SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
 Dalam upaya menciptakan kondisi
sanitasi yang baik pada pengolahan
makanan diperlukan beberapa jenis
bahan yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
 Dua jenis bahan utama yang sering
digunakan adalah bahan pembersih dan
bahan sanitaiser
A. Bahan Pembersih
 Proses pembersihan dilakukan untuk
menghilangkan sisa-sisa makanan dan
sebagian besar populasi
mikroorganisme, melalui kerja fisik dari
pencucian dan pembilasan.
 Faktor yang sangat berpengaruh dalam
keberhasilan proses pembersihan
adalah sifat permukaan yang kontak
dengan sisa makanan.
 Faktor lain  jenis sisa makanan yg
harus dibersihkan
 Banyak mengandung lemak  dengan
bantuan air panas dan sabun atau
dengan menggunakan bahan pelarut
lemak, misalnya alkohol 70%
 Bahan berprotein  melalui proses
peptidasi menggunakan bahan
pengoksidasi seperti klorin
Pemilihan bahan pembersih yang akan
digunakan tergantung pada beberapa
faktor :
 Jenis dan jumlah cemaran yg akan
dibersihkan
 Sifat bahan permukaan yg akan
dibersihkan, misalnya aluminium, baja
tahan karat, karet, plastik, atau kayu.
 Sifat fisik senyawa bahan pembersih (cair
atau padat)
 Metode pembersihan yg tersedia
 Mutu air yg tersedia
 Biaya
Syarat-syarat bahan pembersih
yg baik
 Ekonomis
 Tidak beracun
 Tidak korosif
 Tidak menggumpal dan tidak berdebu
 Mudah diukur
 Stabil selama penyimpanan
 Mudah larut dengan sempurna
1. Pembersih Alkali
a. Alkali Kuat :
- Daya bersih dan kelarutan yg tinggi
- Sangat korosif
- Dapat menyebabkan kerusakan kulit
- Mengikis logam dan bahan yg dicat
- Bahan aktifnya adalah natrium hidroksida
(NaOH/kaustik soda) dan silikat.
- Hanya digunakan untuk cemaran
berat, misalnya yg terdapat dalam ruang
pengasapan.
- Contoh : natrium metasilikat dan natrium
ortosilikat
b. Alkali Lemah
- Sifat korosif dan daya bersih yg lebih rendah
- Lebih aman digunakan
- Banyak dijumpai pada kebanyakan bahan
pembersih
- Contoh : natrium karbonat, boraks, trinatrium
karbonat.
- Senyawa yg dimiliki juga dapat menurunkan
kesadahan air dengan baik, tetapi tidak dapat
untuk menghilangkan deposit mineral dalam
air.
2. Pembersih Asam
 Memiliki efektivitas yg lebih rendah daripada
pembersih alkali, terutama bila digunakan
untuk membersihkan cemaran yg
mengandung lemak, minyak, atau protein.
 Pembersih alkali dapat memecah secara
kimiawi ikatan dalam senyawa
organik, sedangkan pembersih asam tidak.
 Efektif untuk menghilangkan deposit mineral
yang sering terbentuk sebagai akibat dai
penggunaan pembersih alkali (deposit mineral
melekat pada permukaan logam dan tampak
sebagai karat atau noda keputih-putihan).
 Penggunaan pembersih asam organik
seperti sitrat, tartarat, sulfamat, dan
glukonat jugsa dapat menurunkan
kesadahan air, mudah dibilas, serta
tidak korosif dan tidak menimbulkan
iritasi pada kulit
 Senyawa pembersih asam kuat dari
asam organik sangat korosif terhadap
beton, logam dan serat.
3. Sabun
Secara kimiawi sabun adalah garam
natrium (sodium) dari asam organik.
Karena sifatnya yg tidak menimbulkan
iritasi pada kulit, maka sabun banyak
digunakan untuk pencucian tangan.
4. Detergen
Bahan pembersih mirip sabun tetapi diperkaya
dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan
daya bersihnya.
Fungsi detergen :
- Memecah kotoran dan mensuspensikannya ke
dalam larutan.
- Melarutkan padatan dan mengemulsi cemaran
minyak, sehingga mudah dihilangkan
- Mencegah kotoran menempel kembali pada
permukaan.
- Beberapa detergen mampu menurunkan kesadahan
air sehingga efektivitas air sebagai pelarut
meningkat.
B. Sistem Pembersihan
Sistem pembersihan meliputi kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
- Penghilangan cemaran atau kotoran
kasar.
- Pembersihan residu cemaran dengan
detergen atau bahan pembersih lainnya.
- Pembilasan untuk meghilangkan
cemaran atau detergen.
1. Pembersihan manual
Dapat dilakukan dengan menggunakan
alat bantu seperti bahan penggosok
mekanik, selang air, sikat, alat
penggaruk, spons, dll.
Diterapkan untuk pembersihan
peralatan kecil, wadah makanan, atau
bagian-bagian kecil dari suatu peralatan
misal blender, mixer, chopper,dll
2. Pembersihan dengan busa
Metode pembersihan mekanik yg paling
banyak dipilih, karena aplikasi busa yg
mudah dan cepat.
Efektif digunakan untuk membersihkan
permukaan yg luas misal ruangan dan
peralatan pengolahan yg besar, saluran
pipa, belt conveyor, wadah
penyimpanan.
3. Pembersihan ultrasonik
Sangat cocok diterapkan pada peralatan-
peralatan yg kecil, bagian kecil dari
suatu peralatan, benda-benda plastik yg
sulit dibersihakn atau yg akan rusak
apabila dibersihkan dengan cara
konvensional.
 Proses pembersihandilakukan dengan
merendam benda pada tangki berisi larutan
detergen dengan suhu 60-70 0C.
 Generator ultrasonik akan mengubah listrik
menjadi energi listrik dengan frekuensi tinggi
(30.000 – 40.000 siklus/detik), kemudian alat
transducer akan mengubah energi ultrasonik
menjadi vibrasi mekanik.
 Vibrasi tersebut akan menghasilkan jutaan
gelembung-gelembung vakum mikroskopis
dlm larutan detergen yg akan berperan dlm
pembersihan
C. Bahan Sanitaiser
Meskipun proses pembersihan telah
dilakukan, belum ada jaminan bahwa
cemaran mikrobiologis terutama bakteri
patogen telah dihilangkan.
Sehingga proses pembersihan harus diikuti
dengan desinfeksi menggunakan bahan
sanitaiser.
Tujuan utama desinfeksi adalah untuk
mereduksi jumlah mikroorganisme patogen
dan perusak dalam pengolahan
makanan, serta pada mesin dan peralatan.
Faktor-faktor yg harus diperhatikan dalam
pemilihan bahan sanitaiser :
a. Metode sanitasi yg dipilih (manual atau
mekanis)
b. Sifat atau tipe bahan yg akan disanitasi
c. Karakter bahan sanitaiser yg diinginkan.
Sanitaiser Non Kimiawi
a. Uap
Penggunaan uap air panas untuk tujuan
sanitasi dapat dilakukan dengan
menggunakan uap air mengalir bersuhu
76,7 0C selama 15 menit atau 93,3 0C
selama 5 menit.
Penggunaan uap pada permukaan benda
yg tercemar berat dapat menyebabkan
terbentuknya gumpalan keras dari sisa
bahan organik yg akan mengurangi
penetrasi panas yang dapat mematikan
mikroorganisme
b. Air Panas
Dilakukan dengan merendam benda-benda dalam air
panas bersuhu 80 0C atau lebih.
Semakin tinggi suhu air panas, waktu kontak yg
diperlukan semakin pendek.
Kelebihannya  dapat diterapkan pada semua jenis
permukaan yg bersentuhan dengan makanan, air
mudah didapat dan tidak beracun.
Kelemahan  tidak mematikan spora bakteri yg tahan
panas.
Metode ini banyak digunakan untuk sanitasi heat
exchanger plate pada pabrik pengolahan susu.
c. Sanitasi radiasi
Radiasi sinar pda panjang gelombanga
2500 A dari sinar ultraviolet, sinar
gamma dapat digunakan untuk
mematikan mikroorganisme.
Kelemahan  kurang efektif karena
kisaran mematikan MO yg efektif sangat
pendek. Radiasi siar hanya dapat
mematikan MO yg terkena langsung
dengan waktu kontak selama 2 menit.
2. Sanitaiser Kimia
Faktor-faktor yg diperhatikan dalam
penggunaan desinfektan :
a. Waktu kontak : minimum 2 menit dan ada
selang waktu 1 menit antara desinfeksi
dengan penggunaan.
b. Suhu : yg disarankan untuk proses
desinfeksi berkisar antara 21,1 – 37,8 0C
c. pH : senyawa klorin akan kehilangan
aktivitas bila pH lingkungan lebih dari
10, senyawa iodin tidak efektif digunakan
pada pH 5.
a. Desinfektan berbahan dasar
klorin
 Paling banyak digunakan karena murah
 Dapat mematikan bakteri gram positif
dan gram negatif dan spora bakteri
 Mudah digunakan dan tetap aktif
digunakan dalam air sadah.
 Kelemahan : dapat menyebabkan korosi
pada pH yang rendah, meskipun
sebenarnya pH rendah diperlukan untuk
aktivitas optimumnya.
 Konsentrasi yg diperlukan 50 – 100
ppm, dengan waktu kontak 1 menit dan
suhu minimum 24 0C.
 Klorin cair ( Cl2) atau natrium hipoklorit
(NaOCl) dalam air akan terhidrolisis
membentuk asam hipoklorit (HOCl) yg
merupakan senyawa klorin paling aktif.
b. Desinfektan berbahan dasar
Iodin (Yodofor)
 Senyawa iodin utama yg sering digunakan
: larutan yodofor, alkohol-yodium, dan
yodium cair.
 Senyawa iodin banyak digunakan untuk
pencelupan tangan pada pekerjaan
penangan pangan dan desinfeksi
peralatan.
 Yodofor bersifat stabil, memiliki umur
simpan yg panjang, aktif untuk hampir
semua bakteri tetapi tidak efektif untuk
mematikan spora.
 Kelebihan yodofor : tidak dipengaruhi
kesadahan air, non korosif, tidak
mengiritasi kulit.
 Kelemahan yodofor : aktivitasnya lambat
pada pH 7 atau lebih tinggi, pewarnaan
coklat pada permukaan kontak dan
biaya relatif mahal.
 Aplikasi yodofor : konsentrasi 12 – 25
ppm, waktu kontak 1 menit atau
lebih, suhu 24 – 49 0C.
Hal-hal yg harus diperhatikan dalam
penggunaan bahan pembersih dan sanitaiser :
1. Tidak melakukan sendiri pencampuran
berbagai bahan pembersih dan sanitaiser
karena kemungkinan dapat menimbulkan
reaksi yg berbahaya.
2. Dosis pemakaian bahan pembersih dan
sanitaiser harus tepat, tidak terlalu rendah
(kurang efektif) atau terlalu tinggi
(pemborosan dan membahayakan kesehatan
dan merusak bahan yg didesinfeksi)
Terima kasih

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
Fermentasi Yoghurt (Dwi Yuliani dan Sujud Arisandi Gea)
 
Hygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi MakananHygiene Sanitasi Makanan
Hygiene Sanitasi Makanan
 
PPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makananPPT Pengawetan pada makanan
PPT Pengawetan pada makanan
 
P.4 (roti)
P.4 (roti)P.4 (roti)
P.4 (roti)
 
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makananKerusakan mikrobiologis pada makanan
Kerusakan mikrobiologis pada makanan
 
Ikan
IkanIkan
Ikan
 
Teknologi Fermentasi pada Keju
Teknologi Fermentasi pada KejuTeknologi Fermentasi pada Keju
Teknologi Fermentasi pada Keju
 
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganPengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi Pangan
 
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan IkanJenis-jenis Kerusakan Ikan
Jenis-jenis Kerusakan Ikan
 
Daging ppt
Daging pptDaging ppt
Daging ppt
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Laporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum TahuLaporan Praktikum Tahu
Laporan Praktikum Tahu
 
Bahan penyegar
Bahan penyegarBahan penyegar
Bahan penyegar
 
Pengolahan tepung gandum
Pengolahan tepung gandumPengolahan tepung gandum
Pengolahan tepung gandum
 
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanPenggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
 
Organoleptik
OrganoleptikOrganoleptik
Organoleptik
 
Lemak dan minyak
Lemak dan minyakLemak dan minyak
Lemak dan minyak
 
Bahan tambahan pangan
Bahan tambahan panganBahan tambahan pangan
Bahan tambahan pangan
 
Pengasapan
PengasapanPengasapan
Pengasapan
 
pengawasan mutu pangan
pengawasan mutu panganpengawasan mutu pangan
pengawasan mutu pangan
 

Similar to 9. bahan sanitaiser

Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambakPengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Julianto Subekti
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
RATNATRI
 
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjhppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
KenliSualang10
 
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
UlfaMarliawati3
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
Novriadi10
 

Similar to 9. bahan sanitaiser (20)

1. laundry
1. laundry1. laundry
1. laundry
 
dekontaminasi dan pembersihan.pptx
dekontaminasi dan pembersihan.pptxdekontaminasi dan pembersihan.pptx
dekontaminasi dan pembersihan.pptx
 
Saniter
SaniterSaniter
Saniter
 
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambakPengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
Pengelolaan limbah cair dalam kawasan tambak
 
Ba bahan pembersih 1718 vix
Ba  bahan pembersih 1718 vixBa  bahan pembersih 1718 vix
Ba bahan pembersih 1718 vix
 
pert 1 - Materi.pdf
pert 1 - Materi.pdfpert 1 - Materi.pdf
pert 1 - Materi.pdf
 
sanitasi-cpmb1.ppt
sanitasi-cpmb1.pptsanitasi-cpmb1.ppt
sanitasi-cpmb1.ppt
 
sanitasi-cpmb1.ppt
sanitasi-cpmb1.pptsanitasi-cpmb1.ppt
sanitasi-cpmb1.ppt
 
PPT KELOMPOK 3A PKRT.pptx
PPT KELOMPOK 3A PKRT.pptxPPT KELOMPOK 3A PKRT.pptx
PPT KELOMPOK 3A PKRT.pptx
 
Pengolahan limbah
Pengolahan limbahPengolahan limbah
Pengolahan limbah
 
SSOP_Food_Sanitation (1).ppt
SSOP_Food_Sanitation (1).pptSSOP_Food_Sanitation (1).ppt
SSOP_Food_Sanitation (1).ppt
 
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjhppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
ppt kenli newhhjhjhjjhhjhhjjhhjhjhjjhhjh
 
3649 9563-1-pb
3649 9563-1-pb3649 9563-1-pb
3649 9563-1-pb
 
Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari
Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hariBahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari
Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari
 
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
420101136-4-Pengelolaan-Limbah-Cair-Rs.pptx
 
SANITASI.pptx
SANITASI.pptxSANITASI.pptx
SANITASI.pptx
 
Purifikasi Air.ppt
Purifikasi Air.pptPurifikasi Air.ppt
Purifikasi Air.ppt
 
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
 
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).pptPENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (4).ppt
 

More from University of Brawijaya

13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri
University of Brawijaya
 
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
University of Brawijaya
 

More from University of Brawijaya (20)

Perubahan pada pati
Perubahan pada patiPerubahan pada pati
Perubahan pada pati
 
Pertemuan ke 5 product management
Pertemuan ke 5 product managementPertemuan ke 5 product management
Pertemuan ke 5 product management
 
Pertemuan ke 4 injuries
Pertemuan ke 4 injuriesPertemuan ke 4 injuries
Pertemuan ke 4 injuries
 
Pertemuan ke 2 deterioration
Pertemuan ke 2 deteriorationPertemuan ke 2 deterioration
Pertemuan ke 2 deterioration
 
Pertemuan ke 1 quality of fresh produce
Pertemuan ke 1 quality of fresh producePertemuan ke 1 quality of fresh produce
Pertemuan ke 1 quality of fresh produce
 
15. analisa kelayakan
15. analisa kelayakan15. analisa kelayakan
15. analisa kelayakan
 
13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri13. pengendalian mutu produk agroindustri
13. pengendalian mutu produk agroindustri
 
13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan13. kerusakan bahan pangan
13. kerusakan bahan pangan
 
12. pengendalian mutu agroindustri
12. pengendalian mutu agroindustri12. pengendalian mutu agroindustri
12. pengendalian mutu agroindustri
 
12 persediaan agroindustri
12 persediaan agroindustri12 persediaan agroindustri
12 persediaan agroindustri
 
11.manajemen perawatan
11.manajemen perawatan11.manajemen perawatan
11.manajemen perawatan
 
11. persediaan agroindustri
11. persediaan agroindustri11. persediaan agroindustri
11. persediaan agroindustri
 
10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan10. perawatan mesin dan peralatan
10. perawatan mesin dan peralatan
 
7. manajemen produksi agroindustri
7. manajemen produksi agroindustri7. manajemen produksi agroindustri
7. manajemen produksi agroindustri
 
7. manajemen persediaan
7. manajemen persediaan7. manajemen persediaan
7. manajemen persediaan
 
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
6. teknologi produksi agroindustri (lanjutan)
 
6. manajemen produksi
6. manajemen produksi6. manajemen produksi
6. manajemen produksi
 
5. teknologi produksi agroindustri
5. teknologi produksi agroindustri5. teknologi produksi agroindustri
5. teknologi produksi agroindustri
 
5. kapasitas produksi
5. kapasitas produksi5. kapasitas produksi
5. kapasitas produksi
 
2. perencanaan usaha agroindustri
2. perencanaan usaha agroindustri2. perencanaan usaha agroindustri
2. perencanaan usaha agroindustri
 

9. bahan sanitaiser

  • 1.
  • 2.  Dalam upaya menciptakan kondisi sanitasi yang baik pada pengolahan makanan diperlukan beberapa jenis bahan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.  Dua jenis bahan utama yang sering digunakan adalah bahan pembersih dan bahan sanitaiser
  • 3. A. Bahan Pembersih  Proses pembersihan dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa makanan dan sebagian besar populasi mikroorganisme, melalui kerja fisik dari pencucian dan pembilasan.  Faktor yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses pembersihan adalah sifat permukaan yang kontak dengan sisa makanan.
  • 4.  Faktor lain  jenis sisa makanan yg harus dibersihkan  Banyak mengandung lemak  dengan bantuan air panas dan sabun atau dengan menggunakan bahan pelarut lemak, misalnya alkohol 70%  Bahan berprotein  melalui proses peptidasi menggunakan bahan pengoksidasi seperti klorin
  • 5. Pemilihan bahan pembersih yang akan digunakan tergantung pada beberapa faktor :  Jenis dan jumlah cemaran yg akan dibersihkan  Sifat bahan permukaan yg akan dibersihkan, misalnya aluminium, baja tahan karat, karet, plastik, atau kayu.  Sifat fisik senyawa bahan pembersih (cair atau padat)  Metode pembersihan yg tersedia  Mutu air yg tersedia  Biaya
  • 6. Syarat-syarat bahan pembersih yg baik  Ekonomis  Tidak beracun  Tidak korosif  Tidak menggumpal dan tidak berdebu  Mudah diukur  Stabil selama penyimpanan  Mudah larut dengan sempurna
  • 7. 1. Pembersih Alkali a. Alkali Kuat : - Daya bersih dan kelarutan yg tinggi - Sangat korosif - Dapat menyebabkan kerusakan kulit - Mengikis logam dan bahan yg dicat - Bahan aktifnya adalah natrium hidroksida (NaOH/kaustik soda) dan silikat. - Hanya digunakan untuk cemaran berat, misalnya yg terdapat dalam ruang pengasapan. - Contoh : natrium metasilikat dan natrium ortosilikat
  • 8. b. Alkali Lemah - Sifat korosif dan daya bersih yg lebih rendah - Lebih aman digunakan - Banyak dijumpai pada kebanyakan bahan pembersih - Contoh : natrium karbonat, boraks, trinatrium karbonat. - Senyawa yg dimiliki juga dapat menurunkan kesadahan air dengan baik, tetapi tidak dapat untuk menghilangkan deposit mineral dalam air.
  • 9. 2. Pembersih Asam  Memiliki efektivitas yg lebih rendah daripada pembersih alkali, terutama bila digunakan untuk membersihkan cemaran yg mengandung lemak, minyak, atau protein.  Pembersih alkali dapat memecah secara kimiawi ikatan dalam senyawa organik, sedangkan pembersih asam tidak.  Efektif untuk menghilangkan deposit mineral yang sering terbentuk sebagai akibat dai penggunaan pembersih alkali (deposit mineral melekat pada permukaan logam dan tampak sebagai karat atau noda keputih-putihan).
  • 10.  Penggunaan pembersih asam organik seperti sitrat, tartarat, sulfamat, dan glukonat jugsa dapat menurunkan kesadahan air, mudah dibilas, serta tidak korosif dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit  Senyawa pembersih asam kuat dari asam organik sangat korosif terhadap beton, logam dan serat.
  • 11. 3. Sabun Secara kimiawi sabun adalah garam natrium (sodium) dari asam organik. Karena sifatnya yg tidak menimbulkan iritasi pada kulit, maka sabun banyak digunakan untuk pencucian tangan.
  • 12. 4. Detergen Bahan pembersih mirip sabun tetapi diperkaya dengan bahan-bahan yang dapat meningkatkan daya bersihnya. Fungsi detergen : - Memecah kotoran dan mensuspensikannya ke dalam larutan. - Melarutkan padatan dan mengemulsi cemaran minyak, sehingga mudah dihilangkan - Mencegah kotoran menempel kembali pada permukaan. - Beberapa detergen mampu menurunkan kesadahan air sehingga efektivitas air sebagai pelarut meningkat.
  • 13. B. Sistem Pembersihan Sistem pembersihan meliputi kegiatan- kegiatan sebagai berikut : - Penghilangan cemaran atau kotoran kasar. - Pembersihan residu cemaran dengan detergen atau bahan pembersih lainnya. - Pembilasan untuk meghilangkan cemaran atau detergen.
  • 14. 1. Pembersihan manual Dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu seperti bahan penggosok mekanik, selang air, sikat, alat penggaruk, spons, dll. Diterapkan untuk pembersihan peralatan kecil, wadah makanan, atau bagian-bagian kecil dari suatu peralatan misal blender, mixer, chopper,dll
  • 15. 2. Pembersihan dengan busa Metode pembersihan mekanik yg paling banyak dipilih, karena aplikasi busa yg mudah dan cepat. Efektif digunakan untuk membersihkan permukaan yg luas misal ruangan dan peralatan pengolahan yg besar, saluran pipa, belt conveyor, wadah penyimpanan.
  • 16. 3. Pembersihan ultrasonik Sangat cocok diterapkan pada peralatan- peralatan yg kecil, bagian kecil dari suatu peralatan, benda-benda plastik yg sulit dibersihakn atau yg akan rusak apabila dibersihkan dengan cara konvensional.
  • 17.  Proses pembersihandilakukan dengan merendam benda pada tangki berisi larutan detergen dengan suhu 60-70 0C.  Generator ultrasonik akan mengubah listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi tinggi (30.000 – 40.000 siklus/detik), kemudian alat transducer akan mengubah energi ultrasonik menjadi vibrasi mekanik.  Vibrasi tersebut akan menghasilkan jutaan gelembung-gelembung vakum mikroskopis dlm larutan detergen yg akan berperan dlm pembersihan
  • 18. C. Bahan Sanitaiser Meskipun proses pembersihan telah dilakukan, belum ada jaminan bahwa cemaran mikrobiologis terutama bakteri patogen telah dihilangkan. Sehingga proses pembersihan harus diikuti dengan desinfeksi menggunakan bahan sanitaiser. Tujuan utama desinfeksi adalah untuk mereduksi jumlah mikroorganisme patogen dan perusak dalam pengolahan makanan, serta pada mesin dan peralatan.
  • 19. Faktor-faktor yg harus diperhatikan dalam pemilihan bahan sanitaiser : a. Metode sanitasi yg dipilih (manual atau mekanis) b. Sifat atau tipe bahan yg akan disanitasi c. Karakter bahan sanitaiser yg diinginkan.
  • 20. Sanitaiser Non Kimiawi a. Uap Penggunaan uap air panas untuk tujuan sanitasi dapat dilakukan dengan menggunakan uap air mengalir bersuhu 76,7 0C selama 15 menit atau 93,3 0C selama 5 menit. Penggunaan uap pada permukaan benda yg tercemar berat dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan keras dari sisa bahan organik yg akan mengurangi penetrasi panas yang dapat mematikan mikroorganisme
  • 21. b. Air Panas Dilakukan dengan merendam benda-benda dalam air panas bersuhu 80 0C atau lebih. Semakin tinggi suhu air panas, waktu kontak yg diperlukan semakin pendek. Kelebihannya  dapat diterapkan pada semua jenis permukaan yg bersentuhan dengan makanan, air mudah didapat dan tidak beracun. Kelemahan  tidak mematikan spora bakteri yg tahan panas. Metode ini banyak digunakan untuk sanitasi heat exchanger plate pada pabrik pengolahan susu.
  • 22. c. Sanitasi radiasi Radiasi sinar pda panjang gelombanga 2500 A dari sinar ultraviolet, sinar gamma dapat digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Kelemahan  kurang efektif karena kisaran mematikan MO yg efektif sangat pendek. Radiasi siar hanya dapat mematikan MO yg terkena langsung dengan waktu kontak selama 2 menit.
  • 23. 2. Sanitaiser Kimia Faktor-faktor yg diperhatikan dalam penggunaan desinfektan : a. Waktu kontak : minimum 2 menit dan ada selang waktu 1 menit antara desinfeksi dengan penggunaan. b. Suhu : yg disarankan untuk proses desinfeksi berkisar antara 21,1 – 37,8 0C c. pH : senyawa klorin akan kehilangan aktivitas bila pH lingkungan lebih dari 10, senyawa iodin tidak efektif digunakan pada pH 5.
  • 24. a. Desinfektan berbahan dasar klorin  Paling banyak digunakan karena murah  Dapat mematikan bakteri gram positif dan gram negatif dan spora bakteri  Mudah digunakan dan tetap aktif digunakan dalam air sadah.  Kelemahan : dapat menyebabkan korosi pada pH yang rendah, meskipun sebenarnya pH rendah diperlukan untuk aktivitas optimumnya.
  • 25.  Konsentrasi yg diperlukan 50 – 100 ppm, dengan waktu kontak 1 menit dan suhu minimum 24 0C.  Klorin cair ( Cl2) atau natrium hipoklorit (NaOCl) dalam air akan terhidrolisis membentuk asam hipoklorit (HOCl) yg merupakan senyawa klorin paling aktif.
  • 26. b. Desinfektan berbahan dasar Iodin (Yodofor)  Senyawa iodin utama yg sering digunakan : larutan yodofor, alkohol-yodium, dan yodium cair.  Senyawa iodin banyak digunakan untuk pencelupan tangan pada pekerjaan penangan pangan dan desinfeksi peralatan.  Yodofor bersifat stabil, memiliki umur simpan yg panjang, aktif untuk hampir semua bakteri tetapi tidak efektif untuk mematikan spora.
  • 27.  Kelebihan yodofor : tidak dipengaruhi kesadahan air, non korosif, tidak mengiritasi kulit.  Kelemahan yodofor : aktivitasnya lambat pada pH 7 atau lebih tinggi, pewarnaan coklat pada permukaan kontak dan biaya relatif mahal.  Aplikasi yodofor : konsentrasi 12 – 25 ppm, waktu kontak 1 menit atau lebih, suhu 24 – 49 0C.
  • 28. Hal-hal yg harus diperhatikan dalam penggunaan bahan pembersih dan sanitaiser : 1. Tidak melakukan sendiri pencampuran berbagai bahan pembersih dan sanitaiser karena kemungkinan dapat menimbulkan reaksi yg berbahaya. 2. Dosis pemakaian bahan pembersih dan sanitaiser harus tepat, tidak terlalu rendah (kurang efektif) atau terlalu tinggi (pemborosan dan membahayakan kesehatan dan merusak bahan yg didesinfeksi)