SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2
1.Latar Belakang................................................................................................................................2
2.Tujuan............................................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3
1.Tata Surya (Solar System)...............................................................................................................3
2.Hukum Kepler................................................................................................................................4
2.1.Hukum Kepler 1.......................................................................................................................6
2.2.Hukum Kepler 2.....................................................................................................................10
3.Pendekatan Metode Euler...........................................................................................................11
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................................................13
1.Kesimpulan...................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................14

1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Karena massa total planet dan satelit jauh lebih kecil dari massa Matahari,
maka pengaruh antar planet dapat diabaikan untuk kalkulasi orbit yang tidak terlalu
teliti. Aproksimasi yang dilakukan mengacu pada “two-body problem”, dengan
mengambil batasan massa salah satu objek itu dapat diabaikan terhadap masa Matahari.
Dalam perkembangan ilmu Astronomi dikenal nama Ptolemaeus (sekitar
tahun 125 M) yang mengemukakan bahwa bumi adalah pusat jagad raya. Pendapat ini
dikenal sebagai pandangan geosentris. Semua benda langit beredar mengelilingi bumi.
Untuk menjelaskan adanya gerak balik (retrograde motion) planet-planet, dibayangkan
model "deferent and epicycle" yang melukiskan pergerakan planet pada sebuah
lingkaran yang lebih kecil (epicycle) pada saat melakukan peredarannya mengelilingi
bumi pada lingkaran yang lebih besar (deferent). Titik pusat epicycle itu terletak pada
diferent.
Diawali oleh para pendahulunya, Copernicus (1473-1543), membuat
pembaruan dengan pandangan heliosentris, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa
matahari sebagai pusat peredaran planet-planet, termasuk bumi, serta bintang-bintang.
Dengan pandangan heliosentris dijelaskan bagaimana gerak balik (retrograde motion).
Lebih lanjut mengenai lintasan dan pergerakan planet dijelaskan oleh Johannes Kepler
(1571-1630). Setelah dengan teliti mengamati lintasan Mars. Kepler pada tahun 1609
merumuskan Hukum I dan II Kepler.
2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Hukum Kepler 1 dan
Hukum Kepler 2 dengan pendekatan metode Euler.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tata Surya (Solar System)
Bumi merupakan sebuah planet yang senantiasa mengitari bintang pusatnya,
yaitu Matahari. Selain Bumi, masih banyak benda-benda langit lainnya yang berputar
dalam pengaruh Matahari sebagai bintang pusat-nya. Benda-benda langit tersebut
adalah planet, planet kerdil, satelit, komet, asteroid, objek-objek trans neptunus, dan
yang lainnya. Seluruh benda langit tersebut beserta dengan Matahari berada dalam
suatu sistem yang dinamakan sistem tata surya.
Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang
yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objekobjek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit
berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan
jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata surya merupakan sebuah sebuah

sistem yang terdiri dari matahari,

delapan planet, planet-kerdil, komet, asteroid dan benda-benda angkasa kecil lainnya.
Matahari merupakan pusat dari tata surya di mana anggota tata surya yang lain beredar
mengelilingi matahari.
Benda-benda langit tersebut beredar mengelilingi matahari secara konsentris
pada lintasannya masing-masing. anggota-anggota dalam sistem tata surya ditunjukkan
seperti Gambar 1.

3
Gambar 2.1. Matahari, planet, dan planet kerdil (dwarf planet) yang menjadi anggota
tata surya. Besar diameter dihitung relatif terhadap diamater Matahari
sedangkan jarak tidak diskalakan.
IAU secara umum mengelompokkan benda angkasa yang mengeliligi
Matahari menjadi tiga yaitu:
Planet
Sebuah benda langit dikatakan planet jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
•

mengorbit Matahari

•

bentuk fisiknyanya cenderung bulat

•

orbitnya bersih dari keberadaan benda angkasa lain

• Planet-Kerdil
Sebuah benda langit dikatakan sebagai planet-kerdil jika:
•

mengorbit Matahari

•

bentuk fisiknya cenderung bulat

•

orbitnya belum bersih dari keberadaan benda angkasa lain

•

bukan merupakan satelit

Benda-benda Tata Surya Kecil (Small Solar System Bodies)
Seluruh benda angkasa lain yang mengelilingi Matahari selain planet atau
planet-kerdil. Benda-benda Tata Surya Kecil tersebut di antaranya adalah komet,
asteroid, objek-objek trans-neptunian, serta benda-benda kecil lainnya.
2. Hukum Kepler
Hukum–hukum Kepler merupakan salah satu batu bata dasar ilmu astronomi
dan amat berguna dalam segenap bagian dalam jagat raya, mulai dari sistem Bumi dan
satelitnya (baik satelit alami maupun buatan), planet–planet dan satelitnya, Matahari
dan planet–planetnya hingga sistem tata surya non–Matahari maupun sistem bintang
kembar yang saling mengedari serta sistem bintang–bintang mengedari pusat galaksi
dalam sebuah galaksi yang berputar. Aplikasi yang amat luas ini barangkali tidak
pernah disadari oleh seorang Johannes Kepler saat mempublikasikannya untuk yang

4
pertama kali di tahun 1609. Pada saat itu Kepler adalah astronom besar yang juga
merupakan asisten sekaligus rekan kerja astronom besar Tycho Brahe, ia hanya berfikir
untuk menerapkan hukum–hukum tersebut dalam sistem tata surya Matahari saja.
Hukum–hukum Kepler terdiri dari tiga bagian, hukum-hukum ini sering
disebut juga sebagai Hukum Kepler 1, Hukum Kepler 2 dan Hukum Kepler 3. Hukum
Kepler 1 menyatakan setiap planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit yang
berbentuk ellips (lonjong), dengan Matahari terletak pada salah satu dari dua titik fokus
ellips tersebut. Sementara Hukum Kepler 2 berbunyi vektor radius (yakni garis
imajiner yang menghubungkan pusat sebuah planet dengan pusat Matahari) menyapu
area dengan luas yang sama dalam ellips tersebut untuk interval waktu yang sama. Dan
Hukum Kepler 3 menyatakan kuadrat dari periode orbit sebuah planet sebanding
dengan dengan pangkat tiga setengah sumbu utama orbitnya. Hukum Kepler 1 dan
Hukum Kepler 2 dipublikasikan pada tahun 1609, sedang Hukum Kepler 3 baru
dipublikasikan sepuluh tahun kemudian setelah Kepler selesai menganalisis data posisi
planet–planet hasil observasi Tyco Brahe selama bertahun–tahun yang tercetak dalam
“Rudolphine Tables”
Untuk memahami hukum Kepler, perlu terlebih dahulu memperhatikan
lintasan orbit benda langit yang bentuknya secara umum dinyatakan dalam irisan
kerucut. Sebagian besar objek tata surya bergerak dalam lintasan yang berbentuk elips
kecuali komet yang memiliki bentuk lintasan hiperbola atau parabola. Elips adalah
sebuah bangun geometri memiliki kelonjongan tertentu.

5
Gambar 2.2 Bentuk irisan kerucut
2.1. Hukum Kepler 1

Gambar 2.3 Hukum Kepler Pertama dan Johannes Kepler
Hukum Kepler 1 berbunyi:
“Orbit suatu planet adalah ellips dengan matahari berada pada salah satu
fokusnya”.
Meski lingkaran merupakan bangun matematis yang sempurna karena setiap
titik di dalamnya berjarak sama dari sebuah pusat, namun implementasinya terhadap
posisi planet–planet dari waktu ke waktu menjumpai permasalahan besar. Sebab
pengamatan menunjukkan posisi planet–planet tersebut ternyata tidak pas dengan
prediksi sesuai orbit lingkaran sempurna. Model geosentris mencoba menjelaskannya
dengan menganggap setiap planet beredar dalam lingkaran sempurna yang lebih kecil,
yang dinamakan episiklus. Pusat episiklus tepat sama dengan garis lingkaran orbitnya.
Sehingga setiap planet dianggap berputar–putar pada episiklusnya dengan pusat
episiklus senantiasa bergeser pada kecepatan tetap di sepanjang garis orbit lingkaran.

6
Gambar 2.4 Hukum Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips.
Meski terlihat sesuai dengan hasil pengamatan, namun secara matematis
penggunaan episiklus menyebabkan kompleksitas tersendiri. Kepler menyadari
kompleksitas ini tatkala menganalisis data–data pengamatan planet Mars. Ia mendapati
Mars selalu berada dalam koordinat yang sama pada sebuah rasi bintang tertentu setiap
687 hari sekali. Ini berarti periode orbit Mars adalah 687 hari. Kekhasan semacam ini
tidak bisa dijelaskan dengan baik oleh model geosentris dengan konsep episiklus,
sebab dengan konsep episiklus seharusnya periode orbit sebuah planet amat bervariasi
dari waktu ke waktu. Sebaliknya, jika konsep episiklus disingkirkan dan digantikan
dengan dengan ellips (yang secara matematis lebih sederhana), kekhasan yang dialami
Mars dapat dijelaskan dengan mudah. Belakangan saat hal yang sama diterapkan pada
Jupiter, kekhasan serupa juga dijumpai.
Walaupun bisa menjelaskan bahwa orbit sebuah planet dalam mengelilingi
Matahari adalah berupa ellips, namun Kepler tidak tahu mengapa berbentuk ellips dan
bukannya lingkaran sempurna, meskipun dalam geometri bentuk ellips merupakan
variasi dari lingkaran sempurna. Barulah pada masa Sir Isaac Newton, tepatnya pada
1686 lewat bukunya yang populer : Philosophiae Naturalis Principia Mathematica,
mengapa bentuk orbit planet adalah ellips menemukan penjelasannya. Newton
7
menyebutkan gravitasi-lah yang bertanggung jawab untuk itu. Bentuk orbit lingkaran
sempurna hanya akan terjadi jika tata surya hanya berisi Matahari (sebagai pusat) dan
satu planet saja yang beredar mengelilingi Matahari. Pada situasi tersebut, gerak planet
itu hanya dipengaruhi oleh gravitasi Matahari. Namun tata surya kita tak hanya terdiri
dari sebuah planet, melainkan ada delapan. Belum terhitung pula planet kerdil beserta
anggota–anggota berskala kecil seperti asteroid dan komet. Sehingga tatkala beredar
mengelilingi Matahari, sebuah planet tak hanya dipengaruhi gravitasi Matahari semata,
namun juga gravitasi planet–planet lainnya yang menjadi tetangganya. Inilah yang
membuat orbit setiap planet, juga setiap anggota tata surya lainnya, menjadi ellips.
Dalam orbit planet, Matahari menempati salah satu pusat ellips. Sementara
pusat lainnya tidak terisi apapun dan tidak bermakna apapun bagi sifat orbit planet
yang bersangkutan. Dalam tata surya kita nilai eksentrisitas planet–planet bervariasi
dari yang terkecil adalah Venus (0,007) dan yang terbesar adalah Merkurius (0,2).
Bumi kita sendiri mempunyai eksentrisitas 0,017. Pada dasarnya planet–planet
memiliki nilai eksentrisitas orbit yang kecil, sehingga menjamin stabilitas posisinya
dalam orbitnya masing–masing berdasarkan perspektif hukum gravitasi universal.
Sebaliknya asteroid atau komet umumnya memiliki eksentrisitas besar (antara 0,3
hingga 0,7) sehingga relatif takstabil. Komet–komet tertentu bahkan memiliki
eksentrisitas 1 atau lebih besar, yang menjadikannya hanya mampu sekali mendekati
Matahari saja untuk kemudian terlontar keluar dari lingkungan tata surya kita, menuju
ke ruang antarbintang.
Kepler menduga, bahwa lintasan planet yang berbentuk elips seharusnya ada
gaya magnetik yang bekerja, tetapi Kepler tidak mengetahui alasan mengapa planet
bergerak dengan cara demikian. Ketika Newton mulai tertarik dengan gerakan planetplanet, Newton menemukan bahwa hukum Kepler bisa diturunkan secara
matematisdari hukum gravitasi universal dan hukum gerak Newton. Newton juga
menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang masuk akal mengenai hukum
gravitasi, hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang konsisten
dengan hukum Kepler.

8
Perhatikan orbit ellips yang dijelaskan pada hukum I Kepler. Sumbu panjang
pada orbit ellips disebut sumbu mayor alias sumbu utama, sedangkan sumbu pendek
dikenal dengan sumbu semi utama atau semimayor (Supardi, 2010).

Gambar 2.5 Posisi matahari dan planet dalam lintasan ellips
F1 dan F2 adalah titik fokus. Matahari berada pada F1 dan planet berada pada
P. tidak ada benda langit lainnya berada pada F2. Total jarak dari F1 dan F2 ke sama
untuk semua titik dalam kurva ellips. Jarak pusat ellips O dan titik fokus (F1 dan F2)
adalah ea, dimana e merupakan angka tak berdimensi yang besarnya berkisar ntara 0
dan 1 disebut eksentrisitas. Jika e=0 maka ellips berubah menjadi lingkaran.
Kenyataannya, orbit planet berupa ellips alias mendekati lingkaran. Dengan demikian
besar eksentrisitas tidak pernah sama dengan nol. Nila e untuk orbit planet bumi adalah
0.017. Perihelion merupakan titik terdekat dengan matahari, sedangkan titik terjauh
disebut aphehelon.
Pada persamaan hukum gravitasi Newton, telah dipelajari bahwa gaya tarik
gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (1/r2), dimana hal ini hanya bisa
terjadi pada orbit yang berbentuk ellips atau lingkaran saja.

(1)
9
2.2. Hukum Kepler 2
Hukum Kepler 2 berbunyi:
"Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu luas
juring yang sama dalam selang waktu yang sama."
Hukum ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.4 di bawah:

Gambar 2.6 Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat di
dekat Matahari dan lambat di jarak yang jauh. Sehingga, jumlah area
adalah sama pada jangka waktu tertentu.
Hukum Kepler yang kedua memberikan implikasi mengenai kecepatan planet
yang berbeda-beda pada saat mengelilingi matahari. Jika jarak planet ke matahari dekat
maka kecepatannya besar dibandingkan ketika jaraknya dekat.
Adapun titik-titik sebuah planet saat mengorbit matahari, yaitu:
a. Aphelion
Aphelion adalah titik terdekat orbit sebuah planet dengan matahari. Pada saat
itu, kecepatan orbit planet lebih cepat karena gaya yang dihasilkan lebih besar.
Perihelon
Perihelon adalah titik terjauh orbit sebuah planet dengan matahari. Pada saat
itu, kecepatan orbit planet lebih lambat karena gaya yang dihasilkan lebih kecil.
(Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak)

10
Pada selang waktu yang sangat kecil, garis yang menghubungkan matahari
dengan planet melewati sudut dθ . Garis tersebut melewati daerah yang diarsir yang

berjarak r, dan luas

. Laju planet ketika melewati daerah itu adalah

disebut dengan kecepatan sektor (bulan vektor). Hal yang paling utama dalam hukum
Kepler II adalah kecepatan sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik
sepanjang orbit yang berbentuk ellips. Ketika planet berada di perihelion nilai r kecil,

sedangkan

besar. Ketika planet berada di apehelion nilai r besar, sedangkan

kecil.
3. Pendekatan Metode Euler
Menurut hukum Newton tentang gravitasi dinyatakan bahwa gaya yang
ditimbulkan oleh dua buah benda didefinsikan sebagaimana persamaan (1). Jika m1
adalah matahari dan m2 adalah bumi, maka persamaan (1) dapat dinyatakan kembali
menjadi:
(2)
dimana ms adalah massa matahari dan me adalah massa bumi, sedangkan G
adalah konstanta gravitasi. Diasumsikan bahwa massa matahari sangat besar
dibandingkan dengan bumi sehingga gerakannya diabaikan. Untuk menghitung posisi
bumi sebagai fungsi waktu, melalui hukum kedua Newton tentang gerak diperoleh
bahwa:

(3)
dimana FG , x dan FG , y adalah gaya grafitasi pada komponen x dan y.
Selanjutnya FG, x dan FG, y dapat dinyatakan kembali sebagai:
11
(4)
Dari persamaan (4) kita peroleh persamaan diferensial orde pertama sebagai
berikut:

(5)
Selanjutnya kita akan mengubah persamaan gerak (5) ke dalam persamaan
beda yang siap untuk dilakukan komputasi. Jadi dari (5) didapatkan:

(6)
Persamaan (12) adalah pendekatan Euler yang menjadi dasar bagi penyelesaian orbit
beberapa planet.

12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Dari persamaan gaya gravitasi universal dijelaskan bahwa: gaya tarik menarik antara
dua titik massa, m1 dan m2 berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antaranya, dan
tanda minus berarti bahwa makin besar jarak kedua titik massa, makin kecil pula gaya
gravitasinya, sebaliknya makin kecil jarak ke dua titik massa, makin besar pula gaya
gravitasinya dan arah gaya gravitasi terdapat pada sepanjang garis hubung antara m 1
dan m2. Hal ini sesuai dengan Hukum Kepler II.
Beberapa persamaan membuktikan bahwa lintasan planet berbentuk elips, karena terjadi
perubahan jarak antara planet dan matahari pada saat planet melintasi lintasannya, serta
perubahan kecepatan orbit/revolusi planet pada saat planet melintasi lintasannya. Hal ini
sesuai dengan Hukum Kepler I.
Pendekatan Euler dapat menjadi dasar bagi penyelesaian orbit beberapa planet.

13
DAFTAR PUSTAKA
Admiranto, A Gunawan. 2009. Menjelajah Tata Surya. Yogyakarta: Kanisius.
Maulana, Mochamad Erewin dan Yamin W Ono. Modul Tata Surya. PPPPTK IPA
Supardi dan R. Yosi Apriansari. 2010. Simulasi Gerak Planet

dalam Tatasurya

(Penelitian Kelompok FMIPA). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
http://astrolearningcenter.blogspot.com/2012/05/hukum-keppler-2.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya
http://kafeastronomi.com/hukum-kepler-1.html
http://www.zakapedia.com/2013/01/pembahasan-hukum-kepler-i-ii-dan-iii.html

14

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
Simulasi Eksperimen Hukum Keppler 3
 
Keppler
KepplerKeppler
Keppler
 
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
Makalah PERKEMBANGAN IPBA,GRAVITASI UNIVERSAL,HK. KEPPLER,GRAVITASI NEWTON, D...
 
Kelompok 1
Kelompok 1Kelompok 1
Kelompok 1
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Gerak Planet
Gerak PlanetGerak Planet
Gerak Planet
 
Paralaks bintang (revisi)
Paralaks bintang (revisi)Paralaks bintang (revisi)
Paralaks bintang (revisi)
 
White paper solusi flat earth atau globe earth
White paper solusi flat earth atau globe earthWhite paper solusi flat earth atau globe earth
White paper solusi flat earth atau globe earth
 
teori geosentris dan heliosentris
teori geosentris dan heliosentristeori geosentris dan heliosentris
teori geosentris dan heliosentris
 
back up krenova Litbang Magelang 'Memasyarakatkan kalender qomariah'[Rizal Pa...
back up krenova Litbang Magelang 'Memasyarakatkan kalender qomariah'[Rizal Pa...back up krenova Litbang Magelang 'Memasyarakatkan kalender qomariah'[Rizal Pa...
back up krenova Litbang Magelang 'Memasyarakatkan kalender qomariah'[Rizal Pa...
 
Tata surya 2
Tata surya 2Tata surya 2
Tata surya 2
 
PARALAKS BINTANG
PARALAKS BINTANGPARALAKS BINTANG
PARALAKS BINTANG
 
Kritikan terhadap teori asal mula jagad raya (geografi)
Kritikan terhadap teori asal mula jagad raya (geografi)Kritikan terhadap teori asal mula jagad raya (geografi)
Kritikan terhadap teori asal mula jagad raya (geografi)
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Makalah akhir gravitasi
Makalah akhir gravitasiMakalah akhir gravitasi
Makalah akhir gravitasi
 
Geografi
GeografiGeografi
Geografi
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
 
JAGAT RAYA
JAGAT RAYAJAGAT RAYA
JAGAT RAYA
 
Penciptaan alam semesta
Penciptaan alam semesta Penciptaan alam semesta
Penciptaan alam semesta
 
junaedi
junaedijunaedi
junaedi
 

Viewers also liked (20)

Hukum kepler
Hukum keplerHukum kepler
Hukum kepler
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Hukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang GravitasiHukum Newton Tentang Gravitasi
Hukum Newton Tentang Gravitasi
 
Gaya Newton, Hukum Kepler, dan Bumi 500 Tahun Kedepan
Gaya Newton, Hukum Kepler, dan Bumi 500 Tahun KedepanGaya Newton, Hukum Kepler, dan Bumi 500 Tahun Kedepan
Gaya Newton, Hukum Kepler, dan Bumi 500 Tahun Kedepan
 
Cv belita rt
Cv belita rtCv belita rt
Cv belita rt
 
Bumi dan alam semesta
Bumi dan alam semestaBumi dan alam semesta
Bumi dan alam semesta
 
FISIKA by Robby*satria A
FISIKA by Robby*satria AFISIKA by Robby*satria A
FISIKA by Robby*satria A
 
Ranah taksonomii j bloom. tahapan berfikir
Ranah taksonomii j bloom. tahapan berfikirRanah taksonomii j bloom. tahapan berfikir
Ranah taksonomii j bloom. tahapan berfikir
 
Konversi satuan
Konversi satuanKonversi satuan
Konversi satuan
 
Soal UAS fisika XI
Soal UAS fisika  XISoal UAS fisika  XI
Soal UAS fisika XI
 
Percepatan Gravitasi
Percepatan GravitasiPercepatan Gravitasi
Percepatan Gravitasi
 
Konversi satuan
Konversi satuanKonversi satuan
Konversi satuan
 
Konversi satuan
Konversi satuanKonversi satuan
Konversi satuan
 
Viskositas --- Fisika
Viskositas --- FisikaViskositas --- Fisika
Viskositas --- Fisika
 
Tabel konversi satuan
Tabel konversi satuanTabel konversi satuan
Tabel konversi satuan
 
Perhitungan konversi satuan
Perhitungan konversi satuanPerhitungan konversi satuan
Perhitungan konversi satuan
 
Kisi kisi soal fisika kls XI smk genap 2012/2013
Kisi kisi soal fisika kls XI smk genap 2012/2013Kisi kisi soal fisika kls XI smk genap 2012/2013
Kisi kisi soal fisika kls XI smk genap 2012/2013
 
X bab dinamika partikel marthen
X bab dinamika partikel marthenX bab dinamika partikel marthen
X bab dinamika partikel marthen
 
Kartu soal uas x fisika 2012 2013
Kartu soal uas x fisika 2012 2013Kartu soal uas x fisika 2012 2013
Kartu soal uas x fisika 2012 2013
 
Kartu soal Ujian Sekolah Fisika SMKN 1 Maluk TP. 2011/2012
Kartu soal Ujian Sekolah Fisika SMKN 1 Maluk TP. 2011/2012Kartu soal Ujian Sekolah Fisika SMKN 1 Maluk TP. 2011/2012
Kartu soal Ujian Sekolah Fisika SMKN 1 Maluk TP. 2011/2012
 

Similar to Hukum Keppler 123

Tugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santosoTugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santososantoso30
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4tiapaf
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifasifazzh
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifasifazzh
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifasifazzh
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifasifazzh
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifasifazzh
 
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptx
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptxIPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptx
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptxazzinki1
 
Bahan ajar tata surya
Bahan ajar tata suryaBahan ajar tata surya
Bahan ajar tata suryaZaina Rita
 
Si stem tata surya
Si stem tata suryaSi stem tata surya
Si stem tata suryaFebri Yanto
 
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)ATHIRAH
 

Similar to Hukum Keppler 123 (20)

Tugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santosoTugas tik 3 c agustanido santoso
Tugas tik 3 c agustanido santoso
 
Tugas 4
Tugas 4Tugas 4
Tugas 4
 
Udah direvisi2
Udah direvisi2Udah direvisi2
Udah direvisi2
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
Tugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifaTugas tik makalah.sifa
Tugas tik makalah.sifa
 
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptx
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptxIPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptx
IPA Jilid 1_Bab 9 - Tata Surya.pptx
 
Bab 7.pptx
Bab 7.pptxBab 7.pptx
Bab 7.pptx
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 
Bahan ajar tata surya
Bahan ajar tata suryaBahan ajar tata surya
Bahan ajar tata surya
 
Si stem tata surya
Si stem tata suryaSi stem tata surya
Si stem tata surya
 
Tata surya
Tata suryaTata surya
Tata surya
 
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)
Bumi sebagai Planet (FISIKA IX)
 
Ghhh
GhhhGhhh
Ghhh
 
D
DD
D
 
Tata surya
Tata surya Tata surya
Tata surya
 

Recently uploaded

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

Hukum Keppler 123

  • 1. DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................................................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................................2 1.Latar Belakang................................................................................................................................2 2.Tujuan............................................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................................3 1.Tata Surya (Solar System)...............................................................................................................3 2.Hukum Kepler................................................................................................................................4 2.1.Hukum Kepler 1.......................................................................................................................6 2.2.Hukum Kepler 2.....................................................................................................................10 3.Pendekatan Metode Euler...........................................................................................................11 BAB III PENUTUP.............................................................................................................................................13 1.Kesimpulan...................................................................................................................................13 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................14 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Karena massa total planet dan satelit jauh lebih kecil dari massa Matahari, maka pengaruh antar planet dapat diabaikan untuk kalkulasi orbit yang tidak terlalu teliti. Aproksimasi yang dilakukan mengacu pada “two-body problem”, dengan mengambil batasan massa salah satu objek itu dapat diabaikan terhadap masa Matahari. Dalam perkembangan ilmu Astronomi dikenal nama Ptolemaeus (sekitar tahun 125 M) yang mengemukakan bahwa bumi adalah pusat jagad raya. Pendapat ini dikenal sebagai pandangan geosentris. Semua benda langit beredar mengelilingi bumi. Untuk menjelaskan adanya gerak balik (retrograde motion) planet-planet, dibayangkan model "deferent and epicycle" yang melukiskan pergerakan planet pada sebuah lingkaran yang lebih kecil (epicycle) pada saat melakukan peredarannya mengelilingi bumi pada lingkaran yang lebih besar (deferent). Titik pusat epicycle itu terletak pada diferent. Diawali oleh para pendahulunya, Copernicus (1473-1543), membuat pembaruan dengan pandangan heliosentris, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa matahari sebagai pusat peredaran planet-planet, termasuk bumi, serta bintang-bintang. Dengan pandangan heliosentris dijelaskan bagaimana gerak balik (retrograde motion). Lebih lanjut mengenai lintasan dan pergerakan planet dijelaskan oleh Johannes Kepler (1571-1630). Setelah dengan teliti mengamati lintasan Mars. Kepler pada tahun 1609 merumuskan Hukum I dan II Kepler. 2. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui Hukum Kepler 1 dan Hukum Kepler 2 dengan pendekatan metode Euler. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 1. Tata Surya (Solar System) Bumi merupakan sebuah planet yang senantiasa mengitari bintang pusatnya, yaitu Matahari. Selain Bumi, masih banyak benda-benda langit lainnya yang berputar dalam pengaruh Matahari sebagai bintang pusat-nya. Benda-benda langit tersebut adalah planet, planet kerdil, satelit, komet, asteroid, objek-objek trans neptunus, dan yang lainnya. Seluruh benda langit tersebut beserta dengan Matahari berada dalam suatu sistem yang dinamakan sistem tata surya. Tata surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objekobjek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Tata surya merupakan sebuah sebuah sistem yang terdiri dari matahari, delapan planet, planet-kerdil, komet, asteroid dan benda-benda angkasa kecil lainnya. Matahari merupakan pusat dari tata surya di mana anggota tata surya yang lain beredar mengelilingi matahari. Benda-benda langit tersebut beredar mengelilingi matahari secara konsentris pada lintasannya masing-masing. anggota-anggota dalam sistem tata surya ditunjukkan seperti Gambar 1. 3
  • 4. Gambar 2.1. Matahari, planet, dan planet kerdil (dwarf planet) yang menjadi anggota tata surya. Besar diameter dihitung relatif terhadap diamater Matahari sedangkan jarak tidak diskalakan. IAU secara umum mengelompokkan benda angkasa yang mengeliligi Matahari menjadi tiga yaitu: Planet Sebuah benda langit dikatakan planet jika memenuhi kriteria sebagai berikut: • mengorbit Matahari • bentuk fisiknyanya cenderung bulat • orbitnya bersih dari keberadaan benda angkasa lain • Planet-Kerdil Sebuah benda langit dikatakan sebagai planet-kerdil jika: • mengorbit Matahari • bentuk fisiknya cenderung bulat • orbitnya belum bersih dari keberadaan benda angkasa lain • bukan merupakan satelit Benda-benda Tata Surya Kecil (Small Solar System Bodies) Seluruh benda angkasa lain yang mengelilingi Matahari selain planet atau planet-kerdil. Benda-benda Tata Surya Kecil tersebut di antaranya adalah komet, asteroid, objek-objek trans-neptunian, serta benda-benda kecil lainnya. 2. Hukum Kepler Hukum–hukum Kepler merupakan salah satu batu bata dasar ilmu astronomi dan amat berguna dalam segenap bagian dalam jagat raya, mulai dari sistem Bumi dan satelitnya (baik satelit alami maupun buatan), planet–planet dan satelitnya, Matahari dan planet–planetnya hingga sistem tata surya non–Matahari maupun sistem bintang kembar yang saling mengedari serta sistem bintang–bintang mengedari pusat galaksi dalam sebuah galaksi yang berputar. Aplikasi yang amat luas ini barangkali tidak pernah disadari oleh seorang Johannes Kepler saat mempublikasikannya untuk yang 4
  • 5. pertama kali di tahun 1609. Pada saat itu Kepler adalah astronom besar yang juga merupakan asisten sekaligus rekan kerja astronom besar Tycho Brahe, ia hanya berfikir untuk menerapkan hukum–hukum tersebut dalam sistem tata surya Matahari saja. Hukum–hukum Kepler terdiri dari tiga bagian, hukum-hukum ini sering disebut juga sebagai Hukum Kepler 1, Hukum Kepler 2 dan Hukum Kepler 3. Hukum Kepler 1 menyatakan setiap planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit yang berbentuk ellips (lonjong), dengan Matahari terletak pada salah satu dari dua titik fokus ellips tersebut. Sementara Hukum Kepler 2 berbunyi vektor radius (yakni garis imajiner yang menghubungkan pusat sebuah planet dengan pusat Matahari) menyapu area dengan luas yang sama dalam ellips tersebut untuk interval waktu yang sama. Dan Hukum Kepler 3 menyatakan kuadrat dari periode orbit sebuah planet sebanding dengan dengan pangkat tiga setengah sumbu utama orbitnya. Hukum Kepler 1 dan Hukum Kepler 2 dipublikasikan pada tahun 1609, sedang Hukum Kepler 3 baru dipublikasikan sepuluh tahun kemudian setelah Kepler selesai menganalisis data posisi planet–planet hasil observasi Tyco Brahe selama bertahun–tahun yang tercetak dalam “Rudolphine Tables” Untuk memahami hukum Kepler, perlu terlebih dahulu memperhatikan lintasan orbit benda langit yang bentuknya secara umum dinyatakan dalam irisan kerucut. Sebagian besar objek tata surya bergerak dalam lintasan yang berbentuk elips kecuali komet yang memiliki bentuk lintasan hiperbola atau parabola. Elips adalah sebuah bangun geometri memiliki kelonjongan tertentu. 5
  • 6. Gambar 2.2 Bentuk irisan kerucut 2.1. Hukum Kepler 1 Gambar 2.3 Hukum Kepler Pertama dan Johannes Kepler Hukum Kepler 1 berbunyi: “Orbit suatu planet adalah ellips dengan matahari berada pada salah satu fokusnya”. Meski lingkaran merupakan bangun matematis yang sempurna karena setiap titik di dalamnya berjarak sama dari sebuah pusat, namun implementasinya terhadap posisi planet–planet dari waktu ke waktu menjumpai permasalahan besar. Sebab pengamatan menunjukkan posisi planet–planet tersebut ternyata tidak pas dengan prediksi sesuai orbit lingkaran sempurna. Model geosentris mencoba menjelaskannya dengan menganggap setiap planet beredar dalam lingkaran sempurna yang lebih kecil, yang dinamakan episiklus. Pusat episiklus tepat sama dengan garis lingkaran orbitnya. Sehingga setiap planet dianggap berputar–putar pada episiklusnya dengan pusat episiklus senantiasa bergeser pada kecepatan tetap di sepanjang garis orbit lingkaran. 6
  • 7. Gambar 2.4 Hukum Kepler pertama menempatkan Matahari di satu titik fokus edaran elips. Meski terlihat sesuai dengan hasil pengamatan, namun secara matematis penggunaan episiklus menyebabkan kompleksitas tersendiri. Kepler menyadari kompleksitas ini tatkala menganalisis data–data pengamatan planet Mars. Ia mendapati Mars selalu berada dalam koordinat yang sama pada sebuah rasi bintang tertentu setiap 687 hari sekali. Ini berarti periode orbit Mars adalah 687 hari. Kekhasan semacam ini tidak bisa dijelaskan dengan baik oleh model geosentris dengan konsep episiklus, sebab dengan konsep episiklus seharusnya periode orbit sebuah planet amat bervariasi dari waktu ke waktu. Sebaliknya, jika konsep episiklus disingkirkan dan digantikan dengan dengan ellips (yang secara matematis lebih sederhana), kekhasan yang dialami Mars dapat dijelaskan dengan mudah. Belakangan saat hal yang sama diterapkan pada Jupiter, kekhasan serupa juga dijumpai. Walaupun bisa menjelaskan bahwa orbit sebuah planet dalam mengelilingi Matahari adalah berupa ellips, namun Kepler tidak tahu mengapa berbentuk ellips dan bukannya lingkaran sempurna, meskipun dalam geometri bentuk ellips merupakan variasi dari lingkaran sempurna. Barulah pada masa Sir Isaac Newton, tepatnya pada 1686 lewat bukunya yang populer : Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, mengapa bentuk orbit planet adalah ellips menemukan penjelasannya. Newton 7
  • 8. menyebutkan gravitasi-lah yang bertanggung jawab untuk itu. Bentuk orbit lingkaran sempurna hanya akan terjadi jika tata surya hanya berisi Matahari (sebagai pusat) dan satu planet saja yang beredar mengelilingi Matahari. Pada situasi tersebut, gerak planet itu hanya dipengaruhi oleh gravitasi Matahari. Namun tata surya kita tak hanya terdiri dari sebuah planet, melainkan ada delapan. Belum terhitung pula planet kerdil beserta anggota–anggota berskala kecil seperti asteroid dan komet. Sehingga tatkala beredar mengelilingi Matahari, sebuah planet tak hanya dipengaruhi gravitasi Matahari semata, namun juga gravitasi planet–planet lainnya yang menjadi tetangganya. Inilah yang membuat orbit setiap planet, juga setiap anggota tata surya lainnya, menjadi ellips. Dalam orbit planet, Matahari menempati salah satu pusat ellips. Sementara pusat lainnya tidak terisi apapun dan tidak bermakna apapun bagi sifat orbit planet yang bersangkutan. Dalam tata surya kita nilai eksentrisitas planet–planet bervariasi dari yang terkecil adalah Venus (0,007) dan yang terbesar adalah Merkurius (0,2). Bumi kita sendiri mempunyai eksentrisitas 0,017. Pada dasarnya planet–planet memiliki nilai eksentrisitas orbit yang kecil, sehingga menjamin stabilitas posisinya dalam orbitnya masing–masing berdasarkan perspektif hukum gravitasi universal. Sebaliknya asteroid atau komet umumnya memiliki eksentrisitas besar (antara 0,3 hingga 0,7) sehingga relatif takstabil. Komet–komet tertentu bahkan memiliki eksentrisitas 1 atau lebih besar, yang menjadikannya hanya mampu sekali mendekati Matahari saja untuk kemudian terlontar keluar dari lingkungan tata surya kita, menuju ke ruang antarbintang. Kepler menduga, bahwa lintasan planet yang berbentuk elips seharusnya ada gaya magnetik yang bekerja, tetapi Kepler tidak mengetahui alasan mengapa planet bergerak dengan cara demikian. Ketika Newton mulai tertarik dengan gerakan planetplanet, Newton menemukan bahwa hukum Kepler bisa diturunkan secara matematisdari hukum gravitasi universal dan hukum gerak Newton. Newton juga menunjukkan bahwa di antara kemungkinan yang masuk akal mengenai hukum gravitasi, hanya satu yang berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang konsisten dengan hukum Kepler. 8
  • 9. Perhatikan orbit ellips yang dijelaskan pada hukum I Kepler. Sumbu panjang pada orbit ellips disebut sumbu mayor alias sumbu utama, sedangkan sumbu pendek dikenal dengan sumbu semi utama atau semimayor (Supardi, 2010). Gambar 2.5 Posisi matahari dan planet dalam lintasan ellips F1 dan F2 adalah titik fokus. Matahari berada pada F1 dan planet berada pada P. tidak ada benda langit lainnya berada pada F2. Total jarak dari F1 dan F2 ke sama untuk semua titik dalam kurva ellips. Jarak pusat ellips O dan titik fokus (F1 dan F2) adalah ea, dimana e merupakan angka tak berdimensi yang besarnya berkisar ntara 0 dan 1 disebut eksentrisitas. Jika e=0 maka ellips berubah menjadi lingkaran. Kenyataannya, orbit planet berupa ellips alias mendekati lingkaran. Dengan demikian besar eksentrisitas tidak pernah sama dengan nol. Nila e untuk orbit planet bumi adalah 0.017. Perihelion merupakan titik terdekat dengan matahari, sedangkan titik terjauh disebut aphehelon. Pada persamaan hukum gravitasi Newton, telah dipelajari bahwa gaya tarik gravitasi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (1/r2), dimana hal ini hanya bisa terjadi pada orbit yang berbentuk ellips atau lingkaran saja. (1) 9
  • 10. 2.2. Hukum Kepler 2 Hukum Kepler 2 berbunyi: "Suatu garis khayal yang menghubungkan matahari dengan planet menyapu luas juring yang sama dalam selang waktu yang sama." Hukum ini dapat diilustrasikan dengan Gambar 2.4 di bawah: Gambar 2.6 Illustrasi hukum Kepler kedua. Bahwa Planet bergerak lebih cepat di dekat Matahari dan lambat di jarak yang jauh. Sehingga, jumlah area adalah sama pada jangka waktu tertentu. Hukum Kepler yang kedua memberikan implikasi mengenai kecepatan planet yang berbeda-beda pada saat mengelilingi matahari. Jika jarak planet ke matahari dekat maka kecepatannya besar dibandingkan ketika jaraknya dekat. Adapun titik-titik sebuah planet saat mengorbit matahari, yaitu: a. Aphelion Aphelion adalah titik terdekat orbit sebuah planet dengan matahari. Pada saat itu, kecepatan orbit planet lebih cepat karena gaya yang dihasilkan lebih besar. Perihelon Perihelon adalah titik terjauh orbit sebuah planet dengan matahari. Pada saat itu, kecepatan orbit planet lebih lambat karena gaya yang dihasilkan lebih kecil. (Berbanding terbalik dengan kuadrat jarak) 10
  • 11. Pada selang waktu yang sangat kecil, garis yang menghubungkan matahari dengan planet melewati sudut dθ . Garis tersebut melewati daerah yang diarsir yang berjarak r, dan luas . Laju planet ketika melewati daerah itu adalah disebut dengan kecepatan sektor (bulan vektor). Hal yang paling utama dalam hukum Kepler II adalah kecepatan sektor mempunyai harga yang sama pada semua titik sepanjang orbit yang berbentuk ellips. Ketika planet berada di perihelion nilai r kecil, sedangkan besar. Ketika planet berada di apehelion nilai r besar, sedangkan kecil. 3. Pendekatan Metode Euler Menurut hukum Newton tentang gravitasi dinyatakan bahwa gaya yang ditimbulkan oleh dua buah benda didefinsikan sebagaimana persamaan (1). Jika m1 adalah matahari dan m2 adalah bumi, maka persamaan (1) dapat dinyatakan kembali menjadi: (2) dimana ms adalah massa matahari dan me adalah massa bumi, sedangkan G adalah konstanta gravitasi. Diasumsikan bahwa massa matahari sangat besar dibandingkan dengan bumi sehingga gerakannya diabaikan. Untuk menghitung posisi bumi sebagai fungsi waktu, melalui hukum kedua Newton tentang gerak diperoleh bahwa: (3) dimana FG , x dan FG , y adalah gaya grafitasi pada komponen x dan y. Selanjutnya FG, x dan FG, y dapat dinyatakan kembali sebagai: 11
  • 12. (4) Dari persamaan (4) kita peroleh persamaan diferensial orde pertama sebagai berikut: (5) Selanjutnya kita akan mengubah persamaan gerak (5) ke dalam persamaan beda yang siap untuk dilakukan komputasi. Jadi dari (5) didapatkan: (6) Persamaan (12) adalah pendekatan Euler yang menjadi dasar bagi penyelesaian orbit beberapa planet. 12
  • 13. BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan a. Dari persamaan gaya gravitasi universal dijelaskan bahwa: gaya tarik menarik antara dua titik massa, m1 dan m2 berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antaranya, dan tanda minus berarti bahwa makin besar jarak kedua titik massa, makin kecil pula gaya gravitasinya, sebaliknya makin kecil jarak ke dua titik massa, makin besar pula gaya gravitasinya dan arah gaya gravitasi terdapat pada sepanjang garis hubung antara m 1 dan m2. Hal ini sesuai dengan Hukum Kepler II. Beberapa persamaan membuktikan bahwa lintasan planet berbentuk elips, karena terjadi perubahan jarak antara planet dan matahari pada saat planet melintasi lintasannya, serta perubahan kecepatan orbit/revolusi planet pada saat planet melintasi lintasannya. Hal ini sesuai dengan Hukum Kepler I. Pendekatan Euler dapat menjadi dasar bagi penyelesaian orbit beberapa planet. 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Admiranto, A Gunawan. 2009. Menjelajah Tata Surya. Yogyakarta: Kanisius. Maulana, Mochamad Erewin dan Yamin W Ono. Modul Tata Surya. PPPPTK IPA Supardi dan R. Yosi Apriansari. 2010. Simulasi Gerak Planet dalam Tatasurya (Penelitian Kelompok FMIPA). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. http://astrolearningcenter.blogspot.com/2012/05/hukum-keppler-2.html http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_Surya http://kafeastronomi.com/hukum-kepler-1.html http://www.zakapedia.com/2013/01/pembahasan-hukum-kepler-i-ii-dan-iii.html 14