Platyhelminthes dan Nematoda adalah dua filum yang membahas tentang cacing pipih dan cacing silinder. Platyhelminthes memiliki 4 kelas dan hidup di sungai, danau, laut atau sebagai parasit. Nematoda memiliki ukuran 1 mm hingga lebih dari 1 m, memiliki sistem pencernaan lengkap, dan bereproduksi secara seksual.
3. Platyhelminthes
Klasifikasi Ilmiah :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Animalia
Kelas :
1. Turbelarria
2. Trematoda
3. Cestoda
4. Monogenea
Platyhelminthes adalah filum dalam Kerajaan Animalia (hewan).
Filum ini mencakup semua cacing pipih kecuali Nemertea, yang
dulu merupakan salah satu kelas pada Platyhelminthes, yang telah
dipisahkan.
4. Ciri-Ciri Platyhelminthes
Tubuh pipih dosoventral dan tidak
bersegmen. Umumnya, golongan cacing pipih
hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai
parasit di dalam tubuh organisme lain. Cacing
golongan ini sangat sensitif terhadap cahaya.
Beberapa contoh Platyhelminthes adalah
Planaria yang sering ditemukan di balik
batuan, Bipalium yang hidup di balik lumut
lembap, Clonorchis sinensis, cacing hati, dan
cacing pita.
5. Struktur dan Fungsi Tubuh Platyhelminthes
Platyhelminthes merupakan cacing yang
tergolong triploblastik aselomata karena
memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari
ektoderm, endoderm, dan mesoderm.
Namun, mesoderm cacing ini tidak
mengalami spesialisasi sehingga sel-selnya
tetap seragam dan tidak membentuk sel
khusus.
6. Sistem Pencernaan Platyhelminthes
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskuler, di mana peredaran makanan tidak
melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan
cacing pipih dimulai dari mulut, faring, dan
dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki
cabang ke seluruh tubuh. Dengan demikian, selain
mencerna makanan, usus juga mengedarkan
makanan ke seluruh tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan
pembuangan sisa makanan melalui mulut karena
tidak memiliki anus. Cacing pipih tidak memiliki
sistem transpor karena makanannya diedarkan
melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2
dan CO2 dikeluarkan dari tubuhnya melalui proses
difusi.
7. Sistem Syaraf Platyhelminthes
Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem
syaraf yang paling sederhana. Pada sistem
tersebut, pusat susunan saraf yang disebut
sebagai ganglion otak terdapat di bagian
kepala dan berjumlah sepasang. Dari kedua
ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi
yang memanjang di bagian kiri dan kanan
tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf
melintang.
Pada cacing pipih yang lebih tinggi
tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari
sel saraf yang dibedakan menjadi sel saraf
sensorik, sel saraf motor, dan sel asosiasi.
8. Indera Platyhelminthes
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem
penginderaan berupa oseli, yaitu bintik mata
yang mengandung pigmen peka terhadap
cahaya. Bintik mata tersebut biasanya berjumlah
sepasang dan terdapat di bagian anterior.
Seluruh cacing pipih memiliki indra meraba dan
sel kemoreseptor di seluruh tubuhnya. Beberapa
spesies juga memiliki indra tambahan berupa
aurikula, statosista. Umumnya, cacing pipih
memiliki sistem osmoregulasi yang disebut
protonefridia. Sistem ini terdiri dari saluran
berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang
pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut
protonefridiofor yang berjumlah sepasang atau
lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya
dikeluarkan secara difusi melalui dinding sel.
9. Reproduksi Platyhelminthes
Cacing pipih dapat bereproduksi secara
aseksual dengan membelah diri dan secara
seksual dengan perkawinan silang, walaupun
hewan ini tergolong hermafrodit.
10. Klasifikasi Platyhelminthes
Kelas Turbellaria merupakan cacing pipih yang menggunakan
bulu getar sebagai alat geraknya, contohnya adalah Planaria.
Kelas Trematoda memiliki alat hisap yang dilengkapi dengan
kait untuk melekatkan diri pada inangnya karena golongan ini
hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan. Beberapa
contoh Trematoda adalah Fasciola, Clonorchis, dan
Schistosoma.
Kelas Cestoda memiliki kulit yang dilapisi kitin sehingga tidak
tercemar oleh enzim di usus inang. Cacing ini merupakan
parasit pada hewan, contohnya adalah Taenia solium dan T.
saginata Spesies ini menggunakan skoleks untuk menempel pada
usus inang. Taenia bereproduksi dengan menggunakan telur
yang telah dibuahi dan di dalamnya terkandung larva yang
disebut onkosfer. Contohnya adalah Taenia solium dan T.
saginata
11. Klasifikasi Platyhelminthes
Kelas Monogenea merupakan ektoparasit dengan memakan
lendir di permukaan tubuh inangnya (ikan laut, ikan air
tawar, amfibi). Mempunyai alat pengait untuk menempel
pada inangnya. Contoh: Gyrodactylus salaris
12. Siklus Hidup Platyhelminthes
Fasciola hepatica
Telur -> larva bersilia (mirasidium) -> siput air (lymnea
auricularis atau lymnea javanica) -> sporokista ->
redia -> serkaria -> keluar dari tubuh siput ->
menempel pada rumput / tanaman air -> membentuk
kista (metaserkaria) ->dimakan domba/sapi-> usus -
> hati -> sampai dewasa
Chlornosis sinensis
Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria -> keluar
dari tubuh siput -> ikan air tawar (menempel di
ototnya) -> membentuk kista (metaserkaria) -> ikan
dimakan -> saluran pencernaan -> hati -> sampai
dewasa
13. Siklus Hidup Platyhelminthes
Schistosoma javanicum
Telur -> mirasidium -> siput air -> sporosista ->
menghasilkan redia -> menghasilkan serkaria ->
keluar dari tubuh siput -> menembus kulit
manusia -> pembuluh darah vena
Taenia saginata / Taenia Solium
Proglotid -> mencemari makanan babi -> babi ->
usus babi (telur menetas jadi hexacan) -> aliran
darah -> otot/daging (sistiserkus) -> manusia ->
usus manusia (sistiserkus pecah -> skolex
menempel di dinding usus) -> sampai dewasa di
manusia -> keluar bersama feces
14. Penyakit yang Disebabkan Platyhelminthes
Schistosoma mansoni,
penyebab Schistosoma pada
manusia.
Salah satu di antaranya adalah genus
Schistosoma yang dapat menyebabkan
skistosomiasis, penyakit parasit yang
ditularkan melalui siput air tawar
pada manusia. Penyakit ini merupakan
salah satu penyakit endemik di
Indonesia. Pada hewan, infeksi cacing
pipih juga dapat ditemukan, misalnya
Scutariella didactyla yang menyerang
udang jenis Trogocaris dengan cara
menghisap cairan tubuh udang.
15. Nematoda
Klasifikasi Ilmiah :
Domain : Eukaryota
Kerajaan : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas :
1. Adenophorea
2. Secernentea
Nematoda (dari bahasa Yunani νῆμα (nema): "benang" + -ώδη
-ode "seperti") adalah sebuah filum. Disebut
juga Nemathelminthes. Filum ini merupakan salah
satu filum yang beranggotakan terbanyak. Contohnya adalah
cacing tambang, cacing kremi, dan cacing perut.
16. Ukuran dan Bentuk Tubuh Nematoda
Ukuran tubuh = 1 mm - > 1 m
Ukuran cacing betina lebih besar dibandingkan
tubuh jantan
Tubuhnya tidak bersegmen, bentuknya silindris
memanjang atau bulat memanjang
Bagian anterior atau daerah mulut tampak
simetris radial, dan semakin ke arah posterior
membentuk ujung yang meruncing
17. Struktur dan Fungsi Tubuh Nematoda
Memiliki tiga lapisan embrionik
Rongga tubuh semu
Permukaan tubuh ditutupi katikula yang tebal dan transparan. Biasanya, pada
Nematoda yang hidup sebagai parasit katikulanya lebih tebal dibanding cacing yang
hidup bebas
Dinding tubuh tersusun dari otot longitudinal
Memiliki sistem pencernaan yang lengkap
Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan
Memiliki alat ekskresi berupa sistem kelenjar dengan saluran maupun tanpa saluran
Memiliki sistem saraf berupa lingkaran saraf yang mengelilingi esofagus,
berhubungan dengan enam benang saraf anterior dan empat atau lebih benang
saraf posterior
18. Cara Reproduksi Nematoda
Nematoda bereproduksi secara seksual.
Pada umumnya dieses atau gonokoris.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh cacing betina.
Telur yang sudah dibuahi akan memiliki cangkang yang tebal
dan keras.
Telur menetas menjadi larva yang berbentuk seperti induknya.
Larva mengalami molting hingga empat kali. Sedangkan cacing
tidak mengalami pergantian kulit, akan tetapi tumbuh
membesar.
19. Kuis
1. Sebutkan 4 kelas dalam filum Platyhelminthes!
2. Sebutkan 3 ciri-ciri Platyhelminthes!
3. Sebutkan pengertian hemafrodit!
4. Sebutkan penyakit yang disebabkan oleh Platyhelminthes!
5. Seberapa besar ukuran Nematoda?
6. Apakah Nematoda memiliki sistem pencernaan yang lengkap?
7. Apa yang dimaksud dengan dieses atau gonokoris?
8. Jelaskan cara reproduksi pada nematoda!
9. Larva Nematoda mengalami molting berapa kali?
10. Apa yang dimaksud dengan aselomata?
20. Perbaikan
1. Di mana habitat Platyhelminthes?
2. Di mana habitat Nematoda?
3. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Nematoda!
4. Apa yang dimaksud dengan endoparasit dan ektoparasit?
5. Sebutkan tiga lapisan embrionik pada Platyhelminthes?