SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan pengaruh besar
terhadap dunia pendidikan selarna beberapa abad. Sebagai sebuah filsafat, ideaIisme
kurang memberikan pengaruh secara langsung terhadap pendidikan pada abad ke-20
dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, secara tidak
langsung, gagasan-gagasan idealisme masih saja merembes ke dalam pemikiran
pendidikan barat. Sebelum menjadi sebuah aliran filsafat yang berkembang di abad ke- 19
M. sebenarnya gagasan-gagasan idealisme telah diperkenalkan oleh Plato jauh sebelum
itu. Secara histoiis, idealisme telah diformulasi dengan jelas dan diintrodusir oleh Plato
pada abad ke-4 sebelum Masehi (S.M). Dengan gagasan-gagasan dan pemikiran filosofis
tersebut, akhirnya Plato dijuluki dengan bapak idealisme. Filsafat idealisme berkembang
dengan pesat. Idealisme, dengan penekanannya pada kebenaran yang tak berubah,
mempunyai pengaruh kuat terhadap pernikiran kefilsafatan. Gereja Kristen tumbuh dan
berkembang di dunia, dirembesi oleh neo-platonisme. Dalam dunia pemikiran moden,
idealisme ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh seperti Rene Descartes (1596-1650),
George Berkeley (1685-1753)), Immanuel Kant ( 1724- 1804) dan George Hegel (1770-
1831). Tokoh idealisme yang menerapkan gagasan-gagasan idealisme pada pendidikan
modern di antaranya adalah J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarahnya,
idealisme terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama berfokus kepada aspek
spiritual dan moral.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat idealisme?
2. Siapakah tokoh-tokoh filsafat idealisme?
3. Apa saja jenis-jenis filsafat idealisme?
4. Apa pokok-pokok pikiran filsafat idealisme?
5. Bagaimana gagasan idealisme berimpilikasi dalam bidang pendidikan?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Idealisme
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah
ini diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Kata idealis itu dapat
mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang
tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada
kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat
digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri
dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan
kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada
materi.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya
adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat
bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi
dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya
dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu
sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari
kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa
adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi
menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan
bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang
utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun,
materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab,
seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan
roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus
meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah
materi itu.
3
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada
karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia.
Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia
maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang
mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup
akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia.
B. Tokoh-tokoh Idealisme
1. J.G. Fichte (1762 – 1914 M)
Johann Gottlieb Fichte adalah filsuf Jerman, ia belajar teologi di Universitas Jena
dan Leipzig pada tahun 1780 – 1788 M. berkenalan dengan filsafat Kant di Leipzig
1790 M. Berkelana ke Konigsberg untuk menemui Kant dengan menulis Critique of
Revelation pada zaman Kant. Pada tahun 1810 – 1812 ia menjadi rektor Universitas
Berlin.
Filsafatnya disebut Wissenchaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Dengan melalui
metoda deduktif Fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya
benda-benda (non-Ego). Karena Ego berpikir, mengiyakan diri maka terlahirlah non-
Ego (benda-benda). Dengan secara dialektif (berpikir dengan metoda: tese, anti tese,
sintese) Fichte mencoba menjelaskan adanya benda-benda.
Tese: Ego atau Aku meneguhkan diri bahwa ia ada. Antitese: meneguhkan diri
sebagai ada baru mungkin jika Ego (Aku) membedakan diri dengan yang non-Ego
(benda-benda) jadi Ego meneguhkan adanya yang non-Ego.
Sintesa: oleh karena Egosekarang tidak lagi tunggal, maka Ego dalam kesadarnnya
berhadapan dengan suatu dunia. Perbedaan dan kesatuan telah memasuki
pengalamannya. Keduanya, Ego dan non-ego (dunia), bukanlah dualisms yang mutlak,
sebab itu hanyalah merupakan aktivitas atau perbuatan Ego yang menciptakan.
Secara sederhana dialektika Fichte itu dapat diterangkan sebagai beirkut : manusia
memandang objek benda-benda dengan indranya. Dalam mengindra objek tersebut,
manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses
intelektualnya untuk mebentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian
seperti yang dipikirkannya.
Dengan demikian, jelaslah bawha realitas merupakan buah hasil aktivitas pikir
subjek. Pandangan dia mengenai etika adalah bahwa tugas moral manusia didasarkan
atas pikiran bahwa anusia berkewajiban menghargai dirinya sebagai makhluk yang
bebeas dan bahwa ia senantiasa berbuat dengan tidak memperkosa kebebasan orang
4
lain. Fitche menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas,tugaslah
yang menjadi pendorong moral. Isi hokum moral ialah berbuatlah menurut katahatimu.
Bagi seorang idealis, hokum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah
menuju kesempurnaan spiritual. Itu hanya dapat dicapai dalam masyarakat yang
anggota-anggotanya adalah pribadi yang bebas merealisasikan diri mereka dalam kerja
untuk masyarakat. Pada tingkat yang lebih tinggi, keimanan dan harapan manusia
muncul dalam kasih Tuhan.
2. F.W.J. Schelling (1775 – 1854 M)
Friedrich Willem Joseph Schelling telah mencapai kematangan sebagai filsuf pada
waktu itu ia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, ketika usianya baru 23 tahun, ia
telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya
selalu berkembang. Namun, kontinuitasnya tetap ada. Pada periode terakhir dalam
hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Dia adalah filsuf
idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan
Idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte. Bersama Hichte dan Hegel,
Schelling adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikiranyya pun merupakan mata
rantai antara Fichte dan Hegel.
Seperti Fichte, Schelling mula-mula berusaha menggambarkan jalan yang dilalui
intelek dalam proses mengetahui, semacam epistemology. Fichte memandang alam
semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral, Schelling
membahas realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi Idealisme absolut Hegel.
Dalam pandangan Schelling, realitas adalah identic dengan gerakan pemikiran yang
berevolusi secara dialektis. Akan tetapi, ia berbeda dalam berbagai hal dari Hegel. Pada
Schelling, juga pada Hegel, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju
realisasi berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir, kita dapat mengetahui dunia secara
sempurna dengan cara melacak proses logis perubahan sifat dan sejarah masa lalu.
Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna. Schelling
menyebut proses ini identitas absolut, Hegel menyebutkan ideal. Pada bagian-bagian
akhir hidupnya Schelling membantah panteisme yang pernah dianutnya. Ia menjadi
voluntaris dan melancarkan kritik terhadap semua bentuk Rasionalisme. Alam semesta
ini, katanya, tidak pernah dibayangkan sebagai sistem rasional. Sejak tahun 1809 M ia
berusaha mengembangkan metafisika epirisme. Di sini ia memperlihatkan bahwa
susunan rasional adalah konstruksi hipotesis yang memrlukan pembuktian nyata baik
5
pada alam maupun pada sejarah. Ia juga menambahkan bahwa kategori agama pada
akhirnya merupakan pernyatan yang lebih berarti daipada realitas yang lain.
Dalam filsafatnya ia mengatakan, jika kita memikirkan pengetahuan (objek
pemikiran, kita akan selalu membedakan antara objek yang di luar kita dan
penggemabaran objek-objek itu secara subjektif di dalam diri kita (subjek).
Penggambaran yang sibjektif itu kemudian menjadi sasaran pemikiran kita.
Tentang manusia dan alam sebagai yang diketahuinya, Schelling menggambarkan
bahwa ketika orang mengadakan penyelidikan ilmiah tentang alam, subjek (jiwa, roh)
mengajukan pertanyaan pada alam, sedangkan alam dipaksa untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bahwa aalam dapat menjawab pertanyaan itu,
ini berarti bahwa alam itu sendiri bersifat akal atau ide. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa alam tidak lain adalah roh/jiwa yang tampak, sedang roh adalah
alam yang tidak tampak.
Di sini alam yang objektif dan alam yang subjektif mewujudkan satu kesatuan.
Pandangan Schelling tentang alam diperkuat dengan teorinya tentang Aku Yang
Mutlak. Bahwa aku mutlak mengobjektifkan dirinya dalam alam yang ideal, jadi alam
sebagai yang diciptakan merupakan penampakan dari alam yang menciptakan.
Filsafat Schelling dapat diringkaskan sebagai beriut ini: Bahwa Yang Mutlak atau
Rasio Mutlak adalah sebagai identitas Murni atau Indiferensi, dalam arti tidak
mengenal perbedaan antara yang subjektif dengan yang objektif. Yang Mut;ak
menjelmakan diri dalam dua potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal
(gambaran alam yang subjektif dari subjek). Yang mutlak sebagai Identitas Yang
Mutlak menjadi roh (subjek) dan alam (objek) yang subjektif dan yang objektif, yang
sadar dan yang tak sadar. Tetapi yang Mutlak itu sendiiri bukanlah roh dan bukan pula
alam, bukan yang objektif dan bukan pula yang subjektif, sebab Yang Mutlak adalah
Identitas Mutlak atau Indiferensi Mutlak.
Dengan mengukuti logika-tiga Fichta (tesis-anti tesis-sintesis), ia menerapkannya
pada alam dan sejarah. Dari sini Schelliing membangun tiga tahap sejarah:
a. Masa primitif yang ditandai oleh dominasi nasib,
b. Masa Romawi yang ditandai oleh reaksi aktif manusia terhadap nasib, ini masih
berlangsung hingga sekaran, dan
c. Masa datang yang akan merupakan sintesis dua masa itu yang akan terjadi secara
seimbang dalam kehidupan; di sana yang aktual dan yang ideal akan bersintesis.
6
3. G. W. F. Hegel (1770 – 1031 M)
George Wilhem Friedrich hegel lahir pada tahun 1770 M di Stuttgart. Ini adalah
tahun-tahun Revolusi Prancis yang terkenal itu (1789 M), juga merupakan tahun-tahun
berbunganya kesusastraan Jerman. Lensing, Goethe, dan Schiller hidup pada periode
ini juga. Firedrich Holderlin, sastrawan puisi jerman terbesar, adalah kawan dekat
Hegel, juga lahir pada tahun 1770 M, sama dengan pengarang lagu yang kondang,
Beethoven. Di Universitas Tubingen ia belajar teologi, tahun 1791 M ia memperoleh
gelar doktor dalam bidang teologi. Oleh karena itu, karya Hegel yang mula-mula
adalah mengenai agama Kristen, seperti The Life of Jesus dan The Spirit of
Christianity. Tahun 1801 M ia bergabung dengan Schelling di Universitas Jena
menjadi pengajar mata kuliah Filsafat. Pada waktu inilah ia menulsikan sistemnya
yang dibuatnya sebagai jawaban atas posisi Kant. Oleh karena itu, pengaruh Kants ada
pada Hegel. Akan tetapi, hegel tidak pernah menjadi pengikut Kant; perbedaan antara
keduanya lebih besar daripada perbedaan Plato dan Aristoteles. Hegel tidak akan
menemukan metoda dialektikanya tanpa memulainya dari dialektika transcendental
yang dikembangkan oleh Kant dalam Critique of Pure Reason. Sekalipun deikian,
filsafat hegel amat berbeda dari filsafat Kant terutama tentang keterbatasan akal.
Idealism di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu
filsuf Barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit) suatu
istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu
Roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh
itu dalam intinya Ide. Artinya: berpikir. Dalam sejarah kemanusiaan sadarlah roh ini
akan dirinya. Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari Ide Mutlak, Tuhan
sendiri. Idea yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan tesis yang
dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan
anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan
sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula. Demikianlah
proses roh atau Ide yang disebut Hegel: Dialektika. Proses itulah yang menjadi
keterangan untuk segala kejadian. Proses out berlaku menurut hokum akal. Sebab itu
yang menjadi aksioma hegel: apa yang masuk akal (rasional) itu sungguh riil, dan apa
yang sungguh itu masuk akal
7
C. Jenis-jenis Idealisme
Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang
berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif,
idealisme objektif, dan idealisme personal.
1. Idealisme Subyektif
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada
ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia.
Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau
karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan
masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya
merupakan segala yang ada.
Obyek pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah peersepsi.
Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam
akal yang mempersepsikannya. Seorang idealis subyektif tidak mengingkari adanya
apa yang dinamakan alam yang riil. Permasalahannya adalah bukan pada adanya
benda-benda itu, akan tetapi bagaimana alam itu diinterpretasikan. Alam tidak berdiri
sendiri, bebas dari orang yang mengetahuinya. Bahwa dunia luar itu ada menurut
seorang idealis subyektif, mempunyai arti yang sangat khusus, yakni bahwa kata ada
dipakai dalam arti yang sangat berlainan dari arti yang biasa dipakai. Bagi seorang
idealis subyektif, apa yang ada adalah akal dan ide-idenya.
Salah satu tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah George Berkeley (1685-1753
M). Baginya, ide adalah 'esse est perzipi' (ada berarti dipersepsikan). Tetapi akal itu
sendiri tidak perlu dipersepsikan agar dapat berada. Akal adalah yang melakukan
persepsi. Segala yang riil adalah akal yang sadar atau suatu persepsi atau ide yang
dimiliki oleh akal tersebut.
Jika dikatakan bahwa benda-benda itu ada ketika benda-benda itu tidak terlihat dan
jika percaya kepada wujud yang terdiri dari dunia luar, Berkeley menjawab bahwa
ketertiban dan konsistensi alam adalah riil disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal
Tuhan, akal yang tertinggi, adalah pencipta dan pengatur alam. Kehendak Tuhan
adalah hukum alam. Tuhan menentukan urutan dan susunan ide-ide. Kaum idealis
subyektif mengatakan bahwa tak mungkin ada benda atau persepsi tanpa seorang yang
mengetahui benda atau persepsi tersebut, subyek (akal atau si yang tahu) seakan-akan
menciptakan obyeknya (apa yang disebut materi atau benda-benda) bahwa apa yang
8
riil itu adalah akal yang sadar atau persepsi yang dilakukan oleh akal tersebut.
Mengatakan bahwa suatu benda ada berarti mengatakan bahwa benda itu
dipersepsikan oleh akal.
2. Idealisme Obyektif
Banyak filosof idealis, dari Plato, melalui Hegel sampai filsafat masa kini menolak
subyektivisme yang ekstrim atau mentalisme, dan menolak juga pandangan bahwa
dunia luar itu adalah buatan-buatan manusia. Mereka berpendapat bahwa peraturan
dan bentuk dunia, begitu juga pengetahuan, adalah ditentukan oleh watak dunia
sendiri. Akal menemukan peraturan alam. Mereka itu idealis dalam memberi
interpretasi kepada alam sebagai suatu bidang yang dapat difahami, yang bentuk
sistematiknya menunjukkan susunan yang rasional dan nilai. Jika dikatakan bahwa
watak yang sebenarnya dari alam adalah bersifat mental, maka artinya bahwa alam itu
suatu susunan yang meliputi segala-galanya, dan wataknya yang pokok adalah akal;
selain itu alam merupakan kesatuan organik.
Walaupun idealisme baru dipakai pada waktu yang belum lama untuk
menunjukkan suatu aliran filsafat, akan tetapi permulaan pemikiran idealis dalam
peradaban Barat biasanya dikaitkan kepada Plato (427-347 SM). Plato menamakan
realitas yang fundamental dengan nama ide, tetapi baginya, tidak seperti Berkeley, hal
tersebut tidak berarti bahwa ide itu, untuk berada, harus bersandar kepada suatu akal,
apakah itu akal manusia atau akal Tuhan. Plato percaya bahwa di belakang alam
perubahan atau alam empiris, alam fenomena yang kita lihat atau kita rasakan,
terdapat dalam ideal, yaitu alam essensi, form atau ide. Menurut Plato, dunia dibagi
dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda
individual. Dunia seperti itu, yakni yang kongkrit, temporal dan rusak, bukanlah dunia
yang sesungguhnya, melainkan dunia penampakkan saja. Kedua, terdapat alam di atas
alam benda, yaitu alam konsep, ide, universal atau essensi yang abadi. Konsep
manusia mengandung realitas yang lebih besar daripada yang dimiliki orang seorang.
Kita mengenal benda-benda individual karena mengetahui konsep-konsep dari
contoh-contoh yang abadi.
Bidang yang kedua di atas mencakup contoh, bentuk (form) atau jenis (type) yang
berguna sebagai ukuran untuk benda-benda yang dipersepsikan dengan indera kita.
Ide-ide adalah contoh yang transenden dan asli, sedangkan persepsi dan benda-benda
individual adalah copy atau bayangan dari ide-ide tersebut. Walaupun realitas itu
9
bersifat immaterial, Plato tidak mengatakan bahwa tak ada orang yang riil kecuali akal
dan pengalamanpengalamannya. Ide-ide yang tidak berubah atau essensi yang
sifatnya riil, diketahui manusia dengan perantaraan akal. Jiwa manusia adalah essensi
immaterial, dikurung dalam badan manusia untuk sementara waktu. Dunia materi
berubah, jika dipengaruhi rasa indra, hanya akan memberikan opini dan bukan
pengetahuan. Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian
alam tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka
menghubungkan kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud dari suatu akal
yang mutlak (absolute mind). Hegel (1770-1831) memaparkan satu dari sistem-sistem
yang terbaik dalam idealisme monistik atau mutlak (absolute). Pikiran adalah essensi
dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Alam dalah proses
pikiran yang memudar. Alam adalah Akal yang Mutlak (absolute reason) yang
mengekpresikan dirinya dalam bentuk luar. Oleh karena itu maka hukum-hukum
pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara zat Mutlak (Absolute)
itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Oleh karena alam itu satu, dan
bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam itu harus berwatak pikiran. Jika
kita memikirkan tentang keseluruhan tata tertib dunia, yakni tertib yang mencakup in-
organik, organik, tahap-tahap keberadaan yang spiritual, dalam suatu cara tertib yang
mencakup segala-galanya, pada waktu itulah kita membicarakan tentang yang Mutlak,
Jiwa yang Mutlak atau Tuhan. Sebagai ganti realitas yang statis dan tertentu serta jiwa
yang sempurna dan terpisah, seperti yang terdapat dalam filsafat tradisional, Hegel
membentangkan suatu konsepsi yang dinamik tentang jiwa dan lingkungan; jiwa dan
lingkungan itu adalah begitu berkaitan sehingga tidak dapat mengadakan pembedaan
yang jelas antara keduanya. Jiwa mengalami realitas setiap waktu. Yang 'universal'
selalu ada dalam pengalaman-pengalaman khusus dari proses yang dinamis. Dalam
filsafat semacam itu, pembedaan dan perbedaan termasuk dalam dunia fenomena dan
bersifat relatif bagi si pengamat. Keadaannya tidak mempengaruhi kesatuan dari akal
yang positif (mempunyai maksud).
Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas
obyektif. Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya sifat yang bersifat
adil kepada segi obyektif dari pengalaman, oleh karena mereka menemukan dalam
alam prinsip: tata tertib, akal dan maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia
dalam dirinya sendiri. Terdapat suatu akal yang memiliki maksud di alam ini. Mereka
percaya bahwa hal itu ditemukan bukan sekadar difahami dalam alam. Alam telah ada
10
sebelum jiwa individual (saya) dan akan tetap sesudah saya; alam juga sudah ada
sebelum kelompok manusia ada. Tetapi adanya arti dalam dunia, mengandung arti
bahwa ada sesuatu seperti akal atau pikiran di tengah-tengah idealitas. Tata tertib
realitas yang sangat berarti seperti itu diberikan kepada manusia agar ia memikirkan
dan berpartisipasi di dalamnya. Keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur
dunia adalah intuisi dasar yang menjadi asas idealisme.
3. Personalisme atau idealisme personal
Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan
dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan
idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran
yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa
atau seorang pemikir.
Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains
modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selau
bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat sikap mereka.
Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifat pluralistik.
Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri dari orang-orang, nilai
moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi kelompok personalis, alam adalah tata tertib
yang obyektif, walaupun begitu alam tidak berada sendiri. Manusia mengatasi alam
jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini. Sains mengatasi materialnya
melalui teori-teorinya; alam arti dan alam nilai menjangkau lebih jauh daripada alam
semesta sebagai penjelasan terakhir. Rudolf Herman Lotze (1817-1881), Borden P
Bowne (1847- 1910), Edgar Sheffield Brightman (1884-1953), dan Peter Bertocci,
telah menekankan pendapat ini. Lotze berusaha mendamaikan pandangan mekanik
tentang alam yang ditimbulkan oleh sains dengan interpretasi idealis tentang kesatuan
spiritual. Bagi Bowne, akal yang sadar merealisasikan dirinya melalui tata tertib alam
sebagai alat ekspresinya, akan tetapi akal tersebut mengatasinya.
Brightman menganggap personalisme sebagai posisi menengah antara idealisme
mutlak dari Josiah Royce dan pragmatisme William James, dan antara
supernaturalisme dan naturalisme. Realitas adalah masyarakat perseorangan yang
juga mencakup Zat yang tidak diciptakan dan orang-orang yang diciptakan Tuhan
dalam masyarakat manusia.
Alam diciptakan oleh Tuhan, Aku yang Maha Tinggi dalam masyarakat individu.
Jiwa yang tertinggi telah mengekspresikan dirinya dalam dunia material dari atom dan
11
dalam jiwa-jiwa yang sadar yang timbul pada tahap-tahap tertentu dari proses alam.
Terdapat suatu masyarakat person atau aku-aku yang ada hubungannya dengan
personalitas tertinggi. Nilai-nilai moral dan spiritual diperkuat oleh jiwa kreatif
personal, dan jiwa mempunyai hubungan dengan segala sesuatu. Personalisme
bersifat theistik (percaya pada adanya Tuhan), ia memberi dasar metafisik kepada
agama dan etika. Tuhan mungkin digambarkan sebagai zat yang terbatas, sebagai
pahlawan yang berjuang dan bekerja untuk tujuan-tujuan moral dan agama yang
tinggi. Ide tentang kebaikan Tuhan dipertahankan walaupun kekuasaannya terbatas.
Tujuan hidup adalah masyarakat yang sempurna, yakni masyarakat jiwa (selves) yang
telah mencapai personalitas sempurna dengan jalan berjuang. Sebagai suatu
kelompok, pengikut aliran idealisme personal menunjukkan perhatian yang lebih
besar kepada etika dan lebih sedikit kepada logika daripada pengikut idealisme
mutlak. Mereka apercaya bahwa proses hidup itu lebih penting daripada bentuk-
bentuk ekspresi kata-kata atau arti-arti yang tetap, dan mereka menekankan realisasi
kemampuan dan kekuatan seseorang, dengan jalan kemerdekaan dan mengontrol diri
sendiri. Oleh karena personalitas mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada apa saja
selainnya, maka masyarakat harus diatur sedemikian rupa sehingga tiap orang dapat
memperoleh kehidupan dan kesempatan yang sebesar-besarnya.
D. Pandangan Filosofis Idealisme
Pandangan filosofis idealisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu ontologi,
epistemologi dari aksiologi.
1. Realitas Akal Pikiran (Kajian Ontologi)
George Knight mengemukakan bahwa realitas bagi idealisme adalah dunia
penampakan yang ditangkap dengan panca indera dan dunia realitas yang ditangkap
melalui kecerdasan akal pikiran (mind). Dunia akal pikir terfokus pada ide gagasan
yang lebih dulu ada dan lebih penting daripada dunia empiris indrawi. Lebih lanjut ia
mengemukakan bahwa ide material, dapat diilustrasikan dengan kontruksi sebuah
kursi. Para penganut idealisme berpandangan bahwa seseorang haruslah telah
mempunyai ide tentang kursi dalam akal pikirannya sebelum ia dapat membuat kursi
untuk diduduki. Metafisika idealisme nampaknya dapat dirumuskan sebagai sebuah
dunia akal pikir kejiwaan. Uraian di atas dapat dipahami bahwa meskipun idealisme
berpandangan yang terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun demikian ia
tidak menafikan unsur materi yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme
12
tidak memisahkan antara sesuatu yang bersifat abstrak yang ada dalam tataran ide
dengan dunia materi. Namun menurutnya, yang ditekankan adalah bahwa yang utama
adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dulu ada
dalam tataran ide.
2. Kebenaran sebagai Ide dan Gagasan (Kajian Epistemologi)
Kunci untuk mengetahui epistemologi idealisme terletak pada metafisika mereka.
Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa, maka dapat
diketahui bahwa teori mengetahui (epistemologi)nya pada dasarnya adalah suatu
penjelajahan secara mental mencerap ide-ide, gagasan dan konsep-konsep. Dalam
pandangannya, mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat,
mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide sesuatu dan
memeliharanya dalam akal pikiran. Berdasarkan itu, maka dapat dipahami bahwa
pengetahuan itu tidak didasarkan pada sesuatu yang datang dari luar, tetapi pada
sesuatu yang telah diolah dalam ide dan pikiran. Berkaitan dengan ini Gerald Gutek
mengatakan ;
In idealism, the process of knowmg is that of recognition or remmisence of latent
ideas that are preformed and already present in the mind. By reminiscence, the human
mind may discover the ideas of theMacrocosmic Mind in one's own thoughts..... Thus,
knowing is essentially a process of recognition, a recall and rethinking of ideas that
are latently present in the mind. What is to be known is already present in the mind.
Dari kutipan di atas, diketahui bahwa menurut idealisme, proses untuk mengetahui
dapat dilakukan dengan mengenal atau mengenang kembali ide-ide tersembunyi yang
telah terbentuk dan telah ada dalam pikiran. Dengan mengenang kembali, pikiran
manusia dapat menemukan ide-ide tentang pikiran makrokosmik dalam pikiran yang
dimiliki séseorang. Jadi, pada dasarnya mengetahui itu melalui proses mengenal atau
mengingat, memanggil dan memikirkan kembali ide-ide yang tersembunyi atau
tersimpan yang sebetulnya telah ada dalam pikiran. Apa yang akan diketahui sudah
ada dalam pikiran. Kebenaran itu berada pada dunia ide dan gagasan. Beberapa
penganut idealisme mempostulasikan adanya Akal Absolut atau Diri Absolut yang
secara terus menerus memikirkan ide-ide itu. Berkeley menyamakan konsep Diri
Absolut dengan Tuhan. Dengan demikian, banyak pemikir keagamaan mempunyai
corak pemikiran demikian. Kata kunci dalam epistemologi idealisme adalah
konsistensi dan koherensi. Para penganut idealisme memberikan perhatian besar pada
upaya pengembangan suatu sistem kebenaran yang mempunyai konsistensi logis.
13
Sesuatu benar ketika ia selaras dengan keharmonisan hakikat alam semesta. Segala
sesuatu yang inkonsisten dengan struktur ideal alam semesta harus ditolak karena
sebagai sesuatu yang salah. Dalam idealisme, kebenaran adalah sesuatu yang inheren
dalam hakikat alam semesta, dan karena itu, Ia telah dulu ada dan terlepas dari
pengalaman. Dengan demikian, cara yang digunakan untuk meraih kebenaran tidaklah
bersifat empirik. Penganut idealisme mempercayai intuisi, wahyu dan rasio dalam
fungsinya meraih dan mengembangkan pengetahuan. Metode-metode inilah yang
paling tepat dalam menggumuli kebenaran sebagai ide gagasan, dimana ia merupakan
pendidikan epistemologi dasar dari idealisme.
3. Nilai-nilai dari Dunia Ide (Kajian Aksiologi)
Aksiologi idealisme berakar kuat pada cara metafisisnya. Menurut George
Knight, jagat raya ini dapat dipikirkan dan direnungkan dalam kerangka makrokosmos
(jagat besar) dan mikrokosmos (jagat kecil). Dari sudut pandang ini, makrokosmos
dipandang sebagai dunia Akar Pikir Absolut, sementara bumi dan pengalaman-
pengalaman sensori dapat dipandang sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada.
Dalam konsepsi demikian, tentu akan terbukti bahwa baik kriteria etik maupun estetik
dari kebaikan dan kemudahan itu berada di luar diri manusia, berada pada hakikat
realitas kebenaran itu sendiri dan berdasarkan pada prinsipprinsip yang abadi dan
baku. Dalam pandangan idealisme, kehidupan etik dapat direnungkan sebagi suatu
kehidupan yang dijalani dalam keharmonisan dengan alarm (universe). Jika Diri
Absolut dilihat dalam kacamata makrokosmos, maka diri individu manusia dapat
diidentifikasi sebagai suatu diri mikrokosmos. Dalam kerangka itu, peran dari
individual akan bisa menjadi maksimal mungkin mirip dengan Diri Absolut. Jika
Yang Absolut dipandang sebagai hal yang paling akhir dan paling etis dari segala
sesuatu, atau sebagai Tuhan yang dirumuskan sebagai yang sempurna sehingga
sempurna pula dalam moral, maka lambang perilaku etis penganut idealisme terletak
pada "peniruan" Diri Absolut. Manusia adalah bermoral jika ia selaras dengan Hukum
Moral Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari Zat Absolut. Uraian di atas
memberikan pengertian bahwa nilai kebaikan dipandang dan sudut Diri Absolut.
Ketika manusia dapat menyeleraskan diri dan mampu mengejewantahkan diri dengan
Yang Absolut sebagai sumber moral etik, maka kehidupan etik telah diperolehnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Gutek mengemukakan bahwa pengalaman yang punya
nilai didasarkan pada kemampuan untuk meniru Tuhan sebagai sesuatu yang Absolut,
sehingga nilai etik itu sendiri merupakan sesuatu yang muttlak, abadi, tidak berubah
14
dan bersifat universal. Estetika idealisme juga diihat dalam kerangka makrokosmos
dan mikrokosmos. Penganut idealisme berpandangan bahwa keindahan itu ada ketika
direfleksikan sesuatu yang ideal. Seni yang berupaya Mengekspresikan Yang Absolut,
maka dikategorikan sesuatu yang memuaskan secara estetik.
E. Implikasi Filsafat Idealisme Dalam Pendidikan
Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat
ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib
mengemukakan bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan
merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih
lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan,
perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya,
pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang. Salah satu sudut pandang
tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun karena adanya hubungan linier
antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah aliran filsafat dapat
dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme dan pendidikan
menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan menjadi filsafat
pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan
idealisme. Dalam konteks inilah, idealisme yang menjadi kajian artikel ini menjadi
relevan ketika dihubungkan dengan masalah pendidikan. Filsafat pendidikan idealisme
dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu ontologi sebagai cabang yang merubah atas
teori umum mengenai semua hal, epistemologi yang membahas tentang pengetahuan
serta aksiologi yang membahas tentang nilai. Ontologi dari filsafat pendidikan
idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-
ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu
ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spritual dan
mempunyai kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan demikian
pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang
berkepribadian, bermoral serta mencitacitakan segala hal yang serba baik dan bertaraf
tinggi. Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal
dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih
mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi
nengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme
menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik
15
hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang
bersifat relatif atau temporer. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan
umum filsafati idealisme yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual,
sangat menentukan cara pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain
bahwa hal-hal yang bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran terhadap
berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik
dan hakikat pendidikan secara keseluruhan. Untuk melihat implikasi idealisme lebih
lanjut, maka berikut ini akan ditelaah aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat
idealisme, meliputi peserta lidik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan, tujuan
pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah.
1. Peserta didik atau anak-anak
Bagi idealisme, peserta didik dipandang sebagai suatu diri mikrokosmis jagat
kecil yang berada dalam proses "becoming" menjadi lebih mirip dengan Diri
Absolut. Dengan kata lain bahwa diri individual, dalam hal ini peserta didik, adalah
suatu eksistensi dari Diri Absolut. Oleh karenanya Ia mempunyai sifat-sifat yang
sama dalam bentuk yang belum teraktualkan atau dikembangkan. Aspek yang
paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang merupakan akal pikir
mikrokosmik. Pada dataran akal pikirlah, usaha serius pendidikan harus diarahkan,
karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya melalui akal pikir. Kalangan
idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi untuk
tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para idealis cenderung melihat
seorang anak didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. Oleh
karena itu, pendidikan berfungsi untuk rnengembangkannya kearah kepribadian
yang sempurna. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa anak didik harus
dipandang sebagai individu yang memiliki potensi akal pikir dan potensi moral.
Potensi inteleknya dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan
potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki kepnibadian yang utama sebagai
manusia yang bermoral.
2. Pendidik atau guru
Guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab gurulah yang melayani murid
sebagai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada pada
posisi yang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia
mernpunyai pengetahuan lebih tentang dunia. la punya pengetahuan lebih tentang
realitas sehingga mampu bertindak sebagai perantara antar diri anak didik dan diri
16
yang Absolut. Peran guru adalah rmenjangkau pengetahuan tentang realitas dan
menjadi teladan keluhuran etis. la adalah pola panutan bagi para murid untuk
diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun sosial. Untuk menjalankan
fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme, guru hanus
memiliki beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut J. Donald
Butler, kriteria tersebut adalah guru harus (1) rnewujudkan budaya dan realitas
dalam diri anak didik (2) menguasai kepribadian manusia (3) ahli dalam proses
pembelajaran (4) bergaul secara wajar dengan anak didik (5) membangkitkan
hasrat anak didik untuk belajar (6) sadar bahwa manfaat secara moral dari
pengajaran terletak pada tujuan yang dapat menyempurnakan manusia dan (7)
mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi. Dari uraian di atas jelas
bahwa guru sangat menanamkan peran penting dalam pendidikan dan pengajaran.
Dalam mendidik, guru berperan sebagai tokoh sentral dan model di mana
keberadaannya menjadi panutan bagi anak didiknya. Dengannya, anak didik
menjadi punya pegangan. Sebagai model bagi anak didiknya, guru harus
menghargai anak didiknya dan membantunya untuk menyadari kepribadian yang
mereka miliki. Dengan demikian idealisme rupanya menempatkan sosok guru
menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan anak didiknya.
3. Kurikulum
Materi pembe!ajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang
epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus
disusun di seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut
langsung dengan ide dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi penganut idealisme
menekankan pandangan humanitis. Bagi banyak penganut idealisme, kajian tepat
tentang "kemanusiaan" adalah manusia. Bagi idealisme, kurkulum merupakan
organ materi intelektual atau disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual.
Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada
manifestasi khusus dari yang Absolut.
4. Metodologi Pengajaran
Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan
metode yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide dan
gagasan dapat beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya. Tujuan dan
metode ini dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi
guru di ruang kelas sering kali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah)
17
dengan pengertian pengetahuan ditansfer dari guru ke murid. Guru juga
menyelenggarakan diskusi kelas sehingga ia dan muridnya dapat menangkap ide-
ide dan gagasan dari berhagai bacaan dan perkuliahan. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa metode pengajaran dalam pandangan idealisme salah satunya
adalah penyampaian melalui uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke
anak didik terkesan verbal dan abstrak. Atas dasar itu, maka idealisme rupanya
kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang langsung bersentuhan
dengan objek fisik, karena dalam pandangannya kegiatan-kegiatan tersebut
berkaitan dengan bayang-bayang inderawi daripada realitas puncak.
5. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk
mencari kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti
bahwa individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut.
Pendidikan idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju
Tuhan, bersikap benar dan baik. Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa
tujuan pendidikan idealisme adalah membentuk anak didik agar menjadi manusia
yang sempurna yang berguna bagi masyarakatnya. la mengutip Brameld bahwa
pendidikan adalah self development of mind as spritual subtance. Pendidikan
dalam pandangan ini lebih menekankan pada pengkayaan pengetahuan (transfer of
knowladge) pada anak didik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan,
teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis
(kerja dan industri). Idealisme yakni, kalau anak didik itu menguasai berbagai
pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan menghadapi hidup.
18
BAB III
PENUTUP
Pada bagian ini dikemukakan bahwa idelisme adalah suatu aliran filsafat gang
berpandangan bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas. Realitas
sesungguhnya tidak terdapat pada objek materi, tetapi terdapat dalam alam pikiran ide.
Meskipun idealisme menganggap bahwa yang hakikat adalah ide. ia tetap mengakui adanya
materi. Namun menurutnya, yang utama adalah dunia ide. karena ide terlebih dulu ada sebelum
materi. Aliran filsafat ini, kemudian berimplikasi dalam bidang pendidikan. Bangunan filsafat
tersebut membentuk sebuah pemahaman bahwa pendidikan dikonstruk berdasarkan ide-ide
yang bersifat abstrak yang lebih mengedepankan akal pikiran dan moral.
19
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam., Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Kaiya Nusa: 2002
Gazalba, Sidi., Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang: 1981
Gutek. Gerald L., Philosophical and Ideological Persfektif on Education, Chicago: Loyoia
University of Chicago: 1988
Horne, Herman., An Idealistic Philosophy of Education dalam, Nelson B. Henry,
Philosophies of Education, Illmois: University of Chicago: 1942
Knight, George R.., Issues and Alternatives m Education Philosophy, Terj. Mahmud Arif,
Filsafat Pendidikan, Isu-isu Kontemporer dan Solusi Alternatif, Yogyakarta: Idea Press:
2004
Maksum, Ali., Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan
Post Modern, Yogyakarta: IRCiSoD: 2004
Tafsir, Ahmad., Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, Bandung:
Remaja Rosdakarya: 2004

More Related Content

What's hot (15)

Aliran realisme
Aliran realismeAliran realisme
Aliran realisme
 
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realismeFilsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
Filsafat pendidikan idealisme dan filsafat pendidikan realisme
 
Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf
Implikasi aliran realisme Abdul Ra'ufImplikasi aliran realisme Abdul Ra'uf
Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf
 
Teori-Teori HI
Teori-Teori HITeori-Teori HI
Teori-Teori HI
 
Materialisme
MaterialismeMaterialisme
Materialisme
 
Idealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialismeIdealisme, positivisme dan materialisme
Idealisme, positivisme dan materialisme
 
Edu 3004 mazhab falsafah barat
Edu 3004   mazhab falsafah baratEdu 3004   mazhab falsafah barat
Edu 3004 mazhab falsafah barat
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 
Cabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafahCabang cabang falsafah
Cabang cabang falsafah
 
Makalah materialisme
Makalah materialismeMakalah materialisme
Makalah materialisme
 
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia PendidikanPentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya Idealisme dalam Dunia Pendidikan
 
Idealisme
IdealismeIdealisme
Idealisme
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Mazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikanMazhab filsafat pendidikan
Mazhab filsafat pendidikan
 

Similar to idealisme

Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviPahlepy2013
 
Bab 3 filsafat idealisme dan realisme
Bab  3   filsafat idealisme dan realismeBab  3   filsafat idealisme dan realisme
Bab 3 filsafat idealisme dan realismeElya Sari
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxLinnoNarendraSeptyaw
 
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.DPengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.Donchy
 
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...agahirber
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatRiza Nisfu
 
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu FilsafatAliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafatinkian
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Warnet Raha
 

Similar to idealisme (20)

Filsafat Moderen
Filsafat Moderen  Filsafat Moderen
Filsafat Moderen
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Bab 3 filsafat idealisme dan realisme
Bab  3   filsafat idealisme dan realismeBab  3   filsafat idealisme dan realisme
Bab 3 filsafat idealisme dan realisme
 
idealisme
idealismeidealisme
idealisme
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.DPengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D
Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D
 
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
PPT FILSAFAT ILMU (KAJIAN ONTOLOGIS ILMU PENGETAHUAN (RASIONALISME, EMPIRISME...
 
Filsafat Pancasila
Filsafat PancasilaFilsafat Pancasila
Filsafat Pancasila
 
Tentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafatTentang sumber filsafat
Tentang sumber filsafat
 
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu FilsafatAliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
Aliran Filsafat Epistemologi Modern dalam Ilmu Filsafat
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 

More from Fela Aziiza

Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020
Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020
Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020Fela Aziiza
 
Rangkuman pertidaksamaan linier
Rangkuman pertidaksamaan linierRangkuman pertidaksamaan linier
Rangkuman pertidaksamaan linierFela Aziiza
 
RANGKUMAN PERPANGKATAN DAN AKAR
RANGKUMAN  PERPANGKATAN DAN AKARRANGKUMAN  PERPANGKATAN DAN AKAR
RANGKUMAN PERPANGKATAN DAN AKARFela Aziiza
 
Ppt filsafat eksistensialisme
Ppt filsafat eksistensialismePpt filsafat eksistensialisme
Ppt filsafat eksistensialismeFela Aziiza
 
Translate statistic halaman 124 125
Translate statistic halaman 124 125Translate statistic halaman 124 125
Translate statistic halaman 124 125Fela Aziiza
 
Analisis alokasi waktu
Analisis alokasi waktuAnalisis alokasi waktu
Analisis alokasi waktuFela Aziiza
 
Pemetaan kompetensi dasar
Pemetaan kompetensi dasar Pemetaan kompetensi dasar
Pemetaan kompetensi dasar Fela Aziiza
 
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4PROTA (Program Tahunan) Kelas 4
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4Fela Aziiza
 
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di Negeriku
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di NegerikuUlangan harian tema Indahnya Keragaman di Negeriku
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di NegerikuFela Aziiza
 
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SD
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SDUlangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SD
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SDFela Aziiza
 
Ulangan harian cita-citaku kelas IV SD
Ulangan harian  cita-citaku kelas IV SDUlangan harian  cita-citaku kelas IV SD
Ulangan harian cita-citaku kelas IV SDFela Aziiza
 
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAAN
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAANSoal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAAN
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAANFela Aziiza
 
I love my family materi
I love my family materiI love my family materi
I love my family materiFela Aziiza
 
contoh Proposal kegiatan sekolah
contoh Proposal kegiatan sekolahcontoh Proposal kegiatan sekolah
contoh Proposal kegiatan sekolahFela Aziiza
 
soal uts bahasa inggris kelas 5
soal uts bahasa inggris kelas 5 soal uts bahasa inggris kelas 5
soal uts bahasa inggris kelas 5 Fela Aziiza
 
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IV
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IVsoal UTS Tema 7 cita-cita kelas IV
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IVFela Aziiza
 
Silabus kelas iv kurikulum 2013
Silabus kelas iv kurikulum 2013Silabus kelas iv kurikulum 2013
Silabus kelas iv kurikulum 2013Fela Aziiza
 
Kartu soal xi pemasaran
Kartu soal xi pemasaran Kartu soal xi pemasaran
Kartu soal xi pemasaran Fela Aziiza
 

More from Fela Aziiza (20)

Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020
Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020
Relasi dan fungsi 16 o ktober 2020
 
Eksponen
EksponenEksponen
Eksponen
 
Rangkuman pertidaksamaan linier
Rangkuman pertidaksamaan linierRangkuman pertidaksamaan linier
Rangkuman pertidaksamaan linier
 
RANGKUMAN PERPANGKATAN DAN AKAR
RANGKUMAN  PERPANGKATAN DAN AKARRANGKUMAN  PERPANGKATAN DAN AKAR
RANGKUMAN PERPANGKATAN DAN AKAR
 
Ppt filsafat eksistensialisme
Ppt filsafat eksistensialismePpt filsafat eksistensialisme
Ppt filsafat eksistensialisme
 
Humanisme ppt
Humanisme pptHumanisme ppt
Humanisme ppt
 
Translate statistic halaman 124 125
Translate statistic halaman 124 125Translate statistic halaman 124 125
Translate statistic halaman 124 125
 
Analisis alokasi waktu
Analisis alokasi waktuAnalisis alokasi waktu
Analisis alokasi waktu
 
Pemetaan kompetensi dasar
Pemetaan kompetensi dasar Pemetaan kompetensi dasar
Pemetaan kompetensi dasar
 
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4PROTA (Program Tahunan) Kelas 4
PROTA (Program Tahunan) Kelas 4
 
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di Negeriku
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di NegerikuUlangan harian tema Indahnya Keragaman di Negeriku
Ulangan harian tema Indahnya Keragaman di Negeriku
 
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SD
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SDUlangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SD
Ulangan harian (latihan) mtk statistika kelas 4 SD
 
Ulangan harian cita-citaku kelas IV SD
Ulangan harian  cita-citaku kelas IV SDUlangan harian  cita-citaku kelas IV SD
Ulangan harian cita-citaku kelas IV SD
 
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAAN
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAANSoal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAAN
Soal LATIHAN tema 4A INDAHNYA KEBERSAMAAN
 
I love my family materi
I love my family materiI love my family materi
I love my family materi
 
contoh Proposal kegiatan sekolah
contoh Proposal kegiatan sekolahcontoh Proposal kegiatan sekolah
contoh Proposal kegiatan sekolah
 
soal uts bahasa inggris kelas 5
soal uts bahasa inggris kelas 5 soal uts bahasa inggris kelas 5
soal uts bahasa inggris kelas 5
 
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IV
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IVsoal UTS Tema 7 cita-cita kelas IV
soal UTS Tema 7 cita-cita kelas IV
 
Silabus kelas iv kurikulum 2013
Silabus kelas iv kurikulum 2013Silabus kelas iv kurikulum 2013
Silabus kelas iv kurikulum 2013
 
Kartu soal xi pemasaran
Kartu soal xi pemasaran Kartu soal xi pemasaran
Kartu soal xi pemasaran
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 

idealisme

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealisme merupakan sebuah pemikiran filosofis yang telah memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan selarna beberapa abad. Sebagai sebuah filsafat, ideaIisme kurang memberikan pengaruh secara langsung terhadap pendidikan pada abad ke-20 dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Tapi bagaimanapun juga, secara tidak langsung, gagasan-gagasan idealisme masih saja merembes ke dalam pemikiran pendidikan barat. Sebelum menjadi sebuah aliran filsafat yang berkembang di abad ke- 19 M. sebenarnya gagasan-gagasan idealisme telah diperkenalkan oleh Plato jauh sebelum itu. Secara histoiis, idealisme telah diformulasi dengan jelas dan diintrodusir oleh Plato pada abad ke-4 sebelum Masehi (S.M). Dengan gagasan-gagasan dan pemikiran filosofis tersebut, akhirnya Plato dijuluki dengan bapak idealisme. Filsafat idealisme berkembang dengan pesat. Idealisme, dengan penekanannya pada kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat terhadap pernikiran kefilsafatan. Gereja Kristen tumbuh dan berkembang di dunia, dirembesi oleh neo-platonisme. Dalam dunia pemikiran moden, idealisme ditumbuh kernbangkan oleh tokoh-tokoh seperti Rene Descartes (1596-1650), George Berkeley (1685-1753)), Immanuel Kant ( 1724- 1804) dan George Hegel (1770- 1831). Tokoh idealisme yang menerapkan gagasan-gagasan idealisme pada pendidikan modern di antaranya adalah J. Donald Butler dan Herman H. Horne. Sepanjang sejarahnya, idealisme terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama berfokus kepada aspek spiritual dan moral. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan filsafat idealisme? 2. Siapakah tokoh-tokoh filsafat idealisme? 3. Apa saja jenis-jenis filsafat idealisme? 4. Apa pokok-pokok pikiran filsafat idealisme? 5. Bagaimana gagasan idealisme berimpilikasi dalam bidang pendidikan?
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Idealisme Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada. Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi. Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang “tertinggi dalam jiwa” juga merupakan “yang terdalam dalam alam”. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri. Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
  • 3. 3 Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang menentukan kualitas manusia. B. Tokoh-tokoh Idealisme 1. J.G. Fichte (1762 – 1914 M) Johann Gottlieb Fichte adalah filsuf Jerman, ia belajar teologi di Universitas Jena dan Leipzig pada tahun 1780 – 1788 M. berkenalan dengan filsafat Kant di Leipzig 1790 M. Berkelana ke Konigsberg untuk menemui Kant dengan menulis Critique of Revelation pada zaman Kant. Pada tahun 1810 – 1812 ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut Wissenchaftslehre (ajaran ilmu pengetahuan). Dengan melalui metoda deduktif Fichte mencoba menerangkan hubungan Aku (Ego) dengan adanya benda-benda (non-Ego). Karena Ego berpikir, mengiyakan diri maka terlahirlah non- Ego (benda-benda). Dengan secara dialektif (berpikir dengan metoda: tese, anti tese, sintese) Fichte mencoba menjelaskan adanya benda-benda. Tese: Ego atau Aku meneguhkan diri bahwa ia ada. Antitese: meneguhkan diri sebagai ada baru mungkin jika Ego (Aku) membedakan diri dengan yang non-Ego (benda-benda) jadi Ego meneguhkan adanya yang non-Ego. Sintesa: oleh karena Egosekarang tidak lagi tunggal, maka Ego dalam kesadarnnya berhadapan dengan suatu dunia. Perbedaan dan kesatuan telah memasuki pengalamannya. Keduanya, Ego dan non-ego (dunia), bukanlah dualisms yang mutlak, sebab itu hanyalah merupakan aktivitas atau perbuatan Ego yang menciptakan. Secara sederhana dialektika Fichte itu dapat diterangkan sebagai beirkut : manusia memandang objek benda-benda dengan indranya. Dalam mengindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka berjalanlah proses intelektualnya untuk mebentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian seperti yang dipikirkannya. Dengan demikian, jelaslah bawha realitas merupakan buah hasil aktivitas pikir subjek. Pandangan dia mengenai etika adalah bahwa tugas moral manusia didasarkan atas pikiran bahwa anusia berkewajiban menghargai dirinya sebagai makhluk yang bebeas dan bahwa ia senantiasa berbuat dengan tidak memperkosa kebebasan orang
  • 4. 4 lain. Fitche menganjurkan supaya kita memenuhi tugas, dan hanya demi tugas,tugaslah yang menjadi pendorong moral. Isi hokum moral ialah berbuatlah menurut katahatimu. Bagi seorang idealis, hokum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah menuju kesempurnaan spiritual. Itu hanya dapat dicapai dalam masyarakat yang anggota-anggotanya adalah pribadi yang bebas merealisasikan diri mereka dalam kerja untuk masyarakat. Pada tingkat yang lebih tinggi, keimanan dan harapan manusia muncul dalam kasih Tuhan. 2. F.W.J. Schelling (1775 – 1854 M) Friedrich Willem Joseph Schelling telah mencapai kematangan sebagai filsuf pada waktu itu ia masih amat muda. Pada tahun 1798 M, ketika usianya baru 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Universitas Jena. Sampai akhir hidupnya pemikirannya selalu berkembang. Namun, kontinuitasnya tetap ada. Pada periode terakhir dalam hidupnya ia mencurahkan perhatiannya pada agama dan mistik. Dia adalah filsuf idealis Jerman yang telah meletakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan Idealisme Hegel. Ia pernah menjadi kawan Fichte. Bersama Hichte dan Hegel, Schelling adalah idealis Jerman yang terbesar. Pemikiranyya pun merupakan mata rantai antara Fichte dan Hegel. Seperti Fichte, Schelling mula-mula berusaha menggambarkan jalan yang dilalui intelek dalam proses mengetahui, semacam epistemology. Fichte memandang alam semesta sebagai lapangan tugas manusia dan sebagai basis kebebasan moral, Schelling membahas realitas lebih objektif dan menyiapkan jalan bagi Idealisme absolut Hegel. Dalam pandangan Schelling, realitas adalah identic dengan gerakan pemikiran yang berevolusi secara dialektis. Akan tetapi, ia berbeda dalam berbagai hal dari Hegel. Pada Schelling, juga pada Hegel, realitas adalah proses rasional evolusi dunia menuju realisasi berupa suatu ekspresi kebenaran terakhir, kita dapat mengetahui dunia secara sempurna dengan cara melacak proses logis perubahan sifat dan sejarah masa lalu. Tujuan proses itu adalah suatu keadaan kesadaran diri yang sempurna. Schelling menyebut proses ini identitas absolut, Hegel menyebutkan ideal. Pada bagian-bagian akhir hidupnya Schelling membantah panteisme yang pernah dianutnya. Ia menjadi voluntaris dan melancarkan kritik terhadap semua bentuk Rasionalisme. Alam semesta ini, katanya, tidak pernah dibayangkan sebagai sistem rasional. Sejak tahun 1809 M ia berusaha mengembangkan metafisika epirisme. Di sini ia memperlihatkan bahwa susunan rasional adalah konstruksi hipotesis yang memrlukan pembuktian nyata baik
  • 5. 5 pada alam maupun pada sejarah. Ia juga menambahkan bahwa kategori agama pada akhirnya merupakan pernyatan yang lebih berarti daipada realitas yang lain. Dalam filsafatnya ia mengatakan, jika kita memikirkan pengetahuan (objek pemikiran, kita akan selalu membedakan antara objek yang di luar kita dan penggemabaran objek-objek itu secara subjektif di dalam diri kita (subjek). Penggambaran yang sibjektif itu kemudian menjadi sasaran pemikiran kita. Tentang manusia dan alam sebagai yang diketahuinya, Schelling menggambarkan bahwa ketika orang mengadakan penyelidikan ilmiah tentang alam, subjek (jiwa, roh) mengajukan pertanyaan pada alam, sedangkan alam dipaksa untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Bahwa aalam dapat menjawab pertanyaan itu, ini berarti bahwa alam itu sendiri bersifat akal atau ide. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa alam tidak lain adalah roh/jiwa yang tampak, sedang roh adalah alam yang tidak tampak. Di sini alam yang objektif dan alam yang subjektif mewujudkan satu kesatuan. Pandangan Schelling tentang alam diperkuat dengan teorinya tentang Aku Yang Mutlak. Bahwa aku mutlak mengobjektifkan dirinya dalam alam yang ideal, jadi alam sebagai yang diciptakan merupakan penampakan dari alam yang menciptakan. Filsafat Schelling dapat diringkaskan sebagai beriut ini: Bahwa Yang Mutlak atau Rasio Mutlak adalah sebagai identitas Murni atau Indiferensi, dalam arti tidak mengenal perbedaan antara yang subjektif dengan yang objektif. Yang Mut;ak menjelmakan diri dalam dua potensi yaitu yang nyata (alam sebagai objek) dan ideal (gambaran alam yang subjektif dari subjek). Yang mutlak sebagai Identitas Yang Mutlak menjadi roh (subjek) dan alam (objek) yang subjektif dan yang objektif, yang sadar dan yang tak sadar. Tetapi yang Mutlak itu sendiiri bukanlah roh dan bukan pula alam, bukan yang objektif dan bukan pula yang subjektif, sebab Yang Mutlak adalah Identitas Mutlak atau Indiferensi Mutlak. Dengan mengukuti logika-tiga Fichta (tesis-anti tesis-sintesis), ia menerapkannya pada alam dan sejarah. Dari sini Schelliing membangun tiga tahap sejarah: a. Masa primitif yang ditandai oleh dominasi nasib, b. Masa Romawi yang ditandai oleh reaksi aktif manusia terhadap nasib, ini masih berlangsung hingga sekaran, dan c. Masa datang yang akan merupakan sintesis dua masa itu yang akan terjadi secara seimbang dalam kehidupan; di sana yang aktual dan yang ideal akan bersintesis.
  • 6. 6 3. G. W. F. Hegel (1770 – 1031 M) George Wilhem Friedrich hegel lahir pada tahun 1770 M di Stuttgart. Ini adalah tahun-tahun Revolusi Prancis yang terkenal itu (1789 M), juga merupakan tahun-tahun berbunganya kesusastraan Jerman. Lensing, Goethe, dan Schiller hidup pada periode ini juga. Firedrich Holderlin, sastrawan puisi jerman terbesar, adalah kawan dekat Hegel, juga lahir pada tahun 1770 M, sama dengan pengarang lagu yang kondang, Beethoven. Di Universitas Tubingen ia belajar teologi, tahun 1791 M ia memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi. Oleh karena itu, karya Hegel yang mula-mula adalah mengenai agama Kristen, seperti The Life of Jesus dan The Spirit of Christianity. Tahun 1801 M ia bergabung dengan Schelling di Universitas Jena menjadi pengajar mata kuliah Filsafat. Pada waktu inilah ia menulsikan sistemnya yang dibuatnya sebagai jawaban atas posisi Kant. Oleh karena itu, pengaruh Kants ada pada Hegel. Akan tetapi, hegel tidak pernah menjadi pengikut Kant; perbedaan antara keduanya lebih besar daripada perbedaan Plato dan Aristoteles. Hegel tidak akan menemukan metoda dialektikanya tanpa memulainya dari dialektika transcendental yang dikembangkan oleh Kant dalam Critique of Pure Reason. Sekalipun deikian, filsafat hegel amat berbeda dari filsafat Kant terutama tentang keterbatasan akal. Idealism di Jerman mencapai puncaknya pada masa Hegel. Ia termasuk salah satu filsuf Barat yang menonjol. Inti filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh, spirit) suatu istilah yang diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan Yang Mutlak itu Roh (jiwa), menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia akan dirinya. Roh itu dalam intinya Ide. Artinya: berpikir. Dalam sejarah kemanusiaan sadarlah roh ini akan dirinya. Demikian kemanusiaan merupakan bagian dari Ide Mutlak, Tuhan sendiri. Idea yang berpikir itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan tesis yang dengan sendirinya menimbulkan gerak yang bertentangan, anti tesis. Adanya tesis dan anti tesisnya itu menimbulkan sintesis dan ini merupakan tesis baru yang dengan sendirinya menimbulkan anti tesisnya dan munculnya sintesis baru pula. Demikianlah proses roh atau Ide yang disebut Hegel: Dialektika. Proses itulah yang menjadi keterangan untuk segala kejadian. Proses out berlaku menurut hokum akal. Sebab itu yang menjadi aksioma hegel: apa yang masuk akal (rasional) itu sungguh riil, dan apa yang sungguh itu masuk akal
  • 7. 7 C. Jenis-jenis Idealisme Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif, idealisme objektif, dan idealisme personal. 1. Idealisme Subyektif Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia. Seorang idealis subyektif berpendirian bahwa akal, jiwa dan persepsi-persepsinya merupakan segala yang ada. Obyek pengalaman bukan benda material, obyek pengalaman adalah peersepsi. Benda-benda seperti bangunan dan pohon-pohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya. Seorang idealis subyektif tidak mengingkari adanya apa yang dinamakan alam yang riil. Permasalahannya adalah bukan pada adanya benda-benda itu, akan tetapi bagaimana alam itu diinterpretasikan. Alam tidak berdiri sendiri, bebas dari orang yang mengetahuinya. Bahwa dunia luar itu ada menurut seorang idealis subyektif, mempunyai arti yang sangat khusus, yakni bahwa kata ada dipakai dalam arti yang sangat berlainan dari arti yang biasa dipakai. Bagi seorang idealis subyektif, apa yang ada adalah akal dan ide-idenya. Salah satu tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah George Berkeley (1685-1753 M). Baginya, ide adalah 'esse est perzipi' (ada berarti dipersepsikan). Tetapi akal itu sendiri tidak perlu dipersepsikan agar dapat berada. Akal adalah yang melakukan persepsi. Segala yang riil adalah akal yang sadar atau suatu persepsi atau ide yang dimiliki oleh akal tersebut. Jika dikatakan bahwa benda-benda itu ada ketika benda-benda itu tidak terlihat dan jika percaya kepada wujud yang terdiri dari dunia luar, Berkeley menjawab bahwa ketertiban dan konsistensi alam adalah riil disebabkan oleh akal yang aktif yaitu akal Tuhan, akal yang tertinggi, adalah pencipta dan pengatur alam. Kehendak Tuhan adalah hukum alam. Tuhan menentukan urutan dan susunan ide-ide. Kaum idealis subyektif mengatakan bahwa tak mungkin ada benda atau persepsi tanpa seorang yang mengetahui benda atau persepsi tersebut, subyek (akal atau si yang tahu) seakan-akan menciptakan obyeknya (apa yang disebut materi atau benda-benda) bahwa apa yang
  • 8. 8 riil itu adalah akal yang sadar atau persepsi yang dilakukan oleh akal tersebut. Mengatakan bahwa suatu benda ada berarti mengatakan bahwa benda itu dipersepsikan oleh akal. 2. Idealisme Obyektif Banyak filosof idealis, dari Plato, melalui Hegel sampai filsafat masa kini menolak subyektivisme yang ekstrim atau mentalisme, dan menolak juga pandangan bahwa dunia luar itu adalah buatan-buatan manusia. Mereka berpendapat bahwa peraturan dan bentuk dunia, begitu juga pengetahuan, adalah ditentukan oleh watak dunia sendiri. Akal menemukan peraturan alam. Mereka itu idealis dalam memberi interpretasi kepada alam sebagai suatu bidang yang dapat difahami, yang bentuk sistematiknya menunjukkan susunan yang rasional dan nilai. Jika dikatakan bahwa watak yang sebenarnya dari alam adalah bersifat mental, maka artinya bahwa alam itu suatu susunan yang meliputi segala-galanya, dan wataknya yang pokok adalah akal; selain itu alam merupakan kesatuan organik. Walaupun idealisme baru dipakai pada waktu yang belum lama untuk menunjukkan suatu aliran filsafat, akan tetapi permulaan pemikiran idealis dalam peradaban Barat biasanya dikaitkan kepada Plato (427-347 SM). Plato menamakan realitas yang fundamental dengan nama ide, tetapi baginya, tidak seperti Berkeley, hal tersebut tidak berarti bahwa ide itu, untuk berada, harus bersandar kepada suatu akal, apakah itu akal manusia atau akal Tuhan. Plato percaya bahwa di belakang alam perubahan atau alam empiris, alam fenomena yang kita lihat atau kita rasakan, terdapat dalam ideal, yaitu alam essensi, form atau ide. Menurut Plato, dunia dibagi dalam dua bagian. Pertama, dunia persepsi, dunia penglihatan, suara dan benda-benda individual. Dunia seperti itu, yakni yang kongkrit, temporal dan rusak, bukanlah dunia yang sesungguhnya, melainkan dunia penampakkan saja. Kedua, terdapat alam di atas alam benda, yaitu alam konsep, ide, universal atau essensi yang abadi. Konsep manusia mengandung realitas yang lebih besar daripada yang dimiliki orang seorang. Kita mengenal benda-benda individual karena mengetahui konsep-konsep dari contoh-contoh yang abadi. Bidang yang kedua di atas mencakup contoh, bentuk (form) atau jenis (type) yang berguna sebagai ukuran untuk benda-benda yang dipersepsikan dengan indera kita. Ide-ide adalah contoh yang transenden dan asli, sedangkan persepsi dan benda-benda individual adalah copy atau bayangan dari ide-ide tersebut. Walaupun realitas itu
  • 9. 9 bersifat immaterial, Plato tidak mengatakan bahwa tak ada orang yang riil kecuali akal dan pengalamanpengalamannya. Ide-ide yang tidak berubah atau essensi yang sifatnya riil, diketahui manusia dengan perantaraan akal. Jiwa manusia adalah essensi immaterial, dikurung dalam badan manusia untuk sementara waktu. Dunia materi berubah, jika dipengaruhi rasa indra, hanya akan memberikan opini dan bukan pengetahuan. Kelompok idealis obyektif modern berpendapat bahwa semua bagian alam tercakup dalam suatu tertib yang meliputi segala sesuatu, dan mereka menghubungkan kesatuan tersebut kepada ide dan maksud-maksud dari suatu akal yang mutlak (absolute mind). Hegel (1770-1831) memaparkan satu dari sistem-sistem yang terbaik dalam idealisme monistik atau mutlak (absolute). Pikiran adalah essensi dari alam dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Alam dalah proses pikiran yang memudar. Alam adalah Akal yang Mutlak (absolute reason) yang mengekpresikan dirinya dalam bentuk luar. Oleh karena itu maka hukum-hukum pikiran merupakan hukum-hukum realitas. Sejarah adalah cara zat Mutlak (Absolute) itu menjelma dalam waktu dan pengalaman manusia. Oleh karena alam itu satu, dan bersifat mempunyai maksud serta berpikir, maka alam itu harus berwatak pikiran. Jika kita memikirkan tentang keseluruhan tata tertib dunia, yakni tertib yang mencakup in- organik, organik, tahap-tahap keberadaan yang spiritual, dalam suatu cara tertib yang mencakup segala-galanya, pada waktu itulah kita membicarakan tentang yang Mutlak, Jiwa yang Mutlak atau Tuhan. Sebagai ganti realitas yang statis dan tertentu serta jiwa yang sempurna dan terpisah, seperti yang terdapat dalam filsafat tradisional, Hegel membentangkan suatu konsepsi yang dinamik tentang jiwa dan lingkungan; jiwa dan lingkungan itu adalah begitu berkaitan sehingga tidak dapat mengadakan pembedaan yang jelas antara keduanya. Jiwa mengalami realitas setiap waktu. Yang 'universal' selalu ada dalam pengalaman-pengalaman khusus dari proses yang dinamis. Dalam filsafat semacam itu, pembedaan dan perbedaan termasuk dalam dunia fenomena dan bersifat relatif bagi si pengamat. Keadaannya tidak mempengaruhi kesatuan dari akal yang positif (mempunyai maksud). Kelompok idealis obyektif tidak mengingkari adanya realitas luar atau realitas obyektif. Mereka percaya bahwa sikap mereka adalah satu-satunya sifat yang bersifat adil kepada segi obyektif dari pengalaman, oleh karena mereka menemukan dalam alam prinsip: tata tertib, akal dan maksud yang sama seperti yang ditemukan manusia dalam dirinya sendiri. Terdapat suatu akal yang memiliki maksud di alam ini. Mereka percaya bahwa hal itu ditemukan bukan sekadar difahami dalam alam. Alam telah ada
  • 10. 10 sebelum jiwa individual (saya) dan akan tetap sesudah saya; alam juga sudah ada sebelum kelompok manusia ada. Tetapi adanya arti dalam dunia, mengandung arti bahwa ada sesuatu seperti akal atau pikiran di tengah-tengah idealitas. Tata tertib realitas yang sangat berarti seperti itu diberikan kepada manusia agar ia memikirkan dan berpartisipasi di dalamnya. Keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia adalah intuisi dasar yang menjadi asas idealisme. 3. Personalisme atau idealisme personal Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya. Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik. Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir. Kelompok personalis berpendapat bahwa perkembangan terakhir dalam sains modern, termasuk di dalamnya formulasi teori realitas dan pengakuan yang selau bertambah terhadap 'tempat berpijaknya si pengamat' telah memperkuat sikap mereka. Realitas adalah suatu sistem jiwa personal, oleh karena itu realitas bersifat pluralistik. Kelompok personalis menekankan realitas dan harga diri dari orang-orang, nilai moral, dan kemerdekaan manusia. Bagi kelompok personalis, alam adalah tata tertib yang obyektif, walaupun begitu alam tidak berada sendiri. Manusia mengatasi alam jika ia mengadakan interpretasi terhadap alam ini. Sains mengatasi materialnya melalui teori-teorinya; alam arti dan alam nilai menjangkau lebih jauh daripada alam semesta sebagai penjelasan terakhir. Rudolf Herman Lotze (1817-1881), Borden P Bowne (1847- 1910), Edgar Sheffield Brightman (1884-1953), dan Peter Bertocci, telah menekankan pendapat ini. Lotze berusaha mendamaikan pandangan mekanik tentang alam yang ditimbulkan oleh sains dengan interpretasi idealis tentang kesatuan spiritual. Bagi Bowne, akal yang sadar merealisasikan dirinya melalui tata tertib alam sebagai alat ekspresinya, akan tetapi akal tersebut mengatasinya. Brightman menganggap personalisme sebagai posisi menengah antara idealisme mutlak dari Josiah Royce dan pragmatisme William James, dan antara supernaturalisme dan naturalisme. Realitas adalah masyarakat perseorangan yang juga mencakup Zat yang tidak diciptakan dan orang-orang yang diciptakan Tuhan dalam masyarakat manusia. Alam diciptakan oleh Tuhan, Aku yang Maha Tinggi dalam masyarakat individu. Jiwa yang tertinggi telah mengekspresikan dirinya dalam dunia material dari atom dan
  • 11. 11 dalam jiwa-jiwa yang sadar yang timbul pada tahap-tahap tertentu dari proses alam. Terdapat suatu masyarakat person atau aku-aku yang ada hubungannya dengan personalitas tertinggi. Nilai-nilai moral dan spiritual diperkuat oleh jiwa kreatif personal, dan jiwa mempunyai hubungan dengan segala sesuatu. Personalisme bersifat theistik (percaya pada adanya Tuhan), ia memberi dasar metafisik kepada agama dan etika. Tuhan mungkin digambarkan sebagai zat yang terbatas, sebagai pahlawan yang berjuang dan bekerja untuk tujuan-tujuan moral dan agama yang tinggi. Ide tentang kebaikan Tuhan dipertahankan walaupun kekuasaannya terbatas. Tujuan hidup adalah masyarakat yang sempurna, yakni masyarakat jiwa (selves) yang telah mencapai personalitas sempurna dengan jalan berjuang. Sebagai suatu kelompok, pengikut aliran idealisme personal menunjukkan perhatian yang lebih besar kepada etika dan lebih sedikit kepada logika daripada pengikut idealisme mutlak. Mereka apercaya bahwa proses hidup itu lebih penting daripada bentuk- bentuk ekspresi kata-kata atau arti-arti yang tetap, dan mereka menekankan realisasi kemampuan dan kekuatan seseorang, dengan jalan kemerdekaan dan mengontrol diri sendiri. Oleh karena personalitas mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada apa saja selainnya, maka masyarakat harus diatur sedemikian rupa sehingga tiap orang dapat memperoleh kehidupan dan kesempatan yang sebesar-besarnya. D. Pandangan Filosofis Idealisme Pandangan filosofis idealisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu ontologi, epistemologi dari aksiologi. 1. Realitas Akal Pikiran (Kajian Ontologi) George Knight mengemukakan bahwa realitas bagi idealisme adalah dunia penampakan yang ditangkap dengan panca indera dan dunia realitas yang ditangkap melalui kecerdasan akal pikiran (mind). Dunia akal pikir terfokus pada ide gagasan yang lebih dulu ada dan lebih penting daripada dunia empiris indrawi. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa ide material, dapat diilustrasikan dengan kontruksi sebuah kursi. Para penganut idealisme berpandangan bahwa seseorang haruslah telah mempunyai ide tentang kursi dalam akal pikirannya sebelum ia dapat membuat kursi untuk diduduki. Metafisika idealisme nampaknya dapat dirumuskan sebagai sebuah dunia akal pikir kejiwaan. Uraian di atas dapat dipahami bahwa meskipun idealisme berpandangan yang terfokus pada dunia ide yang bersifat abstrak, namun demikian ia tidak menafikan unsur materi yang bersifat empiris indrawi. Pandangan idealisme
  • 12. 12 tidak memisahkan antara sesuatu yang bersifat abstrak yang ada dalam tataran ide dengan dunia materi. Namun menurutnya, yang ditekankan adalah bahwa yang utama adalah dunia ide, karena dunia materi tidak akan pernah ada tanpa terlebih dulu ada dalam tataran ide. 2. Kebenaran sebagai Ide dan Gagasan (Kajian Epistemologi) Kunci untuk mengetahui epistemologi idealisme terletak pada metafisika mereka. Ketika idealisme menekankan realitas dunia ide dan akal pikiran dan jiwa, maka dapat diketahui bahwa teori mengetahui (epistemologi)nya pada dasarnya adalah suatu penjelajahan secara mental mencerap ide-ide, gagasan dan konsep-konsep. Dalam pandangannya, mengetahui realitas tidaklah melalui sebuah pengalaman melihat, mendengar atau meraba, tetapi lebih sebagai tindakan menguasai ide sesuatu dan memeliharanya dalam akal pikiran. Berdasarkan itu, maka dapat dipahami bahwa pengetahuan itu tidak didasarkan pada sesuatu yang datang dari luar, tetapi pada sesuatu yang telah diolah dalam ide dan pikiran. Berkaitan dengan ini Gerald Gutek mengatakan ; In idealism, the process of knowmg is that of recognition or remmisence of latent ideas that are preformed and already present in the mind. By reminiscence, the human mind may discover the ideas of theMacrocosmic Mind in one's own thoughts..... Thus, knowing is essentially a process of recognition, a recall and rethinking of ideas that are latently present in the mind. What is to be known is already present in the mind. Dari kutipan di atas, diketahui bahwa menurut idealisme, proses untuk mengetahui dapat dilakukan dengan mengenal atau mengenang kembali ide-ide tersembunyi yang telah terbentuk dan telah ada dalam pikiran. Dengan mengenang kembali, pikiran manusia dapat menemukan ide-ide tentang pikiran makrokosmik dalam pikiran yang dimiliki séseorang. Jadi, pada dasarnya mengetahui itu melalui proses mengenal atau mengingat, memanggil dan memikirkan kembali ide-ide yang tersembunyi atau tersimpan yang sebetulnya telah ada dalam pikiran. Apa yang akan diketahui sudah ada dalam pikiran. Kebenaran itu berada pada dunia ide dan gagasan. Beberapa penganut idealisme mempostulasikan adanya Akal Absolut atau Diri Absolut yang secara terus menerus memikirkan ide-ide itu. Berkeley menyamakan konsep Diri Absolut dengan Tuhan. Dengan demikian, banyak pemikir keagamaan mempunyai corak pemikiran demikian. Kata kunci dalam epistemologi idealisme adalah konsistensi dan koherensi. Para penganut idealisme memberikan perhatian besar pada upaya pengembangan suatu sistem kebenaran yang mempunyai konsistensi logis.
  • 13. 13 Sesuatu benar ketika ia selaras dengan keharmonisan hakikat alam semesta. Segala sesuatu yang inkonsisten dengan struktur ideal alam semesta harus ditolak karena sebagai sesuatu yang salah. Dalam idealisme, kebenaran adalah sesuatu yang inheren dalam hakikat alam semesta, dan karena itu, Ia telah dulu ada dan terlepas dari pengalaman. Dengan demikian, cara yang digunakan untuk meraih kebenaran tidaklah bersifat empirik. Penganut idealisme mempercayai intuisi, wahyu dan rasio dalam fungsinya meraih dan mengembangkan pengetahuan. Metode-metode inilah yang paling tepat dalam menggumuli kebenaran sebagai ide gagasan, dimana ia merupakan pendidikan epistemologi dasar dari idealisme. 3. Nilai-nilai dari Dunia Ide (Kajian Aksiologi) Aksiologi idealisme berakar kuat pada cara metafisisnya. Menurut George Knight, jagat raya ini dapat dipikirkan dan direnungkan dalam kerangka makrokosmos (jagat besar) dan mikrokosmos (jagat kecil). Dari sudut pandang ini, makrokosmos dipandang sebagai dunia Akar Pikir Absolut, sementara bumi dan pengalaman- pengalaman sensori dapat dipandang sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada. Dalam konsepsi demikian, tentu akan terbukti bahwa baik kriteria etik maupun estetik dari kebaikan dan kemudahan itu berada di luar diri manusia, berada pada hakikat realitas kebenaran itu sendiri dan berdasarkan pada prinsipprinsip yang abadi dan baku. Dalam pandangan idealisme, kehidupan etik dapat direnungkan sebagi suatu kehidupan yang dijalani dalam keharmonisan dengan alarm (universe). Jika Diri Absolut dilihat dalam kacamata makrokosmos, maka diri individu manusia dapat diidentifikasi sebagai suatu diri mikrokosmos. Dalam kerangka itu, peran dari individual akan bisa menjadi maksimal mungkin mirip dengan Diri Absolut. Jika Yang Absolut dipandang sebagai hal yang paling akhir dan paling etis dari segala sesuatu, atau sebagai Tuhan yang dirumuskan sebagai yang sempurna sehingga sempurna pula dalam moral, maka lambang perilaku etis penganut idealisme terletak pada "peniruan" Diri Absolut. Manusia adalah bermoral jika ia selaras dengan Hukum Moral Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari Zat Absolut. Uraian di atas memberikan pengertian bahwa nilai kebaikan dipandang dan sudut Diri Absolut. Ketika manusia dapat menyeleraskan diri dan mampu mengejewantahkan diri dengan Yang Absolut sebagai sumber moral etik, maka kehidupan etik telah diperolehnya. Berkaitan dengan hal tersebut, Gutek mengemukakan bahwa pengalaman yang punya nilai didasarkan pada kemampuan untuk meniru Tuhan sebagai sesuatu yang Absolut, sehingga nilai etik itu sendiri merupakan sesuatu yang muttlak, abadi, tidak berubah
  • 14. 14 dan bersifat universal. Estetika idealisme juga diihat dalam kerangka makrokosmos dan mikrokosmos. Penganut idealisme berpandangan bahwa keindahan itu ada ketika direfleksikan sesuatu yang ideal. Seni yang berupaya Mengekspresikan Yang Absolut, maka dikategorikan sesuatu yang memuaskan secara estetik. E. Implikasi Filsafat Idealisme Dalam Pendidikan Untuk melihat implikasi filsafat idealisme dalam bidang pendidikan, dapat ditinjau dari modus hubungan antara filsafat dan pendidikan. Imam Barnadib mengemukakan bahwa pada hakikatnya, hubungan antara filsafat dan pendidikan merupakan hubungan keharmonisan, bukan hanya hubungan insidental semata. Lebih lanjut Imam Barnadib mengemukakan bahwa untuk memahami filsafat pendidikan, perlu dilihat pendekatan mengenai apa dan bagaimana filsafat pendidikan. Menurutnya, pendekatan itu dapat dilihat melalui beberapa sudut pandang. Salah satu sudut pandang tersebut adalah bahwa filsafat pendidikan dapat tersusun karena adanya hubungan linier antara filsafat dan pendidikan. Sebagai contoh, sejumlah aliran filsafat dapat dihubungkan sedemikian rupa menjadi filsafat pendidikan. Realisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan realisme. Pragmatisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan pragmatisme. Idealisme dan pendidikan menjadi filsafat pendidikan idealisme. Dalam konteks inilah, idealisme yang menjadi kajian artikel ini menjadi relevan ketika dihubungkan dengan masalah pendidikan. Filsafat pendidikan idealisme dapat ditinjau dari tiga cabang filsafat yaitu ontologi sebagai cabang yang merubah atas teori umum mengenai semua hal, epistemologi yang membahas tentang pengetahuan serta aksiologi yang membahas tentang nilai. Ontologi dari filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide- ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah pemahaman sebagai makhluk spritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat ontologis dan idealistik. Dengan demikian pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral serta mencitacitakan segala hal yang serba baik dan bertaraf tinggi. Aspek epistemologi dari idealisme adalah pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spritual yang dapat menuntun kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan tersebut tidak semata-mata terikat pada hal-hal fisik, tetapi nengutamakan yang bersifat spritual. Sedangkan aspek aksiologi pada idealisme menempatkan nilai pada dataran yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya pendidik
  • 15. 15 hendaknya tidak menjadikan peserta didik terombang ambing oleh sesuatu yang bersifat relatif atau temporer. Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa pandangan umum filsafati idealisme yang berangkat dari hal-hal yang bersifat ideal dan spritual, sangat menentukan cara pandang ketika memasuki dunia pendidikan. Dengan kata lain bahwa hal-hal yang bersifat ideal dapat menentukan pandangan dan pemikiran terhadap berbagai hal dalam pendidikan yaitu dari segi tujuan, materi, pendidik, peserta didik dan hakikat pendidikan secara keseluruhan. Untuk melihat implikasi idealisme lebih lanjut, maka berikut ini akan ditelaah aspek-aspek pendidikan dalam tinjauan filsafat idealisme, meliputi peserta lidik, pendidik, kurikulum, metode pendidikan, tujuan pendidikan dan pandangannya terhadap sekolah. 1. Peserta didik atau anak-anak Bagi idealisme, peserta didik dipandang sebagai suatu diri mikrokosmis jagat kecil yang berada dalam proses "becoming" menjadi lebih mirip dengan Diri Absolut. Dengan kata lain bahwa diri individual, dalam hal ini peserta didik, adalah suatu eksistensi dari Diri Absolut. Oleh karenanya Ia mempunyai sifat-sifat yang sama dalam bentuk yang belum teraktualkan atau dikembangkan. Aspek yang paling penting dari peserta didik adalah inteleknya yang merupakan akal pikir mikrokosmik. Pada dataran akal pikirlah, usaha serius pendidikan harus diarahkan, karena pengetahuan yang benar dapat dicapai hanya melalui akal pikir. Kalangan idealisme melihat anak didik sebagai seseorang yang mempunyai potensi untuk tumbuh, baik secara moral maupun kognitif. Para idealis cenderung melihat seorang anak didik sebagai individu yang mempunyai nilai-nilai moralitas. Oleh karena itu, pendidikan berfungsi untuk rnengembangkannya kearah kepribadian yang sempurna. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa anak didik harus dipandang sebagai individu yang memiliki potensi akal pikir dan potensi moral. Potensi inteleknya dikembangkan sehingga memiliki pengetahuan yang benar, dan potensi moralnya diaktualkan agar ia memiliki kepnibadian yang utama sebagai manusia yang bermoral. 2. Pendidik atau guru Guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab gurulah yang melayani murid sebagai contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada pada posisi yang lebih dekat dengan yang Absolut dibandingkan murid, karena ia mernpunyai pengetahuan lebih tentang dunia. la punya pengetahuan lebih tentang realitas sehingga mampu bertindak sebagai perantara antar diri anak didik dan diri
  • 16. 16 yang Absolut. Peran guru adalah rmenjangkau pengetahuan tentang realitas dan menjadi teladan keluhuran etis. la adalah pola panutan bagi para murid untuk diikuti baik dalam kehidupan intelektual maupun sosial. Untuk menjalankan fungsinya tersebut secara baik, maka menurut mazhab idealisme, guru hanus memiliki beberapa syarat untuk menjadi guru yang ideal. Menurut J. Donald Butler, kriteria tersebut adalah guru harus (1) rnewujudkan budaya dan realitas dalam diri anak didik (2) menguasai kepribadian manusia (3) ahli dalam proses pembelajaran (4) bergaul secara wajar dengan anak didik (5) membangkitkan hasrat anak didik untuk belajar (6) sadar bahwa manfaat secara moral dari pengajaran terletak pada tujuan yang dapat menyempurnakan manusia dan (7) mengupayakan lahirnya lagi budaya dari setiap generasi. Dari uraian di atas jelas bahwa guru sangat menanamkan peran penting dalam pendidikan dan pengajaran. Dalam mendidik, guru berperan sebagai tokoh sentral dan model di mana keberadaannya menjadi panutan bagi anak didiknya. Dengannya, anak didik menjadi punya pegangan. Sebagai model bagi anak didiknya, guru harus menghargai anak didiknya dan membantunya untuk menyadari kepribadian yang mereka miliki. Dengan demikian idealisme rupanya menempatkan sosok guru menjadi posisi sentral yang selalu mengarahkan anak didiknya. 3. Kurikulum Materi pembe!ajaran (subject matter) idealisme dapat dilihat dari sudut pandang epistemologinya. Jika kebenaran adalah ide gagasan, maka kurikulum harus disusun di seputar materi-materi kajian yang mengantar anak didik bergelut langsung dengan ide dan gagasan. Karena itu, kurikulum bagi penganut idealisme menekankan pandangan humanitis. Bagi banyak penganut idealisme, kajian tepat tentang "kemanusiaan" adalah manusia. Bagi idealisme, kurkulum merupakan organ materi intelektual atau disiplin keilmuan yang bersifat ideal dan konseptual. Sistem konseptual yang bervariasi tersebut menjelaskan dan didasarkan pada manifestasi khusus dari yang Absolut. 4. Metodologi Pengajaran Dalam proses pembelajaran, kata-kata tertulis maupun terucap merupakan metode yang digunakan oleh penganut idealisme. Melalui kata-katalah ide dan gagasan dapat beralih dari suatu akal pikir menuju akal pikir lainnya. Tujuan dan metode ini dapat dirumuskan sebagai penyerapan ide dan gagasan. Metodologi guru di ruang kelas sering kali dilihat dalam bentuk lecturing (penyampaian kuliah)
  • 17. 17 dengan pengertian pengetahuan ditansfer dari guru ke murid. Guru juga menyelenggarakan diskusi kelas sehingga ia dan muridnya dapat menangkap ide- ide dan gagasan dari berhagai bacaan dan perkuliahan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode pengajaran dalam pandangan idealisme salah satunya adalah penyampaian melalui uraian kata-kata, sehingga materi yang diberikan ke anak didik terkesan verbal dan abstrak. Atas dasar itu, maka idealisme rupanya kurang punya gairah untuk melakukan kajian-kajian yang langsung bersentuhan dengan objek fisik, karena dalam pandangannya kegiatan-kegiatan tersebut berkaitan dengan bayang-bayang inderawi daripada realitas puncak. 5. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan menurut idealisme adalah mendorong anak didik untuk mencari kebenaran. Mencari kebenaran dan hidup dalam kebenaran tersebut berarti bahwa individu-individu pertama kali harus mengetahui kebenaran tersebut. Pendidikan idealisme mempunyai tujuan yaitu merubah pribadi untuk menuju Tuhan, bersikap benar dan baik. Sementara itu Ali Maksum mengatakan bahwa tujuan pendidikan idealisme adalah membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna yang berguna bagi masyarakatnya. la mengutip Brameld bahwa pendidikan adalah self development of mind as spritual subtance. Pendidikan dalam pandangan ini lebih menekankan pada pengkayaan pengetahuan (transfer of knowladge) pada anak didik. Lembaga pendidikan harus membekali pengetahuan, teori-teori dan konsep-konsep tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri). Idealisme yakni, kalau anak didik itu menguasai berbagai pengetahuan maka mereka tidak akan kesulitan menghadapi hidup.
  • 18. 18 BAB III PENUTUP Pada bagian ini dikemukakan bahwa idelisme adalah suatu aliran filsafat gang berpandangan bahwa dunia ide dan gagasan merupakan hakikat dari realitas. Realitas sesungguhnya tidak terdapat pada objek materi, tetapi terdapat dalam alam pikiran ide. Meskipun idealisme menganggap bahwa yang hakikat adalah ide. ia tetap mengakui adanya materi. Namun menurutnya, yang utama adalah dunia ide. karena ide terlebih dulu ada sebelum materi. Aliran filsafat ini, kemudian berimplikasi dalam bidang pendidikan. Bangunan filsafat tersebut membentuk sebuah pemahaman bahwa pendidikan dikonstruk berdasarkan ide-ide yang bersifat abstrak yang lebih mengedepankan akal pikiran dan moral.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Barnadib, Imam., Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Adicita Kaiya Nusa: 2002 Gazalba, Sidi., Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang: 1981 Gutek. Gerald L., Philosophical and Ideological Persfektif on Education, Chicago: Loyoia University of Chicago: 1988 Horne, Herman., An Idealistic Philosophy of Education dalam, Nelson B. Henry, Philosophies of Education, Illmois: University of Chicago: 1942 Knight, George R.., Issues and Alternatives m Education Philosophy, Terj. Mahmud Arif, Filsafat Pendidikan, Isu-isu Kontemporer dan Solusi Alternatif, Yogyakarta: Idea Press: 2004 Maksum, Ali., Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post Modern, Yogyakarta: IRCiSoD: 2004 Tafsir, Ahmad., Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, Bandung: Remaja Rosdakarya: 2004