4. Pandangan tentang belajar menurut aliran
tingkah laku, tidak lain adalah perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respons. Atau dengan kata
lain,belajar adalah perubahan yang dialami
siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respons.
6. Pengkondisian Klasik
Reinforcement, extinction, and spontaneous
recovery ( penguatan, penghilangan,
pengembalian spontan ). Menurut Pavlov,
respons terkondisi yang paling sederhana
diperoleh melalui serangkaian penguatan-yaitu
tindak lanjut atau penguatan yang terus
berulang dari suatu stimulus terkondisi dan
diikuti stimulus tak terkondisi dan respon tak
tekondisi pada interval waktu tertentu.
9. Penerapan Analisis perilaku
• Deskripsikan baik perilaku saat ini maupun perilaku yang akhir diinginkan
dalam istilah-istilah yang dapat diamati dan dapat diukur
• Identifikasi satu atau lebih penguat yang efektif
• Kembangkan intervensi spesifik atau rencana penanganan atau treatmen
yang bisa melibatkan penguatan terhadap perilaku yangdiinginkan
pembentukan,ekstinksi, penguatan terhadap perilaku yang berlawanan,
hukuman, atau kombinasi ha-hal tersebut.
• Ukurlah frekuensi perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan
baik sebelum diinginkan penanganan ( yaitu pada tingkat baseline)
maupun selama diberikan penanganan.
• Monitor program penanganan demi keefektivannya dengan mengamati
bagaimana perilaku berubah seiring waktu dan memodifikasi program
tersebut jika diperlukan.
• Ambil langkah-langkah untuk mendorong generalisasi terhadap perilaku
yang baru diperoleh (misalnya, dengan meminta siswa menjalankan
perilaku tersebut dalam berbagai situasi nyata)
• Secara bertahap hapuskan penanganan itu (misalnya, melalui penguatan
sebentar-sebentar) setelah perilaku yang diinginkan diperoleh.
10. Teori Kognitif Sosial
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa
perspektif teoritis yang berfokus pada
bagaimana orang belajar dengan mengamati
orang lain dan bagaimana dalam proses itu
mereka mulai memegang kendali atas perilaku
mereka sendiri
11. Asumsi Dasar
Orang dapat belajar dengan mengamati orang
lain.
Belajar sebagai proses internal yang bisa (dan
bisa juga tidak) tercermin dalam perilaku
Manusia dan lingkungannya saling
mempengaruhi
Perilaku terarah pada tujuan-tujuan tertentu
Perilaku menjadi semakin bisa diatur sendiri
12. Self Efficacy
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat
melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat
atau salah, sesuai atau tidak sesuai dengan yang
dipersyaratkan. Secara umum, self efficacy adalah
penilaian seseorang tentang kemampuannya sendiri
untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu. Seseorang lebih mungkin terlibat
dalam perilaku tertentu ketika mereka yakin bahwa
mereka akan mampu menjalankan perilaku tersebut
dengan sukses yaitu, ketika mereka memiliki self-
efficacy yang tinggi.
13. Pengaruh Self Efficacy Terhadap
Perilaku dan Kognisi
Pilihan
Akitvitas
Tujuan
Usaha dan
Persistensi
Pembelajaran
dan Prestasi
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan self-efficacy
• Keberhasilan dan kegagalan pembelajar
sebelumnya
• Pesan dari orang lain
• Kesuksesan dan Kegagalan Orang Lain
• Kesuksesan dan Kegagalan dalam Kelompok yang
Lebih Besar
15. Self regulation
Regulasi diri adalah proses dalam diri seseorang untuk
mengatur pencapaian dan aksi sendiri, menetukan target
untuk dirinya, mengevaluasi kesuksesannya saat mencapai
target, dan memberi penghargaan pada diri sendiri karena
telah mencapai tujuan tersebut.
Standar dan tujuan yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri,
dan cara kita memonitor dan mengevaluasi proses-proses
kognitif dan perilaku kita sendiri, dan konsekuensi-
konsekuensi yang kita tentukan sendiri untuk setiap
kesuksesan dan kegagalan kita semuanya merupakan aspek-
aspek pengaturan diri. Idealnya, pembelajar seharusnya
menjadi semakin mampu mengatur diri seiring diri seiring
semakin dewasanya mereka.
17. Pendekatan Konstruktivis Sosial
dalam Pendidikan
Kontruktivis sosial merupakan penekanan pada
kerja sama dengan orang lain untuk menghasilkan
pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan
dibangun oleh siswa melalui kegiatan eksplorasi dan
diskusi dengan temannya. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diangkat, tetapi siswa harus
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Pendekatan konstruktivis sosial menekankan pada
konteks sosial dari pembelajaran dan bahwa
pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksikan
bersama (mutual).
19. Artinya
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai
dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari
kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan
kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya.
Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir”.(QS. Al-Baqoroh: 286)