SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
ACARA III
LIPIDA

A. Tujuan Praktikum
Praktikum Acara III Lipida memiliki beberapa tujuan, yaitu:
1. Untuk mengetahui terjadinya kelarutan pada lemak dan pembentukan emulsi
2. Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan pada lemak atau minyak
3. Untuk mengetahui adanya kandungan kolesterol pada minyak jelantah,
minyak kelapa sawit, minyak wijen, dan lemak sapi

B. Tinjauan Pustaka
Istilah lipida menunjuk ke zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi
hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil
eter atau kloroform. Fungsi-fungsi lipida termasuk: sebagai penyimpan energi
dan transpor, struktur membran, komponen dinding sel (kulit pelindung), dan
sebagai penyampai kimia. Asam lemak terdapat bebas di alam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam-asam lemak
linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih tinggi tidak dapat
dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan itu diistilahkan sebagai asam
lemak esensial (Page, 1985).
Lemak atau minyak bersifat non-polar hanya dapat larut dalam pelarut
organik non-pola, seperti heksana, petroleum eter, atau dietil eter. Sifat
kelarutan lemak atau minyak dalam pelarut organik non-polar digunakan untuk
melakukan ekstraksi lemak atau minyak. Lemak atau minyak tidak larut dalam
air karena air bersifat polar. Minyak atau lemak dapat membentuk emulsi
dengan air. Kapasitas mengabsorpi air oleh minyak atau lemak merupakan sifat
yang penting dalam sebuah emulsi (Kusnandar, 2010).
Pada umumnya asam lemak yang tidak jenuh ikatan rangkapnya adalah
sis (cis). Dengan demikian, maka asam lemak tidak jenuh yang mengandung
banyak ikatan ganda akan membelok dan menutup. Asam linoleat, linolenat dan
arakidonat termasuk asam lemak esensial. Sebagaimana asam karboksilat, maka
asam lemak dapat membentuk ester, membentuk halida dan sebagainya. Bentuk
ikatan sis dapat diubah menjadi trans, adanya ikatan ganda bisa direduksi,
dioksidasi dan lain sebagainya. Dalam cairan yang mengandung asam lemak
dikenal peristiwa “tengik”. Bau yang khas ini disebabkan karena adanya
senyawa campuran asam keto dan asam hidroksi keto yang berasal dari
dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam cairan itu. Sampai sekarang reaksi
menjadi tengik dikenal sebagai reaksi radikal asam lemak tidak jenuh
(Martoharsono, 1990).
Emulsifikasi lipid yang ada dalam kime berair terjadi dalam duodenum
dimana lipid berantaraksi dengan empedu. Bagian empedu yang menyebabkan
emulsifikasi adalah asam empedu terkonjugasi, fosfatidilkolin dan kolesterol.
Misel adalah suatu agregat yang dibentuk dalam larutan berair oleh suatu
substansi yang terdiri dari gugus-gugus polar dan non-polar. Komponen nonpolar menyusun dirinya sendiri menghadap ke dalam agregat sementara gugusgugus polar ada diluar, dimana mereka berinteraksi dengan molekul air di
sekelilingnya. Misel campuran adalah misel yang tersusun lebih dari satu
senyawa. Misalnya, penyusun lipid dalam empedu fosfatidilkolin, kolesterol dan
asam empedu terkonjugasi (Montgomery, 1993).
Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan
komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum
untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu. Pada manusia
kolesterol diperoleh secara langsung dari makanan dan juga biosintesa dari
asetat melalui skualena di dalam limpa. Jumlah seluruh kolesterol dalam darah
tergantung pada sebagian besar makanan, umur dan kelamin. Nilai normal
adalah kira-kira 1,7 gram per liter darah, tetapi pada orang tua naik sampai 2,5
g/liter atau lebih (Page, 1985).
Minyak

kelapa

diyakini

meningkatkan

kolesterol

darahkarena

mengandung asam lemak jenuh sebagian. Biasanya minyak kelapa diperoleh
dengan proses kering dari kopra, yang terkena suhu yang sangat tinggi atau sinar
matahari selama beberapa hari sampai sebagian besar kelembaban akan dihapus.
Paparan suhu sinar matahari atau tinggi dapat menonaktifkan minor
komponen seperti tokoferol, tokotrienol, dan polifenol. Di sisi lain , virgin
coconut oil (VCO) diekstraksi dengan proses basah langsung dari santan bawah
terkontrol. Suhu mungkin memiliki efek yang lebih menguntungkan daripada
minyak kopra (CO) karena mempertahankan sebagian besar komponen yang
terkandung di dalamnya (Nevin, 2004).
Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak,
mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum.
Sebagian besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama membran sel
dan berperan mengatur jalannya metabolisme. Trigliserida merupakan senyawa
lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan. Lipid tumbuhan
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dan sedikit senyawa sterol
(Wirahadikusuma, 1985).
Lemak

makananmerupakan

manusiayangdimetabolismedan
kondisikonsumsikronis

bagian

pentingdari

disimpanoleh

hati.

sepertikaloriyang

diet
Dalam

berlebihan(overfeeding)

ataugangguanmetabolisme asam lemak, akumulasihasillipidsteatosis hati. Kadar
lemakmeningkat sehinggaderegulasimetabolisme lipidhatidapat menimbulkan
perifertrigliserida(TG) yang tersimpan dalam adiposa secara berlebihan,
TGmakanan(kilomikron)

dioverfeeding,

penurunaneksporlipiddari

hatisebagailipoproteindensitas sangat rendah, meningkatnyadenovolipogenesis,
dan

mengurangiβ-oksidasi

asam

lemak.

Sementaralemak

jenuhyang

berlebihanmempromosikanpenyimpananlemakdan peradangan.Asam lemaktak
jenuh ganda, khususnya omega-3 FA, memainkan peranhepatoprotektif. Omega3 FAmengurangisintesis danoksidasi asam lemakjenuhdan asam lemaktak jenuh
tunggal,

menurunkanlemak

dalam

hati,

dan

dengan

demikian

mencegahakumulasi danakhirnyasteatosis (Chang, 2012).
Lemak atau minyak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah
berupa hasil olahan dari kelapa sawit yang diekstraksi dari biji kelapa sawit
menjadi minyak kelapa sawit, selain itu minyak juga dapat berasal dari jagung,
kacang kedele, bunga matahari, biji zaitun, dan biji kapas. Bahan dasar minyak
mempengaruhi tingkat kejenuhan dan jenis asam lemak yang dikandungnya.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh
sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung
mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%. Asam
lemak tidak jenuh yang terdapat di dalam lemak atau minyak, terutama dari
sumber nabati, dapat mengalami perubahan atau kerusakan, baik secara fisik
atau kimia. Penyebab perubahan atau kerusakan ini antara lain adalah karena
proses oksidasi. Minyak yang mengandung asam lemak yang banyak ikatan
rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan oleh udara pada suhu ruang
(Edwar, 2011).
Komponen terbesar minyak nabati adalah trigeliserida yang merupakan
ikatan asam-asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh berantai lurus
bila mengalami alkoholisis akan menjadi ester jenuh berantai lurus. Ester ini
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (biodiesel)
yang memiliki angka cetana tinggi. Tiap jenis minyak nabati memiliki
karakteristik tersendiri, tergantung pada kandungan asam lemak yang terdapat
didalamnya. Minyak nabati yang dominan mengandung asam lemak tak jenuh
diantaranya biji karet, minyak jagung, minyak kemiri, minyak kedelai dan
minyak kacang (Setyawardhani, 2007).
Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat
ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya. Minyak
kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8–C14), khususnya asam laurat
dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (median chain fat)
yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya
bunuh terhadap beberapa senyawa yang berbahaya di
dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang didayagunakan pada pembuatan
minyak kelapa murni (virgin coconut oil). Minyak kelapa merupakan zat
makanan yang diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam bidang pangan,
selain berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh juga berguna sebagai
media penghantar panas dan penambah cita rasa(Angginasari, 2001).
Asam oleat(omega-9) adalah asamlemak yang ditemukandalamminyak hewani
dan nabati, seperti minyakzaitun (extra virgin atauvirgin), zaitun, alpukat,
almond, kacang tanah, minyak wijen, kemiri, pistachiokacang-kacangan,kacang
mete, hazelnut, kacang macadamia, dll. Initerjadi secara alami dalamjumlah
yang lebih besardaripadaasam lemaklainnya. Ini menurunkanrisikoserangan
jantung danartherosclerosis, danmembantu dalampencegahan kanker. Hal ini
pentingtetapi secara teknistidakEFA(asamlemak esensial), karena tubuh
manusiadapat

memproduksidalam

tersediabahwaEFApentingyang

hadir.

Hal

jumlah
ini

terbatas,

digunakandalam

industri

makananuntuk membuatsintetismentegadan keju. Hal ini jugadigunakan untuk
membumbuidipemanggangan, permen, es krim dansoda (Win, 2005).
Metode iod hubl dalam menganalis minyak ini, seperti diketahui,
tergantung

padafakta

bahwagliseridatak

produksampingdengan

yodium:

jenuhdalam
memiliki

bahwaproduksubstitusiterbentukjuga.Jikapembentukan
dicegahlebihmeningkatkan

nilaidan

ituuntuk

mungkinbahwa penyelidikaninidilakukan (Gill, 1899).

C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Pipet ukur
e. Beaker glass
2. Bahan
a. Kloroform
b. Eter

minyakmembentuk
kelemahan
merekadapat

memastikanjika

itu
c. Aquades
d. Na2CO3 1%
e. Pereaksi Huble Iodine
f. Asam stearat
g. Asam oleat
h. Asam palmitat
i. Minyak wijen
j. Minyak kelapa sawit
k. Minyak jelantah
l. Lemak sapi
m. Asam asetat anhidrat
n. Asam sulfat pekat
3. Cara Kerja
Percobaan 1: Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi

Kloroform,
Eter, Aquades,
Larutan
Na2CO3 1%

Dimasukkan ke dalam tabung
reaksi yang telah diletakkan pada
rak masing-masing sebanyak 2
ml

1 tetes minyak
kelapa murni atau
minyak wijen

Ditambahkan ke dalam semua
tabung reaksi

Mulut tabung reaksi ditutup dengan ibu
jari untuk dihomogenkan

Dibiarkan pada rak tabung reaksi selama 5 menit

Diamati perubahan yang terjadi tiap tabung
Percobaan 2: Uji Ketidakjenuhan
5 tabung reaksi disiapkan
10 ml kloroform
dan 10 tetes
pereaksi Huble
Iodine

1 tetes minyak
kelapa, minyak
wijen, VCO,
asam stearat,
asam oleat

Dicampur dan dituangkan ke
dalam 5 tabung reaksi

Ditambahkan ke dalam masing-masing
tabung yang berbeda, yang sudah diisi
oleh campuran larutan sebelumnya
secara berurutan

Dihomogenkan dan dibiarkan selama 5 menit

Diamati perubahan warna yang terjadi dan
dibandingkan perubahan warnanya

Jika warna merah muda belum hilang,
ditambahkan larutan bersangkutan tetes demi tetes

Dicatat berapa tetes minyak yang diperlukan
untuk menghilangkan warna
Percobaan 3 : Reaksi Liebermann-Burchard

Minyak jelantah
Minyak Wijen
Minyak Kelapa
Sawit
Lemak sapi

Dituangkan ke dalam 4 tabung
reaksi

10 Tetes asam
asetat anhidrat,
3 tetes asam
sulfat

Ditambahkan ke dalam tabung reaksi

Diamati perubahan warna yang terjadi
dan dibandingkan perubahan warnanya
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 3.1 Pengamatan Kelarutan Lemak dan Pembentukan Emulsi
Kelompok
Sampel
Kelarutan
Pembentukan Emulsi
Larut
Tidak larut
9, 10, 17 Kloroform
Larut
Tidak ada pembentukan
11, 12, 18
Eter
Larut
Tidak ada pembentukan
13, 14
Aquades
Tidak larut
Ada pembentukan
15, 16
Na2CO3
Tidak larut
Ada pembentukan
Sumber: Laporan Sementara
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan
dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut
pada kesetimbangan.Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter,
kloroform, benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya(Kusnandar,
2010).
Kelarutan bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus
polar dan non polar dari suatu molekul. Menutu Page (1985) makin panjang
rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air.
Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak
mudah larut dalam minyak. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya
tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun
tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan
hidrogen. Menurut Montgomery (1993) mekanisme terjadinya kelarutan minyak
dalam pelarut non-polar dengan melarutkan zat-zat non polar pada tekanan
internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat
menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak
sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar
dengan non polar.
Pada uji kelarutan lemak digunakan empat sampel, yaitu kloroform,
eter,aquades dan Na2CO3. Pada sampel kloroform dan eter menunjukan hasil
positif minyak larut dalam kloroform dan eter, karena kedua sampel tersebut
merupakan senyawa non-polar sehingga sampel dengan minyak dapat saling
tarik-menarik antarmolekul. Hal ini sudah sesuai dengan teori Kusnandar (2010)
bahwa lemak atau minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam
pelarut organik non-polar, seperti kloroform, heksana, petroleum eter, atau dietil
eter.
Untuk sampel ketiga aquades menunjukan hasil negatif, minyak tidak
larut dalam aquades.Aquades adalah pelarut yang bersifat polar sedangkan
minyak bersifat non polar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur. Hasil
percobaan ini telah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau
minyak tidak larut dalam air atau aquades karena air bersifat polar. Sementara
untuk sampel keempat yaitu Na2CO3menunjukan hasil negatif, minyak tidak
larut

dalam

Na2CO3.

Hal

ini

merupakan

penyimpangan

karena

Na2CO3merupakan senyawa non-polar dan menurut Kusnandar (2010) minyak
larut dalam senyawa non-polar.Sehingga dari hasil uji kelarutan lemak ini dapat
diketahui bahwa minyak atau lemak tidak dapat larut dalam pelarut polar, tetapi
dapat larut dalam pelarut semi polar dan larut sempurna dalam pelarut non polar.
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan
yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur
tetapi saling antagonistik. Menurut Kusnandar (2010) minyak atau lemak dapat
membentuk emulsi dengan air. Kapasitas mengabsobsi air oleh minyak atau
lemak merupakan sifat yang penting dalam sebuah emulsi. Pada umumnya
emulsi bersifat tidak stabil, yaitu dapat pecah atau lemak dan air akan terpisah,
tergantung dari keadaan lingkungannya. Emulsi ada dua macam yaitu emulsi air
dalam lemak dan emulsi lemak dalam air. Untuk menstabilkan sistem emulsi
biasanya ditambahkan emulsifier. Emulsifier adalah zat-zat yang dapat
mempertahankan sistem emulsi.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator adalah bagian
berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Mekanisme kerjanya
adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta
membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan
terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi,
sehingga terjadi perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang
mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur,
sehingga terjadi emulsi.
Pada uji pembentukan emulsi ini digunakan empat sampel, yaitu
kloroform, eter, aquades, Na2CO3. Dua sampel menunjukan hasil positif terjadi
pembentukan emulsi yaitu aquades dan Na2CO3. Na2CO3merupakan zat
emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na 2CO3
terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan
permukaan air (Fessenden, 1982). Pada percobaan ini, sampel aquades terjadi
pembentukan emulsi. Hal ini tidak sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa
lemak atau minyak tidak larut dalam air dan aquades karena sifatnya yang
berbeda.
Sedangkan pada sampel lainnya yaitu kloroform dan eter menunjukan
hasil negatif, tidak terjadi pembentukan emulsi. Hal ini sudah sesuai dengan
teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak bersifat non polar sehingga
hanya dapat larut dalam pelarut non-polar, seperti kloroform, heksana eter, atau
dietil eter. Minyak larut dengan baik dalam senyawa non-polar sehingga tidak
terbentuk emulsi.
Tabel 3.2 Pengamatan Uji Ketidakjenuhan
Kelompok
Sampel
9, 14
10ml Kloroform+ 10 tetes Huble Iodine+Stearat
10, 15
10ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Oleat
11, 16
10ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + VCO
12, 17
10ml Kloroform+10 tetes Huble
Iodine+Minyak Wijen
13, 18
10ml Kloroform+10 tetes Huble Iodine +
Minyak Sawit
Sumber : Laporan Sementara

Jumlah Tetesan Minyak
90
1
25
1
1

Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji
apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan
pereaksi Hubl Iodine. Hubl Iodine ini digunakan sebagai indikator perubahan.
Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Penambahan
kloroform ini bertujuan agar minyak dapat larut dengan sempurna dalam larutan.
Mekanisme uji ketidakjenuhan ini diawali dengan tabung dikocok
sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Hubl Iodine
dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi
terhadap campuran diamati. Terdapat 5 sampel pada percobaan ini yaitu
campuran antara kloroform dan iod Hubl dengan stearat, oleat VCO, minyak
wijen dan minyak sawit masing-masing dalam tabung reaksi yang berbeda.
Ketika ditambahkan tetesan minyak, terjadi perubahan warna yang semula
merah lalu menjadi pudar kembali.
Pada sampel stearat memerlukan banyak tetes untuk mengubah
campuran Hubl Iodinedan kloroform serta untuk mengidentifikasi adanya ikatan
rangkap. Stearat merupakan jenis asam lemak jenuh atau tidak punya ikatan
rangkap, sehingga memerlukan tetes sampai 90. Pada sampel VCO atau Virgin
Coconut Oil sendiri kandungan terbanyaknya di dalam asam laurat. Asam laurat
merupakan asam lemak jenuh artinya tidak mempunyai ikatan rangkap sehingga
diperlukan tetesan VCO yang banyak pada indikator Hubl Iodine dan kloroform
sejumlah 25 tetes.
Pada sampel minyak sawit hanya menggunakan satu tetes untuk merubah
warna pereaksi untuk menjadi bening. Minyak sawit yang digunakan kaya akan
asam linoleat. Kandungan dari minyak sawit antara lain 50 – 80% asam palmitat
dan asam laurat terdapat sekitar 10% kandungan asam linoleat. Pada sampel
asam oleat hanya membutuhkan satu tetes Hubl Iodinedan kloroform
dikarenakan asam oleat merupakan jenis asam lemak jenuh dengan ikatan satu
rangkap sewaktu ditetes terjadi proses reaksi adisi. Pada sampel minyak wijen
untuk merubah warna indikator adalah satu tetes. Kandungan yang paling
melimpah dari minyak wijen adalah asam lemak oleat (43%), linoleat (35%),
palmitat (7%) asam, yang bersama-sama terdiri sekitar 96% dari total asam
lemak. Kandungan asam lemak terbanyak adalah asam oleat dan linoleat hingga
mencapai 80% sehingga Hubl Iodinelangsung mengalami proses adisi.
Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan
cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada
gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai
dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna
awal putih bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa
terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap
dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi Hubl
Iodine akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada
molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama
reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Hubl
Iodine.
Oleh karena itu, semakin banyak tetesan minyak maka tingkat
ketidakjenuhan pada sampel adalah tinggi. Warna merah yang kembali pudar
menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon
asam lemak. Pada percobaan kali ini sampel yang memiliki tingkat kejenuhan
yang paling tinggi berturut-turut adalah stearat, VCO, oleat, minyak wijen dan
minyak sawit.
Tabel 3.3 Pengamatan Reaksi Liebermann-Burchard
Kelompok
Sampel
Perubahan Warna
Awal
Ditambah Lipid
Ditambah Asam sulfat dan
Bening

Minyak Wijen

9, 13, 17

Minyak
Jelantah
Lemak Sapi

Bening

Minyak
Kelapa Sawit

Bening

Bening

10, 14, 18
11, 15
12, 16
Sumber: Laporan Sementara

Asam Asetat
Menjadi lebih keruh

2 lapisan = kuning
dan bening
2 lapisan = kuning
dan bening
2 lapisan = kuning
dan bening
2 lapisan = kuning
dan bening

Menjadi lebih keruh
Menjadi keruh, ada
endapan berwarna merah
Menjadi lebih keruh

Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan
komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum
untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu (Page, 1985).
Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang
menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids
ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin
atomkarbon.
Kegunaan kloroform adalah sebagai zat pembius, selain fungsi lainnya
untuk melarutkan senyawa organik. Kloroform juga dapat digunakan sebagai
senyawa yang dapat melarutkan lemak, selain daripada itu fungsi kloroform
masih terbatas pada pemakaian dalam bidang kimia. Kegunaan asam asetat
anhidrat diterapkan dalam pembuatana aspirin. Asam sulfat memiliki berbagai
kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam
yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi
kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon.Asam sulfat digunakan
dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan
oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil.
Prinsip

uji

kolesterol

dengan

Lieberman

Buchard

adalah

mengidentifikasi adanya kolesterol denganpenambahan asam sulfat ke dalam
campuran. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari
terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi
hijau tua.
Pada percobaan uji Lieberman Burchard ini terdapat 4 sampel yaitu
minyak jelantah, lemak sapi, minyak wijen dan minyak kelapa sawit. Warna
awal keempat sampel tersebut mula-mula bening, namun ketika ditambahkan
lipid lalu membentuk 2 lapisan berwarna kuning dan bening. Perlakuan
selanjutnya untuk keempat sampel yaitu ditambahkan asam sulfat dan asam
asetat anhidrat dan menimbulkan hasil yang berbeda-beda, sampel minyak
jelantah, lemak sapi dan minyak kelapa sawit menjadi keruh dan pada sampel
minyak wijen menghasilkan endapan merah. Percobaan ini mengalami
penyimpangan karena tidak ada satupun sampel yang menunjukan perubahan
warna menjadi berwarna hijau tua.
Mekanisme yang terjadi dalam uji ini seharusnya adalah ketika asam
sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air
berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk
3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung
kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil
yang positif.
Pada minyak jelantah terjadi proses perubahan warna dari bening
menjadi kuning keruh. Ini mengindikasikan adanya kandungan kolesterol pada
minyak jelantah, yang apabila pemakaiannya yang berulang kali dapat merubah
kandungan dalam minyak, asam lemak jenuh yang ada didalamnya akan hilang
dan tersisa hanya lemak jenuh saja. Jika digunakan berulang kali minyak dengan
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya
kolesterol.
Pada percobaan dengan lemak sapi telah membentuk 2 lapisan yang
makin lama menjadi keruh, ini mengindikasikan adanya kandungan kolesterol
pada lemak sapi. Hal tersebut dikarenakan bahwa kolesterol adalah produk khas
hasil metabolisme hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak. Semua
jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Pada
percobaan dengan minyak wijen yang menjadi kuning keruh menunjukan bahwa
dalam minyak wijen terkandung kolesterol namun hal ini dianggap menyimpang
karena seharusnya minyak nabati tidak mengandung kolesterol, lemak nabati
mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh
sehingga umumnya berbentuk cair.

E. Kesimpulan
Pada praktikum Acara III Lipida ini memiliki beberapa kesimpulan, antara
lain:
1.

Minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik
non-polar, yaitu kloroform, eter dan Na2CO3.

2.

Minyak tidak larut dalam aquades, karena aquades bersifat polar.

3.

Minyak dilarutkan dalam kloroform, eter, dan aquades tidak terjadi
pembentukan emulsi.

4.

Minyak dilarutkan dalam Na2CO3terjadi pembentukan emulsi karena
Na2CO3 merupakan emulgator.

5.

Semakin banyak jumlah tetes iod yang diberikan pada minyak, maka
semakin tak jenuh asam lemak pada minyak tersebut. Hal ini dikarenakan
banyaknya ikatan rangkap yang harus diputuskan oleh iod.

6.

Pada uji ketidakjenuhan sampel yang tingkat kejenuhan yang paling tinggi
berturut-turut adalah stearat, VCO, oleat, minyak wijen dan minyak sawit.

7.

Pada uji Liebermann-Burchard sampel yang positif mengandung kolesterol
adalah minyak jelantah dan lemak sapi.
DAFTAR PUSTAKA

Angginasari, Utami. 2001.Biochemical Analysis Of Free Fatty Acid Levels And
Cholesterol Of Coconut Oil Were Made At Biology Education. Fkip
University Siliwangi.
Chang, Melissa I. Mark Puder and Kathleen M. Gura. 2012. The Use of Fish Oil
Lipid Emulsion in the Treatment of Intestinal Failure Associated Liver
Disease (IFALD). Journal of Nutrients, Vol. 4: 1828-1850.
Edwar, Zulkarnain. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak
Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Journal Indonesian
Meical Assoc, Vol.61 (1).
Gill; August, H; dan Adam, Walter O. 1899. On Hubl’s Iodine Method For Oil
Analysis. Anal Chem, Vol.32 (183).
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Mikro. Dian Rakyat. Jakarta.
Martoharsono, Soeharsono. 1990. Biokimia. UGM Press. Yogyakarta.
Montgomery, Rex. dkk. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus.
UGM Press. Yogyakarta.
Nevin, K.G and T. Rajamohan. 2004. Beneficial Effects of Virgin Coconut Oil on
Lipid Parameters and in Vitro LDL Oxidation. Journal of Clinical
Biochemistry, Vol. 37: 830– 835.
Page, David S. 1985. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta.
Setyawardhani, Dwi Ardiana. 2007. Pemisahan Asam Lemak Tak Jenuh Dalam
Minyak Nabati dengan Ekstraksi Pelarut dan Hidrolisa Multistage.
EKUILIBRUM Vol.6 (2): 59 – 64.
Win, David Tin. 2005. Oleic Acid – The Anti-Breast Cancer Component in Olive
Oil. Assumption University Bangkok.
Wirahadikusumah, Muhamad. 1999. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat
dan Lipid. ITB. Bandung.
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

More Related Content

What's hot

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
UNESA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
alvi lmp
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Dokter Tekno
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Fransiska Puteri
 

What's hot (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Laporan uji ninhidrin
Laporan  uji ninhidrinLaporan  uji ninhidrin
Laporan uji ninhidrin
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Uji Vitamin E
Uji Vitamin EUji Vitamin E
Uji Vitamin E
 
Uji Ninhydrin
Uji NinhydrinUji Ninhydrin
Uji Ninhydrin
 
Laporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIALaporan praktikum bioKIMIA
Laporan praktikum bioKIMIA
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
Uji Millon
Uji MillonUji Millon
Uji Millon
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
 
Laporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasarLaporan praktikum kimia dasar
Laporan praktikum kimia dasar
 
Karbohidrat II
Karbohidrat IIKarbohidrat II
Karbohidrat II
 
Enzim
EnzimEnzim
Enzim
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 

Viewers also liked

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Fransiska Puteri
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Fransiska Puteri
 
Laporan lipid ii
Laporan lipid iiLaporan lipid ii
Laporan lipid ii
XINYOUWANZ
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 
Presentation biokimia lipid
Presentation biokimia lipidPresentation biokimia lipid
Presentation biokimia lipid
Khayyu Hanifah
 
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnyaITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
Fransiska Puteri
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
Raden Saputra
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen valueITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 

Viewers also liked (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan lipid ii
Laporan lipid iiLaporan lipid ii
Laporan lipid ii
 
Enzim 2
Enzim 2Enzim 2
Enzim 2
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
ITP UNS Semester 3, Satuan Operasi 2: mix mh, latihan soal(1)
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Presentation biokimia lipid
Presentation biokimia lipidPresentation biokimia lipid
Presentation biokimia lipid
 
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnyaITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
ITP UNS SEMESTER 2 Jenis bahan dan sifatnya
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
Orde2
Orde2Orde2
Orde2
 
Interpolasi
InterpolasiInterpolasi
Interpolasi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen valueITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan: Titik optimum & eigen value
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 

Similar to Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

Similar to Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida (20)

Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ilmu bahan pangan
ilmu bahan panganilmu bahan pangan
ilmu bahan pangan
 
Laporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemakLaporan minyak dan lemak
Laporan minyak dan lemak
 
Ii lemak-dan-minyak
Ii lemak-dan-minyakIi lemak-dan-minyak
Ii lemak-dan-minyak
 
Kim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAKKim (2) LEMAK
Kim (2) LEMAK
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
farmakognosi LIPID
farmakognosi LIPIDfarmakognosi LIPID
farmakognosi LIPID
 
askep
askep askep
askep
 
LIPID
LIPIDLIPID
LIPID
 
Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1Minyak goreng bab1
Minyak goreng bab1
 
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptxAnalisis-Lemak-Minyak1.pptx
Analisis-Lemak-Minyak1.pptx
 
biogas
biogasbiogas
biogas
 
lemak
lemaklemak
lemak
 
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3Rospita uli (1507036386) kelompok 3
Rospita uli (1507036386) kelompok 3
 
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
Makalah Agribisnis "Minyak Kedelai"
 
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptxLIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
LIPID 1-KIMIA GIZI.pptx
 
Lemak dan minyak
Lemak dan minyakLemak dan minyak
Lemak dan minyak
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASEAcara 2 LIPIDA DAN LIPASE
Acara 2 LIPIDA DAN LIPASE
 
oil
oiloil
oil
 

More from Fransiska Puteri

ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluanITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnisITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
Fransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (18)

ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipidaITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: Tambahan lipida
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PengeringanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pengeringan
 
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: PendinginanITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
ITP UNS Semester 3, Mesin dan Peralatan: Pendinginan
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausahaITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: sikap mental wirausaha
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: membangun percaya diri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diriITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: analisis diri
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluanITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: pendahuluan
 
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnisITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
ITP UNS Semester 3, Kewirausahaan: memulai bisnis
 

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida

  • 1. ACARA III LIPIDA A. Tujuan Praktikum Praktikum Acara III Lipida memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui terjadinya kelarutan pada lemak dan pembentukan emulsi 2. Untuk mengetahui sifat ketidakjenuhan pada lemak atau minyak 3. Untuk mengetahui adanya kandungan kolesterol pada minyak jelantah, minyak kelapa sawit, minyak wijen, dan lemak sapi B. Tinjauan Pustaka Istilah lipida menunjuk ke zat-zat yang dapat diekstraksi dari materi hidup dengan menggunakan pelarut hidrokarbon seperti ligroin, benzena, etil eter atau kloroform. Fungsi-fungsi lipida termasuk: sebagai penyimpan energi dan transpor, struktur membran, komponen dinding sel (kulit pelindung), dan sebagai penyampai kimia. Asam lemak terdapat bebas di alam tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam-asam lemak linolenat dan asam-asam lemak poli tak jenuh bertingkat lebih tinggi tidak dapat dihasilkan pada hewan bertingkat lebih tinggi dan itu diistilahkan sebagai asam lemak esensial (Page, 1985). Lemak atau minyak bersifat non-polar hanya dapat larut dalam pelarut organik non-pola, seperti heksana, petroleum eter, atau dietil eter. Sifat kelarutan lemak atau minyak dalam pelarut organik non-polar digunakan untuk melakukan ekstraksi lemak atau minyak. Lemak atau minyak tidak larut dalam air karena air bersifat polar. Minyak atau lemak dapat membentuk emulsi dengan air. Kapasitas mengabsorpi air oleh minyak atau lemak merupakan sifat yang penting dalam sebuah emulsi (Kusnandar, 2010). Pada umumnya asam lemak yang tidak jenuh ikatan rangkapnya adalah sis (cis). Dengan demikian, maka asam lemak tidak jenuh yang mengandung banyak ikatan ganda akan membelok dan menutup. Asam linoleat, linolenat dan
  • 2. arakidonat termasuk asam lemak esensial. Sebagaimana asam karboksilat, maka asam lemak dapat membentuk ester, membentuk halida dan sebagainya. Bentuk ikatan sis dapat diubah menjadi trans, adanya ikatan ganda bisa direduksi, dioksidasi dan lain sebagainya. Dalam cairan yang mengandung asam lemak dikenal peristiwa “tengik”. Bau yang khas ini disebabkan karena adanya senyawa campuran asam keto dan asam hidroksi keto yang berasal dari dekomposisi asam lemak yang terdapat dalam cairan itu. Sampai sekarang reaksi menjadi tengik dikenal sebagai reaksi radikal asam lemak tidak jenuh (Martoharsono, 1990). Emulsifikasi lipid yang ada dalam kime berair terjadi dalam duodenum dimana lipid berantaraksi dengan empedu. Bagian empedu yang menyebabkan emulsifikasi adalah asam empedu terkonjugasi, fosfatidilkolin dan kolesterol. Misel adalah suatu agregat yang dibentuk dalam larutan berair oleh suatu substansi yang terdiri dari gugus-gugus polar dan non-polar. Komponen nonpolar menyusun dirinya sendiri menghadap ke dalam agregat sementara gugusgugus polar ada diluar, dimana mereka berinteraksi dengan molekul air di sekelilingnya. Misel campuran adalah misel yang tersusun lebih dari satu senyawa. Misalnya, penyusun lipid dalam empedu fosfatidilkolin, kolesterol dan asam empedu terkonjugasi (Montgomery, 1993). Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu. Pada manusia kolesterol diperoleh secara langsung dari makanan dan juga biosintesa dari asetat melalui skualena di dalam limpa. Jumlah seluruh kolesterol dalam darah tergantung pada sebagian besar makanan, umur dan kelamin. Nilai normal adalah kira-kira 1,7 gram per liter darah, tetapi pada orang tua naik sampai 2,5 g/liter atau lebih (Page, 1985). Minyak kelapa diyakini meningkatkan kolesterol darahkarena mengandung asam lemak jenuh sebagian. Biasanya minyak kelapa diperoleh dengan proses kering dari kopra, yang terkena suhu yang sangat tinggi atau sinar
  • 3. matahari selama beberapa hari sampai sebagian besar kelembaban akan dihapus. Paparan suhu sinar matahari atau tinggi dapat menonaktifkan minor komponen seperti tokoferol, tokotrienol, dan polifenol. Di sisi lain , virgin coconut oil (VCO) diekstraksi dengan proses basah langsung dari santan bawah terkontrol. Suhu mungkin memiliki efek yang lebih menguntungkan daripada minyak kopra (CO) karena mempertahankan sebagian besar komponen yang terkandung di dalamnya (Nevin, 2004). Lipid terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak, mempunyai peran yang sangat penting dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama membran sel dan berperan mengatur jalannya metabolisme. Trigliserida merupakan senyawa lipid utama yang terkandung dalam bahan makanan. Lipid tumbuhan mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh dan sedikit senyawa sterol (Wirahadikusuma, 1985). Lemak makananmerupakan manusiayangdimetabolismedan kondisikonsumsikronis bagian pentingdari disimpanoleh hati. sepertikaloriyang diet Dalam berlebihan(overfeeding) ataugangguanmetabolisme asam lemak, akumulasihasillipidsteatosis hati. Kadar lemakmeningkat sehinggaderegulasimetabolisme lipidhatidapat menimbulkan perifertrigliserida(TG) yang tersimpan dalam adiposa secara berlebihan, TGmakanan(kilomikron) dioverfeeding, penurunaneksporlipiddari hatisebagailipoproteindensitas sangat rendah, meningkatnyadenovolipogenesis, dan mengurangiβ-oksidasi asam lemak. Sementaralemak jenuhyang berlebihanmempromosikanpenyimpananlemakdan peradangan.Asam lemaktak jenuh ganda, khususnya omega-3 FA, memainkan peranhepatoprotektif. Omega3 FAmengurangisintesis danoksidasi asam lemakjenuhdan asam lemaktak jenuh tunggal, menurunkanlemak dalam hati, dan dengan demikian mencegahakumulasi danakhirnyasteatosis (Chang, 2012). Lemak atau minyak yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat kita adalah berupa hasil olahan dari kelapa sawit yang diekstraksi dari biji kelapa sawit
  • 4. menjadi minyak kelapa sawit, selain itu minyak juga dapat berasal dari jagung, kacang kedele, bunga matahari, biji zaitun, dan biji kapas. Bahan dasar minyak mempengaruhi tingkat kejenuhan dan jenis asam lemak yang dikandungnya. Minyak yang berasal dari kelapa sawit mempunyai kadar asam lemak jenuh sebesar 51% dan asam lemak tak jenuh 49%; sedangkan minyak dari jagung mempunyai kadar asam lemak jenuh 20% dan asam lemak tak jenuh 80%. Asam lemak tidak jenuh yang terdapat di dalam lemak atau minyak, terutama dari sumber nabati, dapat mengalami perubahan atau kerusakan, baik secara fisik atau kimia. Penyebab perubahan atau kerusakan ini antara lain adalah karena proses oksidasi. Minyak yang mengandung asam lemak yang banyak ikatan rangkapnya dapat teroksidasi secara spontan oleh udara pada suhu ruang (Edwar, 2011). Komponen terbesar minyak nabati adalah trigeliserida yang merupakan ikatan asam-asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam lemak jenuh berantai lurus bila mengalami alkoholisis akan menjadi ester jenuh berantai lurus. Ester ini dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk mesin diesel (biodiesel) yang memiliki angka cetana tinggi. Tiap jenis minyak nabati memiliki karakteristik tersendiri, tergantung pada kandungan asam lemak yang terdapat didalamnya. Minyak nabati yang dominan mengandung asam lemak tak jenuh diantaranya biji karet, minyak jagung, minyak kemiri, minyak kedelai dan minyak kacang (Setyawardhani, 2007). Setiap minyak nabati memiliki sifat dan ciri tersendiri yang sangat ditentukan oleh struktur asam lemak pada rangkaian trigliseridanya. Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8–C14), khususnya asam laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (median chain fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya bunuh terhadap beberapa senyawa yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat inilah yang didayagunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (virgin coconut oil). Minyak kelapa merupakan zat makanan yang diperlukan sebagai sumber kalori. Dalam bidang pangan,
  • 5. selain berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh juga berguna sebagai media penghantar panas dan penambah cita rasa(Angginasari, 2001). Asam oleat(omega-9) adalah asamlemak yang ditemukandalamminyak hewani dan nabati, seperti minyakzaitun (extra virgin atauvirgin), zaitun, alpukat, almond, kacang tanah, minyak wijen, kemiri, pistachiokacang-kacangan,kacang mete, hazelnut, kacang macadamia, dll. Initerjadi secara alami dalamjumlah yang lebih besardaripadaasam lemaklainnya. Ini menurunkanrisikoserangan jantung danartherosclerosis, danmembantu dalampencegahan kanker. Hal ini pentingtetapi secara teknistidakEFA(asamlemak esensial), karena tubuh manusiadapat memproduksidalam tersediabahwaEFApentingyang hadir. Hal jumlah ini terbatas, digunakandalam industri makananuntuk membuatsintetismentegadan keju. Hal ini jugadigunakan untuk membumbuidipemanggangan, permen, es krim dansoda (Win, 2005). Metode iod hubl dalam menganalis minyak ini, seperti diketahui, tergantung padafakta bahwagliseridatak produksampingdengan yodium: jenuhdalam memiliki bahwaproduksubstitusiterbentukjuga.Jikapembentukan dicegahlebihmeningkatkan nilaidan ituuntuk mungkinbahwa penyelidikaninidilakukan (Gill, 1899). C. Metodologi 1. Alat a. Tabung reaksi b. Rak tabung reaksi c. Pipet tetes d. Pipet ukur e. Beaker glass 2. Bahan a. Kloroform b. Eter minyakmembentuk kelemahan merekadapat memastikanjika itu
  • 6. c. Aquades d. Na2CO3 1% e. Pereaksi Huble Iodine f. Asam stearat g. Asam oleat h. Asam palmitat i. Minyak wijen j. Minyak kelapa sawit k. Minyak jelantah l. Lemak sapi m. Asam asetat anhidrat n. Asam sulfat pekat
  • 7. 3. Cara Kerja Percobaan 1: Kelarutan Lemak dan Terjadinya Emulsi Kloroform, Eter, Aquades, Larutan Na2CO3 1% Dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diletakkan pada rak masing-masing sebanyak 2 ml 1 tetes minyak kelapa murni atau minyak wijen Ditambahkan ke dalam semua tabung reaksi Mulut tabung reaksi ditutup dengan ibu jari untuk dihomogenkan Dibiarkan pada rak tabung reaksi selama 5 menit Diamati perubahan yang terjadi tiap tabung
  • 8. Percobaan 2: Uji Ketidakjenuhan 5 tabung reaksi disiapkan 10 ml kloroform dan 10 tetes pereaksi Huble Iodine 1 tetes minyak kelapa, minyak wijen, VCO, asam stearat, asam oleat Dicampur dan dituangkan ke dalam 5 tabung reaksi Ditambahkan ke dalam masing-masing tabung yang berbeda, yang sudah diisi oleh campuran larutan sebelumnya secara berurutan Dihomogenkan dan dibiarkan selama 5 menit Diamati perubahan warna yang terjadi dan dibandingkan perubahan warnanya Jika warna merah muda belum hilang, ditambahkan larutan bersangkutan tetes demi tetes Dicatat berapa tetes minyak yang diperlukan untuk menghilangkan warna
  • 9. Percobaan 3 : Reaksi Liebermann-Burchard Minyak jelantah Minyak Wijen Minyak Kelapa Sawit Lemak sapi Dituangkan ke dalam 4 tabung reaksi 10 Tetes asam asetat anhidrat, 3 tetes asam sulfat Ditambahkan ke dalam tabung reaksi Diamati perubahan warna yang terjadi dan dibandingkan perubahan warnanya
  • 10. D. Hasil dan Pembahasan Tabel 3.1 Pengamatan Kelarutan Lemak dan Pembentukan Emulsi Kelompok Sampel Kelarutan Pembentukan Emulsi Larut Tidak larut 9, 10, 17 Kloroform Larut Tidak ada pembentukan 11, 12, 18 Eter Larut Tidak ada pembentukan 13, 14 Aquades Tidak larut Ada pembentukan 15, 16 Na2CO3 Tidak larut Ada pembentukan Sumber: Laporan Sementara Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan.Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter, kloroform, benzena dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya(Kusnandar, 2010). Kelarutan bergantung pada struktur zat, seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Menutu Page (1985) makin panjang rantai gugus non polar suatu zat, makin sukar zat tersebut larut dalam air. Senyawa nonpolar akan mudah larut dalam senyawa nonpolar, misalnya lemak mudah larut dalam minyak. Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena konstanta dielektiknya yang rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Menurut Montgomery (1993) mekanisme terjadinya kelarutan minyak dalam pelarut non-polar dengan melarutkan zat-zat non polar pada tekanan internal yang sama melalui induksi antara aksi dipol. Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut non polar. Ia bertindak sebagai perantara (Intermediete Solvent) untuk mencampurkan pelarut non polar dengan non polar. Pada uji kelarutan lemak digunakan empat sampel, yaitu kloroform, eter,aquades dan Na2CO3. Pada sampel kloroform dan eter menunjukan hasil
  • 11. positif minyak larut dalam kloroform dan eter, karena kedua sampel tersebut merupakan senyawa non-polar sehingga sampel dengan minyak dapat saling tarik-menarik antarmolekul. Hal ini sudah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik non-polar, seperti kloroform, heksana, petroleum eter, atau dietil eter. Untuk sampel ketiga aquades menunjukan hasil negatif, minyak tidak larut dalam aquades.Aquades adalah pelarut yang bersifat polar sedangkan minyak bersifat non polar, sehingga kedua zat ini tidak bisa bercampur. Hasil percobaan ini telah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak tidak larut dalam air atau aquades karena air bersifat polar. Sementara untuk sampel keempat yaitu Na2CO3menunjukan hasil negatif, minyak tidak larut dalam Na2CO3. Hal ini merupakan penyimpangan karena Na2CO3merupakan senyawa non-polar dan menurut Kusnandar (2010) minyak larut dalam senyawa non-polar.Sehingga dari hasil uji kelarutan lemak ini dapat diketahui bahwa minyak atau lemak tidak dapat larut dalam pelarut polar, tetapi dapat larut dalam pelarut semi polar dan larut sempurna dalam pelarut non polar. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Menurut Kusnandar (2010) minyak atau lemak dapat membentuk emulsi dengan air. Kapasitas mengabsobsi air oleh minyak atau lemak merupakan sifat yang penting dalam sebuah emulsi. Pada umumnya emulsi bersifat tidak stabil, yaitu dapat pecah atau lemak dan air akan terpisah, tergantung dari keadaan lingkungannya. Emulsi ada dua macam yaitu emulsi air dalam lemak dan emulsi lemak dalam air. Untuk menstabilkan sistem emulsi biasanya ditambahkan emulsifier. Emulsifier adalah zat-zat yang dapat mempertahankan sistem emulsi. Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Emulgator adalah bagian
  • 12. berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Mekanisme kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya. Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi, sehingga terjadi perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur, sehingga terjadi emulsi. Pada uji pembentukan emulsi ini digunakan empat sampel, yaitu kloroform, eter, aquades, Na2CO3. Dua sampel menunjukan hasil positif terjadi pembentukan emulsi yaitu aquades dan Na2CO3. Na2CO3merupakan zat emulgator sehingga pada penambahan lipid kedalam larutan air dan Na 2CO3 terjadi emulsi karena larutan Na2CO3 membantu menurunkan tegangan permukaan air (Fessenden, 1982). Pada percobaan ini, sampel aquades terjadi pembentukan emulsi. Hal ini tidak sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak tidak larut dalam air dan aquades karena sifatnya yang berbeda. Sedangkan pada sampel lainnya yaitu kloroform dan eter menunjukan hasil negatif, tidak terjadi pembentukan emulsi. Hal ini sudah sesuai dengan teori Kusnandar (2010) bahwa lemak atau minyak bersifat non polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut non-polar, seperti kloroform, heksana eter, atau dietil eter. Minyak larut dengan baik dalam senyawa non-polar sehingga tidak terbentuk emulsi.
  • 13. Tabel 3.2 Pengamatan Uji Ketidakjenuhan Kelompok Sampel 9, 14 10ml Kloroform+ 10 tetes Huble Iodine+Stearat 10, 15 10ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + Oleat 11, 16 10ml Kloroform +10 tetes Huble Iodine + VCO 12, 17 10ml Kloroform+10 tetes Huble Iodine+Minyak Wijen 13, 18 10ml Kloroform+10 tetes Huble Iodine + Minyak Sawit Sumber : Laporan Sementara Jumlah Tetesan Minyak 90 1 25 1 1 Uji ketidakjenuhan digunakan untuk mengetahui asam lemak yang diuji apakah termasuk asam lemak jenuh atau tidak jenuh dengan menggunakan pereaksi Hubl Iodine. Hubl Iodine ini digunakan sebagai indikator perubahan. Asam lemak yang diuji ditambah kloroform sama banyaknya. Penambahan kloroform ini bertujuan agar minyak dapat larut dengan sempurna dalam larutan. Mekanisme uji ketidakjenuhan ini diawali dengan tabung dikocok sampai bahan larut. Setelah itu, tetes demi tetes pereaksi Hubl Iodine dimasukkan ke dalam tabung sambil dikocokdan perubahan warna yang terjadi terhadap campuran diamati. Terdapat 5 sampel pada percobaan ini yaitu campuran antara kloroform dan iod Hubl dengan stearat, oleat VCO, minyak wijen dan minyak sawit masing-masing dalam tabung reaksi yang berbeda. Ketika ditambahkan tetesan minyak, terjadi perubahan warna yang semula merah lalu menjadi pudar kembali. Pada sampel stearat memerlukan banyak tetes untuk mengubah campuran Hubl Iodinedan kloroform serta untuk mengidentifikasi adanya ikatan rangkap. Stearat merupakan jenis asam lemak jenuh atau tidak punya ikatan rangkap, sehingga memerlukan tetes sampai 90. Pada sampel VCO atau Virgin Coconut Oil sendiri kandungan terbanyaknya di dalam asam laurat. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh artinya tidak mempunyai ikatan rangkap sehingga diperlukan tetesan VCO yang banyak pada indikator Hubl Iodine dan kloroform sejumlah 25 tetes. Pada sampel minyak sawit hanya menggunakan satu tetes untuk merubah warna pereaksi untuk menjadi bening. Minyak sawit yang digunakan kaya akan
  • 14. asam linoleat. Kandungan dari minyak sawit antara lain 50 – 80% asam palmitat dan asam laurat terdapat sekitar 10% kandungan asam linoleat. Pada sampel asam oleat hanya membutuhkan satu tetes Hubl Iodinedan kloroform dikarenakan asam oleat merupakan jenis asam lemak jenuh dengan ikatan satu rangkap sewaktu ditetes terjadi proses reaksi adisi. Pada sampel minyak wijen untuk merubah warna indikator adalah satu tetes. Kandungan yang paling melimpah dari minyak wijen adalah asam lemak oleat (43%), linoleat (35%), palmitat (7%) asam, yang bersama-sama terdiri sekitar 96% dari total asam lemak. Kandungan asam lemak terbanyak adalah asam oleat dan linoleat hingga mencapai 80% sehingga Hubl Iodinelangsung mengalami proses adisi. Asam lemak jenuh dapat dibedakan dari asam lemak tidak jenuh dengan cara melihat strukturnya. Asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan ganda pada gugus hidrokarbonnya. Reaksi positif ketidakjenuhan asam lemak ditandai dengan timbulnya warna merah asam lemak, lalu warna kembali lagi ke warna awal putih bening. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi Hubl Iodine akan mengoksidasi asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi Hubl Iodine. Oleh karena itu, semakin banyak tetesan minyak maka tingkat ketidakjenuhan pada sampel adalah tinggi. Warna merah yang kembali pudar menandakan bahwa terdapat banyak ikatan rangkap pada rantai hidrokarbon asam lemak. Pada percobaan kali ini sampel yang memiliki tingkat kejenuhan yang paling tinggi berturut-turut adalah stearat, VCO, oleat, minyak wijen dan minyak sawit. Tabel 3.3 Pengamatan Reaksi Liebermann-Burchard Kelompok Sampel Perubahan Warna Awal Ditambah Lipid Ditambah Asam sulfat dan
  • 15. Bening Minyak Wijen 9, 13, 17 Minyak Jelantah Lemak Sapi Bening Minyak Kelapa Sawit Bening Bening 10, 14, 18 11, 15 12, 16 Sumber: Laporan Sementara Asam Asetat Menjadi lebih keruh 2 lapisan = kuning dan bening 2 lapisan = kuning dan bening 2 lapisan = kuning dan bening 2 lapisan = kuning dan bening Menjadi lebih keruh Menjadi keruh, ada endapan berwarna merah Menjadi lebih keruh Kolesterol merupakan steroida penting, bukan saja karena merupakan komponen membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum untuk steroida lain termasuk hormon steroida dan garam empedu (Page, 1985). Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas 4 cincin atomkarbon. Kegunaan kloroform adalah sebagai zat pembius, selain fungsi lainnya untuk melarutkan senyawa organik. Kloroform juga dapat digunakan sebagai senyawa yang dapat melarutkan lemak, selain daripada itu fungsi kloroform masih terbatas pada pemakaian dalam bidang kimia. Kegunaan asam asetat anhidrat diterapkan dalam pembuatana aspirin. Asam sulfat memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat nilon.Asam sulfat digunakan dalam jumlah yang besar oleh industri besi dan baja untuk menghilangkan oksidasi, karat, dan kerak air sebelum dijual ke industri otomobil. Prinsip uji kolesterol dengan Lieberman Buchard adalah mengidentifikasi adanya kolesterol denganpenambahan asam sulfat ke dalam campuran. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua.
  • 16. Pada percobaan uji Lieberman Burchard ini terdapat 4 sampel yaitu minyak jelantah, lemak sapi, minyak wijen dan minyak kelapa sawit. Warna awal keempat sampel tersebut mula-mula bening, namun ketika ditambahkan lipid lalu membentuk 2 lapisan berwarna kuning dan bening. Perlakuan selanjutnya untuk keempat sampel yaitu ditambahkan asam sulfat dan asam asetat anhidrat dan menimbulkan hasil yang berbeda-beda, sampel minyak jelantah, lemak sapi dan minyak kelapa sawit menjadi keruh dan pada sampel minyak wijen menghasilkan endapan merah. Percobaan ini mengalami penyimpangan karena tidak ada satupun sampel yang menunjukan perubahan warna menjadi berwarna hijau tua. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini seharusnya adalah ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, kolesterol kemudian teroksidasi membentuk 3,5-kolestadiena. Produk ini dikonversi menjadi polimer yang mengandung kromofor yang menghasilkan warna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Pada minyak jelantah terjadi proses perubahan warna dari bening menjadi kuning keruh. Ini mengindikasikan adanya kandungan kolesterol pada minyak jelantah, yang apabila pemakaiannya yang berulang kali dapat merubah kandungan dalam minyak, asam lemak jenuh yang ada didalamnya akan hilang dan tersisa hanya lemak jenuh saja. Jika digunakan berulang kali minyak dengan kandungan asam lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan terbentuknya kolesterol. Pada percobaan dengan lemak sapi telah membentuk 2 lapisan yang makin lama menjadi keruh, ini mengindikasikan adanya kandungan kolesterol pada lemak sapi. Hal tersebut dikarenakan bahwa kolesterol adalah produk khas hasil metabolisme hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak. Semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Pada percobaan dengan minyak wijen yang menjadi kuning keruh menunjukan bahwa dalam minyak wijen terkandung kolesterol namun hal ini dianggap menyimpang
  • 17. karena seharusnya minyak nabati tidak mengandung kolesterol, lemak nabati mengandung fitosterol dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga umumnya berbentuk cair. E. Kesimpulan Pada praktikum Acara III Lipida ini memiliki beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Minyak bersifat non-polar sehingga hanya dapat larut dalam pelarut organik non-polar, yaitu kloroform, eter dan Na2CO3. 2. Minyak tidak larut dalam aquades, karena aquades bersifat polar. 3. Minyak dilarutkan dalam kloroform, eter, dan aquades tidak terjadi pembentukan emulsi. 4. Minyak dilarutkan dalam Na2CO3terjadi pembentukan emulsi karena Na2CO3 merupakan emulgator. 5. Semakin banyak jumlah tetes iod yang diberikan pada minyak, maka semakin tak jenuh asam lemak pada minyak tersebut. Hal ini dikarenakan banyaknya ikatan rangkap yang harus diputuskan oleh iod. 6. Pada uji ketidakjenuhan sampel yang tingkat kejenuhan yang paling tinggi berturut-turut adalah stearat, VCO, oleat, minyak wijen dan minyak sawit. 7. Pada uji Liebermann-Burchard sampel yang positif mengandung kolesterol adalah minyak jelantah dan lemak sapi.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Angginasari, Utami. 2001.Biochemical Analysis Of Free Fatty Acid Levels And Cholesterol Of Coconut Oil Were Made At Biology Education. Fkip University Siliwangi. Chang, Melissa I. Mark Puder and Kathleen M. Gura. 2012. The Use of Fish Oil Lipid Emulsion in the Treatment of Intestinal Failure Associated Liver Disease (IFALD). Journal of Nutrients, Vol. 4: 1828-1850. Edwar, Zulkarnain. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Journal Indonesian Meical Assoc, Vol.61 (1). Gill; August, H; dan Adam, Walter O. 1899. On Hubl’s Iodine Method For Oil Analysis. Anal Chem, Vol.32 (183). Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan Komponen Mikro. Dian Rakyat. Jakarta. Martoharsono, Soeharsono. 1990. Biokimia. UGM Press. Yogyakarta. Montgomery, Rex. dkk. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. UGM Press. Yogyakarta. Nevin, K.G and T. Rajamohan. 2004. Beneficial Effects of Virgin Coconut Oil on Lipid Parameters and in Vitro LDL Oxidation. Journal of Clinical Biochemistry, Vol. 37: 830– 835. Page, David S. 1985. Prinsip-prinsip Biokimia. Erlangga. Jakarta. Setyawardhani, Dwi Ardiana. 2007. Pemisahan Asam Lemak Tak Jenuh Dalam Minyak Nabati dengan Ekstraksi Pelarut dan Hidrolisa Multistage. EKUILIBRUM Vol.6 (2): 59 – 64. Win, David Tin. 2005. Oleic Acid – The Anti-Breast Cancer Component in Olive Oil. Assumption University Bangkok. Wirahadikusumah, Muhamad. 1999. Biokimia Metabolisme Energi, Karbohidrat dan Lipid. ITB. Bandung.