Dokumen tersebut membahas tentang kepribadian seorang da'i (pembawa dakwah) yang efektif. Tiga karakteristik utama yang disebutkan adalah memiliki semangat kewibawaan dan keyakinan yang kuat terhadap agama, melakukan kegiatan dakwah secara terus-menerus tanpa putus asa, dan memiliki sifat-sifat seperti iman, ikhlas, keberanian, kesabaran, dan optimisme yang bersumber dari
2. “Di antara orang-
orang mukmin itu ada
orang-orang yang
menepati apa yang
telah mereka janjikan
kepada Allah. Dan di
antara mereka ada
yang gugur, dan di
antara mereka ada
(pula) yang
menunggu-nunggu
dan mereka
sedikitpun tidak
merubah (janjinya)”.
(QS. Al-Ahzab/33:23)
3. Pendahuluan
• Ahdaf (sasaran) Dakwah : Terbentuknya kader
dakwah yang memiliki syakhsiyah islamiyah dan
syakhsiyah daiyah
• Maksudnya : Kader yang tidak hanya menikmati
dakwah, tetapi kader yang mau bergerak untuk
dakwah
• Allah swt berfirman, "Dan tidaklah Kami
mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan
untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam." (QS.
Al-Anbiya: 107)
4. Dasar Pemikiran
Sejak awal dakwahnya, Rasulullah saw. selalu
berpesan kepada orang-orang yang baru
masuk Islam dan menerima berbagai ilmu dari
beliau untuk mengajarkan dan menyampaikan
ilmu itu kepada orang lain, terutama keluarga.
"Sekarang pulanglah kamu ke
kampungmu, dan ajarkanlah kepada mereka
apa yang telah kamu peroleh dariku,”
5. Dasar Pemikiran
Secara garis besar, syakhsiyah da'iyah
digambarkan di dalam Al-Quran dengan
firman-Nya: "Katakanlah: 'Inilah jalan (agama)
ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
(argumentasi) yang nyata, Maha Suci
Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang
yang musyrik." (QS. 12: 108)
6. Sifat Shaksiyyah Da’iyah
• Pertama, memiliki ruhul-'izzah (semangat
kewibawaan) untuk mengatakan 'hadzihi
sabili' (inilah jalanku: Islam).
• Kedua, aktifitas dakwah yang dilakukan oleh
seorang da'i harus berkesinambungan
(istimrariyah), tidak boleh terhenti dan
terjegal oleh apa pun.
7. Pertama, Memiliki Ruhul-'izzah
• Seorang Da’i harus memiliki keyakinan dan
kebanggaan akan Islam serta keberanian tampil
untuk membawa segala identitas Islam.
• Firman Allah
"Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) diantara mereka, Barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.”
8. Kedua, Aktifitas Dakwah yang Istimrariyah
Dakwah tidak boleh berhenti melaju di jalan
kehidupan walaupun dengan cara merangkak
atau bahkan tiarap sekalipun. Dalam keadaan
apa pun dakwah tidak boleh istirahat. Sebab
istirahatnya dakwah sama dengan memberi
peluang leluasa untuk penghancuran sendi-
sendi kehidupan umat manusia.
9. Kekuatan Ruhiyah Seorang Dai
• Al-Anfal ayat 29: “Hai orang–orang yang
beriman, jika kalian bertakwa kepada
Allah, niscaya Dia akan memberikan
kepadamu furqan dan menghapuskan
kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni
(dosa-dosamu). Dan Allah mempunyai karunia
yang besar.”
• Takwa merupakan bekal utama bagi seorang
mukmin, terlebih sebagai dai.
10. Pengertian Takwa
Sayyid Qutb menjelaskan dalam tafsirnya Fii Zhilalil
Qur’an’,
“Itulah takwa. (yaitu) hati yang sensitif, perasaan yang
jernih, ketakutan yang terus menerus (kepada
Allah), kewaspadaan yang tidak henti-hentinya dan
menjauhi duri-duri jalan, yaitu jalan kehidupan yang
senantiasa diliputi pengharapan yang tak bermakna
dan syahwat, duri-duri ketamakan dan ambisi, duri-duri
ketakutan dan kecemasan, duri-duri takut terhadap
sesuatu yang tidak mempunyai manfaat maupun
mudarat, dan berpuluh-puluh duri-duri yang lain.”
12. Al-Iman (keimanan)
• Seorang dai mesti meyakini Allah swt. dalam segala ruang
lingkupnya. Yakin akan ajaran-Nya, yakin terhadap
pembelaan-Nya, yakin dengan balasan dan sanksi yang
dijanjikan-Nya.
• Modal keimanan ini tidak boleh berkurang sama sekali. Bila
perlu senantiasa surplus sehingga dapat memudahkan diri
mengemban amanah dakwah ini.
• Al Ahzab ayat 22–23.
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-
golongan yang bersekutu itu, mereka Berkata: “Inilah yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah
Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.”
13. Al-Ikhlas (keikhlasan)
• Maknanya adalah senantiasa berharap hanya pada Allah swt.
sehingga ia tidak kendur dalam meniti jalan panjang ini.
• Seorang pengemban dakwah ini selayaknya selalu memiliki
daya tahan terhadap rayuan dunia. Dalam hatinya hanya
balasan dan keridhaan Allah semata yang paling berharga.
• Al-Kahfi ayat 28.
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan
mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan
dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”
14. Asy-syaja’ah (keberanian)
• Seorang dai mesti berani berdiri di atas jalan yang penuh resiko
ini. Keberanian membuat dirinya tidak pernah surut dalam
melangkah. Berani sebagai prinsip para ksatria dakwah.
• Seorang dai tahu betul bahwa yang ia bawa adalah kebenaran
sehingga rasa takutnya hanya pada Allah swt. dan siksa-Nya yang
amat pedih.
• Keberanian ini juga bersumber dari keyakinannya pada
ketentuan Allah yang telah digariskan untuknya. Sebagaimana
nasihat Rasulullah saw. kepada Ibnu Abbas r.a. agar yakin pada
takdir yang ditetapkan Allah swt. akan mudharat dan mashalat
yang berlaku pada dirinya.
• Al-Maidah ayat 44.
... Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku ...
15. Ash-shabru (kesabaran)
• Sabar terhadap jalan yang ditempuh dan sabar terhadap
orang-orang yang didakwahinya. Kesabaran menjadi kunci
sukses dalam jalan ini. Ia tidak tergesa-gesa untuk mencapai
hasil.
• Sebagaimana ungkapan Hasan Al Banna, “Barangsiapa yang
tergesa-gesa ingin memetik buah sebelum masanya, maka
tinggalkanlah jalan ini. Dan barangsiapa yang
bersabar, marilah jalan bersamaku.” Sebab, kesabaran modal
menuju kemenangan.
• Perhatikan surat Ali Imran ayat 200.
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.”
16. At-tafa’ul (optimisme)
• Seorang dai harus mengokohkan bangunan optimisnya agar
selalu penuh harapan dan tidak ada ruang kekecewaan
sekecil apapun dalam jiwanya.
• Sebagaimana Rasulullah saw. di saat menghadapi
cemoohan masyarakat Thaif. Beliau masih memiliki harapan
yang besar dengan menyatakan, “Aku berharap anak cucu
mereka dapat menerima seruan kelak.” Dan ternyata
harapan itu terwujud.
• Lihatlah surat Ali Imran ayat 139.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang
paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.”
17. Do’a Ustadz Rahmat
”Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu
Engkau kirimkan kepada kami da’i
penyeru iman…Kepada nenek
moyang kami penyembah
berhala…Dari jauh mereka datang
karena cinta mereka kepada
da’wah…
Berikan kami kesempatan dan
kekuatan, keikhlasan dan
kesabaran…Untuk menyambung
risalah suci dan mulia ini kepada
generasi berikut kami…
Jangan jadikan kami pengkhianat
yang memutuskan mata rantai
kesinambungan ini dengan sikap
malas dan enggan berda’wah, karena
takut rugi dunia dan dibenci bangsa”