SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan
berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS
berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan
sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994).
Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya
penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan
membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap,
nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat
(Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS
tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim
pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa (Aziz Wahab, 1986).
Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan
dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDN Candirenggo 03 Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang diperoleh temuan sebagai berikut. Siswa kelas VI
sebagian besar masih mengalami kesulitan ketika memahami konsep tentang
Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Hasil pretest
menunjukkan bahwa masih 85% siswa kurang menguasai materi
Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Pembelajaran seharí-
hari yang dilakukan dengan menjelaskan secara lisan, tertulis di papan tulis,
dan pemberian kesempatan bertanya ketika guru mengajar, hanya direspon oleh
sebagian kecil siswa. Ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa, hanya
ada tiga orang siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar.
Ketika guru memberi latihan soal, sebagian besar siswa malas untuk
1
1
mengerjakannya. Ternyata sebagian besar siswa kesulitan mengerjakan soal
latihan tersebut karena kurangnya motivasi dalam belajar, sehingga hasil
belajar yang dicapai sangat rendah.
Membelajarkan siswa tentang Perkembangan Sistem Administrasi
Wilayah Indonesia dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Berdasarkan rangkaian uraian di atas, maka penulis ingin memberikan
sedikit masukan untuk perkembangan di bidang pendidikan dengan membuat
karya tulis yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas VI SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis
membatasi masalah tersebut dengan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo
03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?
2. Bagaimanakah meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas VI SDN Candirenggo
03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?
2
3. Bagaimanakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS untuk siswa kelas VI SDN
Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah.
1. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas
VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang melalui
penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT.
2. Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa kelas VI
SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang pada mata
pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT
3. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Perkembangan Sistem
Administrasi Wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian
ini sebagai berikut.
1. Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN
Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
2. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo
03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak antara lain.
1. Bagi peneliti
3
Menambah wawasan keilmuannya dan meningkatkan profesionalisme dan
sebagai umpan balik demi perbaikan-perbaikan dalam studinya.
2. Bagi guru
Sebagai bahan kajian untuk memotivasi siswa dan mendorong rasa ingin
tahu siswa lebih banyak, menghindari penanaman pengertian secara
verbalisme dalam pembelajaran IPS, membantu memudahkan pemahaman
dalam pembelajaran IPS serta untuk meningkatkan hasil belajar IPS serta
mutu pendidikan.
3. Bagi siswa
Memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa dalam mempelajari IPS ada
banyak cara yang dapat digunakan. Misalnya dengan pembelajaran
kooperatif yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep IPS
4. Bagi sekolah.
Diharapkan sekolah dapat menyempurnakan proses pembelajaran IPS untuk
ditindaklanjuti kepada sekolah-sekolah lain.
5. Bagi dinas dan pejabat depdiknas
Sebagai bahan kajian agar dapat mengambil langkah-langkah dalam
peningkatan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.
F. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Masalah
1. Penelitian dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 pada
pokok bahasan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif
struktural NHT (Numbered Heads Together).
3. Aspek yang diteliti adalah motivasi dan hasil belajar. Motivasi belajar siswa
yang dilihat dari aspek minat, konsentrasi, perhatian dan ketekunan. Hasil
belajar yang terbatas pada kemampuan kognitif siswa dilihat dari skor tes
setiap akhir siklus dari dua siklus.
G. Definisi Operasional
1. Mata Pelajaran IPS SD
4
Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat
peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.
Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, dan
Ekonomi. Dalam penelitian ini pembelajaran IPS memuat materi
Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia
2. Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Heads
Together)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran
kooperatif terstruktur yang dimulai dengan pemberian nomor masing-
masing anggota kelompok, pemberian pertanyaan dan penyampaian
jawaban dalam diskusi kelas dengan cara mengacak nomor yang harus
menjawab.
3. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hal yang telah dicapai oleh siswa setelah
mengalami proses belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together (NHT). Pengukuran peningkatan tersebut
dari aspek kognitif dengan membandingkan skor tes tertulis pada akhir
siklus I dengan skor tes tes tertulis pada akhir siklus II.
4. Motivasi Belajar
Motivasi adalah respon siswa pada saat pelajaran berlangsung yang
merupakan tenaga pendorong/penarik yang menyebabkan adanya tingkah
laku kearah satu tujuan tertentu. Pada penelitian ini motivasi belajar diukur
dari karakteristik tingkah laku yang meliputi minat, perhatian, konsentrasi
dan ketekunan siswa dalam mengalami proses belajar mengajar dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara konsep-
konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara
sistematis, psiklogis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan
anak didik (Somantri dalam Rochmadi, 2005: 5). Perpaduan antara ilmu-
ilmu sisal dan pendidikan dalam sajian IPS disebut dengan istilah Synthetic
disiplin.
2. Tujuan dan fungsi pendidikan IPS di SD
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas,
2006: 40) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan
dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen
dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; (4) memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat, di tingkat local, nasional dan global.
B. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran
dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan
kelompok (Slavin, 1991 dalam Parlan, 2005). Model pembelajaran ini
berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep
tersebut dengan teman sebayanya (Slavin dalam Parlan, 2005).
6
6
C. Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini pertama kali dikembangkan oleh
Spencer Kagan dalam Trianto (2004: 62) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah bahan materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep
Kagan dalam trianto (2004: 62-63) dengan menggunakan struktur empat fase
sebagai sintaks NHT:
Fase 1: Numbering (Penomoran)
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang,
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 (sesuai jumlah anggota
kelompok) dan masing-masing kelmpok memiliki nama yang berbeda.
Fase 2: Questioning (Mengajukan Pertanyaan)
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Fase 3: Heads Together (Berfikir bersama)
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
Fase 4: Answering (Menjawab)
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomrnya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Kelebihan lain dari tipe NHT adalah dapat mengubah metode
konvensional yang selama ini digunakan, misalnya untuk menjawab pertanyaan
dari guru, siswa mengacungkan tangan terlebih dahulu sebelum ditunjuk oleh
guru. Suasana seperti ini dapat menimbulkan persaingan diantara siswa bahkan
dapat menimbulkan kegaduhan di kelas karena siswa saling berebut untuk
memperoleh kesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Dengan menggunakan
model kooperatif tipe NHT suasana kegaduhan akibat memperebutkan
7
kesempatan dalam menjawab pertanyaan dari guru tidak akan terjadi, karena
siswa yang menjawab pertanyaan ditunjuk langsung oleh guru berdasarkan
pemanggilan nomor siswa secara acak.
Selain memiliki kelebihan, tipe NHT juga memiliki kelemahan, yaitu
terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi
pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini
diterapkan. Guru yang terbiasa memberikan semua materi kepada para
siswanya, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur
mengubah kebiasaan tersebut. Selain itu strategi pembelajaran kooperatif
memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel sehingga sulit untuk
mencapai target kurikulum
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan
mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan
mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi
pendidikan yang menyabut kekuatan mental yang mendorong terjadinya
belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 80).
2. Prinsip Motivasi
Anderson dan faust dalam Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa
motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang
menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan dan partisipasi siswa
dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar
menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-
tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun
psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah.
Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar akan
menampakkan keengganan, pasif, mudah bosan, dan berusaha menghindar
dari aktivitas belajar.
8
3. Cara Meningkatkan Motivasi
Motivasi penting dalam pembelajaran sehingga guru harus dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan motivasi
siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2006: 18) menyebutkan 10
cara yang dapat dipergunakan guru dalam meningkatkan motivasi siswa,
yaitu.
a. Penjelasan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, semakin jelas
tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya.
b. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, hal ini semakin memacu
semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang
belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang
berprestasi.
c. Pembuatan situasi persaingan/kompetisi. Pada umumnya setiap individu
memiliki usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai.
Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat, guru dapat
menciptakan suasana persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajar.
d. Pemberian pujian. Siswa yang berprestasi hendaknya diberi pujian yang
bersifat membangun. Pujian tersebut akan membuat siswa merasa
dihargai dan siswa berusaha untuk belajar lebih giat lagi.
e. Pemberian hukuman. Hukuman ini diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan dalam proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar siswa merubah diri dan memotivasi belajarnya.
f. Pemberian dorongan kepada siswa untuk belajar dengan memberikan
perhatian semaksimal mungkin kepada siswa. Perhatian tersebut akan
menggiatkan siswa untuk belajar.
g. Pembentukan kebiasaan belajar yang baik. Guru yang mengharapkan
sesuatu dari siswanya seharusnya memperlihatkan yang dimintanya itu
terpancang dalam diri guru, sehingga guru menilai guru itu telah
berusaha dengan baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar pada diri
siswa.
9
h. Pemberian bantuan kesulitan belajar siswa secara individual maupun
kelompok. Perhatian guru yang ditunjukkan dengan memantau kesulitan
belajar siswa akan membuat siswa merasa diperhatikan dan merasa
dibantu sehingga siswa akan lebih berusaha untuk menguasai materi
pembelajaran.
i. Penggunaan media yang baik sesuai tujuan pembelajaran. Dengan
menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa
lebih mudah memahami materi pembelajaran.
E. Hasil Belajar
Dimyati dan Mudjiono (2006: 238) mengatakan bahwa hasil belajar
adalah hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku
aktif dalam pembelajaran adalah guru, sehingga hasil belajar merupakan hal
yang dapat dipandang dari 2 sisi. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan
“tingkat perkembangan mental”. “Tingkat perkembangan mental” tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah
kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan
informasi, pengembangan keterampilan intelektual. Ranah afektif berkaitan
dengan sikap, penghargaan, nilai perasaan dan emosi. Sedangkan ranah
psikomotorik berkaitan dengan perilaku terutama keterampilan motorik,
manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan
koordinasi badan.
F. Kerangka Berfikir
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model
pembelajaran struktural yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan
akademik. Model pembelajaran ini menghendaki agar para siswa bekerja sama
saling ketergantungan pada kelompok kecil secara kolaboratif. Dalam
kelompok belajar model NHT ini terdapat perbedaan kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, agama dan sebagainya. Masing-masing anggota kelompok
saling menelaah materi yang tercakup dalam pembelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi materi sehingga terjadi kerjasama dan saling
10
mendukung dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan
berikir terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Diharapkan
hasil belajar kelompok merupakan milik seluruh siswa walaupun memiliki
berbagai perbedaan latar belakang.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif,
karena data yang diperoleh dan dilaporkan dalam bentuk tulisan, bukan dalam
bentuk angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sa’dun Akbar (2004:15),
bahwa hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada
generalisasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai yang diperoleh pada
siklus I belum tentu menggambarkan secara keseluruhan hasil penelitian ini.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Karena tindakan dalam menyelesaikan permasalahan dilakukan secara
bersiklus. Menurut Sa’dun Akbar (2004:28) dalam PTK filosofi, metodologi,
dan implmentasinya bahwa PTK adalah proses investigasi terkendali untuk
menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan
secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran di kelas tertentu. Sehingga jenis PTK sesuai dengan penelitian
ini.
Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus, setiap
siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tiap siklus
terdiri dari 4 tahap yaitu menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan,
mengamati/observasi dan refleksi. Selanjutnya setelah dilakukan refleksi akan
muncul perencanaan baru untuk siklus berikutnya.
Secara umum alur pelaksanaan PTK ini mengikuti tahap-tahap
sebagaimana yang digambarkan oleh Kemmis dan MC. Taggart (dalam
Sa’dun Akbar) yaitu:
12
12
Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK dari Kemmis dan McTaggart (dalam Sa’dun Akbar,
2010:28)
B. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang. Siklus I dilaksanakan Kamis tanggal 22 Agustus
2013 dan Siklus II dilaksanakan Selasa tanggal 27 Agustus 2013.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Dengan jumlah 29 siswa yang terdiri
dari 10 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.
C. Instrumen Penelitian
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan tindakan yang dilakukan
oleh guru sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat.
2. Catatan Lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil
pengamatan observer tentang situasi pembelajaran yang sedang
13
berlangsung, kondisi siswa ketika diajar dan respon siswa terhadap
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
3. Pelaksanaan tes
Pelaksanaan tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa,
yang dilakukan pada setiap akhir siklus.
4. Kajian Dokumen
Pada penelitian ini dokumen yang ada di SD akan dimanfaatkan oleh
peneliti sebagai alat pengumpul data. Seperti: silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, dan dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Lembar observasi motivasi belajar siswa
Lembar observasi motivasi belajar siswa digunakan untuk merekam
data motivasi belajar siswa. Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa
terdiri atas empat aspek, yaitu aspek minat, perhatian, konsentrasi dan
ketekunan
2. Catatan lapangan
Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terkait
dengan penelitian namun belum tercantum dalam lembar observasi
mengenai hal-hal yang terjadi dalam pemberian tindakan
3. Lembar observasi tindakan guru
Lembar observasi tindakan guru digunakan untuk merekam kegiatan
guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terhadap
kegiatan guru saat pembelajaran meliputi tahap kegiatan awal, inti dan
kegiatan akhir dari proses pembelajaran.
4. Lembar tes tulis
Lembar tes tulis yang digunakan dalam penelitian adalah tes hasil
belajar yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa
yang dilaksanakan setiap akhir siklus.
E. Teknik Analisis Data
1. Data Kualitatif
14
Proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber yaitu observasi, catatan lapangan, dan
dokumen. Data penelitian akan dianalisis secara kualitatif yang meliputi tiga
alur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data yang
diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan
selanjutnya direduksi secara sistematis berdasarkan kelompok data dan
disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan.
2. Data Kuantitatif
Dalam penelitian ini analisis data kuantitatif dilakukan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan tentang keberhasilan
tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
a. Data hasil belajar siswa
Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
ditentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara
klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan
dalam penelitian ini adalah:
1) Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas
belajar” apabila hasil belajar minimal siswa mencapai nilai 70.
2) Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila
mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai nilai minimal sebesar
70.
b. Data hasil observasi tindakan guru
Data tentang tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dicatat menggunakan lembar
observasi tindakan guru. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan guru
c. Data hasil observasi motivasi belajar siswa
Data motivasi siswa berdasarkan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dihitung dengan
menggunakan presentase motivasi siswa berdasarkan tiap-tiap indikator.
d. Indikator keberhasilan tindakan
Indikator keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan
membandingkan skor motivasi belajar dan skor hasil belajar pada siklus I
15
dan siklus II. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila skor motivasi
dan hasil belajar pada siklus II lebih tinggi daripada skor motivasi dan
hasil belajar pada siklus I.
e. Analisis tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tanggapan siswa berupa jawaban siswa terhadap pertanyaan yang
ada pada angket. Tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif dari hasil
angket yang telah disebarkan. Setiap jawaban ”ya” diberi skor 2, jawaban
”tidak” diberi skor 1 dan jawaban ”tidak tahu” diberi skor 0. Analisis
data angket dilakukan dengan mengkaji setiap pertanyaan.
F. Indikator Keberhasilan
Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila sudah terjadi peningkatan
proses dan hasil belajar yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar
dan hasil belajar siswa dalam memahami materi Perkembangan Sistem
Administrasi Wilayah Indonesia di kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan
Singosari Kabupaten Malang khususnya pada mata pelajaran IPS.
16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan Data
1. Paparan Data Siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan siklus I
Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil
observasi pra tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan meliputi hal-hal
berikut ini.
1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah dalam
melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
2) Mempersiapkan media yang
dibutuhkan yaitu nomor dada siswa (nomor absen siswa) untuk
mempermudah dalam merekam motivasi belajar siswa. Nomor untuk
penomoran dalam model pembelajaran kooperatif NHT yang dipasang
di topi.
3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
(LKS) untuk bahan diskusi siswa.
4) Menyusun soal tes hasil belajar,
rambu-rambu jawaban soal tes akhir yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima tindakan.
5) Menyusun lembar observasi motivasi
belajar siswa, lembar observasi tindakan guru dalam menerapkan RPP
dan format catatan lapangan.
6) Menyiapkan daftar nama anggota
Penentuannya berdasarkan kemampuan akademik yaitu, 25%
kemampuan akademik rendah, 50% kemampuan akademik sedang,
dan 25% kemampuan akademik tinggi serta jenis kelamin.
17
b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran
Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT)
Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran,
seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota
kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa,
media pembelajaran, tujuan dan manfaat
1) Tahap penomoran (Numbering)
Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai
penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus I ini
siswa menentukan sendiri nomornya sehingga sebagian besar siswa
berebut mendapatkan nomor yang diinginkan. Hal tersebut
mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh.
2) Tahap pengajuan pertanyaan
(Questioning)
Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan,
tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan
awal pada tahap ini siswa melakukan pengamatan. Pada saat
melakukan pengamatan terlihat beberapa siswa yang kurang berminat
dan melakukan hal-hal diluar materi pembelajaran, hal tersebut
dikarenakan mereka asyik berbicra sendiri dengan teman dan merasa
tidak diawasi oleh guru.
3) Tahap berfikir bersama (Heads
Together)
Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah
duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta
menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua
anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada
pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk
18
17
menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat
memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman.
Pada tahap ini masih ada sebagian besar siswa yang pasif dalam
diskusi kelompok, sehingga komunikasi antar siswa masih kurang,
selain itu masih sebagian kecil siswa yang berani memberikan
masukan untuk setiap jawaban.
4) Tahap menjawab pertanyaan
(Answering)
Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS.
Kemudian guru memanggil nomor 1 dan semua siswa yang
mendapatkan nomor 1 dari masing-masing kelompok berdiri,
kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok pisang untuk
menjawab pertanyaan nomor 2. siswa nomor 1 dari kelompok pisang
tersebut menjawab pertanyaan soal nomor 2 dengan lantang dan tegas.
Kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok jambu untuk
menanggapi jawaban dari kelompok pisang, siswa nomor 1 dari
kelompok jambu mengemukakan jawaban yang berbeda namun
jawabannya juga benar. Guru memberikan reward berupa bintang
prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Pertanyaan nomor 3, guru meminta siswa yang bernomor 2
untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 2 berdiri bersiap untuk
menjawab pertanyaan nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 2 dari
kelompok nanas untuk menjawab pertanyaan nomor 3, siswa nomor 2
dari kelompok nanas menjawab dengan suara yang lirih, siswa
tersebut terlihat agak takut dan ragu untuk mengemukakan jawaban.
Sebelum guru menunjuk kelompok lain untuk menganggapi, siswa
nomor 2 dari kelompok jambu mengacungkan tangan ingin
mengemukakan jawabannya. Akhirnya guru menunjuk siswa nomor 2
dari kelompok jambu untuk menjawab soal nomor 3. siswa nomor 2
dari kelompok jambu menjawab.
Pertanyaan nomor 4, guru meminta siswa yang bernomor 3
untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 3 berdiri bersiap untuk
19
menjawab pertanyaan nomor 4. Guru menunjuk siswa nomor 3 dari
kelompok anggur untuk menjawab pertanyaan nomor 4, siswa nomor
3 dari kelompok anggur menjawab dengan suara lantang dan penuh
percaya diri. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok
mangga untuk menanggapi jawaban dari kelompok anggur, siswa
nomor 3 dari kelompok mangga mengemukakan jawaban yang
hampir sama, namun siswa tersebut masih agak malu dalam
menyampaikan jawaban. Guru memberikan reward berupa bintang
prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar
dan memberikan penjelasan kepada siswa untuk tidak malu dan ragu
dalam menyampaikan jawaban.
Kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan sebab waktu kegiatan
belajar mengajar IPS telah usai. Siswa diminta untuk mempelajari
materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia di
rumah dan membawa LKS yang telah dikerjakan untuk dipelajari
kembali dirumah.
c. Tahap observasi tindakan siklus I
Pengamatan/observasi pada siklus I dilaksanakan selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan
petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi
tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang
belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan
lapangan.
Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi
belajar siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang
terjadi dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
1) Hasil observasi terhadap motivasi
belajar siswa
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi
belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data
motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I
20
Indikator
Motivasi
Skor
Motivasi (%)
Kategori
Taraf
Keberhasilan
Nilai dengan
Huruf
Minat 36,55% K D
Perhatian 73,56% C C
Konsentrasi 64,37% K D
Ketekunan 60,69% K D
Rata-rata 58,79% K D
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus I sebesar 58,79%
dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan
motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat
sebesar 36,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori
kurang, (2) indikator perhatian sebesar 73,56% dengan taraf
keberhasilan termasuk dalam kategori cukup, (3) indikator konsentrasi
sebesar 64,37% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori
kurang, dan (4) indikator ketekunan sebesar 60,69% dengan taraf
keberhasilan termasuk dalam kategori kurang.
2) Hasil belajar siswa
Tes hasil belajar siklus I ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini.
Data secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas VI pada siklus I
disajikan dalam tabel 4.2
Tabel 4.2 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa Persentase
Tuntas Belajar 19 29 65,52%
Tidak Tuntas Belajar 10 29 34,48%
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa siswa
yang tuntas belajar sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak
tuntas belajar sebanyak 10 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada
siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena presentase
ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%.
d. Tahap refleksi siklus I
21
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus I, peneliti
menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara lain.
1) Pada tahap penomoran (numbering),
siswa saling berebut menginginkan nomor tertentu yang diinginkan
sehingga membuat suasana kelas gaduh dan membuang waktu
pembelajaran.
2) Pada tahap pengajuan pertanyaan,
masih ada beberapa siswa yang bersenda gurau dengan temannya
membicarakan hal-hal diluar materi pembelajaran.
3) Pada tahap berpikir bersama (Heads
Together), aktivitas siswa dalam bekerjasama/diskusi dalam
kelompoknya masih rendah, begitu juga dalam memberi masukan
pada kelompok atas pertanyaan yang ada pada LKS.
4) Pada tahap menjawab (answering),
sebagian besar siswa tidak memusatkan perhatian pada teman yang
sedang menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
5) Saat akan mengadakan tes di akhir
pembelajaran, banyak siswa yang mengeluh dan mengatakan belum
siap.
2. Paparan Data Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan siklus II
Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil
observasi siklus I. Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II hampir
sama dengan siklus I, tetapi ada perbaikan-perbaikan yang ditambahkan
oleh peneliti agar pada siklus II ini didapat hasil yang diinginkan.
b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran
Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT)
Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru
menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran,
seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota
22
kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa,
media pembelajaran.
1) Tahap penomoran (Numbering)
Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai
penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus II ini
guru yang menentukan nomor siswa, sehingga tidak terjadi kegaduhan
di kelas seperti pada siklus I.
2) Tahap pengajuan pertanyaan
(Questioning)
Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan,
tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan
awal pada tahap ini seluruh siswa mengerjakan dua LKS, yaitu LKS I
dan LKS II bersama anggota kelompok masing-masing dengan penuh
konsentrasi. Meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang
memainkan alat tulis dan berbicara dengan teman diluar materi yang
dipelajari.
3) Tahap berfikir bersama (Heads
Together)
Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah
duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta
menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua
anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada
pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk
menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat
memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman.
4) Tahap menjawab pertanyaan
(Answering)
Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS I.
Kemudian guru memanggil nomor 5 dan semua siswa yang
mendapatkan nomor 5 dari masing-masing kelompok berdiri,
23
kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok pear untuk
menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 1. Siswa nomor 5 dari
kelompok pear tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu
tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat
dijawab dengan benar soal nomor 1-4, sedangkan jawaban soal nomor
5 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok
Pisang untuk mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 5
dari kelompok pisang tersebut dapat menjawab 5 soal jawaban singkat
dalam kartu tanya nomor 1 dengan benar, maka guru memberikan
reward berupa bintang prestasi.
Pertanyaan pada kartu tanya nomor 2, dijawab oleh siswa yang
bernomor 4. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 4 untuk
berdiri, guru menunjuk siswa nomor 4 dari kelompok Apel untuk
menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 2. Siswa nomor 4 dari
kelompok apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu
tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat
dijawab dengan benar soal nomor 6, 7, 8 dan 10, sedangkan jawaban
soal nomor 9 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 4 dari
kelompok anggur untuk menanggapi jawaban dari kelompok apel.
Siswa nomor 5 dari kelompok anggur dengan percaya diri namun
suaranya lemah menjawab ” menurut kelompok kami, jawaban dari
kelompok apel untuk pertanyaan n0mor 9 salah.
Selanjutnya guru memanggil siswa nomor 1 untuk menjawab
pertanyaan dalam kartu tanya nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 1
dari kelompok jambu untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya
nomor 3. Siswa nomor 1 dari kelompok tersebut menjawab 5 soal
jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 3 dengan benar. Kemudian
guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok apel untuk
mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 1 dari kelompok
apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya
nomor 3 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan
benar soal nomor 11, 13, 14 dan 15, sedangkan jawaban soal nomor
24
12 salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok anggur
untuk memberikan tanggapan atas jawaban kelompok apel dan
kelompok jambu. Siswa nomor 1 dari kelompok anggur menjawab,
”Kelompok kami sangat setuju dengan jawaban dari kelompok jambu,
untuk jawaban dari kelompok apel, jawaban pertanyaan nomor 12
kurang tepat.
Pertanyaan pada kartu tanya nomor 4, dijawab oleh siswa yang
bernomor 3. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 3 untuk
berdiri, guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok jeruk untuk
menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 4. Siswa nomor 3 dari
kelompok jeruk tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam
kartu tanya nomor 4 dengan penuh percaya diri, dari 5 soal yang dapat
dijawab dengan benar soal nomor 16, 17, 18 dan 20, sedangkan
jawaban soal nomor 19 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor
3 dari kelompok nanas untuk menanggapi jawaban dari kelompok
jeruk. Siswa nomor 3 dari kelompok nanas dengan percaya diri
menjawab, ”Kelompok kami mempunyai jawaban yang berbeda untuk
pertanyaan nomor 19.
Selanjutnya pertanyaan untuk kartu tanya yang terakhir, yaitu
kartu tanya nomor 5, dijawab oleh siswa yang bernomor 2. Kemudian
guru memanggil siswa yang bernomor 2 untuk berdiri, guru menunjuk
siswa nomor 2 dari kelompok mangga untuk menjawab pertanyaan
pada kartu tanya nomor 5. Siswa nomor 2 dari kelompok mangga
tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 5
dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan benar hanya
soal nomor 23, sedangkan jawaban soal nomor 21, 22, 24, dan 25
salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok jambu untuk
menyampaikan jawaban kelompok. Siswa nomor 2 dari kelompok
jambu menjawab 5 pertanyaan dalam kartu tanya dengan suara
lantang penuh percaya diri dan jawaban yang disampaikan benar
semua.
c. Tahap observasi tindakan siklus II
25
Pengamatan/observasi pada siklus II dilaksanakan selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan
petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi
tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang
belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan
lapangan.
Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi belajar
siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang terjadi
dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut.
1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa
Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi
belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data
motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II
Indikator
Motivasi
Skor
Motivasi
(%)
Kategori
Taraf
Keberhasilan
Nilai dengan
Huruf
Minat 68,28% C C
Perhatian 95,40% SB A
Konsentrasi 96,55% SB A
Ketekunan 85,52% B B
Rata-rata 86,44% B B
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus II sebesar 86,44%
dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik. Sedangkan
motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat
sebesar 68,28% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori
cukup, (2) indikator perhatian sebesar 95,40% dengan taraf
keberhasilan termasuk dalam kategori sangat baik, (3) indikator
konsentrasi sebesar 96,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam
kategori sangat baik, dan (4) indikator ketekunan sebesar 85,52%
dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik.
2) Hasil belajar siswa siklus II
26
Tes hasil belajar siklus II ini dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini.
Tes hasil belajar siswa pada siklus II diikuti oleh seluruh siswa kelas
IV 29 siswa).
Tabel 4.5 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II
Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa Persentase
Tuntas Belajar 27 29 93,10%
Tidak Tuntas Belajar 2 29 6,89%
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa siswa yang
tuntas belajar sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas
belajar sebanyak 2 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebesar 93,10% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus
II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah
lebih tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal
sebesar 85%. Dua siswa yang tidak tuntas belajar dikarenakan siswa
tersebut memang memerlukan perhatian khusus.
d. Tahap refleksi siklus II
Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
siklus II merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I, secara
umum telah meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas
VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang.
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus II, peneliti
menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara
lain.
1) Sebagian besar siswa mengikuti
pelajaran dengan bersemangat. Hal tersebut terlihat dari antusias
siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru pada awal pembelajaran dan selama mengerjakan tugas
(mengerjakan LKS).
2) Pada tahap penomoran (numbering),
siswa tidak saling berebut menginginkan nomor tertentu, sebab
penomoran ditentukan oleh guru
27
3) Pada tahap pengajuan pertanyaan
(Questioning), guru diharapkan lebih giat memantau jalannya
diskusi kelmpok agar siswa tidak berbicara diluar materi
pembelajaran dan bercanda dengan temannya.
4) Pada tahap berpikir bersama (Heads
Together), hampir seluruh siswa sudah aktif dalam berdiskusi di
dalam kelompoknya. Siswa juga aktif memberi masukan pada
kelompok atas pertanyaan yang ada dalam LKS.
5) Pada tahap menjawab (answering),
sebagian besar siswa sudah mau memusatkan perhatian pada teman
yang sedang menjawab pertanyaan dalam LKS.
6) Saat akan mengadakan tes di akhir
pembelajaran siklus II, siswa terlihat sudah siap dan hampir tidak
ada yang mengeluh dan mengatakan belum siap
B. Pembahasan
1. Motivasi Belajar
Berdasarkan analisis data minat siswa yang mengalami pembelajaran
model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan
sebesar 36,55% dengan kategori kurang. Pada siklus II menunjukkan taraf
keberhasilan sebesar 68,28% dengan kategori cukup. Berdasarkan rumus
persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa minat siswa
mengalami peningkatan sebesar 31,73% setelah mengalami pembelajaran
model kooperatif tipe NHT.
Pada siklus I aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar
36,55% yang termasuk dalam kategori kurang, hal tersebut disebabkan
siswa belum terbiasa melakukan model pembelajaran kooperatif, sehingga
siswa belum dapat memahami tujuan model pembelajaran kooperatif
dengan baik. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut
adalah selalu memberikan pengertian dan pengarahan tentang tujuan serta
cara melakukan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Maka pada siklus
II aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 68,28% yang
28
termasuk dalam kategori cukup. Dimyati dan Mudjiono (2006: 81)
mengatakan ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan,
dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada
ketidakseimbangan antara apa yang dia miliki dan yang dia harapkan.
Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam
rangka memenuhi harapan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut
merupakan inti motivasi. Dan tujuan itu sendiri adalah hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Rumusan tujuan yang jelas dan dapat
diterima siswa dengan baik sangat berperan penting dalam meningkatkan
motivasi, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai sangat
berguna dan menguntungkan maka siswa akan terus termotivasi untuk terus
belajar.
Berdasarkan analisis data perhatian siswa yang mengalami
pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf
keberhasilan sebesar 73,56% dengan kategori cukup. Pada siklus II
menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 95,40% dengan kategori sangat
baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan
bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 21,84% setelah
mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT.
Berdasarkan analisis data konsentrasi siswa yang mengalami
pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf
keberhasilan sebesar 64,37% dengan kategori kurang. Pada siklus II
menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 96,55% dengan kategori sangat
baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan
bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 32,18% setelah
mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT.
Persentase peningkatan konsentrasi siswa yang sangat besar pada
siklus II disebabkan sudah sebagian besar siswa yang mau mendengarkan
dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah penting dari penjelasan
guru. Selain itu guru juga menjelaskan jika ada jawaban teman yang sudah
benar maka guru tidak akan mengulang untuk menjelaskan kembali. Dalam
29
menyampaikan materi guru harus dapat memusatkan perhatian siswa pada
materi yang hendak disampaikan.
Berdasarkan analisis data ketekunan siswa yang mengalami
pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf
keberhasilan sebesar 60,69% dengan kategori cukup. Pada siklus II
menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 85,52% dengan kategori baik.
Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa
perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 24,83% setelah mengalami
pembelajaran model kooperatif tipe NHT.
Pada siklus II siswa sudah mulai memahami manfaat dan tujuan dalam
pembelajaran modek kooperatif tipe NHT, yang terlihat dari sebagian besar
siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing
serta mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami
bahwa dengan bekerjasama (diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan
LKS dengan sebaik-baiknya akan memperoleh informasi atau pengetahuan
yang lebih banyak.
Berdasarkan uraian pembahasan mengenai motivasi belajar siswa di
atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini motivasi belajar siswa yang
meliputi empat aspek yaitu minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan
mengalami peningkatan. Aspek minat, konsentrasi dan ketekunan
mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu, minat sebesar 31,73%,
perhatian sebesar 21,84%, konsentrasi sebesar 32,18%, sedangkan
ketekunan sebesar 24,83%,. Pada siklus II sebagian besar siswa sudah mau
mendengarkan dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah
penting dari penjelasan guru. Selain itu pada siklus II siswa sudah mulai
memahami manfaat dan tujuan dalam pembelajaran model kooperatif tipe
NHT, yang terlihat dari sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan
diskusi dalam kelompok masing-masing serta mengerjakan LKS dengan
sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami bahwa dengan bekerjasama
(diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya
akan memperoleh informasi atau pengetahuan yang lebih banyak.
30
Motivasi sangat penting dalam pembelajaran sehingga seharusnya
guru dapat mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan
motivasi siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2005: 18). Salah satu
cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ialah pemberian hadiah,
pujian dan hukuman. Hadiah/pujian bagi siswa yang berprestasi akan
semakin memacu semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping
itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa
yang berprestasi.
Peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitian
terdahulu. Penelitian Aria Styaningsih, dari hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Hasil Belajar
Berdasarkan observasi awal sebelum diberikan tindakan dapat
diketahui bahwa, hasil belajar siswa sebelum penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS (diperoleh
melalui pre test), rata-rata nilai secara klasikal sebesar 41,24. Nilai 41,24
jauh dari standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Data ini menunjukkan
bahwa rata-rata nilai tersebut tidak memenuhi SKM belajar IPS dan siswa
belum mencapai presentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar
85% dari jumah siswa yang mencapai daya serap minimal 70% (standar
ketuntasan minimal).
Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek
kognitif pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar
sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 10
siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 68,45. Nilai 68,45 belum
memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Dilihat dari rata-rata
nilai klasikal dapat diketahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan
31
tindakan siklus I meningkat sebesar 20,52. Namun Presentase ketuntasan
belajar siswa secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan
bahwa pada siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena
presentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%.
Hal-hal yang menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar
secara klasikal pada siklus I antara lain. (1) Siswa belum terbiasa belajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, seperti yang dikemukakan
oleh Lie dalam Triyana 2006, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak
sama dengan hanya belajar dalam kelompok. Unsur-unsur dasar
pembelajaran kooperatif membedakan dengan pembelajaran kelompok yang
dilakukan secara asal-asalan, dalam pembelajaran kooperatif
pengelompokannnya secara heterogen. (2) Kurangnya komunikasi/interaksi
tatap muka antar siswa dalam satu kelompok, siswa belum memahami
bahwa Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka
untuk melakukan dialog. Interaksi yang semacam ini memungkinkan siswa
dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi
(Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, 2004: 61). (3) Siswa kurang
termotivasi minat dan perhatiannya dalam kegiatan belajar mengajar IPS,
berdasarkan hasil observasi motivasi hasil belajar siswa ada sebagian besar
siswa yang masih asyik bergurau dan memainkan alat tulis. Anderson dan
faust dalam Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa siswa yang memiliki
motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian
yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak
mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal
perasaan bosan apalagi menyerah. Sebaliknya, siswa yang memiliki
motivasi rendah dalam belajar akan menampakkan keengganan, pasif,
mudah bosan, dan berusaha menghindar dari aktivitas belajar.
Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek
kognitif pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar
sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2
siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 88,97. Nilai 88,97 sudah
memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03
32
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Presentase ketuntasan
belajar siswa secara klasikal sebesar 93,10%. Rata-rata nilai klasikal siklus I
sebesar 68,45 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 65,52%, rata-
rata nilai klasikal siklus II sebesar 88,97 dengan persentase ketuntasan
belajar sebesar 93,10%. Dilihat dari rata-rata nilai klasikal dapat diketahui
hasil belajar siswa pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan perbaikan
pada siklus II meningkat sebesar 20,52, dibarengi dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa sebesar 27,59%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa
pada siklus II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase
ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah lebih
tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal sebesar
85%.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, yang ditandai dengan
meningkatnya keempat aspek motivasi yaitu minat (31,73%), perhatian
(21,84%), konsentrasi (32,18%) dan ketekunan (24,83%).
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03
Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Rerata klasikal awal sebelum
pelaksanaan tindakan adalah 41,24 dengan persentase ketuntasan belajar
klasikal 14,63%, meningkat pada siklus I skor rerata klasikal sebesar 68,45
dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 65,52%, meningkat pada
siklus II skor rerata 88,97 dengan persentase ketuntasan belajar 93,10%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran
yang perlu dipertimbangkan antara lain.
1. Guru dapat mencoba model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
materi lain untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran selain LKS, dan
mengkombinasikan media LKS dengan media pembelajaran lain.
34
34
DAFTAR RUJUKAN
Asy’ari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
BAAKPSI. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Depdiknas. 2006. Standar Isi Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI. Jakarta: Depdiknas
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Yakarta: Rineka Cipta.
Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan
Pendidikan Sejarah. FPIPS. IKIP Bandung.
Kosasih, A. Djahiri. 1994. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Bandung: Lab.
Pengajaran PMP IKIP Bandung.
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit Universitas
Negeri Malang.
Rochmadi, Nur wahyu. 2006. Naskah IPS SD Pendidikan dan Latihan profesi
Guru SD di PSG Rayon 15 UM. Malang: Panitia Sertifikasi Guru UM.
Sulistyorini, Sri. 2006. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan
Penerapannya dalan KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Solihatin, Etin. dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Styaningsih, Aria. 2006. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Biologi Siswa SMA Negeri XII Malang Kelas XI A2 Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Dalam
Pokok Bahasan Sistem Indera Pada Manusia. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: FMIPA Pendidikan Biologi.
Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Triyana, Antin. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered
Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi
Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Miftahul Huda Kec. Ngadirojo
Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Pendidikan Biologi.
35
35

More Related Content

What's hot

Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )makciak
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahSuaidin -Dompu
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)nu rokhman
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitiandedy solin
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Andri Tampani
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonEko Supriyadi
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptkAgoes Sholeh
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptkohasmart
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapnasrun gayo
 
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EMariz Cha Cha
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP Arif Sulistiawan
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalishakaxly
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryMuhammad Syafrullah
 

What's hot (20)

Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
 
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiahContoh proposal ptk dan artikel ilmiah
Contoh proposal ptk dan artikel ilmiah
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Proposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomiProposal ptk ekonomi
Proposal ptk ekonomi
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptk
 
Ptk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkapPtk eri-marlina-lengkap
Ptk eri-marlina-lengkap
 
Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 3 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
PENELITIAN TINDAKAN KELAS IPA SMP
 
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinciContoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
Contoh proposal ptk dela suryana, s.pd, sma n 13 kerinci
 
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
Proposal ptk (ike yuliarni sma n 13 muaro jambi)
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 

Viewers also liked

Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaEdwien Senaen
 
Silabus basa jawa kelas 3
Silabus basa jawa kelas 3Silabus basa jawa kelas 3
Silabus basa jawa kelas 3Terry Brengost
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptkaljauzy
 
02. pendidikan agama kristen (a)
02. pendidikan agama kristen (a)02. pendidikan agama kristen (a)
02. pendidikan agama kristen (a)eli priyatna laidan
 
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran 2015/2016
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran  2015/2016Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran  2015/2016
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran 2015/2016Terry Brengost
 

Viewers also liked (8)

Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
 
Silabus basa jawa kelas 3
Silabus basa jawa kelas 3Silabus basa jawa kelas 3
Silabus basa jawa kelas 3
 
Contoh ptk
Contoh ptkContoh ptk
Contoh ptk
 
Latihan ptk dela suryana, s.pd sma n 13 kerinci
Latihan ptk dela suryana, s.pd sma n 13 kerinciLatihan ptk dela suryana, s.pd sma n 13 kerinci
Latihan ptk dela suryana, s.pd sma n 13 kerinci
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
02. pendidikan agama kristen (a)
02. pendidikan agama kristen (a)02. pendidikan agama kristen (a)
02. pendidikan agama kristen (a)
 
Ptk agama kristen
Ptk agama kristenPtk agama kristen
Ptk agama kristen
 
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran 2015/2016
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran  2015/2016Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran  2015/2016
Uts semester 1 matematika kelas 5 tahun tahun pelajaran 2015/2016
 

Similar to IPS SD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Similar to IPS SD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (20)

s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
66cb960420eb1b91ec2a8253e23de38e
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
7 1038-1-sm
7 1038-1-sm7 1038-1-sm
7 1038-1-sm
 
Ptk ips kelas ii
Ptk ips kelas iiPtk ips kelas ii
Ptk ips kelas ii
 
Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)Skripsi NHT (Power Point)
Skripsi NHT (Power Point)
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Pkp wd rosmia ut
Pkp wd rosmia utPkp wd rosmia ut
Pkp wd rosmia ut
 
Karil waode rosmia
Karil waode rosmiaKaril waode rosmia
Karil waode rosmia
 
Artikel pak tama ips
Artikel pak tama   ipsArtikel pak tama   ips
Artikel pak tama ips
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
yg baru
yg baruyg baru
yg baru
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
Jurnal pendidikan kornea volume 1 nomor 01 bulan mei tahun 2014
 
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
Jurnal Pendidikan Kornea Vol.1 No.1
 

More from Terry Brengost

PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdf
PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdfPKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdf
PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdfTerry Brengost
 
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016Terry Brengost
 
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016Terry Brengost
 
Silabus basa jawa kelas 5
Silabus basa jawa kelas 5Silabus basa jawa kelas 5
Silabus basa jawa kelas 5Terry Brengost
 
Silabus basa jawa kelas 6
Silabus basa jawa kelas 6Silabus basa jawa kelas 6
Silabus basa jawa kelas 6Terry Brengost
 
Silabus basa jawa kelas 4
Silabus basa jawa kelas 4Silabus basa jawa kelas 4
Silabus basa jawa kelas 4Terry Brengost
 
Silabus basa jawa kelas 2
Silabus basa jawa kelas 2Silabus basa jawa kelas 2
Silabus basa jawa kelas 2Terry Brengost
 
Silabus basa jawa kelas 1
Silabus basa jawa kelas 1Silabus basa jawa kelas 1
Silabus basa jawa kelas 1Terry Brengost
 
Sukses un bi 1 th 2012 2013
Sukses un bi 1 th 2012 2013Sukses un bi 1 th 2012 2013
Sukses un bi 1 th 2012 2013Terry Brengost
 

More from Terry Brengost (11)

PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdf
PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdfPKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdf
PKP-Karya Ilmiah-858551061-Bachtiyar Firmansyah.pdf
 
Budaya hidup sehat
Budaya hidup sehatBudaya hidup sehat
Budaya hidup sehat
 
Juknis bos 2016
Juknis bos 2016Juknis bos 2016
Juknis bos 2016
 
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 4 tahun pelajaran 2015 2016
 
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016
Uts semester 1 matematika kelas 6 tahun pelajaran 2015 2016
 
Silabus basa jawa kelas 5
Silabus basa jawa kelas 5Silabus basa jawa kelas 5
Silabus basa jawa kelas 5
 
Silabus basa jawa kelas 6
Silabus basa jawa kelas 6Silabus basa jawa kelas 6
Silabus basa jawa kelas 6
 
Silabus basa jawa kelas 4
Silabus basa jawa kelas 4Silabus basa jawa kelas 4
Silabus basa jawa kelas 4
 
Silabus basa jawa kelas 2
Silabus basa jawa kelas 2Silabus basa jawa kelas 2
Silabus basa jawa kelas 2
 
Silabus basa jawa kelas 1
Silabus basa jawa kelas 1Silabus basa jawa kelas 1
Silabus basa jawa kelas 1
 
Sukses un bi 1 th 2012 2013
Sukses un bi 1 th 2012 2013Sukses un bi 1 th 2012 2013
Sukses un bi 1 th 2012 2013
 

Recently uploaded

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 

Recently uploaded (20)

MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 

IPS SD PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya (Kosasih, 1994). Memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat (Hamid Hasan, 1996; Kosasih, 1994). Untuk menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut harus didukung oleh iklim pembelajaran yang kondusif. Iklim pembelajaran yang dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan dan kegairahan belajar siswa (Aziz Wahab, 1986). Kualitas dan keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti di SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang diperoleh temuan sebagai berikut. Siswa kelas VI sebagian besar masih mengalami kesulitan ketika memahami konsep tentang Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Hasil pretest menunjukkan bahwa masih 85% siswa kurang menguasai materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. Pembelajaran seharí- hari yang dilakukan dengan menjelaskan secara lisan, tertulis di papan tulis, dan pemberian kesempatan bertanya ketika guru mengajar, hanya direspon oleh sebagian kecil siswa. Ketika guru melakukan tanya jawab dengan siswa, hanya ada tiga orang siswa yang bisa menjawab pertanyaan guru dengan benar. Ketika guru memberi latihan soal, sebagian besar siswa malas untuk 1 1
  • 2. mengerjakannya. Ternyata sebagian besar siswa kesulitan mengerjakan soal latihan tersebut karena kurangnya motivasi dalam belajar, sehingga hasil belajar yang dicapai sangat rendah. Membelajarkan siswa tentang Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang meningkat. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Berdasarkan rangkaian uraian di atas, maka penulis ingin memberikan sedikit masukan untuk perkembangan di bidang pendidikan dengan membuat karya tulis yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk Siswa Kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis membatasi masalah tersebut dengan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang? 2. Bagaimanakah meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang? 2
  • 3. 3. Bagaimanakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar IPS untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang melalui penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT. 2. Mendeskripsikan peningkatan motivasi belajar siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT 3. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia pada siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini sebagai berikut. 1. Peningkatan motivasi belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. 2. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS untuk siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. E. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi beberapa pihak antara lain. 1. Bagi peneliti 3
  • 4. Menambah wawasan keilmuannya dan meningkatkan profesionalisme dan sebagai umpan balik demi perbaikan-perbaikan dalam studinya. 2. Bagi guru Sebagai bahan kajian untuk memotivasi siswa dan mendorong rasa ingin tahu siswa lebih banyak, menghindari penanaman pengertian secara verbalisme dalam pembelajaran IPS, membantu memudahkan pemahaman dalam pembelajaran IPS serta untuk meningkatkan hasil belajar IPS serta mutu pendidikan. 3. Bagi siswa Memberikan pengetahuan kepada siswa bahwa dalam mempelajari IPS ada banyak cara yang dapat digunakan. Misalnya dengan pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa untuk lebih memahami konsep IPS 4. Bagi sekolah. Diharapkan sekolah dapat menyempurnakan proses pembelajaran IPS untuk ditindaklanjuti kepada sekolah-sekolah lain. 5. Bagi dinas dan pejabat depdiknas Sebagai bahan kajian agar dapat mengambil langkah-langkah dalam peningkatan mutu pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. F. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Masalah 1. Penelitian dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang kelas VI semester I Tahun Pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia. 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif struktural NHT (Numbered Heads Together). 3. Aspek yang diteliti adalah motivasi dan hasil belajar. Motivasi belajar siswa yang dilihat dari aspek minat, konsentrasi, perhatian dan ketekunan. Hasil belajar yang terbatas pada kemampuan kognitif siswa dilihat dari skor tes setiap akhir siklus dari dua siklus. G. Definisi Operasional 1. Mata Pelajaran IPS SD 4
  • 5. Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, dan Ekonomi. Dalam penelitian ini pembelajaran IPS memuat materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia 2. Model Pembelajaran Kooperatif NHT (Numbered Heads Together) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran kooperatif terstruktur yang dimulai dengan pemberian nomor masing- masing anggota kelompok, pemberian pertanyaan dan penyampaian jawaban dalam diskusi kelas dengan cara mengacak nomor yang harus menjawab. 3. Hasil Belajar Hasil belajar adalah suatu hal yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses belajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Pengukuran peningkatan tersebut dari aspek kognitif dengan membandingkan skor tes tertulis pada akhir siklus I dengan skor tes tes tertulis pada akhir siklus II. 4. Motivasi Belajar Motivasi adalah respon siswa pada saat pelajaran berlangsung yang merupakan tenaga pendorong/penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah satu tujuan tertentu. Pada penelitian ini motivasi belajar diukur dari karakteristik tingkah laku yang meliputi minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan siswa dalam mengalami proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 5
  • 6. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPS 1. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan antara konsep- konsep ilmu sosial dengan konsep-konsep pendidikan yang dikaji secara sistematis, psiklogis dan fungsional sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik (Somantri dalam Rochmadi, 2005: 5). Perpaduan antara ilmu- ilmu sisal dan pendidikan dalam sajian IPS disebut dengan istilah Synthetic disiplin. 2. Tujuan dan fungsi pendidikan IPS di SD Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Depdiknas, 2006: 40) mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat, di tingkat local, nasional dan global. B. Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang bermuara pada pendekatan konstruktivisme. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggungjawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok (Slavin, 1991 dalam Parlan, 2005). Model pembelajaran ini berpandangan bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan teman sebayanya (Slavin dalam Parlan, 2005). 6 6
  • 7. C. Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan dalam Trianto (2004: 62) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah bahan materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagan dalam trianto (2004: 62-63) dengan menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT: Fase 1: Numbering (Penomoran) Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang, kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1-5 (sesuai jumlah anggota kelompok) dan masing-masing kelmpok memiliki nama yang berbeda. Fase 2: Questioning (Mengajukan Pertanyaan) Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Fase 3: Heads Together (Berfikir bersama) Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. Fase 4: Answering (Menjawab) Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomrnya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Kelebihan lain dari tipe NHT adalah dapat mengubah metode konvensional yang selama ini digunakan, misalnya untuk menjawab pertanyaan dari guru, siswa mengacungkan tangan terlebih dahulu sebelum ditunjuk oleh guru. Suasana seperti ini dapat menimbulkan persaingan diantara siswa bahkan dapat menimbulkan kegaduhan di kelas karena siswa saling berebut untuk memperoleh kesempatan menjawab pertanyaan dari guru. Dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT suasana kegaduhan akibat memperebutkan 7
  • 8. kesempatan dalam menjawab pertanyaan dari guru tidak akan terjadi, karena siswa yang menjawab pertanyaan ditunjuk langsung oleh guru berdasarkan pemanggilan nomor siswa secara acak. Selain memiliki kelebihan, tipe NHT juga memiliki kelemahan, yaitu terkait dengan kesiapan guru dan siswa untuk terlibat dalam suatu strategi pembelajaran yang memang berbeda dengan pembelajaran yang selama ini diterapkan. Guru yang terbiasa memberikan semua materi kepada para siswanya, mungkin memerlukan waktu untuk dapat secara berangsur-angsur mengubah kebiasaan tersebut. Selain itu strategi pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang cukup panjang dan fleksibel sehingga sulit untuk mencapai target kurikulum D. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyabut kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 80). 2. Prinsip Motivasi Anderson dan faust dalam Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, perhatian, konsentrasi, ketekunan dan partisipasi siswa dalam proses belajar. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas- tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar akan menampakkan keengganan, pasif, mudah bosan, dan berusaha menghindar dari aktivitas belajar. 8
  • 9. 3. Cara Meningkatkan Motivasi Motivasi penting dalam pembelajaran sehingga guru harus dapat mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan motivasi siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2006: 18) menyebutkan 10 cara yang dapat dipergunakan guru dalam meningkatkan motivasi siswa, yaitu. a. Penjelasan tujuan pembelajaran kepada peserta didik, semakin jelas tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya. b. Pemberian hadiah bagi siswa yang berprestasi, hal ini semakin memacu semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi. c. Pembuatan situasi persaingan/kompetisi. Pada umumnya setiap individu memiliki usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat, guru dapat menciptakan suasana persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajar. d. Pemberian pujian. Siswa yang berprestasi hendaknya diberi pujian yang bersifat membangun. Pujian tersebut akan membuat siswa merasa dihargai dan siswa berusaha untuk belajar lebih giat lagi. e. Pemberian hukuman. Hukuman ini diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan dalam proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa merubah diri dan memotivasi belajarnya. f. Pemberian dorongan kepada siswa untuk belajar dengan memberikan perhatian semaksimal mungkin kepada siswa. Perhatian tersebut akan menggiatkan siswa untuk belajar. g. Pembentukan kebiasaan belajar yang baik. Guru yang mengharapkan sesuatu dari siswanya seharusnya memperlihatkan yang dimintanya itu terpancang dalam diri guru, sehingga guru menilai guru itu telah berusaha dengan baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar pada diri siswa. 9
  • 10. h. Pemberian bantuan kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok. Perhatian guru yang ditunjukkan dengan memantau kesulitan belajar siswa akan membuat siswa merasa diperhatikan dan merasa dibantu sehingga siswa akan lebih berusaha untuk menguasai materi pembelajaran. i. Penggunaan media yang baik sesuai tujuan pembelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat akan membantu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. E. Hasil Belajar Dimyati dan Mudjiono (2006: 238) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru, sehingga hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari 2 sisi. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan “tingkat perkembangan mental”. “Tingkat perkembangan mental” tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, pengembangan keterampilan intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, penghargaan, nilai perasaan dan emosi. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan perilaku terutama keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan. F. Kerangka Berfikir Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu model pembelajaran struktural yang dapat digunakan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Model pembelajaran ini menghendaki agar para siswa bekerja sama saling ketergantungan pada kelompok kecil secara kolaboratif. Dalam kelompok belajar model NHT ini terdapat perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, agama dan sebagainya. Masing-masing anggota kelompok saling menelaah materi yang tercakup dalam pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi materi sehingga terjadi kerjasama dan saling 10
  • 11. mendukung dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berikir terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru. Diharapkan hasil belajar kelompok merupakan milik seluruh siswa walaupun memiliki berbagai perbedaan latar belakang. 11
  • 12. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, karena data yang diperoleh dan dilaporkan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sa’dun Akbar (2004:15), bahwa hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai yang diperoleh pada siklus I belum tentu menggambarkan secara keseluruhan hasil penelitian ini. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena tindakan dalam menyelesaikan permasalahan dilakukan secara bersiklus. Menurut Sa’dun Akbar (2004:28) dalam PTK filosofi, metodologi, dan implmentasinya bahwa PTK adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas tertentu. Sehingga jenis PTK sesuai dengan penelitian ini. Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu menyusun rencana tindakan, melakukan tindakan, mengamati/observasi dan refleksi. Selanjutnya setelah dilakukan refleksi akan muncul perencanaan baru untuk siklus berikutnya. Secara umum alur pelaksanaan PTK ini mengikuti tahap-tahap sebagaimana yang digambarkan oleh Kemmis dan MC. Taggart (dalam Sa’dun Akbar) yaitu: 12 12
  • 13. Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan PTK dari Kemmis dan McTaggart (dalam Sa’dun Akbar, 2010:28) B. Tempat dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Siklus I dilaksanakan Kamis tanggal 22 Agustus 2013 dan Siklus II dilaksanakan Selasa tanggal 27 Agustus 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. C. Instrumen Penelitian 1. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan tindakan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat. 2. Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil pengamatan observer tentang situasi pembelajaran yang sedang 13
  • 14. berlangsung, kondisi siswa ketika diajar dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Pelaksanaan tes Pelaksanaan tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa, yang dilakukan pada setiap akhir siklus. 4. Kajian Dokumen Pada penelitian ini dokumen yang ada di SD akan dimanfaatkan oleh peneliti sebagai alat pengumpul data. Seperti: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan dokumen lain yang terkait dengan penelitian ini D. Teknik Pengumpulan Data 1. Lembar observasi motivasi belajar siswa Lembar observasi motivasi belajar siswa digunakan untuk merekam data motivasi belajar siswa. Pengamatan terhadap motivasi belajar siswa terdiri atas empat aspek, yaitu aspek minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan 2. Catatan lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terkait dengan penelitian namun belum tercantum dalam lembar observasi mengenai hal-hal yang terjadi dalam pemberian tindakan 3. Lembar observasi tindakan guru Lembar observasi tindakan guru digunakan untuk merekam kegiatan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan terhadap kegiatan guru saat pembelajaran meliputi tahap kegiatan awal, inti dan kegiatan akhir dari proses pembelajaran. 4. Lembar tes tulis Lembar tes tulis yang digunakan dalam penelitian adalah tes hasil belajar yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa yang dilaksanakan setiap akhir siklus. E. Teknik Analisis Data 1. Data Kualitatif 14
  • 15. Proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu observasi, catatan lapangan, dan dokumen. Data penelitian akan dianalisis secara kualitatif yang meliputi tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh melalui perangkat pengumpulan data akan dianalisis dan selanjutnya direduksi secara sistematis berdasarkan kelompok data dan disajikan secara terorganisir untuk dilakukan penarikan kesimpulan. 2. Data Kuantitatif Dalam penelitian ini analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dan tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. a. Data hasil belajar siswa Analisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa ditentukan dengan ketuntasan belajar secara individual dan secara klasikal. Kriteria penguasaan minimal hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Secara perorangan (individual), dianggap telah “tuntas belajar” apabila hasil belajar minimal siswa mencapai nilai 70. 2) Secara klasikal, dianggap telah “tuntas belajar” apabila mencapai 85% dari jumlah siswa yang mencapai nilai minimal sebesar 70. b. Data hasil observasi tindakan guru Data tentang tindakan yang dilakukan oleh guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dicatat menggunakan lembar observasi tindakan guru. Untuk mengetahui keberhasilan tindakan guru c. Data hasil observasi motivasi belajar siswa Data motivasi siswa berdasarkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dihitung dengan menggunakan presentase motivasi siswa berdasarkan tiap-tiap indikator. d. Indikator keberhasilan tindakan Indikator keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan membandingkan skor motivasi belajar dan skor hasil belajar pada siklus I 15
  • 16. dan siklus II. Tindakan dapat dikatakan berhasil apabila skor motivasi dan hasil belajar pada siklus II lebih tinggi daripada skor motivasi dan hasil belajar pada siklus I. e. Analisis tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe NHT Tanggapan siswa berupa jawaban siswa terhadap pertanyaan yang ada pada angket. Tanggapan siswa dianalisis secara deskriptif dari hasil angket yang telah disebarkan. Setiap jawaban ”ya” diberi skor 2, jawaban ”tidak” diberi skor 1 dan jawaban ”tidak tahu” diberi skor 0. Analisis data angket dilakukan dengan mengkaji setiap pertanyaan. F. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dapat dikatakan berhasil apabila sudah terjadi peningkatan proses dan hasil belajar yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar dan hasil belajar siswa dalam memahami materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia di kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang khususnya pada mata pelajaran IPS. 16
  • 17. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data 1. Paparan Data Siklus I a. Tahap perencanaan tindakan siklus I Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil observasi pra tindakan. Kegiatan perencanaan tindakan meliputi hal-hal berikut ini. 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT 2) Mempersiapkan media yang dibutuhkan yaitu nomor dada siswa (nomor absen siswa) untuk mempermudah dalam merekam motivasi belajar siswa. Nomor untuk penomoran dalam model pembelajaran kooperatif NHT yang dipasang di topi. 3) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk bahan diskusi siswa. 4) Menyusun soal tes hasil belajar, rambu-rambu jawaban soal tes akhir yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menerima tindakan. 5) Menyusun lembar observasi motivasi belajar siswa, lembar observasi tindakan guru dalam menerapkan RPP dan format catatan lapangan. 6) Menyiapkan daftar nama anggota Penentuannya berdasarkan kemampuan akademik yaitu, 25% kemampuan akademik rendah, 50% kemampuan akademik sedang, dan 25% kemampuan akademik tinggi serta jenis kelamin. 17
  • 18. b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) Proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran, seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa, media pembelajaran, tujuan dan manfaat 1) Tahap penomoran (Numbering) Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus I ini siswa menentukan sendiri nomornya sehingga sebagian besar siswa berebut mendapatkan nomor yang diinginkan. Hal tersebut mengakibatkan suasana kelas menjadi gaduh. 2) Tahap pengajuan pertanyaan (Questioning) Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan, tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan awal pada tahap ini siswa melakukan pengamatan. Pada saat melakukan pengamatan terlihat beberapa siswa yang kurang berminat dan melakukan hal-hal diluar materi pembelajaran, hal tersebut dikarenakan mereka asyik berbicra sendiri dengan teman dan merasa tidak diawasi oleh guru. 3) Tahap berfikir bersama (Heads Together) Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk 18 17
  • 19. menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman. Pada tahap ini masih ada sebagian besar siswa yang pasif dalam diskusi kelompok, sehingga komunikasi antar siswa masih kurang, selain itu masih sebagian kecil siswa yang berani memberikan masukan untuk setiap jawaban. 4) Tahap menjawab pertanyaan (Answering) Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS. Kemudian guru memanggil nomor 1 dan semua siswa yang mendapatkan nomor 1 dari masing-masing kelompok berdiri, kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok pisang untuk menjawab pertanyaan nomor 2. siswa nomor 1 dari kelompok pisang tersebut menjawab pertanyaan soal nomor 2 dengan lantang dan tegas. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok jambu untuk menanggapi jawaban dari kelompok pisang, siswa nomor 1 dari kelompok jambu mengemukakan jawaban yang berbeda namun jawabannya juga benar. Guru memberikan reward berupa bintang prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Pertanyaan nomor 3, guru meminta siswa yang bernomor 2 untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 2 berdiri bersiap untuk menjawab pertanyaan nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok nanas untuk menjawab pertanyaan nomor 3, siswa nomor 2 dari kelompok nanas menjawab dengan suara yang lirih, siswa tersebut terlihat agak takut dan ragu untuk mengemukakan jawaban. Sebelum guru menunjuk kelompok lain untuk menganggapi, siswa nomor 2 dari kelompok jambu mengacungkan tangan ingin mengemukakan jawabannya. Akhirnya guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok jambu untuk menjawab soal nomor 3. siswa nomor 2 dari kelompok jambu menjawab. Pertanyaan nomor 4, guru meminta siswa yang bernomor 3 untuk menjawab. Seluruh siswa nomor 3 berdiri bersiap untuk 19
  • 20. menjawab pertanyaan nomor 4. Guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok anggur untuk menjawab pertanyaan nomor 4, siswa nomor 3 dari kelompok anggur menjawab dengan suara lantang dan penuh percaya diri. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok mangga untuk menanggapi jawaban dari kelompok anggur, siswa nomor 3 dari kelompok mangga mengemukakan jawaban yang hampir sama, namun siswa tersebut masih agak malu dalam menyampaikan jawaban. Guru memberikan reward berupa bintang prestasi bagi siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan memberikan penjelasan kepada siswa untuk tidak malu dan ragu dalam menyampaikan jawaban. Kegiatan ini tidak dapat dilanjutkan sebab waktu kegiatan belajar mengajar IPS telah usai. Siswa diminta untuk mempelajari materi Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia di rumah dan membawa LKS yang telah dikerjakan untuk dipelajari kembali dirumah. c. Tahap observasi tindakan siklus I Pengamatan/observasi pada siklus I dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan lapangan. Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi belajar siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang terjadi dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut. 1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus I 20
  • 21. Indikator Motivasi Skor Motivasi (%) Kategori Taraf Keberhasilan Nilai dengan Huruf Minat 36,55% K D Perhatian 73,56% C C Konsentrasi 64,37% K D Ketekunan 60,69% K D Rata-rata 58,79% K D Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus I sebesar 58,79% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang. Sedangkan motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat sebesar 36,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang, (2) indikator perhatian sebesar 73,56% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori cukup, (3) indikator konsentrasi sebesar 64,37% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang, dan (4) indikator ketekunan sebesar 60,69% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori kurang. 2) Hasil belajar siswa Tes hasil belajar siklus I ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini. Data secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas VI pada siklus I disajikan dalam tabel 4.2 Tabel 4.2 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa Persentase Tuntas Belajar 19 29 65,52% Tidak Tuntas Belajar 10 29 34,48% Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 10 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena presentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%. d. Tahap refleksi siklus I 21
  • 22. Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus I, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara lain. 1) Pada tahap penomoran (numbering), siswa saling berebut menginginkan nomor tertentu yang diinginkan sehingga membuat suasana kelas gaduh dan membuang waktu pembelajaran. 2) Pada tahap pengajuan pertanyaan, masih ada beberapa siswa yang bersenda gurau dengan temannya membicarakan hal-hal diluar materi pembelajaran. 3) Pada tahap berpikir bersama (Heads Together), aktivitas siswa dalam bekerjasama/diskusi dalam kelompoknya masih rendah, begitu juga dalam memberi masukan pada kelompok atas pertanyaan yang ada pada LKS. 4) Pada tahap menjawab (answering), sebagian besar siswa tidak memusatkan perhatian pada teman yang sedang menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS. 5) Saat akan mengadakan tes di akhir pembelajaran, banyak siswa yang mengeluh dan mengatakan belum siap. 2. Paparan Data Siklus II a. Tahap perencanaan tindakan siklus II Perencanaan tindakan dilaksananakan setelah tahap refleksi hasil observasi siklus I. Kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II hampir sama dengan siklus I, tetapi ada perbaikan-perbaikan yang ditambahkan oleh peneliti agar pada siklus II ini didapat hasil yang diinginkan. b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran Kooperatif model Numbered Heads Together (NHT) Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran guru menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama proses pembelajaran, seperti: kartu nomor yang akan digunakan untuk penomoran anggota 22
  • 23. kelompok (ditempel di topi) dan kartu nomor untuk nomor absen siswa, media pembelajaran. 1) Tahap penomoran (Numbering) Masing-masing kelompok diberi nomor 1-5. Untuk menandai penomoran siswa, guru membagikan topi bernomor. Pada siklus II ini guru yang menentukan nomor siswa, sehingga tidak terjadi kegaduhan di kelas seperti pada siklus I. 2) Tahap pengajuan pertanyaan (Questioning) Pada tahap pengajuan pertanyaan tidak dilakukan secara lisan, tetapi disusun dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). Kegiatan awal pada tahap ini seluruh siswa mengerjakan dua LKS, yaitu LKS I dan LKS II bersama anggota kelompok masing-masing dengan penuh konsentrasi. Meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang memainkan alat tulis dan berbicara dengan teman diluar materi yang dipelajari. 3) Tahap berfikir bersama (Heads Together) Selanjutnya guru menginstruksikan kepada siswa yang telah duduk sesuai dengan kelompok masing-masing untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, serta menyatukan pendapat mengenai jawaban yang diperoleh dari semua anggota kelompok dengan berdiskusi dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang ada pada LKS, sehingga setiap siswa dalam kelompok siap untuk menjawab pertanyaan saat dipanggil oleh guru serta dapat memberikan tanggapan dari jawaban yang diutarakan oleh teman. 4) Tahap menjawab pertanyaan (Answering) Tahap menjawab (answering) dimulai dengan membahas LKS I. Kemudian guru memanggil nomor 5 dan semua siswa yang mendapatkan nomor 5 dari masing-masing kelompok berdiri, 23
  • 24. kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok pear untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 1. Siswa nomor 5 dari kelompok pear tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat dijawab dengan benar soal nomor 1-4, sedangkan jawaban soal nomor 5 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 5 dari kelompok Pisang untuk mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 5 dari kelompok pisang tersebut dapat menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 1 dengan benar, maka guru memberikan reward berupa bintang prestasi. Pertanyaan pada kartu tanya nomor 2, dijawab oleh siswa yang bernomor 4. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 4 untuk berdiri, guru menunjuk siswa nomor 4 dari kelompok Apel untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 2. Siswa nomor 4 dari kelompok apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 1 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dijawab yang dapat dijawab dengan benar soal nomor 6, 7, 8 dan 10, sedangkan jawaban soal nomor 9 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 4 dari kelompok anggur untuk menanggapi jawaban dari kelompok apel. Siswa nomor 5 dari kelompok anggur dengan percaya diri namun suaranya lemah menjawab ” menurut kelompok kami, jawaban dari kelompok apel untuk pertanyaan n0mor 9 salah. Selanjutnya guru memanggil siswa nomor 1 untuk menjawab pertanyaan dalam kartu tanya nomor 3. Guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok jambu untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 3. Siswa nomor 1 dari kelompok tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 3 dengan benar. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok apel untuk mengemukakan jawaban kelompoknya. Siswa nomor 1 dari kelompok apel tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 3 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan benar soal nomor 11, 13, 14 dan 15, sedangkan jawaban soal nomor 24
  • 25. 12 salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 1 dari kelompok anggur untuk memberikan tanggapan atas jawaban kelompok apel dan kelompok jambu. Siswa nomor 1 dari kelompok anggur menjawab, ”Kelompok kami sangat setuju dengan jawaban dari kelompok jambu, untuk jawaban dari kelompok apel, jawaban pertanyaan nomor 12 kurang tepat. Pertanyaan pada kartu tanya nomor 4, dijawab oleh siswa yang bernomor 3. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 3 untuk berdiri, guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok jeruk untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 4. Siswa nomor 3 dari kelompok jeruk tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 4 dengan penuh percaya diri, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan benar soal nomor 16, 17, 18 dan 20, sedangkan jawaban soal nomor 19 salah. Kemudian guru menunjuk siswa nomor 3 dari kelompok nanas untuk menanggapi jawaban dari kelompok jeruk. Siswa nomor 3 dari kelompok nanas dengan percaya diri menjawab, ”Kelompok kami mempunyai jawaban yang berbeda untuk pertanyaan nomor 19. Selanjutnya pertanyaan untuk kartu tanya yang terakhir, yaitu kartu tanya nomor 5, dijawab oleh siswa yang bernomor 2. Kemudian guru memanggil siswa yang bernomor 2 untuk berdiri, guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok mangga untuk menjawab pertanyaan pada kartu tanya nomor 5. Siswa nomor 2 dari kelompok mangga tersebut menjawab 5 soal jawaban singkat dalam kartu tanya nomor 5 dengan ragu-ragu, dari 5 soal yang dapat dijawab dengan benar hanya soal nomor 23, sedangkan jawaban soal nomor 21, 22, 24, dan 25 salah. Lalu guru menunjuk siswa nomor 2 dari kelompok jambu untuk menyampaikan jawaban kelompok. Siswa nomor 2 dari kelompok jambu menjawab 5 pertanyaan dalam kartu tanya dengan suara lantang penuh percaya diri dan jawaban yang disampaikan benar semua. c. Tahap observasi tindakan siklus II 25
  • 26. Pengamatan/observasi pada siklus II dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek yang diamati sesuai dengan petunjuk lembar observai motivasi belajar siswa, dan lembar observasi tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, selain itu hal-hal yang belum terekam pada lembar observasi akan dicatat pada lembar catatan lapangan. Hasil observasi yang dilakukan observer terhadap motivasi belajar siswa, tindakan guru dalam mengajar dan hal-hal lainnya yang terjadi dalam proses pembelajaran diuraikan sebagai berikut. 1) Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa Data motivasi belajar siswa diperoleh dari lembar observasi belajar siswa yang dilakukan oleh observer. Secara ringkas data motivasi belajar siswa siklus I disajikan dalam tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Persentase Motivasi Belajar Siswa Siklus II Indikator Motivasi Skor Motivasi (%) Kategori Taraf Keberhasilan Nilai dengan Huruf Minat 68,28% C C Perhatian 95,40% SB A Konsentrasi 96,55% SB A Ketekunan 85,52% B B Rata-rata 86,44% B B Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar siswa hasil observasi pada siklus II sebesar 86,44% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik. Sedangkan motivasi belajar siswa per indikator motivasi yaitu: (1) indikator minat sebesar 68,28% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori cukup, (2) indikator perhatian sebesar 95,40% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori sangat baik, (3) indikator konsentrasi sebesar 96,55% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori sangat baik, dan (4) indikator ketekunan sebesar 85,52% dengan taraf keberhasilan termasuk dalam kategori baik. 2) Hasil belajar siswa siklus II 26
  • 27. Tes hasil belajar siklus II ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan dan pemahaman siswa terhadap pembelajaran ini. Tes hasil belajar siswa pada siklus II diikuti oleh seluruh siswa kelas IV 29 siswa). Tabel 4.5 Presentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II Ketuntasan Belajar Σ siswa Σ seluruh siswa Persentase Tuntas Belajar 27 29 93,10% Tidak Tuntas Belajar 2 29 6,89% Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa. Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 93,10% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah lebih tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal sebesar 85%. Dua siswa yang tidak tuntas belajar dikarenakan siswa tersebut memang memerlukan perhatian khusus. d. Tahap refleksi siklus II Hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus II merupakan tindak lanjut dan perbaikan dari siklus I, secara umum telah meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan siklus II, peneliti menemukan beberapa hal yang perlu dicatat. Hal-hal tersebut antara lain. 1) Sebagian besar siswa mengikuti pelajaran dengan bersemangat. Hal tersebut terlihat dari antusias siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru pada awal pembelajaran dan selama mengerjakan tugas (mengerjakan LKS). 2) Pada tahap penomoran (numbering), siswa tidak saling berebut menginginkan nomor tertentu, sebab penomoran ditentukan oleh guru 27
  • 28. 3) Pada tahap pengajuan pertanyaan (Questioning), guru diharapkan lebih giat memantau jalannya diskusi kelmpok agar siswa tidak berbicara diluar materi pembelajaran dan bercanda dengan temannya. 4) Pada tahap berpikir bersama (Heads Together), hampir seluruh siswa sudah aktif dalam berdiskusi di dalam kelompoknya. Siswa juga aktif memberi masukan pada kelompok atas pertanyaan yang ada dalam LKS. 5) Pada tahap menjawab (answering), sebagian besar siswa sudah mau memusatkan perhatian pada teman yang sedang menjawab pertanyaan dalam LKS. 6) Saat akan mengadakan tes di akhir pembelajaran siklus II, siswa terlihat sudah siap dan hampir tidak ada yang mengeluh dan mengatakan belum siap B. Pembahasan 1. Motivasi Belajar Berdasarkan analisis data minat siswa yang mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 36,55% dengan kategori kurang. Pada siklus II menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 68,28% dengan kategori cukup. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa minat siswa mengalami peningkatan sebesar 31,73% setelah mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT. Pada siklus I aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 36,55% yang termasuk dalam kategori kurang, hal tersebut disebabkan siswa belum terbiasa melakukan model pembelajaran kooperatif, sehingga siswa belum dapat memahami tujuan model pembelajaran kooperatif dengan baik. Usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi hal tersebut adalah selalu memberikan pengertian dan pengarahan tentang tujuan serta cara melakukan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Maka pada siklus II aspek minat menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 68,28% yang 28
  • 29. termasuk dalam kategori cukup. Dimyati dan Mudjiono (2006: 81) mengatakan ada komponen utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dia miliki dan yang dia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Dan tujuan itu sendiri adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Rumusan tujuan yang jelas dan dapat diterima siswa dengan baik sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai sangat berguna dan menguntungkan maka siswa akan terus termotivasi untuk terus belajar. Berdasarkan analisis data perhatian siswa yang mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 73,56% dengan kategori cukup. Pada siklus II menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 95,40% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 21,84% setelah mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT. Berdasarkan analisis data konsentrasi siswa yang mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 64,37% dengan kategori kurang. Pada siklus II menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 96,55% dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 32,18% setelah mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT. Persentase peningkatan konsentrasi siswa yang sangat besar pada siklus II disebabkan sudah sebagian besar siswa yang mau mendengarkan dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah penting dari penjelasan guru. Selain itu guru juga menjelaskan jika ada jawaban teman yang sudah benar maka guru tidak akan mengulang untuk menjelaskan kembali. Dalam 29
  • 30. menyampaikan materi guru harus dapat memusatkan perhatian siswa pada materi yang hendak disampaikan. Berdasarkan analisis data ketekunan siswa yang mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT pada siklus I menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 60,69% dengan kategori cukup. Pada siklus II menunjukkan taraf keberhasilan sebesar 85,52% dengan kategori baik. Berdasarkan rumus persentase peningkatan motivasi menunjukkan bahwa perhatian siswa mengalami peningkatan sebesar 24,83% setelah mengalami pembelajaran model kooperatif tipe NHT. Pada siklus II siswa sudah mulai memahami manfaat dan tujuan dalam pembelajaran modek kooperatif tipe NHT, yang terlihat dari sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing serta mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami bahwa dengan bekerjasama (diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya akan memperoleh informasi atau pengetahuan yang lebih banyak. Berdasarkan uraian pembahasan mengenai motivasi belajar siswa di atas, dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini motivasi belajar siswa yang meliputi empat aspek yaitu minat, perhatian, konsentrasi dan ketekunan mengalami peningkatan. Aspek minat, konsentrasi dan ketekunan mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu, minat sebesar 31,73%, perhatian sebesar 21,84%, konsentrasi sebesar 32,18%, sedangkan ketekunan sebesar 24,83%,. Pada siklus II sebagian besar siswa sudah mau mendengarkan dan memperhatikan jawaban teman. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah merasa bahwa jawaban teman tidak kalah penting dari penjelasan guru. Selain itu pada siklus II siswa sudah mulai memahami manfaat dan tujuan dalam pembelajaran model kooperatif tipe NHT, yang terlihat dari sebagian besar siswa sudah aktif dalam kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing serta mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya. Siswa sudah memahami bahwa dengan bekerjasama (diskusi) dalam kelompok dan mengerjakan LKS dengan sebaik-baiknya akan memperoleh informasi atau pengetahuan yang lebih banyak. 30
  • 31. Motivasi sangat penting dalam pembelajaran sehingga seharusnya guru dapat mempertahankan bahkan meningkatkan dan mengembangkan motivasi siswa dalam belajar. Sutikno dalam Triyana (2005: 18). Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa ialah pemberian hadiah, pujian dan hukuman. Hadiah/pujian bagi siswa yang berprestasi akan semakin memacu semangat siswa untuk belajar lebih giat lagi. Disamping itu siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar siswa yang berprestasi. Peningkatan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada penelitian ini didukung oleh hasil dari penelitian terdahulu. Penelitian Aria Styaningsih, dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Hasil Belajar Berdasarkan observasi awal sebelum diberikan tindakan dapat diketahui bahwa, hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada mata pelajaran IPS (diperoleh melalui pre test), rata-rata nilai secara klasikal sebesar 41,24. Nilai 41,24 jauh dari standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai tersebut tidak memenuhi SKM belajar IPS dan siswa belum mencapai presentase ketuntasan belajar secara klasikal yaitu sebesar 85% dari jumah siswa yang mencapai daya serap minimal 70% (standar ketuntasan minimal). Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek kognitif pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 19 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 10 siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 68,45. Nilai 68,45 belum memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Dilihat dari rata-rata nilai klasikal dapat diketahui hasil belajar siswa setelah dilaksanakan 31
  • 32. tindakan siklus I meningkat sebesar 20,52. Namun Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 65,52% sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus I ini siswa kelas VI belum tuntas belajar, karena presentase ketuntasan belajar secara klasikal minimal harus mencapai 85%. Hal-hal yang menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I antara lain. (1) Siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, seperti yang dikemukakan oleh Lie dalam Triyana 2006, bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan hanya belajar dalam kelompok. Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan secara asal-asalan, dalam pembelajaran kooperatif pengelompokannnya secara heterogen. (2) Kurangnya komunikasi/interaksi tatap muka antar siswa dalam satu kelompok, siswa belum memahami bahwa Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok bertatap muka untuk melakukan dialog. Interaksi yang semacam ini memungkinkan siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar bervariasi (Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, 2004: 61). (3) Siswa kurang termotivasi minat dan perhatiannya dalam kegiatan belajar mengajar IPS, berdasarkan hasil observasi motivasi hasil belajar siswa ada sebagian besar siswa yang masih asyik bergurau dan memainkan alat tulis. Anderson dan faust dalam Styaningsih (2005: 31) menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan apalagi menyerah. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar akan menampakkan keengganan, pasif, mudah bosan, dan berusaha menghindar dari aktivitas belajar. Berdasarkan analisis data terhadap hasil belajar siswa untuk aspek kognitif pada siklus II dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 27 siswa, sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 2 siswa. Rata-rata nilai secara klasikal sebesar 88,97. Nilai 88,97 sudah memenuhi standar nilai ketuntasan minimal belajar SDN Candirenggo 03 32
  • 33. Kecamatan Singosari Kabupaten Malang sebesar 70. Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 93,10%. Rata-rata nilai klasikal siklus I sebesar 68,45 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 65,52%, rata- rata nilai klasikal siklus II sebesar 88,97 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 93,10%. Dilihat dari rata-rata nilai klasikal dapat diketahui hasil belajar siswa pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan perbaikan pada siklus II meningkat sebesar 20,52, dibarengi dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa sebesar 27,59%. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pada siklus II ini siswa kelas VI sudah tuntas belajar, karena presentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 93,10% yang mana sudah lebih tinggi dari presentase ketuntasan belajar minimal secara klasikal sebesar 85%. 33
  • 34. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, yang ditandai dengan meningkatnya keempat aspek motivasi yaitu minat (31,73%), perhatian (21,84%), konsentrasi (32,18%) dan ketekunan (24,83%). 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VI SDN Candirenggo 03 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Rerata klasikal awal sebelum pelaksanaan tindakan adalah 41,24 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 14,63%, meningkat pada siklus I skor rerata klasikal sebesar 68,45 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 65,52%, meningkat pada siklus II skor rerata 88,97 dengan persentase ketuntasan belajar 93,10%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mengajukan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan antara lain. 1. Guru dapat mencoba model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi lain untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran selain LKS, dan mengkombinasikan media LKS dengan media pembelajaran lain. 34 34
  • 35. DAFTAR RUJUKAN Asy’ari, Maslichah. 2006. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. BAAKPSI. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Depdiknas. 2006. Standar Isi Ilmu Pengetahuan Sosial SD/MI. Jakarta: Depdiknas Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Yakarta: Rineka Cipta. Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah. FPIPS. IKIP Bandung. Kosasih, A. Djahiri. 1994. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran. Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP Bandung. Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit Universitas Negeri Malang. Rochmadi, Nur wahyu. 2006. Naskah IPS SD Pendidikan dan Latihan profesi Guru SD di PSG Rayon 15 UM. Malang: Panitia Sertifikasi Guru UM. Sulistyorini, Sri. 2006. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalan KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. Solihatin, Etin. dan Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Styaningsih, Aria. 2006. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri XII Malang Kelas XI A2 Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Dalam Pokok Bahasan Sistem Indera Pada Manusia. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Pendidikan Biologi. Trianto. 2005. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Triyana, Antin. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas VII SMP Miftahul Huda Kec. Ngadirojo Pacitan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Pendidikan Biologi. 35 35