KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
Perang mu'tah
1.
2. Penyebab perang Mu’tah ini bermula ketika
Rasulullah SAW mengirim utusan bernama al-Harits
bin Umair al-‘Azdi yang akan dikirim ke penguasa
Bashra.
Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap Syurahbil
bin ‘Amr al-Ghassani dari bani Gasshaniyah (daerah
jajahan romawi) dan dibawa ke hadapan kaisar
Romawi Heraclius. Setelah itu kepalanya dipenggal.
Pelecehan dan pembunuhan utusan negara termasuk
menyalahi aturan politik dunia. Membunuh utusan
sama saja ajakan untuk berperang. Hal inilah yang
membuat Rasulullah marah.
3. Diutuslah pasukan muslimin untuk berangkat ke
daerah Syam. Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi
wasallam sadar melawan penguasa Bushra berarti
juga melawan pasukan Romawi yang notabene
adalah pasukan terbesar dan terkuat di muka
bumi ketika itu.
Namun ini harus dilakukan karena bisa saja
suatu saat pasukan lawan akan menyerang
Madinah. Kelak pertempuran ini adalah awal dari
pertempuran Arab – Bizantium.
4. Rasulullah mengumpulkan pasukan perang
sebanyak 3.000 orang di Jaraf (5 Km dari Madinah)
Rasulullah mengangkat komandan pasukan :
“Jika Zaid bin Haritsah gugur, Ja’far bin Abi Thalib
(sebagai penggantinya) yang memegang komando
perang; jika Ja’far gugur, Abdullah bin Rawahah
yang memegang komando perang.”
Menurut riwayat lain, ditambahkan :
“Jika Ibnu Rawahah gugur, hendaklah kaum
muslimin memilih seseorang dari mereka, lalu
hendaklah mereka menetapkannya sebagai
pemimpin atas mereka sendiri.”
Rasulullah mengantarkan pasukan kaum muslimin
hingga Tsaniyyatul Wada
5. Berita tentang keluarnya kaum muslimin dari
Madinah menuju Mu’tah didengar oleh Syurahbil dan
ia dengan cepat berangkat ke Romawi meminta
bantuan angkatan perangnya.
Kerajaan Romawi mengirimkan 100 ribu orang
ditambah pasukan dari kabilah-kabilah Arab (Lakham,
Juzam, Al Qain, Bahra dan Balyu) yang berdekatan
dengan Syam sebanyak 100 ribu orang, sehingga
kekuatan pasukan musuh berjumlah 200 ribu pasukan.
Mengirim 50 pasukan ke Wadil Qura yang dipimpin
oleh sadus untuk memata-matai pasukan kaum
muslimin, tetapi dapat dibinasakan oleh kaum
muslimin.
8. Dalam perjalanannya ke Mu’tah kaum muslimin berhenti untuk
musyawarah disuatu tempat yang bernama Ma’an
Diantara yang dimusyawarahkan adalah:
Kekuatan musuh yang baru diketahui 200.000 pasukan
Ada wacana menyampaikan informasi terlebih dahulu kepada
Rasulullah, apa sikap beliau, apakah akan mengirim bantuan
atau menyuruh kembali saja, atau memerintahkan untuk
maju melawan musuh yang besar.
Abdullah bin Rawahah memotivasi pasukan Muslim:
“Wahai kaum Muslimin! Demi Allah! Sesungguhnya yang
kalian takutkan itulah yang kalian semua telah keluar untuk
mencarinya, yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh bukan
karena adanya alat yang lengkap, bukan dengan kekuatan
yang besar, melainkan dengan agama ini, yang Allah telah
memuliakan kita dengannya. Karena itu, marilah berangkat,
maju terus untuk merebut salah satu dari kebaikan; Menang
atau Mati Syahid.”
9. Pasukan Romawi lebih dahulu menyerang kaum
muslimin.
Komandan pasukan, Zaid bin Haritsah bertempur
heroik. Zaid gugur setelah ditebas pedang lawan.
Komando diambil alih oleh Ja’far bin Abi Thalib,
setelah membunuh beberapa pasukan musuh,
Ja’far terbunuh yang didahului tangan kanan dan
kirinya ditebas oleh musuh dan dibelah badannya
menjadi dua.
Ja’far tewas 90 luka di bagian tubuh depan beliau
akibat tusukan pedang dan anak panah.
10. Komando diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah,
kehebatannya membuat musuh kemudian
mengepung dan membunuhnya hingga gugur sebagai
syuhada.
Dalam kondisi yang amat mengharukan, bendera
Islam yang baru saja terlepas dari genggaman
Abdullah bin Rawahah cepat diambil oleh Tsabit bin
Arqam. Ia mencari kesempatan mengumpulkan para
kaum muslimin untuk menetapkan dan mengangkat
komandan pasukan, hingga akhirnya terpilihlah
Khalid bin Walid.
Rasulullah yang berada di Madinah juga mengetahui
kabar di medan perang melalui wahyu
11. Khalid bin Walid sangat sadar, tidaklah mungkin
menandingi pasukan sebesar pasukan Romawi
tanpa siasat yang jitu. Ia lalu mengatur strategi,
ditebarkan rasa takut ke diri musuh dengan
mengubah formasi pasukan setiap hari.
Pasukan di barisan depan ditukar di belakang,
dan yg di belakang berada di depan. Pasukan
sayap kanan berganti posisi ke kiri begitupun
sebaliknya. Tujuannya adalah agar pasukan
romawi mengira pasukan muslimin mendapat
bantuan tambahan pasukan baru.
12. Khalid bin Walid memerintahkan beberapa kelompok
prajurit kaum muslimin pada pagi harinya agar berjalan
dari arah kejauhan menuju medan perang dengan menarik
pelepah-pelepah pohon sehingga dari kejauhan terlihat
seperti pasukan bantuan yang datang dengan membuat
debu-debu berterbangan.
Pasukan musuh yang menyaksikan peristiwa tersebut
mengira bahwa pasukan muslim benar-benar
mendapatkan bala bantuan. Mereka berpikir, bahwa
kemarin dengan 3000 orang pasukan saja merasa
kewalahan, apalagi jika datang pasukan bantuan. Karena
itu, pasukan musuh merasa takut dan akhirnya
mengundurkan diri dari medan pertempuran.
Pasukan Islam lalu kembali ke Madinah, mereka tidak
mengejar pasukan Romawi yang lari, karena dengan
mundurnya pasukan Romawi berarti Islam sudah menang.
13. Menurut Imam Ibnu Ishaq – imam dalam ilmu sejarah
Islam –, syuhada perang Mu'tah hanya berjumlah 8 sahabat
saja. Secara terperinci, yaitu (1) Ja'far bin Abi Thalib, (2)
Zaid bin Haritsah Al-Kalbi, (3) Mas'ud bin Al-Aswad bin
Haritsah, (4) Wahb bin Sa'd bin Abi Sarh. Sementara dari
kalangan kaum Anshar, (5) Abdullah bin Rawahah, (6)
Abbad bin Qais Al-Khazarjayyan, (7) Al-Harits bin an-
Nu'man, dan (8) Suraqah bin Amr.
Imam Ibnu Hisyam dengan berlandaskan keterangan Az-
Zuhri, menambahkan empat nama yaitu, (9) Abu Kulaib
dan (10) Jabir. Ditambah Amr bin Amir dan Abbad bin Sa'd
bin Amir. Mereka juga berasal dari kaum Anshar. Dengan
ini, jumlah syuhada menjadi 12 jiwa
Dari pasukan Romawi korban tewas mencapai 20.ooo jiwa
14. Secara umum ulama terbagi dua pendapat mengenai
hasil dari perang Mu’tah ini. Namun keduanya bisa
dianggap kemenangan ada di pihak kaum muslimin.
Pendapat pertama menyebutkan bahwa pertempuran
ini berakhir “imbang”. Hal karena kedua belah
pasukan sama-sama menarik mundur pasukannya.
Namun Pasukan muslimin memiliki keunggulan
karena : 1) Pasukan Romawi yang lebih dulu mundur,
2) Jumlah pasukan muslim sangat kecil dibanding
musuh namun tidak gentar menghadapinya, 3)
Jumlah korban dari pasukan romawi jauh lebih
banyak (dalam riwayat ada 20.000 yg tewas
berbanding 12 yg syahid dari pasukan muslim).
Ini pendapat dari Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam.
15. Pendapat kedua dari Imam Ibnu Katsir menyebutkan
bahwa dalam pertempuran ini kemenangan mutlak
berada di tangan pasukan Muslimin. Imam Ibnu
katsir berkata, “Ini kejadian yang menakjubkan
sekali. Dua pasukan bertarung, saling bermusuhan
dalam agama. Pihak pertama pasukan yang berjuang
di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan kekuatan
3000 orang. Dan pihak lainnya, pasukan kafir yang
berjumlah 200 ribu pasukan. 100 ribu orang dari
Romawi dan 100 ribu orang dari Nashara Arab. Mereka
saling bertarung dan menyerang. Meski demikian
sengitnya, hanya 12 orang yang terbunuh dari pasukan
kaum muslimin, padahal, jumlah korban tewas dari
kaum musyirikin sangat banyak.”
16. Perang ini membuktikan Rasulullah ingin menunjukkan izzah
agama Islam.
Allah SWT pasti akan menurunkan pertolongan kepada hamba-
hambanya yang mau berkorban jiwa dan harta demi membela
agama. (QS. Al Anfal : 45)
Di dalam peperangan bukan hanya jumlah yang dapat
menentukan kemenangan sebuah pertempuran, tetapi juga
sangat dibutuhkan suatu strategi yang cerdas dan pemimpin
yang berani, dengan strategi yang jitu dan brilian itulah pasukan
Islam dapat memenangkan suatu pertempuran.
Strategi yang dijalankan umat islam, atas izin Allah telah
membuat ketakutan di hati para musuh sehingga mereka gentar
hingga lari meninggalkan medan perang.
Keistimewaan Khalid bin Walid. Ulama mengatakan bahwa
Khalid adalah panglima perang terhebat setelah Rasulullah.
Diriwayatkan dalam hidupnya ia melalui 100 lebih peperangan
tanpa pernah kalah. Pada saat itu Khalid juga baru masuk islam