SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : P.91/Menhut-II/2014
TENTANG
PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU
YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 76 huruf d Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008, ditetapkan bahwa pemegang Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu wajib
melaksanakan penatausahaan hasil hutan bukan kayu;
b. bahwa berdasarkan Pasal 117 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 2008, ditetapkan bahwa dalam rangka
melindungi hak negara atas hasil hutan dan kelestarian
hutan, dilakukan pengendalian dan pemasaran hasil hutan
melalui penatausahaan hasil hutan;
c. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.45/Menhut-II/2009 telah ditetapkan Penatausahaan Hasil
Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara;
d. bahwa untuk meningkatkan daya saing dan perbaikan tata
kelola kehutanan dalam rangka mengurangi ekonomi biaya
tinggi sebagaimana hasil kajian Tim Litbang Komisi
Pemberantasan Korupsi serta mempertimbangkan
perkembangan kondisi saat ini, maka perlu dilakukan
pengaturan kembali penatausahaan hasil hutan bukan kayu;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, maka perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang
Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Berasal Dari
Hutan Negara;
Mengingat..
-2-
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3687);
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4814);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan..
-3-
8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
124);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis
dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Kementerian Kehutanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5506);
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013;
11. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 50/P Tahun 2014;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.52/Menhut-II/2014
tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Penyetoran
Provisi Sumber Daya Hutan, Dana Reboisasi, Penggantian
Nilai Tegakan dan Ganti Rugi Tegakan;
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007
tentang Hasil Hutan Bukan Kayu;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008
tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.9/Menhut-II/2009 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 27);
15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2008
tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu
Dalam Hutan Alam (IUPHHBK-HA) Atau Dalam Hutan
Tanaman (IUPHHBK-HT) Pada Hutan Produksi;
16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39/Menhut-II/2008
tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif terhadap
Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 14);
17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009
tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 49);
18. Peraturan..
-4-
18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut-II/2009
tentang Tata Cara Pemberian Izin Pemungutan Hasil Hutan
Kayu Atau Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Produksi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 216);
19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779);
20. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2011
tentang Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 320);
21. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.41/Menhut-II/2014
tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari
Hutan Alam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 775);
22.
23.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2014
tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari
Hutan Tanaman Pada Hutan Produksi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 776);
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.54/Menhut-II/2014
tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis dan
Pengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1227);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG
PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG
BERASAL DARI HUTAN NEGARA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Negara
adalah kegiatan pencatatan, dokumentasi, dan pelaporan hasil hutan bukan
kayu yang meliputi perencanaan produksi, pemanenan/pemungutan,
pengukuran dan/atau pengujian, pengangkutan/peredaran dan
pengumpulan, dan pengolahan.
2. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya
kecuali kayu yang berasal dari hutan.
3. Hutan..
-5-
3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah.
4. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
5. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya
disebut industri primer adalah izin pengolahan hasil hutan berupa bukan
kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, menjadi satu jenis atau
beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang diberikan kepada
pemegang izin oleh pejabat yang berwenang.
6. Pemegang izin adalah pemegang Izin Pemanfaatan Hutan yang melakukan
usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
7. Pengelola Hutan adalah Perum Perhutani atau Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH) yang wilayah areal kerjanya di luar Perum Perhutani termasuk di luar
Pulau Jawa yang kegiatannya meliputi tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan;
rehabilitasi dan reklamasi hutan; dan perlindungan hutan dan konservasi
alam sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Tempat Penampungan Terdaftar Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya
disebut TPT-HHBK adalah tempat pengumpulan hasil hutan bukan kayu
dan/atau hasil hutan olahan bukan kayu yang berasal dari satu atau
beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh
pejabat yang berwenang.
9. Izin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah izin yang diberikan
kepada perorangan/badan usaha yang bergerak di bidang kehutanan yang
melakukan pengumpulan HHBK yang berasal dari hutan negara yang
dipungut oleh masyarakat sekitar hutan berdasarkan IPHHBK.
10. Agroforestry atau Wanatani adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya
yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan
dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti
tanaman pertanian.
11. Provisi Sumber Daya Hutan yang selanjutnya disebut PSDH adalah
pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai
intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara.
12. Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LP-
HHBK adalah dokumen yang memuat realisasi hasil pemanenan atau
pemungutan atau pengumpulan hasil hutan bukan kayu berdasarkan izin
sah.
13. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (GANISPHPL) adalah
petugas perusahaan pemegang izin di bidang pengelolaan dan pemanfaatan
hutan produksi lestari yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan
hutan produksi lestari sesuai dengan kualifikasinya yang diangkat dan
diberhentikan oleh Kepala Balai atas nama Direktur Jenderal.
14. Pengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (WAS-
GANISPHPL) adalah Pegawai Kehutanan yang memiliki kompetensi di bidang
pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan hutan produksi lestari sesuai
dengan kualifikasinya yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Balai
atas nama Direktur Jenderal.
15. Pembuat LP-HHBK adalah petugas perusahaan/perorangan pemegang izin
atau pengelola hutan yang berkualifikasi sebagai GANIS-PHPL sesuai
kompetensinya yang ditetapkan sebagai petugas pembuat Laporan Produksi
HHBK.
16. Petugas..
-6-
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Penatausahaan hasil hutan bukan kayu dimaksudkan untuk menjamin hak
negara atas semua hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara
yang dikelola atau dimanfaatkan atau dipungut berdasarkan izin yang sah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penatausahaan hasil hutan bukan kayu bertujuan untuk menjamin
legalitas hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh pemegang
izin/pengelola hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB II..
16. Petugas Pengesah Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu yang
selanjutnya disebut P2LP-HHBK adalah pegawai kehutanan yang
berkualifikasi sebagai WAS-GANISPHPL sesuai kompetensinya yang diangkat
dan diberi tugas, tanggung jawab serta wewenang untuk melakukan
pengesahan laporan produksi hasil hutan bukan kayu.
17. Penerbit Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya
disebut Penerbit FA-HHBK adalah karyawan perusahaan pemegang izin
atau pengelola hutan yang bergerak di bidang kehutanan yang berkualifikasi
sebagai GANISPHPL sesuai kompetensinya yang diangkat dan diberi
wewenang untuk menerbitkan dokumen Faktur.
18. Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut FA-
HHBK adalah dokumen angkutan yang diterbitkan oleh Penerbit FA-HHBK
untuk menyertai pengangkutan HHBK yang berasal dari areal izin yang sah
pada hutan negara.
19. Nota Angkutan HHBK adalah dokumen angkutan yang dipergunakan dalam
pengangkutan langsiran HHBK dari pelabuhan umum ke tujuan FA-HHBK
dan pengangkutan HHBK yang berasal dari hasil agroforestry/wanatani.
20. Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LM-
HHBK adalah dokumen yang menggambarkan penerimaan, pengeluaran dan
sisa persediaan hasil hutan bukan kayu.
21. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang
kehutanan.
22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan
tanggung jawab di bidang bina usaha kehutanan.
23. Direktur adalah Direktur yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang
iuran kehutanan dan peredaran hasil hutan.
24. Dinas Provinsi adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di
bidang kehutanan di wilayah Provinsi.
25. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung
jawab di bidang kehutanan di wilayah Kabupaten/Kota.
26. Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Usaha
Kehutanan yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam bidang
pemantauan pemanfaatan hutan produksi.
-7-
BAB II
PEMANENAN/PEMUNGUTAN
Bagian Kesatu
Pemanenan/Pemungutan HHBK
Pasal 3
Berdasarkan rencana kerja atau target pemanenan/pemungutan HHBK,
pemegang izin atau pengelola hutan atau agroforestry/wanatani dapat
melakukan pemanenan atau pemungutan atas hasil hutan bukan kayu.
Bagian Kedua
Pengukuran dan Pengujian
Pasal 4
(1) Semua HHBK dilakukan penetapan jenis, pengukuran dan/atau pengujian,
penetapan volume/berat, dan penghitungan jumlah.
(2) Tata cara penetapan jenis, pengukuran dan/atau pengujian, penetapan
volume/berat, penghitungan jumlah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal jenis HHBK yang belum diatur dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, tata cara pengukuran dan/atau pengujiannya cukup
dilakukan penetapan jenis, penetapan volume/berat dan penghitungan
jumlah.
Bagian Ketiga
Pembuatan Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu
(LP-HHBK)
Pasal 5
(1) Setelah melaksanakan pemanenan/pemungutan dan/atau pengumpulan
HHBK, pemegang izin atau pengelola hutan wajib melakukan pengukuran
berat/volume/ penghitungan jumlah.
(2) Hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Buku
Ukur dan dibuatkan Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (LP-HHBK)
dan Rekapitulasi LP-HHBK.
(3) LP-HHBK berikut rekapitulasinya dibuat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
pada setiap akhir bulan oleh Pembuat LP-HHBK dan disampaikan kepada
Petugas Pengesah LP-HHBK untuk disahkan.
(4) Dalam hal pemegang izin atau pengelola hutan tidak memiliki GANISPHPL,
maka LP-HHBK dapat dibuat oleh WAS-GANISPHPL sesuai kompetensinya
pada Dinas Kabupaten/Kota.
(5) Dalam hal Dinas Kabupaten/Kota tidak tersedia WAS-GANISPHPL
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), LP-HHBK dapat dibuat oleh WAS-
GANISPHPL dengan kompetensi lain.
(6) Dalam hal tidak ada realisasi produksi HHBK, Pembuat LP-HHBK wajib
membuat LP-HHBK Nihil dengan menyebutkan alasan-alasannya pada
kolom keterangan.
(7) Pemegang Izin Pengumpulan HHBK, wajib membuat Laporan Produksi
berdasarkan penerimaan/pengumpulan HHBK yang diperoleh dari
masyarakat sekitar hutan yang memiliki IPHHBK.
Bagian Keempat..
-8-
Bagian Keempat
Pengesahan LP-HHBK
Pasal 6
(1) Berdasarkan LP-HHBK yang disampaikan oleh Pembuat LP-HHBK, P2LP-
HHBK melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan ke
dalam Daftar Pemeriksaan Hasil Hutan Bukan Kayu (DP-HHBK) dan
dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan LP-HHBK.
(3) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan
benar, maka LP-HHBK disahkan.
(4) WAS-GANISPHPL yang ditugaskan sebagai Pembuat LP-HHBK tidak dapat
merangkap sebagai Pengesah LP-HHBK pada pemegang izin atau pengelola
hutan yang sama.
(5) Dalam hal di Dinas Kabupaten/Kota tidak tersedia WAS-GANISPHPL sesuai
kompetensinya, LP-HHBK disahkan oleh WAS-GANISPHPL dengan
kompetensi lain.
Pasal 7
(1) Dalam hal belum tersedia GANISPHPL/WAS-GANISPHPL sesuai kompetensi
jenis HHBK, LP-HHBK dibuat oleh GANISPHPL/WAS-GANISPHPL dengan
kompetensi lain.
(2) LP-HHBK yang telah disahkan disampaikan kepada Pejabat Penagih PSDH
untuk diterbitkan SPP PSDH.
(3) Berdasarkan SPP PSDH, pemegang izin atau pengelola hutan wajib
membayar PSDH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) LP-HHBK dapat disahkan apabila LP-HHBK sebelumnya telah dibayar lunas
PSDH.
BAB III
PENGANGKUTAN HHBK
Bagian Kesatu
Jenis-jenis Dokumen Angkutan
Pasal 8
(1) Dokumen angkutan HHBK meliputi:
a. Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK); dan
b. Nota Angkutan.
(2) Blanko FA-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diadakan
oleh pemegang izin atau pengelola hutan dan dicetak di percetakan umum,
setelah memperoleh penetapan Nomor Seri FA-HHBK dari Dinas
Kabupaten/Kota.
(3) Nota Angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diadakan dan
dicetak oleh pemegang izin atau pengelola hutan.
(4) Format blanko FA-HHBK dan Nota Angkutan mengikuti pedoman
pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu.
Bagian Kedua..
-9-
Bagian Kedua
Penggunaan Dokumen Angkutan
Pasal 9
(1) Pengangkutan HHBK yang masih berupa bahan mentah/asalan dari
pemegang izin, pengelola hutan atau izin pengumpulan ke semua tujuan
serta pengangkutan lanjutannya, menggunakan FA-HHBK.
(2) Pengangkutan HHBK berupa rotan asalan yang telah mengalami proses
pencucian/penggorengan (WS) menggunakan FA-HHBK.
(3) Pengangkutan produk olahan HHBK dalam bentuk setengah jadi maupun
barang jadi berupa rotan (furniture, kerajinan tangan, keranjang, lampit,
saborina, dan barang jadi lainnya), minyak atsiri, tepung sagu, serbuk
cendana, dan produk olahan HHBK dalam bentuk barang jadi lainnya
menggunakan Nota Perusahaan.
(4) Dalam pelaksanaan ekspor produk olahan HHBK melalui pelabuhan umum,
pengangkutan menuju pelabuhan dilengkapi dengan Nota Perusahaan
sebagai dasar pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
Bagian Ketiga
Perlakuan FA-HHBK di Tempat Tujuan
Pasal 10
(1) FA-HHBK atas HHBK asalan/mentah yang sampai di industri primer
pengolahan HHBK dimatikan oleh penerima HHBK.
(2) Penerima HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu karyawan
industri primer yang berkualifikasi sebagai GANISPHPL sesuai
kompetensinya.
(3) Dalam hal GANISPHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia,
penerimaan HHBK dapat dilakukan oleh pimpinan pemegang izin atau
pengelola hutan.
BAB IV
PEMBUATAN LAPORAN MUTASI HHBK (LM-HHBK)
Pasal 11
(1) Pemegang izin/pengelola hutan yang memproduksi hasil hutan ikutan
berupa HHBK, TPT-HHBK, pengelola hutan dan izin pengumpulan HHBK,
setiap bulan wajib membuat Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu (LM-
HHBK).
(2) Pemegang izin industri primer hasil hutan bukan kayu, setiap bulan wajib
membuat LM-HHBK dan LM-HHOBK.
(3) Tata cara pengisian LM-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) mengikuti pedoman pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan
kayu.
BAB V..
-10-
BAB V
PELAPORAN
Pasal 12
(1) Pemegang izin, pengelola hutan, dan pelaku usaha wajib menyampaikan
rekapitulasi laporan bulanan pelaksanaan penatausahaan hasil hutan
bukan kayu kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Kepala Balai.
(2) Kepala Dinas Kabupaten/Kota wajib menyampaikan gabungan rekapitulasi
laporan bulanan pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di
wilayah kerjanya kepada Direktur Jenderal c.q. Direktur dengan tembusan
kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Kepala Balai.
BAB VI
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 13
(1) Dinas Provinsi melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya.
(2) Dinas Kabupaten/Kota melaksanakan pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah
kerjanya.
(3) Balai melaksanakan bimbingan teknis terhadap pelaksanaan
penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya.
(4) Pelaksanaan bimbingan, pengendalian, dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dilaksanakan oleh WAS-
GANISPHPL sesuai kompetensinya, berdasarkan penugasan dari Kepala
Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai.
(5) WAS-GANISPHPL melaporkan hasil pelaksanaan bimbingan, pengawasan,
dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepada Kepala
Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai.
BAB VII
SANKSI
Pasal 14
(1) Pemegang izin/pengelola hutan yang tidak melakukan kegiatan
penatausahaan hasil hutan bukan kayu, dikenakan sanksi administrasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Kegiatan penatausahaan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi:
a. Pembuatan LP-HHBK berdasarkan hasil pengukuran dan/atau pengujian
hasil hutan bukan kayu;
b. Pembuatan LP-HHBK sesuai dengan fisik hasil hutan baik jenis, jumlah
atau volume/berat;
c. Membuat LP-HHBK atas hasil hutan bukan kayu yang sudah
dipungut/dikumpulkan;
d. Melaporkan LP-HHBK yang telah disahkan sesuai tata waktu;
e. Memuat dan/atau membongkar hasil hutan bukan kayu di tempat yang
sesuai dengan dokumen FA-HHBK;
f. Melengkapi pengangkutan hasil hutan bukan kayu dengan FA-HHBK
yang masih berlaku.
Pasal 15..
-11-
Pasal 15
Dalam hal P2LP-HHBK mengesahkan LP-HHBK sebelum LP-HHBK periode
sebelumnya dibayar lunas PSDH, dikenakan sanksi administrasi berupa
pencabutan kartu WAS-GANISPHPL.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 16
Hasil hutan bukan kayu yang berasal dari Perum Perhutani, penatausahaan
hasil hutan bukan kayunya diatur secara tersendiri oleh Direksi Perum
Perhutani, dan khusus penatausahaan hasil hutan untuk hal-hal yang berkaitan
dengan:
a. pengesahan LP-HHBK dilaksanakan oleh WAS-GANISPHPL PKB yang
ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota; dan
b. pengangkutan HHBK menggunakan dokumen angkutan FA-KB yang
diterbitkan oleh petugas Perum Perhutani yang berkualifikasi sebagai
GANISPHPL PKB,
mengikuti ketentuan Peraturan Menteri ini.
Pasal 17
(1) Izin pengumpulan HHBK diberikan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
(2) TPT-HHBK ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan
permohonan dari perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan.
(3) Tata cara dan persyaratan untuk mendapatkan Izin Pengumpulan HHBK
dan TPT-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur
lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota.
Pasal 18
Kepada P2LP-HHBK diberikan insentif berupa penghargaan, tunjangan pejabat
PUHH, peningkatan kapasitas, penyegaran sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 19
Penatausahaan HHBK yang berupa tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi
maupun tidak dilindungi serta yang termasuk dalam daftar Appendix CITES
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
Pedoman Pelaksanaan Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat (4) dan Pasal 11 ayat (3), diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Direktur Jenderal.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
(1) Nomor seri blanko FA-HHBK yang ditetapkan berdasarkan Peraturan
sebelumnya, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan habisnya blanko.
(2) Pengangkatan Penerbit FA-HHBK sebelum terbitnya Peraturan Menteri ini,
dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya pengangkatan
dimaksud.
BAB X..
-12-
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 22
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan
Yang Berasal Dari Hutan Negara sebagaimana yang telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009,
khusus ketentuan yang mengatur penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang
berasal dari hutan negara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 23
Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 September 2014
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1498
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
KRISNA RYA

More Related Content

What's hot

laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan abdul gonde
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemErwin Radom
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANEDIS BLOG
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEDIS BLOG
 
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030Jhon Blora
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BrebesRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BrebesPenataan Ruang
 
Materi dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanMateri dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanarifbogor
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang KehutananUU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang KehutananPenataan Ruang
 
Laporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok viLaporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok vijelfibahri07
 
Manual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plusManual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plusSmart EduCafe
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananabdul gonde
 

What's hot (20)

laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan SosialPanduan Pengajuan Perhutanan Sosial
Panduan Pengajuan Perhutanan Sosial
 
Power Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran HutanPower Point Kebakaran Hutan
Power Point Kebakaran Hutan
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistem
 
MANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTANMANAJEMEN HUTAN
MANAJEMEN HUTAN
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
 
Hutan Kota
Hutan KotaHutan Kota
Hutan Kota
 
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030PERGUB Rktp jateng 2011 2030
PERGUB Rktp jateng 2011 2030
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BrebesRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Brebes
 
Materi dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhanMateri dan media penyuluhan
Materi dan media penyuluhan
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang KehutananUU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
UU No..41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
 
Laporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok viLaporan ilmu kayu kelompok vi
Laporan ilmu kayu kelompok vi
 
Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)Hutan tanaman industri (hti)
Hutan tanaman industri (hti)
 
Analisis vegetasi
Analisis vegetasiAnalisis vegetasi
Analisis vegetasi
 
Faktor erosi topgrafi
Faktor erosi topgrafiFaktor erosi topgrafi
Faktor erosi topgrafi
 
Illegal logging
Illegal loggingIllegal logging
Illegal logging
 
Manual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plusManual seleksi pohon plus
Manual seleksi pohon plus
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
 

Viewers also liked

Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaAnalisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaAgung Trianto
 
Diagram alir s/d 6000
Diagram alir s/d  6000Diagram alir s/d  6000
Diagram alir s/d 6000guest904f0f2
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuJhon Blora
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014Jhon Blora
 
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDN
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDNUrus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDN
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDNpersadajeklindo
 
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDA
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDAEfektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDA
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDAPublish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Yudhi Aldriand
 
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 201701112015
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...01112015
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...01112015
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Pemerintah Provinsi Jawa Timur
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
07 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 27607 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 276Rave Van
 
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...CIFOR-ICRAF
 
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Konfiantza Faza
 

Viewers also liked (20)

Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi IndonesiaAnalisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Analisis Peranan Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
 
Diagram alir s/d 6000
Diagram alir s/d  6000Diagram alir s/d  6000
Diagram alir s/d 6000
 
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayuP14 2011 ijin pemanfaatan kayu
P14 2011 ijin pemanfaatan kayu
 
P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014P 42 menhut ii 2014
P 42 menhut ii 2014
 
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDN
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDNUrus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDN
Urus Izin Prinsip Penanaman Modal – PMA / PMDN
 
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDA
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDAEfektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDA
Efektifitas PTSP dalam Reformasi dan Transparansi Perizinan Sektor SDA
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba dalam Kerangka Implementasi UU Pemda...
 
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor KehutananTata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
Tata Kelola, Penerimaan Negara dan Dana Bagi Hasil Sektor Kehutanan
 
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
Peran Camat dlm Pengelolaan Keuangan Desa
 
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
KEBIJAKAN ANGGARAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2017
 
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
Peluang dan Tantangan Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup da...
 
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014  TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERH...
 
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
Kebijakan Perizinan Pertambangan Minerba berdasarkan UU 23/2014 tentang Pemer...
 
HTR
HTRHTR
HTR
 
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
Inventarisasi Personel, Pendanaan, Sarana dan Prasarana serta Dokumen (P3D) B...
 
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
Reformasi Perizinan di Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasca Berlaku...
 
07 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 27607 maret 2015 seri 276
07 maret 2015 seri 276
 
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
Implementasi Kebijakan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM bagi Sektor...
 
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...
Challenges and Opportunities of HTI Investment in Peat Land and Improvements ...
 
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
 

Similar to Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara

P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakJhon Blora
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Jhon Blora
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Dini Isrinayanti
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Sapik Bubud
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Jhon Blora
 
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_Buumb Bee
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanwalhiaceh
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanRizki Darmawan
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Dini Isrinayanti
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Hari Susandi
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Jhon Blora
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Rizki Darmawan
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealwalhiaceh
 

Similar to Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara (20)

P43 2014
P43 2014P43 2014
P43 2014
 
P.62#2015 ipk
P.62#2015 ipkP.62#2015 ipk
P.62#2015 ipk
 
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhakP.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
P.30 2012 penataan_hasilhutandarihutanhak
 
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
Permenhut no 43 th 2014 ttg p enilaian kinerja hutan produksi (1)
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.51/Menlhk/Setjen/KUM.1...
 
Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011Permenhut no. p18 2011
Permenhut no. p18 2011
 
Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014Permenhut no 52 th 2014
Permenhut no 52 th 2014
 
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
P.45 2012 standar_pedomanpenilaiankinerjakelolahp_ldanvlkpadahutanhak_rev_
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutanPermen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
Permen menhut no 14 tahun 2013 tentang pedoman pinjam pakai hutan
 
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutanPermen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
Permen lhk no.50 2016 ttg pedoman pinjam pakai kawasan hutan
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1...
 
Lhk
LhkLhk
Lhk
 
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
Permenhut no. p.16 menhut ii 2014
 
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
Permenhut no 54 th 2014 ttg kompetensi dan sertifikasi tenaga teknis dan peng...
 
Permenhut 11 09
Permenhut 11 09Permenhut 11 09
Permenhut 11 09
 
Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016Permen LHK no.71 tahun 2016
Permen LHK no.71 tahun 2016
 
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas arealPermen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
Permen menhut no 43 tahun 2013 tentang penataan batas areal
 

More from Jhon Blora

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Jhon Blora
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananJhon Blora
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_Jhon Blora
 
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanJhon Blora
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Jhon Blora
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Jhon Blora
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranJhon Blora
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Jhon Blora
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutananJhon Blora
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasJhon Blora
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanJhon Blora
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutanJhon Blora
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031Jhon Blora
 
Kawasan lindung final
Kawasan lindung finalKawasan lindung final
Kawasan lindung finalJhon Blora
 
Peta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauPeta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauJhon Blora
 
Peta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiPeta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiJhon Blora
 

More from Jhon Blora (20)

Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutananPermenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
Permenhut ri no 78 th 2014 ttg pedoman penyusunan programa penyuluhan kehutanan
 
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
Permenhut no 44 th 2014 ttg pedoman pembangunan unit percontohan penyuluhan k...
 
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutananP41 2010 programa penyuluhan kehutanan
P41 2010 programa penyuluhan kehutanan
 
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
P.46 2012 metode_danmateripenyuluhankehutanan_
 
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptanPp12 2014 tarif pnbp deptan
Pp12 2014 tarif pnbp deptan
 
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
Permenhut no 50 th 2014 ttg perdagangan sertifikat penurunan emisi karbon hut...
 
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
Permenhut no 38 th 2014 ttg p engenaan tarif rp.0
 
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaranPermenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
Permenhut no 24 th 2014 ttg tata cara penulisan pembayaran
 
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
Perda pengelolaan hutan hak dan penatausahaan hasil hutan(1)
 
Data sosial kehutanan
Data sosial kehutananData sosial kehutanan
Data sosial kehutanan
 
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan dasData rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
Data rehabilitasi hutan lahan dan pengeloaan das
 
Data umum
Data umumData umum
Data umum
 
Data pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutanData pengusahaan hutan
Data pengusahaan hutan
 
Data kawasan hutan
Data kawasan hutanData kawasan hutan
Data kawasan hutan
 
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
perda-rtrw-kab-blora-2011-2031
 
Kawasan lindung final
Kawasan lindung finalKawasan lindung final
Kawasan lindung final
 
Resapan air
Resapan airResapan air
Resapan air
 
Peta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danauPeta sempadan waduk dan danau
Peta sempadan waduk dan danau
 
Peta sempadan sungai
Peta sempadan sungaiPeta sempadan sungai
Peta sempadan sungai
 
Peta mata air
Peta mata airPeta mata air
Peta mata air
 

Recently uploaded

PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTYudaPerwira5
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...buktifisikskp23
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxAprianiMy
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdfsonyaawitan
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshDosenBernard
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFFPMJ604FIKRIRIANDRA
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.pptsarassasha
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxZullaiqahNurhali2
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaIniiiHeru
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanaNhasrul
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptDIGGIVIO2
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfPemdes Wonoyoso
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorritch4
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptxAbidinMaulana
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesiasdn4mangkujayan
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptxjannenapitupulu18
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdfTaufikTito
 

Recently uploaded (20)

PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppTPERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
PERTEMUAN 4 himpunan dan fungsi logika fuzzy.ppT
 
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotecAbortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
Abortion pills in Jeddah+966543202731/ buy cytotec
 
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
Telaah Kurikulum dan Buku Teks Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar ...
 
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
Abortion pills in Kuwait salmiyah [+966572737505 ] Get Cytotec in Kuwait city...
 
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptxPPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
PPT PROFESI KEPENDIDIKAN kelompok 7.pptx
 
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
4. PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAIhbnbbv PPI DASAR (1).pdf
 
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdshKISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
 
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIFPPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
PPT SIDANG UJIAN KOMPREHENSIF KUALITATIF
 
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
384986085-Bahaya-Narkoba-Bagi-Kesehatan-Jiwa-Remaja.ppt
 
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptxPEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
PEMANTAUAN HEMODINAMIK.dalam keperawatan pptx
 
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerjaContoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
Contoh laporan K3 perusahaan pada tahun 2023 dgn analisis beban kerja
 
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjanacontoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
contoh judul tesis untuk mahasiswa pascasarjana
 
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.pptKeracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
Keracunan bahan kimia,ektasi,opiat,makanan.ppt
 
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdfAlur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
Alur Pengajuan Surat Keterangan Pindah (Individu) lewat IKD.pdf
 
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogorundang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
undang undang penataan ruang daerah kabupaten bogor
 
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
514034136-Tugas-Modul-4-5-Komputer-Dan-Media-Pembelajaran.pptx
 
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec AsliJual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
Jual Pil Penggugur Kandungan 085225524732 Obat Aborsi Cytotec Asli
 
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa IndonesiaSalinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
Salinan PPT TATA BAHASA Bahasa Indonesia
 
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptxBimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda  2024.pptx
Bimbingan Teknis Penyusunan Soal Pilihan Berganda 2024.pptx
 
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
15_Contoh_Surat_Lamaran_Kerja_Lengkap_de.pdf
 

Permenhut ri no 91 th 2014 ttg penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara

  • 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.91/Menhut-II/2014 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 76 huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, ditetapkan bahwa pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu wajib melaksanakan penatausahaan hasil hutan bukan kayu; b. bahwa berdasarkan Pasal 117 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008, ditetapkan bahwa dalam rangka melindungi hak negara atas hasil hutan dan kelestarian hutan, dilakukan pengendalian dan pemasaran hasil hutan melalui penatausahaan hasil hutan; c. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009 telah ditetapkan Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara; d. bahwa untuk meningkatkan daya saing dan perbaikan tata kelola kehutanan dalam rangka mengurangi ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Tim Litbang Komisi Pemberantasan Korupsi serta mempertimbangkan perkembangan kondisi saat ini, maka perlu dilakukan pengaturan kembali penatausahaan hasil hutan bukan kayu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Negara; Mengingat..
  • 2. -2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3687); 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan..
  • 3. -3- 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 124); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5506); 10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013; 11. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 50/P Tahun 2014; 12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.52/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan, Dana Reboisasi, Penggantian Nilai Tegakan dan Ganti Rugi Tegakan; 13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu; 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2008 tentang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.9/Menhut-II/2009 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 27); 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2008 tentang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan Alam (IUPHHBK-HA) Atau Dalam Hutan Tanaman (IUPHHBK-HT) Pada Hutan Produksi; 16. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.39/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif terhadap Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14); 17. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 49); 18. Peraturan..
  • 4. -4- 18. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.46/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Pemberian Izin Pemungutan Hasil Hutan Kayu Atau Hasil Hutan Bukan Kayu Pada Hutan Produksi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 216); 19. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); 20. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2011 tentang Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 320); 21. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.41/Menhut-II/2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Alam (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 775); 22. 23. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2014 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Tanaman Pada Hutan Produksi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 776); Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.54/Menhut-II/2014 tentang Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Teknis dan Pengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1227); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Negara adalah kegiatan pencatatan, dokumentasi, dan pelaporan hasil hutan bukan kayu yang meliputi perencanaan produksi, pemanenan/pemungutan, pengukuran dan/atau pengujian, pengangkutan/peredaran dan pengumpulan, dan pengolahan. 2. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. 3. Hutan..
  • 5. -5- 3. Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 4. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 5. Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut industri primer adalah izin pengolahan hasil hutan berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, menjadi satu jenis atau beberapa jenis produk pada satu lokasi tertentu yang diberikan kepada pemegang izin oleh pejabat yang berwenang. 6. Pemegang izin adalah pemegang Izin Pemanfaatan Hutan yang melakukan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. 7. Pengelola Hutan adalah Perum Perhutani atau Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang wilayah areal kerjanya di luar Perum Perhutani termasuk di luar Pulau Jawa yang kegiatannya meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan; dan perlindungan hutan dan konservasi alam sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Tempat Penampungan Terdaftar Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut TPT-HHBK adalah tempat pengumpulan hasil hutan bukan kayu dan/atau hasil hutan olahan bukan kayu yang berasal dari satu atau beberapa sumber, milik badan usaha atau perorangan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. 9. Izin Pengumpulan Hasil Hutan Bukan Kayu adalah izin yang diberikan kepada perorangan/badan usaha yang bergerak di bidang kehutanan yang melakukan pengumpulan HHBK yang berasal dari hutan negara yang dipungut oleh masyarakat sekitar hutan berdasarkan IPHHBK. 10. Agroforestry atau Wanatani adalah suatu bentuk pengelolaan sumber daya yang memadukan kegiatan pengelolaan hutan atau pohon kayu-kayuan dengan penanaman komoditas atau tanaman jangka pendek, seperti tanaman pertanian. 11. Provisi Sumber Daya Hutan yang selanjutnya disebut PSDH adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. 12. Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LP- HHBK adalah dokumen yang memuat realisasi hasil pemanenan atau pemungutan atau pengumpulan hasil hutan bukan kayu berdasarkan izin sah. 13. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (GANISPHPL) adalah petugas perusahaan pemegang izin di bidang pengelolaan dan pemanfaatan hutan produksi lestari yang memiliki kompetensi di bidang pengelolaan hutan produksi lestari sesuai dengan kualifikasinya yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Balai atas nama Direktur Jenderal. 14. Pengawas Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (WAS- GANISPHPL) adalah Pegawai Kehutanan yang memiliki kompetensi di bidang pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan hutan produksi lestari sesuai dengan kualifikasinya yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Balai atas nama Direktur Jenderal. 15. Pembuat LP-HHBK adalah petugas perusahaan/perorangan pemegang izin atau pengelola hutan yang berkualifikasi sebagai GANIS-PHPL sesuai kompetensinya yang ditetapkan sebagai petugas pembuat Laporan Produksi HHBK. 16. Petugas..
  • 6. -6- Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 (1) Penatausahaan hasil hutan bukan kayu dimaksudkan untuk menjamin hak negara atas semua hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara yang dikelola atau dimanfaatkan atau dipungut berdasarkan izin yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penatausahaan hasil hutan bukan kayu bertujuan untuk menjamin legalitas hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh pemegang izin/pengelola hutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. BAB II.. 16. Petugas Pengesah Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut P2LP-HHBK adalah pegawai kehutanan yang berkualifikasi sebagai WAS-GANISPHPL sesuai kompetensinya yang diangkat dan diberi tugas, tanggung jawab serta wewenang untuk melakukan pengesahan laporan produksi hasil hutan bukan kayu. 17. Penerbit Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut Penerbit FA-HHBK adalah karyawan perusahaan pemegang izin atau pengelola hutan yang bergerak di bidang kehutanan yang berkualifikasi sebagai GANISPHPL sesuai kompetensinya yang diangkat dan diberi wewenang untuk menerbitkan dokumen Faktur. 18. Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut FA- HHBK adalah dokumen angkutan yang diterbitkan oleh Penerbit FA-HHBK untuk menyertai pengangkutan HHBK yang berasal dari areal izin yang sah pada hutan negara. 19. Nota Angkutan HHBK adalah dokumen angkutan yang dipergunakan dalam pengangkutan langsiran HHBK dari pelabuhan umum ke tujuan FA-HHBK dan pengangkutan HHBK yang berasal dari hasil agroforestry/wanatani. 20. Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LM- HHBK adalah dokumen yang menggambarkan penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan hasil hutan bukan kayu. 21. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan. 22. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang bina usaha kehutanan. 23. Direktur adalah Direktur yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang iuran kehutanan dan peredaran hasil hutan. 24. Dinas Provinsi adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Provinsi. 25. Dinas Kabupaten/Kota adalah Dinas yang diserahi tugas dan tanggung jawab di bidang kehutanan di wilayah Kabupaten/Kota. 26. Balai adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Usaha Kehutanan yang diserahi tugas dan tanggung jawab dalam bidang pemantauan pemanfaatan hutan produksi.
  • 7. -7- BAB II PEMANENAN/PEMUNGUTAN Bagian Kesatu Pemanenan/Pemungutan HHBK Pasal 3 Berdasarkan rencana kerja atau target pemanenan/pemungutan HHBK, pemegang izin atau pengelola hutan atau agroforestry/wanatani dapat melakukan pemanenan atau pemungutan atas hasil hutan bukan kayu. Bagian Kedua Pengukuran dan Pengujian Pasal 4 (1) Semua HHBK dilakukan penetapan jenis, pengukuran dan/atau pengujian, penetapan volume/berat, dan penghitungan jumlah. (2) Tata cara penetapan jenis, pengukuran dan/atau pengujian, penetapan volume/berat, penghitungan jumlah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal jenis HHBK yang belum diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, tata cara pengukuran dan/atau pengujiannya cukup dilakukan penetapan jenis, penetapan volume/berat dan penghitungan jumlah. Bagian Ketiga Pembuatan Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (LP-HHBK) Pasal 5 (1) Setelah melaksanakan pemanenan/pemungutan dan/atau pengumpulan HHBK, pemegang izin atau pengelola hutan wajib melakukan pengukuran berat/volume/ penghitungan jumlah. (2) Hasil pengukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam Buku Ukur dan dibuatkan Laporan Produksi Hasil Hutan Bukan Kayu (LP-HHBK) dan Rekapitulasi LP-HHBK. (3) LP-HHBK berikut rekapitulasinya dibuat sekurang-kurangnya 1 (satu) kali pada setiap akhir bulan oleh Pembuat LP-HHBK dan disampaikan kepada Petugas Pengesah LP-HHBK untuk disahkan. (4) Dalam hal pemegang izin atau pengelola hutan tidak memiliki GANISPHPL, maka LP-HHBK dapat dibuat oleh WAS-GANISPHPL sesuai kompetensinya pada Dinas Kabupaten/Kota. (5) Dalam hal Dinas Kabupaten/Kota tidak tersedia WAS-GANISPHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (4), LP-HHBK dapat dibuat oleh WAS- GANISPHPL dengan kompetensi lain. (6) Dalam hal tidak ada realisasi produksi HHBK, Pembuat LP-HHBK wajib membuat LP-HHBK Nihil dengan menyebutkan alasan-alasannya pada kolom keterangan. (7) Pemegang Izin Pengumpulan HHBK, wajib membuat Laporan Produksi berdasarkan penerimaan/pengumpulan HHBK yang diperoleh dari masyarakat sekitar hutan yang memiliki IPHHBK. Bagian Keempat..
  • 8. -8- Bagian Keempat Pengesahan LP-HHBK Pasal 6 (1) Berdasarkan LP-HHBK yang disampaikan oleh Pembuat LP-HHBK, P2LP- HHBK melakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan ke dalam Daftar Pemeriksaan Hasil Hutan Bukan Kayu (DP-HHBK) dan dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan LP-HHBK. (3) Apabila hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan benar, maka LP-HHBK disahkan. (4) WAS-GANISPHPL yang ditugaskan sebagai Pembuat LP-HHBK tidak dapat merangkap sebagai Pengesah LP-HHBK pada pemegang izin atau pengelola hutan yang sama. (5) Dalam hal di Dinas Kabupaten/Kota tidak tersedia WAS-GANISPHPL sesuai kompetensinya, LP-HHBK disahkan oleh WAS-GANISPHPL dengan kompetensi lain. Pasal 7 (1) Dalam hal belum tersedia GANISPHPL/WAS-GANISPHPL sesuai kompetensi jenis HHBK, LP-HHBK dibuat oleh GANISPHPL/WAS-GANISPHPL dengan kompetensi lain. (2) LP-HHBK yang telah disahkan disampaikan kepada Pejabat Penagih PSDH untuk diterbitkan SPP PSDH. (3) Berdasarkan SPP PSDH, pemegang izin atau pengelola hutan wajib membayar PSDH sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) LP-HHBK dapat disahkan apabila LP-HHBK sebelumnya telah dibayar lunas PSDH. BAB III PENGANGKUTAN HHBK Bagian Kesatu Jenis-jenis Dokumen Angkutan Pasal 8 (1) Dokumen angkutan HHBK meliputi: a. Faktur Angkutan Hasil Hutan Bukan Kayu (FA-HHBK); dan b. Nota Angkutan. (2) Blanko FA-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diadakan oleh pemegang izin atau pengelola hutan dan dicetak di percetakan umum, setelah memperoleh penetapan Nomor Seri FA-HHBK dari Dinas Kabupaten/Kota. (3) Nota Angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diadakan dan dicetak oleh pemegang izin atau pengelola hutan. (4) Format blanko FA-HHBK dan Nota Angkutan mengikuti pedoman pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu. Bagian Kedua..
  • 9. -9- Bagian Kedua Penggunaan Dokumen Angkutan Pasal 9 (1) Pengangkutan HHBK yang masih berupa bahan mentah/asalan dari pemegang izin, pengelola hutan atau izin pengumpulan ke semua tujuan serta pengangkutan lanjutannya, menggunakan FA-HHBK. (2) Pengangkutan HHBK berupa rotan asalan yang telah mengalami proses pencucian/penggorengan (WS) menggunakan FA-HHBK. (3) Pengangkutan produk olahan HHBK dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi berupa rotan (furniture, kerajinan tangan, keranjang, lampit, saborina, dan barang jadi lainnya), minyak atsiri, tepung sagu, serbuk cendana, dan produk olahan HHBK dalam bentuk barang jadi lainnya menggunakan Nota Perusahaan. (4) Dalam pelaksanaan ekspor produk olahan HHBK melalui pelabuhan umum, pengangkutan menuju pelabuhan dilengkapi dengan Nota Perusahaan sebagai dasar pengisian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Bagian Ketiga Perlakuan FA-HHBK di Tempat Tujuan Pasal 10 (1) FA-HHBK atas HHBK asalan/mentah yang sampai di industri primer pengolahan HHBK dimatikan oleh penerima HHBK. (2) Penerima HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu karyawan industri primer yang berkualifikasi sebagai GANISPHPL sesuai kompetensinya. (3) Dalam hal GANISPHPL sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tersedia, penerimaan HHBK dapat dilakukan oleh pimpinan pemegang izin atau pengelola hutan. BAB IV PEMBUATAN LAPORAN MUTASI HHBK (LM-HHBK) Pasal 11 (1) Pemegang izin/pengelola hutan yang memproduksi hasil hutan ikutan berupa HHBK, TPT-HHBK, pengelola hutan dan izin pengumpulan HHBK, setiap bulan wajib membuat Laporan Mutasi Hasil Hutan Bukan Kayu (LM- HHBK). (2) Pemegang izin industri primer hasil hutan bukan kayu, setiap bulan wajib membuat LM-HHBK dan LM-HHOBK. (3) Tata cara pengisian LM-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengikuti pedoman pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu. BAB V..
  • 10. -10- BAB V PELAPORAN Pasal 12 (1) Pemegang izin, pengelola hutan, dan pelaku usaha wajib menyampaikan rekapitulasi laporan bulanan pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai. (2) Kepala Dinas Kabupaten/Kota wajib menyampaikan gabungan rekapitulasi laporan bulanan pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya kepada Direktur Jenderal c.q. Direktur dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi dan Kepala Balai. BAB VI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 13 (1) Dinas Provinsi melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya. (2) Dinas Kabupaten/Kota melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya. (3) Balai melaksanakan bimbingan teknis terhadap pelaksanaan penatausahaan hasil hutan bukan kayu di wilayah kerjanya. (4) Pelaksanaan bimbingan, pengendalian, dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dilaksanakan oleh WAS- GANISPHPL sesuai kompetensinya, berdasarkan penugasan dari Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai. (5) WAS-GANISPHPL melaporkan hasil pelaksanaan bimbingan, pengawasan, dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepada Kepala Dinas Provinsi atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Balai. BAB VII SANKSI Pasal 14 (1) Pemegang izin/pengelola hutan yang tidak melakukan kegiatan penatausahaan hasil hutan bukan kayu, dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Kegiatan penatausahaan hasil hutan bukan kayu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. Pembuatan LP-HHBK berdasarkan hasil pengukuran dan/atau pengujian hasil hutan bukan kayu; b. Pembuatan LP-HHBK sesuai dengan fisik hasil hutan baik jenis, jumlah atau volume/berat; c. Membuat LP-HHBK atas hasil hutan bukan kayu yang sudah dipungut/dikumpulkan; d. Melaporkan LP-HHBK yang telah disahkan sesuai tata waktu; e. Memuat dan/atau membongkar hasil hutan bukan kayu di tempat yang sesuai dengan dokumen FA-HHBK; f. Melengkapi pengangkutan hasil hutan bukan kayu dengan FA-HHBK yang masih berlaku. Pasal 15..
  • 11. -11- Pasal 15 Dalam hal P2LP-HHBK mengesahkan LP-HHBK sebelum LP-HHBK periode sebelumnya dibayar lunas PSDH, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan kartu WAS-GANISPHPL. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 16 Hasil hutan bukan kayu yang berasal dari Perum Perhutani, penatausahaan hasil hutan bukan kayunya diatur secara tersendiri oleh Direksi Perum Perhutani, dan khusus penatausahaan hasil hutan untuk hal-hal yang berkaitan dengan: a. pengesahan LP-HHBK dilaksanakan oleh WAS-GANISPHPL PKB yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi atas usulan Kepala Dinas Kabupaten/Kota; dan b. pengangkutan HHBK menggunakan dokumen angkutan FA-KB yang diterbitkan oleh petugas Perum Perhutani yang berkualifikasi sebagai GANISPHPL PKB, mengikuti ketentuan Peraturan Menteri ini. Pasal 17 (1) Izin pengumpulan HHBK diberikan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. (2) TPT-HHBK ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan permohonan dari perusahaan yang bergerak di bidang kehutanan. (3) Tata cara dan persyaratan untuk mendapatkan Izin Pengumpulan HHBK dan TPT-HHBK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Pasal 18 Kepada P2LP-HHBK diberikan insentif berupa penghargaan, tunjangan pejabat PUHH, peningkatan kapasitas, penyegaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 19 Penatausahaan HHBK yang berupa tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi maupun tidak dilindungi serta yang termasuk dalam daftar Appendix CITES sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Pedoman Pelaksanaan Penatausahaan Hasil Hutan Bukan Kayu sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat (4) dan Pasal 11 ayat (3), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Direktur Jenderal. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21 (1) Nomor seri blanko FA-HHBK yang ditetapkan berdasarkan Peraturan sebelumnya, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan habisnya blanko. (2) Pengangkatan Penerbit FA-HHBK sebelum terbitnya Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya pengangkatan dimaksud. BAB X..
  • 12. -12- BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara sebagaimana yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.45/Menhut-II/2009, khusus ketentuan yang mengatur penatausahaan hasil hutan bukan kayu yang berasal dari hutan negara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 23 Peraturan Menteri ini mulai berlaku setelah 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 September 2014 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. ZULKIFLI HASAN Diundangkan di Jakarta pada tanggal 7 Oktober 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1498 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI, ttd. KRISNA RYA