Teks tersebut membahas perbedaan antara jurnal penyesuaian dan jurnal pembetulan dalam akuntansi. Jurnal penyesuaian digunakan untuk menyesuaikan saldo akun agar mewakili kondisi sebenarnya, sementara jurnal pembetulan digunakan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan jurnal. Teks tersebut juga menjelaskan prosedur pembuatan jurnal penyesuaian dan pembetulan serta kondisi di mana masing-masing jurnal tersebut digunak
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Perbedaan ADJUSTMENT, RE-CLASS & CORRECTION dalam jurnal entry
1. 1
Daftar isi
1).JOURNAL ENTRY : ADJUSTMENT, RE-CLASS & CORRECTION ...........................................................2
ADJUSTMENT (Penyesuaian) .............................................................................................................2
RE-CLASSIFICATION (Reklasifikasi) ....................................................................................................3
CORRECTION JOURNAL (Pembetulan)...............................................................................................4
2). Apa Bedanya Jurnal Penyesuaian dengan Pembetulan?.................................................................6
Jurnal Pembetulan (Correction Entry)...............................................................................................6
Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi .............................................................8
Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry) ............................................................................................9
1. Deposit Supplier dan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)............................................................10
2. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi ...........................................................................................12
3. Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Di Muka............................................................13
4. Biaya Diakrualkan......................................................................................................................14
Kesimpulan: Jurnal Pembetulan vs Penyesuaian............................................................................16
3). Salah Jurnal, Apakah Perlu Jurnal Pembetulan (Koreksi)? ............................................................17
1. Kesalahan Jurnal Atas Transaksi Di Periode Berjalan (Periode Yang Sama) ..............................17
2. Kesalahan Jurnal Atas Transaksi Di Periode Sebelumnya (Periode Berbeda)............................18
A. Kesalahan Jurnal Yang BISA Menjadi Betul Dengan Sendirinya (Self-Corrected).....................19
B. Kesalahan Jurnal Yang TIDAK BISA Betul Dengan Sendirinya (Non Self-Corrected).................21
Masalalah-masalah Lain Sehubungan Dengan Kesalahan Jurnal...................................................24
4). Jurnal Koreksi (Pembetulan) Kesalahan Untuk Periode Yang Sama.............................................26
5). Jurnal Pembetulan Untuk Kesalahan Di Periode Yang Berbeda ...................................................27
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca Saja..............................................................28
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Laba Rugi Saja..........................................................28
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi.....................................29
DAFTAR SUMBER..................................................................................................................................31
2. Page | 2
1).JOURNAL ENTRY : ADJUSTMENT, RE-CLASS & CORRECTION
Menjelang tutup tahun seperti sekarang ini, merupakan typical days bagi staff, manager sampai ke
director :
Bagi rekan-rekan yang berposisi di bagian Accounting dan keuangan, audit session baru saja lewat,
waktunya bikin adjustment-adjustment bukan.
Artikel menjelang tutup tahun 2015 ini, saya dedikasikan khusus untuk rekan-rekan yang masih harus
bekerja keras untuk melakukan “pekerjaan-pekerjaan akhir” menjelang tutup buku, yaitu
ADJUSMENT, RE-CLASSIFICIATION & CORRECTION works.
Apakah ada diantara rekan-rekan yang masih bingung untuk membedakan ADJUSTMENT, RE-
CLASSIFICATION & CORRECTION ENTRY?. Atau mungkin belum tahu bagaimana cara melakukannya ?
Okay…. berikut ini adalah pengetahuan dasar mengenai adjustment, re-classification dan correction
entry beserta prosedurnya.
ADJUSTMENT (Penyesuaian)
Diperlukan Adjustment Entry (ayat jurnal penyesuaian), apabila : SALAH MENERAPKAN PERLAKUAN
AKUNTANSI, dan DIKETAHUI DI TAHUN BUKU YANG SAMA yaitu :
(-) Mengakui transaksi terlalu besar atau terlalu kecil
(-) Saat pengakuan (tanggal transaksi) terlalu dini atau terlalu dibelakang
(-) Menerapkan Methode penyusutan aktiva yang tidak sesuai
Adjustment entry dilakukan SEBELUM PENUTUPAN BUKU (sesaat setelah jurnal asli di posting
maupun menjelang penutupan buku).
Prosedur Adjustment Entry :
(1). Siapkan bukti transaksi yang perlu di sesuaikan (to be adjusted).
(2). Print out General Ledger Detail beserta Detail Transaction Register yang mengandung transaksi
yang harus di adjust.
(3). Cari tahu mengapa perlu di adjust, dan mengapa terjadi demikian.
(4). Tentukan terlebih dahulu besarnya nilai transaksi yang seharusnya terjadi, lalu bandingkan dengan
jurnal entry yang pernah di masukkan. Dengan demikian maka kita akan mendapatkan “selisihnya”.
(5). Siapkan Daftar Adjustmen Entry yang akan direkomendasikan (Recommended Adjustment Entry
List).
(6). Konsultasikan permasalahan yang ada dengan atasan (chief accounting/Accounting Manager).
Jangan Lupa minta tanda tangan beliau sebagai pihak yang mengetahui (acknowledge incharge).
(7). Mohon persetujuan (Adjustment Entry approval) kepada Financial Controller
3. Page | 3
(8). Lakukan Adjustment Entry hanya setelah mendapat approval dari Financial Controller atau atasan
lain yang diberikan mandat
Cara Melakukan Adjustment Entry :
Debit Perkiraan yang terlalu kecil diakui dan credit lawan rekening-nya sebesar nilai selisihnya.
Contoh :
(a). Pembelian Raw Material Rp 1,000,000 terlalu besar di akui.
Adjustment Entry-nya :
[-Debit-]. Kas (Utang pada Vendor A) = Rp 1,000,000
[-Credit-]. Raw Material = Rp 1,000,000
(b) Piutang kepada vendor C Rp 1,500,000 diakui terlalu kecil
Adjustment Entry-nya :
[-Debit-]. Piutang Dagang Vendor C = Rp 1,500,000
[-Credit-]. Sales = Rp 1,500,000
……….dan sebagainya.
Khusus masalah “saat pengakuan” yang tidak sesuai :
Entah terlalu dini atau terlalu dibelakang diakui, penanganan masalah “saat pengakuan” (tanggal)
yang keliru tergantung dari kebijakan manajemen perusahaan masing-masing. Jika kesalahan “saat
pengakuan” atau salah tanggal, terjadi TIDAK MELEWATI CUT-OFF DATE (tanggal pisah batas) periode
laporan, maka hal tersebut bukanlah persoalan yang serius. Akan tetapi khusus rekening UTANG atau
PIUTANG persoalan tanggal adalah critical, karena sangat mungkin akan berpengaruh terhadap
discount (potongan harga/rabat) yang harus diterima atau diberikan. Jadi tetap harus disesuaikan.
RE-CLASSIFICATION (Reklasifikasi)
Re-classification Journal Entry (Jurnal reklasifikasi) diperlukan apabila : TRANSAKSI DI POSTING
(dicatat) KE DALAM ACCOUNT YANG TIDAK SESUAI, sehingga perlu dilakukan REKLASIFIKASI.
Prosedur re-classification pada dasarnya sama saja dengan prosedur adjustment. hanya saja, mungkin
tidak diperlukan bukti-bukti transaksinya, yang diperlukan hanya “Printout General Ledger Details”
Contoh :
Pemebelian “Office Equipment” terlanjur diposting ke rekening “Office Supplies”. Nampak pada Detail
Transaction Register sebagai berikut :
4. Page | 4
[-Debit-]. Office Supplies = Rp 5,000,000
[-Credit-]. Cash = Rp 5,000,000.
Reklasifikasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
(a). Di Reclass dengan 2 langkah:
Langkah-1: Reversal Journal
[-Debit-]. Cash = Rp. 5,000,000
[-Credit-]. Office Supplies = Rp. 5,000,000
Langkah-2: Posting ke rekening yang sesuai
[-Debit-]. Office Equipment = Rp. 5,000,000
[-Credit-]. Cash = Rp. 5,000,000
(b). Satu Langkah : Langsung direclass
[-Debit-]. Office Equipment = Rp. 5,000,000
[-Credit-]. Office Supplies = Rp. 5,000,000
CORRECTION JOURNAL (Pembetulan)
Correction Journal (Pembetulan) diperlukan apabila terjadi:
(-). Salah perlakuan akuntansi (transaksi terlalu besar/terlalu kecil diakui)
(-). Salah klasifikasi (transaksi terposting ke rekening yang tidak sesuai)
dimana KESALAHAN DIKETAHUI SETELAH PENUTUPAN BUKU. Untuk itu diperlukan jurnal koreksi.
Inisiatif koreksi biasanya berasal dari pihak eksternal dalam hal ini adalah auditor eksternal yang
menemukan mis-statement, sehingga diusulkan supaya dilakukan koreksi.
Koreksi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(-). Apabila koreksi diperlukan terhadap rekening-rekening yang terdapat dalam kelompok rekening
LABA/RUGI (misalnya: penjualan, harga pokok penjualan, biaya operasional, bunga, pajak, terlalu
besar/ terlalu kecil) maka yang dikoreksi adalah: aktiva lancar, lawan retained earning (laba ditahan).
5. Page | 5
Contoh :
Pada tahun 2007, penjualan kredit terhadap PT. A terlalu besar Rp. 1,000,000 diakui, diketahui baru
pada bulan Januari 2008. Maka diperlukan jurnal koreksi sebagai berikut:
[-Debit-]. Retained earning = Rp. 1,000,000
[-Credit-]. Piutang Dagang = Rp. 1,000,000
Penjelasan :
Penjualan kredit yang diakui terlalu besar akan mengakibatkan laba bersih (net earning) terlalu besar
pula. Andai saja kekeliruan ini diketahui sebelum penutupan buku (sebelum 31 Desember 2007)
tentunya hal ini diatasi dengan melakukan adjustment terhadap rekening penjualan lawan piutang
dagang. Akan tetapi karena buku telah ditutup, sehingga penjualan telah berubah menjadi net
earning, sedangkan net earning telah berpindah ke rekening retained earning pada neraca. Untuk itu
yang harus dilakukan adalah koreksi seperti di atas.
(-). Apabila koreksi diperlukan terhadap rekening-rekening yang terdapat pada kelompok rekening
NERACA (misalnya: kas, piutang, persediaan, aktiva tetap, utang dagang, pinjaman, modal), maka yang
dikoreksi adalah: rekening yang hendak dikoreksi dilawankan dengan rekening NERACA yang lain.
Contoh :
Pada tahun 2007, pembelian mesin diakui Rp. 7,000,000 terlalu besar dari yang seharusnya, beban
penyusutan pun menjadi Rp. 300,000 terlalu besar diakui, baru diketahui pada bulan Januari 2008.
Maka diperlukan jurnal koreksi sebagai berikut:
[-Debit-]. Cash = Rp. 7,000,000
[-Debit-]. Accum. Deprec. = Rp. 300,000
[-Credit-]. Machinaries = Rp. 7,000,000
[-Credit-]. Retained earning = Rp. 300,000
Penjelasan :
Perolehan mesin yang diakui terlalu besar akan mengakibatkan pengakuan biaya penyusutan mesin
terlalu besar pula, sehingga laba bersih (net earning) terlalu kecil diakui. Jika saja kekeliruan ini
diketahui sebelum penutupan buku (sebelum 31 Desember 2007) tentunya hal ini diatasi dengan
melakukan adjustment terhadap rekening mesin (aktiva tetap) lawan kas, dan rekening beban
penyusutan lawan laba bersih (net earning) secara langsung. Akan tetapi karena buku telah ditutup,
sehingga net earning telah berpindah ke rekening retained earning pada neraca. Untuk itu yang harus
dilakukan adalah koreksi seperti di atas.1
1
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.co.id/2007/12/journal-entry-adjustment-re-class.html
6. Page | 6
2). Apa Bedanya Jurnal Penyesuaian dengan Pembetulan?
Apa Bedanya Jurnal Penyesuaian dengan Pembetulan?
Salah satu pertanyaan paling klasik di Akuntansi Keuangan adalah “apa bedanya jurnal penyesuaian
dengan pembetulan?” Sebuah pertanyaan yang sangat mendasar.
Dengan logika umum, yang namanya “disesuaikan” dengan “dibetulkan/dikoreksi” memang mirip-
mirip. Ahli bahasa mungkin menyebut kata “disesuaikan” sebagai bentuk eufimisme atau penghalusan
dari istilah “koreksi”. Inilah yang sering membuat masyarakat umum menjadi bingung ketika mencoba
memahami akuntansi.
Masyarakat umum bingung, mungkin tidak apa-apa, toh mereka tidak bekerja di bidang akuntansi.
Namun menjadi repot ketika kebingungan yang sama terjadi pada mereka yang bekerja di bidang
akuntansi. Kebingungan yang sama lumrah terjadi pada pelajar/mahasiswa jurusan Akuntansi—
terutama di tahun-tahun pertama belajar.
Agar terbebas dari kebingungan ini, hal pertama yang perlu disadari adalah: Akuntansi menggunakan
istilah teknis tersendiri yang berbeda dengan istilah umum.
“Penyesuaian” dan “Pembetulan/Koreksi”, dalam akuntansi, adalah dua hal yang samasekali berbeda,
tidak bisa dicampuradukkan. Dan memahami perbedaannya, sangat mendasar bagi siapapun yang
ingin menguasai akuntansi.
Bisa dibilang, mampu atau tidaknya menjawab pertanyaan ini dengan baik, mencerminkan:
1) apakah seseorang sudah paham prosedur debit-credit (double-entry) atau belum; dan
2) apakah sudah menguasai teknik dasar menjurnal atau belum.
Sebab, mustahil bisa membuat jurnal pembetulan dan penyesuaian jika belum paham prosedur debit-
credit dan menjurnal. (CATATAN: Yang belum paham teknik dasar menjurnal dan prosedur debit-
credit silahkan baca “Cara Mudah Membuat Jurnal Akuntansi”)
Lebih jauh lagi, mampu tidaknya seseorang menjawab pertanyaan yang sama juga mencerminkan
apakah dia paham konsep dasar akrual dan deferal atau belum.
“Okay. Lalu, apa beda jurnal penyesuaian dengan pembetulan?” mungkin ada yang sudah tak sabar.
Kalau saya jawab “Jurnal penyesuaian untuk menyesuaikan saldo akun agar mewakili kondisi
sebenarnya dan Jurnal pembetulan untuk memperbaiki kesalahan jurnal,” apakah cukup?
Jika memang cukup, berarti itulah jawabannya. Jika belum cukup, maka perlu membahas jurnal
pembetulan dan jurnal penyesuaian terlebih dahulu. Silahkan lanjutkan membaca.
Jurnal Pembetulan (Correction Entry).
Jurnal pembetulan adalah jurnal yang dipergunakan untuk membetulkan jurnal yang terlanjur salah
dibuat—entah itu salah angka atau salah akun.
7. Page | 7
“Untuk melakukan koreksi (pembetulan), mengapa perlu membuat jurnal ?” Mungkin ada yang
berpikir demikian. Jawabannya, karena asumsinya:
Pertama, pencatatan transaksi dilakukan secara manual (di atas kertas/buku jurnal).
Kedua, pencoteran atau type-x ditabukan dalam akuntansi. Ditabukan karena disamping
terlihat tidak rapih juga menimbulkan keragu-raguan.
Misalnya: Pada tanggal 10 Januari 2014 Annie menerima slip tunai pembayaran upah buruh. Untuk
itu Annie membuat jurnal sbb:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 25,070,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 25,070,000,-
Pagi-pagi, keeskokan harinya, tiba di kantor Annie sudah menemukan memo kecil dari Chief
Accountant tertempel di atas mejanya dengan pesan, “Annie, kamu salah masukkan jurnal untuk
pembayaran upah buruh, tolong buat koreksi.”
Selesai membaca “surat cinta” itu, Annie mencari slip pembayaran upah buruh yang dimaksud dan
membandingkannya dengan jurnal yang dimasukkan ke buku. Pada slip pembayaran Annie
menemukan angka 27,700,000. Namun pada jurnal yang Annie masukkan angkanya Rp 25,070,000.
Jadi ada KESALAHAN ANGKA, sehingga terjadi selisih Rp 2,630,000 = (27,700,000 – 25,070,000).
Atas kesalahan tersebut, Annie tidak mencoret atau men-typeX jurnal yang salah, karena hal itu
ditabukan dalam Akuntansi. Sebagai gantinya, Annie memasukkan JURNAL PEMBETULAN (correction
entry), sbb:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 2,630,000,-
[Kredit]. Kas = Rp 2,630,000,-
Setelah jurnal pembetulan di masukkan maka total upah buruh yang diakui menjadi benar, yakni Rp
25,070,000 + Rp 2,630,000 = Rp 27,700,000, sesuai dengan angka yang tertera pada slip pembayaran
upah buruh.
Begitu selesai memasukkan jurnal koreksi, Chief Accountant sudah ada di meja Annie. Dan
mengatakan bahwa Annie juga salah memasukkan Pendapatan Bunga Jasa Giro dari bank. Oleh Annie,
pendapatan bunga dari bank dimasukkan ke akun Pendapatan dengan jurnal:
[Debit]. Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan = Rp 750,000
Seharusnya, pendapatan bunga dari bank dipisahkan dari pendapatan utama (hasil penjualan) dan
dimasukkan ke akun “Pendapatan Jasa Giro.” Artinya, telah terjadi kesalahan akun. Untuk itu Annie
harus membuat JURNAL PEMBETULAN sbb:
[Debit]. Pendapatan = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
8. Page | 8
CATATAN KHUSUS: Pendapatan bunga pada rekening giro perusahaan di bank TIDAK DIGABUNG
dengan Pendapatan utama dari hasil penjualan. Sebab pendapatan ini sudah dikenakan “pajak bersifat
final” oleh pihak bank, sehingga tidak dikenakan pajak lagi pada PPh perusahaan. Oleh sebab itu harus
dipisahkan. Untuk pendapatan ini, biasanya perusahaan membuat akun khusus yang disebut
“Pendapatan Bunga Jasa Giro.”
Kesalahan akun juga disebut “salah klasifikasi akun,” oleh sebab itu jurnal pembetulan atas kesalahan
akun sering disebut “jurnal reklasifikasi” (reclassification entry). Di tempat kerja, jika atasan
mengatakan “tolong reclass” artinya anda diminta untuk membuat jurnal pembetulan atas kesalahan
akun.
“Pada jurnal reklasifikasi di atas, mengapa akun KAS tidak ikut di reklasifikasi?” mungkin ada yang
berpikir seperti itu.
Jawabannya: Sebab, yang salah klasifikasi hanya akun pendapatan saja, sedangkan akun kasnya sudah
benar, sehingga tak perlu direklasifikasi lagi. Ini versi saat kita belajar di sekolah atau kampus. Dalam
pekerjaan sesungguhnya, terutama jika menggunakan software akuntansi, prosedurnya sedikit
berbeda (baca “Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi” setelah yang di bawah ini)
Bagaimana jika kesalahan diketahui setelah tutup buku (saldo pendapatan dan beban telah di nol-
kan)? Bagaimana membuat jurnalnya? Pertama, pertimbangkan, apakah perlu dibuatkan jurnal
pembetulan atau tidak. Dasar pertimbangannya: Apakah bisa terkoreksi dengan sendirinya (self-
corrected) atau tidak. Jika bisa terkoreksi dengan sendirinya maka tak perlu dibuatkan jurnal koreksi.
Jika sebaliknya maka jurnal koreksi diperlukan. Untuk lebih lengkapnya silahkan baca “Salah Jurnal,
Apakah Perlu Koreksi?”
Membuat Jurnal Pembetulan Dengan Software Akuntansi
Terutama adik-adik pelajar dan mahasiswa, perlu menyadari bahwa contoh-contoh kasus jurnal
pembetulan yang disajikan di sekolah/kampus—entah atas kesalahan angka atau kesalahan akun—
selalu menggunakan asumsi: PROSES PENCATATAN TRANSAKSI DILAKUKAN SECARA MANUAL (di
atas kertas buku jurnal). Contoh kasus di atas pun, juga, menggunakan asumsi bahwa Annie
melakukan pekerjaannya di atas kertas (buku jurnal).
Pada kenyataannya, di era komputer sekarang ini, sudah hampir semua perusahaan menggunakan
software akuntansi. Sehingga, staf accounting pemula (fresh graduate) di perusahaan sering bingung
ketika berhadapan dengan pekerjaan yang sesungguhnya.
Dengan software akuntansi (termasuk Excel), staf accounting bisa memperbaiki kesalahan dengan
cara melakukan editing (perbaikan) langsung pada jurnal yang salah saja, atau dengan cara menghapus
transaksi yang salah untuk kemudian diganti dengan jurnal yang benar. Sehingga, TIDAK PERLU
memasukkan jurnal pembetulan/koreksi lagi.
Pada kasus Annie yang pertama (salah angka transaksi) di atas misalnya, dia bisa langsung mencari
jurnal yang salah, lalu mengganti angka yang salah (25,070,000) dengan angka yang benar
(27,700,000). Sedangkan pada kasus kedua, Annie bisa menghapus jurnal yang salah (pada akun
Pendapatan) dan membuat jurnal baru pada akun yang benar (Pendapatan Jasa Giro) dengan tanggal
yang dimajukan agar sesuai dengan transaksi aslinya.
9. Page | 9
Namun hal itu tergantung pada kebijakan perusahaan masing-masing yang bisa jadi berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Perbedaan kebijakan terletak pada penentuan saat
kapan system (software) dikunci (locked).
Pada umumnya, perusahaan melakukan penguncian system untuk membatasi tindakan mengubah
data tanpa seijin yang punya otorisasi. Begitu system dikunci, staf accounting tidak bisa lagi:
1. melakukan editing langsung pada jurnal;
2. menghapus catatan transaksi (jurnal); atau
3. termasuk mengubah tanggal.
Sekedar informasi. Perusahaan-perusahaan yang saya kendalikan, melakukan penguncian system
setiap hari, yakni setelah pukul 6 sore. Tujuannya? Membuat staf accounting terbiasa untuk selalu
fokus dan berhati-hati dalam bekerja. Pendekatan yang sama juga—secara sistemik—memaksa semua
Chief Accountant untuk selalu melakukan ledger detail review setiap hari dan harus kelar sebelum
pukul 6 sore.
Jika ditemukan kesalahan pada transaksi yang telah lewat, setelah system dikunci, staf accounting
harus memasukkan JURNAL PEMBETULAN/KOREKSI lewat modul khusus yang biasanya bisa dibuka
oleh orang yang punya otoritas (Chief Accountant dan Controller). Yang artinya juga, jurnal koreksi
hanya boleh dilakukan dengan seijin (approval) orang yang berwenang. Tujuannya? Jelas untuk
pengendalian intern—atasan menjadi selalu tahu setiap ada kesalahan.
Membuat jurnal koreksi dengan menggunakan software akuntansi juga agak berbeda jika
dibandingkan manual. Untuk contoh kasus kedua misalnya, Annie tidak bisa membuat jurnal dengan
cara melawankan Akun pendapatan dengan akun pendapatan lainnya (karena sama-sama bersaldo
kredit). Akun Pendapatan hanya bisa dilawankan dengan akun Piutang atau Kas (dan akun Biaya hanya
bisa dilawankan dengan akun Utang atau Kas).
Untuk melakukan reklasifikasi, bila bekerja menggunakan software, Annie harus membuat jurnal
pembalik (reversal entry) terlebih dahulu, sbb:
[Debit]. Pendapatan = 750,000
[Kredit]. Kas = 750,000
Dengan jurnal pembalik di atas maka posisi saldo masing-masing akun kembali ke posisi semula.
Setelah itu baru membuat jurnal dengan akun yang benar, yakni:
[Debit]. Kas = Rp 750,000
[Kredit]. Pendapatan Bunga Jasa Giro = Rp 750,000
Itulah sedikit perbedaan antara membuat jurnal pembetulan dalam lingkungan manual dan
terkomputerisasi—sekedar untuk diketahui saja, khususnya untuk adik-adik pelajar dan mahasiswa.
Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry)
Jurnal Penyesuaian (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan nilai saldo
akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya.
10. Page | 10
Bagaimana caranya membuat jurnal penyesuaian? Tergantung saldo akun mana yang akan
disesuaikan. Akun yang saldonya perlu disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya
pengakuan biaya yang disegerakan (=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa contoh
akun yang biasanya memerlukan jurnal penyesuaian, antara lain:
1. Deposit Supplier dan Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)
Prinsip Kesesuaian (Matching Principle) menganjurkan agar setiap “Beban/Biaya” dan “Pendapatan”
saling bersesuaian (matched). Konkretnya, dalam konteks ini, beban/Biaya yang timbul di suatu
periode hanya diakui sejumlah yang bisa dihubungkan dengan pendapatan yang bisa dihasilkan pada
periode yang sama.
Untuk memenuhi prinsip ini maka, beban/biaya yang kemanfaatannya diperkirakan lebih dari satu
periode TIDAK diakui secara sekaligus pada saat timbul, melainkan dialokasikan dan diakui secara
bertahap sesuai dengan manfaat yang ditimbulkan per periodenya.
CONTOH KASUS:
Untuk rencana penjualan Januari 2014, PT. JAK memesan barang di UD Makmur senilai Rp
100,000,000 pada tanggal 20 Desember 2013. Barang rencananya akan diterima secara bertahap
mulai tanggal 5 hingga 10 Januri 2014. Untuk pemesanan itu, tanggal 22 Desember 2013 PT JAK
membayar UD makmur sebesar nilai pesanan.
Atas pengaluaran tersebut PT JAK tidak mencatatnya sebagai persediaan. Sebagai gantinya PT. JAK
memasukkan jurnal sbb:
[Debit] Deposit Supplier = Rp 100,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 100,000,000 (mengurangi saldo Kas di Neraca)
Nah, akun “Deposit Supplier” inilah yang harus disesuaikan dengan kondisi sebenarnya, yakni setiap
kali barang persediaan diterima. Misalnya, ketika barang tahap pertama diterima senilai Rp 40 juta
pada tanggal 5 Januari 2014, PT JAK membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:
[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 40,000,000 (saldo persediaan di Neraca bertambah 40 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 40,000,000 (saldo Desposit Supplier di Neraca berkurang 40 juta)
Ketika barang tahap 2 diterima senilai Rp 60 jutaTanggal 8 Januari 2014, PT JAK membuat JURNAL
PENYESUAIAN lagi sbb:
[Debit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 60,000,000 (total saldo persediaan menjadi 40+60 juta)
[Kredit]. Deposit Supplier = Rp 60,000,000 (sisa saldo Desposit Supplier di Neraca nol)
(Catatan: Deposit Supplier di atas bisa juga disebut “Persediaan Dibayar Dimuka”, esensinya sama
saja)
11. Page | 11
Pengakuan bertahap juga diterapkan pada transaksi Sewa yang manfaatnya lebih dari satu periode.
CONTOH KASUS:
Untuk mengantisipasi pemadaman listrik yang kerap terjadi, tanggal 15 Desember 2013 PT JAK
menyewa mesin Genset senilai Rp 75 juta untuk penggunaan hingga 15 Maret 2014.
Saat Sewa dibayar, PT JAK tidak membebankan biaya sewa seketika di bulan Desember 2013. Sebagai
gantinya, PT JAK mencatat dengan jurnal sbb:
[Debit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 75,000,000 (masuk Neraca)
[Kredit]. Kas = Rp 75,000,000 (mengurangi saldo Kas di neraca)
Nah, saldo “Sewa Dibayar Di Muka” inilah yang terus disesuaikan setiap periodenya berdasarkan
penggunaannya sehingga mencerminkan kondisi sebenarnya. Jelang tutup buku 31 Desember 2013
misalnya, PT JAK membuat JURNAL PENYESUAIAN sebagai berikut:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (dibiayakan dan mengurangi Laba Des 2013)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 adalah porsi biaya sewa untuk Desember 2013 (=75 juta:3)/2)
Pada tanggal 31 Januari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar Di Muka
lagi, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Januari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Januari 2014.)
Pada tanggal 28 Februari 2014 nanti, PT JAK akan membuat penyesuaian saldo Sewa Dibayar Di Muka
lagi, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 25,000,000 (mengurangi Laba Februari 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 25,000,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 25,000,000 (=75 juta:3) adalah porsi biaya sewa untuk Februari 2014).
Pada saat ini saldo Sewa Dibayar Di Muka akan menunjukkan angka Rp 12,500,000 (=75 juta –
12,500,000 – 25,000,000 – 25,000,000). Sehingga, pada tanggal 31 Maret 2014 PT JAK akan
memasukkan jurnal penyesuaian terakhir untuk saldo Sewa Dibayar Di Muka, sbb:
[Debit]. Biaya Sewa = Rp 12,500,000 (mengurangi Laba Maret 2014)
[Kredit]. Sewa Dibayar Di Muka = Rp 12,500,000 (mengurangi saldo Sewa Dibayar Dimuka di Neraca)
(Catatan: Rp 12,500,000 ((=75 juta:3)/2) adalah porsi biaya sewa untuk Maret 2014).
12. Page | 12
Setelah jurnal penyesuaian ini dimaksukkan maka saldo Sewa Dibayar Dimuka akan menunjukkan
angka 0 (nol) alias habis.
Catatan: Tidak hanya “Deposit Supplier” dan “Sewa Dibayar Di Muka” saja, pada adasarnya setiap
biaya yang memiliki kemanfaataan lebih dari 1 periode diperlakukan seperti di atas, sehingga
membutuhkan jurnal penyesuaian di setiap akhir periodenya.
2. Akumulasi Penyusutan/Amortisasi
Saldo akun “Akumulasi Penyusutan” (kontra akun Aset Tetap) dan “Akumulasi Amortisasi” (kontra
akun Aset Tak berwujud) juga memerlukan penyesuaian di akhir periode. Sebab saldo kedua akun ini
meningkat seiring dengan semakin berkurangnya nilai manfaat atau nilai buku Aset.
CONTOH KASUS:
Tanggal 1 Januari 2013 PT. JAK membeli Aset berupa mesin produksi senilai Rp 25,000,000 secara
tunai dan langsung dioperasikan. Umur Ekonomis mesin di perkirakan mencapai 8 tahun. Atas mesin
ini, PT JAK tidak mencadangkan nilai residu. Untuk menyusutan nilai Aset, PT JAK menggunakan
Metode Garis Lurus. Penutupan Buku PT JAK dilakukan secara tahunan, yakni setiap tanggal 31
Desember.
Untuk mengakui aset Mesin Produksi, tangal 1 Januari 2013 PT JAK membuat jurnal sbb:
[Debit]. Mesin = Rp 25,000,000
[Kredit]. Kas = Rp 25,000,000
Atas penggunaan mesin tersebut PT. JAK menghitung penyusutan per tahun sbb:
‘’Tarif Penyusutan Per Tahun = (1/Umur Ekonomis) x 100% = (1/8) x 100% = (100/8)% =12, 5% per
tahun.
Penyusutan Per Tahun = (Nilai Perolehan-Nilai Residu) x Tarif = 25,000,000 x 12,5% = Rp
3,125,000/tahun.
Sehingga jadwal penyusutan mesin menjadi sbb:
Penyusutan Mesin
13. Page | 13
Pada jadwal penyusutan di atas terlihat bawa, akumulasi penyusutan—yang mengurangi nilai buku
atau nilai manfaat—terus meningkat seiring dengan lamanya penggunaan mesin. Oleh sebab itu, PT
JAK perlu melakukan PENYESUAIAN saldo “Akumulasi Penyusutan” setiap akhir periode buku (seperti
nampak dalam jadwal di atas) yang dimulai tanggal 31 Desember 2013.
Sehingga, pada tanggal 31 Desember 2013 PT JAK mengakui “Beban Penyusutan Mesin Produksi” di
satu sisinya (Laba/Rugi) dan Akumulasi Penyusutan Mesin di sisi lainnya, dengan jurnal sbb:
[Debit]. Beban Penyusutan Mesin Produksi = Rp 3,125,000 (masuk L/R)
[Kredit]. Akumulasi Penyusutan Mesin produksi = Rp 3,125,000 (Masuk Neraca)
Sejak saat itu, PT JAK terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo akun “Akumulasi Penyusutan
Mesin Produksi “ setiap tanggal 31 Desember, hingga saldonya sama dengan “Nilai Perolehan Mesin”
(Rp 25 Juta) dan Nilai Buku (=Nilai Perolehan Mesin – Akumulasi Penyusutan) sama dengan nol alias
habis, yang menurut jadwal akan terjadi pada tanggal 31 Desember 2019.
Jurnal penyesuaian juga diperlukan untuk saldo akun aset tetap lainnya dan semua saldo akun
“Akumulasi Amortisasi” aset tak berwujud, dengan cara yang sama.
3. Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan yang diterima di suatu periode, oleh perusahaan hanya boleh diakui sejumlah yang bisa
dihubungkan dengan beban/biaya yang timbul di periode yang sama. Sedangkan selisihnya diakui
entah sebagai “Deposit Pelanggan” atau “Pendapatan Diterima Di Muka”. Saldo akun inilah yang
disesuaikan setiap akhir periodenya.
CONTOH KASUS:
Pada tanggal 25 November 2013 PT JAK menerima pesanan dari True Company Inc sebesar Rp 750
Juta. Karena keterbatasan kapasitas produksi, maka pengiriman barang disepakati secara bertahap,
dengan jadwal sbb:
Tanggal 25 Januari 2014, senilai Rp 250 Juta;
Tanggal 25 Februari 2014, senilai Rp 250 Juta; dan
Tanggal 25 Maret 2014, senilai Rp 250 Juta.
Dari transaksi tersebut, pada tanggal 1 Desember 2013 PT JAK menerima pembayaran penuh
sebesar Rp 750 Juta. Atas pembayaran yang diterima, oleh PT JAK belum boleh diakui sebagai
Pendapatan.
Sebab belum timbul beban dan biaya sehubungan dengan pemesanan barang tersebut. Untuk
sementara, uang yang diterima diakui sebagai “Deposit Pelanggan” dengan jurnal sbb:
[Debit]. Kas = Rp 750,000,000 (masuk ke Neraca)
[Kredit]. Deposit Pelanggan = Rp 750,000,000 (masuk ke kelompok Liabilitas di Neraca)
Nah saldo “Deposit Pelanggan” inilah yang memerlukan JURNAL PENYESUAIAN setiap kali PT JAK
mengakui “Pendapatan” di satu sisinya dan pengakuan “Harga Pokok Penjualan” di sisi lainnya, yakni
saat pengiriman barang.
14. Page | 14
Sesuai jadwal, PT JAK mengirimkan barang tahap pertama pada tanggal 25 Januari 2014 senilai Rp 250
Juta dengan Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 150 juta, dan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Deposit Pelanggan = 250,000,000 (mengurangi saldo Deposit pelanggan)
[Kredit]. Penjualan = Rp 250,000,000 (masuk Laba/Rugi Januari 2014)
Dan:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 150,000,000 (masuk Laba/Rugi januari 2014)
[Kredit]. Persediaan = Rp 150,000,000 (mengurangi saldo Persediaan di Neraca)
PT. JAK akan terus membuat JURNAL PENYESUAIAN atas saldo Depostit Pelanggan hingga nilainya
mencapai nol alias habis, yang dijadwalkanakan terjadi pada tanggal 25 Maret 2014.
Disamping akun “Deposit Pelanggan”, akun lain yang perlu penyesuaian adalah akun “Penadapatan
Diterima Di Muka.”
CONTOH KASUS:
PT JAK menyewakan salahsatu ruang kantornya senilai Rp 100 juta kepada PT Maju Jaya selama 5
tahun. Atas Sewa tersebut PT JAK menerima pembayaran penuh.
Sama seperti Deposit Pelanggan, penerimaan pembayaran sewa ini juga tidak diakui sebagai
pendapatan, melainkan sebagai “Pendapatan Sewa Diterima Di Muka” yang saldonya akan
disesuaikan setiap akhir periode dengan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN.
4. Biaya Diakrualkan
Suatu biaya diakrualkan apabila biaya tersebut sudah harus diakui sementara angka pastinya belum
diketahui. Kondisi ini lumrah terjadi pada biaya listrik, biaya telepon dan biaya gaji.
CONTOH KASUS:
Sesuai dengan prinsip kesesuaian (matching principle), pengunaan listrik PT. JAK untuk bulan
Januari 2014 harus diakui di bulan yang sama, sementara tagihan dari PLN biasanya baru diterima
sekitar tanggal 15-20 Februari 2014—sehingga angka “Biaya Listrik” belum diketahui secara pasti.
Agar biaya listrik Januari bisa diakui di bulan Januari maka menjelang penutupan buku (31 Januari
2014) PT JAK mengakrualkan Biaya Listrik dengan menggunakan tagihan bulan sebelumnya sebagai
patokan. Sehingga pengakuan “Biaya Listrik” diakrualkan dengan jurnal sbb:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 50,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 50,500,000 diambil dari tagihan listrik bulan sebelumnya).
Disamping itu, PT JAK juga mengakrualkan “Biaya Telpon” untuk Januari 2014, karena kondisi yang
sama dengan Biaya Listrik. Menggunakan biaya telepon bulan sebelumnya, pada tanggal 31 Januari
PT JAK mengakrualkan pengakuan biaya telepon dengan jurnal sbb:
15. Page | 15
[Debit]. Biaya Telepon = Rp 7,500,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 7,500,000 diambil dari tagihan telepon bulan sebelumnya).
PT JAK bayar gaji setiap tanggal 5, sehingga untuk Biaya Gaji bulan Januari 2014 angka pastinya baru
bisa diketahui antara tanggal 2-3 Februari 2014. Agar biaya gaji bulan Januari bisa diakui diakui di
bulan yang sama, maka tanggal 31 Januari 2014 PT JAK mengakrualkan biaya gaji sbb:
[Debit]. Biaya Gaji = Rp 125,800,000 (masuk ke Laba/Rugi)
[Kredit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Masuk ke Liabilita di Neraca)
(Catatan: Angka Rp 125,800,000 diambil dari catatan Biaya Gaji bulan sebelumnya).
Yang paling penting untuk disadari dalam hal ini adalah: biaya listrik, biaya telepon dan biaya gaji
PT JAK belum mewakili kondisi sebenarnya. Sehingga, pengakuan “Laba/Rugi” PT JAK untuk periode
Januari 2014 bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Artinya juga, akun “Laba
Ditahan” PT JAK di Neraca juga belum mewakili nilai sebenarnya. Untuk itu perlu di sesuaikan ketika
tagihan masing-masing biaya dketahui secara pasti.
Misalnya:
Tanggal 3 Februari 2014, Bagian HRD PT. JAK mengajukan Biaya Gaji untuk Januari 2014 sebesar Rp
128,000,000. Dari sini staf accounting PT JAK mengetahui bahwa Biaya Gaji yang dibebankan di Januari
2014 lebih kecil Rp 2,200,000 (=128,000,000 – 125,800,000) diabandingkan biaya sebenarnya. Berarti
pengakuan “Laba” PT JAK untuk Januari 2014 menjadi lebih diakui Rp 2,200,000—thus saldo “Laba
Ditahan” juga menjadi lebih diakui sejumlah yang sama. Untuk itu perlu disesuaikan agar mewakili
kondisi sebenaranya dengan memasukkan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 2,200,000 (Saldo Laba Ditahan berkurang 2,200,000)
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 125,800,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (Sesuai yang diajukan HRD)
Saat gaji dibayarkan (Tanggal 5 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang Gaji = Rp 128,000,000 (saldo Utang Gaji menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 128,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 128,000,000)
Pada tanggal 15 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PLN untuk penggunaan Listrik Januari
2014 sebesar Rp 49,000,000. Sehingga pengakuan Biaya Listrik Januari lebih besar Rp 1,500,000
(=50,500,000 – 49,000,000) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan kurang diakui
sebesar yang sama. Agar mewakili kondisi sebenarnya, maka PT. JAK memasukan JURNAL
PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 50,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 1,500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 1,500,000)
[Kredit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (Sesuai tagihan dari PLN)
16. Page | 16
Saat Listrik di bayar (Tanggal 18 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang – PLN = Rp 49,000,000 (saldo Utang-PLN menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 49,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Pada tanggal 17 Februari 2014 PT JAK menerima tagihan dari PT TELKOM INDONESIA untuk
penggunaan telepon Januari 2014 sebesar Rp 7,000,000. Sehingga pengakuan Biaya Telepon Januari
lebih besar Rp 500,000 (=7,500,000-7,000,000) dibandingkan tagihannya. Artinya saldo Laba Ditahan
juga kurang diakui sebesar Rp 500,000. Supaya mewakili kondisi sebenarnya, maka PT. JAK
memasukan JURNAL PENYESUAIAN sbb:
[Debit]. Biaya Diakrualkan = Rp 7,500,000 (Saldo Biaya Diakrualkan menjadi nol)
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 500,000 (Saldo Laba Ditahan bertambah 500,000)
[Kredit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (Sesuai tagihan dari PT TELKOM)
Saat Telepon di bayar (Tanggal 19 Februari 2014), PT. JAK memasukkan Jurnal sbb:
[Debit]. Utang – PT TELKOM = Rp 7,000,000 (saldo Utang – PT TELKOM menjadi nol)
[Kredit]. Kas = Rp 7,000,000 (saldo Kas berkurang Rp 49,000,000)
Itulah yang disebut jurnal penyesuaian (adjustment entry).
Kesimpulan: Jurnal Pembetulan vs Penyesuaian
Jurnal pembetulan dan jurnal penyesuaian, 2 jenis jurnal yang dibuat untuk maksud berbeda.
“Jurnal Pembetulan/Koreksi” (Correction Entry), adalah jurnal khusus yang dibuat untuk
memperbaiki keslahan jurnal. Perbaikan atas kesalahan akun sering disebut “reklasifikasi.” Kesalahan
jurnal bisa terjadi pada akun mana saja. Bila kesalahan terjadi pada transaksi di periode yang sama,
jurnal pembetulan selalu dianjurkan. Namun bila kesalahan terjadi di periode berbeda, maka perlu
mempertimbangkan apakah kesalahan tergolong self-corrected atau tidak. Jurnal koreksi diperlukana
pada transaksi yang tidak self-corrected.
Sedangkan “Jurnal Penyesuaian” (Adjustment Entry) adalah jurnal yang dibuat untuk menyesuaikan
nilai saldo akun-akun tertentu agar sesuai dengan kondisi sebenarnya. Akun yang saldonya perlu
disesuaikan biasanya akun yang timbul akibat adanya pengakuan biaya yang disegerakan
(=diakrualkan) atau ditunda (=dideferalkan). Beberapa contoh akun yang biasanya memerlukan jurnal
penyesuaian, antara lain: Deposit Supplier, Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid), Akumulasi
Penyusutan/Amortisasi, Deposit Pelanggan dan Pendapatan Diterima Dimuka, Biaya Diakrualkan.2
2
http://www.praktisi.ac.id/?op=news&v=145
17. Page | 17
3). Salah Jurnal, Apakah Perlu Jurnal Pembetulan (Koreksi)?
Ketidakakuratan buku dan laporan keuangan tidak selalu berupa salah jurnal; ada banyak hal yang
bisa menjadi penyebabnya. Namun di tulisan ini saya fokus pada salah jurnal saja. Apakah kesalahan
jurnal perlu jurnal pembetulan (koreksi) atau tidak? Ini yang ingin saya jawab.
“Yang namanya salah, bukannya harus diperbaiki (dikoreksi)? Memangnya boleh tidak diperbaiki?”
mungkin ada yang bertanya seperti itu.
Idealnya, IYA, betul. Tetapi ada kondisi-kondisi yang membuat kondisi ideal itu tidak selalu bisa kita
peroleh. Dan Akuntansi cukup toleran (sampai pada batas tertentu) terhadap kondisi-kondisi yang
tidak ideal.
Dalam hal ini, saya menggolongkan kesalahan jurnal itu menjadi 3 macam:
Kesalahan jurnal yang PERLU diperbaiki
Kesalahan jurnal yang TIDAK PERLU diperbaiki
Kesalahan jurnal yang HARUS diperbaiki
Darimana Anda bisa tahu suatu kesalahan jurnal perlu, tak perlu atau harus diperbaiki?
Caranya: Setiap menemukan kesalahan jurnal, maka hal yang pertama anda periksa adalah TANGGAL
TRANSAKSI-nya. Apakah kesalahan jurnal terjadi atas transaksi di:
Periode berjalan (periode yang sama)? atau
Periode-periode sebelumnya (periode yang berbeda)?
Kita bahas satu-per-satu….
1. Kesalahan Jurnal Atas Transaksi Di Periode Berjalan (Periode Yang Sama)
Bila kesalahan jurnal terjadi atas transaksi di PERIODE BERJALAN (sama), artinya:
Akun-akun Laba-Rugi (i.e. pendapatan, harga pokok penjualan, biaya-biaya) BELUM DITUTUP.
Karena Laba-Rugi belum ditutup, artinya masih memungkinkan untuk melakukan pembetulan,
sehingga PERLU dibuatkan jurnal yang bisa memperbaiki kekeliruan, apapun jenis
transaksinya dan apapun jenis kekeliruannya.
Contoh kasus:
Pada tanggal 25 September 2012, Ani (seorang chief accountant) melakukan pemeriksaan akurasi
Buku Besar (General Ledger) dan menemukan beberapa kesalahan jurnal, sebagai berikut:
(a) Salah Angka Nominal – Ani menemukan kesalahan jurnal pada transaksi pembayaran telepon
untuk bulan Agustus yang di nota tagihan tercantum Rp 30,280,000, di buku besar nampak hanya Rp
30,000,000. Tutup buku baru akan dilakukan di bulan Desember 2012. Untuk itu Ani PERLU membuat
jurnal pembetulan (correction entry) sebesar selisihnya, sbb:
[Debit]. Biaya Telepon = Rp 280,000
[Credit]. Kas = Rp 280,000
18. Page | 18
Catatan: bila belum dibayar maka akun di sisi kredit adalah ‘Utang-Telkom. Dengan demikian
pengakuan biaya telepon menjadi sebesar 30,280,000 (=30,000,000 + 280,000) seperti yang
tercantum pada nota tagihan. Demikian juga atas pengakuan kas/utangnya, menjadi betul.
(b) Salah Akun – Ani juga menemukan kesalahan akun pada jurnal pengakuan biaya maintenance
mobil dengan tanggal transaksi 25 Agustus 2012. Biaya maintenance salah masuk ke akun biaya
transportasi sebesar Rp 350,000. Karena tutup buku baru akan dilakukan di Desember 2012, maka Ani
PERLU membuat correction entry, sbb:
[Debit]. Biaya Maintenance = Rp 350,000
[Kredit]. Biaya Transportasi = Rp 350,000
Dengan jurnal pembetulan ini maka saldo akun biaya transportasi berkurang Rp 350,000 dan saldo
akun biaya maintenance bertambah sebesar yang sama, sehingga saldo kedua akun tersebut menjadi
betul.
Catatan: Pembetulan atas kesalahan akun, biasa disebut dengan istilah “reklasifikasi” (reclassification)
sehingga nama jurnalnya sering disebut “reclassification entry”
(c). Transaksi Belum Dicatat – Ani masih ingat bahwa dirinya pernah melihat staff HRD menyerahkan
daftar uang lembur buruh ke Accounting, sekitar akhir Agustus 2012 (menjelang gajian), tetapi Ani
tidak menemukannya di akun ‘Upah Buruh’. Setelah ditanyakan ke Cash Accountant, ternyata
transaksi pembayaran uang lembur pada tanggal 29 Agustus 2012 sebesar Rp 8,950,000 belum
dimasukan. Karena tutup buku baru akan dilakukan di Desember 2012, maka Ani PERLU meminta cash
accountant untuk menjurnal transkasi tersebut (bukan adjustment, sebab memang belum pernah
dijurnal), sbb:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 8,950,000
[Credit]. Kas = Rp 8,950,000
Itu hanya beberapa contoh saja. Pada prakteknya, kesalahan jurnal bisa terjadi di akun manapun
dengan jenis kesalahan yang berbeda-beda. Sekalilagi, sepanjang kesalahan disadari periode berjalan
(periode yang sama), maka: apapun jenis kesalahannya dan pada akun apapun terjadi, TETAP PERLU
DIBUATKAN JURNAL PENYESUAIAN (reclass atau adjustment).
2. Kesalahan Jurnal Atas Transaksi Di Periode Sebelumnya (Periode Berbeda)
Bila kesalahan jurnal terjadi atas transaksi di PERIODE SEBELUMNYA (berbeda), artinya:
Akun-akun Laba-Rugi (i.e. pendapatan, harga pokok penjualan, biaya-biaya) SUDAH DITUTUP
(saya akan bahas khusus mengenai hal ini di akhir artikel).
Karena akun sudah ditutup, maka bisa jadi PERLU atau TIDAK PERLU dibuatkan jurnal untuk
memperbaiki kesalahan tersebut. Untuk itu dibutuhkan pertimbangan lebih lanjut.
Pertimbangan lebih lanjut seperti apa?
Pertimbangkan, apakah kesalahan tersebut akan BISA menjadi betul dengan sendirinya (self-
corrected) di periode-periode berikutnya; atau TIDAK BISA?
19. Page | 19
Bila jawabannya BISA, maka pada umumnya TIDAK PERLU jurnal koreksi.
Bila jawabannya adalah TIDAK BISA, maka bisa jadi HARUS atau TIDAK HARUS dibuatkan
correction entry
“Ah, masa iya jurnal bisa menjadi betul dengan sendirinya, jika tidak kita perbaiki?” Mungkin itu
pertanyaan berikutnya.
Oke. Kita bahas lebih jauh, apa yang dimaksud dengan BISA dan TIDAK BISA menjadi betul dengan
sendirinya (self-corrected).
A. Kesalahan Jurnal Yang BISA Menjadi Betul Dengan Sendirinya (Self-Corrected)
Kesalahan jurnal, pada umumnya, bisa mempengaruhi 2 laporan keuangan utama, yaitu: Laporan Laba
Rugi dan Neraca, tergantung transaksi apa yang salah dijurnal.
(a) Kesalahan Jurnal di Akun Laba Rugi – Bila yang salah dijurnal adalah akun yang masuk kelompok
Laba-Rugi (i.e. penjualan, pendapatan, HPP, dan biaya-biaya), maka otomatis “LABA” menjadi salah
diakui. Selanjutnya, pada saat proses tutup buku berlangsung, akun “Laba” yang di Laporan Laba Rugi
berpindah ke akun “Laba Ditahan” yang ada di Neraca.
Nah, yang dimaksud dengan “betul-dengan-sendirinya” (self-corrected) dalam hal ini adalah: “Laba
Ditahan” yang salah diakui di periode sebelumnya menjadi benar di periode sekarang tanpa perlu
memasukan jurnal pembetulan.
Contoh kasus:
Pada tanggal 25 Desember 2013, Ani menemukan nota pembayaran biaya maintenance AC tertanggal
18 Desember 2012 sebesar Rp 500,000 baru dicatat tanggal 2 Januari 2013. Artinya, telah terjadi
kurang pengakuan (understatement) biaya maintenance sebesar Rp 500,000 di tahun 2012. Sehingga,
otomatis terjadi kelebihan pengakuan (overstatement) laba untuk periode 2012 sebesar yang sama.
(Catatan ingat: Pendapatan – Biaya = Laba)
Pertanyaannya: Apakah Ani perlu membuat jurnal pembetulan atas kesalahan tersebut?
Jawabannya: TIDAK.
Mengapa?
Pertama, pada saat proses tutup buku (31 Desember 2012) Laba yang lebih diakui berpindah
ke akun “Laba Ditahan” yang ada di Neraca. Sehingga Laba Ditahan di awal buku 2013, untuk
sementara, juga salah (overstatement sebesar Rp 500,000.)
Berikutnya, pada saat transaksi tersebut dicatat (2 Januari 2013) terjadi lebih pengakuan
biaya maintenance sebesar Rp 500,000 (akibat tambahan pengakuan transaksi 2012 yang baru
diakui di 2013), sehingga mengakibatkan Laba 2013 menjadi berkurang sebesar 500,000 juga.
Sehingga setelah penutupan Laba Rugi di 31 Desember 2013 Laba Ditahan akan menjadi betul
dengan sendirinya.
20. Page | 20
Jika saya formulasikan, jadinya seperti ini:
2012: Understatement Biaya —> Overstatement Laba = + 500,000
2013: Overstatement Biaya —> Understatement Laba = – 500,000
2013: Laba Ditahan = Balance
Kondisi inilah yang disebut dengan “counterbalancing”, yang membuat Laba Ditahan (Retained
Earning) menjadi betul dengan sendirinya, alias “self-corrected”. Sehingga TIDAK PERLU dibuatkan
jurnal pembetulan.
Pada dasarnya, setiap kesalahan jurnal yang berupa kesalahan saat pengakuan (tanggal transaksi) bisa
menjadi betul dengan sendirinya, alias bersifat ‘self-corrected.’
Pertanyaannya: apakah semua kesalahan yang bersifat self-corrected TIDAK PERLU jurnal koreksi?
Menurut praktek pada umumnya (bukan standard):
Kesalahan yang self-corrected kurang dari 2 tahun buku, berturut-turut, TIDAK PERLU
dibuatkan jurnal pembetulan.
Kesalahan yang self-corrected lebih dari 2 tahun buku, PERLU dibuatkan jurnal koreksi (karena
besar kemungkinannya tidak akan pernah self-corrected)
Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana jika kesalahan jurnal terjadi pada akun yang masuk dalam
kelompok Neraca (kas, piutang, investasi jangka pendek, persediaan, aktiva tetap, utang, modal, laba
ditahan)?
(b) Kesalahan Jurnal di Akun Neraca – Bila kesalahan jurnal terjadi pada akun yang masuk kelompok
Neraca, HARUS dibuatkan jurnal pembetulan. Mengapa? Karena:
Akun kelompok Neraca tidak pernah ditutup (nyambung terus sampai perusahaan bubar). Jadi
tidak ada kesulitan untuk membuat jurnal koreksi.
Akun kelompok Neraca mengandung: Aset (kekayaan perusahaan), Liabilitas (kewajiban alias
utang), dan Modal. Ketiganya sangat sensitive, karena menyangkut hak dan kewajiban baik
bagi perusahaan itu sendiri maupun pihak luar. Jika salah, maka akan ada pihak yang
menderita kerugian.
Contoh kasus:
Pada tanggal 5 Januari 2013, Ani menemukan Invoice#00825 AWB#SIN3500275 pengiriman barang ke
Mr. Jack (pelanggan), yang tertanggal 28 Desember 2012 dengan termin kredit 2 minggu, masuk ke
jurnal dengan tanggal 3 Januari 2013.
Jika Ani tidak buatkan pembetulan tanggal, maka tanggal jatuh tempo piutang dagang jadi 17 januari
2013, padahal seharusnya 11 Januari 2013. Rugi perusahaan dong? Iya kan? Oleh sebab itu harus
dibuatkan pembetulan.
Demikian halnya dengan kesalahan tanggal pengakuan utang misalnya, ya jelas harus diperbaiki,
karena menyangkut haknya pemasok (supplier). Kesalahan tanggal pengakuan perolehan aktiva tetap
21. Page | 21
juga harus diperbaiki, karena mempengaruhi saat pengakuan penyusutan. Dan lain sebagainya.
Intinya, kesalahan pengakuan pada akun-akun di Neraca HARUS diperbaiki.
Selanjutnya kita lihat kesalahan jurnal yang tidak bisa betul dengan sendirinya (tidak bersifat self-
corrected).
B. Kesalahan Jurnal Yang TIDAK BISA Betul Dengan Sendirinya (Non Self-
Corrected)
Meskipun sebagian besar kesalahan jurnal bersifat self-corrected, ada juga beberapa jenis transaksi
yang tidak bersifat self-corrected, tidak akan pernah terjadi “counterbalancing.
Dan seperti sudah saya sampaikan tadi (di bag-2 “Kesalahan di Periode Berbeda”), jenis kesalahan
jurnal yang tidak bersifat self-corrected bisa jadi HARUS atau TIDAK HARUS dibuatkan jurnal koreksi.
Kesalahan jurnal yang bagaimana yang bersifat non-self-corrected? Jenis kesalahan non-self-
corrected mana yang harus dibuatkan jurnal koreksi dan mana yang tidak harus? Jika harus
bagaimana cara membuat jurnal koreksinya?
Ada 2 jenis kesalahan yang bersifat non-self-corrected, alias tidak bisa menjadi betul dengan
sendirinya, yaitu: (a) kesalahan akun; dan (b) kesalahan angka (amount). Kita bahas satu per satu…
(a) Kesalahan Akun – Pas meleng, bisa jadi salah memasukan akun. Jika memakai otomatisasi
komputer akuntansi, terutama software akuntansi yang masih rendah kualitasnya, sepanjang antara
debit dan kredit-nya imbang biasanya diproses, tak peduli akunnya benar atau salah.
Catatan: Yang namanya mesin ya memang ‘pipinbo’ alias pintar-pintar bodoh. Bahasa science-nya
kondisi ini disebut dengan istilah “false positive”, jenis kelemahan yang sangat membahayakan,
dimana parameter-criteria-logic nya betul (sehingga dijalankan oleh program) TETAPI logic yang
dibangun saat merancang program tidak mengikutsertakan kondisi tertentu karena keterbatasan
program itu sendiri. Bukan salah programnya, tapi salah manusianya yang tidak menyadari kelemahan
dari program yang digunakannya. (lain kali akan saya bahas khusus mengenai hal ini)
Kembali ke kesalahan akun di periode sebelumnya (periode yang berbeda). Apakah harus dibuatkan
jurnal koreksi? Tergantung:
[-]. Bila kesalahan akun terjadi pada kelompok “Laba-Rugi” (biasa disebut “akun temporer”), maka
TIDAK HARUS direklasifikasi. Kenapa? Karena (1) akun sudah ditutup; (2) “Laba” sudah betul
(meskipun akunnya keliru) sehingga dan “Laba Ditahan” juga sudah betul (alasan kedua ini yang paling
penting).
Contoh kasus:
Pada tanggal 3 Januari 2013, Ani baru sadar bahwa telah terjadi kesalahan pembebanan biaya
perjalanan dinas tahun 2012 yang terlanjur dibebankan ke biaya entertainment sebesar Rp 5,000,000.
Di satu sisi, kesalahan ini tidak akan menjadi betul dengan sendirinya (non-self-corrected), sampai
kapanpun juga. Di sisi lainnya, kedua akun tersebut telah ditutup di akhir 2012. Kabar bagusnya, Laba
sudah benar, sehingga Laba Ditahan juga sudah benar. Sehingga Ani TIDAK HARUS membuat jurnal
koreksi untuk reklasifikasi.
22. Page | 22
[-]. Bila kesalahan akun terjadi pada kelompok “Neraca” (biasa disebut “akun permanen”), maka
HARUS direklasifikasi, entah dengan melalui reversal baru direklasifikasi atau direklasifikasi langsung.
Mengapa? Karena (1) akun permanent tidak pernah ditutup—berlanjut terus sampai perusahaan
bubar, sehingga memungkinkan untuk buat reklasifikasi; dan (b) akun permanent menyangkut hak
dan kewajiban perusahaan terhaap pihak luar.
Contoh Kasus:
Pada tanggal 27 Desember 2013, Ani menemukan kesalahan akun pada pengakuan perolehan aktiva
tetap. Pembelian mesin produksi tanggal 23 Nopember seharga Rp 250,000,000 masuk ke akun
“Furniture dan Mebeler.”
Sampai kapanpun kesalahan ini tidak akan bisa betul dengan sendirinya sampai dilakukan reklasifikasi.
Oleh sebab itu, Ani memasukan jurnal reklasifikasi sbb:
[Debit]. Mesin = Rp 250,000,000
[Kredit]. Furniture & Mebeler = Rp 250,000,000
(Untuk reklasifikasi akun aktiva tetap mesin dan furniture)
[Debit]. Akumulasi penyusutan Furniture & Mebeler = Rp xxxx (hitung sendiri)
[Kredit]. Akumulasi penyusutan Mesin = Rp xxxx (hitung sendiri)
(Untuk reklasifikasi akumulasi penyusutan aktiva tetap mesin dan furniture)
Catatan:
Ani tidak membuat reklasifikasi untuk biaya penyusutan yang juga salah, karena (a) akun biaya
untuk 2012 sudah ditutup; dan (b) kesalahan akun pada laba rugi tidak mempengaruhi
besarnya laba dan laba ditahan.
Selain dengan reklasifikasi langsung seperti yang dilakukan oleh Ani, anda juga bisa melakukan
reklasifikasi bertahap dengan cara membuat “Jurnal Pembalik” (Reversal Entry) untuk masing-
masing akun Mesin dan Furniture, baru kemudian dibuatkan jurnal yang benar ke akun
masing-masing. Tetapi jadinya agak panjang (tidak efesien waktu).
(b). Kesalahan Angka (Amount) – Penyebab kesalahan angka (amount) ini bisa macam-macam,
misalnya: salah input atau salah hitung (sehingga input juga salah). Jika memakai software akuntansi,
kesalahan input angka juga tetap diproses oleh komputer sepanjang debit dan kreditnya sama. (nanti
kita bahas secara khusus).
Apapun penyebab salahnya, yang jelas kesalahan angka (amount) pada periode sebelumnya (periode
yang berbeda), baik yang terjadi di akun Laba Rugi atau di Neraca, bersifat non-self-corrected, tidak
akan pernah terjadi counterbalancing di periode-periode selanjutnya. Oleh sebab itu, HARUS
DIBUATKAN JURNAL KOREKSI.
“Bagaimana caranya? Bukankah Akun biaya di Laba Rugi sudah ditutup?” Mungkin ada yang bertanya
seperti itu.
23. Page | 23
Caranya:
KREDIT akun “Laba Ditahan”, bila telah terjadi OVERSTATEMENT Biaya; atau
DEBIT akun “Laba Ditahan”, bila telah terjadi UNDERSTATEMENT Biaya.
Mengapa yang dikoreksi adalah Laba Ditahan (bukannya Laba)? Karena Laba sudah ditutup di akhir
periode ketika kesalahan terjadi. Ingat: Pada proses penutupan buku Laba pindah ke Laba Ditahan.
Contoh Kasus:
Pada tanggal 3 Januari 2013, Ani menemukan kesalahan pengakuan biaya Gaji Pegawai. Pembayaran
Gaji sebesar Rp 405,000,000 tertanggal 29 Desember 2012, hanya masuk sebesar Rp 400,500,000.
Artinya apa? Telah terjadi UNDERSTATEMENT biaya gaji sebesar Rp 4,500,000 (=405,000,000 –
400,500,000) untuk Desember 2012. Understatement pada biaya menyebabkan OVERSTATEMENT
pada pengakuan Laba dan Laba Ditahan sebesar Rp 4,500,000 juga. (Ingat persamaan: Pendapatan –
Biaya)
Oleh sebab itu, Ani membuat jurnal koreksi untuk menurunkan saldo Laba Ditahan dan Menurunkan
Saldo Kas, sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 4,500,000
[Kredit]. Kas = Rp 4,500,000
Catatan: Seandainya kesalahan diketahui sebelum gaji dibayarkan, maka lawannya Laba Ditahan
adalah “Utang Gaji Pegawai”.
Dihari yang sama, Ani juga menemukan kesalahan pengakuan biaya komisi penjualan pada tanggal 23
Desember 2012. Yang seharusnya Rp 30,500,000 masuk sebesar Rp 35,000,000.
Artinya apa? Telah terjadi OVERSTATEMENT biaya komisi penjualan sebesar Rp 4,500,000 (Rp
35,000,000 – 30,500,000). Overstatement pada biaya komisi menyebabkan UNDERSTATEMENT pada
Laba dan Laba Ditahan.
Oleh sebab itu, Ani membuat jurnal koreksi untuk menaikan Laba Ditahan dan Menaikan Saldo Kas,
sbb:
[Debit]. Kas = Rp 4,500,000
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 4,500,000
Eh, ternyata Ani juga menemukan kesalahan pengakuan pendapatan di periode 2012. Invoice#000365
ke Mr. John tertanggal 20 Desember 2012 dengan termin kredit 30 hari. Nilai invoice sebesar Rp
67,800,000, yang masuk hanya Rp 67,000,000. Bagaimana Ani membuat jurnal koreksi atas kesalahan
itu?
Ani membuat analisa sbb: telah terjadi UNDERSTATEMENT pengakuan Penjualan sebesar Rp 800,000
(=67,800,000 – 67,000,000), sehingga mengakibatkan UNDERSTATEMENT Laba dan Laba Ditahan Rp
800,000. Di sisi lainnya, juga terjadi UNDERSTATEMENT Piutang dagang sebesar yang sama. Oleh
sebab itu, Ani membuat jurnal koreksi untuk menaikan Laba Ditahan dan Piutang Dagang, sbb:
[Debit]. Piutang Dagang = Rp 800,000
[Kredit]. Laba Ditahan = Rp 800,000
24. Page | 24
Itu saja? Tidak. Jangan lupa: pada saat mengakui penjualan, juga mengakui kenaikan Harga Pokok
Penjualan (HPP) dan penurunan Nilai Persediaan Barang. Karena Penjualan UNDERSTATEMENT maka
HPP juga UNDERSTATEMENT. Understatement pada HPP mengakibatkan OVERSTATEMENT pada Laba
dan Laba Ditahan. Di sisi lainnya, Saldo Persediaan juga OVERSTATEMENT. Anggap selisih HPP-nya Rp
600,000. Sehingga, Ani membuat jurnal koreksi untuk menurunkan Laba Ditahan di satu sisinya dan
menurunkan saldo Persediaan, sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 600,000
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 600,000
Pertanyaan selanjutnya: Bagaimana jika kesalahan angka (amount) terjadi pada akun-akun di
Neraca?
HARUS dibuatkan jurnal koreksi, dengan pertimbangan seperti yang telah saya sampaikan
sebelumnya.
Masalalah-masalah Lain Sehubungan Dengan Kesalahan Jurnal
Secara umum, problem kesalahan jurnal itu-itu saja. Rasanya sudah saya sebutkan semua, lengkap
dengan contoh kasus dan solusinya. Hanya saja, karakteristik operasional perusahaan begitu beragam
menimbulkan tingkat kompleksitas masalah dan model kesalahan yang beragam, yang tentunya juga
memerlukan adjustment, reklasifikasi, dan koreksi beragam.
Misalnya:
Kesalahan Numpuk Bertahun-tahun – Pada perusahaan skala kecil (UKM), kesalahan jurnal
sudah pasti sangat banyak, parahnya lagi tidak pernah dikoreksi selama beratahun-tahun,
sehingga menjadi menumpuk. Bagaimana membuat jurnal penyesuaian atas kesalahan yang
sudah bertahun-tahun lalu? Solusi: sama saja dengan yang telah saya sampaikan tadi.
Kesalahan Pada Buku Yang Tak Pernah Ditutup – Ini juga penyakitnya UKM. Sangat banyak
usaha kecil yang bukunya tak pernah ditutup, tidak pernah menyusun laporan keuangan
samasekali. Nah, jika ditemukan ada kesalahan jurnal, bagaimana perlakuannya? Bukankah
buku belum ditutup? Solusi: Jika pencatatan manual (pakai Excel misalnya), silahkan edit
langsung transaksinya, perbaiki sesuai dengan kondisi sebenarnya. Mengapa? Karena toh
buku belum pernah ditutup, toh belum pernah bikin laporan keuangan. Satu saja syaratnya:
Harus atas persetujuan pimpinan perusahaan.
Kesalahan Pada Buku Yang Ditutup Tetapi Masih Bisa Diedit – Berbeda dengan yang kedua
di atas, pada kondisi seperti ini berarti perusahaan sudah pernah membuat laporan keuangan
(logikanya, sudah ada pihak luar yang pernah membaca laporan keuangan tersebut). Sehingga
tidak bisa main edit begitu saja. PERLU dibuatkan adjustment, reklasifikasi atau koreksi—
sesuai dengan apa yang telah saya sampaikan tadi.
Dan lain sebagainya – Saya tidak bisa menyebutkan satu persatu karena ragam masalahnya
bisa bermacam-macam. Tetapi jika anda sudah memahami logika dan konsep dasar yang
sudah saya paparkan tadi, mestinya anda tidak akan menemui kesulitan berarti.
25. Page | 25
Membuat Pembetulan Kesalahan Jurnal Di Lingkungan Yang Terotomatisasi
Hambatan yang paling lumrah dalam membuat adjustment, reclassification atau correction entry di
lingkungan yang menggunakan software akuntansi (terotomatisasi) adalah: tidak bisa memasukan
jurnal penyesuaian begitu saja.
Misalnya: Saat membuat reklasifikasi langsung anda memasukan jurnal dengan mendebit biaya dan
mengkredit biaya juga di sisi lainnya. Sudah pasti system menolak, bila anda masukan jurnal seperti
itu di module kas atau utang, sebab jurnal itu tidak sesuai dengan logika program yang telah dibangun;
program mau memproses hanya jika akun biaya dilawankan dengan akun utang atau kas.
Software akuntansi tertentu biasanya menyediakan module khusus untuk memasukan adjustment
(penyesuaian), reclassification (reklasifikasi) dan correction (koreksi) entry. Yang paling lumrah
biasanya modul “General Journal (GJ)”. Di sinilah anda bisa ‘membypass’ prinsip dasar penjurnalan.
Dengan kata lain anda bisa melawankan akun apa saja di sini, sepanjang balance antara debit dengan
kreditnya.
Untuk bisa menjalankan modul khusus ini, tentu anda harus memiliki otoritas yang cukup (biasanya
chief accountant ke atas punya otoritas ini). Mengapa demikian? Karena alasan keamanan, mencegah
fraud dan bentuk-bentuk pelanggaran sistim pengendalian internal.
Oleh sebab itu, aktivitas memasukan correction entry biasanya hanya bisa dilakukan oleh mereka yang
sudah setingkat chief accountant atau accounting manager ke atas (accountant biasa, clerk, staff data
entry tidak diijinkan). Pada perusahaa tertentu, bahkan module ini mungkin hanya bisa diakses oleh
Controller atau CFO—tergantung seberapa ketat sistim pengendalian dijalankan.
Bisa jadi juga akuntan diberi akses hingga ke modul general journal, akan tetapi harus didahului oleh
proses approval (disertai backup dokumen/data yang diperlukan) oleh mereka yang berwenang (Chief
Accountant, Accounting Manager, Controller atau CFO).
Saya pikir itu saja mengenai salah jurnal, jurnal penyesuaian, reklasifikasi, dan jurnal koreksi.
Saran saya satu saja: tolong diingat, pekerjaan revisi (memperbaiki) apapun itu, jauh lebih
merepotkan dibandingkan menjalankan pekerjaan itu pertamakalainya. Dalam akuntansi, bukan
saja membuat tidak efisien, tetapi juga cerminan output laporan keuangan yang tidak bisa
dihandalkan secara keseluruhan.
Sekali-duakali membuat kesalahan mungkin masih bisa diterima, tetapi jika terlalu sering,
kepercayaan orang lain (atasan, departemen lain, dan pihak luar) akan menurun, bahkan mungkin
hilang tak berbekas. Dan itu, adalah bentuk kerugian yang jauh lebih berat dibandingkan pekerjaan
merevisi itu sendiri. Oleh sebab itu, usahakan minimalkan kesalahan sebisa mungkin, jangan grasa-
grusu, fokus pada pekerjaan, patuh pada prosedur, dan… jangan malu bertanya bila tidak mengerti.
Semoga bisa dan sukses dalam karir.3
3
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/09/salah-jurnal-apakah-perlu-jurnal-pembetulan-koreksi/
26. Page | 26
4). Jurnal Koreksi (Pembetulan) Kesalahan Untuk Periode
Yang Sama.
Jurnal koreksi diperlukan untuk memperbaiki kesalahan
pencatatan transaksi (baik yang diketahui di periode yang
sama maupun yang yang berbeda). sesederhana itu
teorinya. Pada kenyataannya, tidak sedikit teman-teman di
bagian akuntansi tidak yakin (lalu menjadi tidak cukup
percaya diri) dalam melakukan koreksi, takut salah. Tetapi,
bisa saya maklumi.
Penggunaan istilah jurnal koreksi (pembetulan) sering ditukar atau dicampuradukan dengan
jurnal penyesuaian. Padahal sudah jelas, secara harfiah yang namanya koreksi ya untuk
memperbaiki kesalahan. Sedangkan jurnal penyesuaian diperlukan hanya untuk
menyesuaikan pencatatan akibat penggunaan metode akrual, pengalokasian beban secara
gradual, atau akibat adanya perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan
(misal: perubahan estimasi atau metode penghitungan). Bukan untuk melakukan koreksi
terhadap kesalahan pencatatan!
Tidak sedikit teman-teman pegawai accounting (terutama pemula) yang dibikin bingung oleh
kedua istilah ini. Penggunaannya menjadi simpang siur—parahnya kesimpangsiuran ini
mengakibatkan sulitnya memahami cara memperbaiki kesalahan pencatatan (jurnal) atau
Lupakan kesimpangsiuran itu. Di seri ini saya akan khusus membahas jurnal koreksi untuk
memperbaiki kesalahan pencatatan. Sedangkan jurnal penyesuaian akan saya bahas dalam
seri khusus di kesempatan lain.
Pada dasarnya, semua jenis kesalahan—jika memungkinkan, seharusnya dikoreksi. Namun
ada beberapa kondisi yang membuat tidak semua kesalahan memerlukan jurnal koreksi—
karena akan betul dengan sendirinya di periode (bulan/tahun) berikutnya. Kesalahan seperti
apa yang membutuhkan jurnal koreksi/pembetulan dan kesalahan seperti apa yang tidak?
Bagaimana membuat jurnal koreksi?
Kesalahan pencatatan bisa saja diketehaui di periode yang sama (misal: transaksi periode
2011 kesalahannya diketahui di tahun 2011) atau di periode yang berbeda (transaksi tahun
2011 baru diketahui di tahun 2012).
Agar tidak membingungkan sekalilagi saya akan tetap memakai istilah jurnal koreksi termasuk
untuk kesalahan yang diketahui di periode yang sama.
Kesalahan bisa berupa kesalahan klasifikasi atau kesalahan jumlah (salah hitung atau salah
input):
1. Kesalahan Klasifikasi – Untuk kesalahan klasifikasi, tinggal dibuatkan jurnal reklasifikasi.
Misalnya: PT. JAK menggunakan periode buku tahunan. Tanggal 25 Agustus 2011 diketahui
terjadi kesalahan pencatatan atas transaksi tanggal 10 Juli 2011 berupa pembelian mesin
27. Page | 27
senilai Rp 60,000,000 yang dimasukan ke dalam kelompok ‘Aktiva Tetap Bangunan’. Karena
kesalahan diketahui di periode yang sama—dimana penyusutan atas aktiva tetap tersebut
belum dicatat, maka yang di reklasifikasi hanya nilai perolehannya, sehingga jurnal
reklasifikasinya adalah sbb:
[Debit]. Aktiva Tetap – Mesin = Rp 60,000,000
[Credit]. Aktiva Tetap – Bangunan = Rp 60,000,000
2. Kesalahan Jumlah – Misalnya: Pada tanggal 25 Agustus diketahui telah terjadi kesalahan
pencatatan atas pembayaran listrik tanggal 15 Agustus 2011 yang sebesar Rp 15,000,000
dimasukkan hanya Rp 1,500,000. Koreksi atas kesalahan jumlah bisa dilakukan dengan cara
memasukan jumlah selisihnya:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 13,500,000
[Credit]. Kas/Utang PLN = Rp 13,500,000
(Rp 15,000,000 – Rp 1,500,000 = Rp 13,500,000)
Kesimpulan: Kesalahan apapun, di kelompok akun manapun, jika diketahui di periode yang
sama, saya menyarankan sebaiknya langsung dibuatkan jurnal koreksi. Lalu bagaimana jika
kesalahan diketahui di periode yang berbeda? Apakah memerlukan jurnal koreksi?
Bagaimana menganalisanya? Bagimana membuat jurnal koreksinya? Silahkan di baca
kelanjutannya di: Jurnal Koreksi Untuk Kesalahan Di Periode Yang Berbeda.4
5). Jurnal Pembetulan Untuk Kesalahan Di Periode Yang
Berbeda
Jurnal pembetulan (koreksi) untuk kesalahan yang
diketahui di periode yang sama sudah saya bahas
sebelumnya. Di tulisan ini saya akan bahas jurnal koreksi
untuk kesalahan yang diketahui di periode
berbeda. Kesalahan pencatatan yang diperiode
sebelumnya bisa berpengaruh terhadap:
Akun-akun Neraca (Akun Permanen) saja; atau
Akun-akun Laba Rugi (Akun Nominal) saja; atau
Akun Neraca dan Laba Rugi.
4
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/08/jurnal-koreksi-pembetulan-kesalahan-untuk-periode-yang-
sama/
28. Page | 28
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca Saja
Untuk kesalahan yang berpengaruh terhadap akun-akun neraca saja (mulai dari kas hingga
laba ditahan), semuanya memungkinkan untuk dikoreksi—karena tidak ada istilah tutup buku
untuk akun-akun ini. Misalnya:
PT. JAK menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 1 Maret 2012 diketahui telah terjadi
kesalahan pencatatan transaksi pelunasan utang pada tanggal 28 Agustus 2011. Pembayaran
utang dagang kepada PT. ABC sebesar Rp 25,000,000 tercatat sebagai pencicilan utang bank.
Atas kesalahan tersebut harus dibuatkan jurnal koreksi berupa reklasifikasi, jika tidak maka
saldo utang bank dan saldo utang kepada PT. ABC akan salah. Berikut adalah jurnal koreksi-
nya:
[Debit]. Utang Dagang – PT. ABC = Rp 25,000,000
[Credit]. Utang – Bank XZY = Rp 25,000,000
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Laba Rugi Saja
Untuk kesalahan yang berpengaruh hanya pada akun-akun laba rugi saja, tidak perlu
dikoreksi. Ada 2 alasan mengapa tidak perlu dikoreksi:
Alasan pertama, akun-akun kelompok laba rugi sudah ditutup di akhir periode saat mana
kesalahn terjadi—artinya di akhir periode akun-akun tersebut sudah di-nol-kan, sehingga
tidak dibawa ke periode berikutnya.
Alasan kedua, baik laba/rugi maupun saldo akhir neraca di akhir periode saat kesalahan terjadi
sudah dalam kondisi benar.
Misalnya: PT. JAK menggunakan periode buku tahunan. Di periode 2011 perusahaan salah
melakukan pencatatan; transaksi pembayaran listrik sebesar Rp 15,000,000 terlanjur dicatat
sebagai pembayaran telepon.
Andai kesalahan tersebut diketahui di tahun 2011 (periode yang sama), maka perusahaan
perlu membuat jurnal koreksi sebagai berikut:
[Debit]. Biaya Listrik = Rp 15,000,000
[Credit]. Biaya Telepon = Rp 15,000,000
Tetapi jika kesalahan tersebut baru diketahui di periode 2012, maka atas kesalahan tersebut
TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi, dengan pertimbangan:
Memang, untuk periode 2011, pengeluaran telepon diakui Rp 15,000,000 lebih besar dari
yang seharusnya, sementara di sisi lainnya pengeluaran listrik kurang diakui sejumlah yang
29. Page | 29
sama. Akan tetapi, itu tidak mempengaruhi saldo akhir kas (di Neraca), juga tidak
mempengaruhi laba/rugi bersih di penutupan buku 2011.
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi
Dilihat dari efeknya terhadap buku di tahun berikutnya, ada 2 macam kesalahan di sini:
(a) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah dua tahun; dan
(b) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah lebih dari dua tahun atau
bahkan tidak pernah terkoreksi selamanya—untuk kasus yang sangat khusus.
Tetapi sebagian besar akan terkoreksi dengan sendirinya—meskipun mungkin perlu waktu
beberapa periode. Untuk jenis kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya:
PT. JAK menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 31 Desember 2011, PT. JAK lupa
mengakrualkan upah buruh untuk bulan tersebut yang baru dibayarkan pada tanggal 1
Januari 2012 sebesar Rp 250,000,000. Sehingga jurnal berikut ini BELUM di masukan:
[Debit]. Upah Buruh = Rp 250,000,000
[Credit]. Utang – Upah Buruh = Rp 250,000,000
Akibatnya, tanggal 1 Januari 2012 (pada saat gaji upah dibayarkan—saat mana di sisi lainnya
buku periode 2011 telah ditutup) PT. JAK baru membuat jurnal sebagai berikut:
[Debit]. Upah Buruh = 250,000,000
[Credit]. Kas = 250,000,000
Ini adalah bentuk kesalahan, sebab sesungguhnya upah yang dibayarkan pada 1 Januari
tersebut adalah upah untuk bulan Desember 2011, artinya itu pengeluaran yang seharusnya
dibebankan di 2011.
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Di Periode 2011: (a) “Biaya” dibebankan terlalu rendah, (b) sehingga pengakuan “Laba”
menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, (c) akibat berikutnya, saat penutupan buku 2011
“Laba Ditahan” pada Neraca menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, (d) “Utang – Upah
Buruh” diakui lebih rendah dari seharusnya.
Di Periode 2012: (a) “Biaya” lebih tinggi dari yang seharusnya, (b) sehingga “Laba” juga
menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Apa yang terjadi pada (c) “Utang – Upah buruh”?
Dan apa yang terjadi pada (d) “Laba Ditahan”? Ada 2 kemungkinan:
30. Page | 30
Jika kesalahan tersebut disadari sebelum penutupan buku periode 2012 lalu buku dilihat,
maka “Utang – Upah Buruh” dan “Laba Ditahan” akan nampak salah, sehingga PERLU
dibuatkan jurnal koreksi, sbb:
[Debit]. Laba Ditahan = Rp 250,000,000
[Credit]. Biaya Upah Buruh = Rp 250,000,000
Tetapi Jika kesalahan tersebut disadari setelah penutupan buku 2012, maka “Utang – Upah
Buruh” dan “Laba Ditahan” akan menjadi BETUL dengan sendirinya, sehingga TIDAK PERLU
dibuatkan jurnal koreksi. Mengapa menjadi betul?
Ini dia penyebabnya: Laba Ditahan 2011 diakui terlalu tinggi karena Laba diakui terlalu tinggi
karena beban upah buruh bulan Desember 2011 lupa diakui. Nah di tahun 2012 upah buruh
menjadi terlalu tinggi, sehingga Laba menjadi terlalu rendah dan mengakibatkan Laba Ditahan
juga menjadi terlalu rendah. Dengan kata lain, kelibahan dan kekurangan pengakuan diantara
kedua tahun ini menjadi saling menutupi, sehingga Laba Ditahan setelah penutupan 2012
telah menjadi betul (terkoreksi) dengan sendirinya. Demikian juga Utang Upah Buruh.
Ada beberapa jenis kesalahan yang juga akan terkoreksi dengan sendirinya di periode
berikutnya, diantaranya:
“Biaya Telepon” yang lupa diakrualkan
“Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)” yang seharusnya dibebankan secara bertahap (melalui
jurnal penyesuaian) tetapi dibebankan sekaligus
“Pendapatan Bunga” yang lupa diakrualkan
“Pendapatan Diterima Di Muka (Deposit)” yang seharusnya diakui sebagai pendapatan secara
bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi diakui sekaligus.
“Pengunaan Persediaan” yang terlalu rendah/tinggi diakui.
“Pembelian Persediaan” yang belum diterima, tetapi sudah diakui sebagai penambah barang
persediaan.
Seperti sudah saya sampaikan sebelumnya, ada juga jenis kesalahan khusus yang butuh waktu
lama (mungkin 5, 7, 10, atau bahkan 30 tahun) untuk terkoreksi dengan sendirinya. Jenis
kesalahan ini biasanya transaksi terkait dengan aktiva tetap (baik yang berwujud atau tidak
berwujud) antara lain:
Pengeluaran perbaikan bangunan yang harusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanPengeluaran
penggantian sparepart mesin yang seharusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanKesalahan
perhitungan beban penyusutan. Semua jenis kesalahan ini butuh waktu lama untuk menjadi
terkoreksi dengan sendirinya—seiring dengan lamanya waktu penyusutan/amortisasi yang
dibutuhkan hingga aktiva tersebut habis umur ekonosmisnya atau dijual. Untuk itu HARUS
DIBUATKAN JURNAL KOREKSI begitu kesalahan diketahui.5
5
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/08/jurnal-pembetulan-untuk-kesalahan-di-periode-yang-
berbeda/
31. Page | 31
DAFTAR SUMBER
http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.co.id/2007/12/journal-entry-adjustment-re-
class.html
http://www.praktisi.ac.id/?op=news&v=145
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/09/salah-jurnal-apakah-perlu-jurnal-pembetulan-koreksi/
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/08/jurnal-koreksi-pembetulan-kesalahan-untuk-periode-
yang-sama/
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2011/08/jurnal-pembetulan-untuk-kesalahan-di-periode-yang-
berbeda/