4. TATA RUANG TRADISIONAL
Sistem pengaturan tata ruang tradisional ada
dua system yaitu:
1. Aturan geometris yang dikaitkan dengan
Kosmologis dan Agama
2. Aturan yang berkaitan dengan hubungan
Sosial Masyarakat
5. TATA RUANG MODERN
Akibat Perkembangan zaman, aturan agama dan
social digeser oleh factor teknologi dan ekonomi
sehingga memunculkan konsep “FORM FOLLOW
FUNCTION”
6. TATA RUANG
FORM FOLLOW FUNCTION memiliki kelemahan
yaitu tidak memiliki sifat manusiawi dalam
pelaksanaannya. Hal ini memunculkan sebuah
konsep baru yang lebih manusiawi yaitu “FORM
FOLLOWCULTURE”
15. PENGEMBANGAN KAWASAN TERBUKA
(OPEN DEVELOPMENT)
1. Skala pengembangan kawasan tumbuh menyatu dengan
struktur kehidupan baik ruang maupun pola masyarakat
2. Perkembangan Kawasan bersifat spontan/ tumbuh atas
inisiatif masyarakat local
3. Pengembangan yang berskala lebih kecil memberi peluang
bagi keterlibatan masyarakat dalam usaha jasa
kepariwisataan sehingga dampak ekonomi pariwisata
dapat diterima secara langsung dan besar oleh
masyarakat local
4. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens atara
wisatawan dengan masyarakat.
5. Pengembangan infrastruktur dapat memanfaat kan
langsung infrastruktur yang sudah ada.
16. PENGEMBANGAN KAWASAN SKALA TERTUTUP
(ENCLAVE-SCALE DEVELOPMENT)
1. Lokasi pengembangan yang dibentuk sebagai kawasan
pariwisata secara fisik terpisah dari komunitas local
2. Kawasan dikembangakan melalui perencanaan yang
cermat dan professional dan diproyeksikan untuk investor
dengan jaringan internasional sebagai pelaku utama usaha
jasa kepariwisataan
3. Interaksi ekonomi dan social antar masyarakat sangat
terbatas
4. Infrastruktur dan fasilitas di dalam kawasan
dikembangkan dan diprioritaskan untuk wisatawan
5. Pengembangakan enclave bertujuan untuk menarik
investor dan membangun image kuat untuk membantu
mempromosikan suatu kawasan
17. PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA TERPADU
(INTEGRATED DEVELOPMENT)
1. Secara fisik pengembangan kawasan dengan pola
keruangan yang tertata dan berdampingan dengan
komunitas local
2. Pengembangan yang terintegrasi memberikan peluang
keterlibatan masyarakat local dalam pengembangan usaha
dan jasa kepariwisataan baik secar langsung maupun tidak
langsung
3. Memungkinkan interaksi lebih terbuka dan intens atara
wisatawan dengan masyarakat.
4. Pengembangan infrastruktur dapat memanfaat kan
langsung infrastruktur yang sudah ada.
5. Karena dimungkinkan kemitraan antar kemitraan usaha
skala besar dan skal kecil maka penerimaan masyarakat
terhadap wisatawan relative baik dan terbuka
19. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
Area Yang Sudah
Berkembang
Area berkonservasi
A. TERSTRUKTUR
• Tatanan zona kegiatan
memiliki SISTEM YANG
UTUH antara zona
pemanfaatn dan zona
konservasi
• Memiliki ORIENTASI
KAWASAN YANG JELAS
melalui keberadaan suatu
pusat kawasan suatu pusat
kawasan sebagai orientasi
pengunjung
20. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
B. TERINTEGRASI
• Tatanan kawasan/ fungsi
kegiatan yang
mengambarkan
HUBUNGAN FUNGSIONAL
DAN SPASIAL YANG
KOMPAK DAN EFISIEN
antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang
lainnya
21. RENCANA TATA RUANG PARIWISATA
C. MEMILIKI ORIENTASI WILAYAH Akses Laut
DAN GERBANG YANG JELAS
• Bentuk “gerbang” yang
tegas sebagai area transisi
dan area penerima ke
kawasan
Akses Darat
GATE
23. AMENITAS
Akomodasi, rumah makan, toko
cindramata, fasilitas penukaran uang,
biro perjalanan, pusat informasi
wisata
ATARKSI
Wisata alam, wisata
budaya, wisata minat
khusus
AKSES
Transportasi, fasilitas
terminal, bandara,
pelabuhan, dan moda
transportasi
ANCILLARY
Kelembagaan, peraturan dan
kebijakan yang mendukung
terlaksananya kegiatan
pariwisata
COMMUNITY ENVELOPMENT
Keterlibatan masyarakat
DESTINASI
PARIWISATA
24. ILUSTRASI KONSEP DESTINASI
Fasilitas Umum/ penunjang
Daya Tarik Wisata
(objek tunggal/ kawasan)
Masyarakat Lokal
Batas Geografi
Wilayah
Aksesibilitas/
pencapaian ke
daerah
Fasilitas
Pariwisata
Akses antara
objek
25. ILUSTRASI KONSEP
DAYA TARIK WISATA
ZONA
PENUNJANG
ZONA
PENGEMBANGAN
ZONA
PENYANGGA
ZONA INTI
Daya Tarik Wisata
(objek tunggal/
kawasan)
Area pendukung/
pelindung zona inti
Area yang diperuntukan
bagi pengembangan
potensi ODTW baik itu
kepentingan rekreasi,
daerah konservasi
lingkungan alam,
lansekap budaya,
kehidupan budaya
tradisional, keagamaan,
dan kepariwisataan
Area yang
diperuntukkan bagi
sarana dan
prasarana penunjang
serta untuk kegiatan
komersial dan
rekreasi umum
26. PENGERTIAN
Zona adalah kawasan atau
area yang memiliki fungsi dan
karakteristik lingkungan yang
spesifik.
Zoning adalah pembagian
kawasan ke dalam beberapa
zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau
diarahkan bagi pengembangan
fungsi-fungsi lain.
27. TUJUAN
Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas
kegiatan.
Mengatur keseimbangan dan keserasian
peruntukan tanah dan menentukan tindak atas
suatu satuan ruang.
Melindungi kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan masyarakat.
Mencegah kesemrawutan, menyediakan
pelayanan umum yang memadai serta
meningkatkan kualitas hidup.
Meminimalkan dampak pembangunan yang
merugikan.
Memudahkan pengambilan keputusan secara
tidak memihak dan berhasil guna serta
mendorong peran serta masyarakat.