Teks ini membahas proses kognitif kompleks yang mencakup pemahaman konsep, proses berpikir, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan transfer belajar. Proses-proses kognitif ini penting untuk membentuk pengetahuan dan memecahkan masalah secara efektif."
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
OPTIMALKAN PROSES KOGNITIF
1. Proses – Proses Kognitif
Kompleks
Husna Sholihah J71214041
Fifin Dwi Rahmawati J91214105
2. 1. Pemahaman Konseptual
A. Pengertian Konsep
Konsep adalah kelompok objek – objek,
peristiwa, dan karakteristik berdasarkan
properti umum. Konsep membantu kita
untuk menyederhanakan, meringkas, dan
mengatur informasi.
5. Siswa membentuk konsep melalui pengalaman langsung dengan
benda – benda dan peristiwa dalam dunia mereka.
Misalnya, dalam bentuk konsep yang canggih mengenai “kartun”, anak
– anak mungkin awalnya mengalami acara TV kartun, kemudian
membaca komik, dan akhirnya melihat beberapa karikatur politik.
Siswa juga membentuk konsep melalui simbol, seperti rumus
matematika, grafik, dan gambar.
6. b. Pembentukan Konsep
1. Belajar Mengenai Fitur Konsep
Aspek penting dari pembentukan konsep adalah belajar
fitur penting, atribut, atau karakteristik dari konsep. Hal tersebut
mendefinisikan elemen konsep, dimensi yang membuatnya
berbeda dari konsep yang lain. Misalnya, contoh sebelumnya
tentang konsep “buku”, fitur penting termasuk lembar kertas,
yang terikat bersama sama di satu sisi, dan kata kata serta
gambar dicetak dalam beberapa urutan bermakna. Karakter lain
seperti ukuran, warna, dan panjang bukan fitur penting yang
menentukan konsep dari “buku”.
7. 2. Mendefinisikan Konsep dan Memberikan Contoh
.Strategi ini terdiri atas empat langkah, sebagai berikut:
1. Tentukan Konsep. Selain mengidentifikasi fitur penting konsep
atau karakteristik, hubungkan ke konsep atasan, yang merupakan kelas
yang lebih besar ke konsep yang sesuai. Dengan demikian, dalam
menentukan fitur penting dari konsep “dinosaurus”, kita mungkin ingin
menyebutkan kelas yang lebih besar ke konsep yang cocok; “Reptilia”.
8. 2. Jelaskan istilah dalam definisi. Pastikan bahwa fitur atau karakteristik
utama dipahami dengan baik. Dengan demikian, dalam
menggambarkan fitur penting dari konsep “dinosaurus”, menjadi
penting bagi siswa untuk mengetahui apakah reptilia itu biasanya
merupakan vertebrata bertelur dan memiliki sisik sebagai penutup
eksternal atau bertanduk, serta bernapas dengan paru-paru.
9. 3. Berikan contoh untuk menggambarkan fitur atau karakteristik
penting. Berkenaan dengan dinosaurus, mungkin bisa menjadi contoh
dan deskripsi dari berbagai jenis dinosaurus, seperti Triceratops,
Apatosaurus, dan Stegosaurus. Konsep ini dapat di perjelas dengan
memberikan contoh reptilia lain, seperti ular, kadal, buaya dan kura-
kura.
10. 4. Berikan contoh tambahan. Mintalah siswa mengkategorikan konsep,
menjelaskan kategori mereka, atau meminta mereka membuat contoh
konsep sendiri. Berikan contoh dinosaurus lainnya, seperti
Tyrannosaurus, Ornitholestes, dan Dimetrodon, atau meminta siswa
untuk menemukan lebih banyak contoh. Selain itu meminta mereka
memikirkan contoh selain dinosaurus, seperti anjing, kucing, ikan paus,
dll.
11. c. Kategorisasi Hierarki dan Peta Konsep
Pengkategorian ini penting karena konsep yang dikategorikan
membuat karakteristik dan fitur dari bagian kategori. Contohnya,
siswa dapat menyimpulkan bahwa Triceratops adalah reptilia,
bahkan saat tidak diberitahukan yang sebenarnya selama mereka
mengetahui bahwa dinosaurus adalah reptilia dan Triceratops
adalah dinosaurus.
Peta konsep adalah presentasi visual dari koneksi konsep dan
organisasi hierarki.
12. d. Pengujian Hipotesis
Siswa dapat mengambil manfaat dari praktik pengujian
hipotesis untuk menentukan yang termasuk konsep atau tidak.
Hipotesis adalah asumsi tertentu dan prediksi yang dapat diuji
untuk menentukan akurasi konsep. Salah satu cara untuk
mengembangkan hipotesis adalah berdasarkan aturan tentang
alasan mengapa beberapa benda disebut konsep dan yang
lainnya tidak.
13. e. Pencocokan Prototipe
Dalam pencocokan prototipe, individu memutuskan apakah
suatu hal adalah anggota kategori dengan membandingkannya dengan
hal yang paling khas dari kategori. Semakin mirip hal dengan prototipe,
semakin besar kemungkinan orang akan mengatakan hal tersebut
bagian dari kategori yang kurang mirip, maka semakin besar
kemungkinan orang akan menilai bahwa hal tersebut tidak termasuk
dalam kategori tersebut. Misalnya, Robin dipandang sebagai burung
yang lebih khas daripada burung unta atau pinguin. Jadi, anggota
kategori dapat bervariasi, tetapi masih berkualitas sesuai kategori
tersebut.
14. 2. Proses Berpikir
Berpikir adalah memanipulasi dan mengubah informasi dalam
memori. Kita berpikir untuk membentuk konsep, alasan, berpikir
kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan
masalah. Mereka dapat berpikir tentang masa lalu, seperti
peristiwa yang terjadi di bulan lalu, atau tentang masa depan,
seperti hidup mereka di tahun 2020.
16. Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah berpikir reflektif, produktif, dan mengevalusasi
bukti. Hal yang dapat membuat kita kritis adalah kesadaran. Kesadaran
berarti lebih waspada, hadir secara mental, dan kognitif fleksibel saat
melalui kegiatan dan tugas hidup sehari-hari. Siswa yang sadar akan
mempertahankan kesadaran aktif pada keadaan hidup mereka. Siswa
dengan kesadaran adalah siswa yang menciptakan ide-ide baru,
terbuka terhadap informasi baru, dan sadar lebih dari satu perspektif.
17. Berpikir Kritis di Sekolah
Beberapa adalah cara guru agar membentuk pemikiran kritis dalam
rencana pelaharan secara sadar:
1. Menanyakan tidak hanya apa yang terjadi, tetapi juga ‘bagaimana” dan
“mengapa”.
2. Periksalah yang seharusnya “fakta” untuk menentukan apakah ada bukti
untuk mendukung mereka.
3. Berdebat dengan cara yang masuk akal daripada emosi.
4. Mengakui bahwa kadang-kadang terdapat lebih dari satu jawaban atau
penjelasan yang baik.
5. Ajukan pertanyaan dan berspekulasi melalui apa yang sudah kita ketahui
untuk menciptakan ide-ide dan informasi baru.
18. Berpikir Kritis pada Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang penting dalam
perkembangan berpikir kritis. Beberapa perubahan kognitif terjadi selama
masa remaja memungkinkan peningkatan berpikir kritis, termasuk tentang
berikut:
1. Peningkatan kecepatan, otomatisasi, dan kapasitas pengolahan informasi,
yang membebaskan sumber daya kognitif untuk tujuan.
2. Pengetahuan lainnya dalam berbagai domain.
3. Kemampuan meningkat untuk membentuk kombinasi pengetahuan baru.
4. Rentang yang lebih besar dan penggunaan strategi atau prosedur lebih
spontan seperti perencanaan, mempertimbangkan alternatif, dan
pemantauan kognitif.
19. Berpikir Kritis dan Teknologi
Jonassen membedakan beberapa kategori alat pikiran, sebagai
berikut:
1. Alat organisasi semantik, seperti pusat data dan alat pemetaan
konsep, membantu siswa mengatur, menganalisis, dan
menvisualisasikan informasi yang dipelajari.
2. Alat pemodelan dinamis, membantu siswa mengeksplorasi
hubungan antara konsep-konsep.
3. Alat interpretasi informasi, membantu pelajar mengakses atau
menginterpretasi informasi, termasuk visualisasi dan alat-alat
konstruksi pengetahuan.
20. Pengambilan Keputusan
a. Bias dan Kelemahan dalam Pengambilan Keputusan
Dalam banyak kasus, strategi pengambilan keputusan kita beradaptasi dengan baik
untuk menangani beberapa masalah. Tetapi kita cenderung kekurangan tertentu dalam
pemikiran. Kelemahan umum melibatkan bias konfirmasi, ketekunan kepercayaan, bias
terlalu percaya diri, dan bias masa lalu.
1. Bias Konfrimasi. Salah satu prasangka adalah bias konfirmasi, cenderung mencari dan
menggunakan informasi yang mendukung ide-ide kita bukan membantahnya.
2. Ketekunan Kepercayaan. Terkait erat dengan perasangka konfirmasi, ketekunan
kepercayaan adalah kecenderungan untuk berpegang pada keyakinan dalam menghadapi
bukti yang bertentangan.
3. Bias Terlalu Percaya Diri. Kecenderungan dalam memiliki kepercayaan diri yang
berlebihan dalam penilaian dan keputusan daripada yang seharusnya , berdasarkan
probabilitas atau pengalaman masa lalu.
4. Bias Masa Lalu. Kecenderungan untuk melaporkan secara salah, setelah fakta, bahwa
kita secara akurat memprediksi kejadian.
21. Pengambilan Keputusan di Masa Remaja
Kebanyakan orang membuat keputusan yang lebih baik saat
mereka tenang daripada dalam keadaan emosional, terutama pada
remaja. Dengan demikian, remaja dapat membuat keputusan yang
bijaksana saat tenang, dapat membuat keputusan tidak bijaksana saat
dalam keadaan emosional.
22. 3. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah menemukan cara
yang tepat untuk mencapai tujuan. Dalam psikologi,
pemecahan masalah mengacu pada keadaan
keinginan untuk mencapai tujuan yang pasti dari
kondisi saat ini.
23. Langkah – langkah dalam Pemecahan
Masalah
a. Carilah dan Bingkai Masalah.
b. Mengembangkan Strategi Pemecahan Masalah yang Baik.
c. Evaluasi Solusi.
d. Pemikiran dan Definisi Masalah dan Solusi dari Waktu ke Waktu.
24. Hambatan untuk Memecahkan Masalah
a. Fiksasi. Fiksasi adalah menggunakan strategi sebelumnya dan gagal
untuk melihat masalah dari perspektif baru yang segar.
b. Kurangnya Motivasi atau Kegigihan.
c. Pengendalian Emosional yang Memadai.
25. Perubahan Perkembangan
Anak – anak memiliki beberapa kelemahan yang mencegah
mereka dalam memecahkan banyak masalah secara efektif. Hal yang
utama adalah kurangnya perencanaan, yang meningkat selama
bertahun-tahun pada sekolah dasar dan menengah.
Permasalahan yang harus dipecahkan oleh anak-anak dan
remaja, sering lebih kompleks daripada yang dihadapi oleh anak – anak
yang lebih muda, dan memecahkan masalah secara akurat ini biasanya
membutuhkan akumulasi pengetahuan.
26. Pembelajaran Berbasis Masalah
Aliran umum pembelajaran bebasis masalah terdiri dari lima tahap; 1.
Mengorietasikan siswa untuk masalah ini, 2. Mengatur siswa untuk
belajar, 3. Membantu penyelidikan independen dan kelompok, 4.
Mengembangkan dan menyajikan artefak dan pameran, 5.
Menganalisis dan mengevaluasi kerja.
27. Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa bekerja secara nyata,
masalah yang berarti dan menciptakan produk nyata. Pembelajaran
berbasis proyek dan pembelajaran berbasis masalah, kadang-kadang
diperlakukan sebagai sinonim. Tetapi, sementara masih menekankan
proses belajar secara konstruktivis, pembelajaran berbasis proyek
memberikan ekstra perhatian terhadap produk akhir dari pembelajaran
berbasis masalah.
28. Lingkungan belajar berbasis proyek yang ditandai dengan lima
fitur utama, yakni:
1. Pertanyaan yang mengarahkan.
2. Autentik, letak penyelidikan.
3. Kolaborasi.
4. Suatu sistem.
5. Produk akhir.
29. Berpikir
kreatif
BERPIKIR
Proses mental yang dapat
menghasilkan pengetahuan
yang diperoleh melalui
indera dan dilakukan untuk
mencapai kebenaran
KREATIVITAS
Aktivitas kognitif yang
menghasilkan sesuatu
atau hal baru untuk
menghadapi suatu
masalah
31. Menurut Thorndike
Transfer positif
Jika ada kesamaan unsur antara
materi yang lama dengan yang baru.
Seperti seseorang yang bisa mengendarai
sepeda maka ia akan lebih mudah ketika belajar sepeda motor.
32. Seperti halnya orang yang
sudah terbiasa mengetik
dengan 2 jari lalu mengetik
dengan 10 jari maka ia akan
mengalami kesukaran lebih
dari pada orang yang baru
belajar mengetik
.
Transfer negatif
Jika pengetahuan yang
dimiliki menjadi
penghambat pembelajaran
yang baru.
33. Teori-teori transfer belajar
Teori Disiplin Formal
Terjadi bila daya mengingat, daya pikir dsb diperkuat dengan latihan-latihan secara terus
menerus.
Teori Elemen Identik
Williams James dan Thorndike menolak dan beranggapan bahwa daya ingat tidak dapat diperkuat
melalui latihan, pelajaran bahasa latin (asing) tidak bisa menaikkan IQ, ilmu dalam bidang
tertentu.
Teori Generalisasi
Charles Judd, bahwa transfer terjadi jika situasi yang baru sama dengan situasi lama yang memiliki
kesamaan pola, prinsip dan struktur.
34. Menurut Gagne (Education psycologist ), transfer dalam belajar ada 4 :
Positif
Negatif
Vertikal
Lateral