Dokumen tersebut membahas tentang definisi kesehatan mental dan klasifikasi gangguan kejiwaan menurut DSM IV. Terdapat beberapa model gangguan psikologis seperti model belajar, sistem, dan psikodinamik. Klasifikasi gangguan kejiwaan terdiri atas lima sumbu (aksis) yang meliputi gejala klinis, gangguan kepribadian, kondisi medis, faktor psychososial, dan skala keparahan. Diagnosis gangguan diperlukan unt
Sehat Mental dan Klasifikasi Gangguan Kejiwaan Menurut DSM IV
1. Sehat Mental dan Klasifikasi
Gangguan Kejiwaan Menurut
DSM IV
Husna Sholihah J71214041
Hengki Hendra Pradana J91214110
Konitatul Munawaroh J91214112
2. Sehat Mental
1.
• World Federation for Mental Health, pada tahun 1948 dalam konvensinya di London mengemukakan bahwa sehat
mental adalah suatu kondisi yang optimal dari aspek intelektual, yaitu siap untuk digunakan, dan aspek emosional
yang cukup mantap atau stabil, sehingga perilakunya tidak mudah tergoncang oleh situasi yang berubah
dilingkungannya, tidak sekedar bebas atau tidak adanya gangguan kejiwaan, sepanjang tidak mengganggu
lingkungannya.
2.
• Karl Menninger, seorang psikiater, mendefinisikan sehat mental sebagai penyesuaian manusia terhadap
lingkungannya dan orang-orang lain dengan keefektifan dan kebahagiaan yang optimal. Tidak sekedar efesieni atau
sekedar kegembiraan atau ketaatan atas aturan permainan. Dalam mental yang sehat terdapat kemampuan untuk
memelihara wata, inteligensi yang siap untuk digunakan, perilaku yang dipertimbangkan secara sosial, dan disposisi
yang bahagia.
3.
• HB. English, seorang psikolog, menyatakan sehat mental sebagai keadaan yang secara relatif menetap di mana
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik, memiliki semangat hidup yang tinggi dan terpelihara, dan
berusaha untuk mencapai aktualisasi diri atau realisasi diri yang optimal. Hal ini merupakan keadaan yang positif
dan bukan sekedar tidak adanya gangguan mental.
3. Model Gangguan Psikologis
•Model belajar menganggap
bahwa gangguan perilaku
terjadi karena pengalaman
salah belajar (faulty
learning).
•Para teoretikus di bidang sistem menggunakan
konsep-konsep ilmu kealaman (terutama
biologi), proses informasi (terutama “ilmu
komputer”), dan sosial (terutama antropologi)
untuk mengkonseptualisasikan interaksi
manusia, baik adaptif maupun disfungsi,
sebagai komponen dalam sistem sosial.
•Model ini berkembang terutama berdasarkan
pendapat sigmund Freud atau mereka yang
mengikutinya•Menurut konseptualisasi model
ini, perilaku abnormal
bersangkutan dengan kelemahan
fisik ( simptom patologis ) dilihat
sebagai akibat dari penyakit
biologis / kimiawi.
Model Medis
Model
Psikodinamik
Model
Belajar
Model
Sistem
4. Definisi Gangguan Kejiwaan
Gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan
disfungsi dalam pekerjaan. Menurut arti dari
PPDGJ III gangguan jiwa adalah pola perilaku
atau psikologik yang secara klinis bermakna dan
secara khas berkaitan dengan gejala,
penderitaan (distress) serta hendaya
(impairment) dalam fungsi psikososial.
6. AKSIS I
1. Gangguan-gangguan yang biasanya didiagnosis pada masa bayi,
anak atau remaja.
2. Delirium, dementia, amnesia dan gangguan kognitif lainnya.
3. Gangguan yang berhubungan dengan obat dan napza.
4. Skizofrenia dan gangguan psikosis lainnya.
5. Gangguan suasana hati.
6. Gangguan kecemasan.
7. Gangguan somatoform.
8. Gangguan disosiatif.
9. Gangguan identitas gender dan seksual.
10. Gangguan makan.
11. Gangguan tidur.
7. • F00-F09: Gangguan Mental Organik, termasuk
Gangguan Mental Simtomatik
• F10-F19: Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
• F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan
Gangguan Waham
• F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Afektif/Mood)
• F40-F49: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform
dan Gangguan Terkait Stress
• F50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan
Gangguan Fisiologis atau Faktor Fisik
• F62-F68: Perubahan Kepribadian yang Berhubungan
dengan Non Organik, Gangguan Impuls, Gangguan Seks
• F80-F89: Gangguan Perilaku dan Emosional Onset
Kanak sampai Remaja
8. AKSIS II
1. Gangguan Kepribadian
2. Kondisi lain yang bisa
jadi berfokus pada
perhatian klinis
10. AKSIS III
• Bab I A00 – B99 Penyakit Infeksi
• Bab II C00 – D 48 Neoplasma
• Bab IV E00 – G99 Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik
• Bab VI G00 – G99 Penyakit susunan syaraf
• Bab VII H00 – H59 Penyakit mata dan adneksa
• Bab VII I00 – I 99 Penyakit sistem sirkulasi
• Bab VIII H60 – H99 Penyakit mata dan proses mastoid
• Bab X J00 – J99 Penyakit sistem pernafasan
• Bab XI K00 – K93 Penyakit sistem persyarafan
• Bab XII L00 – L 99 Penyakit kulit dan jaringan sukutan
• Bab XIII M00 – M 99 Penyakit sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
• Bab XIV N00 – N99 Penyakit sistem genitourinaia
• Bab XV O00 – O99 Kehamilan, Kelahiran anak dan masa nifas
• Bab XVII Q00 – Q99 Malformasi kongital, deformasi, dan kel. Kr.
• Bab XVIII R 00 – R 99 Gejala, tanda dan temuan klinis lab. Ahn.
• Bab XIX S 00 – T 98 Cedera, kerancuan dan akibat kausa eks.
• Bab XX V01 – Y 98 Kausa internal dr. mobilitas dan moralitas
• Bab XXI Z00 – Z99 Faktor = status kesehatan dan pelayanan kesehatan
11. AKSIS IV
• Masalah dengan “primary support group” (Keluarga)
• Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
• Masalah kependidikan
• Masalah pekerjaan
• Masalah perumahan
• Masalah ekonomi
• Masalah akses ke Pelayanan Kesehatan
• Masalah berkaitan interaksi dengan hukum / kriminal
• Masalah psikososial dan lingkungan lain
12. AKSIS V
• 100-91 : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
• 90-81 : Gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian
biasa
• 80-71 : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial
• 70-61 : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik
• 60-51 : Gejala sendang (moderat) dan disabilitas sedang
• 50-41 : Gejala berat (serious) dan disabilitas berat
• 40-31 : Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
• 30-21 : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
• 20-11 : Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi danmengurus diri
• 10-01 : Persisten dan lebih serius
• 0: Informasi tidak adekuat
13. Diagnosis Gangguan Kejiwaan
Pentingnya diagnosis dapat dikemukakan
bahwa pertanyaannya adalah: “Mengapa kita
harus menggunakan diagnosis gangguan mental?
Diagnosis kita yakini sebagai suatu tipe ketegorisasi
taraf expert. Kateegorisasi merupakan hal esensial
karena dapat membawa kita pada pengertian yang
tertentu. Dengan menggunakan diagnosis, yang
tepat tentunya, kita dapat segera melakukan
tindakan – tindakan, sebagaimana kita lihat pada
dunia kedokteran. Namun situasinya tidak
“sesederhana” kedokteran, karena jenis gangguan
tidak sekedar ditentukan oleh adanya faktor –
faktor luar yang menyebabkannya