SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
pg. 1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa 
merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap 
perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan 
dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan 
yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan 
salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna. 
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). 
“Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada 
tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang 
linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. 
Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, 
yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 
2). 
Bidang studi liguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupkan satu tataran 
linguistik. Semantik dengan objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau disemua tataran yang 
bangu-membangun ini : makna berada didalam tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. 
Semantik bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan 
unsur yang berada pada semua tataran itu, meski sifat kehadiranya pada tiap tataran itu tidak 
sama. 
Menurut Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah 
yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada 
beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, dan makna 
konotasi. Selain itu, ada juga yang disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan 
semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. 
Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh 
manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi 
pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya.
Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya 
tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan 
ruang lingkup dari semantik. 
pg. 2 
Pada makalah ini akan dijelaskan apa sebenarnya makna sebagai objek linguistik dan 
bagaimana persoalannya. 
B. Rumusan Masalah 
Rumusan masalah makalah ini adalah : 
1. Apa pengertian Hakikat Makna? 
2. Apa saja Jenis Makna? 
3. Apa saja Relasi Makna? 
4. Apa pengertian Perubahan Makna? 
5. Apa saja Medan Makna dan Komponen Makna? 
1.3 Tujuan 
Tujuan Makalah ini adalah : 
1. Mendeskripsikan Hakikat Makna 
2. Mendeskripsikan Jenis Makna 
3. Mendeskripsikan Relasi Makna 
4. Mendeskripsikan Perubahan Makna 
5. Mendeskripsikan medan Makna dan Komponen Makna 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Hakikat Makna 
Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. 
Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan 
bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut 
selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. 
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 
1. maksud pembicara; 
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau 
pg. 3 
kelompok manusia; 
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara 
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). 
Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah 
’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda- linguistik. Menurut de 
Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis: 
signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier). 
Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari 
sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi 
yang terbentuk dari fonem- fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-linguistik 
terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa 
(intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan 
unsur luar-bahasa (ekstralingual). 
Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep 
atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku. Atau kursi, makna kata kursi 
adalah konsep kursi yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata k-u-r-s-i.dan 
memeliki makna sebuah perabotan yang di gunakan untuk duduk. Gambar di atas menunjukkan 
bahwa di antara lambang bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang 
bahasa dengan referen atau objeknya tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis 
putus-putus) karena harus melalui konsep. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik 
mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang 
melambangkannya. 
Dalam analisis semantik juga harus disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan 
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah budaya maka, analisis suatu bahasa 
hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tetapi tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa 
lain. Umpamanya, kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk pada jenis binatang yang hidup
dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa Inggris separan dengan fish. Tetapi 
kata iwak dalam bahasa Jawa bukan hanya berarti ‘ikan’ atau ‘fish’, melainkan juga berarti 
daging yang digunakan sebagai lauk. 
pg. 4 
Di dalam penggunaannya dalam penuturan yang nyata makna kata atau leksem 
seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga 
dari acuannya. Contohya : Dasar buaya ibunya sendiri ditipunya. Oleh karena itu, banyak pakar 
mengatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada 
dalam konteks kalimatnya. 
Satu hal lagi yang harus diingat mengenai makna ini, karena bahasa itu bersifat arbiter, 
maka hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbiter. 
B. Jenis Makna 
Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. 
Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal dan 
kontekstual. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna 
referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat 
dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat 
dibedakan adanya makna istilah dan makna makna kata. Ada juga makna konseptual dan 
asosiatif, makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna 
kolokatif, makna generik, makna spesifik, dan makna tematikal. 
1. Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kentekstual 
a. Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna 
kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks 
(turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. 
Contoh: 
rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia 
makan : mengunyah dan menelan sesuatu 
b. Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata 
dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses 
gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Contoh: 
berumah : mempunyai rumah
pg. 5 
rumah-rumah : banyak rumah 
rumah makan : rumah tempat makan 
rumah ayah : rumah milik ayah 
c. Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna 
kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu 
berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Contoh : 
Rambut di kepala nenek sudah putih. 
Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah. 
Pada kepala surat terdapat alamat dan nomor telponnya. 
Beras kepala harganya lebih mahal 
Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan 
lingkungan penggunaan bahasa itu. Sebagi contoh lagi pada kalimat tiga kali empat 
berapa ? . Kalau ditanyakan pada anak SMP maka jawabnya pasti dua belas tapi lain lagi 
jika ditanyakan pada tukang foto maka akan dijawab lima ratus atau dengan jawaban 
yang lain. 
2. Makna Referensial dan Nonreferensial 
a. Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara 
unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman 
nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau 
kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial 
mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, 
gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses. 
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang 
langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga 
dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat 
hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang 
dapat dijelaskan melalui analisis komponen. Contoh : kuda, merah dan gambar adalah 
kata referensial karena ada acuannya dalm dunia nyata. 
b. Sedaqngkan nonreerensial acuanya tidak menetap pada satu maujud. Dan kata- kata yang 
termasuk dalam makna nonreferensial disebut kata-kata deiktik. Yang termasuk kata-kata 
deiktik adalah kata-kata pronomina, seperti dia, saya, dan kamu ; kata-kata yang
pg. 6 
menyatakan ruang, seperti di sini, disana, dan di situ; kata-kata yang menyatakan waktu, 
seperti sekarang, besok, dan nanti; dan kata-kata penunjuk, seperti ini dan itu. 
3. Makna Denotatif dan Konotatif 
a. Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau 
makna dasarnya. Contoh: 
merah : warna seperti warna darah. 
ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik. 
b. Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa 
nilai rasa atau gambar tertentu. 
Contoh: 
Makna dasar(denotasi) Makna tambahan(konotasi) 
merah : warna …………………… berani; dilarang 
ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya 
Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang 
sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa 
rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi. 
Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi 
negatif.Contoh: 
Konotasi positif Konotasi negatif 
suami istri laki bini 
tunanetra buta 
pria laki-laki. 
Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata 
yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra. 
4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif 
a. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan 
referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual 
disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna leksikal. Contoh : rumah 
memiliki makna konseptual bangunan tempat manusia tinggal.
b. Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. 
pg. 7 
Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya 
hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan 
makna orang yang tidak berpendirian tetap. 
5. Makna Kata dan Makna istilah 
a. Pada awalnya, makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal atau makna 
denotatif. Namun, dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu 
sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Misalnya kita belum 
tahu makna jatuh sebelum kata itu berada pada konteksnya. Oleh karena itu makna kata 
mash bersifat umum, kasar dan tidak jelas. 
b. Berbeda dengan kata, istilah memiliki makna yag pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, 
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas 
konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah 
hanya digunakan pada bidang keilmuan dan kegiatan tertentu. Contoh : kata tangan dan 
lengan adalah sinonim. Namun kedua kata itu berbeda dibidang kedokteran. Tangan 
bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tagan sedangkan lengan bermakna dari 
pergelangan sampai ke pangkal bahu. 
Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah, yang karena sering digunakan 
lalu menjadi kosakata umum. Artinya istilah itu tidak digunakan didalam bidang keilmuannya, 
tetapi telah di gunakan secara umum diluar bidangnya. 
6. Makna Idiom dan Peribahasa 
a. Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari 
makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua 
macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah 
idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan 
satu makna. Contoh: membanting tulang artinya bekerja keras. Idiom sebagian adalah 
idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal. 
Contoh: koran kuning yang artinya koran yang memuat berita sensasi. Koran masih 
memiliki makna leksikalnya.
b. Beda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak 
pg. 8 
dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna 
peribahasa. Contoh: seperti anjing dengan kucing yang bermakna dua orag yang tidak 
pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya kucing dan 
anjing itu jika bertemu memang selalu berkelahi. 
7. Makna Stilistika, Makna Afektif, Makna Kolokatif, Makna Generik, Makna Spesifik, dan 
Makna Tematikal 
a. Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa 
makna konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah 
kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan 
pegawai tata usaha sekolah bersangkutan. 
b. Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit. Misalnya jika berkata “ahli 
bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan 
dirinya dalam bidang bahasa. 
c. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca 
terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya 
bahasa. 
d. Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama 
kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah 
karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan 
mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya 
bahasa. 
e. Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di 
dalam lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata 
tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika 
dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang 
membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) 
makna dibatasi oleh kecepatan. 
f. Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik 
melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
C. Relasi Makna 
pg. 9 
Relasi makna adalah hubugan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu 
dengan satuan bahasa lainnya. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) 
prinsip kontiguitas, (2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi. 
1. Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki 
makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut 
sinonimi. 
2. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu 
berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi 
makna yang disebut antonimi. 
3. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang 
berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip 
ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi. 
4. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup 
beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang 
disebut hiponimi. 
a. Sinonim 
Sinonim : hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna 
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Relasi sinonim ini bersifat dua arah, 
maksudnya jika ujaran A bersinomnim dengan B maka B bersinonim dengan A.Contoh : benar = 
betul, sama dengan betul = benar. 
Faktor ketidaksamaan dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis adalah 
a. Faktor waktu, contoh : hulubalang dan komandan 
b. Faktor tempat, contoh : saya dan beta 
c. Faktor keformalan, contoh : uang dan duit 
d. Faktor sosial, contoh : saya dan aku 
e. Faktor bidang kegiatan, contoh : matahari dan surya 
f. Faktor nuansa makna, contoh : melihat, melirik, menonton 
b. Antonimi
pg. 10 
Istilah antonimi digunakan untuk makna yang bertentangan. Tarigan (1985: 36) 
mengemukakan antonimi adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau 
berlawanan dengan kata lain. Verhaar (1983: 133) mengatakan: “Antonimi adalah ungkapan 
(biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari 
ungkapan alain.” Sedangkan menurut Palmer (1976: 94) antonimi sering dianggap sebgai lawan 
sinonim. Secara sederhana dapat dikatakan istilah antonimi digunakan untuk menyatakan kata-kata 
yang berlawanan maknanya. 
Crystal (dalam Ba’dulu, 2001:25) antonimi merujuk secara kolektif kepada semua jenis 
perlawanan semantis. Antonim adalah hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang 
maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.Contoh : hidup x mati 
Jenis antonim : 
a) Antonim yang bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak 
b) Antonim yang bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat 
c) Antonim yang bersifat relasional, contoh : suami x istri 
d) Antonim yang bersifat hierarkial, contoh : tamtama x bintara 
Menurut Hurford dan Heasly (dalam Ba’dulu, 2001: 25) pandangan tradisional tentang 
antonimi yang menyatakan bahwa antonimi semata-mata merupakan perlawanan arti adalah 
keliru. Pandangan ini tidak memadai, karena kata-kata mungkin berlawanan dalam artinya secara 
berbeda-beda, dan beberapa kata tidak mempunyai perlawanan yang nyata. Contoh: hot bukan 
lawan dari cold dengan cara yang sama dengan borrow sebagai lawan dari lend. Demikian pula, 
thick bukan lawan dari thin dengan cara yang sama dengan dead sebagai lawan dari live. 
Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas, Hurford dan Heasly (dalam 
Ba’dulu, 2001: 25) membagi antonim ke dalam empat jenis, yaitu: 
a. Antonimi biner, adalah predikat-predikat yang muncul berpasang-pasangan, dan di 
antaranya tercakup semua kemungkinan yang relevan. Jika satu predikat dapat diaplikasikan, 
maka predikat lainnya tidak dapat diaplikasikan, demikian pula sebaliknya. Contoh: tua dan 
muda); panjang dan pendek. Kadang-kadang dua antonim biner yang berbeda dapat 
berkombinasi dalam suatu himpunan predikat untuk menghasilkan suatu kontras empat. 
Contoh: laki- laki (man), anak laki- laki), perempuan), dan gadis apabila dimasukkan ke 
dalam kotak-kotak berikut:
b. Konversi (Converses), adalah jika suatu predikat memerikan suatu hubungan yang sama 
apabila kedua benda atau orang itu disebutkan dalam urutan yang berlawanan, maka kedua 
predikat itu merupakan konversi antara satu dengan yang lainnya. Contoh: orang tua dan 
anak adalah konversi karena X adalah orang tua dari Y (urutan yang satu) memerikan situasi 
atau hubungan yang sama seperti Y adalah anak X (urutan yang berlawanan). 
c. Gradabel (Gradable antonyms), adalah dua predikat merupakan antonim bertingkat jika 
keduanya berada pada ujung yang berlawanan dari suatu skala nilai yang berkesinambungan, 
yaitu suatu skala yang bervariasi menurut konteks pemakaian. 
Contoh: tua dan anak-anak 
pg. 11 
Di antara tua dan anak-anak terdapat suatu skala nilai yang berkesinambungan, yang 
dapat diberikan nama-nama seperti remaja dan dewas. Apa yang disebut tua dalam suatu 
konteks, misalnya: umur orang (jompo)dalam konteks lain adalah matang ( buah-buahan) 
sudah dapat dipetik. Contoh lain: tinggi dan rendah; panjang dan pendek; serta pintar dan 
bodoh.Untuk mengkaji antonim-antonim bertingkat ini, kita dapat mengkombinasikannya 
dengan kata sangat , sangat banyak , bagaimana , atau berapa banyak. 
d. Kontradiksi, adalah suatu proposisi merupakan suatu kontaradiktori dari preposisi lain jika 
tidak mungkin bagi keduanya benar pada saat yang sama dan pada peristiwa ya ng sama 
pula. Definisi ini dapat diperluas ke kalimat. Jadi, suatu kalimat yang mengungkapkan satu 
proposisi adalah kontradiktori dari suatu kalimat yang mengungkapkan proposisi yang lain 
jika tidak mungkin bagi kedua proposisi itu benar pada saat yang sama dan pada peristiwa 
yang sama pula. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa suatu kalimat berlawanan dengan 
kalimat lain jika kalimat itu menghasilkan negasi kalimat yang lainnya. Contoh: Pak Arya 
pengusaha kaya kontradiksi dengan Pak Udin petani miskin. 
Selanjutnya, Verhaar (dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, 
yaitu: 
a. Antonim antarkalimat, contoh: Dia cantik dan Dia tidak cantik. 
b. Antonim antarfrase, contoh: secara teratur dan secara tidak teratur. 
c. Antonim antarkata, contoh: kuat dan lemah; kencang dan lambat. 
b. d.Antonim antarmorfem, contoh: thankful dan thankless (Inggris), yang berantonim 
adalah morfem ful dan les.
Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna, seperti 
pada uraian berikut ini: 
1. Oposisi mutlak. 
Kata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak termasuk dalam jenis ini. 
Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah pasti tidak mati, sedangkan orang yang 
mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, 
begitu pula sebaliknya sesuatu yang bergerak pasti tidak diam. 
2. Oposisi kutub. 
Ada kata-kata yang pertentangannya tidak mutla, tetapi berjenjang/bertingkat. Contoh: kata 
kaya dengan miskin. Kaya dengan miskin tidak memiliki pertentangan yang mutlak. Orang yang 
kaya kadangkala masih merasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin ada yang merasa 
tidak miskin. Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif. Contoh: cantik 
dengan jelek, periangdengan pendiam, pintar dengan bodoh, dan sebagainya. 
3. Oposisi hubungan. 
Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling berhubungan. Kehadiran suatu kata 
mengakibatkan kehadiran kata yang lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. 
Kata guru bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak akan muncul 
kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan saling melengkapi. 
Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan kata benda. Contoh 
kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah: pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, 
pg. 12 
dan sebagainya. Sedangkan contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda 
antara lain adalah: guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan. 
4. Oposisi Hierarkial. 
Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran 
(berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan, dan jenjang kepangkatan. Kata 
centimeter dan kilometer merupakan contoh kata yang beroposisi secara hierarkial karena 
keduanya berada dalam deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, 
karena berada dalam jenjang kepangkatan. 
5. Oposisi majemuk.
Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja, melainkan dengan dua 
buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan 
kejam. Atau dapat dibuat seperti gambar dibawah ini : 
pg. 13 
duduk tidur berdiri jongkok bersila tiarap 
6. Oposisi inversi. 
Oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua, mungkin – wajib. 
Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi 
yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu 
penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan. Contoh: beberapa negara tidak 
mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai 
Sedangkan Fromkin dan Rodman (dalam Tarigan, 1986:41) mengemukakan bahwa antonim-antonim 
yang beraneka ragam itu dapat diklasifikasikan atas beberapa pasangan, yakni : 
7. Antonim Komplementer 
Antonim Komplementer, yaitu pasangan yang saling melengkapi. Yang satu tidaklah 
lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh yang satu lagi.Sebagai contoh, kata suami 
berantonim dengan kata istri. 
8. Antonim Gradabe 
Suatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim 
dengan kata yang lain. Ciri lain sejumlah pasangan gradabel ialah bahwa yang berciri atau 
bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak 
berciri atau tidak bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya 
dengan kadar atau tingkat.Sebagai contoh dalam suasana pasar, rajin x malas, berat x ringan. 
9. Antonim Relasional 
Antonim relasional adalah antonim yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna 
anggota pasangannya, karena anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang erat.
Sebagai contoh, kata guru dan murid. Kalau si A adalah atasan si B, maka si B adalah bawahan 
si A. 
10. Antonim Resiprokal 
pg. 14 
Antonim resiprokal adalah antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau 
bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru 
hubungan timbal balik. 
Sebagai contoh, pasangan kata, membeli >< menjual . 
c. Polisemi 
Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata 
yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti. Dalam kasus 
polisemi ini, biasanya makna pertama ( yang didaftarkan kamus) adalah makna leksika l, makna 
denotatif dan makna konseptualnya. Yang lainnya adalah makna yang dikembangkan 
berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena 
itu, makna pada polisemi masih berkaitan satu sama lain. 
Contoh: 
Ranbut di kepala nenek sudah putih.( Kepala yang berarti bagian tubuh yang bagian atas) 
Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah.( Kepala yang menyatakan pimpinan) 
d. Homonimi 
Homonim adalah dua kata kebetulan bentuk, ucapan, tulisannya sama tetapi beda 
makna.Contoh : Bisa : 1. Bisa yang berarti racun, 2. Bisa yang berarti dapat atau mampu. 
Pada kasus homonimi ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofon dan 
homograf.Homofon adalah dua kata yang mempunyai kesamaan bunyi tanpa memperhatikan 
ejaanya, dengan makna yang berbeda.Contoh : 1.Bang : sebutan saudara laki-laki, 
2. Bank : tempat penyimpanan dan pengkreditan uang 
Homograf adalah dua kata yang memiliki ejaan sama, tetapi ucapan dan maknanya 
beda.Contoh : 1. Apel : buah, 2. Apél : rapat, pertemuan. 
Masalah lain dari homonimi yang cukup ruwet adalah perbedaannya dengan polisemi. 
Ada cara untuk menentukan homonimi dengan polisemi. Patokan pertama adalah dua buah 
bentuk ujaran atau lebih yang kebetulan sama, dan maknanya tentu berbeda, sedangkan polisemi 
sebuah ujaran yag memiliki makna lebih dari satu. Makna dalam polisemi meski berbeda tetapi
masih dapat dilacak secara etimologi dan semantik bahwa makna itu masih mempunyai 
hubungan. 
e. Hiponimi 
pg. 15 
Hiponim adalah sebuah bentuk ujaran yang mencakup dalam makna bentuk ujaran 
lain.Relasi makna bersifat searah. Contoh: antara kata jeruk dengan kata buah. Disini makna kata 
jeruk tercakup dalam kata buah, tetapi buah bukan hanya jeruk tapi bisa juga apel, mangga, 
pepaya dan jambu. 
Hipernim adalah bagian dari hiponim. Dengan kata lain jika jeruk berhiponim dengan 
buah, maka buah berhipernim dengan jeruk. Ada juga yang menyebut hiponom dengan 
superordinat. Sedangkan hubungan antar jeruk, apel, mangga, dan jenis buah lainnya adalah 
kohiponim. 
f. Ambiguiti atau Ketaksaan 
Ambiguitas adalah gejala yang terjadi akibat kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal 
yang berbeda. Tergantung jeda dalam kalimat. Umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena 
bahasa tulis unsur suprasegmentalnya tidak dapat digambarkan seca ra akurat. Contoh: Buku 
sejarah baru. Dapat diartikan (1) buku sejarah yang baru. Dapat juga bermakna (2) buku tentang 
sejarah baru. 
Ketaksaan dapat juga terjadi bukan karena tafsiran gramatikal yang berbeda tetapi karena 
masalah homonimi, sedangkan konteksnya tidak jelas. Contoh: Kami bertemu paus. Dapat 
ditafsirkan, (1) ikan paus, dan (2) pemimpin agama katolik di Roma. 
Ada juga ketaksaan yang terjadi dalam bahasa lisan, meskipun intonasinya tepat. 
Ketaksaan dalam bahasa lisan biasanya adalah karena ketidakcermatan dalam menyusun 
kontruksi beranaforis. Contoh: Ujang dan Doni bersahabat karib. Dia sangat mencintai istrinya. 
Dapat ditafsirkan (1) ujang mencintai istri ujang, (2) Ujang mencintai istri Doni, (3) Doni 
mencintai istrinya, dan (4) Doni mencintai istri Ujang. Ketaksaan ini terjadi karenakata ganti dia 
dan nya tidak jelas mengacu pada siapa. 
g. Redundansi 
Redundansi adalah berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk 
ujaran. Contoh : Hamid menggenakan topi berwarna ungu, tidak akan berbeda maknanya dengan 
Hamid bertopi ungu.
pg. 16 
Memang dalam ragam bahasa baku kita dituntut untuk menggunakan kata-kata secara 
efisien, sehingga kata berlebihan, sepanjang tidak mengurangi atau mengganggu makna ( lebih 
tepat informasi), harus dibuang, tetapi dalam analisis semantik, setiap penggunaan unsur 
segmental dianggap membawa makna masing-masing. 
D. Perubahan Makna 
Dalam perubahan makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara makna lama dan makna 
baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam beberapa hal, asosiasi 
bisa begitu kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi asosiasi itu hanyalah 
suatu wahana untuk suatu perubahan yang ditentukan oleh sebab-sebab lain tetapi bagaimanapun 
suatu jenis asosiasi akan selalu mengalami proses. Dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap 
sebagai suatu syarat mutlak bagi perubahan makna ( Stephen, 2007 : 263-264 ). 
Dalam sejarah ilmu semantik, teori asosiasi muncul dalam dua bentuk. Beberapa dari ahli 
semantik awal mengakui suatu asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba menjelaskan 
perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri). Pada 
beberapa dekade terakhir suatu pandangan yang lebih maju berdasarkan prinsip-prinsip struktural 
telah meluas, perhatian telah berubah dari kata-kata tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih 
luas yaitu yang disebut “medan asosiatif” yang mencakupi kata-kata tersebut. 
a. Sebab-sebab Perubahan Makna 
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya adalah 
sebagai berikut : 
1. Perkembangan dalam ilmu dan teknologi 
Dalam hal ini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai 
sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah 
berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau 
sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Sebagai contoh perubahan makna kata 
sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif adalah salah satu contoh 
perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai 
sastra menyebabkan makna kata sastra yang tadinya “bermakna buku yang baik isinya 
dan baik bahasanya” menjadi berarti “karya yang bersifat imaginatif kreatif”. 
2. Perkembangan sosial dan budaya
pg. 17 
Dalam perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut memengaruhi 
perubahan makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna 
seperut atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun masih juga digunakan 
dalam artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut siapa saja yang dianggap 
sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini terjadi pula pada hampir semua kata 
atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik . Penyebab perubahan makna ini 
dimungkinkan disebabkan karena dahulu pada zaman sebelum merdeka (dan juga 
beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa orang yang lebih 
tinggi status sosialnya digunakan kata tuan atau nyonya. Kemudian setelah kemerdekaan 
dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan atau nyonya berbau kolonial sehingga kia 
menggantinya dengan sebutan bapak atau ibu. 
3. Perbedaan bidang pemakaian 
Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam 
kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam bidang lain atau menjadi 
kosa kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki makna yang baru, atau makna lain 
disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian 
dengan segala macam derivasinya seperti tampak pada frase menggarap sawah, tanah 
garapan dan sebagainya, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna 
barunya yang berarti mengerjakan seperti tampak pada frasa menggarap skripsi, 
menggarap naskah drama dan lain- lain. Dari contoh yang diuraikan maka kata-kata 
tersebut bisa jadi mempunyai arti yang tidak sama dengan arti dalam bidang asalnya, 
hanya perlu diingat bahwa makna baru kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan 
makna asli. Kata-kata tersebut diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara 
perbandingan. Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu 
dan makna kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam 
poliseminya karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada 
persamaan antara makna yang satu dengan makna yang lainnya. 
4. Adanya Asosiasi 
Kata-kata yang digunakan diluar bidangnya seperti dibicarakan pada bagian 
sebelumnya masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan 
pada idang asalnya. Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat
penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah berkaitan 
dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Dalam contoh kata 
amplop dengan kata uang terjadi asosiasi yaitu berkenaan dengan wadah. Kata amplop 
berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat, makna asalnya adalah sampul surat. 
Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat, biasa pula dimasukkan benda lain 
seperti uang. Oleh karena itu dalam kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu cepat 
selesai”. Dalam kalimat itu kata amplop bermakna uang sebab amplop yang dimaksud 
bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang sebagai sogokan. 
5. Pertukaran Tanggapan Indra 
pg. 18 
Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara 
indera yang satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya 
ditanggap dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat 
indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Contoh lain 
pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat indera peraba yaitu kulit namun bisa 
juga ditanggap oleh alat indera penglihatan mata seperti pada kalimat Tingkah lakunya 
kasar. Pertukaran alat indera penanggap ini biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah 
ini berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan aisthetikas artinya tampak. Dalam 
pemakaian bahasa Indonesia secara umum banyak sekali terjadi gejala sinestesia ini. 
Contoh yang lain terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya sedap didengar, warnanya 
enak dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya manis, kedengarannya memang nikmat 
dan masih banyak contoh-contoh yang lain. 
6. Perbedaan Tanggapan 
Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai 
makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma 
kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang 
rendah, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa 
yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini 
disebut dengan istilah peyoratif sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut 
ameliorative. Contoh kata bini sekarang ini dianggap peyoratif sedangkan kata istri 
dianggap ameliorative. Begitupun terjadi pada kata laki dan suami, kata bang dan bung. 
Nilai rasa itu kemungkinan besar hanya bersifat sinkronis. Secara diakronis ada
pg. 19 
kemungkinan bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan 
dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya 
perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata. 
7. Adanya Penyingkatan 
Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering 
digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang 
sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan 
singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada yang 
berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya disebutkan 
meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang maksudnya berpulang ke 
rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke 
laboratarium dan sebagainya. Kalau disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata 
ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. 
Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat 
menjadi bentuk yang lebih pendek. 
8. Proses Gramatikal 
Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan 
pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan 
perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal 
dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal. 
9. Pengembangan Istilah 
Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah 
dengan memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna 
baru baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada 
kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi istilah 
untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau saripati kayu 
sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau pimpinan. 
b. Jenis Perubahan Makna 
Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan makna yang terjadi dalam 
bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya :
1. Perubahan Meluas 
pg. 20 
Yang dimaksud perubahan yang meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau 
leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna tetapi kemudian karena berbagai 
factor menjadi memiliki makna-makna yang lain. Proses perluasan makna ini dapat terjadi 
dalam kurun waktu yang relative singkat tetapi dapat juga dalam kurun waktu yang lama. Dan 
makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam lingkup 
poliseminya artinya masih ada hubungannya dengan makna asalnya. Seperti pada kata 
saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu seperut atau sekandungan sekarang 
berkembang menjadi bermakna lebih dari satu. Dan mempunyai makna lain yaitu siapa saja 
yang sepertalian darah. Lebih jauh lagi sekarang kata saudara bermakna siapapun orang 
tersebut dapat disebut saudara. 
2. Perubahan Menyempit 
Perubahan menyempit merupakan suatu gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada 
mulanya mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian berubah menjadi terbatas 
hanya memiliki sebuah makna saja. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau 
cendekiawan dan sekarang kata itu hanya memiliki sebuah makna saja yaitu orang yang lulus 
dari perguruan tinggi. Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai hasil dari belajar sendiri, 
kalau bukan tamatan perguruan tinggi maka tidak bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya 
serendah berapapun indeks prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan tinggi dia 
akan disebut sebagai sarjana. 
3. Perubahan Total 
Yang dimaksud perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah total atau 
berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki 
sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi keterkaitannya ini tampaknya 
sudah jauh sekali. Sebagai contoh kata seni yang mulanya bermakna air seni atau kencing 
sekarang digunakan sebagai istilah untuk sebuah karya atau ciptaan yang bernilai halus seperti 
seni lukis, seni tari, seni suara. 
4. Penghalusan (ufemia) 
Penghalusan dalam perubahan makna ini maksudnya adalah suatu gejala ditampilkannya 
kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih 
sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata
tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya kata 
penjara diganti dengan istilah lembaga pemasyarakatan, pemecatan diganti dengan istilah 
pemutusan hubungan kerja, babu diganti dengan istilah pembantu rumah tangga. 
5. Pengasaran (disfemia) 
pg. 21 
Pengasaran yang dimaksud adalah suatu usaha untuk mengganti kata yang maknanya 
halus atau bermakna biasa menjadi kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran 
ini biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi yang tidak ramah atau dalam keadaan jengkel. 
Seperti pada kata menjebloskan untuk menggantikan kata memasukkan, kata mendepak untuk 
menggantikan kata mengeluarkan dan sebagainya. 
c. Faktor yang Memudahkan Terjadinya Perubahan Makna 
Dalam hubungannya dengan perubahan makna Ullmann (1972 :198-210) lewat Mansoer 
Pateda menyebutkan beberapa factor yang memudahkan terjadinya perubahan makna, berikut 
uraiannya : 
1. Faktor Kebahasaan 
Perubahan makna karena factor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi 
dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang pada mulanya bermakna budak tetapi karena kata 
ini berubah menjadi kata saya maka makna kata saya dihubungkan dengan orang pertama 
dan orang tidak menghubungkan dengan kata budak sehingga maknanya pun menjadi 
berubah. 
2. Faktor kesejarahan 
Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor institusi, faktor ide, dan faktor 
konsep ilmiah. Sebagai contoh factor objek, kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata 
betina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya 
menjadi batina lalu fonem /b/ merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata 
wanita ini berpadanan dengan kata perempuan dan sekarang orang tidak lagi 
menghubungkan kata wanita dengan kata hewan. 
3. Faktor Sosial 
Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial dihubungkan dengan 
perkembangan Makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada 
mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang tapi kemudian kata ini
tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau. Sebelum 
tahun 1945 orang dapat saja berkata “ Gerombolan laki- laki menuju pasar”, tetapi setelah 
tahun 1945 apalagi dengan munculnya pemberontak maka kata gerombolan enggan 
digunakan bahkan ditakuti. 
4. Faktor Psikologi 
pg. 22 
Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi dan kata-kata tabu. 
Sebagai contoh dari factor tabu misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu makna kata 
bangsat dihubungkan dengan binatang yang biasa menggigit jika kita duduk d i kursi rotan 
karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu 
mengatakan, “ Hei bangsat, kenapa hanya duduk?” maka kata bangsat disini tidak lagi 
diartikan sebagai binatang kecil tapi manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan 
hati, sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut. 
5. Pengaruh Bahasa Asing 
Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu 
disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa. Itu sebabnya pengaruh bahasa asing 
terhadap bahasa Indonesia juga tidak dapat dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari 
bahasa Inggris yaitu pada kata keran yang berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian 
dalam bahasa Indonesia bermakna keran yang artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka 
dan ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk 
kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup penutup tapi lebih banyak dikaitkan 
dengan anggaran. 
6. Karena Kebutuhan Kata yang Baru 
Telah diketahui bahwa manusia berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. 
Kebutuhan tersebut perlu nama atau kata barukarena bahasa adalah alat komunikasi. 
Kadang-kadang konsep baru itu belum ada lambangnya. Dengan kata lain manusia 
berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung pemikirannya. 
Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada tapi juga orang merasa 
bahwa perlu menciptakan kata atau istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuan manusia. 
Misalnya karena bangsa Indonesia merasa kurang enak menggunakan kata saudara maka 
muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah 
dengan kita tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.
pg. 23 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Simpulan 
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada 
setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang 
mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Dalam Kamus 
Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 
1. maksud pembicara; 
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok 
manusia; 
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan 
semua hal yang ditunjukkannya,dan 
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). 
Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna 
(makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna re ferensial dan nonreferensial, 
makna konotatif dan denotatif, makna istilah dan makna makna kata, makna konseptual dan 
asosiatif, makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna 
kolokatif, makna generik, makna spesifik, dan makna tematikal), relasi makna (sinonim, 
antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, redundansi), perubahan makna, medan 
makna dan komponen makna. 
3.2 Saran 
Saran ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan mahasiswa pada 
jurusan kebahasaan terutama bahasa Indonesia, hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita 
lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa 
Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan yang 
terjadi perlu kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga.
pg. 24 
Daftar Pustaka 
 Stokhof, W. A. L. 1980. “Tata Bunyi Bahasa Indonesia”. Dewan Bahasa. Jilid 24, 
Bilangan 1: 38-54 
 Weinrich, Uriel. 1968. Langue in contaxt. The Hangue: Mouton 
 Voorhove, P. 1995. Critical Survey of Studies on The Langueage of Sumatra. ‘s- 
Gravenhaag : Martinus Nijhoff 
 1980. teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius 
 Uhlenbeck, E.M. 1964. Critical Survey of Studies on The Langueage of Sumatra. ‘s- 
Gravenhaag : Martinus Nijhoff 
 arsono. 1986. Fonemik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press 
 blogshinyocom.blogspot.com/2009/.../makalah-semantik-2-makna.ht... 
 susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/semantik/ 
 ahmadzulbahasa.blogspot.com/2010/09/tugas-makalah-semantik.htm 
 Pateda, Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta. 
 Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

More Related Content

What's hot (20)

Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Makalah semantik
Makalah semantikMakalah semantik
Makalah semantik
 
Wacana
WacanaWacana
Wacana
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
PRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNANPRINSIP KESANTUNAN
PRINSIP KESANTUNAN
 
Sintaksis
SintaksisSintaksis
Sintaksis
 
Studi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tandaStudi bahasa sebagai sistem tanda
Studi bahasa sebagai sistem tanda
 
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTURTINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
TINDAK TUTUR DAN PERISTIWA TUTUR
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)
 
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksisKesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis
 
Pengantar semiotika
Pengantar semiotikaPengantar semiotika
Pengantar semiotika
 
Konteks dalam analisis wacana
Konteks dalam analisis wacanaKonteks dalam analisis wacana
Konteks dalam analisis wacana
 
Ferdinand de Saussure
Ferdinand de SaussureFerdinand de Saussure
Ferdinand de Saussure
 
Pragmatik
PragmatikPragmatik
Pragmatik
 
Makalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMakalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang makna
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra
 

Viewers also liked

Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikYudha Fadillah
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikalewer Rewel
 
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa Melayu
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa MelayuKajian SEMANTIK STPM Bahasa Melayu
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa MelayuNur Farahin Samsudin
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumDidikparavisi
 
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIK
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIKPembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIK
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIKExcella Fiona
 
Semantik bahasa-melayu
Semantik bahasa-melayuSemantik bahasa-melayu
Semantik bahasa-melayuErica Leenya
 
Assignment bm - semantik
Assignment bm - semantikAssignment bm - semantik
Assignment bm - semantikAhmad NazRi
 
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)Rosnani Hassan
 

Viewers also liked (11)

Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna SemantikMemahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
Memahami Dasar-Dasar Teori Makna Semantik
 
semantik
semantiksemantik
semantik
 
Semantik leksikal
Semantik leksikalSemantik leksikal
Semantik leksikal
 
Semantik soalan 1
Semantik soalan 1Semantik soalan 1
Semantik soalan 1
 
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa Melayu
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa MelayuKajian SEMANTIK STPM Bahasa Melayu
Kajian SEMANTIK STPM Bahasa Melayu
 
Pengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umumPengantar linguistik umum
Pengantar linguistik umum
 
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIK
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIKPembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIK
Pembelajaran Ilmu Kebahasaan SEMANTIK
 
Semantik bahasa-melayu
Semantik bahasa-melayuSemantik bahasa-melayu
Semantik bahasa-melayu
 
Semantik
SemantikSemantik
Semantik
 
Assignment bm - semantik
Assignment bm - semantikAssignment bm - semantik
Assignment bm - semantik
 
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)
Asigment s emantik hbml 3303-rosnani hassan (repaired)
 

Similar to makalah semantik

Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016megawatikarlina
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word documentFajar Pambudi
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjjshamrina85
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSaliza M. Ali
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikAlfian Akatsuki
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayunoorabib
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power pointMakarina
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)Laila Mohd Sarjan
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3Oh Jenny
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikPPGHybrid1
 

Similar to makalah semantik (20)

Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
Tugas makalah tik_megawati_karlina_037117016
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
New microsoft office word document
New microsoft office word documentNew microsoft office word document
New microsoft office word document
 
Makalah semanti1
Makalah semanti1Makalah semanti1
Makalah semanti1
 
Bab 1modul pjj
Bab 1modul pjjBab 1modul pjj
Bab 1modul pjj
 
Semantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahanSemantik dan peristilahan
Semantik dan peristilahan
 
Tataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantikTataran linguistik semantik
Tataran linguistik semantik
 
Makna semantik
Makna semantikMakna semantik
Makna semantik
 
Semantik Pragmatis
Semantik PragmatisSemantik Pragmatis
Semantik Pragmatis
 
SEMANTIK.pptx
SEMANTIK.pptxSEMANTIK.pptx
SEMANTIK.pptx
 
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayuSemantik dan peristilahan bahasa melayu
Semantik dan peristilahan bahasa melayu
 
Tugas power point
Tugas power pointTugas power point
Tugas power point
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
08cisi pelajaran -interaksi-3 (1)
 
08cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-308cisi pelajaran -interaksi-3
08cisi pelajaran -interaksi-3
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan PragmatikMateri M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
Materi M4KB4 - Semantik dan Pragmatik
 

More from Muhammad Idris

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقلMuhammad Idris
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتMuhammad Idris
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرةMuhammad Idris
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimMuhammad Idris
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamMuhammad Idris
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamMuhammad Idris
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMuhammad Idris
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMuhammad Idris
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMuhammad Idris
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامMuhammad Idris
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Muhammad Idris
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Muhammad Idris
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahMuhammad Idris
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahMuhammad Idris
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inMuhammad Idris
 

More from Muhammad Idris (20)

العلم والعقل
العلم والعقلالعلم والعقل
العلم والعقل
 
الثمار 101 نبت
الثمار 101 نبتالثمار 101 نبت
الثمار 101 نبت
 
الجرب القذرة
الجرب القذرةالجرب القذرة
الجرب القذرة
 
Tolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslimTolong menolong-sesama-muslim
Tolong menolong-sesama-muslim
 
Tajassus
TajassusTajassus
Tajassus
 
Tahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islamTahlilan dalam-perspektif-islam
Tahlilan dalam-perspektif-islam
 
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islamProspek dan-tantangan-ekonomi-islam
Prospek dan-tantangan-ekonomi-islam
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunanMakalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
Makalah hs-akar-permasalahan-solusi-tegaknya-bendera-syaithan-perdukunan
 
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunanMakalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
Makalah akar permasalahan solusi tegaknyan bendera syaithan dan perdukunan
 
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-editedMakalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
Makalah pelatihan-brc-ruqyah-syariyyah-edited
 
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظامأطعمة مفيدة لصحة_العظام
أطعمة مفيدة لصحة_العظام
 
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
Pengaruh kemampuan berbahasa asing terhadap prestasi siswa (arab-inggris)
 
Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2Pembelajaran bahasa asing_2
Pembelajaran bahasa asing_2
 
Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1Pembelajaran bahasa asing1
Pembelajaran bahasa asing1
 
Pedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiahPedoman penulisan karya ilmiah
Pedoman penulisan karya ilmiah
 
Gawda
GawdaGawda
Gawda
 
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiahBahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
Bahan pelatihan karya_tulis_ilmiah
 
Biografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`iBiografi imam syafi`i
Biografi imam syafi`i
 
Biografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`inBiografi imam athba` tabi`in
Biografi imam athba` tabi`in
 

Recently uploaded

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Recently uploaded (20)

Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

makalah semantik

  • 1. pg. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik (Chaer, 1994: 2). Bidang studi liguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupkan satu tataran linguistik. Semantik dengan objeknya yaitu makna, berada di seluruh atau disemua tataran yang bangu-membangun ini : makna berada didalam tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Semantik bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan unsur yang berada pada semua tataran itu, meski sifat kehadiranya pada tiap tataran itu tidak sama. Menurut Mansoer Pateda (2001:79) bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Ada beberapa jenis makna, antara lain makna leksikal, makna gramatikal, makna denotasi, dan makna konotasi. Selain itu, ada juga yang disebut relasi makna yaitu Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain. Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya.
  • 2. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tentunya tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik. pg. 2 Pada makalah ini akan dijelaskan apa sebenarnya makna sebagai objek linguistik dan bagaimana persoalannya. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah makalah ini adalah : 1. Apa pengertian Hakikat Makna? 2. Apa saja Jenis Makna? 3. Apa saja Relasi Makna? 4. Apa pengertian Perubahan Makna? 5. Apa saja Medan Makna dan Komponen Makna? 1.3 Tujuan Tujuan Makalah ini adalah : 1. Mendeskripsikan Hakikat Makna 2. Mendeskripsikan Jenis Makna 3. Mendeskripsikan Relasi Makna 4. Mendeskripsikan Perubahan Makna 5. Mendeskripsikan medan Makna dan Komponen Makna BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Makna Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda,
  • 3. 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau pg. 3 kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). Menurut teori yang dikembangkan dari pandangan Ferdinand de Saussure, makna adalah ’pengertian’ atau ’konsep’ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda- linguistik. Menurut de Saussure, setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu (1) yang diartikan (Perancis: signifie, Inggris: signified) dan (2) yang mengartikan (Perancis: signifiant, Inggris: signifier). Yang diartikan (signifie, signified) sebenarnya tidak lain dari pada konsep atau makna dari sesuatu tanda-bunyi. Sedangkan yang mengartikan (signifiant atau signifier) adalah bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem- fonem bahasa yang bersangkutan. Dengan kata lain, setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna. Kedua unsur ini adalah unsur dalam-bahasa (intralingual) yang biasanya merujuk atau mengacu kepada sesuatu referen yang merupakan unsur luar-bahasa (ekstralingual). Sebuah kata, misalnya buku, terdiri atas unsur lambang bunyi yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda-benda (objek) yang dinamakan buku. Atau kursi, makna kata kursi adalah konsep kursi yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata k-u-r-s-i.dan memeliki makna sebuah perabotan yang di gunakan untuk duduk. Gambar di atas menunjukkan bahwa di antara lambang bahasa dan konsep terdapat hubungan langsung, sedangkan lambang bahasa dengan referen atau objeknya tidak berhubungan langsung (digambarkan dengan garis putus-putus) karena harus melalui konsep. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya. Dalam analisis semantik juga harus disadari, karena bahasa itu bersifat unik, dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masalah budaya maka, analisis suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tetapi tidak dapat digunakan untuk menganalisis bahasa lain. Umpamanya, kata ikan dalam bahasa Indonesia merujuk pada jenis binatang yang hidup
  • 4. dalam air dan biasa dimakan sebagai lauk; dan dalam bahasa Inggris separan dengan fish. Tetapi kata iwak dalam bahasa Jawa bukan hanya berarti ‘ikan’ atau ‘fish’, melainkan juga berarti daging yang digunakan sebagai lauk. pg. 4 Di dalam penggunaannya dalam penuturan yang nyata makna kata atau leksem seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya. Contohya : Dasar buaya ibunya sendiri ditipunya. Oleh karena itu, banyak pakar mengatakan bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya. Satu hal lagi yang harus diingat mengenai makna ini, karena bahasa itu bersifat arbiter, maka hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbiter. B. Jenis Makna Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata dapat dibedakan adanya makna konotatif dan denotatif. Berdasarkan ketepatan maknanya dapat dibedakan adanya makna istilah dan makna makna kata. Ada juga makna konseptual dan asosiatif, makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif, makna generik, makna spesifik, dan makna tematikal. 1. Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kentekstual a. Makna leksikal (leksical me3aning, sematic meaning, external meaning) adalah makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat dalam kamus. Contoh: rumah : bangunan untuk tempat tinggal manusia makan : mengunyah dan menelan sesuatu b. Makna grmatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat digabungkannya sebuah kata dalam suatu kalimat. Makna gramatikal dapat pula timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi. Contoh: berumah : mempunyai rumah
  • 5. pg. 5 rumah-rumah : banyak rumah rumah makan : rumah tempat makan rumah ayah : rumah milik ayah c. Makna kontekstual muncul sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. Contoh : Rambut di kepala nenek sudah putih. Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah. Pada kepala surat terdapat alamat dan nomor telponnya. Beras kepala harganya lebih mahal Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu. Sebagi contoh lagi pada kalimat tiga kali empat berapa ? . Kalau ditanyakan pada anak SMP maka jawabnya pasti dua belas tapi lain lagi jika ditanyakan pada tukang foto maka akan dijawab lima ratus atau dengan jawaban yang lain. 2. Makna Referensial dan Nonreferensial a. Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses. Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen. Contoh : kuda, merah dan gambar adalah kata referensial karena ada acuannya dalm dunia nyata. b. Sedaqngkan nonreerensial acuanya tidak menetap pada satu maujud. Dan kata- kata yang termasuk dalam makna nonreferensial disebut kata-kata deiktik. Yang termasuk kata-kata deiktik adalah kata-kata pronomina, seperti dia, saya, dan kamu ; kata-kata yang
  • 6. pg. 6 menyatakan ruang, seperti di sini, disana, dan di situ; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok, dan nanti; dan kata-kata penunjuk, seperti ini dan itu. 3. Makna Denotatif dan Konotatif a. Makna denotatif (referensial) ialah makna yang menunjukkan langsung pada acuan atau makna dasarnya. Contoh: merah : warna seperti warna darah. ular : binatang menjalar, tidak berkaki, kulitnya bersisik. b. Makna konotatif (evaluasi) ialah makna tambahan terhadap makna dasarnya yang berupa nilai rasa atau gambar tertentu. Contoh: Makna dasar(denotasi) Makna tambahan(konotasi) merah : warna …………………… berani; dilarang ular : binatang ………………… menakutkan/ berbahaya Makna dasar beberapa kata misalnya: buruh, pekerjaan, pegawai, dan karyawan, memang sama, yaitu orang yang bekerja, tetapi nilai rasanya berbeda. Kata buruh dan pekerja bernilai rasa rendah/ kasar, sedangkan pegawai dan karyawan bernilai rasa tinggi. Konotasi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu konotasi positif dan konotasi negatif.Contoh: Konotasi positif Konotasi negatif suami istri laki bini tunanetra buta pria laki-laki. Kata-kata yang bermakna denotatif tepat digunakan dalam karya ilmiah, sedangkan kata-kata yang bermakna konotatif wajar digunakan dalam karya sastra. 4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif a. Makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan konsepnya makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas asosiasi atau hubungan apa pun. Makna konseptual disebut juga makna denotatif, makna referensial, makna leksikal. Contoh : rumah memiliki makna konseptual bangunan tempat manusia tinggal.
  • 7. b. Makna asosiatif disebut juga makna kiasan atau pemakaian kata yang tidak sebenarnya. pg. 7 Makna asosiatif adalah makna yang dimilki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata bunglon berasosiasi dengan makna orang yang tidak berpendirian tetap. 5. Makna Kata dan Makna istilah a. Pada awalnya, makna yang dimiliki sebuah kata adalah makna leksikal atau makna denotatif. Namun, dalam penggunaannya makna kata itu baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Misalnya kita belum tahu makna jatuh sebelum kata itu berada pada konteksnya. Oleh karena itu makna kata mash bersifat umum, kasar dan tidak jelas. b. Berbeda dengan kata, istilah memiliki makna yag pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Hanya perlu diingat bahwa sebuah istilah hanya digunakan pada bidang keilmuan dan kegiatan tertentu. Contoh : kata tangan dan lengan adalah sinonim. Namun kedua kata itu berbeda dibidang kedokteran. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tagan sedangkan lengan bermakna dari pergelangan sampai ke pangkal bahu. Dalam perkembangan bahasa memang ada sejumlah istilah, yang karena sering digunakan lalu menjadi kosakata umum. Artinya istilah itu tidak digunakan didalam bidang keilmuannya, tetapi telah di gunakan secara umum diluar bidangnya. 6. Makna Idiom dan Peribahasa a. Makna idiomatik adalah makna yang ada dalam idiom, makna yang menyimpang dari makna konseptual dan gramatikal unsur pembentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam bentuk idiom yaitu (a) idiom penuh dan (b) idiom sebagian. Idiom penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan satu kesatuan dengan satu makna. Contoh: membanting tulang artinya bekerja keras. Idiom sebagian adalah idiom yang di dalamnya masih terdapat unsur yang masih memiliki makna leksikal. Contoh: koran kuning yang artinya koran yang memuat berita sensasi. Koran masih memiliki makna leksikalnya.
  • 8. b. Beda dengan idiom, peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak pg. 8 dari makna unsur-unsurnya karena adanya asosiasi antara makna asli dengan makna peribahasa. Contoh: seperti anjing dengan kucing yang bermakna dua orag yang tidak pernah akur. Makna ini memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya kucing dan anjing itu jika bertemu memang selalu berkelahi. 7. Makna Stilistika, Makna Afektif, Makna Kolokatif, Makna Generik, Makna Spesifik, dan Makna Tematikal a. Makna generik adalah makna konseptual yang luas, umum, yang mencakup beberapa makna konseptual yang khusus atau sempit. Misalnya, sekolah dalam kalimat “Sekolah kami menang.” Bukan saja mencakup gedungnya, melainkan guru-guru, siswa-siswa dan pegawai tata usaha sekolah bersangkutan. b. Makna spesifik adalah makna konseptual, khas, dan sempit. Misalnya jika berkata “ahli bahasa”, maka yang dimaksud bukan semua ahli, melainkan seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa. c. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan bahasa. Oleh karena itu, makna afektif berhubungan dengan gaya bahasa. d. Makna stilistik berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek terutama kepada pembaca. Makna stilistik lebih dirasakan di dalam sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra akan mendapat tempat tersendiri bagi kita karena kata yang digunakan mengandung makna stalistika. Makna stalistika lebih banyak ditampilkan melalui gaya bahasa. e. Makna kolokatif adalah makna yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut akan muncul di lingkungan dapur. Ada tiga keterbatasan kata jika dihubungkan dengan makna kolokatif, yaitu (a) makna dibatasi oleh unsur yang membentuk kata atau hubungan kata, (b) makna dibatasi oleh tingkat kecocokan kata, (c) makna dibatasi oleh kecepatan. f. Makna tematikal adalah makna yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis, baik melalui urutan kata-kata, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan.
  • 9. C. Relasi Makna pg. 9 Relasi makna adalah hubugan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya. Pada dasarnya prinsip relasi makna ada empat jenis, yaitu (1) prinsip kontiguitas, (2) prinsip kolementasi, (3) prinsip overlaping, dan (4) inklusi. 1. Prinsip kontiguitas yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa beberapa kata dapat memiliki makna sama atau mirip. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut sinonimi. 2. Prinsip komplementasi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna kata yang satu berlawanan dengan makna kata yang lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut antonimi. 3. Prinsip overlaping yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa satu kata memiliki makna yang berbeda atau kata-kata yang sama bunyinya tetapi mengandung makna berbeda. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut homonimi dan polisemi. 4. Prinsip inklusi yaitu prinsip yang menjelaskan bahwa makna satu kata mencakup beberapa makna kata lain. Prinsip ini dapat menimbulkan adanya relasi makna yang disebut hiponimi. a. Sinonim Sinonim : hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Relasi sinonim ini bersifat dua arah, maksudnya jika ujaran A bersinomnim dengan B maka B bersinonim dengan A.Contoh : benar = betul, sama dengan betul = benar. Faktor ketidaksamaan dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan sama persis adalah a. Faktor waktu, contoh : hulubalang dan komandan b. Faktor tempat, contoh : saya dan beta c. Faktor keformalan, contoh : uang dan duit d. Faktor sosial, contoh : saya dan aku e. Faktor bidang kegiatan, contoh : matahari dan surya f. Faktor nuansa makna, contoh : melihat, melirik, menonton b. Antonimi
  • 10. pg. 10 Istilah antonimi digunakan untuk makna yang bertentangan. Tarigan (1985: 36) mengemukakan antonimi adalah kata yang mengandung makna yang berkebalikan atau berlawanan dengan kata lain. Verhaar (1983: 133) mengatakan: “Antonimi adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan alain.” Sedangkan menurut Palmer (1976: 94) antonimi sering dianggap sebgai lawan sinonim. Secara sederhana dapat dikatakan istilah antonimi digunakan untuk menyatakan kata-kata yang berlawanan maknanya. Crystal (dalam Ba’dulu, 2001:25) antonimi merujuk secara kolektif kepada semua jenis perlawanan semantis. Antonim adalah hubungan semantik dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan dengan ujaran yang lain.Contoh : hidup x mati Jenis antonim : a) Antonim yang bersifat mutlak, contoh : diam x bergerak b) Antonim yang bersifat relatif / bergradasi, contoh : jauh x dekat c) Antonim yang bersifat relasional, contoh : suami x istri d) Antonim yang bersifat hierarkial, contoh : tamtama x bintara Menurut Hurford dan Heasly (dalam Ba’dulu, 2001: 25) pandangan tradisional tentang antonimi yang menyatakan bahwa antonimi semata-mata merupakan perlawanan arti adalah keliru. Pandangan ini tidak memadai, karena kata-kata mungkin berlawanan dalam artinya secara berbeda-beda, dan beberapa kata tidak mempunyai perlawanan yang nyata. Contoh: hot bukan lawan dari cold dengan cara yang sama dengan borrow sebagai lawan dari lend. Demikian pula, thick bukan lawan dari thin dengan cara yang sama dengan dead sebagai lawan dari live. Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas, Hurford dan Heasly (dalam Ba’dulu, 2001: 25) membagi antonim ke dalam empat jenis, yaitu: a. Antonimi biner, adalah predikat-predikat yang muncul berpasang-pasangan, dan di antaranya tercakup semua kemungkinan yang relevan. Jika satu predikat dapat diaplikasikan, maka predikat lainnya tidak dapat diaplikasikan, demikian pula sebaliknya. Contoh: tua dan muda); panjang dan pendek. Kadang-kadang dua antonim biner yang berbeda dapat berkombinasi dalam suatu himpunan predikat untuk menghasilkan suatu kontras empat. Contoh: laki- laki (man), anak laki- laki), perempuan), dan gadis apabila dimasukkan ke dalam kotak-kotak berikut:
  • 11. b. Konversi (Converses), adalah jika suatu predikat memerikan suatu hubungan yang sama apabila kedua benda atau orang itu disebutkan dalam urutan yang berlawanan, maka kedua predikat itu merupakan konversi antara satu dengan yang lainnya. Contoh: orang tua dan anak adalah konversi karena X adalah orang tua dari Y (urutan yang satu) memerikan situasi atau hubungan yang sama seperti Y adalah anak X (urutan yang berlawanan). c. Gradabel (Gradable antonyms), adalah dua predikat merupakan antonim bertingkat jika keduanya berada pada ujung yang berlawanan dari suatu skala nilai yang berkesinambungan, yaitu suatu skala yang bervariasi menurut konteks pemakaian. Contoh: tua dan anak-anak pg. 11 Di antara tua dan anak-anak terdapat suatu skala nilai yang berkesinambungan, yang dapat diberikan nama-nama seperti remaja dan dewas. Apa yang disebut tua dalam suatu konteks, misalnya: umur orang (jompo)dalam konteks lain adalah matang ( buah-buahan) sudah dapat dipetik. Contoh lain: tinggi dan rendah; panjang dan pendek; serta pintar dan bodoh.Untuk mengkaji antonim-antonim bertingkat ini, kita dapat mengkombinasikannya dengan kata sangat , sangat banyak , bagaimana , atau berapa banyak. d. Kontradiksi, adalah suatu proposisi merupakan suatu kontaradiktori dari preposisi lain jika tidak mungkin bagi keduanya benar pada saat yang sama dan pada peristiwa ya ng sama pula. Definisi ini dapat diperluas ke kalimat. Jadi, suatu kalimat yang mengungkapkan satu proposisi adalah kontradiktori dari suatu kalimat yang mengungkapkan proposisi yang lain jika tidak mungkin bagi kedua proposisi itu benar pada saat yang sama dan pada peristiwa yang sama pula. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa suatu kalimat berlawanan dengan kalimat lain jika kalimat itu menghasilkan negasi kalimat yang lainnya. Contoh: Pak Arya pengusaha kaya kontradiksi dengan Pak Udin petani miskin. Selanjutnya, Verhaar (dalam Chaer, 1997: 26) membedakan antonim berdasarkan sistemnya, yaitu: a. Antonim antarkalimat, contoh: Dia cantik dan Dia tidak cantik. b. Antonim antarfrase, contoh: secara teratur dan secara tidak teratur. c. Antonim antarkata, contoh: kuat dan lemah; kencang dan lambat. b. d.Antonim antarmorfem, contoh: thankful dan thankless (Inggris), yang berantonim adalah morfem ful dan les.
  • 12. Menurut Chaer (1997: 27) antonim sering juga disebut dengan istilah oposisi makna, seperti pada uraian berikut ini: 1. Oposisi mutlak. Kata-kata yang memiliki pertentangan makna secra mutlak termasuk dalam jenis ini. Misalnya: hidup dengan mati. Orang yang hidup sudah pasti tidak mati, sedangkan orang yang mati pasti tidak hidup. Contoh lain diam dan gerak. Sesuatu yang diam pasti tidak bergerak, begitu pula sebaliknya sesuatu yang bergerak pasti tidak diam. 2. Oposisi kutub. Ada kata-kata yang pertentangannya tidak mutla, tetapi berjenjang/bertingkat. Contoh: kata kaya dengan miskin. Kaya dengan miskin tidak memiliki pertentangan yang mutlak. Orang yang kaya kadangkala masih merasa miskin, sebaliknya orang yang miskin mungkin ada yang merasa tidak miskin. Kata-kata yang beroposisi kutub umumnya berkelas kata adjektif. Contoh: cantik dengan jelek, periangdengan pendiam, pintar dengan bodoh, dan sebagainya. 3. Oposisi hubungan. Oposisi hubungan ditujukan untuk kata-kata yang saling berhubungan. Kehadiran suatu kata mengakibatkan kehadiran kata yang lain. Contoh, kata penjual ada karena adanya kata pembeli. Kata guru bersamaan hadir dengan kata murid, jika tidak ada kata guru maka tidak akan muncul kata murid. Kata-kata tersebut timbul secara serempak dan saling melengkapi. Kata-kata yang beroposisi hubungan ini dapat berupa kata kerja dan kata benda. Contoh kata-kata yang berupa kata kerja antara lain adalah: pulang-pergi, maju-mundur, belajar-mengajar, pg. 12 dan sebagainya. Sedangkan contoh kata yang beroposisi hubungan berupa kata benda antara lain adalah: guru-murid, buruh-majikan, dan pimpinan-bawahan. 4. Oposisi Hierarkial. Kata-kata yang beroposisi hierarkial adalah kata-kata yang berupa nama satuan ukuran (berat, panjang, dan isi), satuan hitungan, penanggalan, dan jenjang kepangkatan. Kata centimeter dan kilometer merupakan contoh kata yang beroposisi secara hierarkial karena keduanya berada dalam deretan ukuran panajang. Begitu pula kata sersan dengan jenderal, karena berada dalam jenjang kepangkatan. 5. Oposisi majemuk.
  • 13. Adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata saja, melainkan dengan dua buah kata atau lebih. Contoh, kata ramah dapat beroposisi dengan judes, galak, bengis, dan kejam. Atau dapat dibuat seperti gambar dibawah ini : pg. 13 duduk tidur berdiri jongkok bersila tiarap 6. Oposisi inversi. Oposisi ini terdapat pada pasangan kata seperti beberapa – semua, mungkin – wajib. Pengujian utama dalam menetapkan oposisi ini adalah apakah kata itu mengikuti kaidah sinonimi yang mencakup (a) penggantian suatu istilah dengan yang lain dan (b) mengubah posisi suatu penyangkalan dalam kaitan dengan istilah berlawanan. Contoh: beberapa negara tidak mempunyai pantai = tidak semua negara mempunyai pantai Sedangkan Fromkin dan Rodman (dalam Tarigan, 1986:41) mengemukakan bahwa antonim-antonim yang beraneka ragam itu dapat diklasifikasikan atas beberapa pasangan, yakni : 7. Antonim Komplementer Antonim Komplementer, yaitu pasangan yang saling melengkapi. Yang satu tidaklah lengkap atau tidak sempurna bila tidak dibarengi oleh yang satu lagi.Sebagai contoh, kata suami berantonim dengan kata istri. 8. Antonim Gradabe Suatu antonim disebut pasangan gradabel apabila penegatifan suatu kata tidaklah bersinonim dengan kata yang lain. Ciri lain sejumlah pasangan gradabel ialah bahwa yang berciri atau bertanda dan yang satu lagi tidak berciri atau tidak bertanda. Anggota pasangan yang tidak berciri atau tidak bertanda itu biasanya dipakai dalam pertanyaan-pertanyaan yang ada kaitannya dengan kadar atau tingkat.Sebagai contoh dalam suasana pasar, rajin x malas, berat x ringan. 9. Antonim Relasional Antonim relasional adalah antonim yang memperlihatkan kesimetrisan dalam makna anggota pasangannya, karena anggota pasangan antonim itu terdapat hubungan yang erat.
  • 14. Sebagai contoh, kata guru dan murid. Kalau si A adalah atasan si B, maka si B adalah bawahan si A. 10. Antonim Resiprokal pg. 14 Antonim resiprokal adalah antonim yang mengandung pasangan yang berlawanan atau bertentangan dalam makna tetapi juga secara fungsional berhubungan erat, hubungan itu justru hubungan timbal balik. Sebagai contoh, pasangan kata, membeli >< menjual . c. Polisemi Polisemi adalah relasi makna suatu kata yang memiliki makna lebih dari satu atau kata yang memiliki makna yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu aluran arti. Dalam kasus polisemi ini, biasanya makna pertama ( yang didaftarkan kamus) adalah makna leksika l, makna denotatif dan makna konseptualnya. Yang lainnya adalah makna yang dikembangkan berdasarkan salah satu komponen makna yang dimiliki kata atau satuan ujaran itu. Oleh karena itu, makna pada polisemi masih berkaitan satu sama lain. Contoh: Ranbut di kepala nenek sudah putih.( Kepala yang berarti bagian tubuh yang bagian atas) Pak Harjo adalah seorang kepala sekolah.( Kepala yang menyatakan pimpinan) d. Homonimi Homonim adalah dua kata kebetulan bentuk, ucapan, tulisannya sama tetapi beda makna.Contoh : Bisa : 1. Bisa yang berarti racun, 2. Bisa yang berarti dapat atau mampu. Pada kasus homonimi ada dua istilah lain yang biasa dibicarakan, yaitu homofon dan homograf.Homofon adalah dua kata yang mempunyai kesamaan bunyi tanpa memperhatikan ejaanya, dengan makna yang berbeda.Contoh : 1.Bang : sebutan saudara laki-laki, 2. Bank : tempat penyimpanan dan pengkreditan uang Homograf adalah dua kata yang memiliki ejaan sama, tetapi ucapan dan maknanya beda.Contoh : 1. Apel : buah, 2. Apél : rapat, pertemuan. Masalah lain dari homonimi yang cukup ruwet adalah perbedaannya dengan polisemi. Ada cara untuk menentukan homonimi dengan polisemi. Patokan pertama adalah dua buah bentuk ujaran atau lebih yang kebetulan sama, dan maknanya tentu berbeda, sedangkan polisemi sebuah ujaran yag memiliki makna lebih dari satu. Makna dalam polisemi meski berbeda tetapi
  • 15. masih dapat dilacak secara etimologi dan semantik bahwa makna itu masih mempunyai hubungan. e. Hiponimi pg. 15 Hiponim adalah sebuah bentuk ujaran yang mencakup dalam makna bentuk ujaran lain.Relasi makna bersifat searah. Contoh: antara kata jeruk dengan kata buah. Disini makna kata jeruk tercakup dalam kata buah, tetapi buah bukan hanya jeruk tapi bisa juga apel, mangga, pepaya dan jambu. Hipernim adalah bagian dari hiponim. Dengan kata lain jika jeruk berhiponim dengan buah, maka buah berhipernim dengan jeruk. Ada juga yang menyebut hiponom dengan superordinat. Sedangkan hubungan antar jeruk, apel, mangga, dan jenis buah lainnya adalah kohiponim. f. Ambiguiti atau Ketaksaan Ambiguitas adalah gejala yang terjadi akibat kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Tergantung jeda dalam kalimat. Umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena bahasa tulis unsur suprasegmentalnya tidak dapat digambarkan seca ra akurat. Contoh: Buku sejarah baru. Dapat diartikan (1) buku sejarah yang baru. Dapat juga bermakna (2) buku tentang sejarah baru. Ketaksaan dapat juga terjadi bukan karena tafsiran gramatikal yang berbeda tetapi karena masalah homonimi, sedangkan konteksnya tidak jelas. Contoh: Kami bertemu paus. Dapat ditafsirkan, (1) ikan paus, dan (2) pemimpin agama katolik di Roma. Ada juga ketaksaan yang terjadi dalam bahasa lisan, meskipun intonasinya tepat. Ketaksaan dalam bahasa lisan biasanya adalah karena ketidakcermatan dalam menyusun kontruksi beranaforis. Contoh: Ujang dan Doni bersahabat karib. Dia sangat mencintai istrinya. Dapat ditafsirkan (1) ujang mencintai istri ujang, (2) Ujang mencintai istri Doni, (3) Doni mencintai istrinya, dan (4) Doni mencintai istri Ujang. Ketaksaan ini terjadi karenakata ganti dia dan nya tidak jelas mengacu pada siapa. g. Redundansi Redundansi adalah berlebih- lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Contoh : Hamid menggenakan topi berwarna ungu, tidak akan berbeda maknanya dengan Hamid bertopi ungu.
  • 16. pg. 16 Memang dalam ragam bahasa baku kita dituntut untuk menggunakan kata-kata secara efisien, sehingga kata berlebihan, sepanjang tidak mengurangi atau mengganggu makna ( lebih tepat informasi), harus dibuang, tetapi dalam analisis semantik, setiap penggunaan unsur segmental dianggap membawa makna masing-masing. D. Perubahan Makna Dalam perubahan makna selalu ada hubungan (asosiasi) antara makna lama dan makna baru, tidak peduli apapun yang menyebabkan perubahan itu terjadi. Dalam beberapa hal, asosiasi bisa begitu kuat untuk mengubah makna dengan sendirinya, sebagian lagi asosiasi itu hanyalah suatu wahana untuk suatu perubahan yang ditentukan oleh sebab-sebab lain tetapi bagaimanapun suatu jenis asosiasi akan selalu mengalami proses. Dalam pengertian ini asosiasi dapat dianggap sebagai suatu syarat mutlak bagi perubahan makna ( Stephen, 2007 : 263-264 ). Dalam sejarah ilmu semantik, teori asosiasi muncul dalam dua bentuk. Beberapa dari ahli semantik awal mengakui suatu asosiasinisme yang sederhana, mereka mencoba menjelaskan perubahan makna sebagai hasil asosiasi antara kata-kata yang diisolasikan (berdiri sendiri). Pada beberapa dekade terakhir suatu pandangan yang lebih maju berdasarkan prinsip-prinsip struktural telah meluas, perhatian telah berubah dari kata-kata tunggal menjadi satuan-satuan yang lebih luas yaitu yang disebut “medan asosiatif” yang mencakupi kata-kata tersebut. a. Sebab-sebab Perubahan Makna Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna suatu kata. Diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Perkembangan dalam ilmu dan teknologi Dalam hal ini sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Sebagai contoh perubahan makna kata sastra dari makna tulisan sampai pada makna karya imaginatif adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Pandangan-pandangan baru atau teori baru mengenai sastra menyebabkan makna kata sastra yang tadinya “bermakna buku yang baik isinya dan baik bahasanya” menjadi berarti “karya yang bersifat imaginatif kreatif”. 2. Perkembangan sosial dan budaya
  • 17. pg. 17 Dalam perkembangan sosial dan budaya kemasyarakatan turut memengaruhi perubahan makna. Sebagai contoh kata saudara dalam bahasa sansekerta bermakna seperut atau satu kandungan. Sekarang kata saudara walaupun masih juga digunakan dalam artian tersebut tapi juga digunakan untuk menyebut siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. Hal ini terjadi pula pada hampir semua kata atau istilah perkerabatan seperti bapak, ibu, kakak, adik . Penyebab perubahan makna ini dimungkinkan disebabkan karena dahulu pada zaman sebelum merdeka (dan juga beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa orang yang lebih tinggi status sosialnya digunakan kata tuan atau nyonya. Kemudian setelah kemerdekaan dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan atau nyonya berbau kolonial sehingga kia menggantinya dengan sebutan bapak atau ibu. 3. Perbedaan bidang pemakaian Kata-kata yang menjadi kosa kata dalam bidang-bidang tertentu itu dalam kehidupan dan pemakaian sehari-hari dapat juga dipakai dalam bidang lain atau menjadi kosa kata umum. Sehingga kata-kata tersebut memiliki makna yang baru, atau makna lain disamping makna aslinya. Misalnya kata menggarap yang berasal dari bidang pertanian dengan segala macam derivasinya seperti tampak pada frase menggarap sawah, tanah garapan dan sebagainya, kini banyak digunakan dalam bidang-bidang lain dengan makna barunya yang berarti mengerjakan seperti tampak pada frasa menggarap skripsi, menggarap naskah drama dan lain- lain. Dari contoh yang diuraikan maka kata-kata tersebut bisa jadi mempunyai arti yang tidak sama dengan arti dalam bidang asalnya, hanya perlu diingat bahwa makna baru kata-kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli. Kata-kata tersebut diunakan dalam bidang lain secara metaforis atau secara perbandingan. Kesimpulannya makna kata yang digunakan bukan dalam bidangnya itu dan makna kata yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam poliseminya karena makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persamaan antara makna yang satu dengan makna yang lainnya. 4. Adanya Asosiasi Kata-kata yang digunakan diluar bidangnya seperti dibicarakan pada bagian sebelumnya masih ada hubungan atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada idang asalnya. Agak berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat
  • 18. penggunaan dalam bidang yang lain, disini makna baru yang muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Dalam contoh kata amplop dengan kata uang terjadi asosiasi yaitu berkenaan dengan wadah. Kata amplop berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat, makna asalnya adalah sampul surat. Ke dalam amplop itu selain biasa dimasukkan surat, biasa pula dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena itu dalam kalimat “ Berikan dia amplop biar urusanmu cepat selesai”. Dalam kalimat itu kata amplop bermakna uang sebab amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa melainkan berisi uang sebagai sogokan. 5. Pertukaran Tanggapan Indra pg. 18 Dalam penggunaan bahasa banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan antara indera yang satu dengan indera yang lain. Rasa pedas, misalnya yang seharusnya ditanggap dengan alat indera perasa pada lidah tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas. Contoh lain pada kata kasar yang seharusnya ditanggap oleh alat indera peraba yaitu kulit namun bisa juga ditanggap oleh alat indera penglihatan mata seperti pada kalimat Tingkah lakunya kasar. Pertukaran alat indera penanggap ini biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani sun artinya sama dan aisthetikas artinya tampak. Dalam pemakaian bahasa Indonesia secara umum banyak sekali terjadi gejala sinestesia ini. Contoh yang lain terjadi pada beberapa frase yaitu suaranya sedap didengar, warnanya enak dipandang, suaranya berat sekali, bentuknya manis, kedengarannya memang nikmat dan masih banyak contoh-contoh yang lain. 6. Perbedaan Tanggapan Setiap unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat maka banyak kata yang menjadi memiliki nilai rasa yang rendah, kurang menyenangkan. Di samping itu ada juga yang menjadi memiliki nilai rasa yang tinggi atau menyenangkan. Kata-kata yang nilainya merosot menjadi rendah ini disebut dengan istilah peyoratif sedangkan yang nilainya naik menjadi tinggi disebut ameliorative. Contoh kata bini sekarang ini dianggap peyoratif sedangkan kata istri dianggap ameliorative. Begitupun terjadi pada kata laki dan suami, kata bang dan bung. Nilai rasa itu kemungkinan besar hanya bersifat sinkronis. Secara diakronis ada
  • 19. pg. 19 kemungkinan bisa berubah. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratifnya sebuah kata. 7. Adanya Penyingkatan Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Oleh karena itu kemudian banyak orang menggunakan singkatannya saja daripada menggunakan bentukya secara utuh. Sebagai contoh ada yang berkata “ ayahnya meninggal” tentu maksudnya meninggal dunia tapi hanya disebutkan meninggal saja. Hal ini terjadi pula pada kata berpulang yang maksudnya berpulang ke rahmatullah, ke perpus yang maksudnya ke perpustakaan, ke lab yang maksudnya ke laboratarium dan sebagainya. Kalau disimak sebenarnya dalam kasus penyingkatan kata ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi sebab makna atau konsep itu tetap. Yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. Kata yang semula berbentuk utuh disingkat menjadi bentuk yang lebih pendek. 8. Proses Gramatikal Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi dan komposisi akan menyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal dan proses tersebut telah melahirkan makna-makna gramatikal. 9. Pengembangan Istilah Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosa ata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan member makna baru baik dengan menyempitkan, meluaskan maupun memberi makna baru. Seperti pada kata papan yang semula bermakna lempengan kayu tipis kini diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan, kata teras yang semula bermakna inti atau saripati kayu sekarang memiliki makna yang baru yaitu utama atau pimpinan. b. Jenis Perubahan Makna Dalam bagian ini akan diuraikan beberapa jenis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Indonesia. Berikut pemaparannya :
  • 20. 1. Perubahan Meluas pg. 20 Yang dimaksud perubahan yang meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna tetapi kemudian karena berbagai factor menjadi memiliki makna-makna yang lain. Proses perluasan makna ini dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative singkat tetapi dapat juga dalam kurun waktu yang lama. Dan makna-makna lain yang terjadi sebagai hasil perluasan makna itu masih berada dalam lingkup poliseminya artinya masih ada hubungannya dengan makna asalnya. Seperti pada kata saudara yang dahulu hanya mempunyai satu makna yaitu seperut atau sekandungan sekarang berkembang menjadi bermakna lebih dari satu. Dan mempunyai makna lain yaitu siapa saja yang sepertalian darah. Lebih jauh lagi sekarang kata saudara bermakna siapapun orang tersebut dapat disebut saudara. 2. Perubahan Menyempit Perubahan menyempit merupakan suatu gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas namun kemudian berubah menjadi terbatas hanya memiliki sebuah makna saja. Kata sarjana yang pada mulanya berarti orang pandai atau cendekiawan dan sekarang kata itu hanya memiliki sebuah makna saja yaitu orang yang lulus dari perguruan tinggi. Sehingga sepandai apapun seseorang sebagai hasil dari belajar sendiri, kalau bukan tamatan perguruan tinggi maka tidak bisa disebut sebagai sarjana. Sebaliknya serendah berapapun indeks prestasi seseorang kalau dia sudah lulus dari perguruan tinggi dia akan disebut sebagai sarjana. 3. Perubahan Total Yang dimaksud perubahan total yaitu suatu makna sebuah kata yang berubah total atau berubah sama sekali dari makna asalnya. Memang ada kemungkinan makna yang dimiliki sekarang masih ada sangkut pautnya dengan makna asal tapi keterkaitannya ini tampaknya sudah jauh sekali. Sebagai contoh kata seni yang mulanya bermakna air seni atau kencing sekarang digunakan sebagai istilah untuk sebuah karya atau ciptaan yang bernilai halus seperti seni lukis, seni tari, seni suara. 4. Penghalusan (ufemia) Penghalusan dalam perubahan makna ini maksudnya adalah suatu gejala ditampilkannya kata-kata atau bentuk-bentuk yang dianggap memiliki makna yang lebih halus atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Kecenderungan untuk menghaluskan makna kata
  • 21. tampaknya merupakan gejala umum dalam masyarakat bahasa Indonesia. Misalnya kata penjara diganti dengan istilah lembaga pemasyarakatan, pemecatan diganti dengan istilah pemutusan hubungan kerja, babu diganti dengan istilah pembantu rumah tangga. 5. Pengasaran (disfemia) pg. 21 Pengasaran yang dimaksud adalah suatu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa menjadi kata yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi yang tidak ramah atau dalam keadaan jengkel. Seperti pada kata menjebloskan untuk menggantikan kata memasukkan, kata mendepak untuk menggantikan kata mengeluarkan dan sebagainya. c. Faktor yang Memudahkan Terjadinya Perubahan Makna Dalam hubungannya dengan perubahan makna Ullmann (1972 :198-210) lewat Mansoer Pateda menyebutkan beberapa factor yang memudahkan terjadinya perubahan makna, berikut uraiannya : 1. Faktor Kebahasaan Perubahan makna karena factor kebahasaan berhubungan dengan fonologi, morfologi dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang pada mulanya bermakna budak tetapi karena kata ini berubah menjadi kata saya maka makna kata saya dihubungkan dengan orang pertama dan orang tidak menghubungkan dengan kata budak sehingga maknanya pun menjadi berubah. 2. Faktor kesejarahan Faktor ini dapat dirinci menjadi factor objek, faktor institusi, faktor ide, dan faktor konsep ilmiah. Sebagai contoh factor objek, kata wanita yang sebenarnya berasal dari kata betina. Kata betina selalu dihubungkan dengan hewan. Kata betina dalam perkembangannya menjadi batina lalu fonem /b/ merubah menjadi /w/ sehingga menjadi wanita. Dan kata wanita ini berpadanan dengan kata perempuan dan sekarang orang tidak lagi menghubungkan kata wanita dengan kata hewan. 3. Faktor Sosial Perubahan makna yang disebabkan karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan Makna kata dalam masyarakat. Misalnya kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang yang berkumpul atau kerumunan orang tapi kemudian kata ini
  • 22. tidak disukai lagi sebab selalu dihubungkan dengan pemberontak atau pengacau. Sebelum tahun 1945 orang dapat saja berkata “ Gerombolan laki- laki menuju pasar”, tetapi setelah tahun 1945 apalagi dengan munculnya pemberontak maka kata gerombolan enggan digunakan bahkan ditakuti. 4. Faktor Psikologi pg. 22 Faktor psikologi ini dapat dirinci lagi menjadi factor emosi dan kata-kata tabu. Sebagai contoh dari factor tabu misalnya penggunaan kata bangsat. Dahulu makna kata bangsat dihubungkan dengan binatang yang biasa menggigit jika kita duduk d i kursi rotan karena binatang itu hidup di sela-sela anyaman rotan. Sekatang kalau orang marah lalu mengatakan, “ Hei bangsat, kenapa hanya duduk?” maka kata bangsat disini tidak lagi diartikan sebagai binatang kecil tapi manusia yang malas yang kelakuannya menyakitkan hati, sehingga ada perubahan makna pada kata tersebut. 5. Pengaruh Bahasa Asing Perubahan bahasa yang satu dengan yang lain tidak dapat dihindarkan. Hal itu disebabkan oleh interaksi antara sesame bangsa. Itu sebabnya pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia juga tidak dapat dihindarkan. Pengaruh itu misalnya berasal dari bahasa Inggris yaitu pada kata keran yang berasal dari bahasa Inggris crank yang kemudian dalam bahasa Indonesia bermakna keran yang artinya pancuran air ledeng yang dapat dibuka dan ditutup. Tetapi kalimat “ Engkau masuk departemen dan dapat membuka keran untuk kemajuan daerah kita”. Makna keran tidak lagi katup penutup tapi lebih banyak dikaitkan dengan anggaran. 6. Karena Kebutuhan Kata yang Baru Telah diketahui bahwa manusia berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan tersebut perlu nama atau kata barukarena bahasa adalah alat komunikasi. Kadang-kadang konsep baru itu belum ada lambangnya. Dengan kata lain manusia berhadapan dengan ketiadaan kata atau istilah baru yang mendukung pemikirannya. Kebutuhan tersebut bukan saja kata atau istilah tersebut belum ada tapi juga orang merasa bahwa perlu menciptakan kata atau istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuan manusia. Misalnya karena bangsa Indonesia merasa kurang enak menggunakan kata saudara maka muncullah kata Anda. Kata saudara pada mulanya dihubungkan dengan orang yang sedarah dengan kita tapi kini kata saudara digunakan untuk menyebut siapa saja.
  • 23. pg. 23 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu bidang linguistik yang mempelajari tentang makna. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1. maksud pembicara; 2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan 4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132). Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna (makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna re ferensial dan nonreferensial, makna konotatif dan denotatif, makna istilah dan makna makna kata, makna konseptual dan asosiatif, makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif, makna generik, makna spesifik, dan makna tematikal), relasi makna (sinonim, antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, redundansi), perubahan makna, medan makna dan komponen makna. 3.2 Saran Saran ini ditujukan untuk masyarakat Indonesia pada umumnya dan mahasiswa pada jurusan kebahasaan terutama bahasa Indonesia, hendaklah di zaman yang serba berubah ini kita lebih tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi khususnya dalam bidang bahasa Indonesia. Kita harus melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Perubahan yang terjadi perlu kita cermati dengan baik agar keaslian bahasa Indonesia tetap terjaga.
  • 24. pg. 24 Daftar Pustaka  Stokhof, W. A. L. 1980. “Tata Bunyi Bahasa Indonesia”. Dewan Bahasa. Jilid 24, Bilangan 1: 38-54  Weinrich, Uriel. 1968. Langue in contaxt. The Hangue: Mouton  Voorhove, P. 1995. Critical Survey of Studies on The Langueage of Sumatra. ‘s- Gravenhaag : Martinus Nijhoff  1980. teori Linguistik dan Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius  Uhlenbeck, E.M. 1964. Critical Survey of Studies on The Langueage of Sumatra. ‘s- Gravenhaag : Martinus Nijhoff  arsono. 1986. Fonemik. Yogyakarta : Gajah Mada University Press  blogshinyocom.blogspot.com/2009/.../makalah-semantik-2-makna.ht...  susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/semantik/  ahmadzulbahasa.blogspot.com/2010/09/tugas-makalah-semantik.htm  Pateda, Mansoer. 1996. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta.  Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.