SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
POSYANDU
HALIMAHTUS SA’DIYYAH
SEFANYA SISCA ROTUA
SHINTA TRI UTAMI
MANFAAT UTAMA
• MEMANTAU
KESEHATAN
ANAK
• DETEKSI DINI
GIZI BURUK
PENGERTIAN
TUJUAN
SASARAN PELAYANAN
LOKASI DAN PENYELENGGARAAN
KEGIATAN / PELAYANAN
PERAN KADER
PEMELIHARAAN IBU HAMIL & MENYUSUI
LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN
PEMBINAAN POSYANDU
Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu
Sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program
lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis
seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat.
Wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibimbing petugas terkait.
PENGERTIAN
BKKBN, 1989
DEPKES RI,
2006
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya
di masyarakat kurang berjalan dengan baik.
Pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu  upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi
dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status
gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Tujuan:
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya
mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak
melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu.
DEPDAGRI,
1999
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus
pelayanan profesional oleh petugas sektor, serta non-profesional (oleh kader)
dan diselenggarakan atas usaha masyarakat sendiri.
Posyandu dapat dikembangkan dari pos pengembangan balita, pos imunisasi, pos
KB, pos kesehatan. Pelayanan yang diberikan posyandu meliputi: KB, KIA, gizi,
imunisasi, dan penanggulangan diare serta kegiatan sektor lain.
MEMPERCEPAT PENURUNAN
ANGKA KEMATIAN IBU, BAYI,
BALITA DAN ANGKA
KELAHIRAN
MEMPERCEPAT PENERIMAAN
NORMA KELUARGA KECIL
BAHAGIA DAN SEJAHTERA
(NKKBS)
MENINGKATKAN PELAYANAN
KESEHATAN IBU UNTUK
MENURUNKAN IMR
MENGEMBANGKAN KEGIATAN
KESEHATAN & KB
MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MASYARAKAT
UNTUK MENGEMBANGKAN
KEGIATAN KESEHATAN
WAHANA GERAKAN
REPRODUKSI, KETAHANAN,
DAN EKONOMI KELUARGA
SEJAHTERA
SASARAN PELAYANAN
MASYARAKAT , terutama:
LOKASI & PENYELENGGARAAN
 Berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh
masyarakat
 Prioritas dibentuk ditempat yang rawan dibidang gizi dan kesehatan lingkungan
 Pelayanan KB direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama lurah, LKMD,
tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan
KEGIATAN / PELAYANAN
 Pelayanan gizi
 Pencegahan terhadap
penyakit
 Pengobatan penyakit
 Pelayanan kontrasepsi
PENIMBANGAN
KB
PELAYANAN KESEHATAN
IMUNISASI
 Mencatat pendaftaran
 Membentu menimbang
 Mencatat dalam buku register, penimbangan dan KMS
 Memberikan penyuluhan
 Menemukan penderita diare/muntaber, memberikan penyuluhan,
memberikan oralit dan merujuk kasus yang berat
 Menemukan, mencatat, menyuluh dan merujuk, bayi yang belum diimunisasi
petugas kesehatan.
PEMELIHARAAN IBU HAMIL
 Mencatat dalam buku
 Memberikan penyuluhan, merujuk dan memberikan tablet tambah darah
PEMELIHARAAN IBU MENYUSUI
 Mencatat dalam buku
 Memberikan penyuluhan tentang KB dan kesehatan
 Merujuk ke petugas kesehatan
LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN
PERSIAPAN
 Kader merencanakan kegiatan setelah musyawarah masyarakat desa dan latihan
kader sudah selesai.
 Kegiatan direncanakan bersama Lurah, LKMD (Sie KB Kes. PKK) dengan bimbingan
tim LKMD tingkat kecamatan.
 Perencanaan kegiatan meliputi:
 Penyusunan tenaga pelaksanaan dan tugasnya dengan memanfaatkan kelompok
kegiatan yang ada.
 Penyusunan jadwal kegiatan.
 Penentuan tempat kegiatan.
 Cakupan keluarga/sasaran.
 Perlengkapan yang diperlukan.
 Kader mengisi registrasi gizi dan KB untuk data desa.
 Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke posyandu dengan cara
pendekatan kelompok, perorangan melalui tokoh.
Sehari sebelum pelaksanaan:
 Sebelum pelaksanaan memberitahu kepada ibu hamil, ibu menyusui, PUS, orang tua, bayi dan anak balita
agar datang ke posyandu.
 Kader menyediakan alat-alat yang diperlukan, meja, kursi, dacin, buku register, poster, KMS, oralit, vit. A,
tablet tambah darah, alat kontrasepsi, pemberian obat sederhana.
Pada hari pelaksanaan:
 Penyuluhan kelompok tentang 5 program terpadu.
 Pendaftaran sasaran di buku register, imunisasi.
 Penimbangan bayi, balita dicatat di KMS. Di bawah garis merah, 3 x tidak naik, sakit dirujuk ke petugas
kesehatan; usia 3-14 bulan pelayanan imunisasi; dan diare diberi oralit, dan penyuluhan kepada
orangtua.
 Pelayanan ibu hamil, semua ibu hamil diberi obat tambah darah. Rujukan ke Puskesmas bila diperlukan,
apabila muka pucat, kaki bengkak, hamil lebih dari 3 x, tinggi badan kurang dari 145 cm, hamil kurang
dari 20 tahun dan diatas 30 tahun, perdarahan dari alat kelamin, belum imunisasi.
 Pelayanan ibu menyusui, pengobatan, penyuluhan, pelayanan KB. Rujukan ke Puskesmas.
 Pelayanan pasangan usia subur, kegiatan di Posyandu 1-2 x sebulan. Waktu yang dipilih merupakan hasil
kesepakatan bersama antara Lurah, LKMD, masyarakat dan Puskesmas.
PELAKSANAAN
PEMBINAAN POSYANDU
Pertemuan untuk membahas hasil kegiatan dan mengusahakan dukungan masyarakat melalui
penyuluhan KB dan kesehatan pada setiap kesempatan yang ada seperti arisan, pengajian,
selamatan, pertunjukkan.
Mengajak masyarakat ikut terlibat dalam pelaksanaan.
Menggali dan menghimpun kemampuan masyarakat untuk melengkapi kebutuhan Posyandu
dengan dana, sarana, pemikiran.
Mengusahakan swadaya masyarakat seperti dana sehat, usaha peningkatan pendapatan
keluarga, koperasi simpan pinjam.
Kunjungan rumah bagi peserta yang tidak hadir di Posyandu.
Melaporkan masalah dan perkembangan kepada Lurah/LKMD.
Mengusahakan kegiatan untuk pembinaan kader seperti olahraga, arisan, karyawisata,
kesenian, koperasi, pakaian seragam dan lain-lain.
KMS
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu
menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan
lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal
dengan SKDN.
SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:
 S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,
 K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
 D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
 N= jumlah balita yang naik berat badanya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan
penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D),
efektifitas kegiatan (N/S).
STRATIFIKASI POSYANDU
TINGKAT PENCAPAIAN  ORGANISASI DAN PROGRAM
POSYANDU PRATAMA
 POSYANDU MASIH BELUM MANTAP
 KEGIATAN BELUM RUTIN TIAP
BULAN
 KADER AKTIFNYA TERBATAS
 MASYARAKAT BELUM SIAP
INTERVENSI:
• MEMOTIVASI MASYARAKAT
• MENAMBAH JUMLAH KADER
POSYANDU MADYA
POSYANDU SUDAH MELAKSANAKAN
KEGIATAN LEBIH DARI 8X PERTAHUN
JUMLAH KADER TUGAS 5 ORANG
ATAU LEBIH
CAKUPAN PROGRAM UTAMA (KB, KIA,
GIZI & IMUNISASI) MASIH RENDAH
<50%
INTERVENSI:
• MENGGIATKAN KADER
• MENINGKATKAN CAKUPAN
MASYARAKAT DENGAN
PENDEKATAN PKMD
POSYANDU PURNAMA
 Posyandu melaksanakan kegiatan
lebih dari 8x pertahun
 Jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih
 Cakupan program utama masih
rendah <50%
 Ada program tambahan seperti
Dana Sehat yang masih sederhana
INTERVENSI:
• SOSIALISASI PROGRAM DANA
SEHAT
• PELATIHAN DANA SEHAT
POSYANDU MANDIRI
 Posyandu yang melakukan kegiatan
teratur setiap bulan
 Cakupan 5 program utama bagus
 Program tambahan dan Dana Sehat
sudah >50%
 Pembinaan dana sehat
INTERVENSI:
• PEMBINAAN PROGRAM DANA
SEHAT
• MEMPERBANYAK PROGRAM
TAMBAHAN
Penggolongan diatas berdasarkan 8 indikator, yaitu:
Frekuensi Penimbangan Pertahun
Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan,
jadi bila teratur ada 12x kegiatan. Kenyataannya tidak semua posyandu
sanggup melaksanakan kegiatan setiap bulan. Maka diambil batasan 8x
Rata-Rata Jumlah Kader Pada Hari H Posyandu
Jika jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya tertangani
dengan baik. Semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna
semakin tercapai pula upaya revitalisasi posyandu.
Cakupan D/S
Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S dapat mencapai 50 %.
S JUMLAH BALITA DI POSYANDU
D JUMLAH BALITA YANG DTANG BULAN INI
N JUMLAH BALITA YANG NAIK BERAT BADANNYA
K JUMLAH BALITA YANG TERDAFTAR DAN MEMILIKI KMS
Cakupan Imunisasi
Cakupan Ibu Hamil
Cakupan KB
Ketiga cakupan ini dihitung secara kumulatif selama 1 tahun. Cakupan ini
dianggap baik bila mencapai >50%
Program Tambahan
Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA,
KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah
mantap, maka programnya dapat ditambahan. Program tambahan
disini adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa,
dan sebagainya.
Dana Sehat
Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan
posyandu. Diharapkan bila dana sehat telah mampu membiayai
posyandu, maka tingkat kemandirian masyarakat sudah baik. Sebagai
ukuran digunakan persentase kepala keluarga (KK) yang ikut dana
sehat, dikatakan baik bila cakupan > 50 %.
NO INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1 Frek. Penimbangan <5
>8
>5
2 Rerata Kader tugas <8
3 Rerata Cakupan D/S <50% <50%
4 Cakupan Kumulatif
Kb
<50% <50%
5 Cakupan Kumulatif
KIA
<50% <50%
6 Cakupan Kumulatif
Imunisasi
<50% <50%
7 Program Tambahan (-) (+)
8 Cakupan dana sehat 50% >50%
Kriteria Kategori Posyandu
Sumber : Depkes RI, 2004
MEJA I
Pendaftaran balita, ibu
hamil, ibu menyusui
MEJA II
Penimbangan balita
MEJA III
Pencatatan hasil
penimbangan
MEJA IV
Penyuluhan dan
pelayanan gizi bagi ibu
balita, ibu hamil dan ibu
menyusui
MEJA V
Pelayanan kesehatan,
KB, imunisasi dan pojok
oralit
MDGS KESEHATAN
Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional.
Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah:
 Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
kesehatan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
 Memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah.
Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Karena kesehatan merupakan salah satu tiang utama dalam usaha
peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun kesejahteraan
masyarakat.
Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan dari pembangunan di
setiap negara, agar keadaan bumi yang aman, makmur, dan sejahtera dapat tercapai. Untuk
mewujudkan semua itu, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa -
Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang diwakili oleh
kepala negara dan kepala pemerintahan sepakat untuk melahirkan sebuah deklarasi Millenium
Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Tujuan Pembagunan
Millenium.
Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhan
hak-hak dasar manusia. Di dalam KTT Milenium tersebut juga dihasilkan konsensus yang
merangkai upaya-upaya untuk mencapai tujuan MDGs dengan perhatian utama pada hak asasi
manusia, tata pemerintahan yang baik, demokratisasi, pencegahan konflik, dan pembangunan
perdamaian.
Pada mulanya, MDGs merupakan sebuah review atas kebijakan pembangunan yang
dikeluarkan oleh OECD-DAC pada pertengahan tahun 1990 dan kemudian
dimasukkan kedalam Tujuan Pembangunan Internasional (Internasional Development
Goals) tahun 2000 dan direvisi menjadi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium
Development Goals) pada KTT Milenium. Setiap tujuan (goal) dari MDGs memiliki
satu atau beberapa target dengan beberapa indikatornya. MDGs memiliki 8 tujuan,
18 target, dan 48 indikator yang telah disusun oleh konsensus para ahli dari
sekertariat PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi untuk Pembangunan
dan Kerjasama Ekonomi (OECD) dan Bank Dunia.
Masing-masing indicator digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian
setiap tujuan dan target. Selain Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ada
beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade 1960-an hingga
1980-an. Sebagian terlahir dari konferensi global yang diselenggarakan PBB pada
1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan
untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan
Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial
1995 di Copenhagen. MDGs tidak bertentangan dengan komitmen global yang
sebelumnya karena sebagian dari MDGs itu telah dicanangkan dalam Tujuan
Pembangunan Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam
OECD pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh PBB, Bank Dunia dan IMF.
Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan MDGs
adalah sebagai berikut:
Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif
terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDGs adalah tujuan
dan tanggungjawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium,
baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan.
Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan
waktu pencapaian yang jelas, hingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan
kemajuan secara objektif dengan indikator yang sebagian besar secara
internasional dapat diperbandingkan.
Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain.
Keempat, dengan dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau
kemajuan, meningkatkan perhatian, mendorong tindakan dan penelitian yang
akan menjadi landasan intelektual bagi reformasi kebijakan, pembangunan
kapasitas dan memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
semua target.
Kelima, 18 belas target dan lebih dari 40 indikator terkait ditetapkan untuk
dapat dicapai dalam jangka waktu 25 tahun antara 1990 dan 2015. Sekalipun
MDGs merupakan sebuah komitmen global tetapi diupayakan untuk lebih
mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing
negara sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan. Dalam sidang umum PBB
yang ke-60 pada tanggal 14-16 September 2005, dilakukan juga evaluasi
pelaksanaan lima tahun MDGs. Dalam evaluasi tersebut dikatakan bahwa 50
negara gagal mencapai paling sedikit satu target MDGs. Sedangkan 65 negara
lainnya beresiko untuk sama sekali gagal mencapai paling tidak satu MDGs
hingga 2040. Sehingga hingga kini, MDGs masih menjadi suatu perdebatan
tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam MDGs, sumber daya yang
dibutuhkan dan bagaimana cara pencapaian MDGs.
1. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK
Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan oleh MDGs yaitu, Angka Kematian Balita (AKBA)
menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000 kelahiran hidup pada
tahun 2000.
Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 68/1000 kelahiran menjadi 35/1000 kelahiran hidup
pada tahun 1999 sedangkan MDGs menargetkan angka kematian bayi dan balita 65/1000
kelahiran hidup.
Indonesia sedang mencanangkan Program Nasional Anak Indonesia yang menjadikan isu kematian
bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting.
Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang
melibatkan seluruh komponen masyarakat, mulai dari pemerintah, sektor swasta hingga akademisi
dan masyarakat sipil.
Secara bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan
bayi dan balita.
Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses serta kualitas terhadap
pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari target MDGs keempat adalah untuk
meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih.
Sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan
kesehatan, terutama untuk anak dan balita.
TUJUAN
MDGS
2. MeningkatkanKesehatanIbu
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari 390 (SDKI 1994) menjadi
307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003).
Penurunan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya persalinan oleh
tenaga kesehatan dari 46,13 persen menjadi 72,4 persen.
Meskipun diperkirakan AKI saat ini lebih rendah lagi, untuk dapat mencapai
tujuan MDGs, perlu upaya yang lebih keras lagi.
Pencapaian target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup akan dapat
terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat
laju penurunannya.
Kematian ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk status kesehatan
secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan
persalinan. Penyebab utama kematian Ibu adalah perdarahan, infeksi,
eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus.
3. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya
Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010
sebanyak 15.275 orang.
Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang.
Angka penemuan kasus TB (CDR) dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009
sudah melampaui target MDGs tahun 2015.
Sementara angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual
Parasite Incidence) menunjukkan penurunan pada periode 5 tahun s/d 2010
menjadi angka 1,58.
Angka ini telah mendekati target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015.
4. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Tujuan pertama ini memiliki dua target
besar. Pertama, menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di
bawah $1 (PPP) per hari. Kedua, menurunkan proporsi penduduk yang menderita
kelaparan menjadi setengahnya antara 1990-2015.
5. Menciptakan pendidikan dasar untuk semua. Pendidikan yang merata merupakan
suatu hal yang mendasar. Dalam tujuan ini memastikan pada 2015 semua anak-
anak di manapun, baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan
dasar.
6. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Masalah gender
merupakan suatu hal yang sering menjadi perdebatan. Maka dari itu, tujuan ketiga
yakni menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan
pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan.
7. Memastikan kelestarian hidup. Bukan hanya dari segi kesehatan perorangan,
namun tujuan dari MDGs ini juga menjaga kelestarian hidup. Target dalam tujuan
ini adalah memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan
kebijakan dan program nasional, serta mengembalikan sumber daya lingkungan
yang hilang.
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan. Dalam hal pembangunan di
setiap negara, maka disepakati beberapa target, seperti, mengembangkan lebih
lanjut mengenai sistem perdagangan, menanggapi kebutuhan khusua negara-
negara yang belum berkembang, menanggapi kebutuhan khusus negara-negara
yang hanya berbatasan dengan daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang
sedang berkembang melalui program aksi untuk pembangunan berkelanjutan, dan
menyelesaikan secara menyeluruh masalah utang negara-negara berkembang.
Secara umum, pencapaian MDGs pada bidang kesehatan di Indonesia cukup baik.
Kematian bayi dan kematian balita dapat diturunkan dengan relatif cepat.
Dengan perkembangan tersebut, kemungkinan besar, target MDGs untuk penurunan
Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita pada tahun 2015 akan tercapai.
Angka Kematian ibu juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti.
Walaupun begitu, diperlukan upaya yang lebih keras untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu untuk mencapai target MDGs.
Dalam hal pengendalian penyakit menular, upaya penanggulangan tuberkulosis (TB)
telah berhasil menunjukkan hasil yang cukup signifikan.
Namun perkembangan penyakit HIV/AIDS dan malaria yang cukup mengkhawatirkan
masih merupakan persoalan serius dan perlu mendapat penanganan khusus.
Untuk itu, dibutuhkan partisipasi semua kalangan untuk mewujudkan Indonesia sehat
dengan mengoptimalkan pelaksanaan program MDGs 2015.
TFC ( Therapeutic Feeding
Centre ) /
PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )
Balita yang sehat dan cerdas adalah idaman bagi setiap orang. Namun apa yang terjadi jika balita
menderita gizi buruk?. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi buruk
juga berdampak terjadinya gangguan pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas.
Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan.
Berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) tahun 2010
diketahui bahwa prevalensi gizi buruk di Jawa Timur adalah sebesar 2,5 % .Sedangkan dari hasil
laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk tahun 2011 di Jawa Timur terdapat 6925 anak yang
menderita gizi buruk. Guna mengantisipasi makin parahnya kondisi yang mungkin terjadi akibat
kejadian gizi buruk, maka pemerintahan Jawa Timur telah melakukan upaya yang diharapkan
mampu memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan / mengurangi masalah gizi yang masih
ada ini yaitu melalui pengembangan program TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau Panti
Pemulihan Gizi. Dibawah ini diinformasikan tentang gambaran tentang program TFC secara garis
besar.
DEFINISI
 TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) atau PPG ( Pusat Pemulihan Gizi ) adalah
pusat pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan
anak secara intensif dan adekuat sesuai usia dan kondisinya, dengan
melibatkan peran serta orang tua (ibu)agar dapat mandiri ketika kembali ke
rumah.
 TFC merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan
terapi diet dan medis pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus)
yang bertujuan menurunkan angka kematian balita.
 Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3 aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan
keperawatan.
TUJUAN
Umum : Meningkatkan status gizi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat
Khusus :
a. Meningkatkan penanganan gizi buruk
b. Menurunkan angka kematian akibat gizi buruk
c. Melaksanakan tata laksana gizi buruk
d. Mendekatkan pelayanan pada masyarakat
e. Memperbaiki dan meningkatkan status gizi
SASARAN
 Balita kurus dan balita sangat kurus dilakukan penapisan dari pemantauan
pertumbuhan balita disemua Posyandu.
 Balita yang hasil penimbangannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di
bawah garis merah (BGM) atau selama 2 (dua) kali berturut-turut berat
badannya tidak naik, yang dikenal dengan istilah “2T”
 Balita BGM dan 2 T dilakukan penapisan dengan menilai berat badan
dibanding panjang badan atau tinggi badannya. Jika balita tersebut
termasuk kategori balita kurus maupun balita sangat kurus, maka balita
tersebut perlu mendapat penanganan (intervensi) di TFC.
TEMPAT
TFC dapat dikembangkan dengan membuat bangunan tambahan
secara khusus atau memanfaatkan bangunan (ruangan) yang
telah ada di Rumah Sakit maupun Puskesmas Perawatan.
TENAGA PELAKSANA
 Dokter: 1 orang
 Perawat supervisor, dengan latar belakang pendidikan Diploma III : 1 orang
 Perawat, dengan latar belakang pendidikan Diploma III atau SPK: 3 orang
 Ahli gizi, dengan latar belakang pendidikan Diploma III: 1 orang
 Tenaga masak: 1 orang
 Ibu yang anaknya dirawat, ikut bertanggung jawab untuk kebersihan tempat
WAKTU PELAYANAN
 Tenaga kesehatan bertugas merawat pasien secara bergantian selama 24
jam, yaitu selama 7 hari dalam seminggu.
 Waktu kerja dapat dibagi menjadi 3 shift, yaitu : 1) pukul 07.00 –14.00; 2)
pukul 14.00 –21.00; dan 3) pukul 21.00 –07.00
 Pada kondisi tertentu dokter diharapkan dapat bertugas selama 24 jam, jika
menjumpai pasien dengan keadaan gawat darurat.
FASILITAS RUANGAN DAN SARANA PENUNJANG
 Tempat tidur dan kelengkapannya, misalnya : bantal, sprei, selimut, perlak,
dll.
 Ruang administrasi.
 Ruang konseling kesehatan dan gizi.
 Ruang bermain anak-anak.
 Ruang penyimpanan obat
 Ruang persiapan pembuatan dan penyimpanan makanan formula.
 Dapur dan gudang penyimpanan bahan makanan.
 Sumur, kamar mandi, WC, tempat mencuci dan menjemur.
KELENGKAPAN
 Peralatan medis dan obat-obatan.
 Antropometri set (alat ukur : Berat Badan, Tinggi Badan, dan Panjang Badan)
 Media penyuluhan (KIE).
 Food model, brosur, poster, buku-buku pedoman, dan lain-lain.
 Peralatan dapur, misalnya : kompor, termos, sendok makan, sendok teh ,
piring, gelas, blender, dan sebagainya.
 Bahan pembuat makanan formula, misalnya : susu skim, susu full cream,
mineral mix, gula pasir, beras, sayuran, minyak, dan sebagainya.
LANGKAH PENYELENGGARAAN TFC
 Advokasi dan sosialisasi.
Kegiatan advokasi dan sosialisasi dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan
dari berbagai pihak terkait dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan TFC.
 Penjaringan (screening) sasaran.
Penjaringan sasaran dapat dilakukan melalui kegiatan : penimbangan balita di
Posyandu, pelayanan pengobatan di Puskesmas, survai Pemantauan Status
Gizi, maupun Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi.
 Pelatihan tatalaksana anak gizi buruk.
Pelatihan tatalaksana anak gizi buruk dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta dalam penanganan balita gizi buruk.
Sasaran (peserta) pelatihan adalah Tim Asuhan Gizi, yaitu : Dokter spesialis anak,
Perawat di bagian anak, dan ahli gizi.
 Pelayanan dengan menerapkan tatalaksana anak gizi buruk oleh tenaga yang
sudah terlatih.
Dilakukan dengan mengacu pada buku tatalaksana anak gizi buruk, meliputi
penanganan pada fase stabilitasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.
SESI PERTANYAAN???
 Puspa: apakah ada persyaratan khusus untuk menjadi kader posyandu?
 Hana: imunasasi itu untuk bayi umur berapa saja? Dan ada imunisasi apa
saja?
 Destia: bagaimana pelayanan kesehatan yang komprehensif?
 Hana: jelaskan hubungan peran kader posyandu dengan status gizi balita!
 Puspa: Adakah posyandu untuk lansia? Kalau ada pelayanannya apa saja?
 Destia: Apa pengertian kader? Bagaimana kader mengajak masyarakat ke
posyandu?
 DINAR: Bagaimana jalannya program perbaikan gizi?
 CAMELIA: CONTOH PELAYANAN POSYADU UNTUK IBU HAMIL
 Agnes: Jelaskan penimbangan bayi dibawah garis merah & cakupan d/s?
 Mey: apabila imunisasi tidak sesuai prosudur apa dampaknya?
 Yayah:apa pendapat kalian imunisasi yang baik seperti apa? Lebih baik
diimunisasi atau tidak?

More Related Content

What's hot

PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
Zakiah dr
 
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurusKerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
yusup firmawan
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
Uwes Chaeruman
 
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
ssuserc3081c
 
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyanduMateri 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Manji Lala
 
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
Manji Lala
 

What's hot (20)

PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAPPEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
PEMBINAAN KADER POSYANDU LENGKAP
 
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurusKerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
Kerangka acuan kegiatan validasi balita kurus
 
REFRESHING KADER POSYANDU.pptx
REFRESHING KADER POSYANDU.pptxREFRESHING KADER POSYANDU.pptx
REFRESHING KADER POSYANDU.pptx
 
KAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.docKAK Kelas Balita 2020.doc
KAK Kelas Balita 2020.doc
 
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu LansiaKB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
KB 2 Posyandu Balita & Posyandu Lansia
 
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdfBab 4  PRIORITAS NASIONAL.pdf
Bab 4 PRIORITAS NASIONAL.pdf
 
KAK Jambore Kader.docx
KAK Jambore Kader.docxKAK Jambore Kader.docx
KAK Jambore Kader.docx
 
Contoh indikator ukm
Contoh indikator ukmContoh indikator ukm
Contoh indikator ukm
 
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Rurukan 2022
 
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyanduMateri 2 Tugas-tugas kader posyandu
Materi 2 Tugas-tugas kader posyandu
 
RUK-RPK
RUK-RPK RUK-RPK
RUK-RPK
 
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisataSk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
Sk indikator dan target pencapaian kinerja ukm puskesmas cisata
 
Posyandu
PosyanduPosyandu
Posyandu
 
PIS-PK
PIS-PKPIS-PK
PIS-PK
 
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
Materi 6 [Pelatihan Kader Posyandu]
 
ppt-refreshing-kader-susi.pptx
ppt-refreshing-kader-susi.pptxppt-refreshing-kader-susi.pptx
ppt-refreshing-kader-susi.pptx
 
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kekKerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
Kerangka acuan kegiatan pmt bumil kek
 
Materi 5 peran &amp; tugas kader posyandu
Materi 5 peran &amp; tugas kader posyanduMateri 5 peran &amp; tugas kader posyandu
Materi 5 peran &amp; tugas kader posyandu
 
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SMSOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
SOP DETEKSI DINI DAN RUJUKAN BALITA GIZI BURUK PKM SM
 
44. KAK REFRESHING KADER f.docx
44. KAK REFRESHING KADER f.docx44. KAK REFRESHING KADER f.docx
44. KAK REFRESHING KADER f.docx
 

Similar to Posyandu

Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Operator Warnet Vast Raha
 
194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi
ali mustofa
 

Similar to Posyandu (20)

PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptxPENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
PENYEGARAN KADER POSYANDU-1.pptx
 
posyandu
posyanduposyandu
posyandu
 
Posyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & LansiaPosyandu Balita & Lansia
Posyandu Balita & Lansia
 
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)
 
Materi posyandu
Materi posyanduMateri posyandu
Materi posyandu
 
POSYANDU.ppt
POSYANDU.pptPOSYANDU.ppt
POSYANDU.ppt
 
POSYANDU.ppt
POSYANDU.pptPOSYANDU.ppt
POSYANDU.ppt
 
POSYANDU.ppt
POSYANDU.pptPOSYANDU.ppt
POSYANDU.ppt
 
POSYANDU.ppt
POSYANDU.pptPOSYANDU.ppt
POSYANDU.ppt
 
POSYANDUU.ppt
POSYANDUU.pptPOSYANDUU.ppt
POSYANDUU.ppt
 
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)Kader Pembangunan Manusia (kpm)
Kader Pembangunan Manusia (kpm)
 
PERAN DAN FUNGSI KADER.pptx
PERAN DAN FUNGSI KADER.pptxPERAN DAN FUNGSI KADER.pptx
PERAN DAN FUNGSI KADER.pptx
 
materi bimtek.pptx
materi bimtek.pptxmateri bimtek.pptx
materi bimtek.pptx
 
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah posyandu dan kms AKBID YKN CABANG RAHA
 
POSYANDU
 POSYANDU POSYANDU
POSYANDU
 
194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi194358704 desa-siaga-fifi
194358704 desa-siaga-fifi
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
Ukbm di puskesmas
Ukbm di puskesmasUkbm di puskesmas
Ukbm di puskesmas
 
1. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI MASYARAKAT.pdf
1. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI MASYARAKAT.pdf1. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI MASYARAKAT.pdf
1. KONSEP PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI MASYARAKAT.pdf
 
Makalah komunikasi AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah komunikasi AKBID YKN CABANG RAHA Makalah komunikasi AKBID YKN CABANG RAHA
Makalah komunikasi AKBID YKN CABANG RAHA
 

Recently uploaded

PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 

Recently uploaded (20)

tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 

Posyandu

  • 3. PENGERTIAN TUJUAN SASARAN PELAYANAN LOKASI DAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN / PELAYANAN PERAN KADER PEMELIHARAAN IBU HAMIL & MENYUSUI LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN POSYANDU
  • 4. Pos Pelayanan Keluarga Berencana - Kesehatan Terpadu Sistem pelayanan yang dipadukan antara satu program dengan program lainnya yang merupakan forum komunikasi pelayanan terpadu dan dinamis seperti halnya program KB dengan kesehatan atau berbagai program lainnya yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat. Wadah pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibimbing petugas terkait. PENGERTIAN BKKBN, 1989 DEPKES RI, 2006
  • 5. Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik. Pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu  upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Tujuan: Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu. DEPDAGRI, 1999
  • 6. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat dapat sekaligus pelayanan profesional oleh petugas sektor, serta non-profesional (oleh kader) dan diselenggarakan atas usaha masyarakat sendiri. Posyandu dapat dikembangkan dari pos pengembangan balita, pos imunisasi, pos KB, pos kesehatan. Pelayanan yang diberikan posyandu meliputi: KB, KIA, gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare serta kegiatan sektor lain.
  • 7. MEMPERCEPAT PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU, BAYI, BALITA DAN ANGKA KELAHIRAN MEMPERCEPAT PENERIMAAN NORMA KELUARGA KECIL BAHAGIA DAN SEJAHTERA (NKKBS) MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN IBU UNTUK MENURUNKAN IMR MENGEMBANGKAN KEGIATAN KESEHATAN & KB MENINGKATKAN KEMAMPUAN MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KEGIATAN KESEHATAN WAHANA GERAKAN REPRODUKSI, KETAHANAN, DAN EKONOMI KELUARGA SEJAHTERA
  • 9. LOKASI & PENYELENGGARAAN  Berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat  Prioritas dibentuk ditempat yang rawan dibidang gizi dan kesehatan lingkungan  Pelayanan KB direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama lurah, LKMD, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat kecamatan
  • 10. KEGIATAN / PELAYANAN  Pelayanan gizi  Pencegahan terhadap penyakit  Pengobatan penyakit  Pelayanan kontrasepsi PENIMBANGAN KB PELAYANAN KESEHATAN IMUNISASI
  • 11.  Mencatat pendaftaran  Membentu menimbang  Mencatat dalam buku register, penimbangan dan KMS  Memberikan penyuluhan  Menemukan penderita diare/muntaber, memberikan penyuluhan, memberikan oralit dan merujuk kasus yang berat  Menemukan, mencatat, menyuluh dan merujuk, bayi yang belum diimunisasi petugas kesehatan.
  • 12. PEMELIHARAAN IBU HAMIL  Mencatat dalam buku  Memberikan penyuluhan, merujuk dan memberikan tablet tambah darah PEMELIHARAAN IBU MENYUSUI  Mencatat dalam buku  Memberikan penyuluhan tentang KB dan kesehatan  Merujuk ke petugas kesehatan
  • 13. LANGKAH – LANGKAH PELAKSANAAN KEGIATAN PERSIAPAN
  • 14.  Kader merencanakan kegiatan setelah musyawarah masyarakat desa dan latihan kader sudah selesai.  Kegiatan direncanakan bersama Lurah, LKMD (Sie KB Kes. PKK) dengan bimbingan tim LKMD tingkat kecamatan.  Perencanaan kegiatan meliputi:  Penyusunan tenaga pelaksanaan dan tugasnya dengan memanfaatkan kelompok kegiatan yang ada.  Penyusunan jadwal kegiatan.  Penentuan tempat kegiatan.  Cakupan keluarga/sasaran.  Perlengkapan yang diperlukan.  Kader mengisi registrasi gizi dan KB untuk data desa.  Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke posyandu dengan cara pendekatan kelompok, perorangan melalui tokoh.
  • 15. Sehari sebelum pelaksanaan:  Sebelum pelaksanaan memberitahu kepada ibu hamil, ibu menyusui, PUS, orang tua, bayi dan anak balita agar datang ke posyandu.  Kader menyediakan alat-alat yang diperlukan, meja, kursi, dacin, buku register, poster, KMS, oralit, vit. A, tablet tambah darah, alat kontrasepsi, pemberian obat sederhana. Pada hari pelaksanaan:  Penyuluhan kelompok tentang 5 program terpadu.  Pendaftaran sasaran di buku register, imunisasi.  Penimbangan bayi, balita dicatat di KMS. Di bawah garis merah, 3 x tidak naik, sakit dirujuk ke petugas kesehatan; usia 3-14 bulan pelayanan imunisasi; dan diare diberi oralit, dan penyuluhan kepada orangtua.  Pelayanan ibu hamil, semua ibu hamil diberi obat tambah darah. Rujukan ke Puskesmas bila diperlukan, apabila muka pucat, kaki bengkak, hamil lebih dari 3 x, tinggi badan kurang dari 145 cm, hamil kurang dari 20 tahun dan diatas 30 tahun, perdarahan dari alat kelamin, belum imunisasi.  Pelayanan ibu menyusui, pengobatan, penyuluhan, pelayanan KB. Rujukan ke Puskesmas.  Pelayanan pasangan usia subur, kegiatan di Posyandu 1-2 x sebulan. Waktu yang dipilih merupakan hasil kesepakatan bersama antara Lurah, LKMD, masyarakat dan Puskesmas. PELAKSANAAN
  • 16. PEMBINAAN POSYANDU Pertemuan untuk membahas hasil kegiatan dan mengusahakan dukungan masyarakat melalui penyuluhan KB dan kesehatan pada setiap kesempatan yang ada seperti arisan, pengajian, selamatan, pertunjukkan. Mengajak masyarakat ikut terlibat dalam pelaksanaan. Menggali dan menghimpun kemampuan masyarakat untuk melengkapi kebutuhan Posyandu dengan dana, sarana, pemikiran. Mengusahakan swadaya masyarakat seperti dana sehat, usaha peningkatan pendapatan keluarga, koperasi simpan pinjam. Kunjungan rumah bagi peserta yang tidak hadir di Posyandu. Melaporkan masalah dan perkembangan kepada Lurah/LKMD. Mengusahakan kegiatan untuk pembinaan kader seperti olahraga, arisan, karyawisata, kesenian, koperasi, pakaian seragam dan lain-lain.
  • 17. KMS KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang anak. KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan SKDN. SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:  S= adalah jumlah balita yang ada diwilayah posyandu,  K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,  D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,  N= jumlah balita yang naik berat badanya. Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S), kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S).
  • 18. STRATIFIKASI POSYANDU TINGKAT PENCAPAIAN  ORGANISASI DAN PROGRAM
  • 19. POSYANDU PRATAMA  POSYANDU MASIH BELUM MANTAP  KEGIATAN BELUM RUTIN TIAP BULAN  KADER AKTIFNYA TERBATAS  MASYARAKAT BELUM SIAP INTERVENSI: • MEMOTIVASI MASYARAKAT • MENAMBAH JUMLAH KADER
  • 20. POSYANDU MADYA POSYANDU SUDAH MELAKSANAKAN KEGIATAN LEBIH DARI 8X PERTAHUN JUMLAH KADER TUGAS 5 ORANG ATAU LEBIH CAKUPAN PROGRAM UTAMA (KB, KIA, GIZI & IMUNISASI) MASIH RENDAH <50% INTERVENSI: • MENGGIATKAN KADER • MENINGKATKAN CAKUPAN MASYARAKAT DENGAN PENDEKATAN PKMD
  • 21. POSYANDU PURNAMA  Posyandu melaksanakan kegiatan lebih dari 8x pertahun  Jumlah kader tugas 5 orang atau lebih  Cakupan program utama masih rendah <50%  Ada program tambahan seperti Dana Sehat yang masih sederhana INTERVENSI: • SOSIALISASI PROGRAM DANA SEHAT • PELATIHAN DANA SEHAT
  • 22. POSYANDU MANDIRI  Posyandu yang melakukan kegiatan teratur setiap bulan  Cakupan 5 program utama bagus  Program tambahan dan Dana Sehat sudah >50%  Pembinaan dana sehat INTERVENSI: • PEMBINAAN PROGRAM DANA SEHAT • MEMPERBANYAK PROGRAM TAMBAHAN
  • 23. Penggolongan diatas berdasarkan 8 indikator, yaitu: Frekuensi Penimbangan Pertahun Seharusnya posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila teratur ada 12x kegiatan. Kenyataannya tidak semua posyandu sanggup melaksanakan kegiatan setiap bulan. Maka diambil batasan 8x Rata-Rata Jumlah Kader Pada Hari H Posyandu Jika jumlah kader 5 orang atau lebih tanda kegiatannya tertangani dengan baik. Semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin tercapai pula upaya revitalisasi posyandu.
  • 24. Cakupan D/S Peran serta masyarakat dianggap baik bila D/S dapat mencapai 50 %. S JUMLAH BALITA DI POSYANDU D JUMLAH BALITA YANG DTANG BULAN INI N JUMLAH BALITA YANG NAIK BERAT BADANNYA K JUMLAH BALITA YANG TERDAFTAR DAN MEMILIKI KMS Cakupan Imunisasi Cakupan Ibu Hamil Cakupan KB Ketiga cakupan ini dihitung secara kumulatif selama 1 tahun. Cakupan ini dianggap baik bila mencapai >50%
  • 25. Program Tambahan Posyandu pada mulanya melaksanakan 5 program yaitu : KIA, KB, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penaggulangan Diare. Bila telah mantap, maka programnya dapat ditambahan. Program tambahan disini adalah bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat seperti : Bina Keluarga Balita, Pos Obat Desa, Pondok Bersalin Desa, dan sebagainya. Dana Sehat Dana sehat merupakan wahana untuk memandirikan posyandu. Diharapkan bila dana sehat telah mampu membiayai posyandu, maka tingkat kemandirian masyarakat sudah baik. Sebagai ukuran digunakan persentase kepala keluarga (KK) yang ikut dana sehat, dikatakan baik bila cakupan > 50 %.
  • 26. NO INDIKATOR PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI 1 Frek. Penimbangan <5 >8 >5 2 Rerata Kader tugas <8 3 Rerata Cakupan D/S <50% <50% 4 Cakupan Kumulatif Kb <50% <50% 5 Cakupan Kumulatif KIA <50% <50% 6 Cakupan Kumulatif Imunisasi <50% <50% 7 Program Tambahan (-) (+) 8 Cakupan dana sehat 50% >50% Kriteria Kategori Posyandu Sumber : Depkes RI, 2004
  • 27. MEJA I Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui MEJA II Penimbangan balita MEJA III Pencatatan hasil penimbangan MEJA IV Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui MEJA V Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit
  • 28. MDGS KESEHATAN Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan adalah:  Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi kesehatan setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.  Memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan meningkatnya pelayanan kesehatan, pemerintah berupaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Karena kesehatan merupakan salah satu tiang utama dalam usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia maupun kesejahteraan masyarakat.
  • 29. Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan dari pembangunan di setiap negara, agar keadaan bumi yang aman, makmur, dan sejahtera dapat tercapai. Untuk mewujudkan semua itu, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB yang diwakili oleh kepala negara dan kepala pemerintahan sepakat untuk melahirkan sebuah deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Tujuan Pembagunan Millenium. Deklarasi itu berdasarkan pendekatan yang inklusif, dan berpijak pada perhatian bagi pemenuhan hak-hak dasar manusia. Di dalam KTT Milenium tersebut juga dihasilkan konsensus yang merangkai upaya-upaya untuk mencapai tujuan MDGs dengan perhatian utama pada hak asasi manusia, tata pemerintahan yang baik, demokratisasi, pencegahan konflik, dan pembangunan perdamaian.
  • 30. Pada mulanya, MDGs merupakan sebuah review atas kebijakan pembangunan yang dikeluarkan oleh OECD-DAC pada pertengahan tahun 1990 dan kemudian dimasukkan kedalam Tujuan Pembangunan Internasional (Internasional Development Goals) tahun 2000 dan direvisi menjadi Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) pada KTT Milenium. Setiap tujuan (goal) dari MDGs memiliki satu atau beberapa target dengan beberapa indikatornya. MDGs memiliki 8 tujuan, 18 target, dan 48 indikator yang telah disusun oleh konsensus para ahli dari sekertariat PBB, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi untuk Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi (OECD) dan Bank Dunia. Masing-masing indicator digunakan untuk memonitor perkembangan pencapaian setiap tujuan dan target. Selain Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), ada beberapa tujuan pembangunan yang lain ditetapkan pada dekade 1960-an hingga 1980-an. Sebagian terlahir dari konferensi global yang diselenggarakan PBB pada 1990-an, termasuk KTT Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, serta KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. MDGs tidak bertentangan dengan komitmen global yang sebelumnya karena sebagian dari MDGs itu telah dicanangkan dalam Tujuan Pembangunan Internasional (IDG), oleh negara-negara maju yang tergabung dalam OECD pada 1996 hingga selanjutnya diadopsi oleh PBB, Bank Dunia dan IMF.
  • 31. Beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan MDGs adalah sebagai berikut: Pertama, MDGs bukan tujuan PBB, sekalipun PBB merupakan lembaga yang aktif terlibat dalam promosi global untuk merealisasikannya. MDGs adalah tujuan dan tanggungjawab dari semua negara yang berpartisipasi dalam KTT Milenium, baik pada rakyatnya maupun secara bersama antar pemerintahan. Kedua, tujuh dari delapan tujuan telah dikuantitatifkan sebagai target dengan waktu pencapaian yang jelas, hingga memungkinkan pengukuran dan pelaporan kemajuan secara objektif dengan indikator yang sebagian besar secara internasional dapat diperbandingkan. Ketiga, tujuan-tujuan dalam MDGs saling terkait satu dengan yang lain. Keempat, dengan dukungan PBB, terjadi upaya global untuk memantau kemajuan, meningkatkan perhatian, mendorong tindakan dan penelitian yang akan menjadi landasan intelektual bagi reformasi kebijakan, pembangunan kapasitas dan memobilisasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai semua target.
  • 32. Kelima, 18 belas target dan lebih dari 40 indikator terkait ditetapkan untuk dapat dicapai dalam jangka waktu 25 tahun antara 1990 dan 2015. Sekalipun MDGs merupakan sebuah komitmen global tetapi diupayakan untuk lebih mengakomodasikan nilai-nilai lokal sesuai dengan karakteristik masing-masing negara sehingga lebih mudah untuk diaplikasikan. Dalam sidang umum PBB yang ke-60 pada tanggal 14-16 September 2005, dilakukan juga evaluasi pelaksanaan lima tahun MDGs. Dalam evaluasi tersebut dikatakan bahwa 50 negara gagal mencapai paling sedikit satu target MDGs. Sedangkan 65 negara lainnya beresiko untuk sama sekali gagal mencapai paling tidak satu MDGs hingga 2040. Sehingga hingga kini, MDGs masih menjadi suatu perdebatan tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam MDGs, sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana cara pencapaian MDGs.
  • 33. 1. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan oleh MDGs yaitu, Angka Kematian Balita (AKBA) menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Angka Kematian Bayi (AKB) menurun dari 68/1000 kelahiran menjadi 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 1999 sedangkan MDGs menargetkan angka kematian bayi dan balita 65/1000 kelahiran hidup. Indonesia sedang mencanangkan Program Nasional Anak Indonesia yang menjadikan isu kematian bayi dan balita sebagai salah satu bagian terpenting. Program tersebut merupakan bagian dari Visi Anak Indonesia 2015, sebuah gerakan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, mulai dari pemerintah, sektor swasta hingga akademisi dan masyarakat sipil. Secara bersama-sama, kelompok ini berusaha meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejaheraan bayi dan balita. Selain mempromosikan hidup sehat untuk anak dan peningkatan akses serta kualitas terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, bagian dari target MDGs keempat adalah untuk meningkatkan proporsi kelahiran yang dibantu tenaga terlatih. Sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku di masyarakat untuk lebih aktif mencari pelayanan kesehatan, terutama untuk anak dan balita. TUJUAN MDGS
  • 34. 2. MeningkatkanKesehatanIbu Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia menurun dari 390 (SDKI 1994) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003). Penurunan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan dari 46,13 persen menjadi 72,4 persen. Meskipun diperkirakan AKI saat ini lebih rendah lagi, untuk dapat mencapai tujuan MDGs, perlu upaya yang lebih keras lagi. Pencapaian target MDGs sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup akan dapat terwujud hanya jika dilakukan upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Kematian ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan kesehatan selama kehamilan dan persalinan. Penyebab utama kematian Ibu adalah perdarahan, infeksi, eklampsi, partus lama dan komplikasi abortus.
  • 35. 3. Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya Jumlah kasus HIV yang masuk perawatan mengalami peningkatan, tahun 2010 sebanyak 15.275 orang. Sedangkan jumlah kasus AIDS pada tahun 2010 sebanyak 4.158 orang. Angka penemuan kasus TB (CDR) dan angka keberhasilan TB (SR) tahun 2009 sudah melampaui target MDGs tahun 2015. Sementara angka kesakitan malaria yang diukur dengan angka API (Annual Parasite Incidence) menunjukkan penurunan pada periode 5 tahun s/d 2010 menjadi angka 1,58. Angka ini telah mendekati target MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015.
  • 36. 4. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Tujuan pertama ini memiliki dua target besar. Pertama, menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $1 (PPP) per hari. Kedua, menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara 1990-2015. 5. Menciptakan pendidikan dasar untuk semua. Pendidikan yang merata merupakan suatu hal yang mendasar. Dalam tujuan ini memastikan pada 2015 semua anak- anak di manapun, baik laki-laki maupun perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. 6. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Masalah gender merupakan suatu hal yang sering menjadi perdebatan. Maka dari itu, tujuan ketiga yakni menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan.
  • 37. 7. Memastikan kelestarian hidup. Bukan hanya dari segi kesehatan perorangan, namun tujuan dari MDGs ini juga menjaga kelestarian hidup. Target dalam tujuan ini adalah memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional, serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang. 8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan. Dalam hal pembangunan di setiap negara, maka disepakati beberapa target, seperti, mengembangkan lebih lanjut mengenai sistem perdagangan, menanggapi kebutuhan khusua negara- negara yang belum berkembang, menanggapi kebutuhan khusus negara-negara yang hanya berbatasan dengan daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang melalui program aksi untuk pembangunan berkelanjutan, dan menyelesaikan secara menyeluruh masalah utang negara-negara berkembang.
  • 38. Secara umum, pencapaian MDGs pada bidang kesehatan di Indonesia cukup baik. Kematian bayi dan kematian balita dapat diturunkan dengan relatif cepat. Dengan perkembangan tersebut, kemungkinan besar, target MDGs untuk penurunan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita pada tahun 2015 akan tercapai. Angka Kematian ibu juga menunjukkan penurunan yang cukup berarti. Walaupun begitu, diperlukan upaya yang lebih keras untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu untuk mencapai target MDGs. Dalam hal pengendalian penyakit menular, upaya penanggulangan tuberkulosis (TB) telah berhasil menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Namun perkembangan penyakit HIV/AIDS dan malaria yang cukup mengkhawatirkan masih merupakan persoalan serius dan perlu mendapat penanganan khusus. Untuk itu, dibutuhkan partisipasi semua kalangan untuk mewujudkan Indonesia sehat dengan mengoptimalkan pelaksanaan program MDGs 2015.
  • 39. TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )
  • 40. Balita yang sehat dan cerdas adalah idaman bagi setiap orang. Namun apa yang terjadi jika balita menderita gizi buruk?. Di samping dampak langsung terhadap kesakitan dan kematian, gizi buruk juga berdampak terjadinya gangguan pertumbuhan, perkembangan intelektual, dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan. Berdasarkan hasil survey Pemantauan Status Gizi (PSG) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) tahun 2010 diketahui bahwa prevalensi gizi buruk di Jawa Timur adalah sebesar 2,5 % .Sedangkan dari hasil laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) gizi buruk tahun 2011 di Jawa Timur terdapat 6925 anak yang menderita gizi buruk. Guna mengantisipasi makin parahnya kondisi yang mungkin terjadi akibat kejadian gizi buruk, maka pemerintahan Jawa Timur telah melakukan upaya yang diharapkan mampu memberikan hasil yang signifikan dalam menurunkan / mengurangi masalah gizi yang masih ada ini yaitu melalui pengembangan program TFC (Therapeutic Feeding Centre) atau Panti Pemulihan Gizi. Dibawah ini diinformasikan tentang gambaran tentang program TFC secara garis besar.
  • 41. DEFINISI  TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) atau PPG ( Pusat Pemulihan Gizi ) adalah pusat pemulihan gizi buruk dengan perawatan serta pemberian makanan anak secara intensif dan adekuat sesuai usia dan kondisinya, dengan melibatkan peran serta orang tua (ibu)agar dapat mandiri ketika kembali ke rumah.  TFC merupakan tempat pemberian makanan tambahan disertai dengan terapi diet dan medis pada anak yang menderita gizi buruk (sangat kurus) yang bertujuan menurunkan angka kematian balita.  Perawatan di TFC dilakukan meliputi 3 aspek, yaitu aspek : medis, nutrisi, dan keperawatan.
  • 42. TUJUAN Umum : Meningkatkan status gizi dalam rangka perbaikan gizi masyarakat Khusus : a. Meningkatkan penanganan gizi buruk b. Menurunkan angka kematian akibat gizi buruk c. Melaksanakan tata laksana gizi buruk d. Mendekatkan pelayanan pada masyarakat e. Memperbaiki dan meningkatkan status gizi
  • 43. SASARAN  Balita kurus dan balita sangat kurus dilakukan penapisan dari pemantauan pertumbuhan balita disemua Posyandu.  Balita yang hasil penimbangannya pada Kartu Menuju Sehat (KMS) berada di bawah garis merah (BGM) atau selama 2 (dua) kali berturut-turut berat badannya tidak naik, yang dikenal dengan istilah “2T”  Balita BGM dan 2 T dilakukan penapisan dengan menilai berat badan dibanding panjang badan atau tinggi badannya. Jika balita tersebut termasuk kategori balita kurus maupun balita sangat kurus, maka balita tersebut perlu mendapat penanganan (intervensi) di TFC.
  • 44. TEMPAT TFC dapat dikembangkan dengan membuat bangunan tambahan secara khusus atau memanfaatkan bangunan (ruangan) yang telah ada di Rumah Sakit maupun Puskesmas Perawatan.
  • 45. TENAGA PELAKSANA  Dokter: 1 orang  Perawat supervisor, dengan latar belakang pendidikan Diploma III : 1 orang  Perawat, dengan latar belakang pendidikan Diploma III atau SPK: 3 orang  Ahli gizi, dengan latar belakang pendidikan Diploma III: 1 orang  Tenaga masak: 1 orang  Ibu yang anaknya dirawat, ikut bertanggung jawab untuk kebersihan tempat
  • 46. WAKTU PELAYANAN  Tenaga kesehatan bertugas merawat pasien secara bergantian selama 24 jam, yaitu selama 7 hari dalam seminggu.  Waktu kerja dapat dibagi menjadi 3 shift, yaitu : 1) pukul 07.00 –14.00; 2) pukul 14.00 –21.00; dan 3) pukul 21.00 –07.00  Pada kondisi tertentu dokter diharapkan dapat bertugas selama 24 jam, jika menjumpai pasien dengan keadaan gawat darurat.
  • 47. FASILITAS RUANGAN DAN SARANA PENUNJANG  Tempat tidur dan kelengkapannya, misalnya : bantal, sprei, selimut, perlak, dll.  Ruang administrasi.  Ruang konseling kesehatan dan gizi.  Ruang bermain anak-anak.  Ruang penyimpanan obat  Ruang persiapan pembuatan dan penyimpanan makanan formula.  Dapur dan gudang penyimpanan bahan makanan.  Sumur, kamar mandi, WC, tempat mencuci dan menjemur.
  • 48. KELENGKAPAN  Peralatan medis dan obat-obatan.  Antropometri set (alat ukur : Berat Badan, Tinggi Badan, dan Panjang Badan)  Media penyuluhan (KIE).  Food model, brosur, poster, buku-buku pedoman, dan lain-lain.  Peralatan dapur, misalnya : kompor, termos, sendok makan, sendok teh , piring, gelas, blender, dan sebagainya.  Bahan pembuat makanan formula, misalnya : susu skim, susu full cream, mineral mix, gula pasir, beras, sayuran, minyak, dan sebagainya.
  • 49. LANGKAH PENYELENGGARAAN TFC  Advokasi dan sosialisasi. Kegiatan advokasi dan sosialisasi dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan TFC.  Penjaringan (screening) sasaran. Penjaringan sasaran dapat dilakukan melalui kegiatan : penimbangan balita di Posyandu, pelayanan pengobatan di Puskesmas, survai Pemantauan Status Gizi, maupun Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi.
  • 50.  Pelatihan tatalaksana anak gizi buruk. Pelatihan tatalaksana anak gizi buruk dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam penanganan balita gizi buruk. Sasaran (peserta) pelatihan adalah Tim Asuhan Gizi, yaitu : Dokter spesialis anak, Perawat di bagian anak, dan ahli gizi.  Pelayanan dengan menerapkan tatalaksana anak gizi buruk oleh tenaga yang sudah terlatih. Dilakukan dengan mengacu pada buku tatalaksana anak gizi buruk, meliputi penanganan pada fase stabilitasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi.
  • 51. SESI PERTANYAAN???  Puspa: apakah ada persyaratan khusus untuk menjadi kader posyandu?  Hana: imunasasi itu untuk bayi umur berapa saja? Dan ada imunisasi apa saja?  Destia: bagaimana pelayanan kesehatan yang komprehensif?  Hana: jelaskan hubungan peran kader posyandu dengan status gizi balita!  Puspa: Adakah posyandu untuk lansia? Kalau ada pelayanannya apa saja?  Destia: Apa pengertian kader? Bagaimana kader mengajak masyarakat ke posyandu?
  • 52.  DINAR: Bagaimana jalannya program perbaikan gizi?  CAMELIA: CONTOH PELAYANAN POSYADU UNTUK IBU HAMIL  Agnes: Jelaskan penimbangan bayi dibawah garis merah & cakupan d/s?  Mey: apabila imunisasi tidak sesuai prosudur apa dampaknya?  Yayah:apa pendapat kalian imunisasi yang baik seperti apa? Lebih baik diimunisasi atau tidak?