 
<o,o244,Oapat oipastikan turangan baja tarik sudah meruruh. / o,n=f = #=0, oo3s < o,o1eg 
i' "=-H-- 
2600('to0) .-- 
Trial 
Create! 5 PDF :S.pgt4r,F-, 
* - Gl6ffi;= q tt@i65.t = 1 35e nm 
:a'kAJior'[isr =(o-l)= +so-13Es=382Jnm : 
Berdasarka2padatulangan baja , ,-, 
,!!l-a ='4" f, z= 251gg14gox g82,1)lo{ 
= 39,Sg kNm { - r'/ 
'..U--R= QMr= O,8(Sg7,gg) = 317,91 kNm 
www.nuance.com 
Menghitung Mr: '' i ='-' ;j . .''. i !.' tr n 
Berat sendiri balok= O,SO(O,3OX23) = 3,45 kN/m 
Beban mati = 12 kN/m 
{:l il, I 
Totalbeban mat i merata = 15,45 kN/m 
Beban mati merata terfahor = 15,45(1,2.= 1g,54 kN/m 
Beban hidup merata terfaktor = 12(1,6) = 19,20 kN/ m 
Beban hidup terpusat terfaktor = 54(1,6) = g6,4 kN 
w u = 19,54 + 19,2O = 37,74 kN/m 
Pu = 86,4 kN 
Mu =lwutz+leur 
1 =i@7,7a|G1'+f 1aoa1(6)=2e9lg kNm < 31Zel kNm 
Terbukti bahwa balok tersebut memenuhi syarat. 
Analisis dapat pula diterapkan untuk suatu komponen struktur yang pada masa laru direncanakan berdasarkan pada metoda tegangan kerja (cara-n ). seperti diketahui, pada metode perencanaan tegangan (beban) kerja mungkin tidak menggunakan pembatasan rasio penutangan sehingga penurangan barok 
mikian tidak sesuai dengan lilosofipeiaturan yan"g" "d1ib;e;rr;la;;k"urkia"-no ,n"n. Meskipun har de_ balok'balok sekarang, bagaimanapun tersebut nyatanya sampai saat ini dilunakan uan ulterla, sehingga anal66 kapasitas milmennya secara rasional dilakukan oengan hanya mempernitungkan tulangan bajatarik 0'75 p6' Atau.dengan kata lain, pendekatan dilakulan dengan mengabaikan ke- kuatan baia di luar jumlah 75o/o darijumlah tulangan tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang' untuk lebih jelasnya, contoh 2.5 berikut akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai hal tersebui
lah rata-rata. Dengan demikian, cara menyebut jumlah tulangan baja untuk plat berbeda 
dengan yang digunakan untuk komponen struhur lainnya. Kecuali diameter tulangan ju-ga 
disebutkan jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan. Tabel A-5 memberikan 
kemudahan untuk penetapan tulangan pokok baja tarik untuk plat. Sebagai misal, apabila 
plat diberi penulangan beila D22 (As = 380 mm z) dengan jarak pusat ke pusat 400 mm,. ma-ka 
setiap pias satu meter lebar plat, luas tulangan baja rata-rata 2,50 x S80 = gS0,3 mm2, 
dan penulangan disebut: D22-4O0 atau A"= g50,3 Trial 
mm2/m'. 
Create! 5 PDF Standar SK SNI T-1 5-1 991'03 pasal 3. 1 6. 12 menetapkan bahwa untuk plat lantai 
serta atap strukturalyang hanya menggunakan tulangan pokok lentur satu arah, selain pe-nulangan 
pokok harus dipasang juga tulangan susut dan suhu dengan arah tegak lurus 
terhadap tulangan pokoknya. Peraturan lebih jauh menetapkan bahwa apabila digunakan 
tulangan baja deformasian (BJTD) mutu 30 untuk tulangan susut berlaku syarat minimum 
As = 0,0020 bh, sedangkan untuk mutu 40 berlaku syarat minimum As = 0,001g bh, di 
mana b dan h adalah lebar satuan dan tebal plat. Di samplng itu juga berlaku ketentuan 
bahwa plat struhural dengan tebaltetap, jumlah luas tulangan baja searah dengan ben-tangan 
www.nuance.com 
(tulangan pokok) tidak boleh kurang dari tulangan susut dan suhu yang diperlu- 
Z. kan. Jarak dari pusat ke pusat tulangan pokok tidak boleh lebitr dari tiga katitebal plat atau 
-< 50O mm, sedangkan jarak tulangan susut dan suhu tidak boleh lebih dari lima kali tebal 
#j!. atau 500 mm. 
Qen!g-L_2_.O 
Suatu Ftat psntltrttn satu arah untuk struktur interioti penampangnya sepertitampak 
pada gambar, bentangannya 4 m. Digunakan tutangan baja dengan fv = 300 Mpa, se-dangkan 
kuat beton 20 MPa, selimut beton pelindung tulangan baja 20 mm. Tentukan 
beban hidup yang dapat didukung oleh plat tersebut. Dari Gambar 2.14, tulangan baja 
Dl6 dengan jarak p.k.p. 180 mm dengan arah tegak lurus terhadap dukungan. 
Gambar 2.14. 
Sketsa Contoh 2.6
Penyelesaian 
As= 11jl mm 4ny' 
d =165- zo-l9 
2 
o =o" - 1117 
' =o.oo8s b d 1000(134 
dariTabel A-6, prrL"= 0,75 p6= 0,0241 
5) { .;,,,' :i r.C 
,{ ; .:i". 
l{d mhimum A".untuk plat adalah yang diperlukan untuk tulangan susut dan suhu. 
Ltsrtuk itu perlu dilakukan pemeriksaan nilai minimum dengan memeriksa A"o'ln. 
As mtnrmum= O,OO2Obh= 0,0020(1000X165) = 330 mmz/m'(A"= 1117 mmz/m' 
PDF Create! 5 Trial 
a =, A" fY, - 1117(3m) 
- =19.7 mm (0,85 fc,)b o, s5(20)(1ooo) ' 
Z =d -!=21237-19'7 -1 27.1smm 
Mn = A"tyz= 1117(gOOl(127,15)l0-6= 42,61 kNm (per meter lebar) 
Mp - O,8 Mn= O,8(42,61) - 34,1 kNm 
www.nuance.com 
Selaniutnya menghitung beban hidup yang masih dapat didukung oleh plat. Perlu diingat 
bahwa beban yang harus didukung oleh plat adalah beban mati (berat sendiri) dan beban 
hidup (yang akan dihitung). Notasi M, digunakan untuk momen yang dihasilkan dari be-ban 
terlaktor yang diperhitungkan. 
Mu(otl=16,e wolz) 
wot = beratplat =16,5(100)(23)(10)-a=3,80 kN /nP 
t} 
M u(DLt = |{re 1s,ao) (+) 
= e,1 2 kNm 
Mp lan! tersedia untuk msnahan beban hidup : 32,1-9,12 = 22,98 kNm 
Mu(ttl =f (f,O wttt2)=22,98 kNm 
. wtt =8.(?2'El -218 kN /m 
1,6 (4)- 
Sehingga dapat disimpulkan, prosedur menghitung Mp plat terlentur satu arah menggu-nakan 
cara yang sama dengan balok persegi. 
2.11 PERENCANAAN BALOK TERLENTUR 
BERTULANGAN TARIK SAJA'. 
..,i 
 
Dalam proses perencanaan balok penampang persegiterlentur untuk frdan f"'tertentu, 
yang harus ditetapkan lebih lanjut adalah dimensi lebar balok, tinggi balok, dan luas pe-ftabelA-
I Solanjutnya SK SNI T-15-1991-03 pasal 3'3'10 mensyaratkan poninjauan p€nga-i 
,langsingan kolom sebagai bahan pertimbangan penting di dalam perencanaan ko- 
' <iranya hal demikian o"p"t oit""!"tti meng-ingar semakin langsing atau s€makin 
,r ing suatu kolom, kekuaran p"n"rnp-"ngny" akan berkurang b€rsamaan dengan lim- 
I rya masalah tekuk yang Oinlaapi' ketJniuhan kolgm langsing lebih ditentukan olgh 
:1jln"i"","*r* oucnini 1 laterai daripada kuat lentur penampangnya' Berdasarkan 
:iJl"" j"r',ornu, roto. nJon ,mumnya bersilat lebih massal (besar) dibandingkan 
,' ffi;'ffiffi;il;;d"s"';;; oengan demixian secarastruktural menjadi lebih kaku 
)on permasalahan kelangsingan-'Jan b-erkurang untuk kolom beton bertulang' Hasil per-kiraan 
PDF Create! 5 Trial 
molalui pengamatan t"n'njufX"n Uanwa teUin dari 907" kolom beton bertulang 
u""n iO"**"" untur portat dengan pengaku' dan.!9!D qa{ 40% untuk porlallanpa po- 
' nsaku pada ranska bansunan si*s, pud"gutlv1^q:?:!"H::L"""-i:f1-:1"#ff:; 
www.nuance.com 
KECIL 
.9.2 KEKUATAN KOLOM EKSENTRISITAS --Hampir 
' 
tidak pernah diiumpai kolom yang menopang beban.aksial tekan secara konsen-tr 
{ris, bahkan kombinasi b"b";';;i;i;;;gan ei<sen'trisitas kecil sangat jarang ditemui' 
il:ffi;;;;,kian untuk memperoleh dasar pengertian perilaku kolom pada waktu me- 
- -nahan beban dan timbulnya momen pada kolom' pertama'tama akan dibahas kolom de-ngun 
U"Oan aksial tekan eksentrisitas kecil Apabila beban tekan P berimpit dengan sum-bu 
memanlang kolom, berarti tanpa eksentrisitas' perhitungan teoretis m€nghasilkan te-gangan 
tekan merala pada p"it'f""n penampang lintangnya' Sedangkan apabila gaya 
tekan tersebut bekeria di suatu tsmpat borjarak e lerhadap-sumbu memaniang' kolom 
ti.d.:rung melontur seiring jengan'timbulnya momen.M= fle)' Jarak a dinamakan.ek- 
,r"in",i". 
n"v" 
"rrradap 
sumurixotom. Tidak sama halnya seperti pada keladian beban 
'lanpa eksentrisitas, t€gangan tokan yang terladitidak merata pada seluruh permukaan pe- 
;",lp""g ia"pi 
"t<an 
timtul teuin nesar pada satu sisi terhadap sisi lainnya' 
' Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan khusus' kuat 
beban aksiar nominar arau t?or;tis=T!il,:,!tit:T:,il 
;T"1n"' 
*''*'' 
t-apabila 
diuraikan lebih lanjut'akari dida-patlan:
Po= Aslo,85lc' 1. - psl + ly psJ 
Po= Aso,85li+ pe (ty- 0,85tc')i 
S€dangkan poraluran memb€rikan ketentuan hubungan dasar anlara beban dengan ke-kuatan 
sebagai berikut: Pu< 0 Pn 
di mana, As = luas kotor penampang lintang kolom (mm2) 
A"r = luas lotal penampang penulangan memaniang (mm2) 
Po = kuat beban aksial nominal atau tsorotis tanpa €ksentrisitas 
P, = kuat beban aksial nominal atau loor€tis dengan eksentrisitas l€rtentu 
Pu = beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas 
pc -;- Ast = Trial 
.,s 
Create! 5 PDF Sehingga apabila memang terjadi, pada kasus beban tanpa eksentrisitas, P, akan meniadi 
sama dengan Po Sungguhpun demikian, SK SNI T-15-1991-03 msnentukan bahwa di 
dalam praktek tak akan ada kolom yang dibebani lanpa eksentrisitas. Eksentrisitas bsban 
dapat ter.iadi akibat timbulnya momen yang antara lain disebabkan oleh kekangan pada 
ujung-uiung kolom yang dicetak secara monolit dengan komponen lain, pelaksanaan pe-masangan 
www.nuance.com 
yang kurang s€mpurna, ataupun penggunaan mulu bahan yang tidak msrata. 
Maka s6bagai tambahan faktor reduksi kskuatan untuk memperhilungkan eksentrisitas 
millm m, poraluran 'Demberikan kol€ntuan bahwa kekuatan nominal kolom dengan pe-ngikat 
sengkang direduksi 2Oh dan unluk kolom dengan pengikat spiral direduksil5To. 
Ketenluan tersebut di atas akan memberikan rumus kuat bsban aksial maksimum seperti 
berikut: 
' . lJnluk kolom dengan penulangan spiral: '.'. - :):.-.'1 
QP n6a*4= 0'850{0'85tc' (Ae - A") + ttA"} Pers. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-1) 
-.. untuk kolom dengan Wnulangan sengkang: '. 
O Pn(nakq-- 0,80010,851"' (Ao- A") + IrA"] P€rs. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-2) 
-1):' ,-.: - , -i '- ,.a,, ., :tl:r,.: -.-,-.-r..^. 
Beban aksial bek€ria dalam arah seiaiar sumbu memanjang dan titik kerianya tidak 
harus di pusat berat kolom, berada di dalam penampang melinlang, atau pusat geomstrik. 
Dalam m€mperhilungkan kual kolom terhadap beban aksial eksentrisitas k€cil digunakan 
d?$ar anggapan bahwa akibat bekerjanya beban balas (ultimit), beton akan mengalamil€- 
gangan samp€i nilai 0,85L'dan tulangan bajanya mencapai tegangan luluh ty. Sehingga 
uniuk setiap penampang kolom, kuat beban aksial nominal dengan eksentrisitas kecii da-pal 
dihllug .lang.sung dengan menjumlahkan gayagaya dalam dari beton dan iulangan 
baja pada waktu mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum lersobut. 
Selaniutnya, sewaktu ler,adi pecah lepas di bagian luar (s€limut beton) di k€dua ma-cam 
kolom torsebut, berarti batas kekuatannya t€lah terlampaui. Untuk itu, SK SNI T-15- 
1991-03 pasal 3.2.3 ayat 2, di dalam ketentuannya menganggap bahwa kolom dengan
pengikat spiral masih l€bih ulet sehingga diberikan laklor reduksi kekuatan 0 = 0,70 se-dangkan 
kolom dengan pengikat sengkang 0,65. Faldor keamairan yang l€bih tinggi dF 
berikan untuk kolom berpengikat sengkang dalam rangka mompethitungkan k€cende-rungan 
runluh secara mendadak dan terbalasnya kemampuan menyerap en€rii pada ko-lom 
tersebul. Akan tetapi, apabila diambil keputusan untuk msnggunakan kolom berpa-ngikat 
spiral dengan berdasarkan pada perlimbangan nilai kekuatan dan ekonomi (di luar 
PDF Create! 5 Trial 
psrtimbangan kotahanan dahail), harap diperhatikan bahwa peningkatan kokuatan yang 
diperoleh adalah 0,70/0,65 = 1,08 atau hanya 8% saja. 
Ungkapan lersobut memberikan gambaran mengenai kuat beban aksial maksimum 
yang dapat disediakan oleh kolom sebarang penampang dengan eksonlrisitas minimum. 
Seperli yang akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.9, dan dalam bentuk analisis pada Bab 
9.11, untuk eksentrisilas (dengan momen yang menyertainya) yang semakin besar, 0P, 
akan berkurang. 
www.nuance.com 
9.3 PERSYARATAN DETAIL PENULANGAN KOLOM 
Pembatasan jumlah tulangan komponen balok agar ponampang berp€rilaku daktail dapat 
dilakukan d€ngan mudah, sedangkan untuk kolom agak sukar karena beban aksial tekan 
lebih dominan sehingga keruntuhan tokan sulil dihindari. Jumlah luas penampang tulang-an 
pokok memaniang kolom dibatasi dengan rasio penulangan ps anlata 0,01 dan 0,08. 
Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas penampang kolom. 
Khusus untuk struktur bangunan berlantai banyak, kadang-kadang penulangan kolom 
dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar 
penulangan lidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat, dengan ko-lom. 
Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, p€nulangan pokok memaniang 
kolom berpongikat spiral minimal terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengi-kal 
sengkang bentuk segi empat atau lingkaran t€rdiri dari 4 batang, dan untuk kolom de-ngan 
p€ngikat sengkang berb€ntuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang tulangan. 
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa iarak bersih anlara batang 
tulangan pokok memanlang kolom bsrpengikat sengkang alau spiral tidak boleh kurang 
dari 1,5 d6 atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus dipertahankan di t€mpat-tempat 
sambungan lewatan batang tulangan. Tabel A-40 pada Apendiks A dapat digu-nakan 
untuk penetapan jumlah batang tulangan baia yang dapat dipasang dalam salu ba-ris, 
baik untuk kolom persegi maupun bulat. Tebal minimum solimut beton pelindung tu-langan 
pokok m€maniang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang dalam SK 
SNIT-15-1991-03 pasal 3.16.7. ayal I ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm.
4 batang 6 balang 6 batang 
8 balang 
Trial 
5 com 
12 Create! batanc nuance.12 balang l4 balang 
PDF www.nakdmum 150 mm 
Gambar 9.3. Susunan penulangan kolom tipikal 
P€rsyaratan d€tail s€ngkang s€cara rinci t€rcantum di dalam pasal 3.16.10 ayat S. 
Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sdngkang dan kait pengikat later-al, 
paling sodikit dengan batang D10. Batasan minimum tersebut dib€rlakukan unluk ko-lom 
dengan lulangan pokok memaniang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk dF 
ameter tulangan pokok lebih besar lainnya, umumnya sengkang lidak kurang dari batang 
D12, dan untuk kesemuanya tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang 
D16 (lihatTabel A-40). Jarak spasitulangan sengkang p.k.p. tidak lebih dari 16 kali diame-tor 
tulangan pokok memaniang, 48 kali diameter lulangan sengkang, dan dimensi lateral 
terkecil (lebar) kolom. Selanlutnya disyaratkan bahwa tulangan sengkang atau kait pengi-kat 
harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak dibengkok 
dengan sudut lebih besar dari 135". Sengkang dan kait pengikat harus cukup kokoh un-luk 
menopang batang tulangan pokok memaniang, baik yang letaknya di pojok maupun 
di sepanjang sisi ke arah lateral. Untuk itu batang lulangan pokok memanjang harus di-
pasang dengan iarak b€rsih antaranya tidak lebih dari 150 mm di gepaniang sisi kolom agar 
Ourun!- lateral dapat berlangsung dengan baik' Gambar 9'3 memberikan penga-turan 
p"r"J*g- batang tulangan pokok memaniang, sengkang' dan kait pengikat' 
eeiyaratan detail penulangan spiral tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 
3.16.10 ay;t 4, dimana diameter minimum batang adalah D1o' dan umumnya tidak meng-gunakan 
Lbih besar dari batang D16. Jarak spasi bersih spiraltidak boleh lebih dari 80 mm 
volume inti kolom setinggis PDF Create! 5 Trial 
lan tidak kurang dari 25 mm' Pada setiap uiung kesatuan tulangan spiral harus ditambah-xan 
panlang penlangkaran 1,50 kali liliran' Apabila memerlukan p€nyambungan' harus di-lakukan- 
deigan sambungan lewatan sepanlang € kali diametsr dan tidak boleh kurang 
dari 300 mm, bila perlu diperkuat dongan peng€lasan' Ksseluruhan penulangan spiral ha-rus 
dilindungi d€ngan selimut b€ton paling tidak setebal 40 mm' yang dicor menyalu de-ngan 
beton bagian inti' Lilitan tulangan sphal harus diikat kokoh.pada lempatnya' dan be-tri- 
b"tut t"rl"t"l pada garisnya dengan menggunakan psngatur iarak vertikal' 
www.nuance.com 
Rasio penulangin spiral p"tidak boleh kurang dari persamaan berikut ini: 
ps minimum = 0, ,15 (t, (SK SNI T-15 -1991-03 pasal 3.3.9.3) 
di mana , 
volum€ tulanqan spiral salu putaran 
s = jarak spasi tulangan spiral p k p (pitch) 
A, = luas penampang lintang kotor dari kolom 
A"= luas penampang lintang inti kolom ( lepi luar k€ tepi luar spiral) 
i = tegangan luluh tulangan bala spiral, tidak lebih dari tl00 MPa 
Jumlah spiral yang didapal berdasarkan rasio penulangan tersebut di atas secara teorelis 
akan m€mberikan spiral yang mampu m€mperbaiki keadaan sewaklu tsriadi kehilangan 
kokuatan pada saat teriadi pecah lepas beton lapis teduar (lihat Gambar 9'2)' 
Dari dslinisi ps terssbut dapat diksmbangkan perkiraan rasio penulangan spiral ak-tual 
yang lebih priiis dikaitkan dengan silat fisik ponampang linlang kolom'. Ditentukan 
bahwa Dl adalah diameter inti kolom (dari topi ke tepi terluar spiral), Ds adalah diamotsr spi-ral 
dari pusat ke pusal (p.k.p.), dan Aspadalah luas penampang baiang tulangan spiral' 
Selaniutnya ungkapan psdapat disusun sobagai berikut: 
p"=4o'6nD7" 
-Z-(s) 
Apabila perbedaan kecil antara Dc dan D" diabaikan, sehingga D" - D"' maka rumus terso-but 
di atas meniadi: 
4 Aso k=w
9.4 ANALISIS KOLOM PENDEK EKSENTRISITAS KECIL 
Anajisis kolom pendek yang menopang beban aksial eksenrrisiras kecil pada hakekatnya 
adalah pomeriksaan terhadap kekuatan maksimum bahan yang rersedia dan berbagai d-e. 
tail rencana psnulangannya. 
Contoh 9.1 . 
Tentukan kekaatan beban aksiar maksimum yang tersedia pada kotom persegi dengan 
pengikat sengkang, dimensi 400x4OO mnp, tulangan pokok BD2g, sengXanj OtO,1e_ 
limul beton 40 mm (bersih), berupa kotom p€ndek, fc'= ZS Mpa, mutu bajaf, = 4(fi l11lpg 
baik untuk tulangan memanjang maupun sengkang. periksatah juga keiuatan seng-kangnya. 
PDF Create! 5 Trial 
Penyeleialan 
Periksa rasio penul angan memanjang, 
www.nuance.com 
A-, 52A4 ec=i= 
*Ot=0'033 
0'01 < Pr= 0,033 < 0,08 
Dengan menggunakan Tabsl A-40, untuk l6bar inri 920 mm (lebar kolom dikurangi selimut 
beton di kedua sisi) dan dengan menggunakan batang tulangan baja memaniang D29, 
jumlah maksimum batang tulangan adalah 8. Dengan demikian jumlah batang tuiangan 
baia sudah sesuai. 
Menghitung kuat kol t1 maksimum : 
Q Pn@"@= 0,80C{0,85fc' (As - A") + f, A"} 
= 0,80(0,65X0,85(30X160000 - sza4l + ll00(5284)i(10)-g 
= 3151 kN 
Pemariksaan pengikat sengkang : 
Penulangan sengkang menggunakan batang lulangan D10 umumnya dapat diterima un_ 
luk penggunaan batang lulangan pokok memaniang sampai dengan D32. 
Jarak spasitulangan sengkang tidak boloh lebih besar dari nilai yang terkocil berikul ini: 
48 kalidiameter batang tulangan sengkang = 48(10) = 480 mm 
16 kali diametgr batang tulangan memanjang = 16(29) = 464 mm 
l€bar kolom = 400 mm 
Dengan demikian jarak spasi tulangan sengkang /m0 mm tolah mem€nuhi syarat. Susun-an 
lulangan sengkang ditetapkan dengan cara msmeriksa jarak bersih antara batang-ba-tang 
tulangan pokok memanlang, sssuai dengan persyaratan ridak boleh lsbih besai dari
150 mm. Apabila iarak bersih tersebut rebih besar dari r50 mm, sengkang mem€rrukan 
batang p€ngikat tambahan untuk memp€rkokoh kedudukan tulangan pokok sesuai de-ngan 
k€lentuan SK SNIT-15-1991-Og pasal 0.16.10. ayat S.g. 
Jarak b€rsih= 1/2{rlo0 - 2(40) _ 2(10) _ 3(29)} = 121 mm < 150 mm 
Maka tidak dip€rlukan tulangan pengikat lambahan untuk kolom ini. 
Contoh 9.2. 
Perhitungkan apakah korom dengan wnampang tintang seperri rergambar pada Gambar 
9.4 cukup kuat untuk menopang beban aksial rencana p"= 2400 kN dengan eksentri-sitre 
kecil, L'= 30 MPa, fv= ztQ| MPa, perikalah tulangan Trial 
sengkangnya. 
Create! 5 PDF Penyelesaian 
Dafi Tabel A-4 didapal Asr = 3436,1 mm2 dan unluk diameler kolom bulat gBO mm didapat 
luas penampang lintang kotor dari kolom Ir= 113411 mm2. 
3 43 6.1 
www.nuance.com 
Maka, 0,0303 
Pc= j 1.41-1= 
0,01 < Pr= 0,0303 < 0,08 
Dari Daltar A-rto, untuk diamster inti korom 300 mm p€nggunaan 7 batang turangan baja 
D25 cukup memenuhi syarat. 
Kuat kolom maksimum: 
0 Pngnaxsl = 0,85f{0,85fc, (A o_ A") + f, A"} 
= 0,85(0, 70X0,8s(30X11 04 11 _ 34s6, 1 ) + 400(s496, 1 )Xl o)_3 
= 2zA6 kN 
ternyata kuat kolom masih lebih besar dari beban aksial yang bekerja. 
Pemeriksaan pengikat spiral : 
Dengan sK sNl r-i5-1991-03 pasar 3.16.10 ayar 4.2 dan Taber A-zro, dapat disimpurkan 
bahwa menggunakan batang tulangan D.l0 untuk spiral telah memenuhi syarat. 
Gambar 9.4. Sketsa Contoh 9.2
Dengan menggunakan Tabel A-40, dihitung pr6 untuk nilai Ac sebagai b€rikui: 
e"@b,)=o,4s(!^:-')# =r* (-|ffi -r)fi =ooeo+ 
p" aktuat =i&= ffi = o oror >o,ozo4 
Jarak bersih spiral tidak boleh lebih besar dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. 
Jarak bersih = 50 mm - 10 mm = 40 mm 
Trial 
Create! 5 PDF Maka, kolom yang sesuai dengan kondisi yang ditentukan t6lah m€menuhi syarat. 
9.5 PERENCANAAN KOLOM PENDEK 
EKSENTRISITAS KECIL 
www.nuance.com 
Perencanaan kolom beton bertulang pada hakskatnya menentukan dimensi serta ukur-an- 
ukuran baik beton maupun batang tulangan baia, sejak dad m€nentukan ukuran dan 
bentuk penampang kolom, menghitung kebutuhan penulangannya sampai dengan me-milih 
lulangan sengkang atau spiral sehingga didapat ukuran dan iarak spasi yang tepat. 
Karena rasio luas penulangan terhadap beton po harus berada dalam daerah batas nilai 
0,01 < pr< 0,08, maka persamaan kuat perlu yang diberikan pada Bab 9.2 dimodifikasi 
untuk dapat memenuhi syarat tersebul. 
Unluk kolom dengan pengikat sengkang, 
0 Pn@"x")= 0,800{0,85fc'(As- A")+ly (A")) 
A., ec=4 
sehingga didapal, Ad = psAs 
maka, QP4nax4 = 0,800 {0,B5fc' ( An- po Aol + l, po A} 
= 0,80fAcio,85[' (t - po) + ty oo'] 
Karena, Pu< C Pr(r,aks) maka dapat disusun ungkapan Ao perluberdasarkan pada kuat ko-lom 
Prdan rasio penulangan po, sebagai berikut: 
Untuk kolom dengan Wngikat sengkang, 
"Ago 'p-er"lu- = --;--4-- o8o olo,es4'(t- po1+treol 
Untuk kolom dengan pengikat sphal, 
"Ac ^'^--1",,-_ _ 'u 0,85 olo,as4'(r- 41+troo|
Dengan d€mikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukuran 
kolom b€rdasarkan rumus di atas, banyak kemungkinan serta pilihan sahih yang dapat me-menuhi 
syarat kekuatan untuk m€nopang sembarang beban Pu. Untuk nilai p, yang lebih 
kecil m€mberikan hasil Ao lebih bosar, demikian pula sebaliknya. Banyak pertimbangan 
dan laktor lain yang borpengaruh pada pemilihan bsntuk dan ukuran kolom, di antaranya 
ialah pertimbangan dan persyaratan arsitektural alau pelaksanaan pembangunan yang 
m€nghendaki dimensi slruktur seragam untuk setiap lanlai agar menghemal aiuan kolom 
dan perancahnya. 
Contoh 9.3. 
Rencanakan kolom berbentuk buju sangkar dgngan pengikat sengkang untuk meno-pang 
PDF Create! 5 Trial 
beban kerja aksial, yang terdi dari beban mati 1400 kN dan beban hidup 850 kN, 
kolom pendek, t"'= 30 MPa, ft= 400 MPa gunakan pn= 0,03. 
www.nuance.com 
Penyelesaian 
Kuat bahan dan perkiraan prtelah ditentukan. 
Beban rencana terlaklor adalah: Pr= 1,6(850) + 1,2(12100) = 30zl0 kN 
Luas kotor ponampang kolom yang diperlukan adalah: 
Ao Perlu = 
30,n (10)3 
0,80(0,65){0,s5(30) (r - o,os)+ 4m (0,03)} 
AgPerlu = 1591214 mm2. 
Ukuran kolom bujur sangkar yang diperlukan menjadi: y'(159144) 
= 399 mm 
Telapkan ukuran z1O0 mm, yang dengan demikian mengakibatkan nilai p, akan kurang se-dikil 
dari yang dilentukan po= 9,63. 
Ae aktual= (400)2 = 160000 mmz 
Nilai perkiraan beban yang dapat disangga oleh daerah beton (karena p, berubah): 
Beban pada daerah beton = 0,800(0,85/c')As (1 - ps) 
= 0,80(0,65X0,8sX30X160000X1 - 0,03X10)-€ 
= 2058 kN 
D€ngan demikian, beban yang harus disangga.oleh batang tulangan baia adalah: 
3040 - 2058 = 982 kN 
Kekuatan maksimum yang disediakan oleh batang iulangan baia adalah 0,80C As| ty, maka 
luas penampang batang tulangan baja yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut: 
9821t- - ^r.., *, As, Perru=6;Eo-i63ffi66i =4721 rmz
Gambar 9.5. Sketsa perencanaan Trial 
Soal g.g 
Create! 5 PDF Digunakan satu macam ukuran batang tulangan bala dan dipasang m€rata di sepaniang 
keliling sengkang, unluk itu dipilih batang tulangan sed€mikian rupa sghingga iumlahnya 
msrupakan kelipatan empat. Gunakan 8 batang tulangan baia D29 (/43, = 5284 mm2). Dari 
Tabel A-4O didapatkan ketenluan bahwa penggunaan I batang lulangan baja D29 mem-berikan 
www.nuance.com 
lebar diameter inli maksimum 320 mm, dengan demikian p€nulangan yang diren-canakan 
tersebul momenuhi syarat. 
Merencanakan tulangan sengkang i 
DariTabel A-40, pilih batang tulangan b4a D10 untuk sengkang. 
Jarak spasi tidak boleh lebih besar dari: 
,18 kali diamoter batang tulangan sengkang = €(10) = 480 mm 
16 kali diameter batang tulangan memaniang = 16(29) = 464 mm 
Ukuran kolom arah lorkecil (lebar)= 400 mm 
Gunakan batang tulangan baja D10 unluk sengkang, d€ngan jarak spasi p.k.p. 400 mm. 
Periksa susunan tulangan pokok dan sengkang dengan mengacu pada Gambar 9.7. 
Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom adalah: 
14400-80-20-3(29))=106,5 mm < 150 mm 
Dengan demikian tidak perlu tambahan batang pengikat tulangan pokok kolom sebagaF 
mana yang ditonlukan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.10 ayat 5.3. 
Sketsa perencanaan seperti lerlihat pada Gambar 9.5. 
Contoh 9.4. 
Rancang ulang kolom yang dipersoalkan pada Conloh 9.3, sebagai kolom bulat dengan 
pengikat spiral. 
Penyelesaian 
Gunakan fo'= 30 MPa, fr= 400 MPa, dan perkiraan ps= 0,03. 
Seperti halnya pada Contoh 9.3: Pu= 3040 kN
Ao Perlu = 
AsPerlu = 139084 mm2 
T€tapkan diamel€r kolom 430 mm, 
As aktual = 145220 t'J'm2 
Trial 
Create! 5 PDF Beban pada daerah beton = 0,850(0,85tc')Ae (1 - pe) 
= 0,85(0,70X0,85X30X145220X1 - 0,03)(10){= 2137 kN 
Beban yang harus disangga oleh batang tulangan baia adalah: 
3040 - 2137 = 903 kN 
.e,, p",r,=944=,*"--ttrh= 4oo1 nm2 
www.nuance.com 
Gunakan 7 batang tulangan baja D29 (Asr= 4623,7 mm2l DariTabel A-40 didapatkan ba-tasan 
maksimal penggunaan 8 batang tulangan baja D32 untuk diameter inti kolom bulat 
maksimum 350 mm, dengan demikian penulangan yang direncanakan mem€nuhi syarat' 
Merencanakan lulangan spiral : 
Dari Dattar A-,10, tsntukan Ac dan memilih batang tulangan baja D13 untuk penulangan 
spiral, dengan penentuan iarak spasi didasarkan pada nilai po. 
o" t,* t = o,ns (& - r)t *, *(ffi-') fi = o, or zz 
Jarak spasi maksimum diperoleh dengan cara memberikan nilai p"1oxr,) unluk Ps, 
n" at<tuar =ff sehinssa ".*"=ffi=ffifffty= tt,r mm 
40 mm 
Gambar 9,6. Sketsa perencanaan Contoh 9.4
gunakan spiral dengan iarak spasi 80 mm, iarak spasi bersih lilitan spiraltidak lsbih dari 80 
mm dan kurang dari 25 mm, 
Jarak spasi bersih = 80 - 13 = 67 mm 
Sketsa perencanaan s€psrti tampak pqda Gambar 9.6. 
Dari pombahasan di atas dapatlah disusun ikhtisar baik unluk analisis dan perencanaan 
kolom pendek eksentrisitas kecil sebagai berikut: 
PDF Create! 5 Trial 
Analisb : 
1) Pemeriksaan apakah psmasih di dalam batas yang memenuhi syarat, 
0,01 s po< 0,08 
2) Pemeriksaan jumlah tulangan pokok memanjang untuk mendapatkan iarak bersih anta-ra 
batang tulangan (lihat Tabel A-40). Untuk kolom berpengikat sengkang paling sedi-kit 
4 batang, dan kolom bsrpsngikat sphal minimum 6 batang tulangan m€maniang. 
3) Menghitung kual beban aksial maksimum CPr(na,(s,), lihat Bab 9.2. 
4) Pemeriksaan penulangan latsral (tulangan pengika0. Untuk pengikat sengkang, perik-sa 
www.nuance.com 
dimensi baiang tulangannya, jarak spasi, dan susunan p€nampang dalam hubung-annya 
dengan batang tulangan memanjang. Untuk pengikat spiral, diperiksa dimonsi 
batang tulangannya, rasio p€nulangan ps, dan iarak spasi b€rsih antara spasi. 
Perencanaan . 
1) Mensntukan kekuatan bahan-bahan yang dipakai. Tentukan rasio p€nulangan psyang 
direncanakan apabila diinginkan. 
2) Msnentukan beban rencana ter{aktor Pu. 
3) Menentukan luas kotor p€nampang kolom yang diperlukan As. 
4) Memilih bsntuk dan ukuran ponampang kolom, gunakan bilangan bulal. 
5) Monghitung beban yang dapal didukung oleh beton dan batang tulangan pokok me-manjang. 
Tenlukan luas penampang batang tulangan baia memaniang yang diperlu-kan, 
kemudian pilih batang tulangan yang akan dipakai. 
6) Msrancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang atau spiral. 
7) Buat sketsa rancangannya. 
9-6 HUBUNGAN BEBAN AKSIAL DAN MOMEN 
Untuk menielaskan kesepadanan statika antara beban aksial oksenlris d€ngan kombinasi 
b6ban aksial-momen digunakan Gambar 9.7. Apabila gaya dari boban P, bekerja pada pe-nampang 
kolom berjarak o lerhadap sumbu s€p€rti terlihat pada Gambar 9.7.a, akibal 
yang ditimbulkan akan sama dengan apabila suatu pasangan yang terdiri dari gaya beban
PDF Create! 5 Trial 
aksid P,, pada sumbu dan momen' Mu =Pue' bekeria ser€ntak b€rsama'sama sepertitam-p" 
f p"a" O"tU"t 9.7.c. D€ngan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu pasang-an 
www.nuance.com 
momen rencanaterlaKor Mudan beban rencana terlakior P" b€ke4a b€rcana€ana pa- 
J" "r",, komponen struktur tekan' hubungannya dapat dituliskan s€bagai berikut: 
a=Mi, 
Untuk suatu penampang tertentu, hubungan l€rsebut di alas bernilai konstan dan mem-b€ 
rikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak cara' Apabila dike-hendaki 
eksentrisitas yang ssmakin besar, beban aksial Pu harus berkurang sampai suatu 
nilai sedomikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang k€dua beban' beban aksi-d 
Pu dan momen Pre. sudah barang tentu, besar atau jumlah pengurangan Pu yang di' 
perlukan sebanding dengan peningkatan besarnya eksentrisitas' 
D€ngan demikian kekuatan suatu penampang kolom dapal diperhitungkan terha- 
O"p U"nV"i kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen' Kual lentur p6- 
nampang kolom dapat direncanakan untuk beberapa ksmungkinan kuat beban aksial 
yang be-rbeCa, dengan masing-masing mempunyai pasangan kuat momsn tersendiri' 
Namun demikian, mokanism€ tsrsebut t€tap harus menyesuaikan dengan k€tentuan SK 
SNlT.l5.lggl.o3,mengsnaibatasmaksimumkualbebanaksialkolom,Pnl^x"). 
g.7 PENAMPANG KOLOM 
BERTULANGAN SEIMBANG 
Seperti yang disaiikan dalam cp.ltoh-conioh terdahulu, di dalam praktsk perencanaan ko-bm 
umJmnya digunakan p€nulangan simetris, di mana psnulangan pada kedua sisi yang 
berhadapansam-a jumlahnya. Tuiuan ulamanya mencegah k€salahan atau kekeliruan pe- 
""rp"ti" fulangan yang dipasang. Penulangan simetris iuga diperlukan apabila ada
Conloh diagram-diagram yang dimaksud disajikan pada Gambar 9.14. Pada contoh 
diagram-diagram tersebut digunakan definisi-definisi s€bagai berikut: 
Ast 
Ps = -;- 
ng 
h = ukuran kolom arah tegak-lurus pada sumbu lentur, lihat sketsa penampang 
yang tertera pada sudut atds tiap diagram, 
PDF Create! 5 Trial 
f = nilai banding jarak antar-pusat berat tulangan larik terluar terhadap tebal atau 
tinggi potongan melintang kolom arah lenturan. 
Skala sumbu vertikal (beban aksial) dan horisontal (momen) adalah merupakan bi-langan- 
bilangan yang terkait dengan nilai C Pn. Dalam hal ini, contoh diagrarn pada Gambar 
9.14 menggunakan bilangan-bilangan lanpa dimensi. Diagram d(Tunakan untuk menen-tukan 
kuat beban aksial kolom dan sekaligus kuat momen yang sesuai. Dengan demikian 
www.nuance.com 
fungsi diagram adalah sebagai alal bantu analisis, sedangkan dalam p€rencanaan unluk 
membantu langkah coba-coba. 
Diagram-diagram dibuat untuk polongan malintang kolom dengan b, h, dan y ler-tentu, 
dan hanya diperuntukkan untuk mutu dan kekualan bahan yang ditentukan. De-ngan 
sendirinya harap dicatat bahwa unluk mutu beton dengan f"'> 30 MPa, maka sesuai 
dengan ketontuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 ayal 7 harus dilakukan modilikasi ni-lai 
p, yang sesuai. Umumnya batang tulangan baja dipasang sim€lri sama pada masing-ma-sing 
sisi, atau r/4daritotal untuk sstiap sisi. Faktor reduksi kekuatan 0 yang sesuai SK SNI 
T-15-1991-03 sudah diperhitungkan di dalam diagram sehingga tidak perlu disertakan lagi 
dalam perhitungan. Unluk kolom dengan bentuk p€nampang bulat iuga dapat dibuatkan 
diagramnya- Agar didapalkan gambaran cara penggunaan yang lebih jelas, berikut diberi-kan 
contoh-conloh p€rhitungan dengan menggunakan diagram-diagram tersebut. 
Contoh 9.6. 
Dengan menggunakan diagram-diagram dan bedasarkan peraturcn SK SNI T-15-1991- 
03, dapatkan kuat beban aksial 0 Pnuntuk kolom d€ngan potongan melintang seperti 
tampak pada Gambar 9.15 dengan eksentrisitas 120 mm, f"'= 30 MPa, fr= 4gg 1111p". 
Penyelesaian 
Pertama-tama tentukan diagram mana yang akan dipakai s€suai dengan ienis potongan 
melinlang kolom, kekuatan bahan, dan laktor y. 
yh =3@mm 
Y = 3ffil5OO = O'72 
K€dua diagram pada Gambar 9.14 masing-masing untuk nilai I = 0,70 (diagram (a)) dan I 
= 0,75 (diagram (b)).
DIAGFAII II{IERAKSI KOLOII ffi ;"if rl rTf^{,r. 
PDF Create! 5 Trial 
.t:: 'lt 
0,30 o,/o 0,50 0,60 0,70 
PU 
I o,o5 t;Ae h 
(d 
OIAGRAI' IT'ITERAKSI KOLOTI 
o,1o o.2o o,3o o.4o p,o,so .0,60 
o7o 0'80 090 1.00 
I0.e6t;^,^; 
(b) 
Gambal 9.14. Diagram lnteraksi untuk perencanaan kolom 
1,m 
1,',|0 
1,00 
www.nuance.com
cambar 9.1S. Skeba Conloh Trial 
9.6 
Create! 5 PDF Penyelesaian kasus Contoh 9.6 ini monggunakan diagram (a), bukan interpolasi antara 
kodua diagram. 
www.nuance.com 
pc=AA. , 3963 =5oop6o) =o'o220 
0,01 < e Po= 0'0220 < 0,08 12O 
i= O'Z+ 
-SOO= 
Berdasarkan atas hasil-hasil ters€but k€mudian dilentukan p€rpolongan antara nilai-nilai 
psdan elh pada diagram (a), s€porti tampak pada Gambar 9. t 4. Dari titik p€rpotongan ter-sebut 
ditarik garis horisonlal sehingga memolong sumbu vsrtikal di s€b€lah kiri, komudian 
dibaca nilai yang didapal, yaitu: 
P.. ffi,=o'tes 
kemudian diporol€h: 
Pu= $ P n= 0,763(0,6sX0,85)(30X 1 80000X1 03) = 2276 kN 
selanjutnya, kuat momon pasangannya dapat pula ditontukan: 
P,(el=Q Pne= (2276X0,121= 273,17 kNm 
Apabila digunakan nilai-nilai intorpolasi antara diagram untuk 7 = Q,/Q dan }, =0,75 akan 
dip€roleh hasil yang lebih t€pat lagi. Untuk mencari kuat beban dan momen untuk eksen-trisitas 
yang berbeda pada kolom yang sama dongan menggunakan diagram, bukan lagi 
merupakan kesulitan karena p, nilainya tetap. 
Contoh 9.7- 
Dengan metpgunakan diagtan (b) dafi Gambar 9.14, tentukan nilai gaya aksial, momen, 
dan (Pnlr1rlx"l untuk kolom da Contoh 9.5.c dengan a = 125 mm,
Penyeleeaian 
Dari Contoh 9.5 didapatkan ps= 0,0226. Dongan menggunakan kurva inlerpolasi antara 
nildt pn = o,Q2 dan 0,03 yang berpotongan dengan garis ( e/h), diagram (b) Gambar 9.14, 
k€mudian lilik polong tersebut diproyoksikan pada sumbu legak akan didapatkan: 
E' ffi=o'zt 
sehingga, 
0 Pn = 0,77(0,651(0,85X30X175000X10-Trial 
3) = 2233,€ kN 
Create! 5 PDF Proyeksiliiik potong kurva gdengan garis (e/h) pada sumbu mendatar mendapatkan: 
P,, e 
7iffi;-x;=o'tses 
sshingga, PuG) =0 Pn@)= 0,192s(0,65X0,85X30X175000X500X1c€) 
= 279,185 kNm 
www.nuance.com 
Sedangkan nilai 0Pn6a*s1 didapat dengan cara mencari p€rpotongan anlara sumbu tegak 
dengan kurva interpolasi pg yang sesuai, didapatkan: 
P,, 
oaes4'4-=taat 
s€hingga, oPnbsks) = 1,067(0,65X0,85)(30X175000X10F3) = 3095 kN 
Harap dip€rhatikan bahwa pada diagram-diagram tsrsebut, garis horisontal yang mewakili 
sebagainilai ( Pnlnaxsl memotong kurva kekuatan yang sesuai kurang lebih pada posisi 
elh = 0,10. Hal ini menuniukkan suatu k€nyataan bahwa persamaan keseimbangan gaya-gaya 
akan memberikan nilai kuat maksimum yang kira-kira sama apabila persyaralan eksen-trisitas 
minimum dipenuhi. 
Dari kedua contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan diagram 
secara gralis ternyala memberikan alternatif penyelesaian yang lebih praktis, lebih-lebih 
untuk digunakan dalam pros€s analisis. Sedangkan dalam perencanaan diagram lersebut 
dapat digunakan untuk acuan dalam m€lakukan coba-coba, yang dengan demikian akan 
mempersingkat perhitungan. 
9.10 METODE PENDEKATAN EMPIRIS 
Untuk dapat merencanakan keserasian regangan-regangan tenlunya harus menghitung 
terlebih dahulu regangan (dan legangan) pada beton dan tulangan baja, yang umumnya 
dilakukan dengan cara coba-coba berdasarkan anggapan-anggapan terlentu. Bagian per-hitungan 
t€rs€but pada umumnya merupakan bagian awal yang sangat men€ntukan pan-jang 
alau singkatnya seluruh proses. Untuk m€ndapatkan arah langkah perhitungan yang

More Related Content

What's hot

Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaperkasa45
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaAmi_Roy
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1WSKT
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingGraham Atmadja
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1aanqwerty
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasArief Rachman
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar MOSES HADUN
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategangPoten Novo
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMira Pemayun
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturKomang Satriawan
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2pakkamba
 

What's hot (20)

Materi kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhanaMateri kuliah beton sederhana
Materi kuliah beton sederhana
 
Perencanaan struktur baja
Perencanaan struktur bajaPerencanaan struktur baja
Perencanaan struktur baja
 
Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6Mekanika tanah bab 6
Mekanika tanah bab 6
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1Alinemen vertikal-teks1
Alinemen vertikal-teks1
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Perhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolomPerhitungan tulangAN kolom
Perhitungan tulangAN kolom
 
Bab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gordingBab 2 perencanaan gording
Bab 2 perencanaan gording
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Metode cross
Metode crossMetode cross
Metode cross
 
Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1Daya dukung tanah berlapis 1
Daya dukung tanah berlapis 1
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
 
Perencanaan Kolom
Perencanaan KolomPerencanaan Kolom
Perencanaan Kolom
 
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar Modul 7-bangunan portal ,  statika dan mekanika dasar
Modul 7-bangunan portal , statika dan mekanika dasar
 
Beton prategang
Beton prategangBeton prategang
Beton prategang
 
kuliah kolom panjang
kuliah kolom panjangkuliah kolom panjang
kuliah kolom panjang
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan struktur
 
Perencanaan balok
Perencanaan balokPerencanaan balok
Perencanaan balok
 
Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2Bahan ajar pondasi 2
Bahan ajar pondasi 2
 

Similar to OPTIMALKAN REGANSI LINEAR

Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfMuhamadIlham279890
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturKetut Swandana
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturKetut Swandana
 
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptx
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptxANALISA_KOLOM_PENDEK.pptx
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptxDimasPrayuda9
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdfYusufNugroho11
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxTikaIka7
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingRycson Sianturi
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1MOSES HADUN
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajamoses hadun
 
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfDPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfYudaPrabowo1
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxZAIDSULAIMAN5
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositFajar Tsani
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
Bab 3 skripsi ujang
 Bab 3 skripsi ujang  Bab 3 skripsi ujang
Bab 3 skripsi ujang ujang asf
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasSandra Prasetyo
 

Similar to OPTIMALKAN REGANSI LINEAR (20)

Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptx
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptxANALISA_KOLOM_PENDEK.pptx
ANALISA_KOLOM_PENDEK.pptx
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdf
 
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptxppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
ppt struktur beton oleh kelompok 04 .pptx
 
Kekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kellingKekuatan sambungan las paku kelling
Kekuatan sambungan las paku kelling
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Makalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkmMakalah tugas kelompok mkm
Makalah tugas kelompok mkm
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdfDPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
DPBB - Pertemuan 2 - Teori Kekuatan Lentur.pdf
 
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptxMEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL SESSION 3 TORSI.pptx
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-kompositModul 6-sesi-3-jembatan-komposit
Modul 6-sesi-3-jembatan-komposit
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Bab 3 skripsi ujang
 Bab 3 skripsi ujang  Bab 3 skripsi ujang
Bab 3 skripsi ujang
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 

Recently uploaded

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 

Recently uploaded (9)

10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 

OPTIMALKAN REGANSI LINEAR

  • 1. regangan linear. Sedangkan letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik yang dipasang dalam suatu penampang sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton mempunyai kedalaman cukup agar dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya, di mana re-sultante tegangan tekan seimbang dengan resultante tegangan tarik () H = o). Apabila pada penampang tersebut luas tulangan baja tariknya ditambah, kedalamaru'blok tegang-an beton tekan akan bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser ke bawah tagi. Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral pada posisi di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada bala tarik dan re-gangan PDF Create! 5 Trial beton tekan maksimum O,OO3, maka penampang disebut bertulangan seimbang. Kondisi keseimbangan regangan menempati posisipenting karena merupakan pembatas antara dua keadaan penampang balok beton bertulang yang berbeda cara hancurnya. Apabila penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik lebih banyak dariyang diperlukan untuk mencaFai t<eseimbangan regangan, penampang balok demikian disebut bertulangan lebih (overreinforced). Berlebihnya tulangan baja ta-rik www.nuance.com mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah, lihat Gambar 2.8. Hal yang demikian pa-da gilirannya akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum -0,003 se-belum tulangan baja tariknya luluh. Apabili penampang balok tersebut dibeblrii iromen lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga kemampuan regang-an bston terlampaui, maka akan berlangsung keruntuhan dengan beton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih dahulu. Sedangkan +attila suatu penampang balok beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik hrang dari yang diperlukan untuk kifl mencapai keseimbangan regangan, penampang demi- disebul bertulangan kurang (underreinforced). Letak garis netrat akan lebih naik se- Gambar 2.8. Variasi letak garis netral
  • 2. dikit daripada keadaan seimbang, lihat Gambar 2.8, dan tulangan baia tarik akan mendahu' lui mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sebelum beton mencapai regangan maksimum 0,003. Pada tingkat keadaan ini, bertambahnya beban akan mengakibatkan tu' langan baja mulur (memanjang) cukup banyak sesuai dengan perilaku bahan baia (lihat di-agram f-e baja), dan berarti bahwa baik regangan beton maupun baja terus bertambah te-tapi gaya tarik yang bekerja pada tulangan baja tidak bertambah besar. Dengan demikian PDF Create! 5 Trial berdasarkan keseimbangan gaya-gaya horisontal 2 H=O, gaya beton tekan tidak mungkin bertambah sedangkan tegangan tekannya terus meningkat berusaha mengimbangi be' ban, sehingga mengakibatkan luas daerah tekan beton pada penampang menyusut (ber-kurang) yang berarti posisi garis netral akan berubah bergerak naik. Proses tersebut di atas terus berlanjut sampai suatu saa't daerah beton tekan yang terus berkurang tidak mampu lagi menahan gaya tekan dan hancur sebagai efek sekunder. Cara hancur demi-kian, yang sangat dipengaruhi oleh peristiwa meluluhnya tulangan baja tarik berlangsung www.nuance.com meningkat secara bertahap. Segera setelah baja mencapaititik luluh, lendutan balok me-ningkat taiam sehingga dapat merupakan tanda awal dari kehancuran. Meskipun tulangan baia berperilaku daktail (liat), tidak akan tertarik lepas dari beton sekalipun pada waktu terja' di kehancuran. 2..6 PEMBATASAN PENULANGAN TARIK Dengan demikian adadua macam cara hancur, yang pertama kehancuran diawali meluluh-nya tulangan baja tarik berlangsung secara perlahan dan bertahap sehingga sempat mem' berikan tanda-tanda keruntuhan, sedangkan bentuk kehancuran dengan diawali han' curnya beton tekan terjadi secara mendadak tanpa sempat memberikan peringatan. Tentu saja cara hancur pertama yang lebih disukai karena dengan adanya tanda peringatan, resi-ko akibatnya dapat diperkecil. Untuk itu, standar SK SNI T-15-1991 -03 menetapkan pem - batasan penulangan yang perlu diperhatikan. Pada pasal 3.3.3 ditetapkan bahwa jumlah tulangan baia tarik tidak boleh melebihi 0,75 darijumlah tulangan baja tarik yang diperlu-kan untuk mencapai keseimbangan regangan, Ass0,75 As6 Apabila jumlah batas penulangan tersebut dapat dipenuhi akan memberikan jaminan bah' wa kehancuran daktail dapat berlangsung dengan diawali meluluhnya tulangan baja tarik terlebih dahulu dan tidak akan terjadi kehancuran getas yang lebih bersilat mendadak. Ungkapan pembatasan jumlah penulangan tersebut dapat pula dihubungkan da-lam kaitannya dengan rasio penulangan (p) atau kadang-kadang disebilt rreio baia, per' bandingan antara jumlah luas penampang tulangan baja tarik (A") terhadap luas elektif pe-nampang (lebar bx tinggi efektif d),
  • 3. p=+ bd Apabila pembatasan dibedakukan, di mana rasio penulangan maksimum yang diijinkan di-batasi dengan 0,75 kali rasio penulangan keadaan seimbang (p6 ), sehingga : Pmaks= 0,75 p6 t-ffiuk menentukan rasio penulangan keadaan seimbang (nJ dapat diuraikan berdasarkan pada Gambar 2.9 sebagai bedkut: Letak garis netral pada keadaan seimbang dapal ditentukan dengan menggunakan segi tiga sebanding dari diagram regangan. co=d 0,003 (o'*.4) Trial Create! 5 PDF Dengan memasukkan nilai E"- 200.000 MPa, maka: www.nuance.com 3__ = o, oo3 (d) (o.oog*-t-) 200000i 600 {d) ^"- ' -- -o..-o)-oi-+f, (z-t) dan, karena 2H=Q dan Np6= N74, mdka (O,8Sf",lB1c6b= A"ofy ^- - A"ofY "' - (0,85 f"'l1rb Aso-- P&d b ffi .aH=0,Gt 9,6 t"', r----n drag,am,eganga" offJ:iijffiXXn;i,jff Gambar 2.9. Keadaan Seimbang Regangan
  • 4. - p6bdfy {{0,85 fc')pp co=@pu d fy_ (z-z) Dengan menggunakan persamaan (2-l) dan (2-2ldapat dicarip6 P^ o(o=,as T6,iB*,)r "60"0 i Dari persamaan terakhir tersebut di atas, untuk mendapatkan nilai p6dapat digunakan daf - tar yang dibuat berdasarkan berbagai kombinasi nilai t"', d,if- Trial "'- Create! 5 PDF (z-s) qglfoh*2j? Pada contoh 2.r, tentukan jumtah turangan baja tarik yang dipertukan untuk mencapai keadaan seimbang, di mana d = 570 ^l*, b __ 2SO ri, {,= O,ooz Dengan mengacu kepada definisi keadaan keseimbangan, di"gr"^ regangan harustah seperti ditunjukkan padaGambar2.t0. Penyelesaian. www.nuance.com 0,"0o0 3=- @-") O,OO2 0,002 c6= 0,003(570 - c6) 0,OO2 c6+ 0,003 c6= 1,71 t.i tf E= --s'i- t'-r{ = .J.Lt C,-:',, . Ait tt;. lry=tt; diagram legangan dan kopet mornen dalarn Gambar 2.10. Sketsa Contoh 2.2
  • 5. 1,71 c, =6liE= 342mm do = ft co= 0,85(3421= 2go,7 mm Noo = (0,95 t",) a6b = 0,85(30X290,7X2501 1 0-s = 1853,2 kN Nro = A"afy Nrn = Noo PDF Create! 5 Trial maka tulangan yang diperlukan, 1^-_Nm _ Not vs ty fy _1853,2 (10)3 l['i-=4633 nm2 Dengan membandingkan luas tulangan baja yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang dengan ruas turangan tersedia pada penampang barok (g,,2s= t+is,rli o* pat disimpulkan penampang tersebul bertutangan kurang, di mana hancurnya diawali ngan de- meluluhnya tulangan baja tarik. Pemeriksaan apakah_persyaratan balok tipe daktail terpenuhidilakukan sebagai berikut: ^ //.'O,75 Asa= 0,75(4633) mmz = S47S mm2> 14TS mmz l:-l*t+[t{.oip:l'+an 9?1ry1{!ruk barok y?ns e_q!t?, p.enqtqlsan rinsan rer- P:la lellh eJ9!e'n-d,b3!d!Ig,fan de0gan penulangan berat. Hallersebut dapat oijllaskan bahwa untuk balok dengan dimensi tertentu, pertambahan A" akan disertai dengan ber- kurangnya panjang lengan momen pada kopet momen dalam (z = d _ na). Agar didapat gambaran yang jelas kita tinjau ulang permasalahan pada Contoh 2.1 terdahulu dengan A" digandakan dua kali dan kemudian dihitung nilai Mn untuk diban- dingkan hasilnya, sebagai berikut: www.nuance.com A" = 2(1473) = 2946 mmz (naik 100olo) a - 2946(M) - - o^85i6ffii == 1I eu4a'au tth * Mn = 0,85(30) (1 s4s) 1zsol(szo_T)r,0,. = 562,7 kNm Padahal s€p€rti didapat dari Contoh 2.1, Mr=g0g,54 kNm, hanya ada kenaikan sebesar : F6e7 -308,54) (3Oq#) - x10Oh=82/o Contoh 2.3 Femeiksaan ulang daffiilitas pada permasalahan contoh 2.r dengan menggunakan 0.75 p6sebagai pembatas, menggunakan TabetA_6 Apendiks A.
  • 6. Penyelesaian. p=fAr=s 1473 250(5?0) = o,o1o3 DariTabel A-6 Apendiks A, untuk fy= 4O0 MPa dan f"'= 30 MPa, didapat: Pmaks= 0,75 P6= 0,0244 > 0,0'103 Persyaratan peraturan dapat juga diungkapkan dalam p€rsanaan Aslmaksl= O,7S Ash d. manaAsDsudah dihitung pada Contoh 2.2. As(maks)= 0'75(4633) = 3466 mm2> 1473 mmz Tabel A-6 pada Apendiks A memberikan nilai 0,75 podan pyang dbarankan untuk berba-gai kombinasitegangan luluh baja dan kuat beton, untuk komponen balok dan plat. Tabel tersebut digunakan sebagai acuan prahis untuk menentukan agar balok memenuhi per-syaratan daktilitas yang ditetapkan. Dengan demikian konsep dan kriteria p€nampang Se-imbang berguna sebagai acuan atau palokan, baik untuk perencanaan ataupun analisis dalam menentukan cara hancur yang sesuai dengan peraturan. Apabila jumlah tulangan baia tarik melebihitulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang, akan terjadi hancur getas, sedangkan di lain pihak bila jumlah luas tulangan baja tarik ku-rang daritulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang, terjadi hancur daktail. SK SNIT-15-1991'03 pasal3.3.5. persamaan (3.3-3) juga memberikan batas mini-mum rasio penulangan sebagai berikut: _ r,+ , Pmtntmum- , -.,- -f, I ,'i =* {!'z4l 'rttfic p,, = "4 -_ c oo5dl )_qn 6 o.x,lz"l,.) Batas minimum penulangan lebih menjarnin tidak terjadinya hancur secara tiba'tiba seperti yang terjadi pada balok tanpa tulangan. Karena bagaimana-pun, balok beton dengan penulangan tarik yang sedikit sekalipun harus mempunyai kuat momen yang lebih besardari bihk tanpa tqlangan, dtmgn.a ygng lgrakhir tg-r-sebut dtperbi- _t!ruIan leEglgkanmodulus p€9ahnya. ftmbarasan minimum sepertidi atas tidak ber-lakuintuk pfffiisU{!!n kelebhlan tetap dan plat dari batok T yang rerrarik. penutang-an minimum plat harus mempeihitungkan kebutuhan memenuhipersyaratan tulangan su-sutdansuhusepertiyangtelahdiaturdalamSKSNlT. 15.1991.03pasal3.16.12. )1-f , 11 i,( - .: _' - 0+f.i ; ' 2.7 P- Er RSYARATAN KEKUATAN 1 .. (-r1Yt':' -:t 6'q7'tr{{t "] . Jt { Penerapan laktor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak bertujr*.=th*?"- ngendalikan kemungkinan terjadinya runtuh yang membahayakan bagi penghuni, di lain pihak harus juga memperhitungkan laktor ekonomi bangunan. Sehingga untuk menda-patkan lahor keamanan yang sesuai, perlu ditetapkan kebutuhan relatif yang inOin dicapai /. Trial Create! 5 com nuance.PDF www.
  • 7. trtt* dilakai sebagai dasar konsep laktor keamanan tersebut. Struktur bangunan dan trsrponen-komponennya harus direncanakan untuk mampu memikul beban lebih di atas b€ban yang diharapkan bekerja. Kapasitas lebih tersebut disediakan untuk memperhi-urtgkan dua keadaan, yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja yang lebih besar dari yang ditetapkan dan kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuatan komponen struk- tr akibat bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi syarat. Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai berikut: Kekuatan yang tersedia z Kekuatan Trial yang dibutuhkan Create! 5 PDF Kekuatan setiap penampang komponen struktur harus diperhitungkan dengan menggu-nakan kriteria dasar tersebut. Kqkuatan yang dibutuhkan, atau disebut kuat perlumenurut sKSNlr-15-1991-03, dapat diungkapkan sebagai beban rencana ataupun momen, gaya geser, dan gaya-gaya lain yang berhubungan dengan beban rencana. Beban rencana atau beban terfaktor didapatkan dari mengalikan beban keria dengan faktor beban, dan kemudian digunakan subskrip u sebagai penunjuknya. Dengan demikian, apabila diguna-kan www.nuance.com kata sifat rencana alau rancanganmenunjukkan bahwa beban sudah terfahor. Untuk beban matidan hidup SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.2.2 ayal l menetapkan bahwa beban rencana, gaya geser rencana, dan momen r€ncana ditetapkan hubungannya dengan beban kerja arau beban guna melalui persamaan sebagaiberikut: U= 1,2D+ 1,6L persaraan (3.2-l ) SK SNt T-15-1991 -09 dimana Uadalah kuat rsncana (kuat perlu), D adalah beban mati, dan I adalah beban hi-drp. Faktor beban berbeda untuk beban mati, beban hidup, beban angin, ataupun be-ban gempa. Ketentuan laktor beban untuk jenis pembebanan lainnya, tergantung kombi-nasi pembebanannya terdapat dalam sK sNl r-15-1 991 -03 pasal s.2.2 ayat 2,3, dan 4. Sebagaicontoh beban rencana adalah wu= 1,2ws1+ 1,6w4, sedangkan momen perlu atau momen rsncana untuk beban mati dan hidup adalah Mu= 1,2Mp1+ 1,6M1y. Pengqunaan laktor beban adalah usaha untuk memperkirakan kemungkinan terdapat be-ban keria yang lebih besar dari yang ditetapkan, perubahan penggunaan, ataupun urutan dan metoda pelaksanaan yang berbeda. Seperti diketahui, kenyataan di dalam prahek terdapat beban hidup tertentu yang cenderung timbul lebih besar dari perkiraan awal. Lain halnya dengan beban mati yang sebagian besar darinya berupa berat sendiri, se-' hingga fahor beban dapat ditentukan lebih kecil. Untuk memperhitungkan berat struktur, berat satuan belon bertulang rata-rata ditetapkan sebesar 2400 kgf/ma = 23 kN/ms dan penyimpangannya tergantung pada jumlah kandungan ba;E-rufahgannya. Kuat ultimit kornponen struktur harus memperhitungkan seluruh beban kerja yang bekerja dan ma-siqrma- sing dikalikan dengan laktor beban yang sesuai . ,,, Pasal3.2.3 memberikan ketentuan konsep keamanan lapis kedu4,ldah reduksi ka-p6fas teoretik komponen struhur dengan menggunakan laktor reduksi kekuatan (f)
  • 8. dalam menentukan kuat rencananya. Pemakaian laktor 0 d.lmaksudkan untuk memperhi-tungkan kemungkinan penyimpangan terhadap kekuatan bahan, pengeriaan, ketidak te-patan ukuran, pengendalian dan p€ngawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing'ma' sing laktor mungkin masih dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan kapasitas lebih rendah oerrgen-den!!!qn,-ap-?g!9"BlS9lE !!!.4ikan de19. a1kyat iQg-ql-!eo-- Iglllpgledisudah letnas,uKm{nRe$itunglel -linsKaldektilitas, kepcnlinggl' gsrta--tr-[9- fal-lt l.9p n g-gran.S.Ugtu kgmpongn itruktur sedemikian hingga kekuatannya dapa! di-te- n t"u"k'Saniin. Oar PDF Create! 5 Trial SK SNtT-1S-1991-03 pasal 2.2.3 ayal2 memberikan laktor reduksi keku-atan f untuk berbagai mekanisme, antara lain s-ebagaiberikut: t/'Lentuitanpa beban aksid {ffi, / ggggl! a" Ptttir =*--Z---o'oo-, Tarik aksial, tanpa dan Oengiildniirr Tekan aksial, tanpa dan dengan lentur (sengkang) Tekan aksia l, tanpa dan dengan lentur (spiral) = 0,80 = 0,65 = 0,70 www.nuance.com TumPuan Pada beton = 0,70 Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang digunakan Ms (kapasitas momen) sama dengan kuat mom€n ideal Mndikalikan dengan laktor f, Ms=S Mp (2-41 Konsep keamanan seperti di atas, berbeda dengan apa yang telah kila kenaldalam PBI 1971. Dalam PBI 1g71, faktor atau koefisien keamanan terdiri dari koelisien pemakaian (Ip), bahan (ym), dan beban (y"). Koefisien pemakaian beton hanya dibedakan untuk te' gdngan tekan lentur pada beban tetap (beban mati+ beban hidup) dan beban sementara (beban mati + beban hidup + beban angin atau gempa), sementara untuk tulangan baia tidak dibedakan. Koelisien bahan untuk beton maupun baja didasarkan pada tingkat pe-nyimpangan pelaksanaan pekerjaan, berlaku baik untuk keadaan beban tetap maupun beban sementara. Dengan demikian, laktor keamanan suatu komponen struktur beton bertulang tidak jelas karena nilainya merupakan gabungan dari beton dan bdia, yang t&' gantung pada variasi komposisinya. Sedangkan koefisien beban, secara global clibeda-kan antara beban tetap dan beban sementara, berlaku baik untuk beton maupun baia' Beban tetap terdiri dari beban mati,termasuk berat komponen sendiri, dan beban hidup. Sedangkan beban sementara merupakan gabungan beban tetap dengan pengaruh-pe-ng" run angin dan gempa. Dengan demikian, besar laktor keamanan untuk masing+na-sing jenis beban (beban mati, beban hidup, beban angin, atau beban gempa) tidak dike-tahui proporsinya. Dengan demikian pula, analisis dan perencanaan untuk setifu p€nam-pang harus dihitung dua kali, masing-masing untuk kondisi beban tetap dan beban se-menlara. Dari kedua perhitungan tersebut diambil yang paling aman, sehingga tidak ia' rang keputusan akhir didasarkan pada nilai yang terlalu konservatif.
  • 9. 2.8 ANALISIS BALOK TERLEHTUR BERTULANGAN TARIK SAJA Analisis penampang balok terlentur dilakukan denEan terlebih dahulu mengetahui dimen-si unsur-unsur penampang balok yarg tar*i dai:irnlah dan ukuran tulangan baja tarik (A"), lebar balok (b), tinggi elektif (d), tingEi tdaj (fi), f"', dan /n sedangkan yang dicari adalah kekuatan balok ataupun manilestrci k€hrdan dalam bentuk yang lain, misalnya menghitung Mn, alau memeriksa kehanddil dfrnensi penampang balok tertentu terha-dap PDF Create! 5 Trial beban yang bekeria, atau menghitunE jrrr*dr beban yang dapat dipikul balok. Djlg1' E!ak' Uoses Pglgl-c?laan balok tedsntur dd*r menentukin satu atau lebjh unsur di-feryi pggnpgts"Gr-o!. ygt'g bglLlr,djlelehui elqr, rlerrghltunsirrr"i r;i",rn"i *- langan t-eli! 4g]c-m p_e.lrgnp-artg berlasasan nutu bahan dan jenis pembebanan yang su-dah ditentukan. Penting sekali untuk meng$d perbedaan dua pekerjaan dan permasa-lahan tersebut dengan baik, masing-masrng memilikilangkah penyelesaian berbeda. www.nuance.com Contoh 2.4 Buktikan bahwa balok pada Gambar 2.11 tdah atkup memenuhi persyaratan SK SN, 7-- 15-1991-03. Beban mati merata = 12 kN/m (di tuar berat sendiri), beban hidup merata = 12 kN/m, Beban hidup terpusat = 54 kN (di terryah bentang). Mutu bahan ! fr,= gg 11trp", ty= 400 MPa. Pembufiian ditakukan dengan cara membandingkan kuat momen pra6is Mpdengan momen rencana yang ditimbutkan oteh beban rencana (beban brtafuor) Mu. Jika M p > M u maka batok akan memenuhi pasyratan Penyelesaian. Menentukan Mr: A"= P$QQ p62 + Oab€l A-2) o- '.P^ _=Afi" _ 2600 = I66'i4sot= 0,01s8 3m ffi p€nampang pdong€n A-A { Gambar 2.11 . Sketsa Contoh 2.4 -.8 tr kN (,=6.0 n dlagram t€gangan dan kop€l mom€n dalam
  • 10. | -> Sebagat pagevra da,t roag*bf-_" -f-ABgU ...1J[-14<on e= fi-fy - 1-9 1s1'--ffi 2'(0588 Q fu'/+o) anaz aa BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TAFIK SAJA a3 V U',rt* Tiflongo n -l wrw^!. )( z Dai Tab€l 4-6 didapat:0,75p6= 0,0244 % <o,o244,Oapat oipastikan turangan baja tarik sudah meruruh. / o,n=f = #=0, oo3s < o,o1eg i' "=-H-- 2600('to0) .-- Trial Create! 5 PDF :S.pgt4r,F-, * - Gl6ffi;= q tt@i65.t = 1 35e nm :a'kAJior'[isr =(o-l)= +so-13Es=382Jnm : Berdasarka2padatulangan baja , ,-, ,!!l-a ='4" f, z= 251gg14gox g82,1)lo{ = 39,Sg kNm { - r'/ '..U--R= QMr= O,8(Sg7,gg) = 317,91 kNm www.nuance.com Menghitung Mr: '' i ='-' ;j . .''. i !.' tr n Berat sendiri balok= O,SO(O,3OX23) = 3,45 kN/m Beban mati = 12 kN/m {:l il, I Totalbeban mat i merata = 15,45 kN/m Beban mati merata terfahor = 15,45(1,2.= 1g,54 kN/m Beban hidup merata terfaktor = 12(1,6) = 19,20 kN/ m Beban hidup terpusat terfaktor = 54(1,6) = g6,4 kN w u = 19,54 + 19,2O = 37,74 kN/m Pu = 86,4 kN Mu =lwutz+leur 1 =i@7,7a|G1'+f 1aoa1(6)=2e9lg kNm < 31Zel kNm Terbukti bahwa balok tersebut memenuhi syarat. Analisis dapat pula diterapkan untuk suatu komponen struktur yang pada masa laru direncanakan berdasarkan pada metoda tegangan kerja (cara-n ). seperti diketahui, pada metode perencanaan tegangan (beban) kerja mungkin tidak menggunakan pembatasan rasio penutangan sehingga penurangan barok mikian tidak sesuai dengan lilosofipeiaturan yan"g" "d1ib;e;rr;la;;k"urkia"-no ,n"n. Meskipun har de_ balok'balok sekarang, bagaimanapun tersebut nyatanya sampai saat ini dilunakan uan ulterla, sehingga anal66 kapasitas milmennya secara rasional dilakukan oengan hanya mempernitungkan tulangan bajatarik 0'75 p6' Atau.dengan kata lain, pendekatan dilakulan dengan mengabaikan ke- kuatan baia di luar jumlah 75o/o darijumlah tulangan tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang' untuk lebih jelasnya, contoh 2.5 berikut akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai hal tersebui
  • 11. lah rata-rata. Dengan demikian, cara menyebut jumlah tulangan baja untuk plat berbeda dengan yang digunakan untuk komponen struhur lainnya. Kecuali diameter tulangan ju-ga disebutkan jarak spasi pusat ke pusat (p.k.p) batang tulangan. Tabel A-5 memberikan kemudahan untuk penetapan tulangan pokok baja tarik untuk plat. Sebagai misal, apabila plat diberi penulangan beila D22 (As = 380 mm z) dengan jarak pusat ke pusat 400 mm,. ma-ka setiap pias satu meter lebar plat, luas tulangan baja rata-rata 2,50 x S80 = gS0,3 mm2, dan penulangan disebut: D22-4O0 atau A"= g50,3 Trial mm2/m'. Create! 5 PDF Standar SK SNI T-1 5-1 991'03 pasal 3. 1 6. 12 menetapkan bahwa untuk plat lantai serta atap strukturalyang hanya menggunakan tulangan pokok lentur satu arah, selain pe-nulangan pokok harus dipasang juga tulangan susut dan suhu dengan arah tegak lurus terhadap tulangan pokoknya. Peraturan lebih jauh menetapkan bahwa apabila digunakan tulangan baja deformasian (BJTD) mutu 30 untuk tulangan susut berlaku syarat minimum As = 0,0020 bh, sedangkan untuk mutu 40 berlaku syarat minimum As = 0,001g bh, di mana b dan h adalah lebar satuan dan tebal plat. Di samplng itu juga berlaku ketentuan bahwa plat struhural dengan tebaltetap, jumlah luas tulangan baja searah dengan ben-tangan www.nuance.com (tulangan pokok) tidak boleh kurang dari tulangan susut dan suhu yang diperlu- Z. kan. Jarak dari pusat ke pusat tulangan pokok tidak boleh lebitr dari tiga katitebal plat atau -< 50O mm, sedangkan jarak tulangan susut dan suhu tidak boleh lebih dari lima kali tebal #j!. atau 500 mm. Qen!g-L_2_.O Suatu Ftat psntltrttn satu arah untuk struktur interioti penampangnya sepertitampak pada gambar, bentangannya 4 m. Digunakan tutangan baja dengan fv = 300 Mpa, se-dangkan kuat beton 20 MPa, selimut beton pelindung tulangan baja 20 mm. Tentukan beban hidup yang dapat didukung oleh plat tersebut. Dari Gambar 2.14, tulangan baja Dl6 dengan jarak p.k.p. 180 mm dengan arah tegak lurus terhadap dukungan. Gambar 2.14. Sketsa Contoh 2.6
  • 12. Penyelesaian As= 11jl mm 4ny' d =165- zo-l9 2 o =o" - 1117 ' =o.oo8s b d 1000(134 dariTabel A-6, prrL"= 0,75 p6= 0,0241 5) { .;,,,' :i r.C ,{ ; .:i". l{d mhimum A".untuk plat adalah yang diperlukan untuk tulangan susut dan suhu. Ltsrtuk itu perlu dilakukan pemeriksaan nilai minimum dengan memeriksa A"o'ln. As mtnrmum= O,OO2Obh= 0,0020(1000X165) = 330 mmz/m'(A"= 1117 mmz/m' PDF Create! 5 Trial a =, A" fY, - 1117(3m) - =19.7 mm (0,85 fc,)b o, s5(20)(1ooo) ' Z =d -!=21237-19'7 -1 27.1smm Mn = A"tyz= 1117(gOOl(127,15)l0-6= 42,61 kNm (per meter lebar) Mp - O,8 Mn= O,8(42,61) - 34,1 kNm www.nuance.com Selaniutnya menghitung beban hidup yang masih dapat didukung oleh plat. Perlu diingat bahwa beban yang harus didukung oleh plat adalah beban mati (berat sendiri) dan beban hidup (yang akan dihitung). Notasi M, digunakan untuk momen yang dihasilkan dari be-ban terlaktor yang diperhitungkan. Mu(otl=16,e wolz) wot = beratplat =16,5(100)(23)(10)-a=3,80 kN /nP t} M u(DLt = |{re 1s,ao) (+) = e,1 2 kNm Mp lan! tersedia untuk msnahan beban hidup : 32,1-9,12 = 22,98 kNm Mu(ttl =f (f,O wttt2)=22,98 kNm . wtt =8.(?2'El -218 kN /m 1,6 (4)- Sehingga dapat disimpulkan, prosedur menghitung Mp plat terlentur satu arah menggu-nakan cara yang sama dengan balok persegi. 2.11 PERENCANAAN BALOK TERLENTUR BERTULANGAN TARIK SAJA'. ..,i Dalam proses perencanaan balok penampang persegiterlentur untuk frdan f"'tertentu, yang harus ditetapkan lebih lanjut adalah dimensi lebar balok, tinggi balok, dan luas pe-ftabelA-
  • 13. I Solanjutnya SK SNI T-15-1991-03 pasal 3'3'10 mensyaratkan poninjauan p€nga-i ,langsingan kolom sebagai bahan pertimbangan penting di dalam perencanaan ko- ' <iranya hal demikian o"p"t oit""!"tti meng-ingar semakin langsing atau s€makin ,r ing suatu kolom, kekuaran p"n"rnp-"ngny" akan berkurang b€rsamaan dengan lim- I rya masalah tekuk yang Oinlaapi' ketJniuhan kolgm langsing lebih ditentukan olgh :1jln"i"","*r* oucnini 1 laterai daripada kuat lentur penampangnya' Berdasarkan :iJl"" j"r',ornu, roto. nJon ,mumnya bersilat lebih massal (besar) dibandingkan ,' ffi;'ffiffi;il;;d"s"';;; oengan demixian secarastruktural menjadi lebih kaku )on permasalahan kelangsingan-'Jan b-erkurang untuk kolom beton bertulang' Hasil per-kiraan PDF Create! 5 Trial molalui pengamatan t"n'njufX"n Uanwa teUin dari 907" kolom beton bertulang u""n iO"**"" untur portat dengan pengaku' dan.!9!D qa{ 40% untuk porlallanpa po- ' nsaku pada ranska bansunan si*s, pud"gutlv1^q:?:!"H::L"""-i:f1-:1"#ff:; www.nuance.com KECIL .9.2 KEKUATAN KOLOM EKSENTRISITAS --Hampir ' tidak pernah diiumpai kolom yang menopang beban.aksial tekan secara konsen-tr {ris, bahkan kombinasi b"b";';;i;i;;;gan ei<sen'trisitas kecil sangat jarang ditemui' il:ffi;;;;,kian untuk memperoleh dasar pengertian perilaku kolom pada waktu me- - -nahan beban dan timbulnya momen pada kolom' pertama'tama akan dibahas kolom de-ngun U"Oan aksial tekan eksentrisitas kecil Apabila beban tekan P berimpit dengan sum-bu memanlang kolom, berarti tanpa eksentrisitas' perhitungan teoretis m€nghasilkan te-gangan tekan merala pada p"it'f""n penampang lintangnya' Sedangkan apabila gaya tekan tersebut bekeria di suatu tsmpat borjarak e lerhadap-sumbu memaniang' kolom ti.d.:rung melontur seiring jengan'timbulnya momen.M= fle)' Jarak a dinamakan.ek- ,r"in",i". n"v" "rrradap sumurixotom. Tidak sama halnya seperti pada keladian beban 'lanpa eksentrisitas, t€gangan tokan yang terladitidak merata pada seluruh permukaan pe- ;",lp""g ia"pi "t<an timtul teuin nesar pada satu sisi terhadap sisi lainnya' ' Kondisi pembebanan tanpa eksentrisitas yang merupakan keadaan khusus' kuat beban aksiar nominar arau t?or;tis=T!il,:,!tit:T:,il ;T"1n"' *''*'' t-apabila diuraikan lebih lanjut'akari dida-patlan:
  • 14. Po= Aslo,85lc' 1. - psl + ly psJ Po= Aso,85li+ pe (ty- 0,85tc')i S€dangkan poraluran memb€rikan ketentuan hubungan dasar anlara beban dengan ke-kuatan sebagai berikut: Pu< 0 Pn di mana, As = luas kotor penampang lintang kolom (mm2) A"r = luas lotal penampang penulangan memaniang (mm2) Po = kuat beban aksial nominal atau tsorotis tanpa €ksentrisitas P, = kuat beban aksial nominal atau loor€tis dengan eksentrisitas l€rtentu Pu = beban aksial terfaktor dengan eksentrisitas pc -;- Ast = Trial .,s Create! 5 PDF Sehingga apabila memang terjadi, pada kasus beban tanpa eksentrisitas, P, akan meniadi sama dengan Po Sungguhpun demikian, SK SNI T-15-1991-03 msnentukan bahwa di dalam praktek tak akan ada kolom yang dibebani lanpa eksentrisitas. Eksentrisitas bsban dapat ter.iadi akibat timbulnya momen yang antara lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-uiung kolom yang dicetak secara monolit dengan komponen lain, pelaksanaan pe-masangan www.nuance.com yang kurang s€mpurna, ataupun penggunaan mulu bahan yang tidak msrata. Maka s6bagai tambahan faktor reduksi kskuatan untuk memperhilungkan eksentrisitas millm m, poraluran 'Demberikan kol€ntuan bahwa kekuatan nominal kolom dengan pe-ngikat sengkang direduksi 2Oh dan unluk kolom dengan pengikat spiral direduksil5To. Ketenluan tersebut di atas akan memberikan rumus kuat bsban aksial maksimum seperti berikut: ' . lJnluk kolom dengan penulangan spiral: '.'. - :):.-.'1 QP n6a*4= 0'850{0'85tc' (Ae - A") + ttA"} Pers. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-1) -.. untuk kolom dengan Wnulangan sengkang: '. O Pn(nakq-- 0,80010,851"' (Ao- A") + IrA"] P€rs. SK SNI T-15-1991-03 (3.3-2) -1):' ,-.: - , -i '- ,.a,, ., :tl:r,.: -.-,-.-r..^. Beban aksial bek€ria dalam arah seiaiar sumbu memanjang dan titik kerianya tidak harus di pusat berat kolom, berada di dalam penampang melinlang, atau pusat geomstrik. Dalam m€mperhilungkan kual kolom terhadap beban aksial eksentrisitas k€cil digunakan d?$ar anggapan bahwa akibat bekerjanya beban balas (ultimit), beton akan mengalamil€- gangan samp€i nilai 0,85L'dan tulangan bajanya mencapai tegangan luluh ty. Sehingga uniuk setiap penampang kolom, kuat beban aksial nominal dengan eksentrisitas kecii da-pal dihllug .lang.sung dengan menjumlahkan gayagaya dalam dari beton dan iulangan baja pada waktu mengalami tegangan pada tingkat kuat maksimum lersobut. Selaniutnya, sewaktu ler,adi pecah lepas di bagian luar (s€limut beton) di k€dua ma-cam kolom torsebut, berarti batas kekuatannya t€lah terlampaui. Untuk itu, SK SNI T-15- 1991-03 pasal 3.2.3 ayat 2, di dalam ketentuannya menganggap bahwa kolom dengan
  • 15. pengikat spiral masih l€bih ulet sehingga diberikan laklor reduksi kekuatan 0 = 0,70 se-dangkan kolom dengan pengikat sengkang 0,65. Faldor keamairan yang l€bih tinggi dF berikan untuk kolom berpengikat sengkang dalam rangka mompethitungkan k€cende-rungan runluh secara mendadak dan terbalasnya kemampuan menyerap en€rii pada ko-lom tersebul. Akan tetapi, apabila diambil keputusan untuk msnggunakan kolom berpa-ngikat spiral dengan berdasarkan pada perlimbangan nilai kekuatan dan ekonomi (di luar PDF Create! 5 Trial psrtimbangan kotahanan dahail), harap diperhatikan bahwa peningkatan kokuatan yang diperoleh adalah 0,70/0,65 = 1,08 atau hanya 8% saja. Ungkapan lersobut memberikan gambaran mengenai kuat beban aksial maksimum yang dapat disediakan oleh kolom sebarang penampang dengan eksonlrisitas minimum. Seperli yang akan dibahas lebih lanjut pada Bab 9.9, dan dalam bentuk analisis pada Bab 9.11, untuk eksentrisilas (dengan momen yang menyertainya) yang semakin besar, 0P, akan berkurang. www.nuance.com 9.3 PERSYARATAN DETAIL PENULANGAN KOLOM Pembatasan jumlah tulangan komponen balok agar ponampang berp€rilaku daktail dapat dilakukan d€ngan mudah, sedangkan untuk kolom agak sukar karena beban aksial tekan lebih dominan sehingga keruntuhan tokan sulil dihindari. Jumlah luas penampang tulang-an pokok memaniang kolom dibatasi dengan rasio penulangan ps anlata 0,01 dan 0,08. Penulangan yang lazim dilakukan di antara 1,5% sampai 3% dari luas penampang kolom. Khusus untuk struktur bangunan berlantai banyak, kadang-kadang penulangan kolom dapat mencapai 4%, namun disarankan untuk tidak menggunakan nilai lebih dari 4% agar penulangan lidak berdesakan terutama pada titik pertemuan balok-balok, plat, dengan ko-lom. Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, p€nulangan pokok memaniang kolom berpongikat spiral minimal terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk kolom berpengi-kal sengkang bentuk segi empat atau lingkaran t€rdiri dari 4 batang, dan untuk kolom de-ngan p€ngikat sengkang berb€ntuk segitiga minimal terdiri dari 3 batang tulangan. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa iarak bersih anlara batang tulangan pokok memanlang kolom bsrpengikat sengkang alau spiral tidak boleh kurang dari 1,5 d6 atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus dipertahankan di t€mpat-tempat sambungan lewatan batang tulangan. Tabel A-40 pada Apendiks A dapat digu-nakan untuk penetapan jumlah batang tulangan baia yang dapat dipasang dalam salu ba-ris, baik untuk kolom persegi maupun bulat. Tebal minimum solimut beton pelindung tu-langan pokok m€maniang untuk kolom berpengikat spiral maupun sengkang dalam SK SNIT-15-1991-03 pasal 3.16.7. ayal I ditetapkan tidak boleh kurang dari 40 mm.
  • 16. 4 batang 6 balang 6 batang 8 balang Trial 5 com 12 Create! batanc nuance.12 balang l4 balang PDF www.nakdmum 150 mm Gambar 9.3. Susunan penulangan kolom tipikal P€rsyaratan d€tail s€ngkang s€cara rinci t€rcantum di dalam pasal 3.16.10 ayat S. Semua batang tulangan pokok harus dilingkup dengan sdngkang dan kait pengikat later-al, paling sodikit dengan batang D10. Batasan minimum tersebut dib€rlakukan unluk ko-lom dengan lulangan pokok memaniang batang D32 atau lebih kecil, sedangkan untuk dF ameter tulangan pokok lebih besar lainnya, umumnya sengkang lidak kurang dari batang D12, dan untuk kesemuanya tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang D16 (lihatTabel A-40). Jarak spasitulangan sengkang p.k.p. tidak lebih dari 16 kali diame-tor tulangan pokok memaniang, 48 kali diameter lulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar) kolom. Selanlutnya disyaratkan bahwa tulangan sengkang atau kait pengi-kat harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak dibengkok dengan sudut lebih besar dari 135". Sengkang dan kait pengikat harus cukup kokoh un-luk menopang batang tulangan pokok memaniang, baik yang letaknya di pojok maupun di sepanjang sisi ke arah lateral. Untuk itu batang lulangan pokok memanjang harus di-
  • 17. pasang dengan iarak b€rsih antaranya tidak lebih dari 150 mm di gepaniang sisi kolom agar Ourun!- lateral dapat berlangsung dengan baik' Gambar 9'3 memberikan penga-turan p"r"J*g- batang tulangan pokok memaniang, sengkang' dan kait pengikat' eeiyaratan detail penulangan spiral tercantum dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.10 ay;t 4, dimana diameter minimum batang adalah D1o' dan umumnya tidak meng-gunakan Lbih besar dari batang D16. Jarak spasi bersih spiraltidak boleh lebih dari 80 mm volume inti kolom setinggis PDF Create! 5 Trial lan tidak kurang dari 25 mm' Pada setiap uiung kesatuan tulangan spiral harus ditambah-xan panlang penlangkaran 1,50 kali liliran' Apabila memerlukan p€nyambungan' harus di-lakukan- deigan sambungan lewatan sepanlang € kali diametsr dan tidak boleh kurang dari 300 mm, bila perlu diperkuat dongan peng€lasan' Ksseluruhan penulangan spiral ha-rus dilindungi d€ngan selimut b€ton paling tidak setebal 40 mm' yang dicor menyalu de-ngan beton bagian inti' Lilitan tulangan sphal harus diikat kokoh.pada lempatnya' dan be-tri- b"tut t"rl"t"l pada garisnya dengan menggunakan psngatur iarak vertikal' www.nuance.com Rasio penulangin spiral p"tidak boleh kurang dari persamaan berikut ini: ps minimum = 0, ,15 (t, (SK SNI T-15 -1991-03 pasal 3.3.9.3) di mana , volum€ tulanqan spiral salu putaran s = jarak spasi tulangan spiral p k p (pitch) A, = luas penampang lintang kotor dari kolom A"= luas penampang lintang inti kolom ( lepi luar k€ tepi luar spiral) i = tegangan luluh tulangan bala spiral, tidak lebih dari tl00 MPa Jumlah spiral yang didapal berdasarkan rasio penulangan tersebut di atas secara teorelis akan m€mberikan spiral yang mampu m€mperbaiki keadaan sewaklu tsriadi kehilangan kokuatan pada saat teriadi pecah lepas beton lapis teduar (lihat Gambar 9'2)' Dari dslinisi ps terssbut dapat diksmbangkan perkiraan rasio penulangan spiral ak-tual yang lebih priiis dikaitkan dengan silat fisik ponampang linlang kolom'. Ditentukan bahwa Dl adalah diameter inti kolom (dari topi ke tepi terluar spiral), Ds adalah diamotsr spi-ral dari pusat ke pusal (p.k.p.), dan Aspadalah luas penampang baiang tulangan spiral' Selaniutnya ungkapan psdapat disusun sobagai berikut: p"=4o'6nD7" -Z-(s) Apabila perbedaan kecil antara Dc dan D" diabaikan, sehingga D" - D"' maka rumus terso-but di atas meniadi: 4 Aso k=w
  • 18. 9.4 ANALISIS KOLOM PENDEK EKSENTRISITAS KECIL Anajisis kolom pendek yang menopang beban aksial eksenrrisiras kecil pada hakekatnya adalah pomeriksaan terhadap kekuatan maksimum bahan yang rersedia dan berbagai d-e. tail rencana psnulangannya. Contoh 9.1 . Tentukan kekaatan beban aksiar maksimum yang tersedia pada kotom persegi dengan pengikat sengkang, dimensi 400x4OO mnp, tulangan pokok BD2g, sengXanj OtO,1e_ limul beton 40 mm (bersih), berupa kotom p€ndek, fc'= ZS Mpa, mutu bajaf, = 4(fi l11lpg baik untuk tulangan memanjang maupun sengkang. periksatah juga keiuatan seng-kangnya. PDF Create! 5 Trial Penyeleialan Periksa rasio penul angan memanjang, www.nuance.com A-, 52A4 ec=i= *Ot=0'033 0'01 < Pr= 0,033 < 0,08 Dengan menggunakan Tabsl A-40, untuk l6bar inri 920 mm (lebar kolom dikurangi selimut beton di kedua sisi) dan dengan menggunakan batang tulangan baja memaniang D29, jumlah maksimum batang tulangan adalah 8. Dengan demikian jumlah batang tuiangan baia sudah sesuai. Menghitung kuat kol t1 maksimum : Q Pn@"@= 0,80C{0,85fc' (As - A") + f, A"} = 0,80(0,65X0,85(30X160000 - sza4l + ll00(5284)i(10)-g = 3151 kN Pemariksaan pengikat sengkang : Penulangan sengkang menggunakan batang lulangan D10 umumnya dapat diterima un_ luk penggunaan batang lulangan pokok memaniang sampai dengan D32. Jarak spasitulangan sengkang tidak boloh lebih besar dari nilai yang terkocil berikul ini: 48 kalidiameter batang tulangan sengkang = 48(10) = 480 mm 16 kali diametgr batang tulangan memanjang = 16(29) = 464 mm l€bar kolom = 400 mm Dengan demikian jarak spasi tulangan sengkang /m0 mm tolah mem€nuhi syarat. Susun-an lulangan sengkang ditetapkan dengan cara msmeriksa jarak bersih antara batang-ba-tang tulangan pokok memanlang, sssuai dengan persyaratan ridak boleh lsbih besai dari
  • 19. 150 mm. Apabila iarak bersih tersebut rebih besar dari r50 mm, sengkang mem€rrukan batang p€ngikat tambahan untuk memp€rkokoh kedudukan tulangan pokok sesuai de-ngan k€lentuan SK SNIT-15-1991-Og pasal 0.16.10. ayat S.g. Jarak b€rsih= 1/2{rlo0 - 2(40) _ 2(10) _ 3(29)} = 121 mm < 150 mm Maka tidak dip€rlukan tulangan pengikat lambahan untuk kolom ini. Contoh 9.2. Perhitungkan apakah korom dengan wnampang tintang seperri rergambar pada Gambar 9.4 cukup kuat untuk menopang beban aksial rencana p"= 2400 kN dengan eksentri-sitre kecil, L'= 30 MPa, fv= ztQ| MPa, perikalah tulangan Trial sengkangnya. Create! 5 PDF Penyelesaian Dafi Tabel A-4 didapal Asr = 3436,1 mm2 dan unluk diameler kolom bulat gBO mm didapat luas penampang lintang kotor dari kolom Ir= 113411 mm2. 3 43 6.1 www.nuance.com Maka, 0,0303 Pc= j 1.41-1= 0,01 < Pr= 0,0303 < 0,08 Dari Daltar A-rto, untuk diamster inti korom 300 mm p€nggunaan 7 batang turangan baja D25 cukup memenuhi syarat. Kuat kolom maksimum: 0 Pngnaxsl = 0,85f{0,85fc, (A o_ A") + f, A"} = 0,85(0, 70X0,8s(30X11 04 11 _ 34s6, 1 ) + 400(s496, 1 )Xl o)_3 = 2zA6 kN ternyata kuat kolom masih lebih besar dari beban aksial yang bekerja. Pemeriksaan pengikat spiral : Dengan sK sNl r-i5-1991-03 pasar 3.16.10 ayar 4.2 dan Taber A-zro, dapat disimpurkan bahwa menggunakan batang tulangan D.l0 untuk spiral telah memenuhi syarat. Gambar 9.4. Sketsa Contoh 9.2
  • 20. Dengan menggunakan Tabel A-40, dihitung pr6 untuk nilai Ac sebagai b€rikui: e"@b,)=o,4s(!^:-')# =r* (-|ffi -r)fi =ooeo+ p" aktuat =i&= ffi = o oror >o,ozo4 Jarak bersih spiral tidak boleh lebih besar dari 80 mm dan tidak kurang dari 25 mm. Jarak bersih = 50 mm - 10 mm = 40 mm Trial Create! 5 PDF Maka, kolom yang sesuai dengan kondisi yang ditentukan t6lah m€menuhi syarat. 9.5 PERENCANAAN KOLOM PENDEK EKSENTRISITAS KECIL www.nuance.com Perencanaan kolom beton bertulang pada hakskatnya menentukan dimensi serta ukur-an- ukuran baik beton maupun batang tulangan baia, sejak dad m€nentukan ukuran dan bentuk penampang kolom, menghitung kebutuhan penulangannya sampai dengan me-milih lulangan sengkang atau spiral sehingga didapat ukuran dan iarak spasi yang tepat. Karena rasio luas penulangan terhadap beton po harus berada dalam daerah batas nilai 0,01 < pr< 0,08, maka persamaan kuat perlu yang diberikan pada Bab 9.2 dimodifikasi untuk dapat memenuhi syarat tersebul. Unluk kolom dengan pengikat sengkang, 0 Pn@"x")= 0,800{0,85fc'(As- A")+ly (A")) A., ec=4 sehingga didapal, Ad = psAs maka, QP4nax4 = 0,800 {0,B5fc' ( An- po Aol + l, po A} = 0,80fAcio,85[' (t - po) + ty oo'] Karena, Pu< C Pr(r,aks) maka dapat disusun ungkapan Ao perluberdasarkan pada kuat ko-lom Prdan rasio penulangan po, sebagai berikut: Untuk kolom dengan Wngikat sengkang, "Ago 'p-er"lu- = --;--4-- o8o olo,es4'(t- po1+treol Untuk kolom dengan pengikat sphal, "Ac ^'^--1",,-_ _ 'u 0,85 olo,as4'(r- 41+troo|
  • 21. Dengan d€mikian dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan bentuk dan ukuran kolom b€rdasarkan rumus di atas, banyak kemungkinan serta pilihan sahih yang dapat me-menuhi syarat kekuatan untuk m€nopang sembarang beban Pu. Untuk nilai p, yang lebih kecil m€mberikan hasil Ao lebih bosar, demikian pula sebaliknya. Banyak pertimbangan dan laktor lain yang borpengaruh pada pemilihan bsntuk dan ukuran kolom, di antaranya ialah pertimbangan dan persyaratan arsitektural alau pelaksanaan pembangunan yang m€nghendaki dimensi slruktur seragam untuk setiap lanlai agar menghemal aiuan kolom dan perancahnya. Contoh 9.3. Rencanakan kolom berbentuk buju sangkar dgngan pengikat sengkang untuk meno-pang PDF Create! 5 Trial beban kerja aksial, yang terdi dari beban mati 1400 kN dan beban hidup 850 kN, kolom pendek, t"'= 30 MPa, ft= 400 MPa gunakan pn= 0,03. www.nuance.com Penyelesaian Kuat bahan dan perkiraan prtelah ditentukan. Beban rencana terlaklor adalah: Pr= 1,6(850) + 1,2(12100) = 30zl0 kN Luas kotor ponampang kolom yang diperlukan adalah: Ao Perlu = 30,n (10)3 0,80(0,65){0,s5(30) (r - o,os)+ 4m (0,03)} AgPerlu = 1591214 mm2. Ukuran kolom bujur sangkar yang diperlukan menjadi: y'(159144) = 399 mm Telapkan ukuran z1O0 mm, yang dengan demikian mengakibatkan nilai p, akan kurang se-dikil dari yang dilentukan po= 9,63. Ae aktual= (400)2 = 160000 mmz Nilai perkiraan beban yang dapat disangga oleh daerah beton (karena p, berubah): Beban pada daerah beton = 0,800(0,85/c')As (1 - ps) = 0,80(0,65X0,8sX30X160000X1 - 0,03X10)-€ = 2058 kN D€ngan demikian, beban yang harus disangga.oleh batang tulangan baia adalah: 3040 - 2058 = 982 kN Kekuatan maksimum yang disediakan oleh batang iulangan baia adalah 0,80C As| ty, maka luas penampang batang tulangan baja yang diperlukan dapat dihitung sebagai berikut: 9821t- - ^r.., *, As, Perru=6;Eo-i63ffi66i =4721 rmz
  • 22. Gambar 9.5. Sketsa perencanaan Trial Soal g.g Create! 5 PDF Digunakan satu macam ukuran batang tulangan bala dan dipasang m€rata di sepaniang keliling sengkang, unluk itu dipilih batang tulangan sed€mikian rupa sghingga iumlahnya msrupakan kelipatan empat. Gunakan 8 batang tulangan baia D29 (/43, = 5284 mm2). Dari Tabel A-4O didapatkan ketenluan bahwa penggunaan I batang lulangan baja D29 mem-berikan www.nuance.com lebar diameter inli maksimum 320 mm, dengan demikian p€nulangan yang diren-canakan tersebul momenuhi syarat. Merencanakan tulangan sengkang i DariTabel A-40, pilih batang tulangan b4a D10 untuk sengkang. Jarak spasi tidak boleh lebih besar dari: ,18 kali diamoter batang tulangan sengkang = €(10) = 480 mm 16 kali diameter batang tulangan memaniang = 16(29) = 464 mm Ukuran kolom arah lorkecil (lebar)= 400 mm Gunakan batang tulangan baja D10 unluk sengkang, d€ngan jarak spasi p.k.p. 400 mm. Periksa susunan tulangan pokok dan sengkang dengan mengacu pada Gambar 9.7. Jarak bersih batang tulangan pokok bersebelahan pada sisi kolom adalah: 14400-80-20-3(29))=106,5 mm < 150 mm Dengan demikian tidak perlu tambahan batang pengikat tulangan pokok kolom sebagaF mana yang ditonlukan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.10 ayat 5.3. Sketsa perencanaan seperti lerlihat pada Gambar 9.5. Contoh 9.4. Rancang ulang kolom yang dipersoalkan pada Conloh 9.3, sebagai kolom bulat dengan pengikat spiral. Penyelesaian Gunakan fo'= 30 MPa, fr= 400 MPa, dan perkiraan ps= 0,03. Seperti halnya pada Contoh 9.3: Pu= 3040 kN
  • 23. Ao Perlu = AsPerlu = 139084 mm2 T€tapkan diamel€r kolom 430 mm, As aktual = 145220 t'J'm2 Trial Create! 5 PDF Beban pada daerah beton = 0,850(0,85tc')Ae (1 - pe) = 0,85(0,70X0,85X30X145220X1 - 0,03)(10){= 2137 kN Beban yang harus disangga oleh batang tulangan baia adalah: 3040 - 2137 = 903 kN .e,, p",r,=944=,*"--ttrh= 4oo1 nm2 www.nuance.com Gunakan 7 batang tulangan baja D29 (Asr= 4623,7 mm2l DariTabel A-40 didapatkan ba-tasan maksimal penggunaan 8 batang tulangan baja D32 untuk diameter inti kolom bulat maksimum 350 mm, dengan demikian penulangan yang direncanakan mem€nuhi syarat' Merencanakan lulangan spiral : Dari Dattar A-,10, tsntukan Ac dan memilih batang tulangan baja D13 untuk penulangan spiral, dengan penentuan iarak spasi didasarkan pada nilai po. o" t,* t = o,ns (& - r)t *, *(ffi-') fi = o, or zz Jarak spasi maksimum diperoleh dengan cara memberikan nilai p"1oxr,) unluk Ps, n" at<tuar =ff sehinssa ".*"=ffi=ffifffty= tt,r mm 40 mm Gambar 9,6. Sketsa perencanaan Contoh 9.4
  • 24. gunakan spiral dengan iarak spasi 80 mm, iarak spasi bersih lilitan spiraltidak lsbih dari 80 mm dan kurang dari 25 mm, Jarak spasi bersih = 80 - 13 = 67 mm Sketsa perencanaan s€psrti tampak pqda Gambar 9.6. Dari pombahasan di atas dapatlah disusun ikhtisar baik unluk analisis dan perencanaan kolom pendek eksentrisitas kecil sebagai berikut: PDF Create! 5 Trial Analisb : 1) Pemeriksaan apakah psmasih di dalam batas yang memenuhi syarat, 0,01 s po< 0,08 2) Pemeriksaan jumlah tulangan pokok memanjang untuk mendapatkan iarak bersih anta-ra batang tulangan (lihat Tabel A-40). Untuk kolom berpengikat sengkang paling sedi-kit 4 batang, dan kolom bsrpsngikat sphal minimum 6 batang tulangan m€maniang. 3) Menghitung kual beban aksial maksimum CPr(na,(s,), lihat Bab 9.2. 4) Pemeriksaan penulangan latsral (tulangan pengika0. Untuk pengikat sengkang, perik-sa www.nuance.com dimensi baiang tulangannya, jarak spasi, dan susunan p€nampang dalam hubung-annya dengan batang tulangan memanjang. Untuk pengikat spiral, diperiksa dimonsi batang tulangannya, rasio p€nulangan ps, dan iarak spasi b€rsih antara spasi. Perencanaan . 1) Mensntukan kekuatan bahan-bahan yang dipakai. Tentukan rasio p€nulangan psyang direncanakan apabila diinginkan. 2) Msnentukan beban rencana ter{aktor Pu. 3) Menentukan luas kotor p€nampang kolom yang diperlukan As. 4) Memilih bsntuk dan ukuran ponampang kolom, gunakan bilangan bulal. 5) Monghitung beban yang dapal didukung oleh beton dan batang tulangan pokok me-manjang. Tenlukan luas penampang batang tulangan baia memaniang yang diperlu-kan, kemudian pilih batang tulangan yang akan dipakai. 6) Msrancang tulangan pengikat, dapat berupa tulangan sengkang atau spiral. 7) Buat sketsa rancangannya. 9-6 HUBUNGAN BEBAN AKSIAL DAN MOMEN Untuk menielaskan kesepadanan statika antara beban aksial oksenlris d€ngan kombinasi b6ban aksial-momen digunakan Gambar 9.7. Apabila gaya dari boban P, bekerja pada pe-nampang kolom berjarak o lerhadap sumbu s€p€rti terlihat pada Gambar 9.7.a, akibal yang ditimbulkan akan sama dengan apabila suatu pasangan yang terdiri dari gaya beban
  • 25. PDF Create! 5 Trial aksid P,, pada sumbu dan momen' Mu =Pue' bekeria ser€ntak b€rsama'sama sepertitam-p" f p"a" O"tU"t 9.7.c. D€ngan demikian dapat disimpulkan bahwa apabila suatu pasang-an www.nuance.com momen rencanaterlaKor Mudan beban rencana terlakior P" b€ke4a b€rcana€ana pa- J" "r",, komponen struktur tekan' hubungannya dapat dituliskan s€bagai berikut: a=Mi, Untuk suatu penampang tertentu, hubungan l€rsebut di alas bernilai konstan dan mem-b€ rikan variasi kombinasi beban lentur dan beban aksial dalam banyak cara' Apabila dike-hendaki eksentrisitas yang ssmakin besar, beban aksial Pu harus berkurang sampai suatu nilai sedomikian rupa sehingga kolom tetap mampu menopang k€dua beban' beban aksi-d Pu dan momen Pre. sudah barang tentu, besar atau jumlah pengurangan Pu yang di' perlukan sebanding dengan peningkatan besarnya eksentrisitas' D€ngan demikian kekuatan suatu penampang kolom dapal diperhitungkan terha- O"p U"nV"i kemungkinan kombinasi pasangan beban aksial dan momen' Kual lentur p6- nampang kolom dapat direncanakan untuk beberapa ksmungkinan kuat beban aksial yang be-rbeCa, dengan masing-masing mempunyai pasangan kuat momsn tersendiri' Namun demikian, mokanism€ tsrsebut t€tap harus menyesuaikan dengan k€tentuan SK SNlT.l5.lggl.o3,mengsnaibatasmaksimumkualbebanaksialkolom,Pnl^x"). g.7 PENAMPANG KOLOM BERTULANGAN SEIMBANG Seperti yang disaiikan dalam cp.ltoh-conioh terdahulu, di dalam praktsk perencanaan ko-bm umJmnya digunakan p€nulangan simetris, di mana psnulangan pada kedua sisi yang berhadapansam-a jumlahnya. Tuiuan ulamanya mencegah k€salahan atau kekeliruan pe- ""rp"ti" fulangan yang dipasang. Penulangan simetris iuga diperlukan apabila ada
  • 26. Conloh diagram-diagram yang dimaksud disajikan pada Gambar 9.14. Pada contoh diagram-diagram tersebut digunakan definisi-definisi s€bagai berikut: Ast Ps = -;- ng h = ukuran kolom arah tegak-lurus pada sumbu lentur, lihat sketsa penampang yang tertera pada sudut atds tiap diagram, PDF Create! 5 Trial f = nilai banding jarak antar-pusat berat tulangan larik terluar terhadap tebal atau tinggi potongan melintang kolom arah lenturan. Skala sumbu vertikal (beban aksial) dan horisontal (momen) adalah merupakan bi-langan- bilangan yang terkait dengan nilai C Pn. Dalam hal ini, contoh diagrarn pada Gambar 9.14 menggunakan bilangan-bilangan lanpa dimensi. Diagram d(Tunakan untuk menen-tukan kuat beban aksial kolom dan sekaligus kuat momen yang sesuai. Dengan demikian www.nuance.com fungsi diagram adalah sebagai alal bantu analisis, sedangkan dalam p€rencanaan unluk membantu langkah coba-coba. Diagram-diagram dibuat untuk polongan malintang kolom dengan b, h, dan y ler-tentu, dan hanya diperuntukkan untuk mutu dan kekualan bahan yang ditentukan. De-ngan sendirinya harap dicatat bahwa unluk mutu beton dengan f"'> 30 MPa, maka sesuai dengan ketontuan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 ayal 7 harus dilakukan modilikasi ni-lai p, yang sesuai. Umumnya batang tulangan baja dipasang sim€lri sama pada masing-ma-sing sisi, atau r/4daritotal untuk sstiap sisi. Faktor reduksi kekuatan 0 yang sesuai SK SNI T-15-1991-03 sudah diperhitungkan di dalam diagram sehingga tidak perlu disertakan lagi dalam perhitungan. Unluk kolom dengan bentuk p€nampang bulat iuga dapat dibuatkan diagramnya- Agar didapalkan gambaran cara penggunaan yang lebih jelas, berikut diberi-kan contoh-conloh p€rhitungan dengan menggunakan diagram-diagram tersebut. Contoh 9.6. Dengan menggunakan diagram-diagram dan bedasarkan peraturcn SK SNI T-15-1991- 03, dapatkan kuat beban aksial 0 Pnuntuk kolom d€ngan potongan melintang seperti tampak pada Gambar 9.15 dengan eksentrisitas 120 mm, f"'= 30 MPa, fr= 4gg 1111p". Penyelesaian Pertama-tama tentukan diagram mana yang akan dipakai s€suai dengan ienis potongan melinlang kolom, kekuatan bahan, dan laktor y. yh =3@mm Y = 3ffil5OO = O'72 K€dua diagram pada Gambar 9.14 masing-masing untuk nilai I = 0,70 (diagram (a)) dan I = 0,75 (diagram (b)).
  • 27. DIAGFAII II{IERAKSI KOLOII ffi ;"if rl rTf^{,r. PDF Create! 5 Trial .t:: 'lt 0,30 o,/o 0,50 0,60 0,70 PU I o,o5 t;Ae h (d OIAGRAI' IT'ITERAKSI KOLOTI o,1o o.2o o,3o o.4o p,o,so .0,60 o7o 0'80 090 1.00 I0.e6t;^,^; (b) Gambal 9.14. Diagram lnteraksi untuk perencanaan kolom 1,m 1,',|0 1,00 www.nuance.com
  • 28. cambar 9.1S. Skeba Conloh Trial 9.6 Create! 5 PDF Penyelesaian kasus Contoh 9.6 ini monggunakan diagram (a), bukan interpolasi antara kodua diagram. www.nuance.com pc=AA. , 3963 =5oop6o) =o'o220 0,01 < e Po= 0'0220 < 0,08 12O i= O'Z+ -SOO= Berdasarkan atas hasil-hasil ters€but k€mudian dilentukan p€rpolongan antara nilai-nilai psdan elh pada diagram (a), s€porti tampak pada Gambar 9. t 4. Dari titik p€rpotongan ter-sebut ditarik garis horisonlal sehingga memolong sumbu vsrtikal di s€b€lah kiri, komudian dibaca nilai yang didapal, yaitu: P.. ffi,=o'tes kemudian diporol€h: Pu= $ P n= 0,763(0,6sX0,85)(30X 1 80000X1 03) = 2276 kN selanjutnya, kuat momon pasangannya dapat pula ditontukan: P,(el=Q Pne= (2276X0,121= 273,17 kNm Apabila digunakan nilai-nilai intorpolasi antara diagram untuk 7 = Q,/Q dan }, =0,75 akan dip€roleh hasil yang lebih t€pat lagi. Untuk mencari kuat beban dan momen untuk eksen-trisitas yang berbeda pada kolom yang sama dongan menggunakan diagram, bukan lagi merupakan kesulitan karena p, nilainya tetap. Contoh 9.7- Dengan metpgunakan diagtan (b) dafi Gambar 9.14, tentukan nilai gaya aksial, momen, dan (Pnlr1rlx"l untuk kolom da Contoh 9.5.c dengan a = 125 mm,
  • 29. Penyeleeaian Dari Contoh 9.5 didapatkan ps= 0,0226. Dongan menggunakan kurva inlerpolasi antara nildt pn = o,Q2 dan 0,03 yang berpotongan dengan garis ( e/h), diagram (b) Gambar 9.14, k€mudian lilik polong tersebut diproyoksikan pada sumbu legak akan didapatkan: E' ffi=o'zt sehingga, 0 Pn = 0,77(0,651(0,85X30X175000X10-Trial 3) = 2233,€ kN Create! 5 PDF Proyeksiliiik potong kurva gdengan garis (e/h) pada sumbu mendatar mendapatkan: P,, e 7iffi;-x;=o'tses sshingga, PuG) =0 Pn@)= 0,192s(0,65X0,85X30X175000X500X1c€) = 279,185 kNm www.nuance.com Sedangkan nilai 0Pn6a*s1 didapat dengan cara mencari p€rpotongan anlara sumbu tegak dengan kurva interpolasi pg yang sesuai, didapatkan: P,, oaes4'4-=taat s€hingga, oPnbsks) = 1,067(0,65X0,85)(30X175000X10F3) = 3095 kN Harap dip€rhatikan bahwa pada diagram-diagram tsrsebut, garis horisontal yang mewakili sebagainilai ( Pnlnaxsl memotong kurva kekuatan yang sesuai kurang lebih pada posisi elh = 0,10. Hal ini menuniukkan suatu k€nyataan bahwa persamaan keseimbangan gaya-gaya akan memberikan nilai kuat maksimum yang kira-kira sama apabila persyaralan eksen-trisitas minimum dipenuhi. Dari kedua contoh tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan diagram secara gralis ternyala memberikan alternatif penyelesaian yang lebih praktis, lebih-lebih untuk digunakan dalam pros€s analisis. Sedangkan dalam perencanaan diagram lersebut dapat digunakan untuk acuan dalam m€lakukan coba-coba, yang dengan demikian akan mempersingkat perhitungan. 9.10 METODE PENDEKATAN EMPIRIS Untuk dapat merencanakan keserasian regangan-regangan tenlunya harus menghitung terlebih dahulu regangan (dan legangan) pada beton dan tulangan baja, yang umumnya dilakukan dengan cara coba-coba berdasarkan anggapan-anggapan terlentu. Bagian per-hitungan t€rs€but pada umumnya merupakan bagian awal yang sangat men€ntukan pan-jang alau singkatnya seluruh proses. Untuk m€ndapatkan arah langkah perhitungan yang