3. KONTEN
Fokus: Kanisius Surya
Portfolio
Bagaskoro Adimasputro
Syarif Syahab
Firdaus Andhika P. Darise
Christian Lukman
Air Sebagai Property
Hasselblad Master: Hans Neleman
Tutorial: Backlight
Lampu Flash Slave
Lensa Canon 55mm 1.8
Q&A
Monika Priscilia
Brief
Rekomendasi
10
14
20
22
26
30
32
34
36
40
42
FOTOGRAFER:KANISIUSSURYA
2
4. 3
“What i like about photographs is that
they capture a moment that’s gone forever,
impossible to reproduce.”
- Karl Lagerfeld -
FOTOGRAFER:KANISIUSSURYA
7. 6
ISU
Secara umum fotografer adalah
seseorang yang bekerja
memberikan jasa fotografi,
biasanya melalui tahapan
proses: bertemu klien,
mengambil gambar, mencetak,
memberikan gambar tersebut
kepada klien, dan mendapatkan
bayaran atas jasa tersebut.
Tetapi saat ini ruang lingkup
pekerjaan fotografer bukan
hanya itu saja.
Dunia digital membawa perubahan besar terhadap perkembangan fotografi
itu sendiri. Setiap orang bisa dengan mudah memotret. Tidak perlu
perlengkapan mahal, tidak perlu tahu teknik fotografi, komposisi, dan
sebagainya. Semua bisa dilakukan dengan instan. Hanya dengan
menggunakan smart phone maka seseorang bisa menciptakan foto,
mengedit foto tersebut, dan membagikannya di dunia maya.
Dimanakah fotografer yang ‘sebenarnya’?, yang harus berinvestasi besar
untuk mendapatkan alat, yang harus sekolah atau setidaknya mengetahui
teknik komposisi seni rupa?, dimanakah klien yang rela antri menunggu
hanya untuk sebuah pas foto 3x4?, dimanakah klien yang harus berhari-
hari baru kembali menemui si fotografer untuk mengambil hasil?
Semua berangsur hilang. Apakah si fotografer juga hilang? jawabannya
tergantung sejauh mana si fotografer bisa beradaptasi dengan
lingkungannya dan mempengaruhi lingkungan tersebut.
Saya masih menemui fotografer yang memiliki klien yang setia walaupun si
klien punya smart phone canggih. setidaknya hal itu menandakan masih
ada ‘pasar’ si fotografer. Dan saya juga pernah mengalami saat-saat harus
berdaptasi dengan muculnya para fotografer dadakan bermodal smart
phone atau DSLR mahal yang mau motret tanpa dibayar.
8. Foto Komersial
Model ini adalah model paling konvensional. Kita
memotret kemudian dibayar. Dulu kita mengenal istilah
'fotografer keliling'. Konsep fotografer komersial tidak
jauh beda dengan fotografer keliling. Komersil artinya
melakukan sesuatu/memberikan jasa fotografi untuk
dibayar. Kita menawarkan jasa foto dan klien membayar.
Jasa yang diberikan bisa foto portrait perorangan atau
keluarga, foto pernikahan, foto produk, dan jenis
pemotretan lainnya. Besarnya bayaran yang kita
dapatkan tergantung dari klien kita dan ‘siapa’ kita di
mata klien.
Tahun 2002 saya mulai menawarkan jasa foto
komersial. Klien pertama saya adalah tetangga depan
rumah saya. Dan saya dibayar untuk itu. Saya merasa
lebih beruntung karena di tahun itu belum banyak orang
yang memiliki kamera (apapun bentuknya). Tetapi
dengan banyaknya orang yang memiliki kamera maka
kita sebagai fotografer juga harus dapat membuat
strategi. Kita bisa memulainya dengan memotret orang-
orang terdekat kita. Mulailah dengan meminta
mereka menjadi model kita. Bisa dengan metode TFP
(Trade For Print) atau TFCD (Trade for CD). TFP artinya
kita memotret si objek (model) dan kita memberikan foto
dalam bentuk cetak. Foto yang dicetak tetap selalu lebih
berkenan dibanding hanya data digital, tujuan
pemberian foto ini untuk memperluas karya kita dilihat
orang lain. Makin luas makin bagus, makin besar
kemungkinan jasa kita digunakan. TFCD artinya kita
hanya memberikan data digital ke si objek foto.
Foto komersil menuntut kita bertemu lebih banyak
pengguna jasa kita secara langsung. Untuk itu
dibutuhkan kemampuan dalam bertingkah laku. Bukan
hanya sebatas menguasai perlegkapan dan konsep
tetapi harus mengetahui psikologi klien. Seorang klien
yang puas dengan pekerjaan kita akan mengajak klien
yang baru, tetapi kekecewaan klien juga akan
berdampak sangat buruk bagi kita.
Kita pernah memotret 'iseng', semua kita potret?
Kemanakah hasil foto tersebut? Apakah hanya disimpan
saja? Tahukah bahwa foto yang dihasilkan itu bisa
menghasilkan uang? Adalah stock photo agency yang
bisa menampung kemudian menjual foto-foto tersebut.
Kita bisa memotret pemandangan, atau konsep-konsep
foto untuk naskah presentasi seperti orang berjabatan,
dan sebagainya. Ada ratusan stock foto agency di
internet. Tetapi tidak semua agensi itu bagus. Setiap
agensi memiliki aturan yang berbeda. Dari persyaratan
teknis foto hingga pembayaran. Untuk masuk ke agensi
foto stock biasanya dilakukan ujian secara tertulis,
rekomendasi, atau bisa juga dengan mengirim
beberapa portfolio ke agensi tersebut, kemudian agensi
melakukan penilaian. Agensi fotografi adalah perantara
fotografer dengan pihak-pihak yang membutuhkan foto
yang kita hasilkan, seperti agensi periklanan, majalah,
media online, dan sebagainya. Setelah kita lolos ujian,
tahap selanjutnya kita akan dibimbing untuk teknis,
seperti komposisi, teknis perlengkapan foto (kamera,
lampu, dsb), dan yang paling penting adalah
kemampuan fotografer untuk merubah bahasa
tulisan menjadi bahasa gambar. Fotografer juga harus
dapat melihat trend foto apa saja yang laku untuk di
pasaran. Setelah foto kita dibeli pihak ketiga maka
agensi akan melakukan pembayaran.
Tahun 2009 saya masuk ke sebuah agensi fotografi yag
berlokasi di New York. Saya tinggal di Indonesia, tetapi
lewat internet saya bisa bertemu banyak klien di dunia
ini dengan perantara (agensi). Untuk masuk ke agensi
tersebut saya tidak mengirimkan portfolio atau ikut ujian.
Saya masuk lewat rekomendasi teman yang pernah
magang di agensi
Foto Stock
7
9. 8
tersebut. Networking memiliki pengaruh yang besar
dalam kemajuan kita berkarya. Dan saya sebutkan lagi,
internet sangat membantu proses (networking) tersebut.
Foto stock tidak dapat meghasilkan uang dalam waktu
cepat. Tidak seperti foto komersil yang setelah motret
langsung dibayar. Foto stock adalah investasi jangka
panjang. Setelah satu tahun saya baru mendapat hasil
dari apa yang saya kerjakan. Semakin banyak kita
mengirim foto, semakin besar kemungkinan foto kita
diterima dan semakin besar juga pendapatan kita.
Kita bisa membuat buku fotografi. Buku tersebut bisa
tutorial fotografi, bisa juga perjalanan ke suatu tempat,
atau bisa juga kumpulan portfolio. Dalam hal ini kita
bisa mencari penerbit. Bisa dimulai dengan mengirimkan
naskah ke penerbit yang dituju. Bisa juga mencetak dan
menerbitkannya sendiri. Atau membagikannya secara
gratis di internet dalam bentuk majalah/ buku elektronik.
Untuk di Indonesia sendiri sudah banyak fotografer yang
menerbitkan buku foto. Isi dari buku foto tersebut bisa
portfolio atau kumpulan artwork, atau berisi tutorial. Bila
kita hanya memiliki sedikit karya untuk masuk ke dalam
satu buku, kita bisa meminta partisipasi fotografer lain
untuk ikut. Contoh, ketika kita ingin menerbitkan buku
tentang ‘macro’, sementara foto macro karya kita hanya
sedikit, maka kita bisa meminta fotografer lain untuk
memberikan foto macronya kepada kita.
Dalam membuat buku, bukan hanya foto saja yang
diperhatikan, tetapi sudah lebih luas. Buku adalah
gabungan dari karya grafis, sastra, fotografi, dan desain
produk. Dalam menciptakan sebuah buku, keempat sisi
tersebut harus diperhatikan. Konten yang bagus harus
didukung dengan tata letak yang bagus juga. Selain itu,
buku yang diterbitkan harus memiliki daya jual. Penerbit
tidak akan menerbitkan buku yang sepertinya tidak laku
di pasaran. Untuk itu fotografer harus bisa juga melihat
kebutuhan pasar.
Tahun 2011 saya mendapat kontrak dengan Elexmedia
Komputindo untuk menerbitkan buku. Awalnya saya
hanya membuat buku tutorial fotografi yang nantinya
akan saya bagikan gratis dalam bentuk pdf. Tetapi
kembali lagi saya berpikir untuk mencoba memasukkan
materi saya ke penerbit. Materi yang saya masukkan
sudah dalam bentuk siap cetak. Maksudnya, sudah
lengkap foto, teks, dan rancang grafisnya. Tahap berikut
adalah brain storming antara penerbit dan penulis buku,
menyangkut teknis penerbitan buku. Penulis akan
mendapat royalti dari setiap buku yang laku terjual.
Kembali, uang bukan yang utama. Networking dan level
kita sebagai fotografer sudah pasti akan bertambah.
Seorang fotografer bisa dikatakan mahir, jika dia sudah
mengeluarkan buku. Tingkat kemahiran tersebut tidak
sampai di situ tetapi juga sejauh mana buku tersebut
didistribusikan, nasional bahkan internasional.
Pameran adalah ’konser’ bagi fotografer. Waktunya
fotografer menunjukkan karyanya. Dalam pameran kita
bisa mengundang tamu untuk datang. Tamu-tamu ini
adalah peminat fotografi yang bisa membeli foto kita
ataupun melihat karya kita.
Buku Foto
Pameran Foto
Kita bisa memulai pameran dengan menentukan konsep
pameran. Misalnya konsep 'lompat'. Kita bisa memotret para
selebriti sedang melompat. Kemudian mencetak dan
memamerkannya. Selanjutnya kita bisa menyewa galeri atau
tempat umum lainnya untuk memajang karya terssbut,
sehingga orang lain melihat dan tertarik untuk membelinya.
Pameran membutuhkan biaya yang besar, seperti layaknya
konser. Untuk meminimalisir biaya, kita bisa mengajak
fotografer lain untuk ikut dalam pameran kita atau mencari
sponsor.
Foto komersil
menuntut kita bertemu
lebih banyak pengguna
jasa kita secara langsung.
Untuk itu dibutuhkan
kemampuan dalam
bertingkah laku.
10. Foto Hunting
Banyak para fotografer pemula menyukai acara ini 'foto
hunting'. Foto hunting menjadi ajang pertemuan sesama
fotografer, fotografer dengan model, atau pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Dalam foto hunting kita bertugas
sebagai event coordinator. Bisa dimulai dengan penentuan
konsep. Pemilihan konsep sangat penting, pilihlah konsep
yang banyak diminati fotografer. Biasanya foto hunting
dengan konsep 'sexy' banyak sekali peminatnya. Setelah
penentuan konsep, kita bisa mencari lokasi acara
pemotretan, mencari model, make up artist, wardrobe, dan
yang tidak kalah pentingnya adalah sosialisasi/promosi
acara.
Acara foto hunting melibatkan banyak pihak, untuk itu kita
harus menjalin kerjasama agar semuanya mudah
terkoordinasi. Pihak-pihak yang terkait (fotografer, model,
make up artist, desainer kostum) bisa sailng memberikan
bantuan. Kita bisa memungut biaya pendaftaran dari para
peserta.
9
Kelas Foto
Semakin banyaknya orang yang ingin belajar foto
membuat semakin banyak juga fotografer menawarkan
kelas atau kursus singkat fotografi, ada juga kursus
dengan sertifikat. Ada yang berbayar ada juga yang gratis.
Materi pengajaran bisa dari fotografi dasar sampai level
profesional.
Pada tahap ini kita pasti bukan fotografer sembarangan,
karena sudah bisa membagikan ilmu kepada orang lain,
dan lebih lanjut bisa mempertanggung jawabkan ilmu
tersebut. Kelas foto bisa dimulai dengan membuat sebuah
komunitas belajar foto bersama, bisa online dan juga
offline. Membagikan ilmu kepada orang lain tidak ada
ruginya. Semakin banyak kita membagi ilmu, maka
semakin kita menguasai ilmu tersebut.
Januari 2014 saya memulai kelas foto offline di Bandung.
Sebelumnya saya membagikan tutorial gratis secara
online. Kelas foto ini diadakan setiap Senin di Taman
Fotografi Bandung. Sampai saat ini kelas masih bebas
biaya. Selain di taman, kelas juga diadakan di studio untuk
pembahasan studio lighting.
Setidaknya ada 6 bidang pekerjaan fotografer yang bisa
dilakukan. Dunia fotografi sangat luas, 6 bidang ini
hanya uraian singkat. Lebih jauh mari kita belajar, jangan
menunggu harus ini, harus itu, karena tanggung jawab
yag besar bermula dari kemampuan bertanggung jawab
dalam hal yang kecil.
Membagikan ilmu kepada oranglain
tidakada ruginya.Semakin banyakkita
membagiilmu,maka semakin kita
menguasaiilmu tersebut.
PENULIS: HERMAWAN WICAKSONO
FOTO: DOKUMENTASI EYESEE PHOTO CLASS
11. 10
FOKUS
“sebelum anda memilih untuk
menjadi seorang fotografer,
milikilah etika”
-Kanisus Surya-
Pertemuan kami bermula
di kelas foto gratis di
Bandung. Surya adalah
murid saya dan dengan
bangga saya pilih dia
sebagai fotografer fokus
di edisi perdana ini.
Fotografer yang memiliki
lensa warna biru dan gak
bisa fokus kalau harus
motret objek warna hijau.
FOTOGRAFER: KANISIUS SURYA
Halo om Surya, bisa perkenalkan diri?
Pertama, perkenalkan nama saya Kanisius R Surya, dan biasa dipanggil surya
atau mungkin orang orang terdekat saya suka memanggil dengan julukan abang.
Kok abang?
bukan karena saya orang batak yang pasti, cuma pada jaman SMA saya mungkin
sering menjadi tempat sampah saudara-saudara saya, saudara disini adalah
teman yang sangat dekat, tetapi saya menyebut nya saudara. Dan pada saat itu
saya memiliki seorang adik angkat yang memanggil saya abang untuk pertama
kali, dan dari situ orang orang terdekat saya suka memanggil saya abang.
12. 11
Pertanyaan standar, kenapa suka fotografi? awalnya gimana?
Sebenarnya berawal dari iseng, kemudian menjadi benar-benar suka.
Sudah lama saya suka fotografi, tetapi baru di awal 2010 untuk
pertama kalinya saya punya DSLR pertama saya,dan kalau boleh
berbicara merk, DSLR pertama adalah canon 1000D. Dan satu hal
yang membuat saya suka dengan fotografi itu, lewat foto kita dapat
menumpah kan setiap rasa yang kita rasakan. Rasa disini yang saya
maksud adalah feel nya, bagaimana dengan foto yang sederhana,
tetapi bisa menceritakan perasaan si objek yang kita foto, atau
bagaimana dengan foto yang sederhana, kita dapat menyampaikan
sebuah pesan bagi yang menikmati foto tersebut.
Kalo tadi udah bahas soal sukanya,..sekarang dukanya apa nih?
Membuat ide yang sering kali menjadi kendala, apa lagi benar benar
membuat sebuah karya foto yang original, bukan sekedar ATM
(Amati, Tiru, Modifikasi) itu salah satunya, salah duanya adalah
pungli atau pungutan liar. Sering kali saya temui saat saya ingin foto
di tempat-tempat publik, ada saja oknum oknum yang selalu
berbicara, “apa sudah ada ijin foto disini”, dll. yang ujung ujung nya
adalah duit. Sulit bagi saya, karena saya bukan orang yang lahir
dalam keluarga yang berkecukupan, dan kedua itu adalah tempat
publik, mengapa kita sebagai warga tidak boleh memanfaat kan nya,
padahal kita hanya pakai untuk foto, bukan untuk hal hal negatif.
Mulai belajarnya gimana?
oh yah, saya mengenal fotografi secara otodidak dan jarang sekali
saya bertanya, karena saya pun bingung, harus betanya pada sapa,
dan karena keadaan ekonomi yang seadanya, yang tidak memungkin
kan saya untuk mengikuti kelas-kelas fotografi premium alias
berbayar. Karena itu saya lebih banyak belajar dan mencari tahu
sendiri, dan saya bangga akan hal itu. Mungkin saya tidak memiliki
banyak sertifikat, karena bagi saya sertifikat hanyalah sebuah kertas,
tidak lebih.
13. Kalau gitu, fotografer yang hebat itu seperti apa?
Bila ditanya apakah saya seorang fotografer
profesional atau saya adalah fotografer yang hebat,
saya hanya bisa bilang saya hanya seorang fotografer
jalanan, karena dari jalananlah awal saya belajar
fotografi, dan masalah profesional atau hebat, itu ga
penting, karena bagi saya, menjadi seorang fotografer
yang terpenting adalah memiliki etika dan jam terbang
tentu nya. tetapi tidak semata mata dengan memiliki
semua itu bisa dikatakan fotografer yang hebat, atau
profesional.
Jadi yang bisa memaksimalkan keterbatasan ya?
Iya, karena itu, saya mencoba membuat studio foto
sendiri, sebenarnya bukan studio juga,lebih layak
disebut sebuah gubug, bermodal kan dari sebuah
ruangan kosong, dan barang barang yang saya punya.
dari peralatan yang seadanya, bagaimana bisa
membuat sebuah karya foto yang maximal. Karena bagi
saya pribadi foto yang bagus itu, bukan dilihat dari apa
saja alat yang dipakai, melainkan foto yang bagus
adalah foto yang memiliki feel yang sangat dalam,
dan untuk mendapat kan feel tersebut, saya pribadi
harus bisa mengarahkan si model untuk mengerti dan
apa bila perlu, masuk kedalam peran yang ingin di
tampilkan dalam foto tsb. Dan lebih baik lagi ditambah
dengan konsep juga, supaya tidak terlalu sederhana.
Fotografer yang jadi indpirasi?
Tahun 2014 dengan tidak sengaja saya melihat iklan
tentang sekolah foto gratis, dan saya pun iseng iseng
ikutan, yang pada akhirnya, banyak hal hal positif yang
saya dapat dari kelas tersebut. Kelas foto yang di
gerakan oleh seorang fotografer bernama Hermawan
Wicaksono, dari beliau saya belajar banyak tentang
fotografi. dan bagi saya, itulah fotografer yang
sebenarnya. Dengan segala kesederhanaan nya, tetapi
memiliki etika dan rasa yang sangat kental, mungkin
beliau bisa dibilang salah satu fotografer indonesia yang
meng inspirasi saya,dan kalau ditanya fotografer yang
saya favoritkan, beliau bernama Kevin Wang.
FOTOGRAFER:KANISIUSSURYA
12
14. Terakhir, harapan buat fotografi Indonesia?
Harapan saya kedepan nya, bagi indonesia sendiri, mungkin
dihilangkan nya pungli-pungli yah,dan untuk fotografer sendiri,
sebelum anda memilihh untuk menjadi seorang fotografer,
milikilah etika.Fotografi adalah sebuah bidang, dan menjadi
seorang fotografer merupakan sebuah kebanggaaan, jangan
menyalah gunakan profesi tersebut untuk hal hal yang negatif.
Terakhir banget-banget, itu kenapa lensanya biru?
Oh, ini sticker
Terakhir banget-banget, bener-bener banget, kenapa waktu
kelas motret motor kawasaki di atas rumput gak bisa?
Gak tau juga, kalo liat warna ijo langsung blank aja.
Hahaha,..nuhun ya om buat wawancaranya, semoga bisa terus
menginspirasi banyak orang.
Siap
Kanisius R Surya a.k.a Abank'z
Based in Bandung, Indonesia
Studio: Denique Photography ™
Gear: Canon 550D + Fix 50mm II f:1.8
Instagram : surya_deniquephotography
Phone: 08986146180
Blackberry Pin: 7DDAE018
Line Id: Surya_Denique
Email: kanisius_r_surya@hotmail.com
“saya hanya bisa bilang
saya hanya seorang
fotografer jalanan,
karena dari jalananlah
awal saya belajar
fotografi”
13
15. 14
PORTFOLIO
Halaman berikut akan menampilkan
beberapa karya terbaik dari
teman-teman fotografer.
Mereka adalah:
Bagaskoro Adimasputro
Syarif Syahab
Firdaus Andhika P. Darise
Christian Lukman
selamat menikmati
20. EYESEEPHOTOCLASS
FOTOGRAFI SEDERHANA ADALAH KONSEP DASAR MATERI
PENGAJARAN EYESEE PHOTO CLASS. KESEDERHANAAN
TERSEBUT DILIHAT DARI 4 SUDUT; MURAH, MUDAH DIGUNAKAN,
MUDAH DIDAPAT, DAN TIDAK MENYITA WAKTU. MENCIPTAKAN
KARYA FOTOGRAFI DENGAN MEMAKSIMALKAN PERALATAN ATAU
OBJEK YANG ADA ADALAH TUJUAN DARI KELAS INI.
EYESEE PHOTO CLASS BERDIRI SEJAK TAHUN 2013 DI BANDUNG.
DIMULAI DARI PENGAJARAN SECARA ONLINE HINGGA AKHIRNYA
PADA AWAL 2014 MULAI MEMBAGIKAN MATERI FOTOGRAFI
SECARA OFFLINE BAIK ITU DI STUDIO INDOOR MAUPUN
OUTDOOR. MATERI YANG DIBERIKAN MULAI DARI KOMPOSISI
SENI RUPA DASAR, TEKNIS PERALATAN FOTOGRAFI, MEMANDU
OBJEK FOTO DAN LAIN SEBAGAINYA.
KELAS INI TERBUKA UNTUK UMUM TANPA DIPUNGUT BIAYA.
UNTUK JADWAL KELAS DAN INFORMASI LEBIH JAUH
BISA MENGIKUTI PAGE FACEBOOK
EYESEE PHOTO CLASS
19
EYESEE PHOTO CLASS
22. 21
1
2
4
3
Dalam menciptakan sebuah karya foto
setidaknya diperlukan tiga komponen
pendukung, yaitu: perekam cahaya (kamera),
sumber cahaya (buatan atau cahaya alam),
property (pendukung objek utama).
Sebelum memotret kita harus mengetahui tujuan
foto yang kita hasilkan. Ada pesan yang akan
kita sampaikan, dan pesan-pesan itu akan lebih
mudah sampai jika kita bisa menggunakan
property foto dengan baik.
Kali ini kita akan membahas ‘air sebagai
property’, air sebagai pendukung objek. Air di
sini adalah segala bentuk zat cair (liquid).
Sebagian besar kita bisa menemukan air
dengan mudah dan murah. Jadi buat apa
mencari property yang mahal dan sulit didapat,
sedangkan yang mudah dan murah bisa kita
temui?. Mungkin karena kita belum mengetahui
bagaimana caranya.
Di samping ada empat foto yang menggunakan
air sebagai property. Kita akan membahas
secara singkat keempat foto tersebut.
Foto ini menceritakan seorang pemain bola. Air bersumber dari
shower yang diletakkan tepat di atas objek. Dalam dunia
olahraga air identik dengan kesegaran dan semangat.
Penggunaan air dalam foto ini akan mewujudkan ide
‘olahragawan yang penuh semangat’.
Foto berikut adalah foto air kemasan. Air kemasan kita
masukkan ke dalan akuarium dan kemudian kita tuangkan air
dari atas ke dalam akuarium tepat di atas botol sehingga
tercipta gelembung-gelembung udara. Dalam foto ini air
digunakan sebagai gambaran kesegaran.
Air di dalam foto ini disemprotkan ke kaca yag letaknya di
depan objek. Kesan yang ingin ditampilkan dari foto ini adalah
seorang yang sedang bersedih. Air di foto ini akan menambah
kesan sedih yang harus ditonjolkan.
Foto ini menggambarkan seorang anak yang sedang bermain
di kolam air. Kolam air yang digunakan adalah kolam air plastik
portable. Air dalam foto ini menambah kesan keceriaan objek
foto.
Masih banyak kreasi yang bisa kita ciptakan
dengan air, zat cair sebagai faktor pendukung
foto yag semuanya bertujuan untuk
mempermudah penyampaian pesan kepada
para penikmat fotografi.
1. Pemain Bola
2. Air Kemasan
3. Gadis Sedih
4. Kolam Air
23. 22
"I fell in love with the speed of photography.
I used to take photographs of my sets in painting
class and I had fun shooting the nude models for our
"life drawing" classes. It was at Goldsmiths’ College,
in London. They kicked me out of those classes
because I was always taking pictures.”
-Hans Neleman-
MASTER
HASSELBLAD
Mungkin ada yang bertanya-tanya ‘apa itu Hasselblad Master?’. Hasselblad adalah kamera medium format terbaik di dunia. Kamera ini
diproduksi di Swedia sejak tahun 1841. Hanya fotografer terbaik yang menggunakan kamera ini. Untuk itu dalam kolom ini saya akan
menampilkan para fotografer terbaik di dunia yang bisa menginspirasi kita semua.
Tahun 2009 saya mendapat undangan untuk bertemu dengan seorang fotografer profesional di Looop Studio, Jakarta. Pada pertemuan itu dia
meminta saya untuk menunjukkan karya terbaik saya. Saya buka laptop dan menunjukkan foto seorang model wanita cantik dengan make up
yang baik ditambah lensa kontak di mata si wanita yang menambah kecantikannya. Itukan standar model di Indonesia, rambut panjang,
langsing, make up plus lensa kontak.
“Ini foto apa?’ tanya si fotografer. Saya jawab ‘beauty’,..dan dijawab lagi ‘where is the beauty, it’s scary, look her eyes’. Saya bingung juga,
kenapa matanya?...ternyata mata dengan lensa kontak itu menakutkan, gak masuk akal logika sehat, seorang indonesia dg mata kebiru-
biruan dibilang ‘beauty’...hahaha. Baik teman-teman, saya perkenalkan Hasselblad Master edisi ini,...Hans Neleman
24. Hans Neleman was born and raised in Holland, lives in Connecticut and is based
out of New York.Between high school and university Hans took a year-long course
in anthroposophy at a Rudolf Steiner School in Holland.
"Yes, anthroposophy encourages and motivates you to follow your heart. At that
time I wanted to be an actor but soon realized it was just a fad. Then I toyed with
the idea of fashion designer, thinking to ultimately build on my interest in sculpture
and painting.” And then came photography.
After Goldsmiths’ he was accepted at the Polytechnic of Central London and
received a Bachelor of Art degree in film and photography.
At the same time he was assisting advertising and fashion photographers. Now he
is, since many years, an esteemed commercial and fine arts photographer working
from SoHo, New York City.
He also studied semiology, the science of signs and symbols which is especially
apparent in his still life and collage work. Interesting is also that he has been
fascinated by what he calls “morbid beauty and modern taboos” his latest personal
project addresses body modification: people who inhabit their bodies in more
extreme ways than the rest of us.
And asked what he demands from camera equipment in order to achieve a
successful result his reply is “reliability especially”. His answer is understandable as
he spends many days of the year travelling and then digging into almost impossible
environments exposing both the equipment and himself to the utmost strains.
He also feels that as
the traditional poles
between high and
low culture,
particularly those to
do with art, collapse
and as global culture
increasingly
supplants local
traditions and
national or ethnic
identity it has
become more
imperative to
document the
private
contemporary
underground
community.
“Fashion has
long flirted with it
as a source of
inspiration, film,
television and
other media have
fictionalized it in
sensational
ways, but it is
rarely seen from
a documentary
art perspective
with the purpose
of creating a
coherent
narrative of who,
where, when,
how and why.”
23
FOTOGRAFER: HANS NELEMAN
26. 25
Neleman works with a Hasselblad H1 with a 120 mm lens and a zoom lens 50 – 110mm. “The zoom lens is so versatile, I love it. And originally
I was so attracted to the simplicity of the Hasselblad idea of back, body and lens.”
Among his major clients you find Sony, American Express, Adidas.
Most recently he has worked for NIKE. “The art directors were inspired by my still life work, assemblages and collages and combined it with my
new fashion approach in photography to come up with really cool 8x8 foot structures which involved painting, grafiti etc. It was like being back
in art school where it all began.”
Exhibitions
1991 Visual Arts Museum, New York
1993 Eton Gallery Detroit, Michigan
1994 Cintermex Monterrey, Mexico
1994 Art Projects International, New York
1995 Schneider Gallery, Chicago
1996 World Trade Financial Center, Netherlands
1998 Tabakman Gallery New York, New York
1999 Cultura De Nuevo León y Drexel Galeria, Mexico
1999 Holland Festival, Netherlands
2000 Biennale De Lyon, France
2003 Ricco/Maresca Gallery, New York
2009 Peabody Essex Museum, Salem, Massachusetts
Books
1999 Moko - Maori Tattoo
2000 Silence
2003 Night Chicas
kolom ini diambil dari
www.hasselblad.com
www.wikipedia.com
28. 27
Pada kesempatan yang pertama
ini kita akan membahas tentang
BACKLIGHT. Secara terjemahan
langsung diartikan sebagai
cahaya belakang.
Salah satu tujuan dari backlight adalah untuk memberikan
efek cahaya yang seolah-olah keluar dari objek (model
orang atau benda) yang tujuannya disesuaikan dengan
tema/konsep pemotretan.
Konsep backlight lebih banyak ditemui untuk foto portrait,
memotret manusia dengan tujuan menonjolkan karakter si
objek/manusia.
Apa saja yang diperlukan/diperhatikan dalam menciptakan
foto backlight?
Pertama, yang harus ada adalah sumber cahaya. Bisa
cahaya alami seperti matahari, bisa juga buatan seperti
lampu. Kita harus dapat mengetahui karakter dari sumber
cahaya yang kita gunakan. Cahaya lampu flash yang bisa
diatur intensitasnya akan lebih mudah diatur daripada
cahaya lampu flash slave tanpa tombol pengatur. Tetapi
semua bisa dikondisikan dengan memperhatikan tahap
kedua.
Kedua, penempatan sumber cahaya di belakang objek.
Penempatan ini harus tepat karena jika terlalu keluar dari
objek maka akan terjadi over exposure, dan jika terlalu
tertutup objek maka efek backlight tidak akan terlihat.
Ketiga, latar belakang. Latar belakang gelap akan
membuat efek cahaya yang dihasilkan akan lebih jelas dan
terfokus, sedangkan latar belakang terang akan cenderung
melebarkan cahaya sehingga efek backlight kurang
maksimal.
Keempat, kecepatan bukaan kamera. Membuat efek
backlight mengharuskan kita untuk menempatkan kamera
kita di depan sumber cahaya, yang pada umumnya hal ini
akan menimbulkan over exposure. Untuk itu kecepatan
bukaan kamera harus tinggi, tetapi tidak sampai 1/250
detik jika menggunakan lampu flash karena lampu akan
tidak singkron dengan kamera.
Cobalah menutup sebagian sumber cahaya (lampu flash)
dengan objek. Kita bisa mencoba beberapa kali untuk
mendapatkan posisi yang terbaik untuk menghasilkan foto
yang terbaik juga.
Di bawah kita akan melihat diagram foto dari foto di
samping. Foto di samping adalah foto seorang wanita
dengan pose membelakangi kamera. Lampu flash diletakkan
di depan kamera dan tertutup sebagian badan objek. Lampu
yang digunakan sebagai backlight adalah lampu slave tanpa
tombol kontrol, untuk itu posisi fotografer dan flash sangat
menentukan hasil foto.
Sebagai lampu utama, digunakan lampu dengan tombol
kontrol cahaya ditambah softbox agar cahaya yang
dihasilkan bisa lebih menyebar.
Post production menggunakan software photoshop dengan
menurunkan intensitas warna merah/desaturate.
Selamat mencoba.
1
Keterangan:
1. Tembok putih
2. Background gelap
3. Slave flash
4. Model
5. Main light dengan receiver
6. Kamera dengan flash trigger
EXIF:
F 5.6, 1/41 sec, ISO 100
2
4
3
5
6
Materi BACKLIGHT dapat dipelajari selengkapnya di buku tutorial fotografi
‘Simply Photography-Indoor Portarit Series oleh Hermawan Wicaksono, Penerbit Elexmedia Komputindo’
29. 28
Foto ini menggambarkan seorang perawat sedang membaca hasil X Ray. Digunakan
konsep backlight agar foto X Ray bisa terlihat jelas ketika ditembakkan cahaya dari
belakang
30. 29
Menggambarkan seorang musisi, dalam hal ini seorang drummer sedang menjatuhkan
kumpulan stick drum. Backlight diletakkan di bawah sehingga membentuk bayangan khaki.
32. Dalam pembahasan di kolom
tutorial tentang backlight kita
menggunakan slave flash yang
tidak bisa dikontrol intensitas
cahayanya.
Sesuai dengan gambarnya, flash ini berukuran kecil,
dengan panjang 10 cm, dan lebar 8cm. Daya yang
dihasilkan berkisar 100 watt. Cocok untuk fotografer pemula
dengan mini studio.
Flash ini bisa dipancing oleh flash dari kamera
langsung atau dari flash master. Flash ini tidak memiliki
tombol pengatur intensitas cahaya sehingga cahaya yang
dikeluarkan juga tidak stabil dan cenderung over exposure.
Untuk itu kita bisa memodifikasinya dengan meletakkan
kertas putih di depan flash, atau bisa juga dengan umbrella
transparent, atau menembakanya ke silver umbrella, atau
bisa juga dengan menembakkannya ke atas (bouncing).
Untuk memberikan efek warna sekaligus meredupkan
cahaya yang dikeluarkan bisa dengan palstik mika. Warna
yang dihasilkan tergantung dari warna plastik mika.
Pemakaian flash ini sangat mudah. Kita hanya perlu
menambahkan dudukan flashnya. Setelah itu kita bisa
langsung gunakan.
Harganya murah dan tahan lama. Dengan Rp 300 ribu kita
bisa memiliki flash dan dudukannya. Jika modal kita terbatas
untuk membeli lampu studio, kita bisa mencoba flash slave
ini.
Tips & Trik
dengan Slave Flash
Plug & Play:
1. Kenali karakteristik cahayanya dari seberapa kuat
cahaya yang dihasilkan. Cobalah di ruangan kecil,
ruangan sedang, dan ruangan yang besar.
2. Akan terjadi banyak over exposure, untuk itu kita
harus dapat memodifikasinya. Untuk foto hi key,
flash ini direkomendasikan.
3. Karena cahaya yang dikeluarkan cenderung
berubah-ubah dan tidak bisa diatur intensitasnya,
fotografer dituntut untuk dapat mengatur setting
kamera (ISO, speed, AV) dengan baik.
4. Kreatif dengan filter-filter warna dari plastik mika.
5. Flash slave ini tidak dianjurkan sebagai main
light, tetapi bisa sebagai fill light untuk background
atau environment.
6. Setelah terlepas dari sumber arus listrik, ada
baiknya kembali menembakkan flash dengan
menekan tombol ‘test’ di flash atau memancingnya
dengan slave master/ flash kamera
31
34. 33
Canon
menghadirkan lensa
bukaan besar dengan harga
murah. Bukaan hingga 1.8
dengan harga satu jutaan.
Lensa ini sudah menjadi senjata
wajib fotografer
Untuk me-review lensa canon ini pasti sudah ‘basi
banget’. Kenapa?...karena saya yakin sudah banyak
teman-teman fotografi yang menggunakannya.
Menghasilkan foto dengan tingkat kedalaman yang besar
membutuhkan lensa dengn bukaan besar. Dengan lensa
bukaan besar, kreatifitas fotografer dalam berkarya juga
semakin tertantang. Lensa dengan bukaan besar
menghasilkan foto dengan objek yang sangat terpusat.
Selain masih bisa menangkap cahaya di tempat dengan
sangat sedikit cahaya, efek blur (kabur) di sekitar objek
menjadikan foto dengan bukaan besar banyak diminati.
Masalahnya, lensa dengan bukaan besar harganya
mahal. Semakin besar bukaan, maka semakin tinggi juga
harga lensanya.
Canon hadir dengan solusi. Sebuah lensa fix 55 mm,
berdiameter 52 dengan bukaan 1.8, yang harganya saat
ini satu jutaan. Awal keluar lensa ini hanya berkisar Rp 700
ribu saja. Harga lensa semakin naik dengan semakin
banyak peminat lensa ini.
Masalah berikut adalah,..lensa ini fix, yang menuntut
fotografer untuk lebih banyak maju-mundur dalam
pengambilan gambar.
Tips & Trik
dengan Slave Flash
Plug & Play:
1. Kenali karakteristik lensa, ujilah dengan
mencoba memotret dengan bukaan terkecil hingga
terbesar, dan membandingkan hasilnya.
2. Auto focus masih menjadi kendala di lensa ini.
Lensa ini akan maksimal dalam memotret objek
yang ‘still’. Tidak direkomendasikan untuk liputan.
3. Kreatiflah dengan filter, adapter, lens-hood, dan
aksesori lensa lainnya.
4. Lensa ini bisa memotret banyak objek yang
menuntut detil, seperti produk, bagian tubuh
manusia, dan lain-lain.
5. Perhatikan singkronisasi lensa dan flash, ada
kalanya akan menciptakan over exposure.
35. Q&A
Q: Apa itu fotografi?
A: Fotografi berasal dari dua kata, foto artinya cahaya,
dan grafi artinya gambar. Fotografi adalah gambar
cahaya. Kamera adalah alat penangkap cahaya yang
kemudian merekam cahaya tersebut di media
penyimpanan, berupa film atau kartu memori.
Q: Kriteria kamera yang bagus buat pemula?
A: Semua kamera bagus, karena semua dibuat oleh
pabrik yang telah melakukan riset dan pengembangan
terlebih dahulu. Kamera tidak berhubungan langsung
dengan hasil foto. Hasil foto tergantung siapa yang
menguasai kamera tersebut. Kamera diibaratkan sebagai
pensil di tangan pelukis. Tidak ada yang perlu
dibanggakan dengan kamera, tetapi banggalah dengan
hasil fotonya. Apapun kamera selama digunakan dengan
maksimalkan akan menghasilkan hasil foto yang bagus.
Q: Syarat foto yang bagus?
A: Ada sebuah pepatah ‘Segala sesuatu yang dibuat dari
hati akan sampai ke hati’, dan hal itu terbukti benar di
seni rupa. Fotografi adalah seni rupa. Dalam seni rupa
ada rumusan-rumusan yang membuat artwork tersebut
indah. Rumusan tersebut adalah komposisi titik, garis,
bidang, ruang, warna, dan rasa, yang semuanya harus
menjadi satu kesatuan yang seimbang. Cobalah
membuat karya dengan memperhatikan panduan vertikal
horizon terlebih dahulu untuk mendapatkan konsep
‘keseimbangan’.
Q: Berapa modal untuk menjadi fotografer?
A: Yang pertama kali harus dimiliki seorang fotografer
adalah daya imajinasi. Sama seperti pelukis. Hanya
bedanya pelukis menggambar dengan kuas, fotografer
dengan kamera. Seorang fotogafer juga harus
menguasai teknis peralatan foto (kamera, lensa, lampu,
editing, dan sebagainya). Sebuah foto yang bagus
adalah gabungan antara imajinasi, teknis, dan
kemampuan mewujudkan imajinasi tadi dengan
pengetahuan teknis yang dikuasai.
Q: Adakah kisaran harga jasa foto?
A: Dari segi bisnis, penentuan harga jasa foto bisa
dengan melihat harga di pasaran, atau bisa juga dengan
menghitung semua biaya produksi yang kemudian
ditetapkan selisih keuntungan. Dari segi si pembuat foto
dan klien, bisa tergantung siapa si fotografer dan siapa si
klien. Dari segi seni, bisa sangat mahal, bisa juga sangat
murah. Seorang fotografer bisa dibayar 1 juta untuk 1
foto, bisa juga tidak dibayar untuk 100 foto. Fotografi
adalah seni yang tidak ada patokan harganya.
Q: Kapankah seorang fotografer dikatakan pro?
A: Pro artinya profesi. Saat seseorang melakukan segala
sesuatu sebagai profesi (mencari nafkah) maka orang
tersebut bisa dikatakan ‘pro’ dalam bidangnya. Pro bukan
hanya dari segi keahlianteknis tetapi juga emosional.
Q: Bagaimana cara menemukan ciri dalam karya kita?
A: Hasil foto setiap orang berbeda. Contoh: Ada fotografer
sekolahan, ada juga yang belajar secara otodidak. Hasil
fotografer sekolahan pasti lebih halus, disesuaikan dengan
keinginan peminat, sedangkan yang otodidak cenderung
‘semau gue’. Ciri akan muncul sendiri seiring intensitas kita
dalam memotret. Kita tidak bisa menjadi serupa dengan
orang lain. Dan ciri tersebut haruslah menjadi kekuatan
kita, walaupun tidak sedikit juga yang menjadi kekurangan.
Contoh: seorang fotografer yang selalu menghasilkan foto
yang over exposure. Di satu sisi itu bisa menjadi
kekurangannya, di sisi lain bisa menjadi kelebihannya
karena dia akan sangat ahli dalam membuat foto hi-key.
Untuk itu tidak perlu berkecil hati, bangglah dengan ciri diri
sendiri.
Q: Apakah era fotografi digital membawa kemunduran
untuk fotografi itu sendiri?
A: Salah satu keuntungan era digital adalah, fotografer
bisa mengetahui hasil fotonya saat itu juga. Tetapi hal ini
berdampak pada seringnya fotografer dalam menekan
tombol shutter. Tidak jarang fotografer menggunakan
multiple shoot untuk memotret objek ‘still’. Baru setelah itu
memilihnya di komputer. Mulailah untuk memotret
seperlunya. Matangkan konsep, baru tekan shutter. Setiap
barang yang digunakan terus menerus akan cepat usang,
begitu juga dengan kamera. Hanya memotret yang ‘yakin’
akan membantu kita menciptakan foto-foto yang
berkwalitas bukan berakhir menjadi sampah digital.
pertanyaan bisa dikirimkan melaui e-mail ke hermawan.wicaksono@yahoo.com
34
36. KOMPLEK CIPTA GRAHA BLOK D.6
GUNUNG BATU-BANDUNG
PH: 08157136534
EYESEE STUDIO
35
38. 37
NAMA
MONIKA PRICILIA ISAKH
TEMPAT/TANGGAL LAHIR
TOLI-TOLI/ 27 JULI 1992
KEGIATAN
MAHASISWI DI UNIVERSITAS WIDYATAMA -BANDUNG
JURUSAN BAHASA INGGRIS,
MENARI, MENYANYI, MODELLING
MUSIK
R N B, POP, JAZZ
MAKANAN
NASI TIMBEL, BASO, SURABI, ES KRIM
TEMPAT NONGKRONG
NGOPI DOELOE, CHAT TIME, SURABI ARAB
DITAKUTIN
TAKUT SAMA KEGELAPAN DAN HEWAN REPTIL
DISUKAI
LIHAT PEMANDANGAN LAUT DAN
KEBUN ALIAS PEMANDANGAN ALAM
FACEBOOK monika pricilia
TWITTER @monikapricilia
40. 39
PHOTOGRAPHY TUTORIAL BY HERMAWAN WICAKSONO
SIMPLY PHOTOGRAPHY
AVAILABLE NOW ON GOOGLE PLAY
FREE DOWNLOAD & FREELY SHARE
41. 40
BRIEF
Kolom ini menampilkan karya-karya yang masuk di
page facebook EYESEE PHOTO CLASS yang juga
diikutsertakan dalam lomba dwi-mingguan kelas.Tema
kali ini adalah ‘air’. Juri dari lomba ini adalah seorang
fotografer dari Peru bernama Magdalena Ladron de
Guavara a.k.a Magu. Untuk lebih mengenal Magu, kita
bisa mengunjungi www.maguimages.com
Pemenang lomba dan review foto akan dibahas di edisi
mendatang dan juga page EYESEE PHOTO CLASS
Siapapun bisa ikut kelas ini, baik online maupnu offline. Daftar gratis, ikutan kelas gratis.
Belajar bersama, bertumbuh bersama, dan bagikan ilmu ke sesama
Selfie Sareupna by Christian Lukman
Batu Di Air Laut by Justin Soputra NN by Arnold
Waiting at Sunset Pool by Raymond Maulany
Panas Dingin by Andhika Putra
Reflection by Kanisius R. Surya
EYESEE PHOTO CLASS
42. 41
Noda by Syafif Shahab
Goddess Who Holds a Jug of Water
by Yosua Michael Simanjuntak
Tempat Bersuci Umat Hindu by Mahierda Warda
Waiting for Sunset, Just with You by Gandhi Firmansyah Vintage Kimono by Gazlow Song
43. 42
REKOMENDASI
www.commarts.com
Founded by Richard Coyne and Robert Blanchard in 1959,
Communication Arts is the premier source of inspiration for
graphic designers, art directors, design firms, corporate
design departments, advertising agencies, interactive
designers, illustrators and photographers—everyone
involved in visual communication. People involved in visual
communication turn to Communication Arts for ideas and
inspiration more than any other creative publication. CA’s
editorials, feature articles and annual competitions provide
new ideas and information while promoting the highest
professional standards for the field.
www.win-initiative.com
WIN-Initiative is an independent stock photography
company that licenses images based on global youth
culture. Founded in 2007 by photographer Hans Neleman,
WIN, which stands for Worldwide Image Navigation,
licenses images from its community of photographers from
around the world. Essentially functioning as a collective,
WIN Scouts are located in 22 countries. These Scouts
assist in finding and retaining new talent, as well as being
the liaison with the WIN headquarters team in SoHo, New
York.
www.elizabethpoje.com
Didirikan tahun 1991 oleh Elizabeth Poje sebagai tempat
berkumpulnya para fotografer dan digital imaging artist.
Studio ini memberikan pelayanan fotografi komersil,
berkantor di New York, LA, dan Dallas.
www.thelooopindonesia.com
The Looop didirikan oleh Sam Nugroho, di Jakarta
Indonesia. The Looop memberikan jasa fotografi udara,
komersil, digital imaging/CGI, fashion dengan klien
internasional dari dalam maupun luar negeri.
Kita bisa melihat dan mempelajari karya-karya mereka
yang inspiratif. Karya-karya yang tidak hanya
mengedepankan seni tapi juga bisnis.
The Looop juga memiliki sekolah foto bernama Loop
Akademie, berkantor di Jakarta.
45. 44
NEXT
edisi berikut kita
masih akan membahas
topik utama, mereview
peralatan & property,
mengenal fotografer
kelas dunia, berkenalan
dengan model, belajar
tehnik di tutorial,
mengenal fotografer
lokal, tanya jawab, dan
yang pasti tetap gratis
salam damai
46. saran, kritik, pertanyaan
ide, apapun untuk
kemajuan bersama
silahkan email ke:
hermawan.wicaksono@yahoo.com
unduh gratis di
www.eyeseephotopage.com
dan bagikan gratis