SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
Download to read offline
BAB II

                                TINJAUAN PUSTAKA



A. Perilaku

       Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku

   seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

   kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti

   lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas

   kesehatan atau petugas lainnya.

       Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy,

   Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti

   orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sehingga yang

   dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari

   manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,

   berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas

   dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau

   aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

   pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).

       Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

   merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan

   sikap seseorang.




   1. Bentuk Perilaku
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O -

R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

a. Respondent respon atau reflexsive

          yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus)

   tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan

   respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan

   keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan

   sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya

   mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan

   kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

b. Operant respon atau instrumental respon

          yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus

   atau perangsang tertentu. Peragsang ini disebut reinforcing stimulation atau

   reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas

   kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya

   atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus

   baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan

   tugasnya.

    Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

   terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi

      belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

   b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

      tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah

      jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).

2. Domain Perilaku

      Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus

  (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun

  bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan

  respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat

  dibedakan menjadi dua yaitu :

  a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given

      atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan

      sebagainya.

  b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,

      dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang

      mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

3. Proses Tejadinya Perilaku

      Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

  perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang

  berurutan, yakni.

   a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

      setimulus (objek) terlebih dahulu.

   b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c.    Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal

           ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

     d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

     e.    Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

           dan sikapnya terhadap stimulus.

          Menurut    Notojadmodjo      (2003),   mengungkapkan   bahwa   sebelum    orang

 mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri rang tersebut terjadi proses

 yang berurutan yaitu :

 a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

          terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

 b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.

 c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

          bagi dirinya.

 d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

          dikehendaki oleh stimulus.

 e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan,

          kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

          Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

 didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut

 akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal

 122).

          Benjamin seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku,

 yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain

 perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:

a.        Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Kamus Besar

Bahasa Indonesia , 2003). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau

hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian

dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh

melalui    indera     pendengaran      (telinga)    dan    indera     penglihatan

(mata).(Notoatmodjo,2003)

   Pengetahuan diartikan hanya sekedar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha

manusia untuk menjawab pertanyaan “what”.

   Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau sgala perbuatan

manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia

untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo,2007).

   Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari

pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan

kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru.

Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi menjadi

pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembadingan, konsekwensi,

penghubungan, dan perbincangan.

   Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui dan disadari oleh

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang

ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul

ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian

tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi

dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini

bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan yang dilakukan secara empiris

dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi

pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan

segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan

empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi

berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi

dengan   sendirinya   akan   mendapatkan     pengetahuan    tentang   manajemen

organisasi.Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan

melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih

menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada

pengalaman. Misalnya pengetahuantentang matematika. Dalam matematika, hasil 1

+ 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan

melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan

sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang

yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya

dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan

status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan

atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya : Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat

kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Media Media

yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

Keterpaparan informsi pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary,

adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news. Kamus lain

menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula

yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah

informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi

informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri

mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya

perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat

diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-

hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta

diteruskan    melalui      komunikasi.     (Tambotah,      http://www.Knowledge

management.com, diakses tanggal 10 Agustus 2006)

   Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan.

   Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian dari

manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk mengenal dan

mengetahui berbagai hal.

1) Macam – macam Pengetahuan

  a) Pengetahuan Umum
Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau

     seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam –

     dalamnya dan sebesar – besarnya.

  b) Pengetahuan Khusus

     Pengetrahuan khusus adalah segala sesuatu yang dikrtahui oleh seseorang

     secara khusus, sesuatu hal yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya.

2) Cara Memperoleh Kebenaran Pengetahuan

     Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2004) Pengetahuan merupakan sesuatu

  yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan

  tidak akan ada dan untuk tetap ada terdapat delapan unsur yang membentuk

  struktur pikiran manusia, diantaranya adalah :

  1. Pengamatan: Unsur ini merupakan bagian dari unsur yang dapat membentuk

     struktur pemikiran karena melalui pengamatan dapat timbul keterkaitan pada

     objek tertentu sehingga dapat membentuk sebuah pemikiran

  2. Penyelidikan: Setelah dilakukan pengamatan, maka dapat dihasilkan suatu

     persepsi dan konsep yang diingat baik secara sederhana maupun kompleks,

     sehingga dapat terbentuk struktur pemikiran.

  3. Percaya: Rasa percaya pada objek muncul dalam kesadaran yang biasanya

     timbul dari sebuah rasa keraguan akan objek yang akan diselidiki, melalui

     rasa percaya terhadap objek tersebut akan timbul pemikiran untuk mencapai

     apa yang akan dihasilkan.

  4. Keinginan: Keinginan dapat membentuk struktur pemikiran. Apabila tidak

     ada keinginan untuk mengenal, mengetahui bahkan menyelidiki suatu objek,

     maka tidak terjadi sebuah pemikiran.
5. Adanya maksud: Apabila sesorang tidak mempunyai maksud terhadap objek

   tertentu walaupun telah diamati dan diselidiki, maka sulit untuk dapat terjadi

   sebuah pikiran.

6. Mengatur: Pikiran merupakan sebuah organisme yang teratur dalam diri

   seseorang, dan pikiran dapat mengatur melalui kesadaran. Proses pengaturan

   ini akhirnya dapat membentuk sebuah pemikiran.

7. Menyesuaikan: Menyesuaikan merupakan bagian dari komponen yang dapat

   membentuk struktur pemikiran manusia, melalui kemampuan dalam

   menyesuaikan pemikiran – pemikiran akan terdapat pembatasan –

   pembatasan yang dibebankan pada pemikiran melalui kondisi yang ada

   dalam keadaan fisik, biologis maupun lingkungan.

8. Menikmati: Melalui pikiran – pikiran dapat dirasakan kenikmatan tersendiri

   dalam menekuni berbagai persoalan hidup. Proses menikmati ini juga akan

   membentuk struktur pemikiran manusia.

   Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia Yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman yang

ada dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

   Menurut Notoatmodjo (2002), dari berbagai cara yang telah digunakan

untuk   memperoleh     kebenaran    pengetahuan     sepanjang     sejarah   dapat

dikelompokkan dua yaitu :
a) Cara Tradisional

    i. Cara coba salah (trial and error): Yang pernah digunakan oleh manusia

        dalam memperoleh pengetahuan melalui cara coba salah atau dengan

        kata lain yang lebih dikenal dengan trial and error

   ii. Cara kekuasaan: Dalam kehidupan sehari – hari, banyak sekali kebiasaan

        – kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

        Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan turun – menurun dari

        generasi kegenerasi berikutnya.

   iii. Berdasarkan pengalaman pribadi: Pengalaman adalah guru terbaik,

        demikian bunyi pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

        merpakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu

        cara untuk memperoleh kebenaran.

   iv. Melalui jalan pikiran: Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara

        berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

        menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.

b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini mencakup tiga hal

    pokok, yaitu :

      i. Segala sesuatu yang ositif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat

          dilakukan pengamatan.

      ii. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul

          pada       saat dilakukan pengamatan.

     iii. Gejala – geala yang timbul bervariasi, yaitu gejala – gejala yang

          berubah – ubah dalam kondisi tertentu.

    Reiley dan Obermann (2002) membagi pengetahuan dalam 6 domain

kognitif, yaitu :
a) Tahu: Tahu mencakup ingatan fakta dan informasi yang spesifik. Pelajaran

         ditingkat ini berisi tentang proses tentang mengingat informasi, bukan

         kemampuan untuk memahami maknanya.

      b) Memahami: Pemahaman menandakan pengeratian, suatu kemampuan untuk

         mengartikan atau menginterprestasikan informasi dan memperkirakan

         informasi lain diluar yang diberikan.

      c) Aplikasi: Aplikasi merujuk pada penggunaan konsep, teori dan abstraksi

         lainnya dalam situasi yang konkrit. Kemampuan untuk menggunakannya

         memerlukan pengertian terhadap apa yang akan digunakan.

      d) Analisis: Mempertahankan pembelajaran yang melibatkan suatu pembagian

         materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan hubungan

         diantara bagian-bagian tersebut.

      e) Sintesis: Berarti perkembangan suatu produk melalui pengembangan elemen

         dan bagian yang spesifik . Katagori ini melengkapi proses pembelajaran

         yang kreatif.

      f) Evaluasi:    Mewakili   prilaku    pembelajaran    yang   paling   kompleks,

         memperlihatkan kemampuan untuk membuat keputusan mengenai nilai

         berkaitan dengan kriteria internal dan eksternal

         Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

      yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

      atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat

      kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 1997).

b. Sikap (attitude)


      Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

   yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-
tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo,

2005).


   Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Campbell).

   Sikap adalah       kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. (Newcomb)

Komponen Sikap (Allport)

1) Kepercayaan terhadap objek

2) Keyakinan terhadap objek

3) Ide, konsep terhadap objek

4) Kepercayaan terhadap objek

5) keyakinan terhadap objek


   Sikap sering diperoleh dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat

seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif

terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain:


1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.

2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada

    pengalaman orang lain.

3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak

    atau sedikitnya pengalaman seseorang.

4) Nilai (value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang

    menjadi     pegangan     setiap   orang   dalam     menyelenggarakan    hidup

    bermasyarakat. (Notoatmodjo, 2003).
Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap

      merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

      pelaksanaan motif tertentu.

      Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya antara lain:

      1) Menerima (Receiving)

          Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

          yang diberikan (objek).

      2) Menanggapi (Responding)

          Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

          pertanyaan atau objek yang dihadapi.

      3) Menghargai (Valuing)

          Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif

          terhadap objek atau stimulus. Membahasnya dengan orang lain dan mengajak

          atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

      4) Bertanggungjawab (Responsible)

          Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab terhadap apa

          yang telah diyakininya. (Notoatmodjo, 2005).



 c.   Tindakan atau praktek (practice)

          Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk
      tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah
      dimiliki.

4. Perilaku Kesehatan

      Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)

   terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

   kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker
konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang

dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain,

yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health

attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur

seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis

penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :

   a. Pengetahuan Kesehatan

           Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh

       seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan

       tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan

       atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan

       kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

   b. Sikap terhadap kesehatan

            Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang

       terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap

       terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor

       yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas

       pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

   c. Praktek kesehatan

           Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas

       orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit

       menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan

       atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,

       dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan.

     Menurut Solita,perilaku kesehatan merupakan “segala bentuk pengalaman dan

     interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan

     dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”.

     Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku

     untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic

     stage)”. Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai

     respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

     penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan,

     makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan

     adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)

     maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan

     pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup

     mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,

     meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena

     masalah kesehatan.



B. Konsep TBC

  1. Pengertian

        Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru

     yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar

     ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri,

     2008).

        TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman

     Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut

menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar

limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson

1995 : 753)

   TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB

(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat

juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003).

   Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). TB Paru adalah penyakit

infeksi pada Paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri

tahan asam (Suriadi, 2001).

   TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004).

   Pada hampir semua kasus, infeksi tuberkulosis didapat melalui inhalasi partikel

kuman yang cukup kecil (sekitar 1-5 mm). droplet dikeluarkan selama batuk, tertawa,

atau bersin. Nukleus yang terinfeksi kemudian terhirup oleh individu yang rentan

(hospes). Sebelum infeksi pulmonari dapat terjadi, organisme yang terhirup terlebih

dahulu harus melawan mekanisme pertahanan paru dan masuk jaringan paru (Asih,

2003).

   Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat

kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk

batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh

karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati

dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama

   selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru

   dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

      Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,

   perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia

   bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian

   terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga

   terbesar dengan masalah TBC di dunia.

      Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan

   bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,

   dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.

   Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang

   biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),

   dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab

   itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,

   otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,

   meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

2. Etiologi

      Menurut Suriadi (2001) penyebab dari TB Paru adalah : 1) Mycobacterium

   tuberculosis. 2) Mycobacterium bovis.

      Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran

   panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen mycobacterium

   tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam

   serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah

   bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,
mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang

   kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk

   penyakit tuberkulosis (Somantri,2008).

                                       Gambar 2.1

                          Bakteri Mikobakterium Tuberkulosa




                    http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

3. Patofisiologi

       Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri

   dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka berkumpul dan

   mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi

   inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik

   tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini

   mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran

   gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju

   ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 : 585).

       Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu

   batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan

   dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu

   kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke

   dalam saluran pernafasan kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya

   melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran

   langsung ke bagian tubuh lain (Dep.Kes, 2003).
Gambar 2.3

                     Cara Penyebaran TBC Ke Bagian Tubuh lain




4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Tuberculosis

   Faktor – factor resiko TBC menurut beberapa sumber yang peneliti peroleh adalah :

   a. Faktor Umur

          Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu

      umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil

      penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang

      gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis

      aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi

      tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia

      diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50

      tahun.

   b. Faktor Jenis Kelamin

          Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada

      tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan
jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 %

   pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung

   meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun

   0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita

   karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga

   memudahkan terjangkitnya TB paru.

c. Tingkat Pendidikan

      Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan

   seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan

   pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka

   seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.

   Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis

   pekerjaannya.

d. Pekerjaan

      Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap

   individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu

   di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran

   pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,

   terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.

   Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang

   akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi

   makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap

   kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai

   pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang

   tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi

   diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai

   pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi

   syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB

   Paru.

e. Kebiasaan Merokok

      Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

   mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

   kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena

   TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per

   orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430

   batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760

   batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada

   hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,

   sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok

   akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.

f. Kepadatan hunian kamar tidur

      Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,

   artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah

   penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab

   disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu

   anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota

   keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya

   dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung

   dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya
minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3

   m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi

   tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur

   sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di

   bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga

   langit-langit minimum tingginya 2,75 m.

g. Pencahayaan

      Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela

   kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang

   leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat

   membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu

   rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas

   pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux.,

   kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis

   cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses

   mematikan kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan

   melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih

   cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif

   tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah

   serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat

   berkurang.

h. Ventilasi

      Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga

   agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

   oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu

   kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik

   karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban

   ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/

   bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu

   adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri

   patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang

   terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga

   agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang

   optimum. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi

   sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas

   lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara

   segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam

   ruangan. Umumnya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban udara

   optimum kurang lebih 60%.

i. Kondisi rumah

      Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit

   TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan

   kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan

   debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya

   kuman Mycrobacterium tuberculosis.

j. Kelembaban udara

      Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana

   kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22° – 30°C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat

      bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.

   k. Status Gizi

         Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang

      mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan

      orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan

      berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik

      terhadap penyakit.

   l. Keadaan Sosial Ekonomi

         Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi

      lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan

      dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

      makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi

      buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga

      memudahkan terkena infeksi TB Paru.

   m. Perilaku

         Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan

      penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara

      pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan

      akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya (Taufan,

      2008).



5. Cara Penularan

      Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (TBC BTA)

   positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak

berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,

sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan

selama beberapa jama dalam keadaan yang gelap dan lembab.

   Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,

makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan

kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2007).

   Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB

paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari

pasien TB paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan

dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang

beresiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)

orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. Infeksi TB dibuktikan dengan

perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif (Depkes RI., 2007).

                                    Gambar 2.3

                          Cara Penyebaran Bakteri TBC
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm

6. Klasifikasi Penyakit

   Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :

   a. Berdasarkan organ yang terinvasi:

      1) TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk

          pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi

          dalam Tuberkulosis Paru BTA positif dan BTA negatif.

      2) TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain

          paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar

          limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.

          TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu : TB

          ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali

          tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan TB ekstra paru berat seperti

          meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing

          dan alat kelamin.
b. Berdasarkan tipe penderita: Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat

      pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :

      1) Kasus baru : penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah

          pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.

      2) Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat

          pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan

          hasil pemeriksaan BTA positif.

      3) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di

          suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita

          pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.

      4) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah

          berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih,

          kemudian datang kembali berobat.

7. Manifestasi Klinik

   Menurut Dep.Kes( 2003),manifestasi klinik TB Paru dibagi :

   a. Gejala Umum: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih.

      Pada TB Paru anak terdapat pembesaran kelenjar limfe superfisialis.

   b. Gejala lain yang sering dijumpai: 1) Dahak bercampur darah. 2) Batuk darah 3)

      Sesak nafas dan rasa nyeri dada 4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat

      badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun

      tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala tersebut diatas

      dijumpai pula pada penyakit Paru selain TB Paru. Oleh karena itu setiap orang

      yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus

      dianggap sebagi seorang “suspek TB Paru” atau tersangka penderita TB Paru, dan

      perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok

:

a. Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita

    tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja.dimana penyakit tidak

    menampakkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau

    meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan hepatitis A.

b. Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar

    penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja

    yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh : campak (measles)

    dan cacar air (chickenpox)

c. Penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis

    berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan

    sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh : Rabies dan tetanus pada bayi

    Tuberkulosis sendiri masuk kedalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1

dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau

hanya disertai gejala ringan saja Bentuk patogenitas tuberculosis rendah sehingga

hanya sebagian kecil saja penderita yang menampakkan diri secara klinis atau tidak

mempunyai gejala klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau

meninggal dunia. Bentuk penyakit tuberculosis seperti bentuk gunung es (iceberg),

dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan.

Gejala penyakit tuberkulosa ada dua yaitu gejala umum dan khusus

a. Gejala sistemik/umum

    1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam

       hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti

       influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.

      3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

      4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

   b. Gejala khusus

      1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan

         sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan

         kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”,

         suara nafas melemah yang disertai sesak.

      2) Bila terdapat cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat juga

         disertai dengan keluhan sakit dada.

      3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang

         pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,

         pada muara ini akan keluar cairan nanah.

      4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

         sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,

         adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

8. Komplikasi

       Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru

   stadium lanjut:

   a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

       mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan

       nafas.

   b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.

   c. Bronkiectasis dan fribosis pada Paru.

   d. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan

       sebagainya.

    f. Insufisiensi Kardio Pulmoner



9. Penatalaksanaan Penyakit Tuberkulosis

       Menurut    Dep.Kes (2003)      tujuan   pengobatan   TB    Paru   adalah   untuk

   menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan

   menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan

   paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin

   keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

   Pemberian paduan OAT didasarkan pada klasifikasi TB Paru. Prinsip pengobatan TB

   Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid,

   Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis

   tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat

   dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal,

   sebaiknya pada saat perut kosong. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat

   setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap

   semua OAT. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita

   menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar

   penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir

   pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit,

   namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk

   membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan. Pada anak,

   terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB Paru BTA

   positif, perlu dilakukan pemeriksaan. Bila anak mempunyai gejala seperti TB Paru
maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan bila tidak ada gejala,

sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat badan perhari selama enam

bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta, kehamilan, menyusui)

pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi khusus tersebut

(Dep.Kes, 2003) misalnya :

a. Wanita hamil: Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan orang

   dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin, karena

   bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta yang akan

   mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang

   menetap pada bayi yang dilahirkan.

b. Ibu menyusui: Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan

   pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.

   Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat

   badannya.

c. Wanita pengguna kontrasepsi: Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi

   hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Penderita

   TB Paru sebaiknya menggunakan kontrasepsi non hormonal.

d. Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik: Sebelum pengobatan TB,

   penderita dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan SGPT

   meningkat 3 kali, OAT harus dihentikan. Apabila peningkatannya kurang dari 3

   kali, pengobatan diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita kelainan hati,

   Pirazinamid tidak boleh diberikan.

e. Penderita TB Paru dengan Hepatitis Akut: Pemberian OAT ditunda sampai

   Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan TB

   Paru sangat diperlukan, dapat diberikan Streptomycin dan Ethambutol maksimal 3
bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampicin dan

   Isoniasid selama 6 bulan.

f. Penderita TB Paru dengan gangguan ginjal: Dosis yang paling aman adalah 2

   RHZ/6HR. apabila sangat diperlukan, Etambutol dan Streptomicin tetap dapat

   diberikan dengan pengawasan fungsi ginjal.

g. Penderita TB paru dengan Diabetes Mellitus: Dalam keadaan ini, diabetesnya

   harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin akan mengurangi efektifitas obat oral

   anti diabetes sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Penggunaan Etambutol pada

   penderita Diabetes harus diperhatikan karena mempunyai komplikasi terhadap

   mata.

Tahap pengobatan dan tahap pencegahan penyakit TBC:

a. Tahap pengobatan:

   1) Tahap intensif : Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari

      dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua

      OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara

      tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu

      1-2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif ini menjadi BTA

      negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.

   2) Tahap Lanjutan: Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih

      sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting

      untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya

      kekambuhan.

b. Tahap Pencegahan
1) Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi

   kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan

   lingkungan. Contohnya:

   a) Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan

      mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu

      mycobacterium tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi

      pada penderita tuberkulosa selam menjalani proses pengobatan.

   b) Mengatasi     faktor     lingkungan   yang   berpengaruh   pada     penularan

      tuberkulosa    seperti     meningkatkan      kualitas   pemukiman     dengan

      menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari

      dapat masuk ke dalam rumah

   c) Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi

      individu, pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.

   d) Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan

      penderita karena bisa menyebabkan penularan.

   e) Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkulosa

      definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti

      imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis paru.

2) Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa

   dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk

   mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi.

   Sasaran pencegahan ni ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap

   menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa (masa

   tunas). Contohnya :
a) Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru

            sesuai dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin.

         b) Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan

            diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang

            dewasa.

         c) diagnosa dengan tes tuberculin

         d) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya

         e) melakukan foto thorax

         f) Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa

      3) Pencegahan tertier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah

         jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah

         bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga

         dilakukan rehbilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosialnya.

         a) Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan

            berjenjang.

         b) Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan.

         c) Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian

            paru-paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk

            tulang belakang akibat tulang belakang

10. Penemuan Penderita Tuberkulosis

   a. Penemuan Penderita TB Paru Pada Orang Dewasa

         Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka

      penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan

      kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara

      aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak penderita TB

      paru    BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Semua

      tersangka penderita diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-

      berturut, yaitu Sewaktu–Pagi–Sewaktu /SPS (Depkes RI, 2002: 13).




   b. Penemuan Penderita Pada Anak

          Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit.

      Sebagian besar tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran

      radiologis, dan uji tuberkulin (Depkes RI, 2002: 14).

11. Faktor Keteraturan Pasien Pada Aturan Pemakaian Obat

      Keteraturan berobat yaitu diminum tidaknya obat-obat tersebut, penting karena

   ketidakteraturan berobat menyebabkan timbulnya masalah resistensi. Karena semua

   tatalaksana yang telah dilakukan dengan baik akan menjadi sia-sia, bila tanpa disertai

   dengan sistem evaluasi yang baik pula. Oleh karena itu, peranan pendidikan mengenai

   penyakit dan keteraturan berobat sangat penting (Taufan, 2008).

      Walaupun telah ada cara pengobatan tuberkulosis dengan efektifitas yang tinggi,

   angka sembuh masih lebih rendah dari yang diharapkan. Penyakit utama terjadinya

   hal tersebut adalah pasien tidak mematuhi ketentuan dan lamanya pengobatan secara

   teratur untuk mencapai kesembuhan. Terutama pemakaian obat secara teratur pada 2

   bulan fase inisial sering kali tidak tercapai, sementara itu dengan mempersingkat

   lamanya pengobatan menjadi 6 bulan telah menunjukkan penurunan angka drop out.

      Hal ini mudah dimengerti, karena kalau penderita tidak tekun meminum obat-

   obatnya, hasil akhir hanyalah kegagalan penyembuhan ditambah dengan timbulnya

   basil- basil TB yang multiresisten. Resistensi obat anti tuberkulosis terjadi akibat
pengobatan tidak sempurna, putus berobat atau karena kombinasi obat anti

tuberkulosis tidak adekuat. Sejak tahun 1995, manajemen operasional yang

menyesuaikan     strategi   DOTS   (Directly   Observed   Treatment   Shortcourse)

menekankan adanya pengawas minum obat (PMO) untuk setiap penderita TBC paru

dengan harapan dapat menjamin keteraturan minum obat bagi setiap penderita selama

masa pengobatan.

   Kondisi seorang penderita penyakit tuberkulosis sering berada dalam kondisi

rentan dan lemah, baik fisik maupun mentalnya. Kelemahan itu dapat menyebabkan

penderita tidak berobat, putus berobat, dan atau menghentikan pengobatan karena

berbagai alasan. TBC dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur sampai

selesai dalam waktu 6-8 bulan. Tata cara penyembuhan itu terangkum dalam strategi

DOTS.

   Dalam proses penyembuhan, penderita TBC dapat diberikan obat anti-TBC

(OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan yang ketat.

Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus-menerus,

sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Oleh sebab itu, para penderita

TBC jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur. Tanpa adanya keteraturan

minum obat penyakit sulit disembuhkan. Jika tidak teratur minum obat penyakitnya

sukar diobati kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan

menyerang organ tubuh lain akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat

sembuh biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak ditanggung oleh pemerintah

(Ainur, 2008).




a. PMO (Pengawasan Menelan Obat)
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek

dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan

diperlukan seorang PMO.Persyaratan PMO:

1) Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan

   maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.

2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.

    Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,

pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan

yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota

PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.

Tugas seorang PMO:

1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai

   pengobatan.

2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

3) Mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah

   ditentukan.

4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai

   gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit

   Pelayanan Kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti

   kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.

Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien

dan keluarganya:

1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.
2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.

      3) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya.

      4) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).

      5) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.

      6) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta

          pertolongan ke UPK.

          (Depkes RI., 2007)


12. International Standarts For TB Care (ISTC)


   Terdiri atas 21 standar:


   a. 6 Standar Diagnosis

      1) Standar 1: Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau

          lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk

          tuberculosis

      2) Standar 2: Semua pasien yang diduga menderita TB paru, (dewasa, remaja,

          anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan

          mikroskopis sputum sekurang-kurangnya 2 kali. Bila memungkinkan minimal

          1 kali pemeriksaan berasal dari sputum pagi hari

      3) Standar 3: Pada semua pasien yang di duga menderita TB ekstra paru,

          (dewasa, remaja dan anak) harus dimbil pemeriksaan mikroskopis dari

          kelainan yang dicurigai. Bila tersedia fasilitas dan sumber daya, juga harus

          dilakukan biakan dan pemeriksaan histopatologi

      4) Standar 4: Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberculosis harus

          menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
5) Standar 5: Diagnosis TB paru, BTA negative harus berdasarkan criteria

      sebagai berikut : pemeriksaan mikroskopis sputum negative paling kurang 2

      kali (termasuk minimal 1 kali terhadap sputum pagi hari), foto toraks

      menunjukkan kelainan sesuai TB, tidak ada respons terhadap antibiotic

      spectrum luas (hindari pemakaian fluorokuinolon karena mempunyai efek anti

      TB sehingga terjadi perbaikan sesaat pada penderita TB). Bila ada fasiliti,

      pada kasus tersebut harus dilakukan pemeriksaan biakan. Pada pasien dengan

      atau diduga HIV, pengobtan harus segera dimulai

   6) Standar 6: Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura, KGB hilus/mediastinum)

      pada anak dengan BTA negative harus berdasarkan foto toraks yang sesuai

      dengan TB dan terdapat riwayat kontak dengan penderita menular atau bukti

      infeksi TB (uji tuberculin/interferon gamma release assay positif). Pada pasien

      demikian, bila ada fasiliti harus dilakukan pemeriksaan biakan dari bahan

      yang berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi sputum.

b. 7 Standar Terapi

   1) Standar 7: Setiap praktisi yang mengobati pasien TB dianggap menjalankan

      fungsi kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi fungsi ini praktisibukan hanya

      harus memberikan paduan obat yang sesuai terapi juga harus mampu

      memantau kepatuhan berobat sekaligus menangani kasus yang tidak patuh

      terhadap rejimen pengobatan. Dengan demikian akan terjamin kepatuhan

      berobat sehingga pengobatan lengkap.

   2) Standar 8: Semua pasien (termasuk pasien HIV) yang belum pernah diobati

      harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional

      menggunakan obat yang biovaibilitinya sudah diketahui. Fase awal terdiri dari

      INH, rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol diberikan selama 2 bulan. Fase
lanjutan yang dianjurkan adalah UNH dan Rifampisin yang selama 4 bulan.

   Pemberian INH dan Etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternative

   untuk fase lanjutan pada kasus yang keteraturannya tidak dapat dinilai tetapi

   terdapat angka kegagalan dan kekambuhan yang tinggi sehubungan dengan

   pemberian alternative tersebut di atas khususnya pada pasien HIV. Dosis obat

   antituberkulosis ini harus mengikuti rekomendasi internasional. Fixed dose

   combination yang terdiri dari 2 obat (INH dan Rifampisin),3 obat (INH,

   Rifampisin, Pirazinamid) dan 4 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid dan

   Etambutol) sangat dianjurkan khususnya bila tidak dilakukan pengawasan

   langsung saat menelan obat.

3) Standar 9: Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu

   dikembangkan suatu pendekatan yang berpihak kepada pasien berdasarkan

   kebutuhan pasien dan hubunhgan yang saling menghargai antara pasien dan

   praktisi    yang   member     pelayanan.   Supervisi    dan     dukungan    harus

   memperhatikan kesensitifan gender dan kelompok usia tertentu serta sesuai

   dengan intervensi yang dianjurkan dan pelayanan pendukung yang tersedia

   termasuk edukasi dan konseling pasien. Elemen utama pada strategi yang

   berpihak kepada pasien adalah penggunaan pengukuran untuk menilai dan

   meningkatkan kepatuhan berobat dan dapt menemukan bila terjadi

   ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Pengukuran ini dibuat khusus untuk

   keadaan masing-masing individu dan dapat diterima baik oleh pasien maupun

   pemberi pelayanan. Pengukuran tersebut salh satunya termasuk pengawasan

   langsunng     minum   obat    oleh   pasien   dan      sistem   kesehatan   serta

   bertanggungjawab kepada pasien dan sistem kesehatan.
4) Standar 10: Respons terapi semua pasien harus dimonitor. Pada pasien TB

   paru penialaian terbaik adalah dengan pemeriksaan sputum ulang (2 kali)

   paling kurang pada saat menyelesaikan fase awal (paling tidak 2 bulan), bulan

   ke lima dan pada akhir pengobatan dianggap sebagai gagal terapi dan

   diberikan obat dengan modifikasi yang tepat (sesuai standar 14 dan 15).

   Penilaian respons Terapi pada pasien TB ekstra paru dan anak-anak, paling

   baik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks untuk evaluasi tidak

   diperlukan dan dapat mnyesatkan (misleading).

5) Standar 11: Penilaian resisten terhadap obat didasarkan pada riwayat

   pengobatan sebelumnya, pajanan terhadap kuman yang resisten dan prevalensi

   yang ada di masyarakat dan harus dilakukan pada setiap pasien. Uji kepekaan

   kuman harus dilakukan terhadap semua pasien dengan riwayat pengobatan

   TB. Pasien dengan BTA (+) yang hanya diobati 3 bulan, gagal berobat, putus

   berobat, dan kambuh harus dinilai resistensi obat. Uji kepekaan paling tidak

   dilakukan terhadap Rifampisin dan INH. Pasien harus mendapatkan konseling

   atau penyuluhan untuk meminimalisasi potensi penularan. Pengukuran control

   onfeksi harus dilaksanakan.

6) Standar 12: Pasien yang sangat diduga MDR/XDR TB harus mendapat

   pengobatan dengan obat anti TB lini kedua. Pemilihan obat didasarkan pada

   uji kepekaan kuman. Sedikitnya 4 obat yang sensitive termasuk obat suntikan

   diberikan selama 18-24 bulan tergantung konversi sputum. Perlu dilakukan

   konsultasi kepada instansi yang menyediakan layanan pengobatan pasien

   MDR/XDR.

7) Standar 13:Pencatatan tertulis mengenai semua pengobatan yang diberikan,

   respons bakteriolgik dan efek samping harus ada untuk semua pasien.
c. 4 Standar TB Dengan Infeksi HIV dan Konddisi Komorbid Lainnya.

   1) Standar 14: Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi

      dengan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, maka konseling dan testing HIV

      diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai bagian dari penatalaksanaan

      rutin. Pada daerah dengan prevalensi HIV yang rendah, monseling dan testing

      HIV hanya diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang

      diduga HIV serta pada pasien TB dengan riwayat beresiko tinggi.

   2) Standar 15: Semua pasien TB-HIV harus dievaluasi untuk diberi terapi anti

      retroviral dalam masa pemberian OAT. Perencanaan yang sesuai memperoleh

      obat antiretroviral harus dibuat bagi pasien yang memenuhi indikasi.

      Mengingat terdapat kompleksiti pada pemberian secara bersamaan antara obat

      antituberkulosis dan obat antiretroviral maka dianjurkan untuk berkonsultasi

      kepada pakar di bidang tersebut sebelum pengobatan dimulai, tanpa perlu

      mempertimbangkan penyakit apa yang muncul lebih dahulu. Meskipun

      demikian pemberian OAT jangan samapi ditunda. Semua pasien TB-HIV

      harus mendapat kotrimaksasol sebagai profilaksis unutk infeksi lainnya.

   3) Standar 16: Pengidap HIV setelah dilakukan evaluasi dengan hati-hati dan

      tidak terdapat infeksi TB, harus diobati dengan dugaan infeksi laten TB

      dengan menggunakan INH 6-9 bulan.

   4) Standar 17: Seluruh pelayanan harus melakukan penilaian terhadap kondisi

      komorbid yang dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan. Hal ini

      juga termasuk penilaian dan rujukan pengobatan terhadap penyakit lain yang

      dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan diabetes mellitus, program

      pengobatan ketergantungan obat dan alcohol, berhenti merokok dan layanan

      psikososial lainnya termasuk layanan terhadap antenatal dan bayi baru lahir.
d. 4 Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat.

          1) Standar    18:   Semua   pelayanan   yang   menangani   pasien   TB   harus

             memperhatikakn orang yang berkontak erat dengan pasien Tb hars dievaluasi

             dan ditatalaksana sesuai rekomendasi internasional. Prioritas yang dilakukan

             investigasi:

             a) Orang dengan gejala sugestif Tb

             b) Anak berumur < 5 tahun

             c) Kontak dengan oran yangimunokompromais terutama infeksi HIV

             d) Kontak dengan pasien MDR/XDR TB

          2) Standar 19: Anak < 5 tahun atau orang dengan infeksi HIV yang berkontak

             erat dengan orang teinfeksi TB harus dievaluasi denga hati-hati, dan yang

             tidak terinfeksi TB harus diobati dengan dugaan infeksi TB laten dengan

             memakai INH.

          3) Standar 20

          4) Standar 21



C. Penelitian Terkait

      Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Hubungan perilaku individu tentang

    penularan dan pengobatan TBC dengan kejadian TBC di Poliklinik RS Soekanto POLRI

    Jakarta Timur” ini belum pernah dilakukan. Dalam penelusuran yang dilakukan peneliti,

    terdapat beberapa penelitian yang berhubungan diantaranya:

   1. Hasil survey yang dilakukan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) yang dilakukan

      pada Oktober sampai Desember 2005 di 90 desa pada 15 kabupaten / kota Kalibaru

      Jakarta Utara,dengan jumlah responden 3.677 menemukan sekitar 19,7%, responden

      yang memberi jawaban yang benar tentang penyakit TBC. Hasil survey tersebut
antara lain menemukan ada 11% responden tidak tahu TBC adalah penyakit menular,

   11% responden tidak tahu TBC bukan penyakit guna-guna, 26% responden tidak tahu

   batuk berdahak ≥ 3 minggu adalah gejala TBC, 58% responden tidak tahu bahwa

   TBC memerlukan pemantaun minum obat (PMO), 38% responden tidak tahu bahwa

   obat TBC bisa diperoleh gratis di puskesmas.

2. Menurut WHO pada tahun 1996, dari penderita TBC yang tidak diobati setelah 5

   tahun, 50% meninggal, 25% kronik dan menular.

3. Menurut dr. Laban, TBC menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30%

   pendapatan keluarga hilang per tahunnya akibat TBC. Selain itu, seorang penderita

   aktif TBC akan menularkan 10-15 orang disekitarnya per tahun, dan tanpa pengobatan

   yang efektif, 50-60% penderita TBC akan meninggal dunia.

4. Berdasarkan hasil penelitian Leni Marlina keluarga di kelurahan Pondok Labu Jakarta

   Selatan pada tahun 2009 didapatkan mayoritas responden berusia ≥ 40 tahun yaitu 18

   orang (60%), 13 orang (43.3%) berpendidikan SMA memilki tingkat pengetahuan

   kepala tergolong tinggi yaitu sebanyak 29 orang (96.67%).

5. Dalam penelitian Widagdo pada tahun 2003 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu,

   ditemukan bahwa dari 71 orang, terdapat 50 penderita TBC yang bersikap positif dan

   patuh dalam pengobatan, dan 21 orang lainnya bersikap negatif dan pada umumnya

   tidak patuh dalam pengobatan.
D. Kerangka Teori

                                            Gambar 2.4

                                          Kerangka Teori

            INDEPENDEN                                     DEPENDEN
Faktor Predisposisi :

       pengetahuan individu tentang penularan
        dan pengobatan TBC

       sikap individu tentang penularan dan
        pengobatan TBC

       tindakan individu tentang penularan dan
        pengobatan TBC



                    Faktor Pendukung

           lingkungan fisik
                                                               Kesembuhan TBC
           prasarana




                    Faktor Pendorong

        perilaku petugas kesehatan atau petugas
         lainnya.

        Motivasi petugas

        Duungan keluarga
(Sumber: L. Green)

More Related Content

What's hot

pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangan
pendekatan dan metode dalam psikologi  perkembanganpendekatan dan metode dalam psikologi  perkembangan
pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangansolehanlovesallah
 
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranPerkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranDedi Yulianto
 
Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Shamil Damai
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasiMuhammad Marhaban
 
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewan
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewanAliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewan
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewanBoy Hilman
 
Makalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatanMakalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatanWarung Bidan
 
J anstar ketikan.docx 111111
J anstar ketikan.docx 111111J anstar ketikan.docx 111111
J anstar ketikan.docx 111111Aji Yasmin
 
Persepsi dan komunikasi dalam organisasi
Persepsi dan komunikasi dalam organisasiPersepsi dan komunikasi dalam organisasi
Persepsi dan komunikasi dalam organisasihaniftravel
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Istiqomah Aisyiyah
 
Psikologi perkembangan 10
Psikologi perkembangan 10Psikologi perkembangan 10
Psikologi perkembangan 10mBani
 
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan Kedua
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan KeduaKarakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan Kedua
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan KeduaSeta Wicaksana
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9novyaindri29
 
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy SumiharsonoMateri Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy SumiharsonoPipit Wijaya
 

What's hot (20)

Psikologi Umum
Psikologi UmumPsikologi Umum
Psikologi Umum
 
pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangan
pendekatan dan metode dalam psikologi  perkembanganpendekatan dan metode dalam psikologi  perkembangan
pendekatan dan metode dalam psikologi perkembangan
 
Konsep dasar perilaku
Konsep dasar perilakuKonsep dasar perilaku
Konsep dasar perilaku
 
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaranPerkembangan kognitif dan proses pembelajaran
Perkembangan kognitif dan proses pembelajaran
 
Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002Teori tingkah laku shamil 2002
Teori tingkah laku shamil 2002
 
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
359398298 peranan-persepsi-dalam-komunikasi
 
120126447 kebidanan
120126447 kebidanan120126447 kebidanan
120126447 kebidanan
 
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewan
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewanAliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewan
Aliran psikologi abnormal,olahraga,agama,keluarga,hewan
 
Makalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatanMakalah konsep perilaku kesehatan
Makalah konsep perilaku kesehatan
 
J anstar ketikan.docx 111111
J anstar ketikan.docx 111111J anstar ketikan.docx 111111
J anstar ketikan.docx 111111
 
Perilaku manusia
Perilaku manusiaPerilaku manusia
Perilaku manusia
 
Pengukuran persepsi dan adopsi
Pengukuran persepsi dan adopsiPengukuran persepsi dan adopsi
Pengukuran persepsi dan adopsi
 
Persepsi dan komunikasi dalam organisasi
Persepsi dan komunikasi dalam organisasiPersepsi dan komunikasi dalam organisasi
Persepsi dan komunikasi dalam organisasi
 
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
Metode Penelitian Sosial (Interpretatif)
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Persepsi
PersepsiPersepsi
Persepsi
 
Psikologi perkembangan 10
Psikologi perkembangan 10Psikologi perkembangan 10
Psikologi perkembangan 10
 
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan Kedua
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan KeduaKarakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan Kedua
Karakteristik Komunikan-Komunikator: Pertemuan Kedua
 
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
New makalah sikap psikologi sosial i kelompok 9
 
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy SumiharsonoMateri Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
Materi Psikologi Pembelajaran prof. Rudy Sumiharsono
 

Viewers also liked

Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga pentingArdi Guyton
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Nurul Khomariyah Eka Putry
 
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Dinka Rosely
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaBogazius08
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariBayu Rahmanto
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANAditya Setyawan
 
Jurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiJurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiUcantik
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanSariana Csg
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi sterilFransiska Vita
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaSyiah Kuala University
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydrInstitution
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkrundee87
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Operator Warnet Vast Raha
 

Viewers also liked (20)

Becker ga penting
Becker ga pentingBecker ga penting
Becker ga penting
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
 
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
Proposal nany la hasary AKPER PEMKAB MUNA
 
Tb paru
Tb paruTb paru
Tb paru
 
Tb paru amar
Tb paru amarTb paru amar
Tb paru amar
 
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
Kusta unimus jtptunimus gdl-anikekowat-5133-3-bab2
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remaja
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
Digital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswariDigital 20282739 t yeni iswari
Digital 20282739 t yeni iswari
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIANTINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI & KERANGKA KONSEP PENELITIAN
 
Jurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayiJurnal pijat bayi
Jurnal pijat bayi
 
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak SekolahanMakalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
Makalah Pencemaran Makanan pada Jajanan Anak Sekolahan
 
Chapter ii 5
Chapter ii 5Chapter ii 5
Chapter ii 5
 
Pdf total prenteral nutrisi steril
Pdf total prenteral nutrisi   sterilPdf total prenteral nutrisi   steril
Pdf total prenteral nutrisi steril
 
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah KualaJournal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
Journal of Tuberculosis Nasional University Syiah Kuala
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
113063 a10082 _chapter ii__mariakartinydr
 
Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
 
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
Hubungan pemberian imunisasi bcg dengan kejadian tuberkulosis paru pada anak ...
 

Similar to TinjauanPerilaku

Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizinatashaona
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialFuad Nasir
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanIIKCASIKIN
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kepDaya Rahmat
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxpengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxZiznecxGhoni
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxHeyyPutt
 
PERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptxPERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptxsuwardi8
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptNofrida Atika
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusiapjj_kemenkes
 
Konsep perilaku
Konsep perilakuKonsep perilaku
Konsep perilakuIndahdot
 
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.pptElizaMila2
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
pembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah lakupembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah lakuM Sultan Almaududi
 

Similar to TinjauanPerilaku (20)

Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar giziPendidikan dan konsultasi dasar gizi
Pendidikan dan konsultasi dasar gizi
 
Makalah konsep perilaku
Makalah konsep perilakuMakalah konsep perilaku
Makalah konsep perilaku
 
Rangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosialRangkuman Materi Psikologi sosial
Rangkuman Materi Psikologi sosial
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi Pendidikan
 
Makalah psikologi kep
Makalah psikologi kepMakalah psikologi kep
Makalah psikologi kep
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptxpengenalan diri dan potensi diri.pptx
pengenalan diri dan potensi diri.pptx
 
ppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptxppt psikologi sikap[2].pptx
ppt psikologi sikap[2].pptx
 
PERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptxPERTEMUAN 8.pptx
PERTEMUAN 8.pptx
 
Persepsi Word
Persepsi WordPersepsi Word
Persepsi Word
 
Persepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - pptPersepsi Sosial - ppt
Persepsi Sosial - ppt
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Konsep perilaku
Konsep perilakuKonsep perilaku
Konsep perilaku
 
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt
5._PERILAKU_yang_berhubungan_dengan_KESEHATAN.ppt
 
psikologi pendidikan
psikologi pendidikan psikologi pendidikan
psikologi pendidikan
 
Psikologi
PsikologiPsikologi
Psikologi
 
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur MuspitaBab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
Bab 5 persepsi dan komunikasi_Novi Catur Muspita
 
pembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah lakupembentukan sikap dan tingkah laku
pembentukan sikap dan tingkah laku
 

Recently uploaded

PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfSBMNessyaPutriPaulan
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptTaufikFadhilah
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 

Recently uploaded (20)

PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdfPPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
PPT Hukum Adat Keberadaan Hukum Adat Di Kehidupan Masyarakat.pdf
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.pptmateri pembelajaran tentang INTERNET.ppt
materi pembelajaran tentang INTERNET.ppt
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 

TinjauanPerilaku

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya. Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114). Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan sikap seseorang. 1. Bentuk Perilaku
  • 2. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses. a. Respondent respon atau reflexsive yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya. b. Operant respon atau instrumental respon yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Peragsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
  • 3. terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). 2. Domain Perilaku Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139) 3. Proses Tejadinya Perilaku Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni. a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
  • 4. c. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Menurut Notojadmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri rang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu : a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (menimbang – nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122). Benjamin seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat: a. Pengetahuan (knowledge)
  • 5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 2003). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).(Notoatmodjo,2003) Pengetahuan diartikan hanya sekedar “tahu”, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau sgala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo,2007). Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru. Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi menjadi pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembadingan, konsekwensi, penghubungan, dan perbincangan. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui dan disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
  • 6. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuantentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi. Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman seseorang tentang keadaan sehat dan sakitnya seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut bertindak untuk mengatasi masalah sakitnya dan bertindak untuk mempertahankan kesehatannya atau bahkan meningkatkan status kesehatannya. Rasa sakit akan menyebabkan seseorang bertindak pasif dan atau aktif dengan tahapan-tahapannya. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : Pendidikan Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia. Media Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
  • 7. contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah. Keterpaparan informsi pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari- hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi. (Tambotah, http://www.Knowledge management.com, diakses tanggal 10 Agustus 2006) Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia atau kepandaian dari manusia dan segala sesuatu yang ada dalam pikiran seseorang untuk mengenal dan mengetahui berbagai hal. 1) Macam – macam Pengetahuan a) Pengetahuan Umum
  • 8. Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya. b) Pengetahuan Khusus Pengetrahuan khusus adalah segala sesuatu yang dikrtahui oleh seseorang secara khusus, sesuatu hal yang sedalam – dalamnya dan sebesar – besarnya. 2) Cara Memperoleh Kebenaran Pengetahuan Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2004) Pengetahuan merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan tidak akan ada dan untuk tetap ada terdapat delapan unsur yang membentuk struktur pikiran manusia, diantaranya adalah : 1. Pengamatan: Unsur ini merupakan bagian dari unsur yang dapat membentuk struktur pemikiran karena melalui pengamatan dapat timbul keterkaitan pada objek tertentu sehingga dapat membentuk sebuah pemikiran 2. Penyelidikan: Setelah dilakukan pengamatan, maka dapat dihasilkan suatu persepsi dan konsep yang diingat baik secara sederhana maupun kompleks, sehingga dapat terbentuk struktur pemikiran. 3. Percaya: Rasa percaya pada objek muncul dalam kesadaran yang biasanya timbul dari sebuah rasa keraguan akan objek yang akan diselidiki, melalui rasa percaya terhadap objek tersebut akan timbul pemikiran untuk mencapai apa yang akan dihasilkan. 4. Keinginan: Keinginan dapat membentuk struktur pemikiran. Apabila tidak ada keinginan untuk mengenal, mengetahui bahkan menyelidiki suatu objek, maka tidak terjadi sebuah pemikiran.
  • 9. 5. Adanya maksud: Apabila sesorang tidak mempunyai maksud terhadap objek tertentu walaupun telah diamati dan diselidiki, maka sulit untuk dapat terjadi sebuah pikiran. 6. Mengatur: Pikiran merupakan sebuah organisme yang teratur dalam diri seseorang, dan pikiran dapat mengatur melalui kesadaran. Proses pengaturan ini akhirnya dapat membentuk sebuah pemikiran. 7. Menyesuaikan: Menyesuaikan merupakan bagian dari komponen yang dapat membentuk struktur pemikiran manusia, melalui kemampuan dalam menyesuaikan pemikiran – pemikiran akan terdapat pembatasan – pembatasan yang dibebankan pada pemikiran melalui kondisi yang ada dalam keadaan fisik, biologis maupun lingkungan. 8. Menikmati: Melalui pikiran – pikiran dapat dirasakan kenikmatan tersendiri dalam menekuni berbagai persoalan hidup. Proses menikmati ini juga akan membentuk struktur pemikiran manusia. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia Yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman yang ada dan penelitian ternyata prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002), dari berbagai cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan dua yaitu :
  • 10. a) Cara Tradisional i. Cara coba salah (trial and error): Yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan melalui cara coba salah atau dengan kata lain yang lebih dikenal dengan trial and error ii. Cara kekuasaan: Dalam kehidupan sehari – hari, banyak sekali kebiasaan – kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan – kebiasaan ini biasanya diwariskan turun – menurun dari generasi kegenerasi berikutnya. iii. Berdasarkan pengalaman pribadi: Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merpakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran. iv. Melalui jalan pikiran: Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini mencakup tiga hal pokok, yaitu : i. Segala sesuatu yang ositif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan. ii. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan. iii. Gejala – geala yang timbul bervariasi, yaitu gejala – gejala yang berubah – ubah dalam kondisi tertentu. Reiley dan Obermann (2002) membagi pengetahuan dalam 6 domain kognitif, yaitu :
  • 11. a) Tahu: Tahu mencakup ingatan fakta dan informasi yang spesifik. Pelajaran ditingkat ini berisi tentang proses tentang mengingat informasi, bukan kemampuan untuk memahami maknanya. b) Memahami: Pemahaman menandakan pengeratian, suatu kemampuan untuk mengartikan atau menginterprestasikan informasi dan memperkirakan informasi lain diluar yang diberikan. c) Aplikasi: Aplikasi merujuk pada penggunaan konsep, teori dan abstraksi lainnya dalam situasi yang konkrit. Kemampuan untuk menggunakannya memerlukan pengertian terhadap apa yang akan digunakan. d) Analisis: Mempertahankan pembelajaran yang melibatkan suatu pembagian materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan hubungan diantara bagian-bagian tersebut. e) Sintesis: Berarti perkembangan suatu produk melalui pengembangan elemen dan bagian yang spesifik . Katagori ini melengkapi proses pembelajaran yang kreatif. f) Evaluasi: Mewakili prilaku pembelajaran yang paling kompleks, memperlihatkan kemampuan untuk membuat keputusan mengenai nilai berkaitan dengan kriteria internal dan eksternal Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 1997). b. Sikap (attitude) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-
  • 12. tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005). Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. (Campbell). Sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak, bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. (Newcomb) Komponen Sikap (Allport) 1) Kepercayaan terhadap objek 2) Keyakinan terhadap objek 3) Ide, konsep terhadap objek 4) Kepercayaan terhadap objek 5) keyakinan terhadap objek Sikap sering diperoleh dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain: 1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. 2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain. 3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 4) Nilai (value) di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat. (Notoatmodjo, 2003).
  • 13. Newcomb, salah seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya antara lain: 1) Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek). 2) Menanggapi (Responding) Menanggapi diartikan bahwa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3) Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus. Membahasnya dengan orang lain dan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon. 4) Bertanggungjawab (Responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggungjawab terhadap apa yang telah diyakininya. (Notoatmodjo, 2005). c. Tindakan atau praktek (practice) Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki. 4. Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker
  • 14. konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi : a. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan. b. Sikap terhadap kesehatan Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan. c. Praktek kesehatan Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
  • 15. Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan. Menurut Solita,perilaku kesehatan merupakan “segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan”. Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”. Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. B. Konsep TBC 1. Pengertian Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2008). TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
  • 16. manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753) TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Dep Kes, 2003). Kuman TB berbentuk batang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). TB Paru adalah penyakit infeksi pada Paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam (Suriadi, 2001). TB Paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Pada hampir semua kasus, infeksi tuberkulosis didapat melalui inhalasi partikel kuman yang cukup kecil (sekitar 1-5 mm). droplet dikeluarkan selama batuk, tertawa, atau bersin. Nukleus yang terinfeksi kemudian terhirup oleh individu yang rentan (hospes). Sebelum infeksi pulmonari dapat terjadi, organisme yang terhirup terlebih dahulu harus melawan mekanisme pertahanan paru dan masuk jaringan paru (Asih, 2003). Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat
  • 17. yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. 2. Etiologi Menurut Suriadi (2001) penyebab dari TB Paru adalah : 1) Mycobacterium tuberculosis. 2) Mycobacterium bovis. Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,
  • 18. mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri,2008). Gambar 2.1 Bakteri Mikobakterium Tuberkulosa http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm 3. Patofisiologi Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 : 585). Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lain (Dep.Kes, 2003).
  • 19. Gambar 2.3 Cara Penyebaran TBC Ke Bagian Tubuh lain 4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Tuberculosis Faktor – factor resiko TBC menurut beberapa sumber yang peneliti peroleh adalah : a. Faktor Umur Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. b. Faktor Jenis Kelamin Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan
  • 20. jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru. c. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya. d. Pekerjaan Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru. Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
  • 21. status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB Paru. e. Kebiasaan Merokok Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru. f. Kepadatan hunian kamar tidur Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya
  • 22. minimum 10 m2/orang. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai minimum 3 m2/orang. Untuk mencegah penularan penyakit pernapasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang lainnya minimum 90 cm. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga langit-langit minimum tingginya 2,75 m. g. Pencahayaan Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10 kali lilin atau kurang lebih 60 lux., kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang lebih redup. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya..Cahaya yang sama apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca berwama Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan sangat berkurang. h. Ventilasi Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
  • 23. ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum. Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban udara optimum kurang lebih 60%. i. Kondisi rumah Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium tuberculosis. j. Kelembaban udara Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22° – 30°C.
  • 24. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. k. Status Gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. l. Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru. m. Perilaku Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya (Taufan, 2008). 5. Cara Penularan Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (TBC BTA) positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
  • 25. bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jama dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2007). Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif (Depkes RI., 2007). Gambar 2.3 Cara Penyebaran Bakteri TBC
  • 26. http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm 6. Klasifikasi Penyakit Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas : a. Berdasarkan organ yang terinvasi: 1) TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam Tuberkulosis Paru BTA positif dan BTA negatif. 2) TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu : TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
  • 27. b. Berdasarkan tipe penderita: Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita : 1) Kasus baru : penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan. 2) Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif. 3) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah. 4) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. 7. Manifestasi Klinik Menurut Dep.Kes( 2003),manifestasi klinik TB Paru dibagi : a. Gejala Umum: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Pada TB Paru anak terdapat pembesaran kelenjar limfe superfisialis. b. Gejala lain yang sering dijumpai: 1) Dahak bercampur darah. 2) Batuk darah 3) Sesak nafas dan rasa nyeri dada 4) Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit Paru selain TB Paru. Oleh karena itu setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagi seorang “suspek TB Paru” atau tersangka penderita TB Paru, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
  • 28. Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok : a. Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja.dimana penyakit tidak menampakkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan hepatitis A. b. Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh : campak (measles) dan cacar air (chickenpox) c. Penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh : Rabies dan tetanus pada bayi Tuberkulosis sendiri masuk kedalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1 dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau hanya disertai gejala ringan saja Bentuk patogenitas tuberculosis rendah sehingga hanya sebagian kecil saja penderita yang menampakkan diri secara klinis atau tidak mempunyai gejala klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau meninggal dunia. Bentuk penyakit tuberculosis seperti bentuk gunung es (iceberg), dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan. Gejala penyakit tuberkulosa ada dua yaitu gejala umum dan khusus a. Gejala sistemik/umum 1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
  • 29. 2) Penurunan nafsu makan dan berat badan. 3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). 4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah. b. Gejala khusus 1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. 2) Bila terdapat cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat juga disertai dengan keluhan sakit dada. 3) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. 4) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. 8. Komplikasi Menurut Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut: a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. c. Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. d. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan Paru.
  • 30. e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. f. Insufisiensi Kardio Pulmoner 9. Penatalaksanaan Penyakit Tuberkulosis Menurut Dep.Kes (2003) tujuan pengobatan TB Paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Salah satu komponen dalam DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pemberian paduan OAT didasarkan pada klasifikasi TB Paru. Prinsip pengobatan TB Paru adalah obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis (Isoniasid, Rifampisin, Pirasinamid, Streptomisin, Etambutol) dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persisten) dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita TB Paru BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadi kekambuhan. Pada anak, terutama balita yang tinggal serumah atau kontak erat dengan penderita TB Paru BTA positif, perlu dilakukan pemeriksaan. Bila anak mempunyai gejala seperti TB Paru
  • 31. maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan bila tidak ada gejala, sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat badan perhari selama enam bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta, kehamilan, menyusui) pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi khusus tersebut (Dep.Kes, 2003) misalnya : a. Wanita hamil: Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan orang dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin, karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta yang akan mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang dilahirkan. b. Ibu menyusui: Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat badannya. c. Wanita pengguna kontrasepsi: Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Penderita TB Paru sebaiknya menggunakan kontrasepsi non hormonal. d. Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik: Sebelum pengobatan TB, penderita dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan SGPT meningkat 3 kali, OAT harus dihentikan. Apabila peningkatannya kurang dari 3 kali, pengobatan diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita kelainan hati, Pirazinamid tidak boleh diberikan. e. Penderita TB Paru dengan Hepatitis Akut: Pemberian OAT ditunda sampai Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan TB Paru sangat diperlukan, dapat diberikan Streptomycin dan Ethambutol maksimal 3
  • 32. bulan sampai hepatitisnya menyembuh dan dilanjutkan dengan Rifampicin dan Isoniasid selama 6 bulan. f. Penderita TB Paru dengan gangguan ginjal: Dosis yang paling aman adalah 2 RHZ/6HR. apabila sangat diperlukan, Etambutol dan Streptomicin tetap dapat diberikan dengan pengawasan fungsi ginjal. g. Penderita TB paru dengan Diabetes Mellitus: Dalam keadaan ini, diabetesnya harus dikontrol. Penggunaan Rifampicin akan mengurangi efektifitas obat oral anti diabetes sehingga dosisnya perlu ditingkatkan. Penggunaan Etambutol pada penderita Diabetes harus diperhatikan karena mempunyai komplikasi terhadap mata. Tahap pengobatan dan tahap pencegahan penyakit TBC: a. Tahap pengobatan: 1) Tahap intensif : Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 1-2 minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif ini menjadi BTA negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif. 2) Tahap Lanjutan: Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan. b. Tahap Pencegahan
  • 33. 1) Pencegahan Primer atau pencegahan tingkat pertama yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan lingkungan. Contohnya: a) Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu mycobacterium tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosa selam menjalani proses pengobatan. b) Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah c) Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu, pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak. d) Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan penderita karena bisa menyebabkan penularan. e) Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkulosa definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis paru. 2) Pencegahan Sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ni ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa (masa tunas). Contohnya :
  • 34. a) Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin. b) Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa. c) diagnosa dengan tes tuberculin d) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya e) melakukan foto thorax f) Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa 3) Pencegahan tertier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehbilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosialnya. a) Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang. b) Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan. c) Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tulang belakang 10. Penemuan Penderita Tuberkulosis a. Penemuan Penderita TB Paru Pada Orang Dewasa Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif, artinya penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan
  • 35. cakupan penemuan tersangka penderita. Selain itu semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Semua tersangka penderita diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut- berturut, yaitu Sewaktu–Pagi–Sewaktu /SPS (Depkes RI, 2002: 13). b. Penemuan Penderita Pada Anak Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit. Sebagian besar tuberkulosis anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis, dan uji tuberkulin (Depkes RI, 2002: 14). 11. Faktor Keteraturan Pasien Pada Aturan Pemakaian Obat Keteraturan berobat yaitu diminum tidaknya obat-obat tersebut, penting karena ketidakteraturan berobat menyebabkan timbulnya masalah resistensi. Karena semua tatalaksana yang telah dilakukan dengan baik akan menjadi sia-sia, bila tanpa disertai dengan sistem evaluasi yang baik pula. Oleh karena itu, peranan pendidikan mengenai penyakit dan keteraturan berobat sangat penting (Taufan, 2008). Walaupun telah ada cara pengobatan tuberkulosis dengan efektifitas yang tinggi, angka sembuh masih lebih rendah dari yang diharapkan. Penyakit utama terjadinya hal tersebut adalah pasien tidak mematuhi ketentuan dan lamanya pengobatan secara teratur untuk mencapai kesembuhan. Terutama pemakaian obat secara teratur pada 2 bulan fase inisial sering kali tidak tercapai, sementara itu dengan mempersingkat lamanya pengobatan menjadi 6 bulan telah menunjukkan penurunan angka drop out. Hal ini mudah dimengerti, karena kalau penderita tidak tekun meminum obat- obatnya, hasil akhir hanyalah kegagalan penyembuhan ditambah dengan timbulnya basil- basil TB yang multiresisten. Resistensi obat anti tuberkulosis terjadi akibat
  • 36. pengobatan tidak sempurna, putus berobat atau karena kombinasi obat anti tuberkulosis tidak adekuat. Sejak tahun 1995, manajemen operasional yang menyesuaikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) menekankan adanya pengawas minum obat (PMO) untuk setiap penderita TBC paru dengan harapan dapat menjamin keteraturan minum obat bagi setiap penderita selama masa pengobatan. Kondisi seorang penderita penyakit tuberkulosis sering berada dalam kondisi rentan dan lemah, baik fisik maupun mentalnya. Kelemahan itu dapat menyebabkan penderita tidak berobat, putus berobat, dan atau menghentikan pengobatan karena berbagai alasan. TBC dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur sampai selesai dalam waktu 6-8 bulan. Tata cara penyembuhan itu terangkum dalam strategi DOTS. Dalam proses penyembuhan, penderita TBC dapat diberikan obat anti-TBC (OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan yang ketat. Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus-menerus, sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Oleh sebab itu, para penderita TBC jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur. Tanpa adanya keteraturan minum obat penyakit sulit disembuhkan. Jika tidak teratur minum obat penyakitnya sukar diobati kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan menyerang organ tubuh lain akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat sembuh biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak ditanggung oleh pemerintah (Ainur, 2008). a. PMO (Pengawasan Menelan Obat)
  • 37. Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.Persyaratan PMO: 1) Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. 2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. 3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela. 4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga. Tugas seorang PMO: 1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. 2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. 3) Mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. 4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: 1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.
  • 38. 2) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur. 3) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya. 4) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan). 5) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur. 6) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK. (Depkes RI., 2007) 12. International Standarts For TB Care (ISTC) Terdiri atas 21 standar: a. 6 Standar Diagnosis 1) Standar 1: Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi untuk tuberculosis 2) Standar 2: Semua pasien yang diduga menderita TB paru, (dewasa, remaja, anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan mikroskopis sputum sekurang-kurangnya 2 kali. Bila memungkinkan minimal 1 kali pemeriksaan berasal dari sputum pagi hari 3) Standar 3: Pada semua pasien yang di duga menderita TB ekstra paru, (dewasa, remaja dan anak) harus dimbil pemeriksaan mikroskopis dari kelainan yang dicurigai. Bila tersedia fasilitas dan sumber daya, juga harus dilakukan biakan dan pemeriksaan histopatologi 4) Standar 4: Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberculosis harus menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
  • 39. 5) Standar 5: Diagnosis TB paru, BTA negative harus berdasarkan criteria sebagai berikut : pemeriksaan mikroskopis sputum negative paling kurang 2 kali (termasuk minimal 1 kali terhadap sputum pagi hari), foto toraks menunjukkan kelainan sesuai TB, tidak ada respons terhadap antibiotic spectrum luas (hindari pemakaian fluorokuinolon karena mempunyai efek anti TB sehingga terjadi perbaikan sesaat pada penderita TB). Bila ada fasiliti, pada kasus tersebut harus dilakukan pemeriksaan biakan. Pada pasien dengan atau diduga HIV, pengobtan harus segera dimulai 6) Standar 6: Diagnosis TB intratoraks (paru, pleura, KGB hilus/mediastinum) pada anak dengan BTA negative harus berdasarkan foto toraks yang sesuai dengan TB dan terdapat riwayat kontak dengan penderita menular atau bukti infeksi TB (uji tuberculin/interferon gamma release assay positif). Pada pasien demikian, bila ada fasiliti harus dilakukan pemeriksaan biakan dari bahan yang berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi sputum. b. 7 Standar Terapi 1) Standar 7: Setiap praktisi yang mengobati pasien TB dianggap menjalankan fungsi kesehatan masyarakat. Untuk memenuhi fungsi ini praktisibukan hanya harus memberikan paduan obat yang sesuai terapi juga harus mampu memantau kepatuhan berobat sekaligus menangani kasus yang tidak patuh terhadap rejimen pengobatan. Dengan demikian akan terjamin kepatuhan berobat sehingga pengobatan lengkap. 2) Standar 8: Semua pasien (termasuk pasien HIV) yang belum pernah diobati harus diberi paduan obat lini pertama yang disepakati secara internasional menggunakan obat yang biovaibilitinya sudah diketahui. Fase awal terdiri dari INH, rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol diberikan selama 2 bulan. Fase
  • 40. lanjutan yang dianjurkan adalah UNH dan Rifampisin yang selama 4 bulan. Pemberian INH dan Etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternative untuk fase lanjutan pada kasus yang keteraturannya tidak dapat dinilai tetapi terdapat angka kegagalan dan kekambuhan yang tinggi sehubungan dengan pemberian alternative tersebut di atas khususnya pada pasien HIV. Dosis obat antituberkulosis ini harus mengikuti rekomendasi internasional. Fixed dose combination yang terdiri dari 2 obat (INH dan Rifampisin),3 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid) dan 4 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol) sangat dianjurkan khususnya bila tidak dilakukan pengawasan langsung saat menelan obat. 3) Standar 9: Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu dikembangkan suatu pendekatan yang berpihak kepada pasien berdasarkan kebutuhan pasien dan hubunhgan yang saling menghargai antara pasien dan praktisi yang member pelayanan. Supervisi dan dukungan harus memperhatikan kesensitifan gender dan kelompok usia tertentu serta sesuai dengan intervensi yang dianjurkan dan pelayanan pendukung yang tersedia termasuk edukasi dan konseling pasien. Elemen utama pada strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan pengukuran untuk menilai dan meningkatkan kepatuhan berobat dan dapt menemukan bila terjadi ketidakpatuhan terhadap pengobatan. Pengukuran ini dibuat khusus untuk keadaan masing-masing individu dan dapat diterima baik oleh pasien maupun pemberi pelayanan. Pengukuran tersebut salh satunya termasuk pengawasan langsunng minum obat oleh pasien dan sistem kesehatan serta bertanggungjawab kepada pasien dan sistem kesehatan.
  • 41. 4) Standar 10: Respons terapi semua pasien harus dimonitor. Pada pasien TB paru penialaian terbaik adalah dengan pemeriksaan sputum ulang (2 kali) paling kurang pada saat menyelesaikan fase awal (paling tidak 2 bulan), bulan ke lima dan pada akhir pengobatan dianggap sebagai gagal terapi dan diberikan obat dengan modifikasi yang tepat (sesuai standar 14 dan 15). Penilaian respons Terapi pada pasien TB ekstra paru dan anak-anak, paling baik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks untuk evaluasi tidak diperlukan dan dapat mnyesatkan (misleading). 5) Standar 11: Penilaian resisten terhadap obat didasarkan pada riwayat pengobatan sebelumnya, pajanan terhadap kuman yang resisten dan prevalensi yang ada di masyarakat dan harus dilakukan pada setiap pasien. Uji kepekaan kuman harus dilakukan terhadap semua pasien dengan riwayat pengobatan TB. Pasien dengan BTA (+) yang hanya diobati 3 bulan, gagal berobat, putus berobat, dan kambuh harus dinilai resistensi obat. Uji kepekaan paling tidak dilakukan terhadap Rifampisin dan INH. Pasien harus mendapatkan konseling atau penyuluhan untuk meminimalisasi potensi penularan. Pengukuran control onfeksi harus dilaksanakan. 6) Standar 12: Pasien yang sangat diduga MDR/XDR TB harus mendapat pengobatan dengan obat anti TB lini kedua. Pemilihan obat didasarkan pada uji kepekaan kuman. Sedikitnya 4 obat yang sensitive termasuk obat suntikan diberikan selama 18-24 bulan tergantung konversi sputum. Perlu dilakukan konsultasi kepada instansi yang menyediakan layanan pengobatan pasien MDR/XDR. 7) Standar 13:Pencatatan tertulis mengenai semua pengobatan yang diberikan, respons bakteriolgik dan efek samping harus ada untuk semua pasien.
  • 42. c. 4 Standar TB Dengan Infeksi HIV dan Konddisi Komorbid Lainnya. 1) Standar 14: Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi dengan kemungkinan ko-infeksi TB-HIV, maka konseling dan testing HIV diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan prevalensi HIV yang rendah, monseling dan testing HIV hanya diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang diduga HIV serta pada pasien TB dengan riwayat beresiko tinggi. 2) Standar 15: Semua pasien TB-HIV harus dievaluasi untuk diberi terapi anti retroviral dalam masa pemberian OAT. Perencanaan yang sesuai memperoleh obat antiretroviral harus dibuat bagi pasien yang memenuhi indikasi. Mengingat terdapat kompleksiti pada pemberian secara bersamaan antara obat antituberkulosis dan obat antiretroviral maka dianjurkan untuk berkonsultasi kepada pakar di bidang tersebut sebelum pengobatan dimulai, tanpa perlu mempertimbangkan penyakit apa yang muncul lebih dahulu. Meskipun demikian pemberian OAT jangan samapi ditunda. Semua pasien TB-HIV harus mendapat kotrimaksasol sebagai profilaksis unutk infeksi lainnya. 3) Standar 16: Pengidap HIV setelah dilakukan evaluasi dengan hati-hati dan tidak terdapat infeksi TB, harus diobati dengan dugaan infeksi laten TB dengan menggunakan INH 6-9 bulan. 4) Standar 17: Seluruh pelayanan harus melakukan penilaian terhadap kondisi komorbid yang dapat mempengaruhi respons atau hasil pengobatan. Hal ini juga termasuk penilaian dan rujukan pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan diabetes mellitus, program pengobatan ketergantungan obat dan alcohol, berhenti merokok dan layanan psikososial lainnya termasuk layanan terhadap antenatal dan bayi baru lahir.
  • 43. d. 4 Standar Tanggung Jawab Kesehatan Masyarakat. 1) Standar 18: Semua pelayanan yang menangani pasien TB harus memperhatikakn orang yang berkontak erat dengan pasien Tb hars dievaluasi dan ditatalaksana sesuai rekomendasi internasional. Prioritas yang dilakukan investigasi: a) Orang dengan gejala sugestif Tb b) Anak berumur < 5 tahun c) Kontak dengan oran yangimunokompromais terutama infeksi HIV d) Kontak dengan pasien MDR/XDR TB 2) Standar 19: Anak < 5 tahun atau orang dengan infeksi HIV yang berkontak erat dengan orang teinfeksi TB harus dievaluasi denga hati-hati, dan yang tidak terinfeksi TB harus diobati dengan dugaan infeksi TB laten dengan memakai INH. 3) Standar 20 4) Standar 21 C. Penelitian Terkait Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “Hubungan perilaku individu tentang penularan dan pengobatan TBC dengan kejadian TBC di Poliklinik RS Soekanto POLRI Jakarta Timur” ini belum pernah dilakukan. Dalam penelusuran yang dilakukan peneliti, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan diantaranya: 1. Hasil survey yang dilakukan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) yang dilakukan pada Oktober sampai Desember 2005 di 90 desa pada 15 kabupaten / kota Kalibaru Jakarta Utara,dengan jumlah responden 3.677 menemukan sekitar 19,7%, responden yang memberi jawaban yang benar tentang penyakit TBC. Hasil survey tersebut
  • 44. antara lain menemukan ada 11% responden tidak tahu TBC adalah penyakit menular, 11% responden tidak tahu TBC bukan penyakit guna-guna, 26% responden tidak tahu batuk berdahak ≥ 3 minggu adalah gejala TBC, 58% responden tidak tahu bahwa TBC memerlukan pemantaun minum obat (PMO), 38% responden tidak tahu bahwa obat TBC bisa diperoleh gratis di puskesmas. 2. Menurut WHO pada tahun 1996, dari penderita TBC yang tidak diobati setelah 5 tahun, 50% meninggal, 25% kronik dan menular. 3. Menurut dr. Laban, TBC menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30% pendapatan keluarga hilang per tahunnya akibat TBC. Selain itu, seorang penderita aktif TBC akan menularkan 10-15 orang disekitarnya per tahun, dan tanpa pengobatan yang efektif, 50-60% penderita TBC akan meninggal dunia. 4. Berdasarkan hasil penelitian Leni Marlina keluarga di kelurahan Pondok Labu Jakarta Selatan pada tahun 2009 didapatkan mayoritas responden berusia ≥ 40 tahun yaitu 18 orang (60%), 13 orang (43.3%) berpendidikan SMA memilki tingkat pengetahuan kepala tergolong tinggi yaitu sebanyak 29 orang (96.67%). 5. Dalam penelitian Widagdo pada tahun 2003 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, ditemukan bahwa dari 71 orang, terdapat 50 penderita TBC yang bersikap positif dan patuh dalam pengobatan, dan 21 orang lainnya bersikap negatif dan pada umumnya tidak patuh dalam pengobatan.
  • 45. D. Kerangka Teori Gambar 2.4 Kerangka Teori INDEPENDEN DEPENDEN Faktor Predisposisi :  pengetahuan individu tentang penularan dan pengobatan TBC  sikap individu tentang penularan dan pengobatan TBC  tindakan individu tentang penularan dan pengobatan TBC  Faktor Pendukung  lingkungan fisik Kesembuhan TBC  prasarana Faktor Pendorong  perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.  Motivasi petugas  Duungan keluarga