SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
KAJIAN REGULASI ATAS PENDAYAGUNAAN ZAKAT,
ATURAN PEMERINTAH, AUDIT SYARIAH DAN
KETENTUAN UMUM
Oleh :
Drs. H. JAJA JAELANI, MM
DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT
A. LATAR BELAKANG
1. Amanah Undang-undang Dasar 1945 bahwa memajukan kesejahteraan
umum merupakan salah satu kewajiban pemerintah;
2. Zakat sebagai sumber dana potensial umat Islam perlu dikelola secara
profesional untuk membantu program pemerintah dalam rangka
melaksanakan kewajiban memajukan kesejahtraan umum;
3. Pengelolaan zakat secara profesional harus didukung dengan Sumber
Daya yang memadai, sehingga zakat sebagai sumber ekonomi umat
yang sangat potensial itu dipastikan dapat memberikan kesejahtraan
bagi masyarakat, melalui pelayanan prima yaitu: mudah, cepat, tepat,
dan akurat;
4. Pemerintah memiliki kewajiban sesuai dengan tugas dan fungsinya
yaitu: sebagai regulator, fasilitator, edukator dan sosialisator.
1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang Undang RI Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau
Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan
Dari Penghasilan Bruto.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan
Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif.
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat
dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif
Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) ada 8 golongan
sebagaimana telah ditegaskan dalam Al Qur’an Al Karim pada ayat berikut:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang fakir, [2]
orang-orang miskin, [3] amil zakat, [4] para mu’allaf yang dibujuk
hatinya, [5] untuk (memerdekakan) budak, [6] orang-orang yang terlilit
utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At Taubah: 60).
Ayat ini dengan jelas menggunakan kata “innama” yang memberi makna
hashr (pembatasan). Ini menunjukkan bahwa zakat hanya diberikan untuk
delapan golongan tersebut, tidak untuk yang lainnya.
DD.. PENENTUAN STANDAR PENDISTRIBUSIAN ZAKATPENENTUAN STANDAR PENDISTRIBUSIAN ZAKAT
1. Menurut Ketentuan Syari’ah (QS. At Taubah: 60)
a. Golongan 1 dan 2 (Fakir dan Miskin)
1) Menurut Imam Mazhab Hanafi
Golongan mustahik zakat dalam arti fakir dan miskin, yaitu:
a) Mereka yang tidak punya apa-apa;
b) Mereka yang mempunyai rumah, barang atau perabot yang tidak
berlebihan;
c) Mereka yang memiliki mata uang kurang dari nisab.
2) Menurut Imam Mazhab yang tiga (Maliki, Hmabli dan Syafi’i)
Yang berhak atas zakat atas nama fakir dan miskin, ialah salah satu dari
tiga golongan, yaitu:
a) Mereka yang tak punya harta dan usaha sama sekali;
b) Mereka yang punya harta atau usaha tetapi tidak mencukupi untuk diri
dan keluarganya, yaitu penghasilaynnya tidak memenuhi separuh atau
kurang dari kebutuhan;
c) Mereka yang punya harta atau usaha yang hanya dapat mencukupi
separuh atau lebih kebutuhan untuk diri dan tanggungannya, tetapi
tidak untuk seluruh kebutuhan.
b. Golongan 3 (Amil Zakat)
1) Di antara hadits-hadits Nabi ialah hadits Abu Hurairah yang terdapat
di dalam hadits sahih Bukhari-Muslim yang mengatakan bahwa
Rasulullah SAW telah mengutus Umar Ibnul Lutbiah sebagai petugas
pemungut zakat.
2) Di dalam pengurusan zakat terdapat dua urusan pokok, yaitu:
a) Pertama : Urusan penghasil (pengumpul) zakat yaitu
penghasil zakat yang melaksanakan pekerjaan pengumpulan zakat.
b) Kedua : Urusan pembagi zakat yaitu petugas yang
melaksanakan siapa saja yang berhak menerima zakat dan
menghitung kebutuhan zakatnya.
c. Golongan 4 (Muallaf)
Yang dimaksud dengan Muallaf (di dalam Hukum Zakat oleh DR. Yusuf
Qardawi), adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya
atau keyanikanannya dapat bertambah terhadap Islam, atau
terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan
kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin
dari musuh.
d. Golongan 5 (Dalam Memerdekakan Budak Belian)
Yang dimaksud dengan dalam memerdekakan budak belian (di dalam
Hukum Zakat oleh DR. Yusuf Qardawi), adalah bahwa zakat itu
dipergunakan untuk membebaskan budak belian dan menghilangkan
segala bentuk perbudakan.
Cara membebaskan budak belian, dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1) Menolong hamba mukabat, yaitu budak yang telah ada perjanjian
dan kesepakatan dengan tuannya, bahwa bila ia sanggup
menghasilkan harta dengan nilai tertentu, maka bebaslah ia.
2) Seseorang dengan harta zakatnya membeli seorang budak atau amah
kemudian membebaskannya.
e. Golongan 6 (Orang Yang Berhutang)
Yang dimaksud dengan orang yang berhutang (di dalam Hukum Zakat
oleh DR. Yusuf Qardawi), adalah Gharimum bentuk jamak dari
gharim (dengan ghin panjang) artinya orang yang mempunyai utang,
sedangkan ghariim (dengan ra panjang) adalah orang yang
berhutang.
Orang yang mempunyai hutang terbagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Orang yang berhutang untuk kemaslahatan diri sendiri, seperti
untuk nafkah, membeli pakaian, melaksanakan perkawinan,
mengobati orang sakit, mendirikan rumah dsb.
2) Orang yang mengalami bencana termasuk golongan ini, mereka yang
mendapatkan berbagai macam bencana hidup dan mengalami
musibah di dalam hartanya, sehingga mempunyai kebutuhan
mendesak untuk meminjam bagi dirinya dan keluarganya.
f. Golongan 7 (Di Jalan Alllah/Sabilillah)
Yang dimaksud dengan di jalan Allah/sabilillah (di dalam Hukum Zakat
oleh DR. Yusuf Qardawi), Sabil adalah jalan sedangkan Sabilillah
adalah yang mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang
dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah SWT, dengan
melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam
kebajikan lainnya.
Untuk di jaman sekarang ini, menolong para da’I yang menyeru pada
ajaran Islam yang benar, dari orang-orang yang bermaksud jahat
kepadanya dan orang-orang yang mempunyai kekuatan dari luar
Islam, menolong mereka dikenakan berbagai macam kewajiban,
dikenakan berbagai siksaan, dibunuh, disiksa, diusir, diboikot, maka
menolong mereka itu agar tetap tegak dan istiqomah dalam
menghadapi kekufuran dan kezaliman, juga termasuk jihad fi
sabillilah.
g. Golongan 8 (Di Ibnu Sabil)
Ibnu Sabil menurut Jumhur Ulama adalah kiasan untuk musafir, yaitu
orang yang melintas dari suatu daerah ke daerah lain.
Berapa besar Ibnu Sabil diberi bagian zakat:
1) Berhak diberi biaya dan pakaian hingga mencukupi atau berhasil
sampai pada tempat hartanya, apabila ia memiliki harta di tengah
perjalanannya.
2) Persiapkan untuknya kendaraan, apabila perjalanannya jauh,
mereka menetapkan ukuran perjalanan jauh dengan jarak yang bisa
dilakukan shalat qasar, yaitu kurang lebih 80 km.
3) Diberi semua biaya perjalanan dan tidak boleh lebih dari itu.
4) Dia diberi dari harta zakat, apakah ia sanggup beruaha atau tidak.
5) Dia diberi sesuatu yang mencukupi untuk pergi dan pulang, apabila
ia bermaksud pulang, sedangkan di tempat yang dituju ia tidak
memiliki harta.
2. Menurut Ketentuan Undang-Undang (Regulasi)
Di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan
zakat tidak menyebutkan secara rinci siapa-siapa saja yang berhak
menerima dalam pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Hanya disebutkan dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 23 Tahun
2011 Pasal 1 pengertian muzaki dan mustahik, yaitu:
a. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban
menunaikan zakat.
b. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
Disamping itu, di dalam peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan zakat lebih menekankan pada amil zakat dalam pengelolaan
zakat.
Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 5 dan Pasal 6,
untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
Di Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 16, dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan
BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, perusahaan swasta dan perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri dan dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan,
atau nama lainnya, dan tempat lainnya.
Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 17 dan Pasal 18,
untuk membantu BAZNAS dalam melaksanaan pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan dalam pembentukannya LAZ
wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
Pendistribusian zakat menurut peraturan perundang-undangan tentang
Pengelolaan Zakat
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam
dan dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan
prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan (Undang-undang Nomor
23 Tahun 2011 Pasal 25 dan Pasal 26).
3. Menurut Kajian Akademis
a. Pendapat para akademisi (UIN Syarif Hiadayatukllah Jakarta) tentang
ruang lingkup penyaluran/pendistribusian zakat ada tiga yaitu:
1) Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat yang
dikumpulkan dari suatu tempat seharusnya dibagi kepada yang berhak
pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaan darurat
menghendaki, maka boleh dipindah sebagiannya.
2) Zakat itu boleh dipindahkan. Pendapat yang dianut Imam Malik R.a.
dalam soal ini dalil yang dipakai adalah hadits yang diriwayatkan oleh
addaaruquthni yang menceritakan Mua’adz mengatakan kepada
penduduk Yaman: beri aku baju atau pakaian sebagai pengganti jagung
dan syiir dalam berzakat.
3) Saham (hak) fakir miskin dibagi di tempat pengumpulan, sedang saham-
saham yang lain boleh dipindah sesuai dengan kebijakan pemerintah
sesuai dengan syariah.
b. Pengertian Pendistribusian Zakat
Pendistrinusian zakat adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk
mengatur sesuai dengan fungsi manajemen dalam upaya menyalurkan
dana zakat yang diterima dari pihak muzaki kepada mustahik sehingga
tercapai tujuan organisasi secera efektif.
c. Metode Pendistribusian Zakat
1) Pola pendistribusian produktif yaitu pola pendistribusian/
penyaluran dana zakat kepada mustahik dana bergulir oleh amil
untuk kepentingan aktifitas suatu usaha bisnis.
2) Pendistribusian secara lokal yaitu bahwa para mustahik di masing-
masing wiliyah lebih diprioritaskan daripada mustahik di wilayah
lain, sebagaimana yang kita kenal dengan konsep otonomi daerah.
3) Pendistribusian yang adil terhadap semua golongan yaitu adil
terhadap semua golongan yang telah dinjanjikan sebagai mustahikin
oleh Allah dan Rosul-nya dan adil diantara semua individu dalam
suatu golongan mustahikin.
d. Tujuan dan Sasaran Distribusi Zakat
1) Tujuan Distribusi Zakat
Pokok yang paling utama dalam menentukan distribusi zakat adalah
keadilan dan kasih sayang.
Tujuan distribusi zakat terbagi dalam dua macam, yaitu:
a) Agar tidak terpusat kepada sebagian kecil masyarakat, akan tetapi
terus menerus beredar dalam masyarakat.
b) Berbagai faktor produksi bersumber dari kekayaan nasional harus
dibagi secara adil kepada masyarakat.
2) Sasaran Distribusi Zakat
a) Berdasarkan Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60, yang berhak
menerima zakat adalah:
- Golongan Fakir
Golongan orang yang memiliki harta namun kebutuhan hidup
mereka lebih banyak dibandingkan harta mereka miliki, atau
orang-orang yang sehat dan jujur tetapi tidak mempunyai
pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan.
- Golongan Miskin
Golongan orang yang memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan
hidup namun tidak memenuhi standar atau orang yang lemah dan
tidak berdaya, baik yang mampu bekerja maupun tidak, tetapi
memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin
kebutuhan sendiri dan keluarga.
- Golongan Ami Zakat
Golongan amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas
penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat
dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga dan
menyalurkannya.
- Golongan Muallaf
Golongan muallaf adalah orang yang menghadapi problem
keluarga atau pekerjaan atau tempat tinggal akibat
kepindahannya ke agama Islam.
- Golongan Riqob (Hamba Sahaya)
Bagian ini diberikan untuk memerdekakan budak, atau
dalam rangka membantu memerdekakannya. Pada jaman
sekarang sudah tidak ada, akan tetapi bisa dalam bentuk
lain, seperti masyarakat Islam yang tertindas baik oleh
penjajah atau dominasi golongan lain.
- Golongan Gharim
Golongan gharim adalah orang berhutang bukan keperluan
maksiat, seperti hutang untuk menafkahi dirinya sendiri,
anak-anak dan istrinya serta hamba sahaya miliknya.
- Golongan Fisabilillah
Fisabilillah adalah saran untuk menuju keridhoan Allah
dalam semua kepentingan keagamaan, untuk menegakan
agama dan negara bukan untuk kepentingan pribadi.
Fisabilillah bisa memlliki arti luas sesuai waktu dan
kebiasaan. Meliputi banyak perbuatan seperti meliputi
berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik agama,
pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian,
termasuk mendirikan rumah sakit, pengiriman da’i. Untuk
kepentingan agama diistilahkan “jihad”.
- Golongan Ibnu Sabil
Ibnu sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh,
yang kehabisan bekal. Pada saat itu ia sangat
membutuhkan belanja bagi keperluan hidupnya.
b) Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, pengelolaan zakat bertujuan:
- Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
- Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 3.
4. Menurut Best Practice (Lapangan/Pada Saat Ini)
a. Pendistribusian dan pendayagunaan zakat pada lembaga pengelola zakat
pada saat sekarang ini, yaitu:
1) Hasil pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) didistribusikan dan
didayagunakan berdasarkan skala prioritas mustahik, dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha produktif sesuai dengan ketentuan.
2) Pendistribusian zakat bagi mustahik sesuai dengan skala priotitas untuk
kepentingan sosial dan kemaslahatan mustahik.
3) Pendayagunaan zakat, infak dan sedakah (ZIS) disesuaikan dengan
program-program yang ditetapkan oleh lembaga pengelola zakat.
b. Prosedur pendayagunaan zakat:
1) Amil zakat wajib melakukan studi kelayakan terhadap terhadap
mustahik atau calon penerima bantuan sesuai dengan ketentuan.
2) Amil zakat menetapkan jenis usaha yang produktif dan maslahat.
3) Amil zakat melakukan bimbingan dan penyuluhan serta
pendampingan.
4) Tahap selanjutnya adalah melakukan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan, kemudian mengadakan monitoring evaluasi dan
membuat laporan.
E.E. KAJIAN REGULASI PENDAYAGUNAAN ZAKATKAJIAN REGULASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT
1. Menurut Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Zakat (Regulasi)
a. Pendistribusian Zakat
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syraiah Islam dan
dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewajiban. (Undang-undang Nomor 23 Tahun
2011 Pasal 25 dan 26).
b. Pendayagunaan Zakat
1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka
penanggulangan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat.
2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila
kebutuhan dasar mustahik telah tepenuhi.
(Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 27).
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dengan
syarat:
a)Apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
b)Memenuhi ketentuan syariah.
c)Menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk mustahik.
d)Mustahik berdomisili di wilayah kerja lembaga pengelola zakat.
(PMA Nomor 52 Tahun 2014 Pasal 33)
Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dapat dilakukan paling
sedikit memenuhi ketentuan:
a)Penerima manfaat merupakan perorangan atau kelompok yang
memenuhi kriteria mustahik.
b)Mendapat pendampingan dari amil zakat yang berada di wilayah
domisili mustahik.
(PMA Nomor 52 Tahun 2014 Pasal 34)
2. Menurut Ketentuan Audit Syariah
Zakat yang dikumpulkan oleh lembagha pengelola zakat harus segera
disalurkan kepada para mustahik sesuai ayat Al-Qur’an surat At-Taubah
ayat 60. pendistribusian dan pendayagunaan zakat menjadi milik
mustahik dan tidak ada kewajiban pengembalian kepada lembaga
pengelola zakat oleh mustahik.
Ketentuan Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat
Zakat yang dihimpun oleh lembaga zakat harus disalurkan kepada para
mustahik dalam tahun pembukuan yang berjalan. Delapan asnaf
penerima zakat terdiri atas:
a. Orang Fakir adalah orang yang tidak mempunyai usaha sama sekali dan
tidak sanggup bekerja untuk mencari nafkah guna memenuhi separuh
kebutuhan hidupnya dan keluarganya.
b. Orang Miskin adalah orang yang punya mata pencaharian, tetapi tidak
dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarganya meliputi makan sehari-
hari, pakaian dan tempat tinggal.
c. Amil adalah orang yang telah memenuhi syarat baik secara syariat
maupun secara manajemen untuk menjadi amil dan diangkat atau
mendapat izin dari pemerintah untuk mengelola zakat.
d. Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau
keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya
niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya
kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin
dari musuh.
e. Riqab adalah budak belian (hamba sahaya). Dana untuk
memerdekakan budak artinya, dana yang dipergunakan untuk
membebaskan budak belian dan atau untuk menghilangkan segala
macam perbudakan.
f. Gharimin adalah pribadi yang terlilit hutang dan tidak mampu untuk
membayarnya.
g. Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah untuk
kepentingan jihad.
h. Ibnu sabil adalah orang yang telantar dalam perjalanan.
Secara umum syarat dan ketentuan yang terkait dengan pendistribusian
dan pendayagunaan zakat adalah:
a. Dana zakat disalurkan murni tanpa kewajiban mengembalikan.
b. Perlu ada pemantauan pemanfaatan dana zakat, dalam jangka
waktu minimal 3 (tiga) bulan.
c. Penyaluran dengan skala prioritas.
d. Penyaluran dalam tahun berjalan.
e. Sumber dana zakat harus diketahui dan tercantum dalam tanda
terima.
f. Penyaluran dalam bentuk yang bermanfaat dan dapat langsung ke
mustahik.
g. Untuk kebutuhan yang bersifat dharuri (kebutuhan mendesak) dan
wajib dipenuhi.
3. Menurut Ketentuan Umum
a. Zakat untuk Usaha Produktif
Adalah zakat yang akan diberikan untuk menambah modal usaha,
mekanisme pemanfaatannya bukan dengan cara memberi pinjaman yang
harus dikembalikan tetapi hibah (tidak perlu dikembalikan).
b. Zakat untuk Pedagang
Pedagang lemah yang usahanya masih belum mampu memenuhi kebutuhan
hidup diri dan keluarganya secara layak, termasuk ke dalam kategori
fakir miskin yang berhak menerima zakat.
Sebab disebut fakir miskin adalah mereka yang termasuk salah satu
kategori berikut:
1) Mereka yang sama sekali tidak memliki harta dan usaha apa pun.
2) Mereka yang memiliki harta ataupun usaha yang mendatangkan
penghasilan, tetapi penghasilannya sangat kecil dan sangat tidak
memadai untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Zakat untuk Kepentingan Umum
Jika hasil pengumpulan zakatnya besar dan asnaf fakir miskin telah
terpenuhi maka mustahik lainnya berhak menerima yaitu asnaf
sabilillah.
Menurut sebagian ulama ahli tafsir diantaranya al Maraghi dan al Qaimy
penggunaan zakat tidak hanya untuk kepentingan peperangan saja,
tetapi cakupannya lebih luas, seperti untuk mendirikan rumah sakit,
lembaga pendidikan, mendirikan masjid atau musholla, yang
bermanfaat kepada umat secara menyeluruh.
F.F. KONEKTIVITAS DAN SINERGI PENGELOLA ZAKATKONEKTIVITAS DAN SINERGI PENGELOLA ZAKAT
PEMERINTAH DENGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKATPEMERINTAH DENGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT
SWASTA (ANTARA BAZNAS DAN LAZ)SWASTA (ANTARA BAZNAS DAN LAZ)
Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan merupakan lembaga yang berwenang
melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional serta dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS dapat bekerjasama dengan
pihak terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7).
Untuk membantu BAZNAS dalam melaksanaan pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk
Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan dalam pembentukannya LAZ wajib mendapat
izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri serta wajib
menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan
dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah
secara berkala. (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 17 dan Pasal
18 serta Pasal 29 ayat (3)).
Sinergi pengelolaan zakat antara BAZNAS dan LAZ, dapat dilakukan
dalam bentuk:
a. Di bidang kelembagaan, antara lain:
1) Registrasi pembentukan dan pendirian cabang di daerah,
2) Rekomendasi pembentukan LAZ,
3) Sosialisasi dan edukasi zakat,
4) Penguatan kelembagaan lembaga pengelola zakat (amil zakat),
5) Optimalisasi pendayagunaan zakat,
6) Penguatan regulasi pengelolaan zakat.
b. Di bidang manajemen pengelolaan khususnya dalam penggunaan
informasi tekonologi (IT) Sistem Informasi Manajemen BAZNAS (SIMBA).
c. Di bidang pendistribusian dan pendayagunaan zakat, antara lain:
1) Pendistribusian zakat terhadap 8 asnaf,
2) Zakat untuk usaha produktif,
3) Zakat untuk kepentingan umum, seperti: pembangunan rumah sakit,
jalan umum, pembangunan masjid/musholla dsb.
4) Pendidikan.
d. Penyusunan Laporan Secara Nasional.
LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan
pemerintah daerah secara berkala.
(Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 29 ayat (3)).
G.G. DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’anul Karim;
Al-Faridy, H. Hasan Rifa’I, Drs, 2002, Panduan Zakat Praktis, Dewan
Syari’ah Dompet Dhu’afa Republika, Yakarta;
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, Pedoman Zakat 9 Seri,
Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal
Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI,
Jakarta;
Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor Tahun 2011 tentang Amil
Zakat;
Hafidhuddin, Didin, 1998, Panduan Praktis tentang Zakat, Infak,
Sedekah, Gema Insani Press, Jakarta;
Kementerian Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2015, Kompilasi Peraturan dan
Standar Pengawasan Umum Lembaga Zakat, Jakarta;
Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat,
Kementerian Agama RI, 2015, Jakarta;
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan
Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif;
Peraturan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat
dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta
Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif;
Qardawi, Yusuf, 2011, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa, Cetakan ke Dua
Belas, Jakarta;
Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
Kementerian Agama RI, 2015, Jakarta.
SEKIANSEKIAN
TERIMA KASIHTERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8
Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8
Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8NavenAbsurd
 
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifatPpt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifatGatot Birowo - STIE AAS
 
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2Pristiyanto SS
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptsumiyati84
 
Ppt zakat yuli s.b. uin suka
Ppt zakat yuli s.b. uin sukaPpt zakat yuli s.b. uin suka
Ppt zakat yuli s.b. uin sukaYuli Budi
 
Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)21 Memento
 
Ppt Zakat, Haji, Wakaf
Ppt Zakat, Haji, WakafPpt Zakat, Haji, Wakaf
Ppt Zakat, Haji, WakafIsna Tya
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat maldania_3d
 
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakat
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakatFIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakat
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakatAhmad Haris Miftah
 
Struktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur Organisasi MuhammadiyahStruktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur Organisasi MuhammadiyahAlninda Hutami
 

What's hot (20)

Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8
Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8
Fiqih ibadah kelompok 6 materi 8
 
PPT zakat
PPT zakatPPT zakat
PPT zakat
 
Wakaf
WakafWakaf
Wakaf
 
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifatPpt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat
Ppt syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
Pcc Pengantar Koperasi Syariah 2
 
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.pptAKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
AKuntansi Zakat Infaq Shodaqoh.ppt
 
Fiqh zakat .ppt
Fiqh zakat .pptFiqh zakat .ppt
Fiqh zakat .ppt
 
Ppt zakat yuli s.b. uin suka
Ppt zakat yuli s.b. uin sukaPpt zakat yuli s.b. uin suka
Ppt zakat yuli s.b. uin suka
 
Fundraising zakat (final)
Fundraising zakat (final)Fundraising zakat (final)
Fundraising zakat (final)
 
Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)Etos Kerja dalam Islam (full)
Etos Kerja dalam Islam (full)
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Koperasi syariah dan pembiayaan
Koperasi syariah dan pembiayaanKoperasi syariah dan pembiayaan
Koperasi syariah dan pembiayaan
 
Ppt Zakat, Haji, Wakaf
Ppt Zakat, Haji, WakafPpt Zakat, Haji, Wakaf
Ppt Zakat, Haji, Wakaf
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat mal
 
Ppt zakat fitrah
Ppt zakat fitrahPpt zakat fitrah
Ppt zakat fitrah
 
Pilantrofi islam
Pilantrofi islamPilantrofi islam
Pilantrofi islam
 
Perhitungan zakat
Perhitungan zakatPerhitungan zakat
Perhitungan zakat
 
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakat
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakatFIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakat
FIQH ZAKAT Materi 7 : Lembaga pengelola zakat
 
Struktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur Organisasi MuhammadiyahStruktur Organisasi Muhammadiyah
Struktur Organisasi Muhammadiyah
 

Similar to Pendayagunaan Zakat (

KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdf
KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdfKELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdf
KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdfLazzery556
 
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillah
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii SabilillahAsnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillah
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillahucu_mujahidah
 
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...Hasaniahmadsaid
 
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdf
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdfFiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdf
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdfYurikoAlfathy
 
Makalah fikih ekonomi dan keuangan
Makalah fikih ekonomi dan keuangan Makalah fikih ekonomi dan keuangan
Makalah fikih ekonomi dan keuangan Rika Ristiawati
 
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxPpt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxNabilaSuhendra1
 
Yusriani 2012012249
Yusriani 2012012249Yusriani 2012012249
Yusriani 2012012249Dedek Ahmadi
 
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqafBab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqafwah yuni
 
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummat
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummatZakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummat
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummatQ-nuiy Asiya-siti
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamEsti Rahayu Suwondo
 
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakatOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Pendayagunaan Zakat ( (20)

Makalah Zakat
Makalah ZakatMakalah Zakat
Makalah Zakat
 
Zakat
ZakatZakat
Zakat
 
Bab v s2
Bab v s2Bab v s2
Bab v s2
 
KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdf
KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdfKELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdf
KELOMPOK 10_Peran masyarakat dalam ekonomi islam.pdf
 
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillah
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii SabilillahAsnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillah
Asnaf zakat dan Interpretasi Makna Fii Sabilillah
 
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
DR. HASANI AHMAD SAID, MA. - Peran strategis pendayagunaan dan pengelolaan za...
 
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdf
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdfFiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdf
Fiqih Zakat – -Konsep Dasar.pdf
 
Prospek hukum zakat di indonesia2
Prospek hukum zakat di indonesia2Prospek hukum zakat di indonesia2
Prospek hukum zakat di indonesia2
 
Makalah fikih ekonomi dan keuangan
Makalah fikih ekonomi dan keuangan Makalah fikih ekonomi dan keuangan
Makalah fikih ekonomi dan keuangan
 
Ppt Zakat.pptx
Ppt Zakat.pptxPpt Zakat.pptx
Ppt Zakat.pptx
 
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptxPpt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
Ppt Kelompok 7 Materi 11 Pajak dan Zakat.pptx
 
Zakat, Puasa dan Haji
Zakat, Puasa dan HajiZakat, Puasa dan Haji
Zakat, Puasa dan Haji
 
Yusriani 2012012249
Yusriani 2012012249Yusriani 2012012249
Yusriani 2012012249
 
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqafBab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
Bab 11 agama kelas 10 sma zakat haji waqaf
 
PPT PAI KEL 6.pptx
PPT PAI KEL 6.pptxPPT PAI KEL 6.pptx
PPT PAI KEL 6.pptx
 
75966488 makalah-agama-zakat
75966488 makalah-agama-zakat75966488 makalah-agama-zakat
75966488 makalah-agama-zakat
 
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummat
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummatZakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummat
Zakat bermanfaat sebagai potensi penyelamat ummat
 
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif IslamPerlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
Perlindungan Sosial Dan Jaminan Sosial dalam Perspektif Islam
 
Bab 8 Zakat Fitrah dan Zakat Mal
Bab  8 Zakat Fitrah dan Zakat MalBab  8 Zakat Fitrah dan Zakat Mal
Bab 8 Zakat Fitrah dan Zakat Mal
 
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat
82675831 8-golongan-yang-berhak-menerima-zakat
 

More from Rokhmad Munawir

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...Rokhmad Munawir
 
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015Rokhmad Munawir
 
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan Publik
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan PublikPolicy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan Publik
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan PublikRokhmad Munawir
 
Tools audit sosial_ciwir
Tools audit sosial_ciwirTools audit sosial_ciwir
Tools audit sosial_ciwirRokhmad Munawir
 
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaTransparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaRokhmad Munawir
 
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaTransparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaRokhmad Munawir
 
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan PublikHak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan PublikRokhmad Munawir
 
apbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikapbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikRokhmad Munawir
 

More from Rokhmad Munawir (9)

Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...
Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 47 tahun 2014 tentang Desa atau Keluarahan ...
 
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015
Profil Kesehatan Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar 2015
 
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan Publik
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan PublikPolicy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan Publik
Policy Paper: Aksesibilitas dan Kesetaraan dalam Pelayanan Publik
 
Tools audit sosial_ciwir
Tools audit sosial_ciwirTools audit sosial_ciwir
Tools audit sosial_ciwir
 
Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasiReformasi birokrasi
Reformasi birokrasi
 
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaTransparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
 
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota SurakartaTransparansi Anggaran di Kota Surakarta
Transparansi Anggaran di Kota Surakarta
 
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan PublikHak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik
Hak, Kewajiban dan Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik
 
apbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publikapbd dan pelayanan publik
apbd dan pelayanan publik
 

Recently uploaded

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024milliantefraim
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)ErnestBeardly1
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURTernyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURSmpPGRI6AminJaya
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 

Recently uploaded (14)

Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKURTernyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
Ternyata Ada KUASA Dibalik UCAPAN SYUKUR
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 

Pendayagunaan Zakat (

  • 1. KAJIAN REGULASI ATAS PENDAYAGUNAAN ZAKAT, ATURAN PEMERINTAH, AUDIT SYARIAH DAN KETENTUAN UMUM Oleh : Drs. H. JAJA JAELANI, MM DIREKTUR PEMBERDAYAAN ZAKAT
  • 2. A. LATAR BELAKANG 1. Amanah Undang-undang Dasar 1945 bahwa memajukan kesejahteraan umum merupakan salah satu kewajiban pemerintah; 2. Zakat sebagai sumber dana potensial umat Islam perlu dikelola secara profesional untuk membantu program pemerintah dalam rangka melaksanakan kewajiban memajukan kesejahtraan umum; 3. Pengelolaan zakat secara profesional harus didukung dengan Sumber Daya yang memadai, sehingga zakat sebagai sumber ekonomi umat yang sangat potensial itu dipastikan dapat memberikan kesejahtraan bagi masyarakat, melalui pelayanan prima yaitu: mudah, cepat, tepat, dan akurat; 4. Pemerintah memiliki kewajiban sesuai dengan tugas dan fungsinya yaitu: sebagai regulator, fasilitator, edukator dan sosialisator.
  • 3. 1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang Undang RI Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2010 tentang Zakat atau Sumbangan Keagamaan Yang Sifatnya Wajib Yang Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. 5. Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif. 6. Peraturan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif
  • 4. Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq) ada 8 golongan sebagaimana telah ditegaskan dalam Al Qur’an Al Karim pada ayat berikut: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk [1] orang-orang fakir, [2] orang-orang miskin, [3] amil zakat, [4] para mu’allaf yang dibujuk hatinya, [5] untuk (memerdekakan) budak, [6] orang-orang yang terlilit utang, [7] untuk jalan Allah dan [8] untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. At Taubah: 60). Ayat ini dengan jelas menggunakan kata “innama” yang memberi makna hashr (pembatasan). Ini menunjukkan bahwa zakat hanya diberikan untuk delapan golongan tersebut, tidak untuk yang lainnya.
  • 5. DD.. PENENTUAN STANDAR PENDISTRIBUSIAN ZAKATPENENTUAN STANDAR PENDISTRIBUSIAN ZAKAT 1. Menurut Ketentuan Syari’ah (QS. At Taubah: 60) a. Golongan 1 dan 2 (Fakir dan Miskin) 1) Menurut Imam Mazhab Hanafi Golongan mustahik zakat dalam arti fakir dan miskin, yaitu: a) Mereka yang tidak punya apa-apa; b) Mereka yang mempunyai rumah, barang atau perabot yang tidak berlebihan; c) Mereka yang memiliki mata uang kurang dari nisab. 2) Menurut Imam Mazhab yang tiga (Maliki, Hmabli dan Syafi’i) Yang berhak atas zakat atas nama fakir dan miskin, ialah salah satu dari tiga golongan, yaitu: a) Mereka yang tak punya harta dan usaha sama sekali; b) Mereka yang punya harta atau usaha tetapi tidak mencukupi untuk diri dan keluarganya, yaitu penghasilaynnya tidak memenuhi separuh atau kurang dari kebutuhan; c) Mereka yang punya harta atau usaha yang hanya dapat mencukupi separuh atau lebih kebutuhan untuk diri dan tanggungannya, tetapi tidak untuk seluruh kebutuhan.
  • 6. b. Golongan 3 (Amil Zakat) 1) Di antara hadits-hadits Nabi ialah hadits Abu Hurairah yang terdapat di dalam hadits sahih Bukhari-Muslim yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah mengutus Umar Ibnul Lutbiah sebagai petugas pemungut zakat. 2) Di dalam pengurusan zakat terdapat dua urusan pokok, yaitu: a) Pertama : Urusan penghasil (pengumpul) zakat yaitu penghasil zakat yang melaksanakan pekerjaan pengumpulan zakat. b) Kedua : Urusan pembagi zakat yaitu petugas yang melaksanakan siapa saja yang berhak menerima zakat dan menghitung kebutuhan zakatnya.
  • 7. c. Golongan 4 (Muallaf) Yang dimaksud dengan Muallaf (di dalam Hukum Zakat oleh DR. Yusuf Qardawi), adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyanikanannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. d. Golongan 5 (Dalam Memerdekakan Budak Belian) Yang dimaksud dengan dalam memerdekakan budak belian (di dalam Hukum Zakat oleh DR. Yusuf Qardawi), adalah bahwa zakat itu dipergunakan untuk membebaskan budak belian dan menghilangkan segala bentuk perbudakan. Cara membebaskan budak belian, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) Menolong hamba mukabat, yaitu budak yang telah ada perjanjian dan kesepakatan dengan tuannya, bahwa bila ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai tertentu, maka bebaslah ia. 2) Seseorang dengan harta zakatnya membeli seorang budak atau amah kemudian membebaskannya.
  • 8. e. Golongan 6 (Orang Yang Berhutang) Yang dimaksud dengan orang yang berhutang (di dalam Hukum Zakat oleh DR. Yusuf Qardawi), adalah Gharimum bentuk jamak dari gharim (dengan ghin panjang) artinya orang yang mempunyai utang, sedangkan ghariim (dengan ra panjang) adalah orang yang berhutang. Orang yang mempunyai hutang terbagi menjadi dua golongan, yaitu: 1) Orang yang berhutang untuk kemaslahatan diri sendiri, seperti untuk nafkah, membeli pakaian, melaksanakan perkawinan, mengobati orang sakit, mendirikan rumah dsb. 2) Orang yang mengalami bencana termasuk golongan ini, mereka yang mendapatkan berbagai macam bencana hidup dan mengalami musibah di dalam hartanya, sehingga mempunyai kebutuhan mendesak untuk meminjam bagi dirinya dan keluarganya.
  • 9. f. Golongan 7 (Di Jalan Alllah/Sabilillah) Yang dimaksud dengan di jalan Allah/sabilillah (di dalam Hukum Zakat oleh DR. Yusuf Qardawi), Sabil adalah jalan sedangkan Sabilillah adalah yang mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang dipergunakan untuk bertakarrub kepada Allah SWT, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya. Untuk di jaman sekarang ini, menolong para da’I yang menyeru pada ajaran Islam yang benar, dari orang-orang yang bermaksud jahat kepadanya dan orang-orang yang mempunyai kekuatan dari luar Islam, menolong mereka dikenakan berbagai macam kewajiban, dikenakan berbagai siksaan, dibunuh, disiksa, diusir, diboikot, maka menolong mereka itu agar tetap tegak dan istiqomah dalam menghadapi kekufuran dan kezaliman, juga termasuk jihad fi sabillilah.
  • 10. g. Golongan 8 (Di Ibnu Sabil) Ibnu Sabil menurut Jumhur Ulama adalah kiasan untuk musafir, yaitu orang yang melintas dari suatu daerah ke daerah lain. Berapa besar Ibnu Sabil diberi bagian zakat: 1) Berhak diberi biaya dan pakaian hingga mencukupi atau berhasil sampai pada tempat hartanya, apabila ia memiliki harta di tengah perjalanannya. 2) Persiapkan untuknya kendaraan, apabila perjalanannya jauh, mereka menetapkan ukuran perjalanan jauh dengan jarak yang bisa dilakukan shalat qasar, yaitu kurang lebih 80 km. 3) Diberi semua biaya perjalanan dan tidak boleh lebih dari itu. 4) Dia diberi dari harta zakat, apakah ia sanggup beruaha atau tidak. 5) Dia diberi sesuatu yang mencukupi untuk pergi dan pulang, apabila ia bermaksud pulang, sedangkan di tempat yang dituju ia tidak memiliki harta.
  • 11. 2. Menurut Ketentuan Undang-Undang (Regulasi) Di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat tidak menyebutkan secara rinci siapa-siapa saja yang berhak menerima dalam pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Hanya disebutkan dalam ketentuan umum Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 1 pengertian muzaki dan mustahik, yaitu: a. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat. b. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat. Disamping itu, di dalam peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat lebih menekankan pada amil zakat dalam pengelolaan zakat. Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 5 dan Pasal 6, untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional.
  • 12. Di Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 16, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perusahaan swasta dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan, atau nama lainnya, dan tempat lainnya. Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 17 dan Pasal 18, untuk membantu BAZNAS dalam melaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan dalam pembentukannya LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
  • 13. Pendistribusian zakat menurut peraturan perundang-undangan tentang Pengelolaan Zakat Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 25 dan Pasal 26).
  • 14. 3. Menurut Kajian Akademis a. Pendapat para akademisi (UIN Syarif Hiadayatukllah Jakarta) tentang ruang lingkup penyaluran/pendistribusian zakat ada tiga yaitu: 1) Zakat tidak boleh dipindahkan atau dengan kata lain zakat yang dikumpulkan dari suatu tempat seharusnya dibagi kepada yang berhak pada tempat yang sama juga, kecuali jika keadaan darurat menghendaki, maka boleh dipindah sebagiannya. 2) Zakat itu boleh dipindahkan. Pendapat yang dianut Imam Malik R.a. dalam soal ini dalil yang dipakai adalah hadits yang diriwayatkan oleh addaaruquthni yang menceritakan Mua’adz mengatakan kepada penduduk Yaman: beri aku baju atau pakaian sebagai pengganti jagung dan syiir dalam berzakat. 3) Saham (hak) fakir miskin dibagi di tempat pengumpulan, sedang saham- saham yang lain boleh dipindah sesuai dengan kebijakan pemerintah sesuai dengan syariah.
  • 15. b. Pengertian Pendistribusian Zakat Pendistrinusian zakat adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk mengatur sesuai dengan fungsi manajemen dalam upaya menyalurkan dana zakat yang diterima dari pihak muzaki kepada mustahik sehingga tercapai tujuan organisasi secera efektif. c. Metode Pendistribusian Zakat 1) Pola pendistribusian produktif yaitu pola pendistribusian/ penyaluran dana zakat kepada mustahik dana bergulir oleh amil untuk kepentingan aktifitas suatu usaha bisnis. 2) Pendistribusian secara lokal yaitu bahwa para mustahik di masing- masing wiliyah lebih diprioritaskan daripada mustahik di wilayah lain, sebagaimana yang kita kenal dengan konsep otonomi daerah. 3) Pendistribusian yang adil terhadap semua golongan yaitu adil terhadap semua golongan yang telah dinjanjikan sebagai mustahikin oleh Allah dan Rosul-nya dan adil diantara semua individu dalam suatu golongan mustahikin.
  • 16. d. Tujuan dan Sasaran Distribusi Zakat 1) Tujuan Distribusi Zakat Pokok yang paling utama dalam menentukan distribusi zakat adalah keadilan dan kasih sayang. Tujuan distribusi zakat terbagi dalam dua macam, yaitu: a) Agar tidak terpusat kepada sebagian kecil masyarakat, akan tetapi terus menerus beredar dalam masyarakat. b) Berbagai faktor produksi bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara adil kepada masyarakat.
  • 17. 2) Sasaran Distribusi Zakat a) Berdasarkan Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60, yang berhak menerima zakat adalah: - Golongan Fakir Golongan orang yang memiliki harta namun kebutuhan hidup mereka lebih banyak dibandingkan harta mereka miliki, atau orang-orang yang sehat dan jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga tidak mempunyai penghasilan. - Golongan Miskin Golongan orang yang memiliki harta untuk memenuhi kebutuhan hidup namun tidak memenuhi standar atau orang yang lemah dan tidak berdaya, baik yang mampu bekerja maupun tidak, tetapi memperoleh penghasilan yang memadai untuk menjamin kebutuhan sendiri dan keluarga.
  • 18. - Golongan Ami Zakat Golongan amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya. - Golongan Muallaf Golongan muallaf adalah orang yang menghadapi problem keluarga atau pekerjaan atau tempat tinggal akibat kepindahannya ke agama Islam. - Golongan Riqob (Hamba Sahaya) Bagian ini diberikan untuk memerdekakan budak, atau dalam rangka membantu memerdekakannya. Pada jaman sekarang sudah tidak ada, akan tetapi bisa dalam bentuk lain, seperti masyarakat Islam yang tertindas baik oleh penjajah atau dominasi golongan lain.
  • 19. - Golongan Gharim Golongan gharim adalah orang berhutang bukan keperluan maksiat, seperti hutang untuk menafkahi dirinya sendiri, anak-anak dan istrinya serta hamba sahaya miliknya. - Golongan Fisabilillah Fisabilillah adalah saran untuk menuju keridhoan Allah dalam semua kepentingan keagamaan, untuk menegakan agama dan negara bukan untuk kepentingan pribadi. Fisabilillah bisa memlliki arti luas sesuai waktu dan kebiasaan. Meliputi banyak perbuatan seperti meliputi berbagai bidang perjuangan dan amal ibadah, baik agama, pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, kesenian, termasuk mendirikan rumah sakit, pengiriman da’i. Untuk kepentingan agama diistilahkan “jihad”. - Golongan Ibnu Sabil Ibnu sabil adalah musafir, orang yang bepergian jauh, yang kehabisan bekal. Pada saat itu ia sangat membutuhkan belanja bagi keperluan hidupnya.
  • 20. b) Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pengelolaan zakat bertujuan: - Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. - Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 3.
  • 21. 4. Menurut Best Practice (Lapangan/Pada Saat Ini) a. Pendistribusian dan pendayagunaan zakat pada lembaga pengelola zakat pada saat sekarang ini, yaitu: 1) Hasil pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) didistribusikan dan didayagunakan berdasarkan skala prioritas mustahik, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produktif sesuai dengan ketentuan. 2) Pendistribusian zakat bagi mustahik sesuai dengan skala priotitas untuk kepentingan sosial dan kemaslahatan mustahik. 3) Pendayagunaan zakat, infak dan sedakah (ZIS) disesuaikan dengan program-program yang ditetapkan oleh lembaga pengelola zakat.
  • 22. b. Prosedur pendayagunaan zakat: 1) Amil zakat wajib melakukan studi kelayakan terhadap terhadap mustahik atau calon penerima bantuan sesuai dengan ketentuan. 2) Amil zakat menetapkan jenis usaha yang produktif dan maslahat. 3) Amil zakat melakukan bimbingan dan penyuluhan serta pendampingan. 4) Tahap selanjutnya adalah melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan, kemudian mengadakan monitoring evaluasi dan membuat laporan.
  • 23. E.E. KAJIAN REGULASI PENDAYAGUNAAN ZAKATKAJIAN REGULASI PENDAYAGUNAAN ZAKAT 1. Menurut Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Zakat (Regulasi) a. Pendistribusian Zakat Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syraiah Islam dan dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewajiban. (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 25 dan 26). b. Pendayagunaan Zakat 1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanggulangan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. 2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah tepenuhi. (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 27).
  • 24. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dilakukan dengan syarat: a)Apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. b)Memenuhi ketentuan syariah. c)Menghasilkan nilai tambah ekonomi untuk mustahik. d)Mustahik berdomisili di wilayah kerja lembaga pengelola zakat. (PMA Nomor 52 Tahun 2014 Pasal 33) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif dapat dilakukan paling sedikit memenuhi ketentuan: a)Penerima manfaat merupakan perorangan atau kelompok yang memenuhi kriteria mustahik. b)Mendapat pendampingan dari amil zakat yang berada di wilayah domisili mustahik. (PMA Nomor 52 Tahun 2014 Pasal 34)
  • 25. 2. Menurut Ketentuan Audit Syariah Zakat yang dikumpulkan oleh lembagha pengelola zakat harus segera disalurkan kepada para mustahik sesuai ayat Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60. pendistribusian dan pendayagunaan zakat menjadi milik mustahik dan tidak ada kewajiban pengembalian kepada lembaga pengelola zakat oleh mustahik. Ketentuan Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat Zakat yang dihimpun oleh lembaga zakat harus disalurkan kepada para mustahik dalam tahun pembukuan yang berjalan. Delapan asnaf penerima zakat terdiri atas: a. Orang Fakir adalah orang yang tidak mempunyai usaha sama sekali dan tidak sanggup bekerja untuk mencari nafkah guna memenuhi separuh kebutuhan hidupnya dan keluarganya. b. Orang Miskin adalah orang yang punya mata pencaharian, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhannya dan keluarganya meliputi makan sehari- hari, pakaian dan tempat tinggal.
  • 26. c. Amil adalah orang yang telah memenuhi syarat baik secara syariat maupun secara manajemen untuk menjadi amil dan diangkat atau mendapat izin dari pemerintah untuk mengelola zakat. d. Muallaf adalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh. e. Riqab adalah budak belian (hamba sahaya). Dana untuk memerdekakan budak artinya, dana yang dipergunakan untuk membebaskan budak belian dan atau untuk menghilangkan segala macam perbudakan. f. Gharimin adalah pribadi yang terlilit hutang dan tidak mampu untuk membayarnya. g. Fisabilillah adalah orang yang berjuang di jalan Allah untuk kepentingan jihad. h. Ibnu sabil adalah orang yang telantar dalam perjalanan.
  • 27. Secara umum syarat dan ketentuan yang terkait dengan pendistribusian dan pendayagunaan zakat adalah: a. Dana zakat disalurkan murni tanpa kewajiban mengembalikan. b. Perlu ada pemantauan pemanfaatan dana zakat, dalam jangka waktu minimal 3 (tiga) bulan. c. Penyaluran dengan skala prioritas. d. Penyaluran dalam tahun berjalan. e. Sumber dana zakat harus diketahui dan tercantum dalam tanda terima. f. Penyaluran dalam bentuk yang bermanfaat dan dapat langsung ke mustahik. g. Untuk kebutuhan yang bersifat dharuri (kebutuhan mendesak) dan wajib dipenuhi.
  • 28.
  • 29.
  • 30. 3. Menurut Ketentuan Umum a. Zakat untuk Usaha Produktif Adalah zakat yang akan diberikan untuk menambah modal usaha, mekanisme pemanfaatannya bukan dengan cara memberi pinjaman yang harus dikembalikan tetapi hibah (tidak perlu dikembalikan). b. Zakat untuk Pedagang Pedagang lemah yang usahanya masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya secara layak, termasuk ke dalam kategori fakir miskin yang berhak menerima zakat. Sebab disebut fakir miskin adalah mereka yang termasuk salah satu kategori berikut: 1) Mereka yang sama sekali tidak memliki harta dan usaha apa pun. 2) Mereka yang memiliki harta ataupun usaha yang mendatangkan penghasilan, tetapi penghasilannya sangat kecil dan sangat tidak memadai untuk kebutuhan sehari-hari.
  • 31. c. Zakat untuk Kepentingan Umum Jika hasil pengumpulan zakatnya besar dan asnaf fakir miskin telah terpenuhi maka mustahik lainnya berhak menerima yaitu asnaf sabilillah. Menurut sebagian ulama ahli tafsir diantaranya al Maraghi dan al Qaimy penggunaan zakat tidak hanya untuk kepentingan peperangan saja, tetapi cakupannya lebih luas, seperti untuk mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan, mendirikan masjid atau musholla, yang bermanfaat kepada umat secara menyeluruh.
  • 32. F.F. KONEKTIVITAS DAN SINERGI PENGELOLA ZAKATKONEKTIVITAS DAN SINERGI PENGELOLA ZAKAT PEMERINTAH DENGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKATPEMERINTAH DENGAN ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT SWASTA (ANTARA BAZNAS DAN LAZ)SWASTA (ANTARA BAZNAS DAN LAZ) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, pemerintah membentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional serta dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BAZNAS dapat bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (Undang- undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7). Untuk membantu BAZNAS dalam melaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan dalam pembentukannya LAZ wajib mendapat izin menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri serta wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala. (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 17 dan Pasal 18 serta Pasal 29 ayat (3)).
  • 33. Sinergi pengelolaan zakat antara BAZNAS dan LAZ, dapat dilakukan dalam bentuk: a. Di bidang kelembagaan, antara lain: 1) Registrasi pembentukan dan pendirian cabang di daerah, 2) Rekomendasi pembentukan LAZ, 3) Sosialisasi dan edukasi zakat, 4) Penguatan kelembagaan lembaga pengelola zakat (amil zakat), 5) Optimalisasi pendayagunaan zakat, 6) Penguatan regulasi pengelolaan zakat. b. Di bidang manajemen pengelolaan khususnya dalam penggunaan informasi tekonologi (IT) Sistem Informasi Manajemen BAZNAS (SIMBA).
  • 34. c. Di bidang pendistribusian dan pendayagunaan zakat, antara lain: 1) Pendistribusian zakat terhadap 8 asnaf, 2) Zakat untuk usaha produktif, 3) Zakat untuk kepentingan umum, seperti: pembangunan rumah sakit, jalan umum, pembangunan masjid/musholla dsb. 4) Pendidikan. d. Penyusunan Laporan Secara Nasional. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala. (Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Pasal 29 ayat (3)).
  • 35. G.G. DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA Al-Qur’anul Karim; Al-Faridy, H. Hasan Rifa’I, Drs, 2002, Panduan Zakat Praktis, Dewan Syari’ah Dompet Dhu’afa Republika, Yakarta; Departemen Agama Republik Indonesia, 2009, Pedoman Zakat 9 Seri, Bagian Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Departemen Agama RI, Jakarta; Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor Tahun 2011 tentang Amil Zakat; Hafidhuddin, Didin, 1998, Panduan Praktis tentang Zakat, Infak, Sedekah, Gema Insani Press, Jakarta; Kementerian Agama, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2015, Kompilasi Peraturan dan Standar Pengawasan Umum Lembaga Zakat, Jakarta;
  • 36. Peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, Kementerian Agama RI, 2015, Jakarta; Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif; Peraturan Menteri Agama Nomor 69 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif; Qardawi, Yusuf, 2011, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa, Cetakan ke Dua Belas, Jakarta; Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Kementerian Agama RI, 2015, Jakarta.