5. nama alkana tergantung dari jumlah atom C
dalam rantai karbon
Jika rantai karbon terdiri dari 4 atom C atau
lebih, maka nama alkana diberi awalan n-
(normal). Hal ini untuk membedakan dengan
isomernya.
Contoh:
n-butana
6. Tentukan rantai induk, yakni rantai karbon
terpanjang. Beri nomor pada rantai induk
sehingga cabang mempunyai nomor sekecil
mungkin.
Rantai induk diberi nama sesuai aturan
penamaan alkana
Contoh: dari contoh di atas, rantai induk
memiliki 6 atom C sehingga rantai induk diberi
nama heksana.
7. Cabang merupakan gugus alkil dan diberi
nama alkil sesuai dengan jumlah atom C
dalam cabang tersebut.
Contoh: dari contoh di atas, gugus alkil yang
menjadi cabang adalah metil.
Urutan penulisan nama alkana bercabang
adalah sebagai berikut. Tulis nomor cabang
diikuti tanda (-), lalu diberi nama alkil
cabang. Nama alkil ditulis menyambung
dengan nama rantai induk.
Nama untuk struktur di atas adalah 3-
metilheksana
8. Jika terdapat 2 atau lebih jenis alkil, maka nama
alkil disusun menurut abjad. Gunakan tanda (-)
untuk memisahkan nomor dari nama alkil.
Jika terdapat lebih dari 1 alkil sejenis, maka tulis
nomor cabang dari alkil sejenis dan pisahkan
dengan tanda koma (,). Jika terdapat 2 gugus alkil
dengan nomor yang sama maka nomor tersebut
harus diulang. Selanjutnya diberi awalan Yunani
(di, tri, tetra, dst) pada nama gugus alkil sesuai
dengan jumlah alkil. Gunakan tanda (-) untuk
memisahkan nomor dengan cabang nama alkil.
9. Untuk penomoran rantai karbon yang
mengandung banyak cabang, jika terdapat
beberapa pilihan rantai induk, pilih yang
mengandung paling banyak cabang
Yang dipilih adalah struktur yang pertama :
3-etil-2-metilpentan
10.
11. Titik didih dan titik leleh alkana naik dengan
pertambahan nilai Mr
Kenaikan titik leleh dan titik didih
dikarenakan gaya antar-molekul semakin
kuat sehingga semakin besar energi yang
dibutuhkan untuk mengatasi gaya tersebut.
12. Kerapatan alkana naik dengan pertambahan
nilai Mr
Kenaikan kerapatan dikarenakan gaya antar-
molekul semakin kuat sehingga molekul-
molekul menjadi semakin rapat
13. Kekentalan/Viskositas alkana naik dengan
pertambahan nilai Mr
Kenaikan kekentalan dikarenakan gaya
antar-molekul semakin kuat dan juga rantai
karbon yang semakin panjang sehingga lebih
mudah terbelit. Akibatnya, molekul-molekul
alkana semakin sulit bergerak/mengalir.
14. Volatilitas alkana berkurang dengan
pertambahan nilai Mr
Volatilitas alkana berkurang dengan
pertambahan nilai Mr. Hal ini sebagai akibat
gaya antar-molekul yang semakin kuat
sehingga semakin sult bagi molekul untuk
memisah membentuk fase uap.
15.
16. Alkana memiliki 2 jenis ikatan kimia, yakni ikatan
C−C dan C−H. kedua ikatan ini tergolong kuat
karena untuk memutuskannya memerlukan
energi masing-masing sebesar 347 kJ/mol untuk
C−C dan 413 kJ/mol untuk C−H.
Alkana memiliki ikatan C−C yang bersifat non-
polar dan C−H yang dapat dianggap non-polar
karena keelektronegatifannya kecil. Ini
menyebabkan alkena dapat bereaksi dengan
pereaksi non-polar seperti O2 dan halogen (Cl2)
dan sulit bereaksi dengan pereaksi polar/ionic
seperti asam kuat, basa kuat dan oksidator
MnO4
-
17.
18. Pembakaran alkana adalah reaksi oksidasi antara
alkana dengan O2. Jika alkana dibakar dengan O2
berlebih, maka pembakaran akan berlangsung
sempurna dengan produk reaksi CO2 dan H2O.
CH4(g) + 2O2(g) → CO2(g) + 2H2O(g)
Jika alkana dibakar dengan O2 yang kurang, maka
pembakaran tidak akan berlangsung sempurna.
Sebagian alkana bereaksi membentuk CO2 dan
H2O dan sisanya membentuk CO dan H2O.
CH4(g) + 3/2O2(g) → CO(g) + 2H2O(g)
19. Perengkahan termal (thermal cracking)
Reaksi berlangsung pada suhu tinggi tanpa udara.
Perengkahan termal umumnya digunakan untuk alkana
dari gas alam, seperti etana dan propane.
C2H6(g) → CH2═CH2(g) + H2(g)
etana
750-900°C
etena
Perengkahan katalik (catalytic cracking)
Reaksi berlangsung pada suhu lebih rendah dengan
bantuan katalis seperti zeolit (campuran Al, Si dan O).
Perengkahan katalik digunakan untuk alkana dari minyak
bumi.
katalis
C18H38 → 4 CH2═CH2(g) + C10H22
Oktadekana etena dekana
21. Metana (CH4), sebagai bahan bakar untuk memasak dan
bahan baku pembuat zat kimia seperti H2, HCN, NH3,
asetilena, dll
Etana (C2H6), sebagai bahan bakar untuk memasak, bahan
baku pembuatan senyawa turunan terklorinasi, dan refrigeran
dalam sistem pendinginan dua tahap untuk suhu rendah.
Propana (C3H8), sebagai komponen utama gas elpiji (90%
propana, 5% etana dan 5% butana) untuk memasak, sebagai
bahan baku senyawa organic dan sebagai refrigeran
Butana (C4H10), sebagai bahan bakar kendaraan dan bahan
baku karet sintetis.
Oktana (C8H18), sebagai komponen utama bahan bakar
kendaraan bermotor, yakni bensin.
24. Rantai induk pada alkena
adalah rantai induk
tepanjang yang
mengandung ikatan
rangkap dua C═C. Nama
rantai induk berasal dari
nama alkana dimana
akhiran “-ana” diganti
dengan “-ena”.
25. Penomoran pada rantai induk dimulai
sedemikian sehingga atom C pertama yang
terikat pada ikatan C═C memiliki nomor
sekecil mungkin (bukan berdasarkan cabang).
26. Nama rantai induk dimulai dengan nomor
atom C pertama yang terikat ke ikatan
C═C, diikuti tanda (-) kemudian nama
dari rantai induk.
27. Jika terdapat cabang (gugus alkil) pada rantai
induk, beri nama alkil yang sesuai. Aturan lainnya
sesuai dengan tata nama alkana.
28. Jika terdapat lebih dari satu ikatan C═C,
maka akhiran ”-ana” pada alkana diganti
dengan ”-diena” (jika ada 2 ikatan C═C), “-
triena” (jika ada 3 ikatan C═C), dst. Kedua
atom pertama yang terikat pada ikatan
C═C, harus memiliki nomor sekecil
mungkin.
1,3-pentadiena 2-etil,5-metil,1,4-
heksadiena
29.
30. Sifat fisis alkena mirip dengan alkana. Hal ini
dikarenakan alkena bersifat non-polar dan
memiliki gaya antar-molekul yang relatif
lemah. Disamping itu, nilai Mr alkena hamper
sama dengan alkana. Sama halnya dengan
alkana, kecenderungan sifat fisis (titik didih,
titik leleh dan kerapatan) naik dengan
pertambahan nilai Mr.
31. Untuk memutuskan ikatan C═C diperlukan
energy yang lebih besar disbanding ikatan C−C.
Meski total energi lebih besar namun nilainya
tidak sampai dua kali lipat. Hal ini menunjukkan
salah satu ikatan kovalen dari ikatan C═C lebih
lemah disbanding ikatan kovalen lainnya
sehingga lebih mudah putus (ikatan C═C terdiri
dari 2 ikatan kovalen).
Ikatan C═C memiliki jumlah pasangan electron
lebih banyak, atau kerapatan elektronnya lebih
tinggi. Oleh karena itu, ikatan C═C lebih mudah
diserang oleh spesi elektrofil.
32.
33. Reaksi alkena dengan halogen (halogenasi)
CH2═CH2 + Cl2 → CH2Cl−CH2Cl
Etena Klorin 1,2-dikloroetana (bahan baku plastic PVC)
CH2═CH2 + Br2 → CH2Br−CH2Br
Etena Bromin 1,2-dibromoetana
Reaksi alkena dengan hidrogen halida
(Hidrohalogenasi)
C C
H
H
H
H
C CH
H
H
H
Br
H+ HBr
Etena
1-bromoetana
34. n/2 (CH2═CH2) → (CH2)n
Etena Polietena
C C
H
H
H
H
C C
H
H
H
H
C C
H
H
H
H
C C C C C C
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H
+ +
polimerisasi
adisi
35. Pembakaran alkena adalah reaksi oksidasi
alkena dengan O2. Jika jumlah O2 berlebih,
maka produk reaksi adalah CO2 dan H2O.
Apabila jumlah O2 terbatas, maka
pembakaran alkena akan menghasilkan CO
atau C.
CH2═CH2(g) + O2(g) → 2CO2(g) + 2H2O(g)
36. Butadiena, sebagai bahan baku pembuatan
polibutadiena (karet sintetis)
Propena (C3H6), sebagai bahan untuk
membuat polipropena (polimer untuk
membuat serat sintetis, materi pengepakan,
dan peralatan memasak).
Etena (C2H4), sebagai bahan baku
pembuatan polietena dan senyawa organic
intermediet (produk antara) seperti
kloroetena (vinil klorida), dan stirena
39. Rantai induk pada alkuna
adalah rantai karbon
terpanjang yang
mengandung ikatan
rangkap tiga C≡C. Nama
rantai induk berasal dari
nama alkana dimana
akhiran “-ana” diganti
dengan “-una”.
40. Penomoran pada rantai induk dimulai
sedemikian sehingga atom C pertama yang
terikat pada ikatan C≡C memiliki nomor
sekecil mungkin.
Nama rantai induk dimulai dengan nomor
atom C pertama yang terikat ke ikatan C≡C
diikuti tanda (-), lalu nama dari rantai induk.
Jika terdapat cabang (gugus alkil) pada rantai
induk, beri nama alkil yang sesuai. Aturan
lainnya sesuai dengan tata nama alkana.
41.
42. Sifat fisis alkena mirip dengan alkana. Hal ini
dikarenakan alkena bersifat non-polar dan
memiliki gaya antar-molekul yang relatif
lemah. Disamping itu, nilai Mr alkena hamper
sama dengan alkana. Sama halnya dengan
alkana, kecenderungan sifat fisis (titik didih,
titik leleh dan kerapatan) naik dengan
pertambahan nilai Mr.
43. Ikatan C≡C tersusun dari 3 ikatan kovalen,
dimana 2 bersifat lemah dan 1 bersifat kuat.
Jadi meski total energi pemutusan ikatan C≡C
cukup besar, energi untuk memutuskan
ikatan kovalen yang lemah relatif lebih kecil.
Ikatan C≡C memiliki kerapatan elektron yang
lebih tinggi atau lebih bersifat elektronegatif
disbanding ikatan C═C pada alkena.
Akibatnya atom H yang terikat ke ikatan C≡C
pada ujung rantai alkuna mampu melepaskan
diri sebagai ion H+.
44.
45. Reaksi alkuna dengan halogen (halogenasi)
Kieselguhr
Tahap 1 : CH≡CH + Cl2 → CHCl═CHCl
Etuna 1,2-dikloroetena
Tahap 2 : CHCl═CHCl + Cl2 → CHCl2−CHCl2
1,2-dikloroetena 1,1,2,2-tetrakloroetana
Reaksi alkuna dengan halogen halide (HX)
Tahap 1 : CH≡CH + Cl2 → CH2═CHCl
Etuna kloroetena
Tahap 2 : CH2═CHCl + Cl2 → CH3−CHCl2
kloroetena 1,1,-dikloroetana
48. Pembakaran alkuna melibatkan reaksi antara
alkuna dengan O2. Reaksi ini bersifat
eksotermik. Seperti halny alkena,
pembakaran alkuna dengan jumlah O2
terbatas akan menghasilkan CO atau C.
2CH≡CH(g) + 5O2(g) → 4CO2(g) + 2H2O(g)
49. Sebagai bahan baku pembuatan senyawa
organik lain, seperti etanal, asam etanoat,
dan vinil klorida
Sebagai bahan bakar obor oksiasetilena yang
digunakan untuk pengelasan dan
pemotongan logam