SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
              Nomor : 40 TAHUN 2000
Tentang : Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis
        Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

              MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,



Menimbang :

a.   bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 ayat (7) Peraturan pemerintah
     Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
     Hidup dan Pasal 2 Ayat (3) angka 18 serta Pasal 3 ayat (5) angka 16
     Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
     Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, perlu
     menetapkan Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak
     Lingkungan Hidup Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota;

b.   Bahwa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-
     13/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan danTata
     Kerja Kpmisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sudah tidak
     sesuai lagi dengan perkembangan keadaan;

c.   Nahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir
     1 dan 2 diatas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara
     Lingkungan Hidup tentang Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis
     Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;



Mengingat :

1.   Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
     Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
     Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
     3699);

2.   Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
     (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60;
     Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

3.   Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
     Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
     Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran
     Negara Republik Indonesia Nomor 3848);
4.    Peraturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
      Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
      Tahun 1999 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Republik
      Indonesia Nomor 3838);

5.    Peraturan Pemeritah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
      Pemerintah dan Kewenagan Propinsi Sebagai Daerah Otonom
      (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54;
      Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

6.    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 1999
      tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata
      Kerja Menteri Negara;

7.    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang
      Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

8.    Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000
      tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan
      Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;



                                MEMUTUSKAN :

Menetapkan :       KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
                   TENTANG TATA KERJA KOMISI PENILAI ANALISIS
                   MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP.



                                    BAB I

                     TUGAS, WEWENANG, DAN FUNGSI

                                   Pasal 1

(1) Komisis penilai analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang
    selanjutnya disebut komisi penilai mempunyai tugas menilai kerangka
    acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan
    lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup.

(2) Komisi Penilai dibentuk :

     a. Di tingkat Pusat oleh Menteri;

     b. Di tingkat Propinsi oleh Gubernur;
c. Di tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai sebagaimana dimaksud
    pada ayat (1) dibamtu oleh :

    a.   Tim teknis komisi penilai yang selanjutnya disebut tim teknis;

    b.   Sekretariat komisi penilai yang selanjutnya disebut sekretariat
         komisi penilai.

(4) Komisi penilai pusat berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak
    lingkungan hidup bagi jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
    memenuhi kriteria :

    a.   Kegiatan-kegiatan yang potensial berdampak negatif pada
         masyarakat luas dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan
         seperti: pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir,
         pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor,
         submarine tailing, teknologi peluncuran satelit, teknologi rekayasa
         genetika, ekspolitasi minyak dan gas, pembangunan kilang minyak,
         penambangan bahan galian radioaktif, pembangunan industri
         pesawat terbang, pembangunan industri senjata, pembangunan
         industri bahan peledak, pembangunan bandar udara internasional,
         pembangunan pelabuhan samudera, pengolahan limbah terpadu
         Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

    b.   Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan meliputi lebih dari satu
         wilayah propinsi;

    c.   Kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan negara lain;

    d.   Di wilayah laut diatas 12 (dua belas) mil; dan

    e.   Di lintas batas negara kesatuan Republik Indonesia dengan negara
         lain.

(5) Komisi Penilai Propinsi berwenang menilai hasil analisis mengenai
    dampak lingkungan hidup bagi:

    a.   Rencana usaha dan/atau kegiatan yang potensial berdampak
         negatif pada masyarakat luas seperti: pembangunan industri
         pulpatau industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp,
         pembangunan industri semen dan quarry-nya, pembangunan
         industri petrokimia, pembangunan hak pengusahaan hutan beserta
         unit pengelolaannya, pembangunan hutan tanaman industri beserta
         unit pengelolaannya, budidaya tanaman pangan dan hortikultura
         tahunan dengan unit pengelolaannya, pembangkit listrik tenaga air,
pembangkit listrik tenaga uap/panas bumi/diesel, pembangunan
         bendungan, pembangunan bandar udara diluar kategori bandar
         udara internasional, pembangunan pelabuhan diluar kategori
         pelabuhan samudera;

    b.   Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan meliputi lebih dari satu
         Kabupaten/Kota; dan

    c.   Di wilayah laut di antara 4(empat) sampai 12 (dua belas) mil.

(6) Komisi penilai Kabupaten/Kota berwenang menilai hasil analisis
    mengenai dampak lingkungan hidup bagi semua rencana usaha
    dan/atau kegiatan diluar kewenangan Pusat dan Propinsi, sebagaimana
    diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang
    Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan Analisis
    mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

(7) Dalam hal Kabupaten/Kota tidak atau belum mampu melaksanakan
    kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka pelaksanaannya
    dapat dilakukan dengan menyerahkan kewenangan tersebut kepada
    Propinsi.

(8) Dalam hal Propinsi tidak mampu melaksanakan kewenangan
    sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan (7), maka komisi penilai
    propinsi dapat meminta bantuan kepada komisi penilai pusat.



                                  Pasal 2

(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pasal 1, komisi
    penilai  mempunyai    fungsi memberikan  masukan   dan  dasar
    pertimbangan dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka
    acuan dan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha
    dan/atau kegiatan kepada:

    a.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan di tingkat Pusat;

    b.   Gubernur di tingkat Propinsi; dan

    c.   Bupati/Walikota di tingkat Kabupaten/Kota.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai wajib memperhatikan
    kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, rencana
    pengembangan wilayah, rencana tata ruang wilayah dan kepentingan
    pertahanan keamanan.
Pasal 3

(1) Keanggotaan Komisi penilai terdiri dari : ketua merangkap anggota,
    seketaris merangkap anggota serta anggota-anggota lainnya.

(2) Ketua Komisi penilai sebagaimana di maksud pada ayat (1):

    a.   Di tingkat Pusat adalah Deputi Kepala Badan Pengendalian Dampak
         Lingkungan yang membidangi analisis mengenai dampak
         lingkungan hidup;

    b.   Di tingkat Propinsi adalah Kepala Badan Pengendalian Dampak
         Lingkungan Daerah;

    c.   Di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Badan Pengendalian
         Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat lain
         yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup ditingkat
         Kabupaten/Kota.

(3) Ketua Komisi penilai bertugas :

    a.   Melakukan koordinasi proses penilaian kerangka acuan, analisis
         dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup,
         dan rencana pemantauan lingkungan hidup;

    b.   Menyampaikan bahan pertimbangan komisi penilai sebagai dasar
         pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan
         kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau
         kegiatan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
         atau Gubernur atau Bupati/Walikota.

(4) Sekretaris komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

    a.   Di tingkat Pusat dijabat oleh Kepala Direktorat yang menangani
         analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan Pengendalian
         Dampak Lingkungan;

    b.   Di tingkat Propinsi dijabat oleh Kepala Bidang yang menangani
         analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan Pengendalian
         Dampak Lingkungan Daerah Propinsi;

    c.   Di Tingkat Kabupaten/Kota dijabat oleh Kepala Bidang yang
         menangani analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan
         Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau
         pejabat lain yang ditugasi menangani analisis mengenai dampak
         lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.
(5) Sekretaris Komisi Penilai Bertugas :

    a.   Membantu tugas ketua;

    b.   Merumuskan hasil penilaian kerangka acuan, analisis dampak
         lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
         rencana pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan komisi
         penilai.

(6) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi             penilai     pusat
    memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa:

    a.   Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari
         instansi pemerintah;

    b.   Kebijakan pembangunan daerah dan pembangunan wilayah, bagi
         anggota yang berasal dari tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota;

    c.   Pertimbangan sesuai kaidah ilmu pengetahuan, bagi para anggota
         yang berasal dari perguruan tinggi;

    d.   Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya, bagi para ahli;

    e.   Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari
         organisasi lingkungan/swadaya masyarakat;

    f.   Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang
         berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari
         usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

(7) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi           penilai     Propinsi
    memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa:

    a.   Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari
         instansi pemerintah;

    b.   Kebijakan pembangunan daerah dan pembangunan wilayah, bagi
         anggota yang berasal dari tingkat Kabupaten/Kota;

    c.   Pertimbangan sesuai kaidah ilmu pengetahuan, bagi para anggota
         yang berasal dari perguruan tinggi;

    d.   Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya, bagi para ahli;

    e.   Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari
         organisasi lingkungan/swadaya masyarakat;
f.   Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang
         berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari
         usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

(8) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi penilai Kabupaten/kota
    memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa:

    a.   Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari
         instansi pemerintah;

    b.   Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya yang didasari atas
         kaidah ilmu pengetahuan, bagi para ahli;

    c.   Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari
         organisasi lingkungan/swadaya masyarakat;

    d.   Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang
         berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari
         usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan;



                              Bagian Kedua

                                Tim Teknis

                                  Pasal 4

(1) Tim Teknis di bentuk :

    a.   Di tingkat pusat oleh Menteri Departemen Teknis atau Pempinan
         Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang berkedudukan di
         masing-masing sektor, Tim ini merupakan bagian dari tim teknis
         sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (1) Peraturan
         Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999;

    b.   Di tingkat Propinsi oleh Kepala Bapedal Daerah Propinsi selaku
         Ketua Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
         Propinsi;

    c.   Di tingkat Kabupaten/Kota oleh Kepala Bapedalda Daerah
         Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditugasi mengendalikan dampak
         lingkungan hidup selaku Ketua Komisi Penilai Analisis Mengenai
         Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
(2) Tim teknis dipimpin oleh seorang ketua yang secara ex-officio dijabat
    oleh sekretaris komisi penilai analisis mengenai dampak lingkungan
    hidup.

                                  Pasal 5

(1) Tim teknis bertugas menilai secara teknis kerangka acuan, analisis
    dampak ligkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
    rencana pemantauan lingkungan hidup atas permintaan komisi penilai.

(2) Penilaian secara teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
    penilaian terhadap:

    a.   Kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di
         bidang analisis mengenai dampak lingkungan hidup;

    b.   Kesesuaian peraturan     perundangan      di   bidang   teknis   sektor
         bersangkutan;

    c.   Kesesuaian lokasi dengan tata ruang;

    d.   Ketepatan penerapan metode penelitian/analisis;

    e.   Kesahihan data yang digunakan;

    f.   Kelayakan Desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan;

    g.   Kelayakan ekologis.



                                  Pasal 6

Dalam menjalankan tugasnya, tim teknis berfungsi memberikan masukan
dan pertimbangan teknis kepada komisi penilai.

                               Bagian Ketiga

                         Sekretariat Komisi Penilai

                                  Pasal 7

(1) Sekretariat Komisi Penilai berkedudukan di :

    a.   Tingkat Pusat di Direktorat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
         Hidup Badan Pegendalian Dampak Lingkungan
b.   Tingkat Propinsi di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
         Daerah Propinsi

    c.   Tingkat Kabupaten/Kota di Badan Pengendalian Dampak
         Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau instansi lain yang
         menangani pengendalian dampak lingkungan di tingkat
         Kabupaten/Kota.

(2) Sekretariat komisi penilai dipimpin oleh seorang kepala yang
    bertanggung jawab kepada ketua komisi penilai.



                                  Pasal 8

Sekretariat komisi penilai bertugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan
dan pebyediaan informasi pendukung dan tugas-tugas lain yang diberikan
oleh komisi.



                                  Pasal 9

Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8,
sekretariat komisi penilai berfungsi mendukung kelancaran tugas dan fungsi
komisi penilai dan tim teknis.



                                   BAB II

                             KERANGKA ACUAN

                              Bagian Pertama

                      Prosedur Penerimaan Dokumen

                                  Pasal 10

(1) Kerangka acuan yang dinilai oleh :

    a.   Komisi penilai Pusat, diajukan oleh pemrakarsa kepada Kepala
         Badan Pengendalian Dampak Lingkungan melalui sekretariat komisi
         penilai pusat;

    b.   Komisi penilai Propinsi, diajukan oleh pemrakarsa kepada Gubernur
         melalui sekretariat komisi penilai Propinsi;
c.   Komisi penilai Kabupaten/Kota, diajukan oleh pemrakarsa kepada
         Bupati/Walikota melalui sekretariat komisi penilai Kabupaten/Kota;

(2) Dokumen kerangka acuan yang diajukan sebagaiman dimaksud pada
    ayat (1) sekurang-kurangnya berjumlah 35 (tiga puluh lima) eksemplar.

(3) Sekretariat komisi penilai memberikan tanda bukti penerimaan
    dokumen sebagaimana di maksud pada ayat (2) kepada pemrakarsa
    denan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen.



                              Bagian Kedua

                         Penilaian oleh Tim Teknis

                                 Pasal 11

(1) Ketua komisi penilai meminta tim teknis menilai kerangka acuan.

(2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat-
    lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian.

(3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin
    oleh ketua tim teknis.

(4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota tim teknis dicatat oleh
    petugas dari sekretariat komisi penilai.

(5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan pada rapat komisi
    penilai.



                              Bagian Ketiga

                       Penilaian oleh Komisi Penilai

                                 Pasal 12

(1) Ketua komisi penilai mengundang para anggota untuk menilai kerangka
    acuan

(2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat-
    lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian.
(3) Penilaian oleh komisi penilai dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin
    oleh ketua tim penilai.

(4) Dalam hal ketua komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat
    dipimpin oleh sekretaris penilai.

(5) Dalam hal ketua dan sekretaris komisi penilai tidak dapat memimpin
    rapat, maka rapat dipimpin oleh anggota lain yang disepakati.

(6) Rapat sebagimana dimaksud pada ayat (3) juga dihadiri oleh
    penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang ditunjuk
    yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan.

(7) Dalam rapat penilaian, semua anggota komisi penilai berhak
    menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3 ayat
    (6), (7) dan (8).

(8) Komisi penilai wajib memperhatikan saran, masukan dan tanggapan dari
    masyarakat dalam proses penentuan ruang lingkup kajian analisis
    dampak lingkungan.

(9) Anggota komisi penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat
    memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
    setelah rapat penilaian.

(10) Semua saran, pendapat dan tanggapan para anggota komisi penilai dan
     pemrakarsa dicatat oleh petugas dari sekretaris komisi penilai dan
     dituangkan dalam berita acara penilaian.

(11) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan kerangka
     acuan berdasarkan hasil penilaian komisi penilai.

(12) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh pemrakarsa
     diserahkan kepada ketua komisi penilai melalui sekretariat komisi
     penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
     hari dan tanggal rapat penilaian dilaksanakan.

(13) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud
     pada ayat (11) belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil
     penilaian, ketua komisi setelah mendengarkan saran-saran tim teknis
     berhak meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu
     selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
(14) Ketua Komisi penilai selaku :

    a.   Deputi Kepala Badan Pegendalian Dampak Lingkungan yang
         menangani Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di tingkat
         Pusat.

    b.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi di
         tingkat Propinsi.

    c.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
         Kabupaten/Kota atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan
         dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.

(15) Apabila rencana lokasi dilaksanakan usaha dan/atau kegiatan terletak
     dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
     dan/atau rencana tata ruang kawasan, maka komisi penilai wajib
     menolak kerangka acuan tersebut.



                              Bagian Keempat

                                 Keputusan

                                     Pasal 13

(1) Keputusan kesepakatan kerangka acuan diterbitkan oleh :

    a.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, bagi dokumen
         yang dinilai oleh komisi penilai pusat;

    b.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daeraj Propinsi,
         bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi;

    c.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
         Kabupaten/Kota, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai
         Kabupaten/Kota;

(2) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
    mempertimbangkan hasil rapat penilaian komisi penilai.

(3) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib memuat kesepakatan
    tentang ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang
    akan dilaksanakan.
(4) Di tingkat Pusat, salinan keputusan kesepakatanan kerangka acuan
    beserta dokumennya disampaikan oleh Kepala Badan Pengendalian
    Dampak Lingkungan kepada:

    a.   Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan;

    b.   Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan;

    c.   Gubernur yang bersangkutan;

    d.   Bupati/Walikota yang bersangkutan;

(5) Di tingkat Propinsi, salinan keputusan kesepakatanan kerangka acuan
    beserta dokumennya disampaikan oleh Gubernur kepada:

    a.   Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan ditingkat propinsi;

    b.   Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan ditingkat propinsi;

    c.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

    d.   Bupati/Walikota yang bersangkutan;

(5) Di tingkat Kabupaten/Kota, salinan keputusan kesepakatanan kerangka
    acuan beserta dokumennya disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada:

    a.   Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan ditingkat Kabupaten/Kota;

    b.   Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau
         kegiatan yang bersangkutan ditingkat Kabupaten/Kota;

    c.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan;

    d.   Gubernur yang bersangkutan;

(7) Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau Gubernur atau
    Bupati/Walikota mempublikasikan keputusan kesepatan kerangka acuan
    sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta dokumennya.
BAB III

     ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP, RENCANA PENGELOLAAN
  LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

                             Bagian Pertama

                      Prosedur Penerimaan Dokumen

                                 Pasal 14

(1) Analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan
    hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh:

    a.   Komisi penilai Pusat, diajukan oleh pemrakarsa kepada Kepala
         Badan Pengendalian Dampak Lingkungan melalui sekretariat komisi
         penilai pusat;

    b.   Komisi penilai Propinsi, diajukan oleh pemrakarsa kepada Gubernur
         melalui sekretariat komisi penilai propinsi;

    c.   Komisi penilai Kabupaten/Kota, diajukan oleh pemrakarsa kepada
         Bupati/Walikota melalui sekretariat komisi penilai Kabupaten/Kota;

(2) Dokumen analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan
    lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang
    diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
    berjumlah 35 (tiga puluh lima) eksemplar

(3) Sekretariat komisi penilai memberikan tanda bukti penerimaan
    dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemrakarsa
    dengan mencatat hari dan tanggal penerimaan dokumen.



                              Bagian Kedua

                         Penilaian oleh Tim Teknis

                                 Pasal 15

(1) Ketua komisi penilai meminta tim teknis untuk menilai analisis dampak
    lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
    pemantauan lingkungan hidup.

(2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat-
    lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian.
(3) Penilaian oleh tim teknis dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin
    oleh ketua tim teknis.

(4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota tim teknis dicatat oleh
    petugas dari sekretariat komisi penilai

(5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan pada rapat komisi
    penilai.



                              Bagian Ketiga

                       Penilaian oleh Komisi Penilai

                                 Pasal 16

(1) Ketua komisi penilai mengundang para anggota untuk menilai analisis
    dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
    rencana pemantauan lingkungan hidup.

(2) Undangan dan dokumen untuk rapat penilaian sudah harus diterima
    oleh seluruh peserta rapat selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja
    sebelum hari dan tanggal penilaian.

(3) Penilaian oleh komisi penilai dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin
    oleh ketua tim penilai.

(4) Dalam hal ketua komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat
    dipimpin oleh sekretaris penilai.

(5) Dalam hal ketua dan sekretaris komisi penilai tidak dapat memimpin
    rapat, maka rapat dipimpin oleh anggota lain yang disepakati.

(6) Rapat sebagimana dimaksud pada ayat (3) juga dihadiri oleh
    penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang ditunjuk
    yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan.

(7) Dalam rapat penilaian, semua anggota komisi penilai berhak
    menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3 ayat
    (6), (7) dan (8).

(8) Dalam penilaiannya, komisi penilai wajib           memperhatikan   saran,
    masukan dan tanggapan dari masyarakat.
(9) Anggota komisi penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat
    memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja
    setelah rapat penilaian.

(10) Semua saran, pendapat dan tanggapan para anggota komisi penilai dan
     pemrakarsa dicatat oleh petugas dari sekretariat komisi penilai dan
     dituangkan dalam berita acara penilaian.

(11) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai wajib memperhatikan
     kebijaksanaan nasional pengelolaan lngkungan hidup, rencana
     pengembangan wilayah, rencana tata ruang wilayah dan kepentingan
     pertahanan keamanan.

(12) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan analisis
     dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan
     rencana pemantauan lingkungan hidup berdasarkan hasil penilaian
     komisi penilai.

(13) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh pemrakarsa
     diserahkan kepada ketua komisi penilai melalui sekretariat komisi
     penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak
     hari dan tanggal rapat penilaian dilaksanakan.

(14) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud
     pada ayat (11) belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil
     penilaian, ketua komisi berhak meminta pemrakarsa untuk memperbaiki
     kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.

(15) Ketua komisi penilai menyampaikan berita acara penilaian dan dokumen
     yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (13)
     kepada:

    a.   Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, bagi analisis
         dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup
         dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh komisi
         penilai Pusat;

    b.   Gubernur, bagi analisis dampak lingkungan hidup, rencana
         pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
         hidup yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi;

    c.   Bupati/Walikota, bagi analisis dampak lingkungan hidup, rencana
         pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan
         hidup yang dinilai oleh komisi penilai Kabupaten/Kota;
untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan
    kelayakan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang
    bersangkutan.

                               Bagian Keempat

                                    Keputusan

                                    Pasal 17

(1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau
    kegiatan diterbitkan oleh:

    a.   Kepala Badan pengendalian Dampak Lingkungan , bagi dokumen
         yang dinilai oleh komisi pusat;

    b.   Gubernur, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi;

    c.   Bupati/Walikota, bagi dokumen yang dinilai oleh Komisi penilai
         Kabupaten/Kota.

(2) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
    mencantumkan :

    a.   Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan tersebut;

    b.   Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang
         diajukan oleh warga masyarakat.

(3) Di tingkat Pusat, salinan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu
    usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak lingkungan
    hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
    lingkungan    hidup    disampaikan   oleh   instansi  yang   ditugasi
    mengendalikan dampak lingkungan kepada :

    a.   instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha
         dan/atau kegiatan yang bersangkutan;

    b.   instansi yang     membidangi      usaha   dan/atau   kegiatan    yang
         bersangkutan;

    c.   instansi terkait lainya;

    d.   Gubernur yang bersangkutan; dan

    e.   Bupati/Walikota yang bersangkutan.
(4) Di tingkat Propinsi, salinan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu
    usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak lingkungan
    hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan
    lingkungan hidup disampaikan oleh Gubernur kepada :

    a.   instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha
         dan/atau kegiatan;

    b.   Bupati/Walikota yang bersangkutan;

    c.   instansi yang membidangi usaha             dan/atau   kegiatan   yang
         bersangkutan di tingkat Propinsi;

    d.   instansi terkait lainya di tingkat Propinsi;

    e.   Menteri;

    f.   Menteri sektor dan/atau Pimpinan LPND;

    g.   Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

(5) Di tingkat Kabupaten/Kota, salinan keputusan kelayakan lingkungan
    hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak
    lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
    pemantauan lingkungan hidup disampaikan oleh Bupati/Walikota
    kepada:

    a.   instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha
         dan/atau kegiatan;

    b.   instansi terkait lainya di tingkat Kabupaten/Kota;

    c.   Gubernur yang bersangkutan;

    d.   Menteri;

    e.   Menteri sektor dan/atau Pimpinan LPND;

    f.   Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan.

(6) Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau Gubernur atau
    Bupati/Walikota mempublikasikan keputusan kelayakan lingkungan
    hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta dokumennya.
BAB IV

                                   PEMBIAYAAN

                                    Pasal 18

Biaya pelaksanaan kegiatan komisi penilai, tim teknis, dan sekretariat komisi
analisis mengenai dampak lingkungan hidup dibebankan :

a.    Di tingkat Pusat      pada   anggaran    Badan    Pengendalian   Dampak
      Lingkungan;

b.    Di tingkat Propinsi pada anggaran         Badan   Pengendalian   Dampak
      Lingkungan Daerah Propinsi;

c.    Di tingkat Kabupaten/Kota pada anggaran Badan Pengendalian Dampak
      Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pada anggaran instansi yang
      ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat
      Kabupaten/Kota.



                                     BAB V

                                    PENUTUP

                                    Pasal 19

(1) Keputusan ini berlaku efektif pada tanggal 7 Nopember 2000

(2) Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara
    Lingkungan Hidup nomor : Kep-13/MENLH/3/1994 tentang Pedoman
    Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL dinyatakan tidak
    berlaku lagi.



Ditetapkan   : di Jakarta

Tanggal      : 6 Nopember 2000

Menteri Negara Lingkungan Hidup

Ttd

Dr. A. Sonny Keraf
Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Umum Kantor MENLH

Ttd

Nadjib Dahlan, S.H.

                __________________________________

More Related Content

What's hot

Geografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanGeografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanRania Afifa Dewi
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Dokter Kota
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanIMRA MORALDY
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawatiyulika usman
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiAbhy Taridala
 
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)dodimeigo
 
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang MetaKonten Media Monitoring
 
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKHRISTIAN MAUKO
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasaninfosanitasi
 
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai g
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai gKajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai g
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai gYuli Fransisca Santana
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op iplt
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op ipltProsedur standar sistem operasi dan pembiayaan op iplt
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op ipltinfosanitasi
 
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Angga Nugraha
 
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...infosanitasi
 
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja KonstruksiContoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja KonstruksiAdnan Kusuma Putra
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungPenataan Ruang
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site systemJoy Irman
 
Penyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangPenyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangYusufRiyandi
 
Tahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSTahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSMusnanda Satar
 

What's hot (20)

Geografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi LahanGeografi - Alih Fungsi Lahan
Geografi - Alih Fungsi Lahan
 
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service)
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
 
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli KusumawatiIlmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
Ilmu Ukur Tanah by Yuli Kusumawati
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
 
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)
Persiapan pengadaan dan proses pengadaan lagsung perlem 9 perpres 16(1)
 
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang
Tata cara perhitungan jaminan reklamasi (final) danang
 
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalanKerangka acuan kerja perencanaan jalan
Kerangka acuan kerja perencanaan jalan
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasan
 
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai g
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai gKajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai g
Kajian ulang stabilitas geser dan guling parafet di sungai g
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op iplt
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op ipltProsedur standar sistem operasi dan pembiayaan op iplt
Prosedur standar sistem operasi dan pembiayaan op iplt
 
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
Konversi koordinat geografis ke utm dan sebaliknya menggunakan Software Golde...
 
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...
Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Ruma...
 
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja KonstruksiContoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
Contoh Evaluasi Kontrak Kerja Konstruksi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BandungRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung
 
Rekling08 amdal
Rekling08 amdalRekling08 amdal
Rekling08 amdal
 
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat   off-site systemSistem pengolahan air limbah terpusat   off-site system
Sistem pengolahan air limbah terpusat off-site system
 
Penyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana PastambangPenyusunan Rencana Pastambang
Penyusunan Rencana Pastambang
 
Tahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHSTahapan penyelenggaraan KLHS
Tahapan penyelenggaraan KLHS
 

Viewers also liked

Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...infosanitasi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...infosanitasi
 
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupUndang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidupinfosanitasi
 
Bahaya Pencemaran
Bahaya PencemaranBahaya Pencemaran
Bahaya Pencemaranyudi3456
 
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDALLampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDALDewi Hadiwinoto
 
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)Wulung Gono
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...infosanitasi
 
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)Wulung Gono
 
Polusi air, udara, dan tanah
Polusi air, udara, dan tanahPolusi air, udara, dan tanah
Polusi air, udara, dan tanahIg Fandy Jayanto
 
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...infosanitasi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...infosanitasi
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...infosanitasi
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsf' yagami
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahJoy Irman
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...infosanitasi
 
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tanggaJumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tanggaChristina_planoITN Lukitasari
 
Ancaman Non-Militer
Ancaman Non-MiliterAncaman Non-Militer
Ancaman Non-MiliterAliyahhusnun
 
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaUpaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaNikki kki
 

Viewers also liked (20)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komis...
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi...
 
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan HidupUndang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
 
Bahaya Pencemaran
Bahaya PencemaranBahaya Pencemaran
Bahaya Pencemaran
 
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDALLampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL
Lampiran I PerMen LH No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL
 
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)
Indikator Polusi (Polusi Udara, Polusi Air, Polusi Tanah)
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Ke...
 
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)
POLUSI (Polusi Air, Polusi Udara, Polusi Tanah)
 
Polusi air, udara, dan tanah
Polusi air, udara, dan tanahPolusi air, udara, dan tanah
Polusi air, udara, dan tanah
 
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...
Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingku...
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen ...
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/a...
 
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbionsJamur bersifat saprofit, parasit, simbions
Jamur bersifat saprofit, parasit, simbions
 
Indikator polusi udara
Indikator polusi udaraIndikator polusi udara
Indikator polusi udara
 
Penyakit menular akibat polusi air
Penyakit menular akibat polusi airPenyakit menular akibat polusi air
Penyakit menular akibat polusi air
 
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air LimbahLandasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
Landasan Hukum Pengelolaan Air Limbah
 
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
Permen Kesehatan, No. 416/Men.Kes/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Penga...
 
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tanggaJumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
Jumlah air minimal yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
 
Ancaman Non-Militer
Ancaman Non-MiliterAncaman Non-Militer
Ancaman Non-Militer
 
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban wargaUpaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
Upaya penanganan pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga
 

Similar to Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Panitia Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...infosanitasi
 
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLH
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLHKepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLH
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLHAnjasDong1
 
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfPP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfHeriHermawan66
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012dodysp
 
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)ernest virgyawan
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...infosanitasi
 
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdal
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdalPermen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdal
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdalYanto Romenz
 
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lh
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lhInd puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lh
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lhDian Nandariardi
 
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Nurul Huda
 
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplPermen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplAdi Handarbeni
 
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdalPermen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdalyuni06
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...infosanitasi
 
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangTugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangSylvester Saragih
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsWahyu Yuns
 
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Muhammad Kennedy Ginting
 
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udara
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udaraKepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udara
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udaraLantika Rivayanti
 

Similar to Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Panitia Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) (20)

Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.86 Tahun 2003 tentang Upaya Pengelolaan Lingkung...
 
151703437 tor-ukl-upl-flyover-pdf
151703437 tor-ukl-upl-flyover-pdf151703437 tor-ukl-upl-flyover-pdf
151703437 tor-ukl-upl-flyover-pdf
 
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLH
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLHKepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLH
Kepmen LH Nomor 56 tahun 2002 tentang Pedoman Umum PPLH
 
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdfPP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
PP RI 27 tahun 1999 tentang amdal.pdf
 
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
Permen LH RI No. 17 Tahun 2012
 
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)
Ind puu-7-2009-permen no.24 tahun 2009-penilai amdal (1)
 
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
Kepmeneg Lingkungan Hidup No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi...
 
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdal
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdalPermen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdal
Permen lh no. 8 thn 2006 ttg pedoman penyusunan amdal
 
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lh
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lhInd puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lh
Ind puu-7-2012-permen lh 16 th 2012 penyusunan dokumen lh
 
Pp 27 2012
Pp 27 2012Pp 27 2012
Pp 27 2012
 
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
Permen no.13-thn-2010-ukl-upl pemantauan lh1
 
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-uplPermen no.13 thn 2010 ukl-upl
Permen no.13 thn 2010 ukl-upl
 
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdalPermen no.24 tahun 2009 penilai amdal
Permen no.24 tahun 2009 penilai amdal
 
Peraturan perundang
Peraturan perundangPeraturan perundang
Peraturan perundang
 
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
Permeneg Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan Lingkun...
 
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambangTugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
Tugas amdal uu no 32 tahun 2009 pplh terhadap lingkungan tambang
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhsPp 46 tahun 2016 ttg klhs
Pp 46 tahun 2016 ttg klhs
 
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
Analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
 
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udara
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udaraKepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udara
Kepmen lh no.45 th 1997 index pencemaran udara
 

More from infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

More from infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Kepmeneg Lingkungan Hidup No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Panitia Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

  • 1. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Nomor : 40 TAHUN 2000 Tentang : Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 8 ayat (7) Peraturan pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Pasal 2 Ayat (3) angka 18 serta Pasal 3 ayat (5) angka 16 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, perlu menetapkan Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota; b. Bahwa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 13/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan danTata Kerja Kpmisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan; c. Nahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan 2 diatas, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pedoman Tata Kerja Komisis Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);
  • 2. 4. Peraturan Pemeritah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 5. Peraturan Pemeritah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenagan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; 8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2000 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG TATA KERJA KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP. BAB I TUGAS, WEWENANG, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Komisis penilai analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut komisi penilai mempunyai tugas menilai kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup. (2) Komisi Penilai dibentuk : a. Di tingkat Pusat oleh Menteri; b. Di tingkat Propinsi oleh Gubernur;
  • 3. c. Di tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Walikota. (3) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibamtu oleh : a. Tim teknis komisi penilai yang selanjutnya disebut tim teknis; b. Sekretariat komisi penilai yang selanjutnya disebut sekretariat komisi penilai. (4) Komisi penilai pusat berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang memenuhi kriteria : a. Kegiatan-kegiatan yang potensial berdampak negatif pada masyarakat luas dan/atau menyangkut pertahanan dan keamanan seperti: pembangunan dan pengoperasian reaktor nuklir, pembangunan dan pengoperasian instalasi nuklir non reaktor, submarine tailing, teknologi peluncuran satelit, teknologi rekayasa genetika, ekspolitasi minyak dan gas, pembangunan kilang minyak, penambangan bahan galian radioaktif, pembangunan industri pesawat terbang, pembangunan industri senjata, pembangunan industri bahan peledak, pembangunan bandar udara internasional, pembangunan pelabuhan samudera, pengolahan limbah terpadu Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). b. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan meliputi lebih dari satu wilayah propinsi; c. Kegiatan yang berlokasi di wilayah sengketa dengan negara lain; d. Di wilayah laut diatas 12 (dua belas) mil; dan e. Di lintas batas negara kesatuan Republik Indonesia dengan negara lain. (5) Komisi Penilai Propinsi berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi: a. Rencana usaha dan/atau kegiatan yang potensial berdampak negatif pada masyarakat luas seperti: pembangunan industri pulpatau industri kertas yang terintegrasi dengan industri pulp, pembangunan industri semen dan quarry-nya, pembangunan industri petrokimia, pembangunan hak pengusahaan hutan beserta unit pengelolaannya, pembangunan hutan tanaman industri beserta unit pengelolaannya, budidaya tanaman pangan dan hortikultura tahunan dengan unit pengelolaannya, pembangkit listrik tenaga air,
  • 4. pembangkit listrik tenaga uap/panas bumi/diesel, pembangunan bendungan, pembangunan bandar udara diluar kategori bandar udara internasional, pembangunan pelabuhan diluar kategori pelabuhan samudera; b. Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan meliputi lebih dari satu Kabupaten/Kota; dan c. Di wilayah laut di antara 4(empat) sampai 12 (dua belas) mil. (6) Komisi penilai Kabupaten/Kota berwenang menilai hasil analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi semua rencana usaha dan/atau kegiatan diluar kewenangan Pusat dan Propinsi, sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Yang wajib Dilengkapi dengan Analisis mengenai Dampak Lingkungan Hidup. (7) Dalam hal Kabupaten/Kota tidak atau belum mampu melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), maka pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menyerahkan kewenangan tersebut kepada Propinsi. (8) Dalam hal Propinsi tidak mampu melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan (7), maka komisi penilai propinsi dapat meminta bantuan kepada komisi penilai pusat. Pasal 2 (1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pasal 1, komisi penilai mempunyai fungsi memberikan masukan dan dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan lingkungan hidup atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada: a. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan di tingkat Pusat; b. Gubernur di tingkat Propinsi; dan c. Bupati/Walikota di tingkat Kabupaten/Kota. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai wajib memperhatikan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup, rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang wilayah dan kepentingan pertahanan keamanan.
  • 5. Pasal 3 (1) Keanggotaan Komisi penilai terdiri dari : ketua merangkap anggota, seketaris merangkap anggota serta anggota-anggota lainnya. (2) Ketua Komisi penilai sebagaimana di maksud pada ayat (1): a. Di tingkat Pusat adalah Deputi Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan yang membidangi analisis mengenai dampak lingkungan hidup; b. Di tingkat Propinsi adalah Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah; c. Di tingkat Kabupaten/Kota adalah Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup ditingkat Kabupaten/Kota. (3) Ketua Komisi penilai bertugas : a. Melakukan koordinasi proses penilaian kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup; b. Menyampaikan bahan pertimbangan komisi penilai sebagai dasar pengambilan keputusan kesepakatan kerangka acuan dan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau Gubernur atau Bupati/Walikota. (4) Sekretaris komisi penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1): a. Di tingkat Pusat dijabat oleh Kepala Direktorat yang menangani analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; b. Di tingkat Propinsi dijabat oleh Kepala Bidang yang menangani analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi; c. Di Tingkat Kabupaten/Kota dijabat oleh Kepala Bidang yang menangani analisis mengenai dampak lingkungan hidup di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat lain yang ditugasi menangani analisis mengenai dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota.
  • 6. (5) Sekretaris Komisi Penilai Bertugas : a. Membantu tugas ketua; b. Merumuskan hasil penilaian kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan komisi penilai. (6) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi penilai pusat memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa: a. Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari instansi pemerintah; b. Kebijakan pembangunan daerah dan pembangunan wilayah, bagi anggota yang berasal dari tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota; c. Pertimbangan sesuai kaidah ilmu pengetahuan, bagi para anggota yang berasal dari perguruan tinggi; d. Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya, bagi para ahli; e. Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari organisasi lingkungan/swadaya masyarakat; f. Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; (7) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi penilai Propinsi memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa: a. Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari instansi pemerintah; b. Kebijakan pembangunan daerah dan pembangunan wilayah, bagi anggota yang berasal dari tingkat Kabupaten/Kota; c. Pertimbangan sesuai kaidah ilmu pengetahuan, bagi para anggota yang berasal dari perguruan tinggi; d. Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya, bagi para ahli; e. Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari organisasi lingkungan/swadaya masyarakat;
  • 7. f. Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; (8) Dalam melaksanakan penilaian, anggota komisi penilai Kabupaten/kota memberikan saran, pendapat dan tanggapan berupa: a. Kebijakan instansi yang diwakilinya, bagi anggota yang berasal dari instansi pemerintah; b. Pertimbangan sesuai dengan bidang keahliannya yang didasari atas kaidah ilmu pengetahuan, bagi para ahli; c. Kepentingan lingkungan Hidup, bagi anggota yang berasal dari organisasi lingkungan/swadaya masyarakat; d. Aspirasi dan kepentingan masyarakat, bagi para anggota yang berasal dari wakil masyarakat yang diduga terkena dampak dari usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; Bagian Kedua Tim Teknis Pasal 4 (1) Tim Teknis di bentuk : a. Di tingkat pusat oleh Menteri Departemen Teknis atau Pempinan Lembaga Pemerintahan Non Departemen yang berkedudukan di masing-masing sektor, Tim ini merupakan bagian dari tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999; b. Di tingkat Propinsi oleh Kepala Bapedal Daerah Propinsi selaku Ketua Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Propinsi; c. Di tingkat Kabupaten/Kota oleh Kepala Bapedalda Daerah Kabupaten/Kota atau Pejabat yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup selaku Ketua Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
  • 8. (2) Tim teknis dipimpin oleh seorang ketua yang secara ex-officio dijabat oleh sekretaris komisi penilai analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Pasal 5 (1) Tim teknis bertugas menilai secara teknis kerangka acuan, analisis dampak ligkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup atas permintaan komisi penilai. (2) Penilaian secara teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penilaian terhadap: a. Kesesuaian dengan pedoman umum dan/atau pedoman teknis di bidang analisis mengenai dampak lingkungan hidup; b. Kesesuaian peraturan perundangan di bidang teknis sektor bersangkutan; c. Kesesuaian lokasi dengan tata ruang; d. Ketepatan penerapan metode penelitian/analisis; e. Kesahihan data yang digunakan; f. Kelayakan Desain, teknologi dan proses produksi yang digunakan; g. Kelayakan ekologis. Pasal 6 Dalam menjalankan tugasnya, tim teknis berfungsi memberikan masukan dan pertimbangan teknis kepada komisi penilai. Bagian Ketiga Sekretariat Komisi Penilai Pasal 7 (1) Sekretariat Komisi Penilai berkedudukan di : a. Tingkat Pusat di Direktorat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Badan Pegendalian Dampak Lingkungan
  • 9. b. Tingkat Propinsi di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi c. Tingkat Kabupaten/Kota di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau instansi lain yang menangani pengendalian dampak lingkungan di tingkat Kabupaten/Kota. (2) Sekretariat komisi penilai dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada ketua komisi penilai. Pasal 8 Sekretariat komisi penilai bertugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan dan pebyediaan informasi pendukung dan tugas-tugas lain yang diberikan oleh komisi. Pasal 9 Dalam menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, sekretariat komisi penilai berfungsi mendukung kelancaran tugas dan fungsi komisi penilai dan tim teknis. BAB II KERANGKA ACUAN Bagian Pertama Prosedur Penerimaan Dokumen Pasal 10 (1) Kerangka acuan yang dinilai oleh : a. Komisi penilai Pusat, diajukan oleh pemrakarsa kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan melalui sekretariat komisi penilai pusat; b. Komisi penilai Propinsi, diajukan oleh pemrakarsa kepada Gubernur melalui sekretariat komisi penilai Propinsi;
  • 10. c. Komisi penilai Kabupaten/Kota, diajukan oleh pemrakarsa kepada Bupati/Walikota melalui sekretariat komisi penilai Kabupaten/Kota; (2) Dokumen kerangka acuan yang diajukan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya berjumlah 35 (tiga puluh lima) eksemplar. (3) Sekretariat komisi penilai memberikan tanda bukti penerimaan dokumen sebagaimana di maksud pada ayat (2) kepada pemrakarsa denan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen. Bagian Kedua Penilaian oleh Tim Teknis Pasal 11 (1) Ketua komisi penilai meminta tim teknis menilai kerangka acuan. (2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian. (3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin oleh ketua tim teknis. (4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota tim teknis dicatat oleh petugas dari sekretariat komisi penilai. (5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan pada rapat komisi penilai. Bagian Ketiga Penilaian oleh Komisi Penilai Pasal 12 (1) Ketua komisi penilai mengundang para anggota untuk menilai kerangka acuan (2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian.
  • 11. (3) Penilaian oleh komisi penilai dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin oleh ketua tim penilai. (4) Dalam hal ketua komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat dipimpin oleh sekretaris penilai. (5) Dalam hal ketua dan sekretaris komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat dipimpin oleh anggota lain yang disepakati. (6) Rapat sebagimana dimaksud pada ayat (3) juga dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang ditunjuk yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan. (7) Dalam rapat penilaian, semua anggota komisi penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3 ayat (6), (7) dan (8). (8) Komisi penilai wajib memperhatikan saran, masukan dan tanggapan dari masyarakat dalam proses penentuan ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan. (9) Anggota komisi penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah rapat penilaian. (10) Semua saran, pendapat dan tanggapan para anggota komisi penilai dan pemrakarsa dicatat oleh petugas dari sekretaris komisi penilai dan dituangkan dalam berita acara penilaian. (11) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan kerangka acuan berdasarkan hasil penilaian komisi penilai. (12) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh pemrakarsa diserahkan kepada ketua komisi penilai melalui sekretariat komisi penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak hari dan tanggal rapat penilaian dilaksanakan. (13) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, ketua komisi setelah mendengarkan saran-saran tim teknis berhak meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
  • 12. (14) Ketua Komisi penilai selaku : a. Deputi Kepala Badan Pegendalian Dampak Lingkungan yang menangani Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup di tingkat Pusat. b. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi di tingkat Propinsi. c. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pejabat lain yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota. (15) Apabila rencana lokasi dilaksanakan usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan, maka komisi penilai wajib menolak kerangka acuan tersebut. Bagian Keempat Keputusan Pasal 13 (1) Keputusan kesepakatan kerangka acuan diterbitkan oleh : a. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai pusat; b. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daeraj Propinsi, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi; c. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai Kabupaten/Kota; (2) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mempertimbangkan hasil rapat penilaian komisi penilai. (3) Keputusan sebagaimana dimaksud ayat (1) wajib memuat kesepakatan tentang ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan.
  • 13. (4) Di tingkat Pusat, salinan keputusan kesepakatanan kerangka acuan beserta dokumennya disampaikan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan kepada: a. Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; b. Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; c. Gubernur yang bersangkutan; d. Bupati/Walikota yang bersangkutan; (5) Di tingkat Propinsi, salinan keputusan kesepakatanan kerangka acuan beserta dokumennya disampaikan oleh Gubernur kepada: a. Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ditingkat propinsi; b. Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ditingkat propinsi; c. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; d. Bupati/Walikota yang bersangkutan; (5) Di tingkat Kabupaten/Kota, salinan keputusan kesepakatanan kerangka acuan beserta dokumennya disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada: a. Pimpinan sektor/instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ditingkat Kabupaten/Kota; b. Pimpinan sektor/instansi yang terkait dengan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan ditingkat Kabupaten/Kota; c. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; d. Gubernur yang bersangkutan; (7) Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau Gubernur atau Bupati/Walikota mempublikasikan keputusan kesepatan kerangka acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta dokumennya.
  • 14. BAB III ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP, RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Bagian Pertama Prosedur Penerimaan Dokumen Pasal 14 (1) Analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh: a. Komisi penilai Pusat, diajukan oleh pemrakarsa kepada Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan melalui sekretariat komisi penilai pusat; b. Komisi penilai Propinsi, diajukan oleh pemrakarsa kepada Gubernur melalui sekretariat komisi penilai propinsi; c. Komisi penilai Kabupaten/Kota, diajukan oleh pemrakarsa kepada Bupati/Walikota melalui sekretariat komisi penilai Kabupaten/Kota; (2) Dokumen analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya berjumlah 35 (tiga puluh lima) eksemplar (3) Sekretariat komisi penilai memberikan tanda bukti penerimaan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada pemrakarsa dengan mencatat hari dan tanggal penerimaan dokumen. Bagian Kedua Penilaian oleh Tim Teknis Pasal 15 (1) Ketua komisi penilai meminta tim teknis untuk menilai analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. (2) Undangan dan dokumen diterima oleh seluruh peserta rapat selambat- lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian.
  • 15. (3) Penilaian oleh tim teknis dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin oleh ketua tim teknis. (4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota tim teknis dicatat oleh petugas dari sekretariat komisi penilai (5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan pada rapat komisi penilai. Bagian Ketiga Penilaian oleh Komisi Penilai Pasal 16 (1) Ketua komisi penilai mengundang para anggota untuk menilai analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup. (2) Undangan dan dokumen untuk rapat penilaian sudah harus diterima oleh seluruh peserta rapat selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum hari dan tanggal penilaian. (3) Penilaian oleh komisi penilai dilakukan dalam bentuk rapat dan dipimpin oleh ketua tim penilai. (4) Dalam hal ketua komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat dipimpin oleh sekretaris penilai. (5) Dalam hal ketua dan sekretaris komisi penilai tidak dapat memimpin rapat, maka rapat dipimpin oleh anggota lain yang disepakati. (6) Rapat sebagimana dimaksud pada ayat (3) juga dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang ditunjuk yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan. (7) Dalam rapat penilaian, semua anggota komisi penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3 ayat (6), (7) dan (8). (8) Dalam penilaiannya, komisi penilai wajib memperhatikan saran, masukan dan tanggapan dari masyarakat.
  • 16. (9) Anggota komisi penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah rapat penilaian. (10) Semua saran, pendapat dan tanggapan para anggota komisi penilai dan pemrakarsa dicatat oleh petugas dari sekretariat komisi penilai dan dituangkan dalam berita acara penilaian. (11) Dalam melaksanakan tugasnya, komisi penilai wajib memperhatikan kebijaksanaan nasional pengelolaan lngkungan hidup, rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang wilayah dan kepentingan pertahanan keamanan. (12) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup berdasarkan hasil penilaian komisi penilai. (13) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh pemrakarsa diserahkan kepada ketua komisi penilai melalui sekretariat komisi penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak hari dan tanggal rapat penilaian dilaksanakan. (14) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, ketua komisi berhak meminta pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja. (15) Ketua komisi penilai menyampaikan berita acara penilaian dan dokumen yang telah disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (13) kepada: a. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, bagi analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh komisi penilai Pusat; b. Gubernur, bagi analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi; c. Bupati/Walikota, bagi analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup yang dinilai oleh komisi penilai Kabupaten/Kota;
  • 17. untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan. Bagian Keempat Keputusan Pasal 17 (1) Keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan diterbitkan oleh: a. Kepala Badan pengendalian Dampak Lingkungan , bagi dokumen yang dinilai oleh komisi pusat; b. Gubernur, bagi dokumen yang dinilai oleh komisi penilai Propinsi; c. Bupati/Walikota, bagi dokumen yang dinilai oleh Komisi penilai Kabupaten/Kota. (2) Penerbitan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mencantumkan : a. Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan tersebut; b. Pertimbangan terhadap saran, pendapat dan tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat. (3) Di tingkat Pusat, salinan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup disampaikan oleh instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan kepada : a. instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; b. instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan; c. instansi terkait lainya; d. Gubernur yang bersangkutan; dan e. Bupati/Walikota yang bersangkutan.
  • 18. (4) Di tingkat Propinsi, salinan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup disampaikan oleh Gubernur kepada : a. instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan; b. Bupati/Walikota yang bersangkutan; c. instansi yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan di tingkat Propinsi; d. instansi terkait lainya di tingkat Propinsi; e. Menteri; f. Menteri sektor dan/atau Pimpinan LPND; g. Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan. (5) Di tingkat Kabupaten/Kota, salinan keputusan kelayakan lingkungan hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen analisis damak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada: a. instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan; b. instansi terkait lainya di tingkat Kabupaten/Kota; c. Gubernur yang bersangkutan; d. Menteri; e. Menteri sektor dan/atau Pimpinan LPND; f. Kepala instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan. (6) Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan atau Gubernur atau Bupati/Walikota mempublikasikan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beserta dokumennya.
  • 19. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 18 Biaya pelaksanaan kegiatan komisi penilai, tim teknis, dan sekretariat komisi analisis mengenai dampak lingkungan hidup dibebankan : a. Di tingkat Pusat pada anggaran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; b. Di tingkat Propinsi pada anggaran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Propinsi; c. Di tingkat Kabupaten/Kota pada anggaran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten/Kota atau pada anggaran instansi yang ditugasi mengendalikan dampak lingkungan hidup di tingkat Kabupaten/Kota. BAB V PENUTUP Pasal 19 (1) Keputusan ini berlaku efektif pada tanggal 7 Nopember 2000 (2) Dengan berlakunya keputusan ini, maka Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor : Kep-13/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi AMDAL dinyatakan tidak berlaku lagi. Ditetapkan : di Jakarta Tanggal : 6 Nopember 2000 Menteri Negara Lingkungan Hidup Ttd Dr. A. Sonny Keraf
  • 20. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum Kantor MENLH Ttd Nadjib Dahlan, S.H. __________________________________