SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
ACARA II
ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari praktikum Isolasi amilum dari Ubi Kayu dan
Hidrolisisnya adalah :
1. Melakukan isolasi pati dari ubi kayu.
2. Mengamati terjadinya hidrolisis pati.
3. Melakukan uji kualitatif terhadap hidrolisis pati dengan cara uji Molish, uji
Pikrat, uji Seliwanoff, uji fehling dan reaksi peragian pada larutan suspensi
ragi roti dan larutan sukrosa dengan uji Benedict dan uji Iod.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Ubi kayu merupakan bahan baku tepung tapioka, yang diperoleh
dengan cara mengekstrak sebagian umbi dan memisahkan patinya. Pati
merupakan komponen terbesar dalam ubi kayu, terusun dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia (C6H10O5) (Gaffar, 1991).
Singkong merupakan tanaman multiguna yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, makanan ternak dan sebagai bahan
baku berbagai macam industri. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
tanaman singkong diklasifikasikan sebagai, Kingdom: Plantae (tumbuhtumbuhan),

Divisio:

Angiospermae,

Kelas:

Spermatophyta
Dicotyledonae

(tumbuhan
(biji

berbiji),

berkeping

Subdivisio:
dua),

Ordo:

Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Manihot, Species: Manihot
esculenta Crantz sin. Manihot utilisima Phohl (Marseno, 2005).
Ubi kayu memiliki kandungan pati mencapai 34,70% dalam 100 gram
bahan sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai sumber pati dalam
pembuatan dekstrin. Pemanfaatan ubi kayu sebagai sumber pati (dekstrin)
dapat untuk memenuhi kebutuhan dekstrin di bidang industri dan
meningkatkan nilai ekonomi ubi kayu. Proses pembuatan dekstrin dari Pati ubi
kayu akan lebih cepat melalui reaksi hidrolisis parsial dengan adanya bantuan
enzim amilase. Dekstrin dari hasil reaksi hidrolisis parsial dapat diuji secara
kualitatif dengan uji iodin yang akan menghasilkan warna merah kecoklatan,
sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru (Zusfahair, 2012).
Hidrolisat pati dapat dihasilkan dari proses hidrolisis pati dengan kimiawi
maupun enzimatis. Nilai gula pereduksi (DE) Hidrolisat pati bervariasi. Hidrolisat pati
dibuat dengan menggunakan enzim yang bersifat termostabil dalam kondisi yang
tertentu. Hidrolisat pati yang mempunyai nilai DE yang tinggi memiliki kelarutannya
yang tinggi di dalam air yang akan membentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan
stabil (Jufri, 2006).

Untuk menguji pati dapat dilakukan uji Molish dan uji iod. Uji Molish
dilakukan dengan cara larutan pati ditambahkan pereaksi Molish dan dikocok
merata serta ditambahkan H2SO4 pekat, sehingga akan dihasilkan dua lapisan
cairan dalam tabung reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas.
Uji molish positif terhadap karbohidrat dengan adanya Cincin berwarna merah
ungu pada batas kedua cairan. Sedangkan untuk uji iod dilakukan dengan cara
sampel pati dimasukkan kedalam papan uji, ditambahkan satu tetes lautan iod
encer dan dicampur secara merata. Uji iod positif terhadap pati dengan
munculnya warna biru (Widianingsih, 2012).
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru,
sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan
oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat
molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan spiral
merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari
percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila
berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekulmolekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin,
maka akan dapat dihasilkan warna merah (Winarno, 1991).
Tes urine menggunakan uji benedict digunakan untuk mengetahui
kandungan glukosa. Cara kerja dari uji benedict menambahkan reagen
Benedict dengan Urin. Kemudian dilakukan pemanasan. Jika urine tidak
berubah warna menjadi hijau, merah, orange atau merah bata dan endapan
merah bata berarti Urine tidak mengandung glukosa (Gayatri, 2012)
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang hanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen atau disebut sakarida yang dibagi menjadi
empat kelompok kimia: Monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
Polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana terdiri dari Aldehida
atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil dengan rumus kimia
CnH2nOn. Disakarida adalah Monosasakarida yang

bergabung contohnya

Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia C12H22O11. Untuk karbohidrat dapat
dilakukan beberapa uji misalnya Uji yodium, uji Barfoed, uji Salwinoff, uji
Benedict, Cobaltous test chlorida, uji hidrazina fenil dll. Dengan uji iodium
karbohidrat akan berwarna biru bila sampelnya positif (Shah, 2013).
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat
mereduksi karena adanya gugus aldehida atau keton bebas, sifat ini digunakan
untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Pereaksi
Fehling: dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan
berwarna merah bata, sedangkan untuk larutan yang lebih encer misalnya
larutan glukosa 0,1%, endapan berwarna hijau kekuningan. Pereaksi Benedict:
pereaksi ini berupa larutan yang lebih peka daripada pereaksi fehling dengan
kandungan kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat
mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang

kemudian

mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau,
kuning, atau merah bata tergantung konsentrasi karbohidrat. Pembentukan
Furfural: dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida
umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat,
monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan
furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu
senyawa. Pereaksi molisch terdiri atas larutan a naftol dalam alkohol. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya,kemudian secara hatihati ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan cair. Pada batas
anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan a naftol. Hasil negative merupakan suatu
bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi,1994).
Pada karbohidrat ada berbagai jenis uji kualitatif yang dapat
digunakan. Uji Molisch digunakan untuk mendeteksi karbohidrat, uji Fehlings
dan Benedict untuk pengujian gula pereduksi, uji Barfoed untuk pengujian
monosakarida, uji Bials orcinol dan uji Aniline untuk pengujian gula pentosa,
uji Seliwanoff dan uji Tollens Phloroglucinol serta uji kobalt klorida untuk
pengujian gula Heksosa. Sedangkan pada protein ada uji Biuret, uji Millions,
Xanthoprotic, uji protein mengandung sulphur, serta uji Precipitation
(Varghese, 2012).
Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi
seperti ferisianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2 +). Pada reaksi
seperti ini, gula gula dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pegoksidasi
menjadi tereduksi. Glukosa dan gula-gula yang mampu mereduksi senyawa
pengoksidasi disebut gula perduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula.
Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh
suatu larutan gula tertentu, dapat dilakukan pendugaan konsentrasi gula
(Lehninger,1982)
Terdapat berbagai jenis uji untuk karbohidrat seperti uji molish,
fehling, benedict, barfoed, bial orcinol, aniline asetat, phloroglucinol,
seliwanoff, tollen phloroglucinol untuk galaktosa, dan kobalt-klorida.
Sedangkan uji pada gum adalah uji fehling dan benedict. Pada protein terdapat
uji Biuret, Millions, Xanthoprotic, protein mengandung sulphur, serta
Precipitation. Masih terdapat banyak uji lainnya yang dapat dilakukan untuk
mengetahui berbagi kandungan bahan pangan (Sajid, 2012).
Katabolisme anerobik atau peragian karbohidrat atau molekul bahan
bakar lain memberi cara yang paling sederhana dan rudimenter untuk
menurunkan derajat molekul guna memperoleh energi. Apabila peragian
merupakan cara utama untuk penyimpanan energi dalam sel anerobik, tetapi
peragian melakukan juga suatu fungsi esensial dalam metabolism kebanyakan
organisme anerobik. Kita kenal dua macam peragian glukosa yang dekat
saling berhubungan: peragian homolaktat atau glikolisis dan peragian
alkoholat (Page, 1989).
C. METODOLOGI
1. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
b. Penjepit
c. Pipet ukur
d. Gelas ukur
e. Lempeng atau cawan porselen
f. Corong Buchner
g. Stopwatch
h. Timbangan
i. Penangas air/waterbath/inkubator
j. pH meter
k. Blender
l. Alat parut
m. Pisau
n. Kain saring
2. Bahan
a. Ubi kayu
b. Alkohol 95%
c. HCL pekat
d. H2SO4 pekat
e. Na2CO3 1M
f. Aquades
g. Pereaksi Fehling
h. Pereaksi Benedict
i. Pereaksi Seliwanoff
j. Pereaksi Molisch
k. Pereaksi Pikrat
l. Larutan ragi roti 20% dan ragi roti 5%
m. Larutan Iodine 0,01 M
n. Larutan NaOH 8N
o. Larutan glukosa 1%
p. Larutan fruktosa 1%
q. Larutan Sukrosa 10%
r. Larutan Suspensi Ragi Roti 5%
s. Larutan pati 1%
t. Hidrolisat pati
3. Cara Kerja
a. Isolasi Pati Umbi/Biji-bijian
Ubi kayu 100 gram dikupas dan ditimbang
Dicuci, diparut, dan dimasukkan dalam blender
200 ml aquades dimasukkan kemudian diblender selama 30
detik, proses tersebut dilakukan beberapa kali
Residu disaring dengan kain saring dan larutan yang keruh
ditampung dalam gelas ukur 500 ml
200 ml aquades ditambahkan, dikocok kemudian partikel yang
tidak larut dibiarkan mengendap dan larutan jernih didekantasi
Pada larutan yang keruh dan endapannya ditambahkan 100 ml
alkohol 95%
Disaring dengan kertas saring
pati yang diperoleh dikeringkan dengan cara diratakan pada
kertas saring pada suhu kamar
Ditimbang hasil pati yang didapatkan
b. Hidrolisis Pati
25 ml larutan pati (dibuat dari amilum tahap pertama) disediakan
dalam gelas beker
Ditambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan
Setelah 2 atau 5 menit, larutan diambil dan dilakukan uji Iod
Larutan tersebut diambil 1 tetes, diteteskan pada lempeng
porselin/test plate
Ditambahkan 1 tetes larutan 0,01N
Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15
Diambil 1 ml larutan pati dari tabung reaksi pada menit ke 5
Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15
Ditambahkan 5 ml pereaksi Fehling pada masing-masing tabung
reaksi
Diamati derajat reduksi yang terjadi dan dibandingkan dengan
uji iod
c. Uji Molisch
Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch kedalam tabung-tabung
reaksi yang berisi 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%,
hidrolisat pati dan larutan pati 1%
Ditambahkan asam sulfat pekat 5 ml secara perlahan melalui
dinding tabung reaksi
Diamati perubahan yang terjadi
d. Uji Pikrat
Dicampurkan 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisat
pati dan larutan pati 1% masing-masing dengan 1 ml asam
pikrat jenuh dan 0,5 ml Na2CO3 1M

Seluruh tabung reaksi dipanaskan bersamaan didalam penangas
air yang mendidih sampai terjadi perubahan warna
Diamati perubahan warna yang terjadi
e. Uji Seliwanoff
Seliwanoff sebanyak 3 ml dimasukkan dalam tabung reaksi
3 tetes dari masing-masing larutan glukosa 1%, fruktosa 1%,
hidrolisat pati dan larutan pati 1% ditambahkan dalam tabung
reaksi
Seluruh tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air yang
mendidih bersamaan sampi terjadi perubahan warna

Diamati perubahan warna yang terjadi
f. Uji Benedict pada Reaksi Peragian
2 ml reagen Benedict dan 1 ml larutan suspensi ragi roti 5% dan
larutan sukrosa 10% dimasukkan kedalam tabung reaksi

Tabung reaksi dimasukkan dalam penangas air selama 5 menit
Reaksi positif jika terjadi warna hijau, merah, orange atau
merah bata dan endapan merah bata tergantung dari banyaknya
Cu2O yang terbentuk.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.1 Hidrolisis Pati
kelompok

Bahan

Uji

Waktu
(min)

9,10,11

5
10
15

12,13,14

5
10
15

Iod

5
10
15

15,16

17,18

25 ml
larutan
pati 1%

9,10,11
12,13,14
Fehling
15,16
17,18

5
10
15
5
10
15
5
10
15
5
10
15
5
10
15

Perubahan Warna
Awal
Akhir
Biru tua
Bening
Orange
Bening
Putih
Bening
Kekuningan
Bening Biru kehitaman
Bening
Coklat
Bening
Kuning
Biru Tua
Bening
Ungu
Bening
Merah
Bening
Kecoklatan
Bening
Ungu Tua
Bening
Ungu Muda
Bening
Coklat
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda
Bening
Biru Muda

Ket
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan

Sumber: Laporan sementara
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang hanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen atau disebut sakarida. Karbohidart dapat
menghasilkan energi 4 kkal per gram. Karbohidrat (sakarida) dibagi menjadi
empat kelompok kimia: Monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
Polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana terdiri dari Aldehida
atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil dengan rumus kimia
CnH2nOn contohnya glukosa. Disakarida adalah Monosakarida yang saling
berikatan glikosidik contohnya Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia
C12H22O11 (Shah, 2013).
Hidrolisat pati dapat dihasilkan dari proses hidrolisis pati dengan
kimiawi maupun enzimatis. Nilai gula pereduksi (DE) Hidrolisat pati
bervariasi. Hidrolisat pati dibuat dengan menggunakan enzim yang bersifat
termostabil dalam kondisi yang tertentu. Hidrolisat pati yang mempunyai nilai
DE yang tinggi memiliki kelarutannya yang tinggi di dalam air yang akan
membentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil (Jufri, 2006).
Pati yang didapat dari hasil hidrolisis ubi kayu, diuji dengan uji iod dan
fehling. Dalam percobaan ini digunakan sampel yaitu larutan pati 1%.
Kemudian pati ini dihidrolisis dengan dua macam uji yaitu uji iod dan uji
fehling.
Menurut Widianingsih (2012), Uji iod dilakukan dengan cara sampel
pati dimasukkan kedalam papan uji, ditambahkan satu tetes lautan iod encer.
Kemudian dicampur secara merata. Uji iod positif terhadap pati dengan
munculnya warna biru setelah penambahan iod pada sampel. Pati yang
berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru dan sifat ini dapat
digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur
molekul pati yang berbentuk spiral sehingga akan mengikat molekul iodin dan
terbentuklah warna biru (Winarno, 2004).
Menurut Edahwati, 2010, reaksi hidrolisa karbohidrat dapat dilakukan
dengan katalisator asam encer (HCl). Fungsi penambahan HCl pekat disini
adalah untuk menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat sehingga menjadi
monosakarida yang selanjutnya berdehidrasi membentuk furfural dan
derivatnya. Karbohidrat dipanaskan dengan larutan asam pada suhu 80°C,
maka pati akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara
berurutan dan hasil akhirnya adalah glukosa.
Pada percobaan pertama, melarutkan pati ubi kayu dalam akuades
sehingga terbentuk larutan pati 1%, lalu menambahkan dengan HCl pekat.
Penambahan asam klorida pekat ini bertujuan untk menghidrolisis pati karena
pati dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga
menghasilkan glukosa. Setelah itu larutan dipanaskan, pemanasan bertujuan
untuk mempercepat hidrolisis dimana dengan meningkatnya suhu maka energi
kinetik partikel akan semakin besar sehingga gerak partikel akan semakin
cepat maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin
mengingkat, dan reaksi hidrolisis akan berjalan lebih sempurna. Juga semakin
lama pemanasa, maka semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi
monosakarida, yakni glukosa.
Pada hasil praktikum uji iod, terjadi perubahan warna larutan pati 1%
dari bening menjadi semakin kuning kecoklatan seiring dengan lamanya
pemanasan. Menurut Winarno (2004) Bila dekstrin dengan polimer 6,7, dan 8
membentuk warna coklat. Sehingga hasil dari percobaan, larutan pati 1%
menunjukkan adanya pati yang polimernya 6 sampai 8.
Uji Fehlings untuk pengujian gula pereduksi (Varghese, 2012). Tujuan
dari uji Fehling adalah mengetahui adanya gula reduksi. Hasil yang didapat
dari uji Fehling adalah larutan pati yang sebelumnya berwarna bening menjadi
biru. Menurut Poedjiati dan Supriyanti (2005), hasil yang didapat dari uji
fehling adalah adanya endapan berwarna merah bata yang merupakan ion Cu ++
yang direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan
sebagai Cu2O.
2 Cu+ + 2 OH -

Cu2O

+

H2O

Endapan
Dari percobaan yang telah dilakukan, semua sampel yang diuji
berubah warna dari bening menjadi biru muda, dan hal ini telah sesuai
dengan teori yang ada, dan membuktikan bahwa semua sampel memiliki gula
reduksi.
Tabel 2.2 Uji Molish
Kelompok

Sampel

9,10,11

Glukosa 1%

12,13,14

Fruktosa 1%

15,16

Larutan pati
1%

17,18

Hidrolisa pati

Perubahan Warna
Awal
Akhir
Ungu kehitaman
Bening
merah bata
coklat bening
Ungu kehitaman
Bening
bening
Coklat kemerahan
Bening
coklat bening
Bening
Bening
merah bata
ungu kehitaman

Keterangan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Ada endapan
Tidak ada
endapan

Sumber: Laporan sementara
Uji Molish dilakukan dengan cara larutan pati ditambahkan pereaksi
Molish dan dikocok merata serta ditambahkan H2SO4 pekat, sehingga akan
dihasilkan dua lapisan cairan dalam tabung reaksi dimana larutan sampel
akan berada di lapisan atas. Uji molish positif terhadap karbohidrat dengan
adanya

Cincin

berwarna

merah

ungu

pada

batas

kedua

cairan

(Widianingsih,2012). Uji Molisch digunakan untuk mendeteksi karbohidrat
(Varghese,2012).
Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh
pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan
kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan alpha-naftol membentuk
senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini
terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi
heksosa atau pentose, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan proses kondensasi
(Sumardjo, 2006).
Pada percobaan uji kualitatif menggunakan uji molisch ini, masingmasing sampel menunjukkan perubahan warna yang berbeda. Pada sampel
glukosa menunjukkan adanya perubahan warna yang semula putih bening
menjadi terbentuk cincin ungu pada larutan dan adanya cincin berwarna
merah bata. Pada sampel kedua yakni fruktosa menujukkan adanya
perubahan warna yang semula putih bening berubah menjadi adanya cincin
ungu pada larutan, dengan pembentukan cincin ungu paling banyak diantara
sampel yang lain. Pada sampel ketiga, yaitu larutan pati 1% menunjukkan
adanya perubahan warna yang semula putih menjadi terbentuk cincin
berwarna coklat kemerahan dan sedikit keunguan didalamnya, namun cincin
ungu nya paling sedikit dibandingkan dengan sampel yang lain. Sedangkan
pada sampel yang keempat, yaitu hidrolisat pati menunjukkan adanya
perubahan warna yan semula putih keruh menjadi terbentuk cincin ungu di
dalamnya, cincin yang terbentuk banyak, namun tidak sebanyak sampel
fruktosa. Hal ini disebabkan karena fruktosa yang mempunyai rantai pentose
mengalami dehidrasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel
glukosa, larutan pati 1% dan hidrolisat pati, sehingga menghasilkan cincin
ungu yang banyak.
Tabel 2.3 Uji Pikrat
Perubahan warna
Awal
Akhir

Kelompok

Sampel

9,10,11

Glukosa 1%

Merah oranye

Coklat muda

12,13,14

Fruktosa 1%

Merah oranye

Coklat muda

15,16

Larutan pati 1%

Merah oranye Merah oranye

17,18

Hidrolisa pati

Merah oranye Merah oranye

Keterangan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan
Tidak ada
endapan

Sumber: Laporan sementara
Karbohidrat pereduksi dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, antara
lain uji Fehling, uji Benedict, uji Asam pikrat, uji Tollens, dan uji Barfoed
(Sumardjo, 2006). Dalam percobaan yang ke tiga ini dilakukan uji Asam
pikrat terhadap empat sampel yang berbeda yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%
larutan pati 1%, dan hidrolisat pati guna mengetahui adanya kandungan
karbohidrat pereduksi di dalamnya. Trinitrofenol atau asam pikrat jenuh dalam
suasana basa dapat digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat
pereduksi.
Pada sampel yang pertama yaitu glukosa yang ditambahakan dengan
larutan asam pikrat menunjukkan adanya perubahan warna dari merah orange
menjadi coklat muda. Sedangkan pada sampel kedua fruktosa, terjadi
perubahan warna dari putih menjadi orange tua kemerahan. Hal ini
menunjukkan reaksi yang terjadi dalam uji Asam pikrat yaitu oksidasi
karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat berwarna
kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah (Sumardjo, 2006). Pada
sampel yang ketiga yaitu larutan pati 1% tidak mengalami perubahan warna,
yaitu tetap berwarna merah kekuningan, hal ini menunjukkan bahawa larutan
pati 1% tidak menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi di dalamnya,
sehingga tidak mengalami perubahan warna. Pada sampel keempat yaitu
hidrolisat pati yang ditambahkan dengan larutan asam pikrat tidak
menunjukkan adanya perubahan warna yakni tetap kuning kemerahan, hal ini
tidak sesuai dengan teori yang ada yang seharusnya pada hidrolisat pati terjadi
perubahan warna hal ini dapat terjadi karena pipet yang digunakan
sebelumnya tidak dicuci, dan pada pengambilan sampel menggunakan pipet
yang sama.
Dari hasil prktikum yang di dapat, maka sampel yang mengandung
karbohidrat pereduksi yaitu ditunjukkan pada sampel glukosa dan fruktosa
yang ditandai dengan perubahan warna menjadi orange tua kemerahan. Hal ini
sesuai dengan teori, yang dikatakan oleh Sumardjo (2006) bahwa adanya
karbohidrat pereduksi yang terkandung dalam sampel ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi orange tua (merah).
Tabel 2.4 Uji Seliwanoff
Kelompok

Sampel

9,10,11

Glukosa 1%

12,13,14

Fruktosa 1%

15,16
17,18

Larutan pati
1%
Hidrolisa pati

Perubahan warna
Awal
Akhir
Jingga
Kuning
Kecoklatan
Merah gelap
Kuning
pekat
Coklat teh
Kuning
(bening)
Kuning
Oranye
bening
kecoklatan

Keterangan
Sedikit endapan
Sedikit endapan
Tidak ada
endapan
Sedikit endapan
keruh
Sumber: Laporan Sementara
Uji Seliwanoff digunakan untuk pengujian gula Heksosa (Varghese, 2012).
Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil
furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural
dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik
untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan
memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna
jingga pada larutan. Perubahan warna merah jingga dan endapan, menunjukkan
reaksi positif ketosa. Bila endapan dilarutkan dalam alkohol menjadi merah.

Berdasarkan tabel 2.4 dapat diketahui bahwa larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, larutan pati 1% dan hidrolisat pati mengalami perubahan warna.
Larutan glukosa 1% mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi
jingga kecoklatan. Pada larutan fruktosa 1% mengalami perubahan warna dari
kuning bening menjadi merah gelap pekat. Menurut Chawla (2003),
perubahan warna menjadi merah cherry menunjukkan adanya fruktosa.
Dapat diketahui bahwa sampel memberikan hasil yang positif pada uji
Seliwanoff dengan adanya perubahan warna menjadi kemerahan menunjukkan
adanya gugus ketoheksosa yaitu fruktosa.
Larutan pati 1% mengalami perubahan warna dari kuing menjadi coklat
bening. Perubahan warna pada larutan pati 1% tidak memberikan hasil yang
positif untuk uji Seliwanoff karena warna yang terbentuk tidak menjadi merah.
Ini menunjukkan bahwa larutan pati tidak mengandung fruktosa. Sedangkan
hidrolisat pati mengalami perubahan warna dari kuning menjadi orange
kecoklatan. Adanya perubahan warna ini menunjukkan bahwa hidrolisat pati
mengandung fruktosa dalam jumlah yang relatif kecil. Menurut Jufri (2006),
hidrolisat pati mengandung DE (gula pereduksi) seperti fruktosa hanya
38,19%

dengan

rendemen

88,36%.

Sehingga

hidrolisat

pati

tidak

menunjukkan perubahan warna yang signifikan. Walaupun warna yang
terbentuk orange pudar, tetapi sampel hidrolisat pati memberikan hasil positif
untuk uji Seliwanoff. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kandungan
fruktosa dalam larutan fruktosa 1% > hidrolisat pati.
Tabel 2.5 Hasil uji Benedict pada Peragian
Kelompok

Perubahan Warna
Awal
Akhir
9,10,11
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
12,13,14
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
15,16
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
17,18
Biru
Biru muda
terang
Biru keruh
Sumber : Laporan Sementara

Keterangan
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Ada endapan putih
Ada endapan putih

Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya reaksi peragian pada
sampel hidrolisat pati dan larutan pati 1%. Peragian atau fermentasi adalah
proses dimana mikroorganisme memecah monosakarida dan asam amino
untuk memperoleh energi untuk metabolisme mereka sendiri. Menurut Potter
(1998), gula (glukosa) difermentasi oleh ragi, seperti Saccharomyces
cerevisiae dan Saccharomyces ellipsoideus sehingga produk hasil reaksinya
adalah etil alkohol dan karbon dioksida, sesuai dengan keseluruhan reaksi
berikut:
C6H12O6

2C2H5OH + 2CO2(g).
yeast

Pada umumnya kapang memanfaatkan glukosa dan pati sebagai sumber karbon
dalam pembentukan etanol dan biomassa (Naiola, 2008).
Menurut Weiner (2010), uji Benedict digunakan untuk menentukan
apakah larutan mengandung gula bebas gugus aldehida atau keton. Gila ini
disebut gula pereduksi yang dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi ringan
seperti Cu2+ dalam larutah Fehling, untuk mengasilkan Cu2O padat (endapan)
berwarna merah- orange. Reaksinya sebagai berikut:
Cu2+ + Gula pereduksi

Cu2O(s) + gula teroksidasi

Berdasarkan tabel 2.5 dapat diketahui bahwa hidrolisat pati tidak
mengalami perubahan warna selama reaksi peragian, warna larutan putih
keruh. Namun yang terjadi adalah timbulnya gelembung gas CO2 yang
ditunjukkan dengan adanya gelembung putih. Ini menunjukkan bahwa
hidrolisat pati mengandung glukosa, sehingga dapat difermentasi oleh fermipan
(yeast) yang menghasilkan produk alkohol dan gas CO 2. Menurut Jufri (2006),
hidrolisat pati mempunyai DE (gula pereduksi seperti glukosa) rata-rata
38,19%. Selama reaksi peragian larutan pati 1% juga tidak mengalami
perubahan warna, warna larutannya adalah putih keruh. Selain itu, larutan pati
1% juga mengalami reaksi peragian yang ditandai dengan terbentuknya
gelembung gas CO2. Akan tetapi gelembung gas yang terbentuk lebih sedikit
daripada gelembung gas yang dihasilkan oleh hidrolisat pati. Terbentuknya
gelembung gas CO2 pada larutan pati 1% terjadi pada menit ke-37. Adanya
gelembung gas CO2 yang terbentuk dapat menunjukkan bahwa larutan pati 1%
mengandung glukosa yang digunakan untuk fermentasi.
Dari percobaan dari semua kelompok didapatkan hasil yang sama,
warna awal saat 2 ml reagen Benedict dan 1 ml larutan suspensi ragi roti 5%
dan larutan sukrosa 10% dimasukkan dalam tabung reaksi adalah biru terang.
Setelah Tabung reaksi tersebut dimasukkan dalam penangas air yang mendidih
selama 5 menit terjadi perubahan warna menjadi lapisan Biru muda dan biru
keruh dan terdapat endapan putih. Reaksi Benedict digunakan untuk
mengetahui kandungan glukosa (monosakarida) positif jika terjadi warna
hijau, merah, orange atau merah bata dan endapan merah bata tergantung dari
banyaknya Cu2O yang terbentuk (Gayatri, 2012). Hal tersebut berarti suspensi
ragi roti 5% negatif uji benedict karena warna sampel biru.
Menurut Chawla (2003), sukrosa akan menghasilkan hasil negatif untuk
tes Benedict. Ini disebabkan sukrosa bukan gula pereduksi, sehingga tidak
dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi ringan, (Cu2+) dalam reagen Benedict.
Dengan demikian pada larutan sukrosa 10% tidak dihasilkan Cu2O padat
(endapan) berwarna merah- orange.
Untuk uji kualitatif karbohidrat lainnnya ada uji Barfoed untuk
pengujian monosakarida, uji hidrazina fenil (Shah, 2013). Uji Bials orcinol
dan uji Aniline untuk pengujian gula pentosa, uji Tollens Phloroglucinol serta
uji kobalt klorida untuk pengujian gula Heksosa (Varghese, 2012). Aniline
asetat, phloroglucinol, dan uji tollen phloroglucinol untuk mengetahui
galaktosa (Sajid, 2012).
Uji Bial bertujuan membuktikan adanya pentosa. Dasar teori dari uji
bial adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan
dengan penambahan orsinol (3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi
membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
Uji Osazon bertujuan membedakan bermacam-macam karbohidrat dari
gambar kristalnya. Dasar teorinya adalah semua karbohidrat yang mempunyai
gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau osazon bila
dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai
bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam
air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukrosa tidak
membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada
monomernya sudah tidak bebas. Sebaliknya, osazon dari monosakarida tidak
larut dalam air mendidih.
Uji asam musat bertujuan membedakan antara glukosa dan galaktosa.
Dasar teorinya adalah oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat
akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa
menghasilkan asam musat yang tidak dapat larut.
Gula reduksi adalah merupakan golongan gula (karbohidrat) yang
mempunyai kemampuan untuk mereduksi senyawa-senyawa penerima
electron, Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam
molekul karbohidrat Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam
misalnya ion Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi- pereaksi tertentu.
Gula reduksi merupakan senyawa penting dari karbohidrat yang
mempunyai peran utama dalam penyediaan kalori bagi makhluk hidup dan
merupakan senyawa utama yang dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan.
Kadar gula reduksi yang tinggi dalam suatu bahan pangan ditandai dengan
rasanya yang manis (Rohmahningsih, 2008). Jadi semakin tinggi kadar gula
reduksi dalam bahan pangan, maka tingkat kemanisan dalam bahan pangan
juga akan tinggi.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum Acara II Isolasi Amilum dari Ubi Kayu dan
Hidrolisisnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Hidrolisis dengan uji Fehling ditandai dengan berubahnya sampel menjadi
warna biru yang menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam
sampel. Sehingga sampel 25 ml larutan pati 1% positif mengandung
adanya karbohidrat pereduksi.
2.

Hidrolisis dengan uji Iod ditandai dengan berubahnya sampel menjadi
warna biru, atau merah, atau coklat yang menunjukkan adanya karbohidrat
pereduksi dalam sampel. Pada sampel sampel 25 ml larutan pati 1%
menunjukkan perubahan warna menjadi coklat sehingga sampel positif
mengandung adanya karbohidrat pereduksi.

3.

Uji Molisch dilakukan untuk mengetahui suatu sampel mengandung
karbohidrat secara umum, hal ini ditandai dengan perubahan warna sampel
menjadi terbentuk cincin ungu di dalamnya, yaitu sampel glukosa,
fruktosa, larutan pati 1%, dan hidrolisa pati.

4. Uji Asam pikrat dilakukan untuk mengetahui adanya karbohidrat pereduksi
dalam sampel yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi
orange tua kemerahan, yaitu sampel larutan pati 1% dan hidrolisa pati.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisat Pati adalah suhu reaksi, waktu
reaksi, pencampuran pereaksi, konsentrasi asam dan kadar suspensi pati.
6.

Uji Seliwanoff digunakan untuk membedakan antara aldoheksosa dan
ketoheksosa yang ditandai dengan terbentuknya warna merah untuk gugus
ketoheksosa, seperti fruktosa, yang positif pada sampel fruktosa 1% dan
hidrolisat pati.

7.

Reaksi peragian adalah proses dimana mikroorganisme (yeast) memecah
monosakarida (glukosa) menjadi alkohol dan gas CO2.

8.

Uji Benedict digunakan untuk menentukan apakah larutan mengandung
gula pereduksi gugus aldehida atau keton.

9.

Hidrolisat pati dan larutan pati 1% menghasilkan gelembung gas CO2,
sehingga dapat dijadikan indikasi adanya glukosa dalam larutan sampel,
dan mengandung gula pereduksi berupa glukosa yang ditunjukkan dengan
terbentuknya warna cokelat muda dan endapan cokelat cerah, sehingga
memberikan hasil positif untuk uji Benedict.
DAFTAR PUSTAKA
Chawla, Ranjana. 2003. Practical Clinical Biochemistry: Methods and Interpretations. Jaype
Brothers Publishers. New Delhi.
Gayathri, B., dkk. 2012. A Case of Alkaptonuria. International Journal of Biochemistry And
Biotechnology. ISSN: 2169-3048. Vol. 1. No. 7.

Lehninger, Albert. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Jufri, Mahdi., Effionora Anwar, dan Putri Margaining Utami . 2006. Uji Stabilitas

Sediaan Mikroemulsi Menggunakan Hidrolisat Pati (De 35–40) Sebagai
Stabilizer. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 3. No.1. April 2006, 08 – 21.
Page, David S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Salemba.
Sajid, Shaikh., et al. 2012. Anti-inflammatory Activity of Sesbania sesban (L) Merr.
Internasional Research Journal of Pharmacy. Vol. 3. No. 1.
Shah, Jinehi T dan Ajit V Pandya. 2013. Estimation Of The Quantity Of Carbohydrate Content In
Potato (Solanum Tuberosum). International Journal of Green and Herbal Chemistry. Vol. 2.
No. 2. Hal: 285-288.
Varghese,. K. Jiny, et al. 2010. Phytochemical Investigation of Seaweed Ulva Reticulata From The
Coast of Bakel, Kasaragod of Kerala State In India. International Journal Of Pharma
World Research. Vol. 2.
Widyaningsih, Senny., Dwi Kartika, dan Yuni Tri Nurhayati. 2012. Pengaruh Penambahan
Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik dan Sifat Biodegradasi Film dari
Pati Kulit Pisang. Molekul. Vol. 7. No. 1. Hal: 69 – 81.

Winarno F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.
Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta.
Zusfahair dan Dian Riana Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu Menggunakan
Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp. Molekul. Vol. 7. No. 1. Hal: 9 – 19.

More Related Content

What's hot

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
UNESA
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
UNESA
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
alvi lmp
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
wd_amaliah
 

What's hot (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Gravimetri
GravimetriGravimetri
Gravimetri
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
 
Argentometri
ArgentometriArgentometri
Argentometri
 
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipidModul 3   tes kuantitatif dan kualitatif lipid
Modul 3 tes kuantitatif dan kualitatif lipid
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Laporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehidLaporan resmi asetaldehid
Laporan resmi asetaldehid
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
Identifikasi aldehid dan keton
Identifikasi aldehid dan ketonIdentifikasi aldehid dan keton
Identifikasi aldehid dan keton
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Praktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid ketonPraktikum organik aldehid keton
Praktikum organik aldehid keton
 
Asam benzoat
Asam benzoatAsam benzoat
Asam benzoat
 

Viewers also liked

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutanITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 
Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi
Hilya Auliya
 
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnyaITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
Fransiska Puteri
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
Raden Saputra
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
Fransiska Puteri
 

Viewers also liked (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
 
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutanITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi Laporan Biologi Fermentasi
Laporan Biologi Fermentasi
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
 
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnyaITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
Topik 1 fransie
Topik 1 fransieTopik 1 fransie
Topik 1 fransie
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
Lap.yeast
Lap.yeastLap.yeast
Lap.yeast
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometriITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 3 oksidi reduktometri
 
Topik 2 fransie
Topik 2 fransieTopik 2 fransie
Topik 2 fransie
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika KalorimetriITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
ITP UNS SEMESTER 1 Laporan Fisika Kalorimetri
 

Similar to Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA

PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docxPRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
LyuraaForg
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoed
anishamidah
 
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bistaUji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
bistakrenzcool
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 

Similar to Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA (20)

Laporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosaLaporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosa
 
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docxPRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
PRAKTIKUM_I_BIOKIMIA_sem_2[1].docx
 
Kh
KhKh
Kh
 
Laporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agtaLaporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agta
 
analisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdfanalisis karbohidrat 2022.pdf
analisis karbohidrat 2022.pdf
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Biokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoedBiokimia Pangan - Uji barfoed
Biokimia Pangan - Uji barfoed
 
Uji barfoed
Uji barfoedUji barfoed
Uji barfoed
 
karbohidrat
karbohidratkarbohidrat
karbohidrat
 
38888566 fehling-biokimia
38888566 fehling-biokimia38888566 fehling-biokimia
38888566 fehling-biokimia
 
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
 
Analisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif KarbohidratAnalisis Kualitatif Karbohidrat
Analisis Kualitatif Karbohidrat
 
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bistaUji karbohidrat pada makanan.docx by bista
Uji karbohidrat pada makanan.docx by bista
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
 
Kelompok 8 modul 2
Kelompok 8 modul 2Kelompok 8 modul 2
Kelompok 8 modul 2
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
Uji Phenylhidrazine
Uji PhenylhidrazineUji Phenylhidrazine
Uji Phenylhidrazine
 
Analisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdf
Analisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdfAnalisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdf
Analisis Karbohidrat [Autosaved]-converted.pdf
 
Karbohidrat part 2 2014
Karbohidrat part 2 2014Karbohidrat part 2 2014
Karbohidrat part 2 2014
 
karbohidrat, lipid dan protein
karbohidrat, lipid dan proteinkarbohidrat, lipid dan protein
karbohidrat, lipid dan protein
 

More from Fransiska Puteri

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
Fransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (20)

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
 

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA

  • 1. ACARA II ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA A. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari praktikum Isolasi amilum dari Ubi Kayu dan Hidrolisisnya adalah : 1. Melakukan isolasi pati dari ubi kayu. 2. Mengamati terjadinya hidrolisis pati. 3. Melakukan uji kualitatif terhadap hidrolisis pati dengan cara uji Molish, uji Pikrat, uji Seliwanoff, uji fehling dan reaksi peragian pada larutan suspensi ragi roti dan larutan sukrosa dengan uji Benedict dan uji Iod. B. TINJAUAN PUSTAKA Ubi kayu merupakan bahan baku tepung tapioka, yang diperoleh dengan cara mengekstrak sebagian umbi dan memisahkan patinya. Pati merupakan komponen terbesar dalam ubi kayu, terusun dari unsur karbon, hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia (C6H10O5) (Gaffar, 1991). Singkong merupakan tanaman multiguna yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, makanan ternak dan sebagai bahan baku berbagai macam industri. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman singkong diklasifikasikan sebagai, Kingdom: Plantae (tumbuhtumbuhan), Divisio: Angiospermae, Kelas: Spermatophyta Dicotyledonae (tumbuhan (biji berbiji), berkeping Subdivisio: dua), Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Manihot, Species: Manihot esculenta Crantz sin. Manihot utilisima Phohl (Marseno, 2005). Ubi kayu memiliki kandungan pati mencapai 34,70% dalam 100 gram bahan sehingga tanaman ini cocok digunakan sebagai sumber pati dalam pembuatan dekstrin. Pemanfaatan ubi kayu sebagai sumber pati (dekstrin) dapat untuk memenuhi kebutuhan dekstrin di bidang industri dan meningkatkan nilai ekonomi ubi kayu. Proses pembuatan dekstrin dari Pati ubi kayu akan lebih cepat melalui reaksi hidrolisis parsial dengan adanya bantuan
  • 2. enzim amilase. Dekstrin dari hasil reaksi hidrolisis parsial dapat diuji secara kualitatif dengan uji iodin yang akan menghasilkan warna merah kecoklatan, sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna biru (Zusfahair, 2012). Hidrolisat pati dapat dihasilkan dari proses hidrolisis pati dengan kimiawi maupun enzimatis. Nilai gula pereduksi (DE) Hidrolisat pati bervariasi. Hidrolisat pati dibuat dengan menggunakan enzim yang bersifat termostabil dalam kondisi yang tertentu. Hidrolisat pati yang mempunyai nilai DE yang tinggi memiliki kelarutannya yang tinggi di dalam air yang akan membentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil (Jufri, 2006). Untuk menguji pati dapat dilakukan uji Molish dan uji iod. Uji Molish dilakukan dengan cara larutan pati ditambahkan pereaksi Molish dan dikocok merata serta ditambahkan H2SO4 pekat, sehingga akan dihasilkan dua lapisan cairan dalam tabung reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas. Uji molish positif terhadap karbohidrat dengan adanya Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua cairan. Sedangkan untuk uji iod dilakukan dengan cara sampel pati dimasukkan kedalam papan uji, ditambahkan satu tetes lautan iod encer dan dicampur secara merata. Uji iod positif terhadap pati dengan munculnya warna biru (Widianingsih, 2012). Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru, sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas sehingga warna biru hilang. Dari percobaan-percobaan didapat bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekulmolekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warna merah (Winarno, 1991). Tes urine menggunakan uji benedict digunakan untuk mengetahui kandungan glukosa. Cara kerja dari uji benedict menambahkan reagen Benedict dengan Urin. Kemudian dilakukan pemanasan. Jika urine tidak
  • 3. berubah warna menjadi hijau, merah, orange atau merah bata dan endapan merah bata berarti Urine tidak mengandung glukosa (Gayatri, 2012) Karbohidrat merupakan senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen atau disebut sakarida yang dibagi menjadi empat kelompok kimia: Monosakarida, disakarida, oligosakarida dan Polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana terdiri dari Aldehida atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil dengan rumus kimia CnH2nOn. Disakarida adalah Monosasakarida yang bergabung contohnya Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia C12H22O11. Untuk karbohidrat dapat dilakukan beberapa uji misalnya Uji yodium, uji Barfoed, uji Salwinoff, uji Benedict, Cobaltous test chlorida, uji hidrazina fenil dll. Dengan uji iodium karbohidrat akan berwarna biru bila sampelnya positif (Shah, 2013). Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi karena adanya gugus aldehida atau keton bebas, sifat ini digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Pereaksi Fehling: dengan larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan untuk larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan berwarna hijau kekuningan. Pereaksi Benedict: pereaksi ini berupa larutan yang lebih peka daripada pereaksi fehling dengan kandungan kuprisulfat, natriumkarbonat dan natriumsitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata tergantung konsentrasi karbohidrat. Pembentukan Furfural: dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Pereaksi molisch terdiri atas larutan a naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya,kemudian secara hatihati ditambahkan asam sulfat pekat akan terbentuk 2 lapisan cair. Pada batas
  • 4. anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan a naftol. Hasil negative merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat (Poedjiadi,1994). Pada karbohidrat ada berbagai jenis uji kualitatif yang dapat digunakan. Uji Molisch digunakan untuk mendeteksi karbohidrat, uji Fehlings dan Benedict untuk pengujian gula pereduksi, uji Barfoed untuk pengujian monosakarida, uji Bials orcinol dan uji Aniline untuk pengujian gula pentosa, uji Seliwanoff dan uji Tollens Phloroglucinol serta uji kobalt klorida untuk pengujian gula Heksosa. Sedangkan pada protein ada uji Biuret, uji Millions, Xanthoprotic, uji protein mengandung sulphur, serta uji Precipitation (Varghese, 2012). Monosakarida segera mereduksi senyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferisianida, hydrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2 +). Pada reaksi seperti ini, gula gula dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pegoksidasi menjadi tereduksi. Glukosa dan gula-gula yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula perduksi. Sifat ini berguna dalam analisa gula. Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu, dapat dilakukan pendugaan konsentrasi gula (Lehninger,1982) Terdapat berbagai jenis uji untuk karbohidrat seperti uji molish, fehling, benedict, barfoed, bial orcinol, aniline asetat, phloroglucinol, seliwanoff, tollen phloroglucinol untuk galaktosa, dan kobalt-klorida. Sedangkan uji pada gum adalah uji fehling dan benedict. Pada protein terdapat uji Biuret, Millions, Xanthoprotic, protein mengandung sulphur, serta Precipitation. Masih terdapat banyak uji lainnya yang dapat dilakukan untuk mengetahui berbagi kandungan bahan pangan (Sajid, 2012). Katabolisme anerobik atau peragian karbohidrat atau molekul bahan bakar lain memberi cara yang paling sederhana dan rudimenter untuk menurunkan derajat molekul guna memperoleh energi. Apabila peragian merupakan cara utama untuk penyimpanan energi dalam sel anerobik, tetapi
  • 5. peragian melakukan juga suatu fungsi esensial dalam metabolism kebanyakan organisme anerobik. Kita kenal dua macam peragian glukosa yang dekat saling berhubungan: peragian homolaktat atau glikolisis dan peragian alkoholat (Page, 1989).
  • 6. C. METODOLOGI 1. Alat a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi b. Penjepit c. Pipet ukur d. Gelas ukur e. Lempeng atau cawan porselen f. Corong Buchner g. Stopwatch h. Timbangan i. Penangas air/waterbath/inkubator j. pH meter k. Blender l. Alat parut m. Pisau n. Kain saring 2. Bahan a. Ubi kayu b. Alkohol 95% c. HCL pekat d. H2SO4 pekat e. Na2CO3 1M f. Aquades g. Pereaksi Fehling h. Pereaksi Benedict i. Pereaksi Seliwanoff j. Pereaksi Molisch k. Pereaksi Pikrat l. Larutan ragi roti 20% dan ragi roti 5% m. Larutan Iodine 0,01 M
  • 7. n. Larutan NaOH 8N o. Larutan glukosa 1% p. Larutan fruktosa 1% q. Larutan Sukrosa 10% r. Larutan Suspensi Ragi Roti 5% s. Larutan pati 1% t. Hidrolisat pati 3. Cara Kerja a. Isolasi Pati Umbi/Biji-bijian Ubi kayu 100 gram dikupas dan ditimbang Dicuci, diparut, dan dimasukkan dalam blender 200 ml aquades dimasukkan kemudian diblender selama 30 detik, proses tersebut dilakukan beberapa kali Residu disaring dengan kain saring dan larutan yang keruh ditampung dalam gelas ukur 500 ml 200 ml aquades ditambahkan, dikocok kemudian partikel yang tidak larut dibiarkan mengendap dan larutan jernih didekantasi Pada larutan yang keruh dan endapannya ditambahkan 100 ml alkohol 95% Disaring dengan kertas saring pati yang diperoleh dikeringkan dengan cara diratakan pada kertas saring pada suhu kamar Ditimbang hasil pati yang didapatkan
  • 8. b. Hidrolisis Pati 25 ml larutan pati (dibuat dari amilum tahap pertama) disediakan dalam gelas beker Ditambahkan 10 tetes HCl pekat dan didihkan Setelah 2 atau 5 menit, larutan diambil dan dilakukan uji Iod Larutan tersebut diambil 1 tetes, diteteskan pada lempeng porselin/test plate Ditambahkan 1 tetes larutan 0,01N Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15 Diambil 1 ml larutan pati dari tabung reaksi pada menit ke 5 Dilakukan juga pada menit ke 10 dan 15 Ditambahkan 5 ml pereaksi Fehling pada masing-masing tabung reaksi Diamati derajat reduksi yang terjadi dan dibandingkan dengan uji iod c. Uji Molisch Ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch kedalam tabung-tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisat pati dan larutan pati 1% Ditambahkan asam sulfat pekat 5 ml secara perlahan melalui dinding tabung reaksi Diamati perubahan yang terjadi
  • 9. d. Uji Pikrat Dicampurkan 2 ml larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisat pati dan larutan pati 1% masing-masing dengan 1 ml asam pikrat jenuh dan 0,5 ml Na2CO3 1M Seluruh tabung reaksi dipanaskan bersamaan didalam penangas air yang mendidih sampai terjadi perubahan warna Diamati perubahan warna yang terjadi e. Uji Seliwanoff Seliwanoff sebanyak 3 ml dimasukkan dalam tabung reaksi 3 tetes dari masing-masing larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, hidrolisat pati dan larutan pati 1% ditambahkan dalam tabung reaksi Seluruh tabung reaksi dipanaskan dalam penangas air yang mendidih bersamaan sampi terjadi perubahan warna Diamati perubahan warna yang terjadi f. Uji Benedict pada Reaksi Peragian 2 ml reagen Benedict dan 1 ml larutan suspensi ragi roti 5% dan larutan sukrosa 10% dimasukkan kedalam tabung reaksi Tabung reaksi dimasukkan dalam penangas air selama 5 menit Reaksi positif jika terjadi warna hijau, merah, orange atau merah bata dan endapan merah bata tergantung dari banyaknya Cu2O yang terbentuk.
  • 10. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2.1 Hidrolisis Pati kelompok Bahan Uji Waktu (min) 9,10,11 5 10 15 12,13,14 5 10 15 Iod 5 10 15 15,16 17,18 25 ml larutan pati 1% 9,10,11 12,13,14 Fehling 15,16 17,18 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15 5 10 15 Perubahan Warna Awal Akhir Biru tua Bening Orange Bening Putih Bening Kekuningan Bening Biru kehitaman Bening Coklat Bening Kuning Biru Tua Bening Ungu Bening Merah Bening Kecoklatan Bening Ungu Tua Bening Ungu Muda Bening Coklat Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Bening Biru Muda Ket Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Sumber: Laporan sementara Karbohidrat merupakan senyawa organik yang hanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen atau disebut sakarida. Karbohidart dapat menghasilkan energi 4 kkal per gram. Karbohidrat (sakarida) dibagi menjadi empat kelompok kimia: Monosakarida, disakarida, oligosakarida dan Polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana terdiri dari Aldehida atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil dengan rumus kimia CnH2nOn contohnya glukosa. Disakarida adalah Monosakarida yang saling berikatan glikosidik contohnya Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia C12H22O11 (Shah, 2013).
  • 11. Hidrolisat pati dapat dihasilkan dari proses hidrolisis pati dengan kimiawi maupun enzimatis. Nilai gula pereduksi (DE) Hidrolisat pati bervariasi. Hidrolisat pati dibuat dengan menggunakan enzim yang bersifat termostabil dalam kondisi yang tertentu. Hidrolisat pati yang mempunyai nilai DE yang tinggi memiliki kelarutannya yang tinggi di dalam air yang akan membentuk sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil (Jufri, 2006). Pati yang didapat dari hasil hidrolisis ubi kayu, diuji dengan uji iod dan fehling. Dalam percobaan ini digunakan sampel yaitu larutan pati 1%. Kemudian pati ini dihidrolisis dengan dua macam uji yaitu uji iod dan uji fehling. Menurut Widianingsih (2012), Uji iod dilakukan dengan cara sampel pati dimasukkan kedalam papan uji, ditambahkan satu tetes lautan iod encer. Kemudian dicampur secara merata. Uji iod positif terhadap pati dengan munculnya warna biru setelah penambahan iod pada sampel. Pati yang berikatan dengan iodin akan menghasilkan warna biru dan sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru (Winarno, 2004). Menurut Edahwati, 2010, reaksi hidrolisa karbohidrat dapat dilakukan dengan katalisator asam encer (HCl). Fungsi penambahan HCl pekat disini adalah untuk menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat sehingga menjadi monosakarida yang selanjutnya berdehidrasi membentuk furfural dan derivatnya. Karbohidrat dipanaskan dengan larutan asam pada suhu 80°C, maka pati akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara berurutan dan hasil akhirnya adalah glukosa. Pada percobaan pertama, melarutkan pati ubi kayu dalam akuades sehingga terbentuk larutan pati 1%, lalu menambahkan dengan HCl pekat. Penambahan asam klorida pekat ini bertujuan untk menghidrolisis pati karena pati dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Setelah itu larutan dipanaskan, pemanasan bertujuan untuk mempercepat hidrolisis dimana dengan meningkatnya suhu maka energi
  • 12. kinetik partikel akan semakin besar sehingga gerak partikel akan semakin cepat maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin mengingkat, dan reaksi hidrolisis akan berjalan lebih sempurna. Juga semakin lama pemanasa, maka semakin banyak pati yang terhidrolisis menjadi monosakarida, yakni glukosa. Pada hasil praktikum uji iod, terjadi perubahan warna larutan pati 1% dari bening menjadi semakin kuning kecoklatan seiring dengan lamanya pemanasan. Menurut Winarno (2004) Bila dekstrin dengan polimer 6,7, dan 8 membentuk warna coklat. Sehingga hasil dari percobaan, larutan pati 1% menunjukkan adanya pati yang polimernya 6 sampai 8. Uji Fehlings untuk pengujian gula pereduksi (Varghese, 2012). Tujuan dari uji Fehling adalah mengetahui adanya gula reduksi. Hasil yang didapat dari uji Fehling adalah larutan pati yang sebelumnya berwarna bening menjadi biru. Menurut Poedjiati dan Supriyanti (2005), hasil yang didapat dari uji fehling adalah adanya endapan berwarna merah bata yang merupakan ion Cu ++ yang direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. 2 Cu+ + 2 OH - Cu2O + H2O Endapan Dari percobaan yang telah dilakukan, semua sampel yang diuji berubah warna dari bening menjadi biru muda, dan hal ini telah sesuai dengan teori yang ada, dan membuktikan bahwa semua sampel memiliki gula reduksi.
  • 13. Tabel 2.2 Uji Molish Kelompok Sampel 9,10,11 Glukosa 1% 12,13,14 Fruktosa 1% 15,16 Larutan pati 1% 17,18 Hidrolisa pati Perubahan Warna Awal Akhir Ungu kehitaman Bening merah bata coklat bening Ungu kehitaman Bening bening Coklat kemerahan Bening coklat bening Bening Bening merah bata ungu kehitaman Keterangan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Ada endapan Tidak ada endapan Sumber: Laporan sementara Uji Molish dilakukan dengan cara larutan pati ditambahkan pereaksi Molish dan dikocok merata serta ditambahkan H2SO4 pekat, sehingga akan dihasilkan dua lapisan cairan dalam tabung reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas. Uji molish positif terhadap karbohidrat dengan adanya Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua cairan (Widianingsih,2012). Uji Molisch digunakan untuk mendeteksi karbohidrat (Varghese,2012). Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan kondensasi aldehida yang terbentuk ini dengan alpha-naftol membentuk senyawa yang berwarna khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan, yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan diikuti oleh proses dehidrasi dan proses kondensasi (Sumardjo, 2006). Pada percobaan uji kualitatif menggunakan uji molisch ini, masingmasing sampel menunjukkan perubahan warna yang berbeda. Pada sampel glukosa menunjukkan adanya perubahan warna yang semula putih bening menjadi terbentuk cincin ungu pada larutan dan adanya cincin berwarna merah bata. Pada sampel kedua yakni fruktosa menujukkan adanya perubahan warna yang semula putih bening berubah menjadi adanya cincin
  • 14. ungu pada larutan, dengan pembentukan cincin ungu paling banyak diantara sampel yang lain. Pada sampel ketiga, yaitu larutan pati 1% menunjukkan adanya perubahan warna yang semula putih menjadi terbentuk cincin berwarna coklat kemerahan dan sedikit keunguan didalamnya, namun cincin ungu nya paling sedikit dibandingkan dengan sampel yang lain. Sedangkan pada sampel yang keempat, yaitu hidrolisat pati menunjukkan adanya perubahan warna yan semula putih keruh menjadi terbentuk cincin ungu di dalamnya, cincin yang terbentuk banyak, namun tidak sebanyak sampel fruktosa. Hal ini disebabkan karena fruktosa yang mempunyai rantai pentose mengalami dehidrasi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sampel glukosa, larutan pati 1% dan hidrolisat pati, sehingga menghasilkan cincin ungu yang banyak. Tabel 2.3 Uji Pikrat Perubahan warna Awal Akhir Kelompok Sampel 9,10,11 Glukosa 1% Merah oranye Coklat muda 12,13,14 Fruktosa 1% Merah oranye Coklat muda 15,16 Larutan pati 1% Merah oranye Merah oranye 17,18 Hidrolisa pati Merah oranye Merah oranye Keterangan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Tidak ada endapan Sumber: Laporan sementara Karbohidrat pereduksi dapat ditunjukkan dengan beberapa cara, antara lain uji Fehling, uji Benedict, uji Asam pikrat, uji Tollens, dan uji Barfoed (Sumardjo, 2006). Dalam percobaan yang ke tiga ini dilakukan uji Asam pikrat terhadap empat sampel yang berbeda yaitu glukosa 1%, fruktosa 1% larutan pati 1%, dan hidrolisat pati guna mengetahui adanya kandungan karbohidrat pereduksi di dalamnya. Trinitrofenol atau asam pikrat jenuh dalam suasana basa dapat digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi. Pada sampel yang pertama yaitu glukosa yang ditambahakan dengan
  • 15. larutan asam pikrat menunjukkan adanya perubahan warna dari merah orange menjadi coklat muda. Sedangkan pada sampel kedua fruktosa, terjadi perubahan warna dari putih menjadi orange tua kemerahan. Hal ini menunjukkan reaksi yang terjadi dalam uji Asam pikrat yaitu oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi asam pikrat berwarna kuning menjadi asam pikramat yang berwarna merah (Sumardjo, 2006). Pada sampel yang ketiga yaitu larutan pati 1% tidak mengalami perubahan warna, yaitu tetap berwarna merah kekuningan, hal ini menunjukkan bahawa larutan pati 1% tidak menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi di dalamnya, sehingga tidak mengalami perubahan warna. Pada sampel keempat yaitu hidrolisat pati yang ditambahkan dengan larutan asam pikrat tidak menunjukkan adanya perubahan warna yakni tetap kuning kemerahan, hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yang seharusnya pada hidrolisat pati terjadi perubahan warna hal ini dapat terjadi karena pipet yang digunakan sebelumnya tidak dicuci, dan pada pengambilan sampel menggunakan pipet yang sama. Dari hasil prktikum yang di dapat, maka sampel yang mengandung karbohidrat pereduksi yaitu ditunjukkan pada sampel glukosa dan fruktosa yang ditandai dengan perubahan warna menjadi orange tua kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori, yang dikatakan oleh Sumardjo (2006) bahwa adanya karbohidrat pereduksi yang terkandung dalam sampel ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi orange tua (merah). Tabel 2.4 Uji Seliwanoff Kelompok Sampel 9,10,11 Glukosa 1% 12,13,14 Fruktosa 1% 15,16 17,18 Larutan pati 1% Hidrolisa pati Perubahan warna Awal Akhir Jingga Kuning Kecoklatan Merah gelap Kuning pekat Coklat teh Kuning (bening) Kuning Oranye bening kecoklatan Keterangan Sedikit endapan Sedikit endapan Tidak ada endapan Sedikit endapan
  • 16. keruh Sumber: Laporan Sementara Uji Seliwanoff digunakan untuk pengujian gula Heksosa (Varghese, 2012). Prinsipnya berdasarkan konversi fruktosa menjadi asam levulinat dan hidroksimetil furfural oleh asam hidroklorida panas dan terjadi kondensasi hidroksimetilfurfural dengan resorsinol yang menghasilkan senyawa berwarna merah, reaksi ini spesifik untuk ketosa. Sukrosa yang mudah dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan reaksi positif dengan uji seliwanoff yang akan memberikan warna jingga pada larutan. Perubahan warna merah jingga dan endapan, menunjukkan reaksi positif ketosa. Bila endapan dilarutkan dalam alkohol menjadi merah. Berdasarkan tabel 2.4 dapat diketahui bahwa larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, larutan pati 1% dan hidrolisat pati mengalami perubahan warna. Larutan glukosa 1% mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi jingga kecoklatan. Pada larutan fruktosa 1% mengalami perubahan warna dari kuning bening menjadi merah gelap pekat. Menurut Chawla (2003), perubahan warna menjadi merah cherry menunjukkan adanya fruktosa. Dapat diketahui bahwa sampel memberikan hasil yang positif pada uji Seliwanoff dengan adanya perubahan warna menjadi kemerahan menunjukkan adanya gugus ketoheksosa yaitu fruktosa. Larutan pati 1% mengalami perubahan warna dari kuing menjadi coklat bening. Perubahan warna pada larutan pati 1% tidak memberikan hasil yang positif untuk uji Seliwanoff karena warna yang terbentuk tidak menjadi merah. Ini menunjukkan bahwa larutan pati tidak mengandung fruktosa. Sedangkan hidrolisat pati mengalami perubahan warna dari kuning menjadi orange kecoklatan. Adanya perubahan warna ini menunjukkan bahwa hidrolisat pati mengandung fruktosa dalam jumlah yang relatif kecil. Menurut Jufri (2006), hidrolisat pati mengandung DE (gula pereduksi) seperti fruktosa hanya 38,19% dengan rendemen 88,36%. Sehingga hidrolisat pati tidak menunjukkan perubahan warna yang signifikan. Walaupun warna yang terbentuk orange pudar, tetapi sampel hidrolisat pati memberikan hasil positif untuk uji Seliwanoff. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kandungan
  • 17. fruktosa dalam larutan fruktosa 1% > hidrolisat pati. Tabel 2.5 Hasil uji Benedict pada Peragian Kelompok Perubahan Warna Awal Akhir 9,10,11 Biru Biru muda terang Biru keruh 12,13,14 Biru Biru muda terang Biru keruh 15,16 Biru Biru muda terang Biru keruh 17,18 Biru Biru muda terang Biru keruh Sumber : Laporan Sementara Keterangan Ada endapan putih Ada endapan putih Ada endapan putih Ada endapan putih Pembahasan Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya reaksi peragian pada sampel hidrolisat pati dan larutan pati 1%. Peragian atau fermentasi adalah proses dimana mikroorganisme memecah monosakarida dan asam amino untuk memperoleh energi untuk metabolisme mereka sendiri. Menurut Potter (1998), gula (glukosa) difermentasi oleh ragi, seperti Saccharomyces cerevisiae dan Saccharomyces ellipsoideus sehingga produk hasil reaksinya adalah etil alkohol dan karbon dioksida, sesuai dengan keseluruhan reaksi berikut: C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2(g). yeast Pada umumnya kapang memanfaatkan glukosa dan pati sebagai sumber karbon dalam pembentukan etanol dan biomassa (Naiola, 2008). Menurut Weiner (2010), uji Benedict digunakan untuk menentukan apakah larutan mengandung gula bebas gugus aldehida atau keton. Gila ini disebut gula pereduksi yang dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi ringan seperti Cu2+ dalam larutah Fehling, untuk mengasilkan Cu2O padat (endapan) berwarna merah- orange. Reaksinya sebagai berikut: Cu2+ + Gula pereduksi Cu2O(s) + gula teroksidasi Berdasarkan tabel 2.5 dapat diketahui bahwa hidrolisat pati tidak mengalami perubahan warna selama reaksi peragian, warna larutan putih
  • 18. keruh. Namun yang terjadi adalah timbulnya gelembung gas CO2 yang ditunjukkan dengan adanya gelembung putih. Ini menunjukkan bahwa hidrolisat pati mengandung glukosa, sehingga dapat difermentasi oleh fermipan (yeast) yang menghasilkan produk alkohol dan gas CO 2. Menurut Jufri (2006), hidrolisat pati mempunyai DE (gula pereduksi seperti glukosa) rata-rata 38,19%. Selama reaksi peragian larutan pati 1% juga tidak mengalami perubahan warna, warna larutannya adalah putih keruh. Selain itu, larutan pati 1% juga mengalami reaksi peragian yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas CO2. Akan tetapi gelembung gas yang terbentuk lebih sedikit daripada gelembung gas yang dihasilkan oleh hidrolisat pati. Terbentuknya gelembung gas CO2 pada larutan pati 1% terjadi pada menit ke-37. Adanya gelembung gas CO2 yang terbentuk dapat menunjukkan bahwa larutan pati 1% mengandung glukosa yang digunakan untuk fermentasi. Dari percobaan dari semua kelompok didapatkan hasil yang sama, warna awal saat 2 ml reagen Benedict dan 1 ml larutan suspensi ragi roti 5% dan larutan sukrosa 10% dimasukkan dalam tabung reaksi adalah biru terang. Setelah Tabung reaksi tersebut dimasukkan dalam penangas air yang mendidih selama 5 menit terjadi perubahan warna menjadi lapisan Biru muda dan biru keruh dan terdapat endapan putih. Reaksi Benedict digunakan untuk mengetahui kandungan glukosa (monosakarida) positif jika terjadi warna hijau, merah, orange atau merah bata dan endapan merah bata tergantung dari banyaknya Cu2O yang terbentuk (Gayatri, 2012). Hal tersebut berarti suspensi ragi roti 5% negatif uji benedict karena warna sampel biru. Menurut Chawla (2003), sukrosa akan menghasilkan hasil negatif untuk tes Benedict. Ini disebabkan sukrosa bukan gula pereduksi, sehingga tidak dapat bereaksi dengan zat pengoksidasi ringan, (Cu2+) dalam reagen Benedict. Dengan demikian pada larutan sukrosa 10% tidak dihasilkan Cu2O padat (endapan) berwarna merah- orange. Untuk uji kualitatif karbohidrat lainnnya ada uji Barfoed untuk pengujian monosakarida, uji hidrazina fenil (Shah, 2013). Uji Bials orcinol dan uji Aniline untuk pengujian gula pentosa, uji Tollens Phloroglucinol serta
  • 19. uji kobalt klorida untuk pengujian gula Heksosa (Varghese, 2012). Aniline asetat, phloroglucinol, dan uji tollen phloroglucinol untuk mengetahui galaktosa (Sajid, 2012). Uji Bial bertujuan membuktikan adanya pentosa. Dasar teori dari uji bial adalah dehidrasi pentosa oleh HCl pekat menghasilkan furfural dan dengan penambahan orsinol (3,5-dihidroksi toluena) akan berkondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna biru. Uji Osazon bertujuan membedakan bermacam-macam karbohidrat dari gambar kristalnya. Dasar teorinya adalah semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas akan membentuk hidrazon atau osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang spesifik. Osazon dari disakarida larut dalam air mendidih dan terbentuk kembali bila didinginkan. Namun, sukrosa tidak membentuk osazon karena gugus aldehida atau keton yang terikat pada monomernya sudah tidak bebas. Sebaliknya, osazon dari monosakarida tidak larut dalam air mendidih. Uji asam musat bertujuan membedakan antara glukosa dan galaktosa. Dasar teorinya adalah oksidasi terhadap karbohidrat dengan asam nitrat pekat akan menghasilkan asam yang dapat larut. Namun, laktosa dan galaktosa menghasilkan asam musat yang tidak dapat larut. Gula reduksi adalah merupakan golongan gula (karbohidrat) yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi senyawa-senyawa penerima electron, Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekul karbohidrat Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu++ dan ion Ag+ yang terdapat pada pereaksi- pereaksi tertentu. Gula reduksi merupakan senyawa penting dari karbohidrat yang mempunyai peran utama dalam penyediaan kalori bagi makhluk hidup dan merupakan senyawa utama yang dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan. Kadar gula reduksi yang tinggi dalam suatu bahan pangan ditandai dengan rasanya yang manis (Rohmahningsih, 2008). Jadi semakin tinggi kadar gula reduksi dalam bahan pangan, maka tingkat kemanisan dalam bahan pangan
  • 20. juga akan tinggi. E. KESIMPULAN Berdasarkan praktikum Acara II Isolasi Amilum dari Ubi Kayu dan Hidrolisisnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Hidrolisis dengan uji Fehling ditandai dengan berubahnya sampel menjadi warna biru yang menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam sampel. Sehingga sampel 25 ml larutan pati 1% positif mengandung adanya karbohidrat pereduksi. 2. Hidrolisis dengan uji Iod ditandai dengan berubahnya sampel menjadi warna biru, atau merah, atau coklat yang menunjukkan adanya karbohidrat pereduksi dalam sampel. Pada sampel sampel 25 ml larutan pati 1% menunjukkan perubahan warna menjadi coklat sehingga sampel positif mengandung adanya karbohidrat pereduksi. 3. Uji Molisch dilakukan untuk mengetahui suatu sampel mengandung karbohidrat secara umum, hal ini ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi terbentuk cincin ungu di dalamnya, yaitu sampel glukosa, fruktosa, larutan pati 1%, dan hidrolisa pati. 4. Uji Asam pikrat dilakukan untuk mengetahui adanya karbohidrat pereduksi dalam sampel yang ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi orange tua kemerahan, yaitu sampel larutan pati 1% dan hidrolisa pati. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hidrolisat Pati adalah suhu reaksi, waktu reaksi, pencampuran pereaksi, konsentrasi asam dan kadar suspensi pati. 6. Uji Seliwanoff digunakan untuk membedakan antara aldoheksosa dan ketoheksosa yang ditandai dengan terbentuknya warna merah untuk gugus ketoheksosa, seperti fruktosa, yang positif pada sampel fruktosa 1% dan hidrolisat pati. 7. Reaksi peragian adalah proses dimana mikroorganisme (yeast) memecah monosakarida (glukosa) menjadi alkohol dan gas CO2. 8. Uji Benedict digunakan untuk menentukan apakah larutan mengandung gula pereduksi gugus aldehida atau keton. 9. Hidrolisat pati dan larutan pati 1% menghasilkan gelembung gas CO2,
  • 21. sehingga dapat dijadikan indikasi adanya glukosa dalam larutan sampel, dan mengandung gula pereduksi berupa glukosa yang ditunjukkan dengan terbentuknya warna cokelat muda dan endapan cokelat cerah, sehingga memberikan hasil positif untuk uji Benedict.
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Chawla, Ranjana. 2003. Practical Clinical Biochemistry: Methods and Interpretations. Jaype Brothers Publishers. New Delhi. Gayathri, B., dkk. 2012. A Case of Alkaptonuria. International Journal of Biochemistry And Biotechnology. ISSN: 2169-3048. Vol. 1. No. 7. Lehninger, Albert. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Jufri, Mahdi., Effionora Anwar, dan Putri Margaining Utami . 2006. Uji Stabilitas Sediaan Mikroemulsi Menggunakan Hidrolisat Pati (De 35–40) Sebagai Stabilizer. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. 3. No.1. April 2006, 08 – 21. Page, David S. 1989. Prinsip-Prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Salemba. Sajid, Shaikh., et al. 2012. Anti-inflammatory Activity of Sesbania sesban (L) Merr. Internasional Research Journal of Pharmacy. Vol. 3. No. 1. Shah, Jinehi T dan Ajit V Pandya. 2013. Estimation Of The Quantity Of Carbohydrate Content In Potato (Solanum Tuberosum). International Journal of Green and Herbal Chemistry. Vol. 2. No. 2. Hal: 285-288. Varghese,. K. Jiny, et al. 2010. Phytochemical Investigation of Seaweed Ulva Reticulata From The Coast of Bakel, Kasaragod of Kerala State In India. International Journal Of Pharma World Research. Vol. 2. Widyaningsih, Senny., Dwi Kartika, dan Yuni Tri Nurhayati. 2012. Pengaruh Penambahan Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik dan Sifat Biodegradasi Film dari Pati Kulit Pisang. Molekul. Vol. 7. No. 1. Hal: 69 – 81. Winarno F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta. Winarno F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia. Jakarta. Zusfahair dan Dian Riana Ningsih. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp. Molekul. Vol. 7. No. 1. Hal: 9 – 19.