SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
| 1P a g e
Monitoring Kebijakan ICT Periode Januari-Maret 2015
Menelisik Pertarungan Wacana Revisi UU ITE
Oleh:
Firdaus Cahyadi
Yayasan SatuDunia
| 2P a g e
I. Tentang Dokumen ini
Dokumen monitoring kebijakan ICT (Information and Communication
Technology) ini disusun oleh Yayasan SatuDunia untuk memudahkan publik terlibat
dalam memonitoring arah kebijakan ICT di Indonesia. Keterlibatan publik secara aktif
dalam memonitoring kebijakan ICT menjadi penting agar hak-hak publik tidak
disingkirkan dalam produk kebijakan ICT.
Dalam dokumen monitoring kebijakan ICT periode Januari-Maret ini SatuDunia
akan menyorot persoalan rencana pemerintah dalam merevisi Undang Undang (UU)
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Revisi UU ITE ini sudah lama dikumandangkan
oleh masyarakat sipil, terutama karena di dalam UU ITE terdapat pasal karet
pencemaran nama baik.
Dokumen ini mencoba memonitor wacana yang berkembang di media massa
(online) terkait rencana revisi UU ITE. Diharapkan dokumen ini dapat menjadi semacam
amunisi dalam memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam melakukan
advokasi dan kampanye terkait revisi UU ITE.
Dokumen ini tentu masih jauh dari sempurna. Diharapkan masukan dari semua
pihak untuk memberikan masukan dan kritik guna penyempurnaan dokumen ini.
Hormat kami
Firdaus Cahyadi
Direktur Eksekutif Yayasan SatuDunia
| 3P a g e
II. Revisi UU ITE
Pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh. Pada tahun 2014 lalu, Asosiasi
Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil riset nasional terkait
jumlah pengguna dan penetrasi internet di Indonesia untuk tahun 2014. Menurut
hasil riset tersebut pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai angka
88,1 juta.
Dengan demikian, jika disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia
yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 252,5 juta jiwa, maka
pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta jiwa dari total
71,9 juta pengguna di tahun 2013 lalu. Pertumbuhan pengguna internet di
Indonesia meningkat 34,9% dibandingkan tahun 2013 lalu1
.
Trend pertumbuhan pengguna internet itu diantisipasi dengan munculnya
berbagai pengaturan di ranah ini. Salah satu bentuk pengaturan itu adalah UU No
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Meskipun diarahkan mengatur transaksi elektronik, di UU itu juga mengatur
tentang konten- konten internet yang dilarang. Konten internet yang dinilai
mengandung pencemaran nama baik dan pornografi dinyatakan sebagai konten
yang dilarang. Pro-kontra pun bermunculan mengenai pengaturan konten
internet dalam UU ITE tersebut. Para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) menilai
pengaturan konten internet dalam UU ITE tidak pada tempatnya dan cenderung
melanggar hak kebebasan berekspresi.
Benar saja, tak lama setelah UU ITE disahkan korban dari masyarakat pun
berjatuhan. Menurut catatan dari ELSAM2
, telah puluhan warga negara yang
menjadi korban UU ITE, utamanya pasal karet pencemaran nama baik.
1
Jumlah Pengguna Internet Indonesia Capai 88,1 Juta http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah-
pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta
2
Internet untuk Semua, Mengintegrasikan Prinsip Hak Asasi Manusia dalam Pengaturan Internet di Indonesia,
2014
| 4P a g e
Pada tahun 2010, SatuDunia mengadakan riset kecil mengenai perlawanan
masyarakat sipil terkait UU ITE3
. Riset kecil itu menyimpulkan bahwa kelompok
masyarakat sipil tidak dilibatkan dalam penyusunan UU ITE. Sehingga wajar
muncul pasal karet pencemaran nama baik yang mengancam kebebasan
masyarakat sipil.
III. Kemana Arah Pertarungan Wacana Revisi UU ITE?
Meskipun telah banyak menimbulkan korban di kalangan masyarakat, namun, di
media online, wacana tentang revisi UU ITE ini ternyata terbelah. Berikut analisis
medianya. Media yang dijadikan sebagai bahan analisis adalah pemberitaan di
media: detik.com, kompas.com, okezone.com, neraca.co.id, vivanews.com dalam
kurun waktu 2009- awal 2015. Berikut gambaran skematik dari analisis media
tersebut.
3
Belajar dari Perlawanan Masyarakat Sipil Terhadap UU ITE
http://www.satudunia.net/system/files/Belajar%20dari%20Perlawanan%20Masyarakat%20Sipil%20Terhadap
%20UU%20ITE_YSD.pdf
| 5P a g e
Keterangan Gambar:
⃝ Menggambarkan pihak yang memproduksi wacana
Menggambarkan wacana yang diproduksi
Garis Merah menunjukkan ketidaksetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain
Garis Hijau menunjukkan kesetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain.
Paling tidak ada tiga wacana menarik yang bisa diungkapkan dalam skematik
pertarungan wacana terkait dengan revisi UU ITE tersebut.
A. Pro dan Kontra Wacana Revisi UU ITE
Sejak tahun 2009, banyak pihak yang mendesak UU ITE direvisi. Hal itu terkait
dengan adanya pasal karet pencemaran nama baik yang telah banyak
menimbulkan korban. Pihak yang mendesakan wacana revisi UU ITE itu antara
lain, Organisasi Non-Pemerintah (Ornop), organisasi wartawan (Aliansi Jurnalis
Independen/AJI), Komisi I DPR Periode 2014-2019, Komnas HAM dan korban dari
pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE itu sendiri. Menariknya wacana
revisi UU ITE terutama terkait dengan pasal karet pencemaran nama baik juga
dikumandangkan oleh pemerintah sendiri, dalam hal ini Kementerian Komunikasi
| 6P a g e
dan Informatika (Kominfo). Paling tidak, Kominfo mempersilahkan bila UU ITE
harus direvisi, utamanya yang menyangkut pasal karet pencemaran nama baik.
Namun tidak semua pihak setuju dengan wacana revisi UU ITE. Ketua DPR
periode 2009-2014 misalnya, dengan tegas menolak wacana revisi UU ITE
tersebut. Bahkan sebagian kalangan anggota DPR justru memanfaatkan pasal
karet pencemaran nama baik untuk menjerat aktivis anti-korupsi yang telah
mempublikasikan hasil risetnya terkait dengan korupsi. Bukan hanya anggota
DPR yang menggunakan pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE, sebuah
organisasi wartawan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pun sempat
menggunakan pasal karet UU ITE dalam sebuah kasus terkait dugaan
pencemaran nama baik. Dari sini terlihat perbedaan posisi antara organisasi
wartawan di Indonesia dalam menyikapi pasal karet pencemaran nama baik di
UU ITE. Di satu sisi AJI dengan keras dan konsisten menolak keberadaan pasal
karet pencemaran nama baik, namun di sisi lain, PWI justru menggunakan pasal
karet pencemaran nama baik itu dalam sebuah kasus yang dihadapinya.
Mengapa DPR periode 2009-2014 cenderung menolak revisi UU ITE, sementara
pihak pemerintah cenderung menyetujui wacana revisi UU ITE? Tidak mudah
menjawab pertanyaan itu. Namun, jika melihat sejarah dari pembahasan UU ITE
sendiri nampaknya hal itu disebabkan bahwa pasal karet pencemaran nama baik
itu bukan usulan dari pemerintah. Semula dalam draft UU ITE yang dibahas tidak
ada pasal karet pencemaran nama baik. Namun atas usulan DPR muncullah pasal
karet pencemaran nama baik itu. Sebagian anggota DPR periode 2009-2014
memang ada yang mendukung Revisi UU ITE, namun bukan terkait pasal karet di
UU itu melainkan bagaimana UU ITE bisa menghukum pelaku pornografi yang
disebarkan via internet. Wacana itu muncul ketika heboh video porno artis
Indonesia.
Sisi historis dari kemunculan pasal karet di UU ITE itu nampaknya yang membuat
pemerintah seperti tanpa beban menerima wacana revisi UU ITE. Sebaliknya,
pihak DPR utamanya periode 2009-2014 cenderung menolaknya. Bahkan
| 7P a g e
diantara anggota DPR periode tersebut ada yang justru menggunakan pasal karet
tersebut. Tapi situasinya berbalik dengan anggota DPR periode 2014-2019,
utamanya Komisi I. Komisi I DPR periode 2014-2019 jsutru mendorong ada revisi
UU ITE.
Sebagian pengguna internet memang telah menjadi korban dari pasal karet
pencemaran nama baik UU ITE. Namun, seorang praktisi internet justru menolak
wacana revisi UU ITE. Alasannya, yang salah bukan UU-nya namun penerapan
hukumnya. Sang praktisi internet itu berargumentasi bahwa akan ada kebebasan
yang kebablasan bila pasal karet pencemaran nama baik direvisi atau dihilangkan
dari UU ITE. Benarkah demikian? Masih sangat bisa diperdebatkan. Karena
pencemaran nama baik sudah ada sebelumnya di KUHP.
B. Mencabut Pasal Karet Pencemaran Nama Baik atau 'Menjinakan' UU ITE
Hampir dapat dipastikan UU ITE akan direvisi. Perdebatan wacananya pun
bergenser dari sekedar pro dan kontra revisi UU ITE tersebut. Perdebatan
diantara pihak yang mendesak atau setuju atas revisi UU ITE kemudian adalah
mencabut pasal karet pencemaran nama baik dari UU ITE tersebut atau hanya
sekedar mengurangi hukumannya. AJI Palembang, Komisi I DPR periode 2014-
2019, Yayasan SatuDunia misalnya memiliki posisi bahwa pasal karet
pencemaran nama baik harus dicabut dari UU ITE. Alasan yang mengemuka
adalah karena pasal pencemaran nama baik sendiri sudah ada di KUHP, sehingga
tidak diperlukan keberadaannya di UU ITE. Selain itu, UU ITE harusnya lebih fokus
untuk mengatur transaksi elektronik bukan soal pencemaran nama baik di
internet.
ELSAM, sebuah organisasi yang konsern di isu hak asasi manusia, dan seorang
pengamat kebijakan publik memunculkan wacana bahwa sebaiknya UU ITE tidak
mengatur semua hal yang terkait dengan internet. Hal-hal yang tidak terkait
secara langsung dengan perosalan transaksi elektronik bisa diatur di UU lain.
| 8P a g e
Sementara pihak pemerintah, dalam hal ini Kominfo, lebih menyetujui wacana
pengurangan hukuman dari pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE.
Artinya, pihak pemerintah tidak menginginkan pasal karet pencemaran nama
baik hilang dari UU ITE. Apa alasannya? Apakah itu disebabkan karena pasal karet
di UU ITE masih cukup efektif untuk melindungi elite politik dari masyarakat yang
menggunakan internet? Belum nampak alasan yang jelas dari pemerintah yang
hanya ingin 'menjinakan' pasal karet di UU ITE namun tetap bersikeras
mempertahankan pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Alasan yang
dikemukakan pemerintah sejauh ini masih bersifat normatif.
C. Pencemaran Nama Baik, Masuk Ranah Pidana atau Perdata?
KOMNAS HAM mengungkapkan wacana baru bahwa pencemaran nama baik
bukan ranah kejahatan pidana. Wacana ini mendapat penolakan dari seorang
Komisi I DPR periode 2014-2019 yang juga mendukung wacana revisi UU ITE.
Anggota Komisi I DPR Periode 2014-2019 itu berdalih bahwa pencemaran nama
baik termasuk kejahatan. Namun, meskipun demikian karena sudah diatur dalam
KUHP, pasal pencemaran nama baik itu tidak perlu muncul lagi dalam UU ITE.
IV. Bagaimana Perdebatan Wacana terkait UU ITE Kedepan?
Dari ketiga wacana yang mengemuka di media itu, pertanyaannya kemudian
adalah bagaimana perdebatan wacana kedepan terkait dengan revisi UU ITE ini
di media? Melihat fakta bahwa revisi UU ITE hampir pasti akan dibahas tahun ini
maka, kemungkinan besar wacana pro dan kontra revisi UU ITE akan tenggelam
secara berlahan.
Sementara perdebatan wacana di media kedepannya besar kemungkinan adalah
persoalan mencabut pasal karet pencemaran nama baik atau sekedar
menjinakan UU ITE. Selain itu, perdebatan yang lebih susbstantif kedepan yang
harusnya tidak boleh tenggelam adalah apakah pencemaran nama baik itu
sebenarnya masuk dalam ranah pidana atau perdata.
| 9P a g e
Perdebatan akan semakin seru. Karena perdebatan wacana seringkali terlepas
dari persoalan benar atau salah namun terkait erat dengan persoalan siapa dan
bagaimana mendominasi wacana tersebut.
V. Menggeser Arah Pertarungan Wacana Revisi UU ITE
Pencabutan pasal karet pencemaran nama baik memang sudah sepantasnya
terus didorong. Namun, pengaturan di ranah internet dalam UU ITE tidak
seharusnya hanya fokus ke persoalan pencemaran nama baik.
Pengaturan mengenai perlindungan data pribadi secara lebih detail dan tegas
dari tindakan yang pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab juga perlu diatur.
Bukan rahasia lagi bila data pribadi kita sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu
tanpa persetujuan kita. UU ITE yang sekarang memang telah mengaturnya.
Namun aturan itu terasa kurang detail dan tegas. Misalnya, tidak ada aturan
untuk para penyelenggara aplikasi di internet untuk mempublikasikan kebijakan
perlindungan data pribadi para penggunanya.
Pengaturan lainnya yang perlu diwacanakan dalam revisi UU ITE adalah terkait
dengan pemblokiran konten internet yang dianggap negatif. Selama ini
pemerintah dengan seenaknya melakukan pemblokiran situs-situs internet tanpa
melalui proses pengadilan. Hal ini jika dibiarkan akan menjadikan negeri ini
kembali seperti di saat rejim otoritarian Orde Baru berkuasa.
Paling tidak, dalam Revisi UU ITE, kedua persoalan di atas perlu diwacanakan
disamping tentu saja pencabutan pasal karet pencemaran nama baik. Pergeseran
wacana ini diperlukan agar pengaturan internet di negeri ini tidak tambal sulam
dan mengabaikan perlindungan hak-hak warga negara.

More Related Content

What's hot

Indepth report menuju era keterbukaan informasi
Indepth report menuju era keterbukaan informasiIndepth report menuju era keterbukaan informasi
Indepth report menuju era keterbukaan informasi
SatuDunia Foundation
 

What's hot (20)

Masukan Elsam terhadap RPM Konten Negatif
Masukan Elsam terhadap RPM Konten NegatifMasukan Elsam terhadap RPM Konten Negatif
Masukan Elsam terhadap RPM Konten Negatif
 
Indepth report menuju era keterbukaan informasi
Indepth report menuju era keterbukaan informasiIndepth report menuju era keterbukaan informasi
Indepth report menuju era keterbukaan informasi
 
Legal Opinion tentang Permen Blokir Situs Negatif
Legal Opinion tentang Permen Blokir Situs NegatifLegal Opinion tentang Permen Blokir Situs Negatif
Legal Opinion tentang Permen Blokir Situs Negatif
 
Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial
Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media SosialAncaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial
Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial
 
Tanggapan ICT Watch atas RPM Konten Negatif
Tanggapan ICT Watch atas RPM Konten NegatifTanggapan ICT Watch atas RPM Konten Negatif
Tanggapan ICT Watch atas RPM Konten Negatif
 
Revisi UU ITE Nafas Lama Dalam Bungkus Baru
Revisi UU ITE Nafas Lama Dalam Bungkus BaruRevisi UU ITE Nafas Lama Dalam Bungkus Baru
Revisi UU ITE Nafas Lama Dalam Bungkus Baru
 
RUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITERUU Perubahan UU ITE
RUU Perubahan UU ITE
 
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
 
Pemblokiran dan Penapisan yang Sah
Pemblokiran dan Penapisan yang SahPemblokiran dan Penapisan yang Sah
Pemblokiran dan Penapisan yang Sah
 
Pernyataan Pers Menyikapi Permen Blokir
Pernyataan Pers Menyikapi Permen BlokirPernyataan Pers Menyikapi Permen Blokir
Pernyataan Pers Menyikapi Permen Blokir
 
Pro Kontra - Pasal Penghinaan di UU ITE & KUHP
Pro Kontra - Pasal Penghinaan di UU ITE & KUHPPro Kontra - Pasal Penghinaan di UU ITE & KUHP
Pro Kontra - Pasal Penghinaan di UU ITE & KUHP
 
Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
 
Dinamika Etika dan Regulasi Internet Indonesia Pasca Revisi UU ITE
Dinamika Etika dan Regulasi Internet Indonesia Pasca Revisi UU ITEDinamika Etika dan Regulasi Internet Indonesia Pasca Revisi UU ITE
Dinamika Etika dan Regulasi Internet Indonesia Pasca Revisi UU ITE
 
Tugas presentasi
Tugas presentasiTugas presentasi
Tugas presentasi
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Pengekangan Kebebasan Ekspresi Online di Asia Tenggara
Pengekangan Kebebasan Ekspresi Online di Asia TenggaraPengekangan Kebebasan Ekspresi Online di Asia Tenggara
Pengekangan Kebebasan Ekspresi Online di Asia Tenggara
 
Pengantar hukum teknologi informasi
Pengantar hukum teknologi informasiPengantar hukum teknologi informasi
Pengantar hukum teknologi informasi
 
Tanggapan ICT Watch atas RPM OTT
Tanggapan ICT Watch atas RPM OTTTanggapan ICT Watch atas RPM OTT
Tanggapan ICT Watch atas RPM OTT
 
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet ed...
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet  ed...Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet  ed...
Monitoring kebijakan ict melawan dominasi wacana rejim blokir di internet ed...
 
Menulis News + Press Release
Menulis News + Press ReleaseMenulis News + Press Release
Menulis News + Press Release
 

Viewers also liked

Viewers also liked (12)

Jakarta kolaps materi presentasi
Jakarta kolaps materi presentasiJakarta kolaps materi presentasi
Jakarta kolaps materi presentasi
 
Menulis opini di media mainstream daus
Menulis opini di media mainstream dausMenulis opini di media mainstream daus
Menulis opini di media mainstream daus
 
Internet dan fta firdaus cahyadi
Internet dan fta firdaus cahyadiInternet dan fta firdaus cahyadi
Internet dan fta firdaus cahyadi
 
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus CahyadiPresentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
 
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
 
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
 
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
 
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
 
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistemaTantangan gerakan online satu dunia_epistema
Tantangan gerakan online satu dunia_epistema
 
Materi advokasi media eu active
Materi advokasi media eu activeMateri advokasi media eu active
Materi advokasi media eu active
 
Mendisiplinkan demokarasi digital uu ite satu_dunia_jogja
Mendisiplinkan demokarasi digital  uu ite satu_dunia_jogjaMendisiplinkan demokarasi digital  uu ite satu_dunia_jogja
Mendisiplinkan demokarasi digital uu ite satu_dunia_jogja
 
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non ProfitPengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
 

Similar to Monitoring kebijakan ict periode januari maret2015

M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
fraksi balkon
 
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
dunianyamaya
 
Cyber crime
Cyber crimeCyber crime
Cyber crime
tahmabsi
 
Cyber crime
Cyber crimeCyber crime
Cyber crime
tahmabsi
 
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
Article 19   ict watch - navigating - bahasaArticle 19   ict watch - navigating - bahasa
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
ICT Watch
 
Press release segera cabut pasal karet di uu ite
Press release segera cabut pasal karet di uu itePress release segera cabut pasal karet di uu ite
Press release segera cabut pasal karet di uu ite
SatuDunia Foundation
 
UU ITE terhadap penggunaan teknologi
UU ITE terhadap penggunaan teknologiUU ITE terhadap penggunaan teknologi
UU ITE terhadap penggunaan teknologi
evitavivi
 

Similar to Monitoring kebijakan ict periode januari maret2015 (20)

Diskusi 1.docx
Diskusi 1.docxDiskusi 1.docx
Diskusi 1.docx
 
Penyampaian Pendapat SAFEnet dalam RDPU Komisi 1 - 27 Mar 2023
Penyampaian Pendapat SAFEnet dalam RDPU Komisi 1 - 27 Mar 2023Penyampaian Pendapat SAFEnet dalam RDPU Komisi 1 - 27 Mar 2023
Penyampaian Pendapat SAFEnet dalam RDPU Komisi 1 - 27 Mar 2023
 
UU ITE.pptx
UU ITE.pptxUU ITE.pptx
UU ITE.pptx
 
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
M 001 -a1-catatan rdp komisi-1 dpr-ri dengan mastel - 10 nov 2014
 
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
3. kebijakan teknologi informasi dan komunikasi
 
Netizen Indonesia Kini (April - Juni 2016)
Netizen Indonesia Kini (April - Juni 2016)Netizen Indonesia Kini (April - Juni 2016)
Netizen Indonesia Kini (April - Juni 2016)
 
Cyber crime
Cyber crimeCyber crime
Cyber crime
 
Cyber crime
Cyber crimeCyber crime
Cyber crime
 
Ptik
PtikPtik
Ptik
 
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
Article 19   ict watch - navigating - bahasaArticle 19   ict watch - navigating - bahasa
Article 19 ict watch - navigating - bahasa
 
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi PublikBuku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
Buku Saku Mengenal UU Keterbukaan Informasi Publik
 
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
#Save publicdomain; merawat kebebasan di internet
 
Pernyataan Pers Menyikap Permen Blokir
Pernyataan Pers Menyikap Permen BlokirPernyataan Pers Menyikap Permen Blokir
Pernyataan Pers Menyikap Permen Blokir
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 desember 2014-31 Januari 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 desember 2014-31 Januari 2015(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 desember 2014-31 Januari 2015
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 27 desember 2014-31 Januari 2015
 
Uu ite
Uu iteUu ite
Uu ite
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
CYBER LAW.pptx
CYBER LAW.pptxCYBER LAW.pptx
CYBER LAW.pptx
 
K1 risalah mp_iii_ts_10-11_risalah_rdp&rdpu_kom_i_dg_brti,_id-sirtii,_operato...
K1 risalah mp_iii_ts_10-11_risalah_rdp&rdpu_kom_i_dg_brti,_id-sirtii,_operato...K1 risalah mp_iii_ts_10-11_risalah_rdp&rdpu_kom_i_dg_brti,_id-sirtii,_operato...
K1 risalah mp_iii_ts_10-11_risalah_rdp&rdpu_kom_i_dg_brti,_id-sirtii,_operato...
 
Press release segera cabut pasal karet di uu ite
Press release segera cabut pasal karet di uu itePress release segera cabut pasal karet di uu ite
Press release segera cabut pasal karet di uu ite
 
UU ITE terhadap penggunaan teknologi
UU ITE terhadap penggunaan teknologiUU ITE terhadap penggunaan teknologi
UU ITE terhadap penggunaan teknologi
 

More from SatuDunia

More from SatuDunia (11)

Her Story
Her Story Her Story
Her Story
 
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
 
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadi
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadiDigital right dan free trade_ firdaus cahyadi
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadi
 
Pelatihan analisis wacana firdaus cahyadi yayasan satudunia
Pelatihan analisis wacana  firdaus cahyadi yayasan satuduniaPelatihan analisis wacana  firdaus cahyadi yayasan satudunia
Pelatihan analisis wacana firdaus cahyadi yayasan satudunia
 
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJNotulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
 
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-finalHabitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
 
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
 
Faq km untuk organisasi masyarakat sipil
Faq km untuk organisasi masyarakat sipilFaq km untuk organisasi masyarakat sipil
Faq km untuk organisasi masyarakat sipil
 
Komik Jokowi
Komik JokowiKomik Jokowi
Komik Jokowi
 
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
 
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
 

Monitoring kebijakan ict periode januari maret2015

  • 1. | 1P a g e Monitoring Kebijakan ICT Periode Januari-Maret 2015 Menelisik Pertarungan Wacana Revisi UU ITE Oleh: Firdaus Cahyadi Yayasan SatuDunia
  • 2. | 2P a g e I. Tentang Dokumen ini Dokumen monitoring kebijakan ICT (Information and Communication Technology) ini disusun oleh Yayasan SatuDunia untuk memudahkan publik terlibat dalam memonitoring arah kebijakan ICT di Indonesia. Keterlibatan publik secara aktif dalam memonitoring kebijakan ICT menjadi penting agar hak-hak publik tidak disingkirkan dalam produk kebijakan ICT. Dalam dokumen monitoring kebijakan ICT periode Januari-Maret ini SatuDunia akan menyorot persoalan rencana pemerintah dalam merevisi Undang Undang (UU) Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Revisi UU ITE ini sudah lama dikumandangkan oleh masyarakat sipil, terutama karena di dalam UU ITE terdapat pasal karet pencemaran nama baik. Dokumen ini mencoba memonitor wacana yang berkembang di media massa (online) terkait rencana revisi UU ITE. Diharapkan dokumen ini dapat menjadi semacam amunisi dalam memperkuat Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) dalam melakukan advokasi dan kampanye terkait revisi UU ITE. Dokumen ini tentu masih jauh dari sempurna. Diharapkan masukan dari semua pihak untuk memberikan masukan dan kritik guna penyempurnaan dokumen ini. Hormat kami Firdaus Cahyadi Direktur Eksekutif Yayasan SatuDunia
  • 3. | 3P a g e II. Revisi UU ITE Pengguna internet di Indonesia terus bertumbuh. Pada tahun 2014 lalu, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) telah merilis hasil riset nasional terkait jumlah pengguna dan penetrasi internet di Indonesia untuk tahun 2014. Menurut hasil riset tersebut pengguna internet di Indonesia kini telah mencapai angka 88,1 juta. Dengan demikian, jika disesuaikan dengan jumlah populasi penduduk Indonesia yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 252,5 juta jiwa, maka pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan 16,2 juta jiwa dari total 71,9 juta pengguna di tahun 2013 lalu. Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia meningkat 34,9% dibandingkan tahun 2013 lalu1 . Trend pertumbuhan pengguna internet itu diantisipasi dengan munculnya berbagai pengaturan di ranah ini. Salah satu bentuk pengaturan itu adalah UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Meskipun diarahkan mengatur transaksi elektronik, di UU itu juga mengatur tentang konten- konten internet yang dilarang. Konten internet yang dinilai mengandung pencemaran nama baik dan pornografi dinyatakan sebagai konten yang dilarang. Pro-kontra pun bermunculan mengenai pengaturan konten internet dalam UU ITE tersebut. Para aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) menilai pengaturan konten internet dalam UU ITE tidak pada tempatnya dan cenderung melanggar hak kebebasan berekspresi. Benar saja, tak lama setelah UU ITE disahkan korban dari masyarakat pun berjatuhan. Menurut catatan dari ELSAM2 , telah puluhan warga negara yang menjadi korban UU ITE, utamanya pasal karet pencemaran nama baik. 1 Jumlah Pengguna Internet Indonesia Capai 88,1 Juta http://tekno.liputan6.com/read/2197413/jumlah- pengguna-internet-indonesia-capai-881-juta 2 Internet untuk Semua, Mengintegrasikan Prinsip Hak Asasi Manusia dalam Pengaturan Internet di Indonesia, 2014
  • 4. | 4P a g e Pada tahun 2010, SatuDunia mengadakan riset kecil mengenai perlawanan masyarakat sipil terkait UU ITE3 . Riset kecil itu menyimpulkan bahwa kelompok masyarakat sipil tidak dilibatkan dalam penyusunan UU ITE. Sehingga wajar muncul pasal karet pencemaran nama baik yang mengancam kebebasan masyarakat sipil. III. Kemana Arah Pertarungan Wacana Revisi UU ITE? Meskipun telah banyak menimbulkan korban di kalangan masyarakat, namun, di media online, wacana tentang revisi UU ITE ini ternyata terbelah. Berikut analisis medianya. Media yang dijadikan sebagai bahan analisis adalah pemberitaan di media: detik.com, kompas.com, okezone.com, neraca.co.id, vivanews.com dalam kurun waktu 2009- awal 2015. Berikut gambaran skematik dari analisis media tersebut. 3 Belajar dari Perlawanan Masyarakat Sipil Terhadap UU ITE http://www.satudunia.net/system/files/Belajar%20dari%20Perlawanan%20Masyarakat%20Sipil%20Terhadap %20UU%20ITE_YSD.pdf
  • 5. | 5P a g e Keterangan Gambar: ⃝ Menggambarkan pihak yang memproduksi wacana Menggambarkan wacana yang diproduksi Garis Merah menunjukkan ketidaksetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain Garis Hijau menunjukkan kesetujuan salah satu pihak dengan wacana dari pihak lain. Paling tidak ada tiga wacana menarik yang bisa diungkapkan dalam skematik pertarungan wacana terkait dengan revisi UU ITE tersebut. A. Pro dan Kontra Wacana Revisi UU ITE Sejak tahun 2009, banyak pihak yang mendesak UU ITE direvisi. Hal itu terkait dengan adanya pasal karet pencemaran nama baik yang telah banyak menimbulkan korban. Pihak yang mendesakan wacana revisi UU ITE itu antara lain, Organisasi Non-Pemerintah (Ornop), organisasi wartawan (Aliansi Jurnalis Independen/AJI), Komisi I DPR Periode 2014-2019, Komnas HAM dan korban dari pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE itu sendiri. Menariknya wacana revisi UU ITE terutama terkait dengan pasal karet pencemaran nama baik juga dikumandangkan oleh pemerintah sendiri, dalam hal ini Kementerian Komunikasi
  • 6. | 6P a g e dan Informatika (Kominfo). Paling tidak, Kominfo mempersilahkan bila UU ITE harus direvisi, utamanya yang menyangkut pasal karet pencemaran nama baik. Namun tidak semua pihak setuju dengan wacana revisi UU ITE. Ketua DPR periode 2009-2014 misalnya, dengan tegas menolak wacana revisi UU ITE tersebut. Bahkan sebagian kalangan anggota DPR justru memanfaatkan pasal karet pencemaran nama baik untuk menjerat aktivis anti-korupsi yang telah mempublikasikan hasil risetnya terkait dengan korupsi. Bukan hanya anggota DPR yang menggunakan pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE, sebuah organisasi wartawan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pun sempat menggunakan pasal karet UU ITE dalam sebuah kasus terkait dugaan pencemaran nama baik. Dari sini terlihat perbedaan posisi antara organisasi wartawan di Indonesia dalam menyikapi pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Di satu sisi AJI dengan keras dan konsisten menolak keberadaan pasal karet pencemaran nama baik, namun di sisi lain, PWI justru menggunakan pasal karet pencemaran nama baik itu dalam sebuah kasus yang dihadapinya. Mengapa DPR periode 2009-2014 cenderung menolak revisi UU ITE, sementara pihak pemerintah cenderung menyetujui wacana revisi UU ITE? Tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Namun, jika melihat sejarah dari pembahasan UU ITE sendiri nampaknya hal itu disebabkan bahwa pasal karet pencemaran nama baik itu bukan usulan dari pemerintah. Semula dalam draft UU ITE yang dibahas tidak ada pasal karet pencemaran nama baik. Namun atas usulan DPR muncullah pasal karet pencemaran nama baik itu. Sebagian anggota DPR periode 2009-2014 memang ada yang mendukung Revisi UU ITE, namun bukan terkait pasal karet di UU itu melainkan bagaimana UU ITE bisa menghukum pelaku pornografi yang disebarkan via internet. Wacana itu muncul ketika heboh video porno artis Indonesia. Sisi historis dari kemunculan pasal karet di UU ITE itu nampaknya yang membuat pemerintah seperti tanpa beban menerima wacana revisi UU ITE. Sebaliknya, pihak DPR utamanya periode 2009-2014 cenderung menolaknya. Bahkan
  • 7. | 7P a g e diantara anggota DPR periode tersebut ada yang justru menggunakan pasal karet tersebut. Tapi situasinya berbalik dengan anggota DPR periode 2014-2019, utamanya Komisi I. Komisi I DPR periode 2014-2019 jsutru mendorong ada revisi UU ITE. Sebagian pengguna internet memang telah menjadi korban dari pasal karet pencemaran nama baik UU ITE. Namun, seorang praktisi internet justru menolak wacana revisi UU ITE. Alasannya, yang salah bukan UU-nya namun penerapan hukumnya. Sang praktisi internet itu berargumentasi bahwa akan ada kebebasan yang kebablasan bila pasal karet pencemaran nama baik direvisi atau dihilangkan dari UU ITE. Benarkah demikian? Masih sangat bisa diperdebatkan. Karena pencemaran nama baik sudah ada sebelumnya di KUHP. B. Mencabut Pasal Karet Pencemaran Nama Baik atau 'Menjinakan' UU ITE Hampir dapat dipastikan UU ITE akan direvisi. Perdebatan wacananya pun bergenser dari sekedar pro dan kontra revisi UU ITE tersebut. Perdebatan diantara pihak yang mendesak atau setuju atas revisi UU ITE kemudian adalah mencabut pasal karet pencemaran nama baik dari UU ITE tersebut atau hanya sekedar mengurangi hukumannya. AJI Palembang, Komisi I DPR periode 2014- 2019, Yayasan SatuDunia misalnya memiliki posisi bahwa pasal karet pencemaran nama baik harus dicabut dari UU ITE. Alasan yang mengemuka adalah karena pasal pencemaran nama baik sendiri sudah ada di KUHP, sehingga tidak diperlukan keberadaannya di UU ITE. Selain itu, UU ITE harusnya lebih fokus untuk mengatur transaksi elektronik bukan soal pencemaran nama baik di internet. ELSAM, sebuah organisasi yang konsern di isu hak asasi manusia, dan seorang pengamat kebijakan publik memunculkan wacana bahwa sebaiknya UU ITE tidak mengatur semua hal yang terkait dengan internet. Hal-hal yang tidak terkait secara langsung dengan perosalan transaksi elektronik bisa diatur di UU lain.
  • 8. | 8P a g e Sementara pihak pemerintah, dalam hal ini Kominfo, lebih menyetujui wacana pengurangan hukuman dari pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Artinya, pihak pemerintah tidak menginginkan pasal karet pencemaran nama baik hilang dari UU ITE. Apa alasannya? Apakah itu disebabkan karena pasal karet di UU ITE masih cukup efektif untuk melindungi elite politik dari masyarakat yang menggunakan internet? Belum nampak alasan yang jelas dari pemerintah yang hanya ingin 'menjinakan' pasal karet di UU ITE namun tetap bersikeras mempertahankan pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Alasan yang dikemukakan pemerintah sejauh ini masih bersifat normatif. C. Pencemaran Nama Baik, Masuk Ranah Pidana atau Perdata? KOMNAS HAM mengungkapkan wacana baru bahwa pencemaran nama baik bukan ranah kejahatan pidana. Wacana ini mendapat penolakan dari seorang Komisi I DPR periode 2014-2019 yang juga mendukung wacana revisi UU ITE. Anggota Komisi I DPR Periode 2014-2019 itu berdalih bahwa pencemaran nama baik termasuk kejahatan. Namun, meskipun demikian karena sudah diatur dalam KUHP, pasal pencemaran nama baik itu tidak perlu muncul lagi dalam UU ITE. IV. Bagaimana Perdebatan Wacana terkait UU ITE Kedepan? Dari ketiga wacana yang mengemuka di media itu, pertanyaannya kemudian adalah bagaimana perdebatan wacana kedepan terkait dengan revisi UU ITE ini di media? Melihat fakta bahwa revisi UU ITE hampir pasti akan dibahas tahun ini maka, kemungkinan besar wacana pro dan kontra revisi UU ITE akan tenggelam secara berlahan. Sementara perdebatan wacana di media kedepannya besar kemungkinan adalah persoalan mencabut pasal karet pencemaran nama baik atau sekedar menjinakan UU ITE. Selain itu, perdebatan yang lebih susbstantif kedepan yang harusnya tidak boleh tenggelam adalah apakah pencemaran nama baik itu sebenarnya masuk dalam ranah pidana atau perdata.
  • 9. | 9P a g e Perdebatan akan semakin seru. Karena perdebatan wacana seringkali terlepas dari persoalan benar atau salah namun terkait erat dengan persoalan siapa dan bagaimana mendominasi wacana tersebut. V. Menggeser Arah Pertarungan Wacana Revisi UU ITE Pencabutan pasal karet pencemaran nama baik memang sudah sepantasnya terus didorong. Namun, pengaturan di ranah internet dalam UU ITE tidak seharusnya hanya fokus ke persoalan pencemaran nama baik. Pengaturan mengenai perlindungan data pribadi secara lebih detail dan tegas dari tindakan yang pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab juga perlu diatur. Bukan rahasia lagi bila data pribadi kita sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu tanpa persetujuan kita. UU ITE yang sekarang memang telah mengaturnya. Namun aturan itu terasa kurang detail dan tegas. Misalnya, tidak ada aturan untuk para penyelenggara aplikasi di internet untuk mempublikasikan kebijakan perlindungan data pribadi para penggunanya. Pengaturan lainnya yang perlu diwacanakan dalam revisi UU ITE adalah terkait dengan pemblokiran konten internet yang dianggap negatif. Selama ini pemerintah dengan seenaknya melakukan pemblokiran situs-situs internet tanpa melalui proses pengadilan. Hal ini jika dibiarkan akan menjadikan negeri ini kembali seperti di saat rejim otoritarian Orde Baru berkuasa. Paling tidak, dalam Revisi UU ITE, kedua persoalan di atas perlu diwacanakan disamping tentu saja pencabutan pasal karet pencemaran nama baik. Pergeseran wacana ini diperlukan agar pengaturan internet di negeri ini tidak tambal sulam dan mengabaikan perlindungan hak-hak warga negara.