SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
FARMAKOLOGI OBAT HIPERTENSI
Dosen pembimbing : Nikmah Nuur R, S.Farm., M.Farm., Apt
Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Joni Koeswara (108114019)
2. Rachmawati Nur K. (108114020)
3. Nilam Marwati (108114021)
4. Retno Dwi Jayanti (108114022)
5. Irma Susrini (108114023)
6. Riski sefriyanto (108114024)
7. Iqbal Aziz D. (108114025)
8. Rizki Noorfian M. (108114026)
9. Indra Hartono (108114027)
10. Luciana Rahmawati (108114028)
S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
FARMAKOLOGI OBAT HIPERTENSI
A. Pengertian Antihipertensi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 80-90 mmHg. Pemberian obat perlu dilakukan segera
pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg. Terapi farmakologis
menggunakan obat-obatan. Pemilihan obat harus berdasarkan manfaat, keamanan,
kenyamanan pasien dan biaya (Thomas, 2006). Antihipertensi adalah obat-obatan
yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni :
1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul
akibat gagal jantung.
2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah
dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang
sudah terkena serangan serebrovaskular.
4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan
hipertensi maternal.
B. Klasifikasi Obat
Terdapat 4 kelompok obat antihipertensi
1. Diuretik
2. Obat-obatan simpatoplegia
3. Vasodilator
4. Obat-obatan yang menghambat produksi atau kerja angiotensin
Berikut dijelasken tentang kelompok obat dengan mekanisme kerja dan contoh
obat.
1. Diuretik
Diuretik, terutama golongan thiazid, adalah obat lini pertama untuk
kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk
mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan.
Diuretik bekerja meningkatkan eskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Selain
mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer
sehingga menambah efek hipotensi. Efek ini diduga akibat penurunan natrium
di ruang interstitial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang
selanjutnya menghambat influks kalsium (Nafrialdi, 2007).
a. Mekanisme kerja obat
Telah lama diketahui bahwa pembatasan natrium melalui diet dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Diuretika
menurunkan tekanan darah terutama melalui penurunan natrium. Pada
awal pemberian diuetika terjadi penurunan volume darah dan cardiac
output. PVR dapat meningkat. Setelah 6-8 minggu CO kembali normal
sedangkan PVR menurun. Natrium diyakini memiliki kontribusi terhadap
PVR melalui peningkatan kekakuan vaskular dan reaktivitas neural, yang
mungkin menyebabkan peningkatan pertukaran Na-Ca, dengan hasil
peningkatan kalsium intraselular. Beberapa diuretika memiliki efek
vasodilatasi, misalnya indapamide.
b. Contoh diuretik
1) Diuretik Tiazid
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens
ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium
mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.
 Efek samping : Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat
mengakibatkan hipokalemia, hiponatriemi, dan hipomagnesiemi.
Hiperkalsemia dapat terjadi karena penurunan ekskresi kalsium.
Interferensi dengan ekskresi asam urat dapat mengakibatkan
hiperurisemia, sehingga penggunaan tiazid pada pasien gout harus
hati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa
(resisten terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko
diabetes mellitus tipe 2.
Efek samping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia,
menyebabkan peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan
HDL. 25% pria yang mendapat diuretic tiazid mengalami
impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian tiazid
dihentikan.
 Contoh obat : ( Tablet Hydroclorothiazide ( Htc ) )
Golongan obat antihipertensi ini merupakan obat antihipertensi
yang prosesnya melalui pengeluaran cairan tubuh via urin.
Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan darah
namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada
kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan
natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan
vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium
dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal
tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan
peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium
menyebabkan turunnya GFR.
 Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun
dalam jaringan ginjal.
 Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal
jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat
awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria
idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada
diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan
reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet
rendah garam)
 Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia,
hyponatremia, hipertensi pada kehamilan, hiperurisemia,
hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran
plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
 Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
2) Loop Diuretic
Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati-
hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan
hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat.
(Furosemid/Lasix)
 Contoh obat : FUROSEMIDE
 Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix,
Lasix, salurix, uresix.
 Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
 Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam
lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle
dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa
henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.
 Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR
rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan
untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan
untuk menurunkan kadar kalium serum. Edema paru akut,
edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis
hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
 Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
 Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia,
hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide,
hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
 Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya,
efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid.
Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas
silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
 Dosis : Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
3) Diuretik Hemat Kalium/antagonos reseptor aldosteron
Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat-
obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros kalium
untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium. (Spirinolactone)
 Contoh obat :AMILORID (MIDAMOR)
 Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi
Na+ menurunkan sekresi K+ dalam tubulus kontortus distal.
 Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat
K+ mengurangi efek hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis
metabolik.
 Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau
air. Pasien dengan diabetes militus dapat mengalami intoleransi
glukosa.
2. Obat-obatan yang mempengaruhi fungsi saraf simpatis (Obat-obatan
simpatoplegia)
Digunakan pada hipertensi sedang. Pada obat yang bekerja pada
susunan saraf pusat dapat menyebabkan sedasi, depresi mental serta gangguan
tidur.
a. Beta blocker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan
daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita
yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi
gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi
sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang
tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan)
sehingga pemberian obat harus hati-hati.
Contoh obatnya antaralain :
1) Atenolol (Beta Bloker)
Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan
tekanan darah bekerja dengan melalui proses memperlambat kerja
jantung dan memperlebar pembuluh darah.
 Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan
sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
 Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
 Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung
tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
 Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan
tidur, kulit kemerahan, impotensi.
 Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan
bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan
asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
 Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
2) Metoprolol (Beta Bloker)
 Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di
ginjal.
 Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
 Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
 Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
 Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III,
syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
 Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi
buruk, diare
 Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
 Dosis : 50 – 100 mg/kg
3) Propranolol (Beta Bloker)
 Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan
curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat
tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
 Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan
obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
 Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
 Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren,
stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
 Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia
dan blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati –
hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan
menyusui.
 Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah,
bronkospasme, agranulositosis, depresi.
 Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan
reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis
karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti
jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin,
fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin
menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan
absorbsinya.
b. Antagonis Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal
berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
1) Obat Anti Adregernik Sentral, contoh : METILDOPA
 Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo),
Tensipas (Kalbe Farma), Hyperpax (Soho)
 Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi
jika tidak diperlukan efek segera.
 Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma,
porfiria, dan hipersensitifitas
 Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare,
retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip
lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung
tersumbat
 Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan
dosis awal pada gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan
hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi
 Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan,
dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi
setelah enam jam jika diperlukan.
2) Obat Antiadrenergik Perifer : RESERPIN (MIS. SERPASIL)
 Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan
katekolamin pada system saraf perifer dan mungkin pada SSP.
Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan
curah jantung.
 Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai
sedang. Tidak dianjurkan pada kelainan psikiatri.
 Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi,
diare, bronkokonstriksi, peningkatan sekresi), penurunan
kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural
(mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat
vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh diri,
gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik
rendah karena durasi kerja lama.
3) Guanetidin (Mis. Esimel)
 Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf
adrenergic. Awalnya melepaskan norepinefrin (meningkatkan
tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan
norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya.
Kemudian tidak terjadi refleks takikardi karena kosongnya
norepinefrin.
 Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang
digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan
tekanan darah (disebabkan pelepasan norepinefrin). Hipotensi
ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah
jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
3. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
a. Hidralazin
 Nama paten : Aproseline
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
 Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
 Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
 Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
 Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :
 Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka
merah, kulit kemerahan.
 Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama
diazodsid.
 Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
b. Diazoksid (Hyperstat)
 Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin
dengan mengantagonis kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa
serum dengan menekan pelepasan insulin dan meningkatkan pelepasan
glukosa hati.
 Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit.
Hipoglikemia akibat hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk
pengobatan lain.
 Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular
yang disebabkannya. Hiperglikemia, gangguan saluran cerna,
hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.
4. Penghambat Angiotensin
Reninyang dikeluarkan oleh korteks ginjal dirangsang oleh penurunan
tekanan arteri renal, simpati,Peningkatan konsentrasi natrium pada tubulus
distalis ginjal. Renin Bekerja dengan cara memecah decapeptide angiontensin
I. Angiotensin I Diubah oleh ACE (angiotensin-converting enzyme) menjadi
Angiotensin II Di paru-paru. Angiotensin II Merupakan vasokonstriktor
Jenis obat penghambat angiotensin
a. Angiotensin-Coverting enzyme inhibitors (ACE-inhibitors), misalnya
captopril, enalapril, lisinopril
Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu,
penghambat ACE dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam
tubuh. Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin
II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan
resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron,
maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine
sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
1) KAPTOPRIL
 Nama paten : Capoten, Zestril
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan
renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-paru, yang
mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan
aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi
vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
 Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna
untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien
hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak
dipengaruhi.
 Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan
riwayat angioedema dan wanita menyusui. Dan semua penghambat
ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi,
sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau
neutropenia
 Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
 Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor
dan ARBs memiliki factor resiko kategori C pada kehamilan trimester
satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga
 Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
 Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti
nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya
menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
b. Angiotensin-Reseptor Blockers (ARB), misalnya : losartan, valsartan
Angitensinogen II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim: RAAS
(Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan
alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase. ACEI hanya
menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, ARB
menghambat angiotensinogen II dari semua jalan. Oleh karena perbedaam
ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek angiotensinogen II
(Saseen dan Maclaughlin, 2008).
ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1
(AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada
manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik,
pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari
glomerulus. ARB tidakmemblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2).
Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi,
perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan
penggunaan ARB (Saseen dan Maclaughlin, 2008).
C. OBAT PADA MASALAH KHUSUS
1. Kehamilan
Obat kerja sentral mempunyai profil SSP yang buruk. Namun,
metildopa digunakan pada kehamilan, karena data keamanannnya sedangkan
beta‐blocker digunakan pada trimester ketiga. Labetolol intravena hanya
digunakan pada keadaan krisis hipertensi. Sediaan nifedipin lepas lambat juga
dapat digunakan tetapi tidak dilisensi.
2. Etnik
Diuretik tiazid dan CCB dihidropiridin lebih efektif daripada beta‐
blocker untuk psien Afro‐Karibia. ACEi dan AIIRA meningkatkan resiko
stroke pada pasien golongan etnik tersebut sehingga tidak dianjurkan sebagai
terapi lini pertama.
3. Lanjut usia
Pedoman NICE yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau
CCB dihidropiridin merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia.
Namun, harus diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena
pasien lanjut usia lebih beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang
lebih dari 80 tahun dapat diberi terapi seperti pasien usia > 55 tahun.
4. Diabetes
Pasien diabetes memerlukan kombinasi antihipertensi untuk dapat
mencapai target tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi awal pilihan
karena dapat mencegah progresi ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan
nefropati diabet harus mendapat ACEi atau AIIRA untuk meminimalkan
resiko kerusakan ginjal yang lebih lanjut, bahkan jika tekanan darahnya
normal.
5. Penyakit ginjal
ACEi dapat menurunkan atau menghilangkan filtrasi glomerular dan
menyebabkan kegagalan ginjal progresif berat. Oleh karena itu
dikoktraindikasikan pada pasien stenosis arteri ginjal bilateral. Namun, ACEi
tidak memberikan efek samping pada fungsi ginjal pada pasien dengan
stenosis arteri ginjal unilateral. CCB dihidropiridin dapat ditambahkan jika
diperlukan penurunan tekana darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid tidak
efektif.
6. Hipertensi sistolik
Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension, ISH)
didefinisikan sebagai SBP lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari 90
mmHg. Pasien dengan ISH mendapat terapi yang sama sepeti pasien dengan
peningkatan SBP dan DBP karena ISH juga beresiko komplikasi yang sama.
CCB dihidropiridin digunakan sebagai terapi untuk ISH pada pasien lanjut
usia, terutama jika diuretik tiazid dikontraindikasikan.
7. Hipertensi cepat (accelerated hypertension)
Accelerated hypertension atau hipertensi yang sangat berat,
didefinisikan sebagai DBP lebih dari 140 mmHg, memerlukan tindakan medis
segera. Beta‐blocker seperti atenolol atau labetolol atau CCB dihidropiridin
diindikasikan untuk kondisi ini. DBP harus diturunkan menjadi 100‐110
mmHg selama 24 jam pertama. Tekanan darah harus diturunkan lagi selama 2‐
3 hari berikutnya menggunakan kombinasi diuretik, vasodilator dan ACEi,
jikadiperlukan. Jika terapi intravena diperlukan maka yang dianjurkan adalah
sodium nitroprusid atau gliseril trinitrat.
DAFTAR PUSTAKA
http://mustikacintaku.blogspot.co.id/
http://mandasweety.blogspot.co.id/?m=1
http://halosehat.com/farmasi/obat/jenis-obat-analgesik-fungsi-efek-samping-dosisnya
http://bukusakudokter.org/tag/obat-yang-aman-untuk-ibu-hamil-menyusui/
Sobel; Barry J.1998.Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosis Dan Terapi. Jakarta:
Woodley,Michele,M.D & Alison Whelan,M.D.1995.Pedoman Pengobatan.Yogyakarta :
ANDI OFFSET
https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22597/4/Chapter%20II.pdf
http://www.id.novartis.com/download/Obat%20antihipertensi%20Jan05.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197103282000121-
LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/Obat_antihipertensi.pdf

More Related Content

What's hot

Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolKezia Hani Novita
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarRangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarNesha Mutiara
 
Farmakologi sistem reproduksi
Farmakologi sistem reproduksiFarmakologi sistem reproduksi
Farmakologi sistem reproduksiFadhol Romdhoni
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikNesha Mutiara
 
Farmakologi Hormon
Farmakologi HormonFarmakologi Hormon
Farmakologi HormonSapan Nada
 
Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanMega Zhang
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatbarkah1933
 
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamol
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamolBrosur anamoliksir - Eliksir parasetamol
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamolAnna Lisstya
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)christianelsadeny
 

What's hot (20)

Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
 
Obat antidiare
Obat antidiareObat antidiare
Obat antidiare
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika DasarRangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
Rangkuman dan Pembahasan Contoh Soal Farmasetika Dasar
 
Farmakologi sistem reproduksi
Farmakologi sistem reproduksiFarmakologi sistem reproduksi
Farmakologi sistem reproduksi
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
 
Hipnotik sedativ
Hipnotik sedativHipnotik sedativ
Hipnotik sedativ
 
Farmakologi Hormon
Farmakologi HormonFarmakologi Hormon
Farmakologi Hormon
 
Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi Sediaan
 
Bentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan ObatBentuk Sediaan Obat
Bentuk Sediaan Obat
 
Obat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusatObat sistem saraf pusat
Obat sistem saraf pusat
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamol
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamolBrosur anamoliksir - Eliksir parasetamol
Brosur anamoliksir - Eliksir parasetamol
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
Ekstraksi dingin (Perkolasi dan Maserasi)
 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 

Viewers also liked

Farmakologi antihipertensi
Farmakologi antihipertensiFarmakologi antihipertensi
Farmakologi antihipertensi4nakmans4
 
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSIFARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSISulistia Rini
 
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Dina Zainuddin
 
Penyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangPenyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangMuamar Ys
 
Anti hypertensi-non-fk
Anti hypertensi-non-fkAnti hypertensi-non-fk
Anti hypertensi-non-fknyoman sayang
 
Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiAgung Yihuu
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikChanra Sirait
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat Dedi Kun
 
Terapi Hipertensi non Farmakologis
Terapi Hipertensi non FarmakologisTerapi Hipertensi non Farmakologis
Terapi Hipertensi non FarmakologisIskani kasim
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacologynisha althaf
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerocto zulkarnain
 
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksana
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksanaPpt penggunaan antibiotik yang bijaksana
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksanaMahesa Suryanagara
 

Viewers also liked (20)

Farmakologi antihipertensi
Farmakologi antihipertensiFarmakologi antihipertensi
Farmakologi antihipertensi
 
Antihipertensi
AntihipertensiAntihipertensi
Antihipertensi
 
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSIFARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
 
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
Farmakologi - Penggunaan Obat Pada Penyakit Tuberkulosis (TB)
 
Penyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangPenyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endang
 
Pendekatan realitas
Pendekatan realitasPendekatan realitas
Pendekatan realitas
 
Anti hypertensi-non-fk
Anti hypertensi-non-fkAnti hypertensi-non-fk
Anti hypertensi-non-fk
 
Tugas farmakologi
Tugas farmakologiTugas farmakologi
Tugas farmakologi
 
Slide depresi bag puji
Slide depresi bag pujiSlide depresi bag puji
Slide depresi bag puji
 
Obat antihipertensi pada ibu hamil
Obat antihipertensi pada ibu hamilObat antihipertensi pada ibu hamil
Obat antihipertensi pada ibu hamil
 
Bakteriostatik
BakteriostatikBakteriostatik
Bakteriostatik
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
 
Efek obat
Efek obatEfek obat
Efek obat
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat
 
Terapi Hipertensi non Farmakologis
Terapi Hipertensi non FarmakologisTerapi Hipertensi non Farmakologis
Terapi Hipertensi non Farmakologis
 
Anti hipertensi
Anti hipertensiAnti hipertensi
Anti hipertensi
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacology
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskuler
 
Hipertensi dalam kehamilan : Update
Hipertensi dalam kehamilan : UpdateHipertensi dalam kehamilan : Update
Hipertensi dalam kehamilan : Update
 
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksana
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksanaPpt penggunaan antibiotik yang bijaksana
Ppt penggunaan antibiotik yang bijaksana
 

Similar to OBAT HIPERTENSI

Antihypertensive drugs
Antihypertensive drugsAntihypertensive drugs
Antihypertensive drugsFebbyAyudya
 
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptx
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptxPertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptx
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptxAhmadSofyanAtsauri
 
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptxssuserf5be08
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFuadrizalfauzi
 
Bahan Ajar 1 Hipertensi.ppt
Bahan Ajar 1 Hipertensi.pptBahan Ajar 1 Hipertensi.ppt
Bahan Ajar 1 Hipertensi.pptFajrianAulia
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxBAksaSonita062
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorMulkan Fadhli
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxRosyid Ridho
 
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptx
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptxFARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptx
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptxmaulianaamirudin
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretiknisha althaf
 
DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptIrfanZul2
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney diseaseAni Nuraeni
 

Similar to OBAT HIPERTENSI (20)

Obat kardiovaskular
Obat kardiovaskularObat kardiovaskular
Obat kardiovaskular
 
Obat Anti Hipertensi
Obat Anti HipertensiObat Anti Hipertensi
Obat Anti Hipertensi
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
Antihypertensive drugs
Antihypertensive drugsAntihypertensive drugs
Antihypertensive drugs
 
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptx
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptxPertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptx
Pertemuan I _ Sistem Kardiovaskular.pptx
 
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx
7B_KELOMPOK 10_ANTIHIPERTENSI (Diuretik dan CCB).pptx
 
Farmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensiFarmakologi hipertensi
Farmakologi hipertensi
 
Hypertensionhosppharm
HypertensionhosppharmHypertensionhosppharm
Hypertensionhosppharm
 
Bahan Ajar 1 Hipertensi.ppt
Bahan Ajar 1 Hipertensi.pptBahan Ajar 1 Hipertensi.ppt
Bahan Ajar 1 Hipertensi.ppt
 
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptxNama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
Nama_NIM_Kelas_Kelompok 1 AC_Tugas Kasus Farter 2.pptx
 
Acei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektorAcei sebagai reno protektor
Acei sebagai reno protektor
 
Farmakologi .pptx
Farmakologi .pptxFarmakologi .pptx
Farmakologi .pptx
 
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptxGout hiperurisemia rosyid.pptx
Gout hiperurisemia rosyid.pptx
 
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptx
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptxFARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptx
FARMAKOLOGI CARDIOVASCULAR.pptx
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretik
 
DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.ppt
 
Hrs 88 arim
Hrs 88 arimHrs 88 arim
Hrs 88 arim
 
Sindrom Hepatorenal
Sindrom HepatorenalSindrom Hepatorenal
Sindrom Hepatorenal
 
Chronic kidney disease
Chronic kidney diseaseChronic kidney disease
Chronic kidney disease
 

More from Sulistia Rini

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaSulistia Rini
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCSulistia Rini
 

More from Sulistia Rini (20)

Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada EmpiemaTindakan Kolaborasi pada Empiema
Tindakan Kolaborasi pada Empiema
 
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleuraTindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efuisi pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumothoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumothoraks
 
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi PleuraTindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
Tindakan Kolaborasi pada Efusi Pleura
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca ParuTindakan Kolaborasi pada Ca Paru
Tindakan Kolaborasi pada Ca Paru
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Efusi pleura
Efusi pleuraEfusi pleura
Efusi pleura
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthoraxAsuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 Asuhan Keperawatan pneumuthorax Asuhan Keperawatan pneumuthorax
Asuhan Keperawatan pneumuthorax
 
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitisTerapi komplementer pada pasien bronchitis
Terapi komplementer pada pasien bronchitis
 
Terapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusisTerapi komplementer pada anak pertusis
Terapi komplementer pada anak pertusis
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhialTerapi komplementer pada anak asma bronkhial
Terapi komplementer pada anak asma bronkhial
 
Terapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumoniaTerapi komplementer pada anak pneumonia
Terapi komplementer pada anak pneumonia
 
Terapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBCTerapi komplementer pada anak TBC
Terapi komplementer pada anak TBC
 

Recently uploaded

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

OBAT HIPERTENSI

  • 1. FARMAKOLOGI OBAT HIPERTENSI Dosen pembimbing : Nikmah Nuur R, S.Farm., M.Farm., Apt Disusun oleh : Kelompok 3 1. Joni Koeswara (108114019) 2. Rachmawati Nur K. (108114020) 3. Nilam Marwati (108114021) 4. Retno Dwi Jayanti (108114022) 5. Irma Susrini (108114023) 6. Riski sefriyanto (108114024) 7. Iqbal Aziz D. (108114025) 8. Rizki Noorfian M. (108114026) 9. Indra Hartono (108114027) 10. Luciana Rahmawati (108114028) S1 KEPERAWATAN STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
  • 2. FARMAKOLOGI OBAT HIPERTENSI A. Pengertian Antihipertensi Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80-90 mmHg. Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥ 140/90 mmHg. Terapi farmakologis menggunakan obat-obatan. Pemilihan obat harus berdasarkan manfaat, keamanan, kenyamanan pasien dan biaya (Thomas, 2006). Antihipertensi adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi. Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni : 1. Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat gagal jantung. 2. Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah dan mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada. 3. Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang sudah terkena serangan serebrovaskular. 4. Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi maternal. B. Klasifikasi Obat Terdapat 4 kelompok obat antihipertensi 1. Diuretik 2. Obat-obatan simpatoplegia 3. Vasodilator 4. Obat-obatan yang menghambat produksi atau kerja angiotensin Berikut dijelasken tentang kelompok obat dengan mekanisme kerja dan contoh obat. 1. Diuretik Diuretik, terutama golongan thiazid, adalah obat lini pertama untuk kebanyakan pasien dengan hipertensi. Bila terapi kombinasi diperlukan untuk mengontrol tekanan darah, diuretik salah satu obat yang direkomendasikan.
  • 3. Diuretik bekerja meningkatkan eskresi natrium, air dan klorida sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Selain mekanisme tersebut, beberapa diuretik juga menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensi. Efek ini diduga akibat penurunan natrium di ruang interstitial dan di dalam sel otot polos pembuluh darah yang selanjutnya menghambat influks kalsium (Nafrialdi, 2007). a. Mekanisme kerja obat Telah lama diketahui bahwa pembatasan natrium melalui diet dapat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Diuretika menurunkan tekanan darah terutama melalui penurunan natrium. Pada awal pemberian diuetika terjadi penurunan volume darah dan cardiac output. PVR dapat meningkat. Setelah 6-8 minggu CO kembali normal sedangkan PVR menurun. Natrium diyakini memiliki kontribusi terhadap PVR melalui peningkatan kekakuan vaskular dan reaktivitas neural, yang mungkin menyebabkan peningkatan pertukaran Na-Ca, dengan hasil peningkatan kalsium intraselular. Beberapa diuretika memiliki efek vasodilatasi, misalnya indapamide. b. Contoh diuretik 1) Diuretik Tiazid Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena efeknya yang boros kalium.  Efek samping : Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid dapat mengakibatkan hipokalemia, hiponatriemi, dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia dapat terjadi karena penurunan ekskresi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam urat dapat mengakibatkan hiperurisemia, sehingga penggunaan tiazid pada pasien gout harus hati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat mengganggu toleransi glukosa (resisten terhadap insulin) yang mengakibatkan peningkatan resiko diabetes mellitus tipe 2. Efek samping yang umum lainnya adalah hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria yang mendapat diuretic tiazid mengalami
  • 4. impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika pemberian tiazid dihentikan.  Contoh obat : ( Tablet Hydroclorothiazide ( Htc ) ) Golongan obat antihipertensi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.  Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.  Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)  Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.  Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
  • 5. 2) Loop Diuretic Lebih potensial dibandingkan tiazid dan harus digunakan dengan hati- hati untuk menghindari dehidrasi. Obat-obat ini dapat mengakibatkan hipokalemia, sehingga kadar kalium harus dipantau ketat. (Furosemid/Lasix)  Contoh obat : FUROSEMIDE  Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.  Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.  Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.  Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum. Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.  Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui  Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.  Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.  Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
  • 6. 3) Diuretik Hemat Kalium/antagonos reseptor aldosteron Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan kalium. Obat- obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk memperkecil ketidakseimbangan kalium. (Spirinolactone)  Contoh obat :AMILORID (MIDAMOR)  Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam tubulus kontortus distal.  Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik. Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.  Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus dapat mengalami intoleransi glukosa. 2. Obat-obatan yang mempengaruhi fungsi saraf simpatis (Obat-obatan simpatoplegia) Digunakan pada hipertensi sedang. Pada obat yang bekerja pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan sedasi, depresi mental serta gangguan tidur. a. Beta blocker Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati. Contoh obatnya antaralain : 1) Atenolol (Beta Bloker) Golongan ini merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah bekerja dengan melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pembuluh darah.
  • 7.  Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.  Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia  Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.  Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit kemerahan, impotensi.  Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.  Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr 2) Metoprolol (Beta Bloker)  Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.  Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.  Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.  Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris  Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
  • 8.  Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare  Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya  Dosis : 50 – 100 mg/kg 3) Propranolol (Beta Bloker)  Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.  Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.  Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.  Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma  Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.  Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme, agranulositosis, depresi.  Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin
  • 9. menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya. b. Antagonis Reseptor-Alfa Menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi. 1) Obat Anti Adregernik Sentral, contoh : METILDOPA  Nama Dagang: Dopamet (Alpharma), Medopa (Armoxindo), Tensipas (Kalbe Farma), Hyperpax (Soho)  Indikasi: Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek segera.  Kontraindikasi: depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas  Efek samping: mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan, kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus, parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat  Peringatan: mempengaruhi hasil uji laboratorium, menurunkan dosis awal pada gagal ginjal, disarqankan untuk melaksanakan hitung darah dan uji fungsi hati, riwayat depresi  Dosis dan aturan pakai: oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena 250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan. 2) Obat Antiadrenergik Perifer : RESERPIN (MIS. SERPASIL)  Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer dan mungkin pada SSP.
  • 10. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah jantung.  Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada kelainan psikiatri.  Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama. 3) Guanetidin (Mis. Esimel)  Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan norepinefrin (meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan norepinefrin dari terminal dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks takikardi karena kosongnya norepinefrin.  Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan. Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan pelepasan norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah jantung, dispnea pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
  • 11. 3. Vasodilator Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing. a. Hidralazin  Nama paten : Aproseline  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.  Indikasi : hipertensi, gagal jantung.  Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.  Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.  Tingkat keamanan obat menurut (FDA) :  Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka merah, kulit kemerahan.  Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.  Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C b. Diazoksid (Hyperstat)  Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan meningkatkan pelepasan glukosa hati.  Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
  • 12.  Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya. Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal. 4. Penghambat Angiotensin Reninyang dikeluarkan oleh korteks ginjal dirangsang oleh penurunan tekanan arteri renal, simpati,Peningkatan konsentrasi natrium pada tubulus distalis ginjal. Renin Bekerja dengan cara memecah decapeptide angiontensin I. Angiotensin I Diubah oleh ACE (angiotensin-converting enzyme) menjadi Angiotensin II Di paru-paru. Angiotensin II Merupakan vasokonstriktor Jenis obat penghambat angiotensin a. Angiotensin-Coverting enzyme inhibitors (ACE-inhibitors), misalnya captopril, enalapril, lisinopril Menekan sintesis angiotensin II, suatu vasokonstriktor poten. Selain itu, penghambat ACE dapat menginduksi pembentukan vasodilator dalam tubuh. Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun. 1) KAPTOPRIL  Nama paten : Capoten, Zestril  Sediaan obat : Tablet  Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan aldosterone.dan menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor, angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi vasodilator (bradikinin, prostaglandin).  Indikasi : hipertensi, gagal jantung. hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai untuk pasien
  • 13. hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.  Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui. Dan semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria, ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia  Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.  Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga  Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.  Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium. b. Angiotensin-Reseptor Blockers (ARB), misalnya : losartan, valsartan Angitensinogen II dihasilkan dengan melibatkan dua jalur enzim: RAAS (Renin Angiotensin Aldosterone System) yang melibatkan ACE, dan jalan alternatif yang menggunakan enzim lain seperti chymase. ACEI hanya menghambat efek angiotensinogen yang dihasilkan melalui RAAS, ARB menghambat angiotensinogen II dari semua jalan. Oleh karena perbedaam ini, ACEI hanya menghambat sebagian dari efek angiotensinogen II (Saseen dan Maclaughlin, 2008). ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensinogen II tipe 1 (AT1) yang memediasi efek angiotensinogen II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan konstriksi arteriol efferen dari glomerulus. ARB tidakmemblok reseptor angiotensinogen tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulasi AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan, dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan penggunaan ARB (Saseen dan Maclaughlin, 2008).
  • 14. C. OBAT PADA MASALAH KHUSUS 1. Kehamilan Obat kerja sentral mempunyai profil SSP yang buruk. Namun, metildopa digunakan pada kehamilan, karena data keamanannnya sedangkan beta‐blocker digunakan pada trimester ketiga. Labetolol intravena hanya digunakan pada keadaan krisis hipertensi. Sediaan nifedipin lepas lambat juga dapat digunakan tetapi tidak dilisensi. 2. Etnik Diuretik tiazid dan CCB dihidropiridin lebih efektif daripada beta‐ blocker untuk psien Afro‐Karibia. ACEi dan AIIRA meningkatkan resiko stroke pada pasien golongan etnik tersebut sehingga tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama. 3. Lanjut usia Pedoman NICE yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau CCB dihidropiridin merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia. Namun, harus diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena pasien lanjut usia lebih beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang lebih dari 80 tahun dapat diberi terapi seperti pasien usia > 55 tahun. 4. Diabetes Pasien diabetes memerlukan kombinasi antihipertensi untuk dapat mencapai target tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi awal pilihan karena dapat mencegah progresi ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan nefropati diabet harus mendapat ACEi atau AIIRA untuk meminimalkan resiko kerusakan ginjal yang lebih lanjut, bahkan jika tekanan darahnya normal. 5. Penyakit ginjal ACEi dapat menurunkan atau menghilangkan filtrasi glomerular dan menyebabkan kegagalan ginjal progresif berat. Oleh karena itu dikoktraindikasikan pada pasien stenosis arteri ginjal bilateral. Namun, ACEi tidak memberikan efek samping pada fungsi ginjal pada pasien dengan stenosis arteri ginjal unilateral. CCB dihidropiridin dapat ditambahkan jika
  • 15. diperlukan penurunan tekana darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid tidak efektif. 6. Hipertensi sistolik Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension, ISH) didefinisikan sebagai SBP lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari 90 mmHg. Pasien dengan ISH mendapat terapi yang sama sepeti pasien dengan peningkatan SBP dan DBP karena ISH juga beresiko komplikasi yang sama. CCB dihidropiridin digunakan sebagai terapi untuk ISH pada pasien lanjut usia, terutama jika diuretik tiazid dikontraindikasikan. 7. Hipertensi cepat (accelerated hypertension) Accelerated hypertension atau hipertensi yang sangat berat, didefinisikan sebagai DBP lebih dari 140 mmHg, memerlukan tindakan medis segera. Beta‐blocker seperti atenolol atau labetolol atau CCB dihidropiridin diindikasikan untuk kondisi ini. DBP harus diturunkan menjadi 100‐110 mmHg selama 24 jam pertama. Tekanan darah harus diturunkan lagi selama 2‐ 3 hari berikutnya menggunakan kombinasi diuretik, vasodilator dan ACEi, jikadiperlukan. Jika terapi intravena diperlukan maka yang dianjurkan adalah sodium nitroprusid atau gliseril trinitrat.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA http://mustikacintaku.blogspot.co.id/ http://mandasweety.blogspot.co.id/?m=1 http://halosehat.com/farmasi/obat/jenis-obat-analgesik-fungsi-efek-samping-dosisnya http://bukusakudokter.org/tag/obat-yang-aman-untuk-ibu-hamil-menyusui/ Sobel; Barry J.1998.Hipertensi: Pedoman Klinis Diagnosis Dan Terapi. Jakarta: Woodley,Michele,M.D & Alison Whelan,M.D.1995.Pedoman Pengobatan.Yogyakarta : ANDI OFFSET https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22597/4/Chapter%20II.pdf http://www.id.novartis.com/download/Obat%20antihipertensi%20Jan05.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197103282000121- LUCKY_ANGKAWIDJAJA_RORING/Obat_antihipertensi.pdf