Dokumen tersebut membahas perkembangan dan pengertian ekonomi wilayah, ruang dan wilayah serta teori lokasi. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan definisi ekonomi wilayah, perkembangan ilmu wilayah, konsep ruang dan wilayah menurut beberapa ahli serta jenis-jenis wilayah.
1. PERKEMBANGAN DAN
PENGERTIAN EKONOMI WILAYAH,
RUANG DAN WILAYAH
DAN TEORI LOKASI
SUGENG BUDIHARSONO
Materi dipresentasikan pada kuliah Ekonomi Regional, Program
Magister Ilmu Administrasi, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi,
Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN), 2013
2. BIODATA
Nama : Dr. Ir. Sugeng Budiharsono
Pendidikan : 1) Sarjana (Ir) Pertanian, IPB. 1983
2) Doktor Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, IPB, 1995
3) Local Economic Development, ITC ILO, Italy, 2009
4) Local Governance, Wageningen UR, The Netherlands, 2010
5) Market Access for Sustainable Development, Wageningen UR, The
Netherlands, 2013
Pekerjaan : 1) Chief Technical Advisor for Local Economic Development,
BAPPENAS
2) Dosen pascasarjana di Magister Ilmu Kelautan, Universitas Indonesia
3) Dosen pascasarjana di Institut Pertanian Bogor
3. DEFINISI EKONOMI WILAYAH
• Secara sederhana Ilmu Ekonomi Wilayah merupakan
cabang ilmu ekonomi yang analisisnya menekankan aspek
ruang ke dalam analisis ekonomi. Ilmu Ekonomi Wilayah
merupakan gabungan antara ilmu ekonomi tradisional
dengan teori lokasi.
• Secara lebih luas, ilmu ekonomi wilayah sebagai disiplin
ilmu terpisah, yang menggabungkan antara geografi, ilmu
ekonomi, ilmu lingkungan, sosial dan lain sebagainya yang
disebut sebagai Ilmu Wilayah dengan pendirinya adalah
Walter Isard.
• Suatu ilmu yang membahas semua persoalan yang dihadapi
oleh suatu wilayah tertentu dari sudut pandang Ilmu
Ekonomi.
• Suatu cabang Ilmu Ekonomi yang menakankan analisisnya
pada aspek wilayah.
4. PERKEMBANGAN ILMU WILAYAH
• Ilmu Wilayah lahir ketika beberapa ekonom mulai menjadi
tidak puas terhadap ilmu ekonomi Neoklasik yang
mengabaikan dimensi ruang dalam analisisnya.
• Pada kurun waktu 1950-1960 (bahkan tahun 1970-an)
merupakan masa keemasan ilmu wilayah. Banyak negara-
negara industri, kecuali Amerika Serikat, membentuk
Departemen yang mandatnya adalah pembangunan wilayah.
Pada kurun waktu ini beberapa pakar ilmu wilayah
bermunculan seperti Perroux dengan teori Kurub
Pertumbuhannya. Pakar lainnya adalah Walter Isard, yang
merupakan Bapak Ilmu Wilayah, Hirschman, Boudeville dan
Friedmann.
• Pada tahun 1980-an, berfikir regional digantikan dengan
berfikir global. Pada kurun waktu ini terjadi penutupan
Jurusan Ilmu Wilayah di Univ. Pennsylvaniya dan Ilmu
Ekonomi Spasial di Univ. Rotterdam.
5. Pembangunan wilayah
pasca Perang Dunia ke II
Globalisasi Keberlanjutan Sosial
dan Lingkungan
1950 1980 2010
• Berfikir wilayah
• Masalah lokasi
• Program Perang Dingin
• Berfikir global
• Ruang fleksibel
• Neoliberalisme
• Berfikir keberlanjutan
• Kerjasama antar benua
• Kekuatan keuangan
Pendanaan
pemerintah
Pendanaan
pemerintah
berkurang
Pendanaan dari
pemerintah dan dunia
usaha yang lebih
banyak
(+)
(-)
PERKEMBANGAN ILMU PEMBANGUNAN WILAYAH
6. RUANG DAN WILAYAH
• Ruang merupakan salah satu komponen penting dalam
kehidupan manusia.
• Ruang sangat terkait erat dengan waktu. Karena sangat
pentingnya ruang dan waktu bagi kehidupan manusia,
maka filsafat ruang dan waktu telah menjadi perdebatan
sejak ribuan tahun yang lalu. Keterkaitan yang sangat erat
antara ruang dan waktu, dalam ilmu Fisika, keduanya
kemudian digabung menjadi ruangwaktu atau ruang-waktu
dalam suatu kontinum.
• Ruang-waktu biasanya ditafsirkan dengan ruang yang tiga-
dimensi dan waktu memainkan peran sebagai dimensi
keempat. Pada ilmu pengembangan ekonomi lokal, seperti
ilmu ekonomi berbasis wilayah lainnya, ruang mempunyai
posisi yang sangat sentral, dan ruang inilah yang
merupakan pembeda utama dengan ekonomi konvensional.
7. RUANG
• Teori ekonomi telah berhasil menjelaskan pertanyaan "apa",
"berapa", "bagaimana", "untuk siapa", dan "bilamana" dalam
konteks produksi. Namun belum menjelaskan "dimana"
aktivitas produksi tersebut dilaksanakan, dengan perkataan
lain bahwa analisis ilmu ekonomi berada pada alam tanpa
ruang (spaceless world). Padahal sudah jelas bahwa analisis
ekonomi apapun yang diletakan pada alam tanpa ruang, amat
jauh dari kenyataan hidup.
• Sumbangan terbesar tentang filsafat ruang dan waktu berasal
dari filsuf Islam, seperti: Al-Kindi (801–873 M), Al Ghazali
1058–19 December 1111 M), dan Ibnu Haitham atau Alhazen
(965 – 1040 H). Karya-karya mereka merupakan inspirasi bagi
filsuf-filsuf Barat seperti Immanuel Kant.
• Isaac Newton, ruang adalah absolut dalam arti bahwa ia ada
secara permanen dan independen.
8. Perkembangan Filsafat Ruang Abad 19-20
• Pada abad ke 19 dan 20, matematikawan mulai mengkaji
Geometri Non-Euclidean, dimana ruang dapat dikatakan
melengkung, bukan datar. Menurut teori Eistein tentang
Relativitas Umum, bahwa ruang di sekitar medan gravitasi
menyimpang dari ruang Euclidean.
• Michael Foucault yang menyatakan bahwa abad 19 adalah abad
waktu, ruang tak bergerak, ajeg dan mati. Zaman ruang akan
terjadi pada abad 20, dimana ruang akan aktif, bergerak, dan
subur. Kalau mengikuti pola piker Foucault tersebut, maka abad
ke-21 ini, merupakan abad ruang-waktu, menjalin ruang dan
waktu.
• Perkembangan pemikiran tentang ruang pada era abad banyak
dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx. Henri Lefebvre
merupakan filsuf dari Perancis yang memulai kerja tentang
ruang berdasarkan pemikiran Karl Marx. Karya-karya Lefebvre
kemudian menjadi inspirasi bagi penerusnya seperti Edward W.
Soja, David Harvey dan Rob Shield.
9. Konsep Ruang Menurut Lefebvre
• Menurut Lefebvre, ruang diproduksi dalam masyarakat melalui proses
triadic terdiri dari "Ruang Praktik", "Representasi Ruang," dan
"Representasional Ruang atau Ruang Representasi.
• Ruang Praktik (perçu Espace atau ruang yang dapat dirasakan) yaitu
ruang yang dihasilkan oleh produksi dan reproduksi kapitalis, yang
merupakan hasil dari kegiatan dan perilaku dan pengalaman manusia
atau merupakan bentuk ruang secara fisik, ruang nyata, ruang yang
dihasilkan dan digunakan.
• Representasi ruang (conçu Espace, ruang dipahami) adalah representasi
hegemonik ideologis terkait dengan ruang atau dapat juga dikatakan
sebagai ruang savoir (pengetahuan) dan logika atau ruang sebagai
konstruksi mental atau ruang dalam alam pikiran (dibayangkan) yang
merupakan representasi kekuasaan, ideologi, kontrol, dan
pengawasan.
• Representasional ruang atau ruang representasi (vécu Espace, ruang
hidup) terkait dengan gerakan perlawanan melakukan hal itu atau
melihat ruang sebagai sesuatu yang diproduksi dan dimodifikasi
sepanjang waktu dan melalui penggunaannya, ruang diinvestasikan
dengan simbolisme dan makna, ruang dari connaissance (kurang lebih
formal atau bentuk-bentuk pengetahuan lokal), ruang sebagai sesuatu
nyata-dan-dibayangkan.
10. Arti Ruang Menurut Lefebvre
No Ruang Arti
1. l'Espace
perçu
ruang
praktik
dirasakan fisik materialisme
2. l'Espace
conçu
representasi
ruang
dipahami mental idealisme
3. vécu
l'Espace
ruang
representasi
hidup sosial materialisme
dan
idealisme
12. Konsep Ruang Edward Soja
• mengembangkan tiga konsep yang penting untuk dapat
memahami idenya tentang Ruang Ketiga (Thirdspace). Konsep
yang pertama adalah Thirding-as-Othering, yang kedua dan
ketiga adalah dua trialektika, yaitu Ontologis dan
Epistomologis.
• Ontologis – yaitu trialectics of being: kesejarahan (historicality),
kesosialan (sociality) dan keruangan (spatiality).
• Epistomologis – trialectics of spatiality: ruang dirasakan
(perceived space), ruang dipahami (conceived space), dan ruang
hidup (lived space).
• Konsep Ruang Ketiga dari Soja ini melampaui Konsep
Marxismenya Lefebvre dalam upaya untuk merangkul
kelompok atau individu yang terpinggirkan dan kehilangan
haknya, yang terus-menerus termarjinalkan karena keruangan
mereka diabaikan.
14. Hubungan antara Konsep Ruang
Lefebvre dan Soja
Ruang
ke
Istilah
Levebre
Istilah
Soja
Arti
1 o Ruang dirasakan
o Ruang praktik
Firstspace Ruang fisik,
material
2 o Ruang dipahami
o Representasi ruang
Secondspace konsep/ gagasan
tentang ruang
3 o Ruang hidup
o Ruang representasi
Thirdspace ruang seperti yang
dialami (fisik,
emosional,
intelektual,
ideologis, dll)
15. WILAYAH
• Secara tradisional terdapat dua pengertian wilayah, yaitu
wilayah sebagai suatu konsep yang muncul dari benak
geograf dan wilayah sebagai instrumen untuk
mengklasikfikasikan fenomena nyata dari alam, budaya
dan masyarakat.
• Secara ontologis ini berarti bahwa wilayah dikategorikan
muncul dari salah satu sisi nyata dari disiplin ilmu geografi
dan di sisi lain sebagai agregat dari kegiatan perilaku
individu.
• Pandangan yang pertama memisahkan ruang dari proses
sosial, sedangkan pandangan yang terakhir mengurangi
proses sosial dan budaya terhadap kesadaran individual.
16. PENGERTIAN WILAYAH
• Definisi wilayah secara klasik atau tradisional adalah area
yang berbeda antara yang satu dengan yang lain yang
disebabkan karena beberapa hal antara lain alam, ekonomi,
budaya, politik dan lain sebagainya atau area yang dibatasi
oleh criteria tertentu.
• Pendefinisian wilayah menggunakan empat kriteria (alam,
ekonomi, budaya dan politik) memang sangat sederhana
dan menyederhanakan untuk memahami kerumitan
konsep wilayah.
• Namun satu masalah muncul karena biasanya keempat
definisi wilayah tersebut tidak tumpang tindih secara
sempurna. Sebagai contoh, wilayah pembangunan
ekonomi, tidak mengikuti batas-batas politik, kelembagaan
maupun sosial budaya.
17. Wilayah secara fisik-alamiah
• Wilayah secara fisik-alamiah yang merupakan hasil proses
geologi dan geomorfologi dalam jangka panjang. Proses
ini, misalnya, menghasilkan daerah datar dan berbukit,
yang merupakan wilayah yang dibatasi secara alamiah.
Pembatas alamiah lainnya seperti sungai, laut dan gunung
masih digunakan untuk mendefinisikan wilayah.
• Pada beberapa kasus, misalnya batas-batas alam yang
digunakan seringkali membuat suatu wilayah menjadi
homogen, sehingga disebut juga wilayah homogen.
• Selain itu batas-batas alam juga seringkali membuat suatu
wilayah dalam kondisi yang dapat direncanakan sebagai
suatu kesatuan, misalnya daerah aliran sungai. Wilayah
dengan karakteristik yang mempunyai kesamaan yang
dapat direncanakan secara terpadu disebut dengan wilayah
perencanaan atau wilayah pemrograman.
18. WILAYAH HOMOGEN DAN PERENCANAAN
• Wilayah homogen adalah wilayah yang dipandang dari satu
aspek/kriteria mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri yang relatif sama.
Sifat-sifat dan ciri-ciri kehomogenan itu misalnya dalam hal ekonomi
(seperti daerah dengan struktur produksi dan konsumsi yang
homogen, daerah dengan tingkat pendapatan rendah/miskin, dll),
geografi (seperti wilayah yang mempunyai topografi atau iklim yang
sama), agama, suku dan sebagainya.
• Wilayah perencanaan (planning region atau programming region) sebagai
wilayah yang memperlihatkan koherensi atau kesatuan keputusan-
keputusan ekonomi.
• Wilayah perencanaan harus mempunyai ciri-ciri: (a) cukup besar
untuk mengambil keputusan-keputusan investasi yang berskala
ekonomi; (b) mampu merubah industrinya sendiri dengan tenaga
kerja yang ada; (c) mempunyai struktur ekonomi yang homogen; (d)
mempunyai sekurang-kurangnya satu titik pertumbuhan (growth point);
(e) menggunakan suatu cara pendekatan perencanaan pembangunan;
(f) masyarakat dalam wilayah itu mempunyai kesadaran bersama
terhadap persoalan-persoalannya.
19. Wilayah ekonomi-fungsional
• Wilayah ekonomi-fungsional, merupakan wilayah yang
menunjukkan koherensi secara fungsional, yang bagian-
bagiannya tergantung satu sama lain dalam suatu batas
dengan menggunakan kriteria tertentu.
• Dickinson (1972) menggambarkan fenomena ini sebagai
"hubungan ekonomi", sementara Friedmann (1966)
menyebutnya daerah saling ketergantungan. Fisher (1967)
menyebutnya sebagai wilayah fungsional
• Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara
fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan
daerah belakangnya (hinterland). Tingkat ketergantungan ini
dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan
jasa, ataupun komunikasi dan transportasi.
20. Wilayah administratif-politis
• Wilayah administratif-politis, adalah wilayah yang batas-batasnya
ditentukan berdasarkan kepentingan adminsitrasi pemerintahan atau
politik, seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan,
dan RT/RW.
• Dalam praktik, apabila membahas mengenai pembangunan wilayah,
maka pengertian wilayah administrasi merupakan pengertian yang
paling banyak digunakan. Lebih populernya penggunaan pengertian
tersebut disebabkan dua faktor, yakni: (a) dalam melaksanakan
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah diperlukan
tindakan-tindakan dari berbagai badan pemerintah, sehingga lebih
praktis apabila pembangunan wilayah didasarkan pada satuan
wilayah administrasi yang telah ada; dan (b) wilayah yang batasnya
ditentukan berdasarkan atas satuan adminsitrasi pemerintahan lebih
mudah dianalisis, karena sejak lama pengumpulan data di berbagai
bagian wilayah berdasarkan pada satuan wilayah adminsitrasi
tersebut.
21. Wilayah sosial-budaya
• Wilayah sosial-budaya sulit untuk
mendefinisikannya dalam masyarakat modern
saat ini. Secara tradisional, wilayah
didefinisikan menurut lokasi masyarakat yang
mempunyai identitas bahasa-budaya dan
praktik sosial budaya yanag sama dan khas
yang berkaitan dengan wilayah spesifik. Hal
ini berarti berbicara tentang masyarakat
madani secara lokal, wilayah dengan etnik
tertentu atau wilayah dengan budaya yang
homogen dimana masyarakat saling berbagi
visi bersama pada wilayah tersebut.
22. PERKEMBANGAN PENDEFINISIAN WILAYAH
• Secara tradisional, definisi wilayah tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa
wilayah hanya dilihat sebagai entitas nyata yang tidak bergantung dengan
interaksi manusia. Namun pada dekade delapan puluhan telah berkembang
definisi wilayah yang memperhatikan aspek sosial, budaya dan sejarah.
• Gilbert dalam Paasi (2000) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan dalam
memahami atau mendefinisikan wilayah, yaitu: Pertama, wilayah sebagai
sebuah materialis, dihubungkan dengan organisasi spasial dari proses sosial
yang terkait dengan modus produksi tertentu dan yang berkonsentrasi pada
basis ekonomi-politik wilayah dan menekankan kepada peran sirkulasi modal
dalam proses ini. Pemahaman ini terutama dipengaruhi oleh sudut pandang
Marxis.
• Kedua, wilayah sebagai tempat untuk interaksi sosial yang memainkan
peranan penting dalam produksi dan reproduksi dari hubungan sosial.
Pemahaman ini biasanya terinspirasi oleh 'teori strukturasi' dari Anthony
Giddens pada tahun 1980-an. Pendekatan ketiga untuk wilayah menekankan
budaya sebagai titik keberangkatan utama berkonsentrasi pada masalah
seperti identifikasi wilayah dan identitas wilayah. Oleh karena itu wilayah
dipahami terutama sebagai seperangkat hubungan budaya antara kelompok
tertentu dan tempat tertentu.
23. DEFINISI WILAYAH MENURUT PAASI
1. Konsep Pra-keilmuan tentang Wilayah, wilayah dipahami terutama
sebagai sesuatu yang practical, tidak mencerminkan pilihan peneliti,
apakah itu sebuah desa, komunitas, propinsi atau apapun.
2. Interpretasi yang berpusat kepada Disiplin Keilmuan
• Wilayah sebagai obyek telah menjadi ciri khas dalam Lansekap atau
geografi Landscaft. wilayah telah dianggap sebagai organisme 'hidup'. It
can be argued that so-called territorial,
• Wilayah sebagai gambar lansekap (Landschaftsbild) yang telah menjadi ciri
khas dalam studi lansekap.
• Wilayah sebagai instrumen klasifikasi formal, yang berarti bahwa wilayah
digunakan sebagai alat untuk mengklasifikasikan fenomena alam dan
budaya. Prosedur ini biasanya menghasilkan pembagian wilayah yang
didasarkan pada satu atau lebih 'sifat' alam atau budaya.
• Wilayah sebagai instrumen klasifikasi fungsional berarti bahwa peneliti
menggunakan 'wilayah' dalam deskripsi struktur spasial fungsional
masyarakat, terutama ketika membentuk struktur wilayah yang
menjelaskan hubungan pusat-wilayah.
• Wilayah sebagai titik komunitas untuk unit spasial vernacular.
• Wilayah sebagai titik unit persepsi untuk unit spasial.
24. DEFINISI WILAYAH MENURUT PAASI
3. Konsep Kritis wilayah
• Wilayah sebagai titik bagian utama dari dunia kehidupan ke
interpretasi humanistik yang dimulai dari pengalaman manusia
dan memberi tekanan pada 'orang dalam sudut pandangnya.
• Wilayah sebagai manifestasi akumulasi modal adalah sebuah
interpretasi Marxis.
• Wilayah sebagai titik pengaturan untuk jalur praktek sosial ke
wilayah-wilayah sebagai media interaksi sosial (Thrift 1983).
• Sebuah ide yang sangat penting pada pertengahan 1980-adalah
untuk memahami wilayah sebagai proses historis yang tidak
terduga yang berarti bahwa wilayah dilihat sebagai kategori
dinamis.
• Taylor (1991) membahas historis wilayah, yang berarti bahwa
wilayah dianggap sebagai unit spasial yang telah diproduksi
secara sosial dan budaya untuk menjadi bagian dari sistem.
25. Proses Pelembagaan Wilayah
(1) Pembentukan teritorial; merujuk kepada lokalisasi dari praktik sosial
dan mengarah kepada pencapaian dari batas-batas wilayah dan
identifikasi dari sebuah unit yang berbeda dalam struktur keruangan.
(2) Pembentukan simbolik; Membentuk simbolik tidak hanya mencakup
nama, tetapi juga banyak unsur lainnya, seperti lambang, bendera, ritual
seperti parade, dan sebagainya. Demikian pula lagu, puisi, novel dan film
membawa simbolisme keruangan sebagai bagian dari kehidupan sehari-
hari, mentransformasikan simbolisme ini sebagai bagian penting dari
nasionalisme.
(3) Bentuk kelembagaan wilayah; dan Batas dan simbol penting dalam
membuat wilayah tapi juga yang dibutuhkan adalah kelembagaan (politik,
ekonomi, budaya) dan bahkan organisasi formal (seperti badan-badan
administratif) yang mampu mempertahankan dan mereproduksi
teritorialitas dan simbolisme yang melekat.
(4) pembentukan wilayah sebagai sebuah entitas dalam sistem wilayah
dan kesadaran sosial masyarakat bersangkutan. merupakan bagian dari
system wilayah dan kesadaran wilayah. Hal ini merujuk kepada
kelanjutan dari proses pelembagaan, setelah wilayah mencapai status
sebuah wilayah, dalam bentuk misalnya sebuah wilayah administrativ-
politis.
26. Teori Lokasi dan Relokasi Industri
Teori lokasi industri menurut perkembangannya
terdiri dari empat jenis pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan Neoklasik atau dapat juga disebut
dengan Klasik (Pellenbarg, 1985 dam Meester,
2004) atau Marjinalis (Barnes, 1988 dalam
Meester, 2004);
2) Pendekatan Perilaku atau Teori Managerial;
3) Pendekatan Kelembagaan,
4) Pendekatan Evolusi (Meester, 2004, Pellenbarg,
Wissen dan Dijk, 2002, Brouwer, 2005, dan
Marrioti, 2005).
27. PENDEKATAN NEOKLASIK
• Teori lokasi neoklasik berfokus pada penyajian model normatif
umum untuk menemukan lokasi yang optimal untuk satu atau lebih
industri berdasarkan pertimbangan ekonomi.
• Hal ini didasarkan pada konsep pengusaha sebagai homo economicus
yang mempunyai informasi yang lengkap, dapat memanfaatkan
informasi yang optimal, dan mampu memaksimalkan keuntungan
sendiri.
• Manusia dan bahkan karakteristik pribadi pengambil keputusan
ekonomi tidak punya tempat dalam pendekatan yang didasarkan
pada model penjelas dimana faktor pengurang biaya (biaya
transportasi, biaya tenaga kerja dan ukuran pasar) merupakan
kekuatan utama yang mendorong terjadinya relokasi.
• Von Thunen (1826), Launhardt (1882), Weber (1909, 1929) and
Palander (1935)Von Thunen (1826), Launhardt (1882), Weber (1909,
1929) dan Palander (1935) may be considered as the founding fathers
of this fielddapat dianggap sebagai pendiri bidang ini.
29. Pendekatan Biaya Terkecil
Asumsi:
1) Bahwa daerah yang menjadi obyek studi adalah
suatu daerah yang terisolasi, homogen dalam
iklim, dengan konsumen yang terkonsentrasi pada
pusat-pusat tertentu
2) Beberapa sumber daya alam seperti air, tanah
bersifat dapat diperoleh dimana saja (ubikuitas)
3) Barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan
mineral lainnya hanya dapat diperoleh pada
tempat-tempat tertentu (sporadik)
4) Tenaga kerja tidak bersifat ubikuitas.
30. TEORI LOKASI WEBER
• Weber mengemukakan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
lokasi industri, yaitu : (1) biaya transportasi; (2) biaya tenaga kerja;
dan (3) kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi.
• Weber menggambarkan teorinya dengan segitiga lokasi
• dimana titik lokasi optimum (T) adalah titik keseimbangan antara
gaya-gaya sumber bahan-bahan mentah (M1 dan M2) dengan pasar (C
atau Mk). Untuk menunjukkan bahwa lokasi tersebut optimum
terhadap sumber-sumber bahan mentah dengan pasar, Weber
mengemukakan suatu indeks yang disebut indeks bahan (material
index) yang dirumuskan sebagai berikut:
• Bila indeks bahan > 1 artinya bahwa perusahaan tersebut lebih
berorientasi ke bahan mentah (material oriented). Sedangkan bila
indeks bahan < 1 berarti perusahaan tersebut lebih berorientasi
kepada pasar (marked oriented).
36. Pendekatan Kelembagaan
• Pendekatan Kelembagaan berbeda dengan pendekatan Neoklasik
dan Perilaku, yaitu lebih menekankan kepada peran lembaga budaya
masyarakat yang didominiasi oleh sistem tata nilai.
• Dalam teori kelembagaan, faktor 'eksternal' atau faktor
'kelembagaan' (yaitu penyesuaian seperti ekspansi, merger, akuisisi
dan pengambilalihan, kepercayaan, resiprositas, kerjasama dan
konvensi) memainkan peran kunci pada semua tingkatan dalam
perekonomian, mulai dari struktur dan fungsi perusahaan, operasi
pasar, sampai dalam bentuk intervensi negara.
• Pendekatan Kelembagaan memfokuskan pada interaksi antar
perusahaan, bukan pada perilaku perusahaan secara individual.
Perilaku lokasi perusahaan adalah hasil dari investasi strategis
perusahaan dan merupakan hasil negosiasi dengan pemasok,
pemerintah, serikat pekerja dan lembaga lain tentang harga, upah,
pajak, subsidi, infrastruktur, dan faktor-faktor penting lainnya dalam
proses produksi perusahaan.
37. Pendekatan Evolusioner
• Pendekatan evolusioner untuk konsep lokasi dan
relokasi menerapkan konsep biologinya Darwin
seperti keberagaman, seleksi dan ketergantungan, di
ekonomi pembangunan keruangan.
• Kunci konsep evolusi ini dijabarkan dalam geografi
ekonomi sebagai inovasi, kompetisi dan bersifat
rutintinitas.
• Ketergantungan dan rutinitas mengacu pada
keengganan pengusaha untuk memasuki bidang baru
kegiatan (produk baru, teknik baru, pasar baru) di
mana mereka kekurangan pengalaman (Brons dan
Pellenbarg, 2003) atau untuk mengubah lokasi.