SlideShare a Scribd company logo
1 of 456
MDDUL 1
Konsep dan Pengukuran
Pembangunan Ekonomi
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.
· ~
...
- PENDAHULUAN
odul 1 ini merupakan pengantar bagi mahasiswa untuk mempelajari
masalah-masalah pembangunan ekonorni di negara sedang
berkembang (NSB). Pada modul ini dijelaskan sejarah perkembangan
perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi, karakteristik umum
negara-negara sedang berkembang serta permasalahan yang mereka hadapi,
dan bagaimana mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara.
Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat
menjelaskan perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan
ekonomi, cakupan ekonomi pembangunan, karakteristik umum negara
sedang berkembang, dan ukuran-uk:uran keberhasilan pembangunan.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat menjelaskan:
1. perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi;
2. evolusi fokus dari ekonomika pembangunan;
3. cakupan bahasan ekonomi pembangunan;
4. dasar pengelompokan negara dan karakteristik umum negara sedang
berkembang;
5. perbedaan pengertian antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
ekonomi;
6. ukuran-ukuran pembangunan ekonomi;
7. kekuatan dan kelemahan pendekatan per kapita sebagai indikator
pembangunan;
8. berbagai indikator pembangunan lainnya, seperti Indeks Kualitas Hidup
dan Indeks Pembangunan Manusia.
1.2 EKONOMI PEMBANGUNAN •
KEGIATAN BELAJAR 1
Ruang Lingkup dan Nilai Pokok
Pembangunan
A. PERKEMBANGAN PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN
EKONOMI
Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru dalam ilmu ekonomi
karena studi tentang pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para
ekonom sejak zaman Merkantilis, Klasik, sampai Marx dan Keynes. Bapak
ilmu ekonomi, Adam Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek
tentang pembangunan ekonomi dalam karya fenomenalnya yang berjudul The
Wealth of Nations (1776). Oleh karena itu, tidaklah tepat kalau kita
menganggap bahwa ekonomi pembangunan merupakan suatu bidang analisis
yang relatif baru dalam ilmu ekonomi. Akan lebih tepat jika kita mengatakan
bahwa analisis-analisis tentang masalah pembangunan yang dilakukan oleh
para ekonom sekarang ini merupakan suatu ''kebangkitan kembali'' untuk
memperhatikan masalah-masalah yang dianalisis oleh para ekonom
terdahulu.
Masa ''kebangkitan kembali'' terhadap masalah-masalah pembangunan
ekonomi ini dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD II) karena
setelah zaman Adam Smith sampai PD II perhatian terhadap masalah
pembangunan ekonomi sangatlah kurang. Kurangnya perhatian terhadap
masalah pembangunan ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain pertama, pada masa sebelum PD II sebagian besar negara-negara sedang
berkembang (NSB) masih merupakan negara jajahan. Para penjajah merasa
tidak perlu untuk memikirkan secara serius mengenai masalah pembangunan
di negara jajahan mereka. Tujuan mereka mencari negara-negara jajahan
adalah hanya untuk menciptakan keuntungan bagi mereka, bukan untuk
meningkatkan tingkat kesejahteraan negara-negara jajahannya tersebut.
Kedua, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin masyarakat
negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah pembangunan
ekonomi. Pada saat itu, mereka hanya memikirkan tentang bagaimana
caranya untuk meraih kemerdekaan dari belenggu tirani penjajah. Menurut
mereka, pembangunan ekonomi hanya bisa dilakukan jika penjajahan telah
e ESPA4229/MODUL 1 1.3
berakhir. Ketiga, di lingkungan para ekonom sendiri, penelitian dan analisis
mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas. Para ekonom
Barat pada masa itu lebih memusatkan perhatian pada bagaimana mengatasi
masalah-masalah ekonomi jangka pendek, seperti kemelesetan ekonomi dan
pengangguran karena selama tiga dekade awal abad ke-20, masalah depresi
(malaise) dan pengangguran merupakan masalah utama yang dihadapi dunia.
Namun, kini setelah PD II berak:hir perhatian terhadap masalah
pembangunan ekonomi tumbuh dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor: Pertama, berkembangnya cita-cita negara-negara yang baru
merdeka untuk dapat mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang ekonomi
dari negara-negara maju. Negara-negara yang baru merdeka relatif miskin
dan juga mengalami masalah kependudukan yang kronis. Oleh karena itu,
pembangunan ekonomi merupakan sesuatu hal yang sangat mendesak untuk
segera dilakukan dalam rangka menanggulangi masalah pengangguran dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kedua, berkembangnya perhatian negara-negara maju terhadap usaha
pembangunan (khususnya pembangunan ekonomi) di NSB. Fenomena ini
didorong oleh rasa kemanusiaan negara-negara maju untuk membantu NSB
dalam mengakselerasi laju pembangunan ekonomi mereka agar dapat
mengejar ketertinggalan mereka dari negara-negara maju. Selain itu, ada juga
pertimbangan lain yaitu untuk mendapat dukungan dalam perang ideologi
antara Blok Barat dengan Blok Timur pada masa itu.
Bantuan dari negara-negara maju tersebut sifatnya bermacam-macam,
misalnya hibah (grant), yang berarti NSB yang menerimanya tidak perlu
membayar kembali bantuan tersebut. Bantuan tersebut bentuknya, antara lain
dapat berupa bantuan teknik dan tenaga ahli, bantuan bahan makanan, obat-
obatan ataupun bantuan untuk melakukan studi kelayakan suatu proyek.
Bantuan lainnya biasanya berupa pinjaman (loan) dengan syarat-syarat yang
jauh lebih mudah dengan tingkat bunga yang relatif lebih ringan
dibandingkan dengan pinjaman komersial biasa.
B. EVOLUSI FOKUS EKONOMI PEMBANGUNAN
Pada akhir dekade 1940-an, ekonomi pembangunan menjadi bidang
kajian yang paling sering dibahas, seiring dengan terbebasnya banyak negara
di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin dari belenggu penjajahan, dan
adanya keinginan dari negara-negara tersebut untuk mengejar
1.4 EKONOMI PEMBANGUNAN •
ketertinggalannya dari negara-negara maju. Selama dekade 1950-an hingga
awal dekade 1960-an, kebijakan-kebijakan pembangunan ditekankan pada
maksimisasi pertumbuhan GNP melalui proses akumulasi modal dan
industrialisasi. Kebijakan-kebijakan yang diambil antara lain menerapkan
sistem perencanaan terpusat untuk pertumbuhan investasi modal fisikal,
pemanfaatan surplus tenaga kerja, pengembangan industri substitusi impor
(ISi), dan mencari bantuan luar negeri. Dengan kata lain, strategi
pembangunan berpusat pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi,
sedangkan pembangunan di bidang lainnya diarahkan untuk menunjang
keberhasilan pembangunan ekonomi dan mengikuti irama pembangunan di
bidang ini.
Kenyataannya, strategi ini dihadapkan pada pilihan antara pertumbuhan
ekonomi atau pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pertumbuhan dan
pemerataan merupakan dua kutub strategi pembangunan yang saling
mengabaikan (trade-off). Artinya, pembangunan yang menitikberatkan pada
aspek pertumbuhan dalam batas-batas tertentu akan mengabaikan aspek
pemerataan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan pengalaman masa lalu,
pilihan pun jatuh pada aspek pertumbuhan sehingga kebijakan pembangunan
yang diambil sangat menekankan pada pemacuan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dengan harapan nantinya aspek pemerataan dapat pula
diraih melalui mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect).
Namun, keberhasilan pembangunan yang ditinjau dari tolok ukur
ekonomi klasik tersebut sekiranya tidak mampu merefleksikan realitas
kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Angka-angka yang tercermin
pada GNP tidak cukup representatif dalam mengungkapkan state of mind
masyarakat yang sebenarnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh semakin lebarnya
jurang polarisasi ekonomi seiring dengan pesatnya pertumbuhan.
Pada masa itu, banyak di antara negara yang baru merdeka (NSB)
terlahir dalam tatanan konfigurasi ekonomi yang suram. Hal tersebut
diindikasikan oleh angka pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah,
sedangkan angka inflasi tidak terkendali. Konfigurasi yang ekonomi yang
suram tersebut tidak memberikan batas toleransi yang luas bagi para pembuat
kebijakan di negara terkait untuk berbuat kesalahan. Margin of error yang
demikian sempit, tidak memberikan ruang gerak yang cukup untuk memilih
berbagai alternatif model pembangunan, kecuali hanya bertumpu pada
paradigma pertumbuhan yang konsekuensinya sering kali mengabaikan
aspek-aspek sosial dan budaya.
e ESPA4229/MODUL 1 1.5
Memasuki dekade 1960-an ak:hir dan awal dekade 1970-an,
pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Mulai muncul pandangan
bahwa tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi bukan lagi
menitikberatkan pada aspek pertumbuhan, namun bagaimana mengurangi
angka kemiskinan dan ketimpangan. Beberapa ekonom berpendapat bahwa
pertumbuhan yang tercermin pada kenaikan angka-angka GNP tiap tahunnya
belum mampu menjadi solusi atas masalah kemiskinan dan ketimpangan
sehingga ''makna'' pembangunan kembali dipertanyakan.
Adanya keprihatinan di kalangan para pemerhati masalah-masalah
pembangunan memunculkan gagasan baru tentang strategi pembangunan
yang lebih memberikan ''makna'' bagi semua pihak pemangku kepentingan
(stakeholders). Bank Dunia memperkenalkan pendekatan pembangunan
pertumbuhan dengan pemerataan (redistribution with growth) dan ILO
(International Labour Organization) menawarkan pendekatan pemenuhan
kebutuhan dasar (basic need approach) sebagai solusi. Untuk literatur
pembangunan lainnya ada yang menekankan perlunya pergeseran orientasi
dari pembangunan industri menuju pembangunan perdesaan; pergeseran
penekanan dari pembentukan modal fisik menuju pembentukan modal insani
(human capital) sebagai modal utama pembangunan; dan pentingnya
penerapan teknologi tepat guna (appropriate technology) bagi setiap negara.
Perubahan yang paling mendasar pada ekonomi pembangunan terjadi
selama dekade 1970-an dan dekade 1980-an yang dikenal dengan istilah
'kebangkitan ekonomi neoklasik' (resurgence of neoclassical economics).
Jika pada dekade 1950-an para ekonom pembangunan merurnuskan teori
pembangunan yang dianggap berlaku umum (grand theories) dan strategi-
strategi yang bersifat umum di dalam upaya memecahkan permasalahan
NSB, pada dekade 1970-an dan 1980-an sebaliknya. Fokus kajian ekonomi
pembangunan sudah lebih ditekankan pada analisis tentang keberagaman
NSB dan pengidentifikasian faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan
kinerja ekonorni setiap negara. Analisis berubah dari model pertumbuhan
yang sangat agregatif menuju ke model mikro yang disagregatif. Studi
diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan data dan
kondisi empiris negara tersebut dan pentingnya penggunaan asumsi yang
berbeda ketika menganalisis masalah di suatu NSB. Oleh karena itu, perlu
kehatian-hatian di dalam proses pengidentifikasian hubungan-hubungan
kelembagaan dan menempatkan elemen-elemen misalnya penduduk, institusi,
dan ketersediaan semangat kewirausahaan (entrepreneurship) yang selama
1.6 EKONOMI PEMBANGUNAN •
ini dianggap given sebagai variabel endogen di dalam analisis pembangunan.
Dengan kata lain, pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang
multidimensional yang juga mencakup perubahan-perubahan mendasar di
dalam struktur sosial, perilaku masyarakat, perbaikan sistem kelembagaan
(institutional development), selain aspek-aspek ekonomi, seperti kenaikan
pendapatan per kapita, kemerataan distribusi pendapatan, dan pengentasan
kemiskinan.
C. CAKUPAN BAHASAN EKONOMI PEMBANGUNAN
Usaha-usaha pembangunan yang dilakukan oleh NSB dalam
pelaksanaannya banyak mengalami kegagalan dalam memecahkan masalah-
masalah mendasar dari pembangunan, misalnya masalah kemiskinan dan
masalah kesenjangan distribusi pendapatan. Kegagalan-kegagalan tersebut
telah menimbulkan dorongan bagi para ilmuwan, terutama para ekonom,
untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai masalah yang
memengaruhi kehidupan sebagian besar umat manusia di bumi ini. Sejak saat
itu, aspek-aspek yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi telah menjadi
titik perhatian yang sering dibahas oleh para ekonom.
Pandangan-pandangan para ekonom mengenai aspek yang berkaitan
dengan masalah-masalah pembangunan di NSB itulah yang kini kita kenal
sebagai ekonomi pembangunan. Namun, pola pembahasan yang seragam
seperti dalam analisis ekonomi mikro dan ekonomi makro tidak akan kita
temui dalam analisis ekonomi pembangunan. Cabang ilmu ekonomi ini
belum memiliki suatu pola analisis tertentu yang dapat diterima secara
umum.
Belum adanya suatu pola analisis yang dapat diterima secara umum
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pertama, kompleksitas masalah
pembangunan dan banyaknya faktor yang memengaruhi pembangunan, yang
mengakibatkan melebarnya topik pembahasan di dalam ekonomi
pembangunan. Ada beberapa pembahasan dalam ekonomi pembangunan,
antara lain masalah pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, ketimpangan
pendapatan, pembentukan modal, tingkat tabungan domestik, transformasi
struktural, dan bantuan luar negeri. Kedua, tidak adanya teori-teori
pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar yang berlaku
umum (grand theory) dalam memberikan gambaran mengenai proses
pembangunan ekonomi. Hingga saat ini, masih terjadi silang pendapat di
e ESPA4229/MODUL 1 1.7
antara para ekonom mengenai faktor-faktor apa yang memegang peranan
penting dalam pembangunan ekonomi dan bagaimana mekanisme proses
pembangunan ekonomi itu berlangsung.
Namun, hal tersebut tidak berarti karakteristik pola analisis dalam
ekonomi pembangunan tidak dapat kita kenali. Jika kita cermati, pada
hakikatnya pembahasan-pembahasan dalam ekonomi pembangunan dapat
dimasukkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah
pembahasan mengenai pembangunan ekonomi, baik yang bersifat deskriptif
maupun analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
karakteristik perekonomian dan masyarakat NSB serta implikasinya pada
pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelompok kedua adalah
pembahasan mengenai berbagai pilihan orientasi kebijaksanaan
pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya untuk mempercepat
proses pembangunan ekonomi di NSB. Oleh karena itu, Ekonomi
Pembangunan dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu ekonomi yang
menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh NSB dan memberikan
landasan teori bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
agar NSB dapat membangun ekonominya secara cepat dan berkelanjutan
(sustainable).
~~< : _ . ~
- _,,..,,-
.. -
- - - =.. ~
LATI HAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan
ekonomi!
2) Jelaskan evolusi fokus ekonomi pembangunan dan pembangunan
ekonomi!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Perkembangan perhatian terhadap pembangunan ekonomi sebelum PD II
sangat kurang karena Pertama, pada masa sebelum PD II sebagian besar
negara-negara sedang berkembang (NSB) masih merupakan negara
jajahan. Kedua, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin
masyarakat negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah
1.8 EKONOMI PEMBANGUNAN •
pembangunan ekonomi. Ketiga, di lingkungan para ekonom, penelitian
dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas.
Setelah PD II perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan
ekonomi sangat tinggi.
2) Pada dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an, kebijakan-kebijakan
pembangunan diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan GNP
melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Memasuki dekade
1960-an akhir dan awal dekade 1970-an, kebijakan pembangunan lebih
ditekankan pada pengurangan angka kemiskinan dan ketimpangan secara
langsung melalui pendekatan pemerataan dengan pertumbuhan
(redistribution with growth) dan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic need approach). Pada dekade 1970-an dan dekade 1980-an mulai
disadari adanya keberagaman NSB dan perbedaan kinerja perekonomian
setiap negara sehingga analisis bergerak dari model pertumbuhan yang
sangat agregatif menuju ke model mikro yang terdisagregatif. Studi
diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan data
empiris dan harus ada penggunaan asumsi yang berbeda ketika
menganalisis masalah di suatu NSB. Oleh karena itu, hubungan-
hubungan kelembagaan dan elemen-elemen misalnya penduduk,
institusi, dan ketersediaan semangat kewirausahaan (entrepreneurship),
yang selama ini dianggap sebagai hal given perlu dimasukkan menjadi
variabel endogen di dalam analisis pembangunan.
RANG KUMAN
Perkembangan perhatian terhadap pembangunan ekonomi sebelum
PD II sangat kurang karena pada masa itu sebagian besar NSB masih
dijajah, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin masyarakat
negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah pembangunan
ekonomi, dan terbatasnya studi dan analisis tentang masalah
pembangunan jangka panjang. Pada 1950-an hingga awal 1960-an,
kebijakan-kebijakan pembangunan diarahkan untuk memaksimalkan
pertumbuhan growth-oriented strategy (GNP). Memasuki akhir dekade
1960-an dan awal 1970-an, upaya pembangunan ekonomi ditekankan
pada upaya pengurangan angka kemiskinan dan ketimpangan secara
langsung melalui, misalnya pendekatan pemerataan dengan pertumbuhan
dan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar.
e ESPA4229/MODUL 1 1.9
Pada dekade 1970-an dan dekade 1980-an muncul kesadaran akan
adanya keberagaman NSB dan kinerja perekonomiannya. Analisis
bergerak dari model pertumbuhan yang sangat agregatif menuju ke
model mikro yang disagregatif. Pembangunan ekonomi mulai
memperhatikan hubungan-hubungan kelembagaan di dalam menelaah
arti penting beberapa variabel kuantitatif dan memperhatikan beberapa
elemen, seperti penduduk, institusi, dan pasokan kewirausahaan sebagai
variabel endogen dalam analisis pembangunan.
Cakupan bahasan ekonomi pembangunan dapat dimasukkan ke
dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pembahasan mengenai
pembangunan ekonomi, baik yang bersifat deskriptif maupun analitis
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang berbagai
karakteristik perekonomian dan masyarakat di NSB serta implikasinya
pada pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelompok kedua
adalah pernbahasan mengenai berbagai pilihan orientasi kebijaksanaan
pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya untuk mempercepat
proses pembangunan ekonomi di NSB.
TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Sebelum Perang Dunia II (PD II) perhatian terhadap masalah
pembangunan ekonomi sangatlah kurang. Faktor-taktor penyebabnya
adalah sebagai berikut, kecuali ....
A. kurangnya usaha para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk
membahas masalah-masalah pembangunan ekonomi
B. sebelum PD II sebagian besar NSB masih merupakan daerah jajahan
C. para ekonom dan peneliti tentang masalah pembangunan ekonomi
masih terbatas
D. berkembangnya perhatian negara maju terhadap usaha
pembangunan
2) Fokus perhatian ekonomi pembangunan sejak dekade 1900-an sampai
sekarang ini adalah ....
A. proses akumulasi modal dan bantuan luar negeri
B. strategi pemenuhan kebutuhan pokok
C. pembangunan sistem kelembagaan
D. pembangunan perdesaan
1.10 EKONOMI PEMBANGUNAN •
3) Dilihat dari istilahnya Ekonomi Pembangunan adalah ....
A. sebuah ilmu yang tunggal sehingga tidak perlu memasukkan
pendekatan ilmu lain yang terkait
B. sebuah ilmu yang tunggal sehingga tidak perlu ditopang dengan
metodologi keilmuan
C. sebuah ilmu yang transparan sehingga tidak mungkin akan diperoleh
kesempurnaan dalam analisisnya
D. sebuah ilmu yang menggunakan pendekatan multidisiplin karena
menyangkut berbagai aspek kehidupan yang saling terkait satu sama
lain
4) Tidak termasuk bidang penting yang dianalisis dalam ekonomi
pembangunan, adalah ....
A. masalah pertumbuhan ekonomi dan investasi
B. masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan
C. masalah pembentukan modal
D. analisis makro dan mikro
5) Jika dicermati lebih teliti, pada hakikatnya pembahasan-pembahasan
dalam ekonomi pembangunan dapat dimasukkan dalam beberapa
kelompok ....
A. kelompok pembahasan mengenai perkembangan ekonomi baik yang
deskriptif maupun yang analitis yang menggambarkan sifat
perekonomian dan masyarakat di negara maju serta implikasinya
B. kelompok sejarah negara-negara yang maju maupun berkembang,
termasuk sejarah dalam melepaskan dari cengkeraman penjajah
C. kelompok yang bersifat memberikan berbagai pilihan kebijaksanaan
pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya mempercepat
proses perkembangan ekonomi di NSB
D. kelompok yang bersifat menerima berbagai pilihan dalam upaya
mempercepat proses pembangunan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100%
Jumlah Soal
e ESPA4229/ MODUL 1
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
1.11
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.12 EKONOMI PEMBANGUNAN •
KEGIATAN BELAJAR 2
Pengelompokan dan Ciri-ciri
Negara Sedang Berkembang
A. PENGELOMPOKAN NEGARA SEDANG BERKEMBANG (NSB)
Pengelompokan negara-negara di dunia biasanya berdasarkan pada
tingkat kesejahteraannya dengan menggunakan indikator pendapatan riil per
kapita. Berdasarkan tingkat kesejahteraan tersebut, Bank Dunia
mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua, yaitu negara-negara
maju (developed countries) dan negara-negara sedang berkembang
(developing countries atau sering juga disebut less-developed countries).
Negara-negara sedang berkembang ini sering juga disebut sebagai negara
Dunia Ketiga atau Negara Selatan. Negara-negara yang termasuk dalam
kelompok negara-negara maju yang sering juga disebut sebagai negara Dunia
Pertama adalah negara-negara di kawasan Eropa Barat, Amerika Utara,
Australia, New Zealand, dan Jepang. Selain itu, yang juga termasuk dalam
kelompok negara-negara maju adalah sebagian besar negara-negara sosialis
yang terdapat di kawasan Eropa Timur, seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria,
dan Polandia. Negara-negara ini sering disebut sebagai negara Dunia Kedua.
Sebagian besar NSB terdapat di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin,
suatu kawasan di mana diperkirakan dua pertiga penduduk dunia berada.
Taraf pembangunan mereka masih rendah dan juga banyak di antara mereka
yang memiliki pendapatan per kapita kurang dari US $1.000 (Bank Dunia,
2006). Nilai tersebut tentu saja sangat rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara maju yang sebagian besar merniliki pendapatan per kapita di
atas US $10.000.
Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa ada beberapa NSB yang
mempunyai pendapatan per kapita di atas US $10.000 bahkan setara dengan
pendapatan per kapita negara-negara maju, misalnya Korea Selatan (US
$14,000), Kuwait (US $22,470), Arab Saudi (US $10,140) dan Singapura
(US $24,760). Namun, negara-negara tersebut belum dianggap sebagai
kelompok negara-negara maju karena struktur ekonomi dan masyarakatnya
tidak jauh berbeda dibandingkan dengan NSB lainnya. Menurut Celso
Furtado (1964) seorang ekonom Amerika Latin di dalam Arsyad (1999),
e ESPA4229/MODUL 1 1.13
suatu negara masih disebut sebagai negara yang belum maju
(underdeveloped) atau NSB jika di negara tersebut masih terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah faktor produksi yang dimiliki dengan
teknologi yang mereka kuasai sehingga penggunaan modal dan tenaga kerja
secara penuh (full utilization) belum tercapai.
Satu-satunya negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang
pada mulanya dianggap sebagai NSB, tetapi kini dianggap sebagai negara
maju adalah Jepang. Belakangan ini juga muncul beberapa negara yang
mempunyai taraf pembangunan yang hampir mencapai taraf negara-negara
maju, seperti Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan Hongkong. Mereka
sering disebut sebagai Newly Industrializing Countries (NICs).
Bank Dunia dalam World Development Indicators (2006)
mengklasifikasikan 3 kelompok negara berdasarkan tingkat pendapatan
nasional (Gross National Income = GNI) per kapitanya sebagai berikut:
a. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok
negara-negara dengan GNI per kapita di bawah US $765.
b. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah
kelompok negara-negara dengan GNI per kapita antara US $766 sampai
US$9.385. Kelompok negara berpenghasilan menengah dapat
diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1) Negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle-income
economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US
$766 sampai US $3.035.
2) Negara berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle-income
economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US
$3.036 sampai US $9.385.
c. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah kelompok
negara-negara dengan GNI per kapita di atas US $9.386.
Tabel 1.1 berikut ini menyajikan beberapa kelompok negara di dunia
berdasarkan tingkat pendapatan per kapita dan jumlah penduduk.
1.14 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Tabel 1.1.
Beberapa Negara Terpilih menurut GNI Per Kapita
dan Jumlah Penduduk, 2004
Negara GNP per Kapita (US $) Penduduk uuta)
Kelompok Negara Berpenghasilan
Rendah:
1. Etiopia
2. Tanzania
3. Kenya
4. Bangladesh
5. Vietnam
Kelompok Negara Berpenghasilan
Menengah:
1. Srilangka
2. Indonesia
3. Filipina
4. Thailand
5. Malaysia
Kelompok Negara Berpenghasilan
Tinggi:
1. Korea Selatan
2. Israel
3. Singapura
4. Jepang
5. Amerika Serikat
Sumber: Bank Dunia (2006).
110(206)
320(185)
480(171)
440(174)
540(168)
1.010(143)
1.140(137)
1.170(136)
2.490(104)
4.520(79)
14.000(50)
17.360(39)
24.760(29)
37.050(9)
41.440 5
Keterangan: Angka ( ) menunjukkan peringkat di dunia.
B. KARAKTERISTRIK UMUM NEGARA SEDANG
BERKEMBANG (NSB)
70
38
33
139
82
19
218
82
64
25
48
7
4
128
294
Setelah kita membahas tentang pengelompokan negara-negara di dunia,
sekarang saatnya kita membahas tentang sifat dan karakteristik NSB.
Todaro & Smith (2003) mengemukakan beberapa karakteristik umum NSB,
yaitu sebagai berikut.
1. Standar Hidup yang Rendah
Pada umumnya, standar hidup sebagian besar penduduk NSB sangat
rendah. Standar hidup yang rendah pada NSB bukan hanya jika dibandingkan
dengan standar hidup di negara-negara maju, namun juga jika dibandingkan
e ESPA4229/MODUL 1 1.15
dengan standar hidup sekelompok kecil (elite) penduduk di dalam NSB itu
sendiri.
Di NSB, standar hidup yang rendah itu tampak sangat nyata, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan per
kapita yang rendah, kemiskinan yang kronis, kondisi perumahan yang tidak
memadai, sarana kesehatan yang masih sangat terbatas, tingkat pendidikan
yang rendah, tingkat kematian bayi yang tinggi, tingkat harapan hidup yang
rendah, adanya perasaan tidak aman, dan rasa putus asa.
2. Tingkat Produktivitas Rendah
NSB dicirikan pula oleh tingkat produktivitas tenaga kerjanya yang
rendah. Seperti kita ketahui, konsep fungsi produksi yang secara sistematis
menghubungkan tingkat output dengan kombinasi-kombinasi input pada
tingkat teknologi tertentu merupakan konsep yang paling sering digunakan
untuk menjelaskan tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
materinya. Namun, agar dapat memberikan sebuah penjelasan yang akurat,
konsep fungsi produksi yang bersifat teknis ini perlu ditunjang oleh
konseptualisasi yang luas termasuk di antaranya input-input lainnya, seperti
motivasi pekerja, dan keluwesan kelembagaan.
Di NSB, tingkat produktivitas tenaga kerjanya (output per pekerja)
sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini bisa
dijelaskan dengan menggunakan beberapa konsep ekonomi. Salah satunya
adalah prinsip produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing
marginal productivity). Prinsip ini menyatakan bahwa jika ada penambahan
kuantitas pada salah satu input variabel (misalnya tenaga kerja), sedangkan
kuantitas input-input lainnya (modal, tanah) diasumsikan tetap maka pada
suatu titik tertentu produk marjinal yang dihasilkan dari adanya tambahan
input variabel tersebut akan menurun. Oleh karena itu, tingkat produktivitas
tenaga kerja yang rendah bisa disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya
input komplementer, seperti modal fisik atau manajemen sumber daya
manusia yang baik.
3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Behan Tanggungan yang
Tinggi
Menurut UNDP (2008), dari sekitar 6,3 miliar penduduk dunia di tahun
2003, sebagian besar (5,3 miliar) berada di NSB, sedangkan sisanya hidup di
negara-negara maju. Laju pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi dan
1.16 EKONOMI PEMBANGUNAN •
tingkat kepadatan penduduk yang ''tidak wajar'', tentu saja menambah
kompleksitas permasalahan di NSB. Ada dua faktor yang memengaruhi
tingkat pertumbuhan penduduk suatu negara, yaitu (a) tingkat kelahiran kasar
(crude birth rate) yang ditunjukkan oleh jumlah kelahiran per 1.000
penduduk tiap tahunnya, dan (b) tingkat kematian (death rate) yang
ditunjukkan oleh jumlah kematian per 1.000 penduduk tiap tahunnya. Selama
ini, tingkat kelahiran maupun tingkat kematian antara dua kelompok negara
tersebut juga sangat timpang. Data UNDP (2005) menyebutkan bahwa
hingga tahun 2003, rata-rata tingkat kelahiran kasar di NSB masih sangat
tinggi, yaitu sekitar 22 kelahiran per 1.000 penduduk, sedangkan di negara-
negara maju hanya sekitar 12 kelahiran per 1.000 penduduknya. Di sisi lain,
tingkat kematian di NSB juga relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 11 kematian
per 1.000 penduduk, sedangkan pada negara-negara maju ''hanya'' mencapai
angka sekitar 9 kematian per 1.000 penduduknya.
Meskipun tingkat kematian di NSB relatif lebih tinggi, namun berkat
adanya perbaikan sarana dan prasarana penunjang kesehatan, sekarang
perbedaan tingkat kematian antara dua kelompok negara tersebut tidak begitu
besar. Sebagai dampaknya, menurut UNDP (2008), tingkat pertumbuhan
penduduk antara tahun 1973- 2003 di NSB adalah sebesar 1,9% per tahun,
sedangkan di negara-negara maju ''hanya'' sekitar 0,7% per tahunnya.
Satu hal lagi yang menambah kompleksitas masalah kependudukan di
NSB adalah proporsi penduduk di bawah usia 15 tahun (usia nonproduktif)
yang cukup tinggi. Hal tersebut berdampak pada semakin tingginya rasio
beban tanggungan (burden of dependency ratio). Menurut UNDP (2008),
pada tahun 2003, proporsi penduduk di bawah usia 15 tahun di NSB adalah
sebesar 31,6o/o, sedangkan di negara-negara maju hanya mencapai angka
18%. Dengan kata lain, rasio beban tanggungan di NSB hampir dua kali lebih
besar dibandingkan rasio beban tanggungan di negara-negara maju.
4. Tingginya Tingkat Pengangguran
Apabila dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber
daya manusia yang dilakukan oleh NSB masih relatif rendah. Ada dua hal
yang memicu timbulnya fenomena tersebut, yaitu pertama, adanya
pengangguran terselubung (underemployment), artinya tenaga kerja yang ada
bekerja di bawah kapasitas optimalnya. Hal ini terlihat dari banyaknya tenaga
kerja di daerah perkotaan maupun perdesaan yang bekerja di bawah jam kerja
normal, mereka hanya bekerja secara harian, mingguan atau musiman.
e ESPA4229/MODUL 1 1.17
Pengangguran terselubung tersebut juga terlihat pada tenaga kerja yang
bekerja penuh waktu, sesuai dengan jam kerja normal namun
produktivitasnya begitu rendah sehingga adanya penambahan jam kerja tidak
akan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap jumlah output. Kedua,
adanya pengangguran terbuka (open unemployment), artinya orang-orang
yang sebenarnya mampu dan sangat ingin bekerja namun tidak ada pekerjaan
yang tersedia bagi mereka. Keadaan ini menuntut penciptaan lapangan kerja
baru sesuai dengan perkembangan jumlah tenaga kerja. Data Bank Dunia
(2006) menyebutkan bahwa antara tahun 2000-2004 rata-rata jumlah
pengangguran di NSB adalah 12% dari keseluruhan angkatan kerja,
sedangkan di negara-negara maju penganggurannya ''hanya'' mencapai angka
5,4%.
5. Ketergantungan terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Produk
Primer
Data Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk
NSB hidup di daerah perdesaan. Hingga tahun 2004, perbandingan jumlah
penduduk antara desa dan kota di NSB adalah 57 dan 43, sedangkan di
negara-negara maju perbandingan tersebut berubah drastis menjadi 22 dan
78. Daerah perdesaan dikenal sebagai basis sektor pertanian sehingga apabila
dilihat dari konsentrasi penduduknya maka dapat dikatakan bahwa 58%
penduduk di NSB menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada
periode yang sama, menurut Bank Dunia (2006), kontribusi sektor pertanian
terhadap GDP di NSB adalah sekitar 12%, sedangkan di negara-negara maju
hanya sekitar 2%. Di sisi lain, sepuluh tahun sebelumnya, pada tahun 1990
kontribusi sektor pertanian terhadap GDP di NSB adalah sekitar 18%,
sedangkan di negara-negara maju hanya 3%. Hal tersebut menunjukkan
adanya fenomena transformasi struktural, dari sektor pertanian beralih ke
sektor modern.
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun sektor
pertanian di NSB menyerap sebagian besar tenaga kerjanya, namun
kontribusi sektor tersebut dinilai sangatlah kurang. Dalam kaitannya dengan
permasalahan tersebut, ada dua kebijakan yang dapat dijalankan NSB,
(a) adanya revitalisasi pertanian, mengingat sektor pertanian merupakan basis
perekonomian NSB; dan (b) adanya transformasi struktural yang dinamis,
suatu proses transformasi yang tidak menyebabkan adanya ''ketimpangan''
dan ''kepincangan'' pada salah satu sektor.
1.18 EKONOMI PEMBANGUNAN •
6. Dominasi Negara Maju, Ketergantungan terhadap Negara Maju,
dan Vulnerabilitas dalam Hubungan-hubungan Internasional
Bagi NSB, faktor yang menyebabkan rendahnya standar hidup, tingginya
angka pengangguran, dan munculnya masalah ketidakmerataan pendapatan
adalah karena tingginya ketimpangan, baik di bidang ekonomi maupun
politik antara negara-negara miskin dan negara-negara kaya. Ketimpangan
tersebut tidak hanya dalam bentuk dominasi negara-negara kaya dalam
mengendalikan pola perdagangan internasional, namun juga tampak dalam
dominasi mereka dalam mendikte NSB sebagai prasyarat dalam memberikan
bantuan luar negeri maupun menyalurkan modal swastanya.
Kondisi tersebut pada akhirnya akan melahirkan sikap ketergantungan
NSB terhadap negara-negara maju dan menimbulkan sifat mudah
terpengaruh (vulnerability) dari NSB terhadap dominasi dari luar yang pada
akhirnya menguasai dan mendominasi setiap sendi kehidupan ekonomi dan
sosial mereka.
~~E - 3£8-.. ~
. -. -......._..._.....
LATI HAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan dasar pengelompokan negara-negara di dunia ini menurut Bank
Dunia!
2) Jelaskan karakteristik negara-negara sedang berkembang!
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Pengelompokan negara-negara di dunia berdasarkan pada tingkat
kesejahteraannya dengan menggunakan indikator pendapatan riil per
kapita. Berdasarkan tingkat kesejahteraan tersebut, Bank Dunia
mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua, yaitu negara-
negara maju (developed countries) dan negara-negara sedang
berkembang (developing countries atau sering juga disebut less-
developed countries). Negara-negara maju kelompok Barat (misalnya
Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, dan Australia) disebut juga
negara Dunia Pertama. Sementara negara-negara sedang berkembang
e ESPA4229/MODUL 1 1.19
sering juga disebut sebagai negara Dunia Ketiga atau Negara Selatan.
Selain itu, yang juga termasuk dalam kelompok negara-negara maju
adalah sebagian besar negara-negara sosialis - sering juga disebut
sebagai negara Dunia Kedua - yang terdapat di kawasan Eropa Timur,
seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria, dan Polandia.
2) Karakteristik umum negara sedang berkembang:
-
a) Standar hidup yang rendah.
b) Tingkat produktivitas yang rendah.
c) Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi.
d) Tingginya tingkat pengangguran.
e) Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk
•
primer.
f) Dominasi negara maju, ketergantungan terhadap negara maju, dan
vulnerabilitas dalam hubungan-hubungan intemasional.
RANG KUMAN
Bank Dunia (2006) mengelompokkan negara berdasarkan tingkat
pendapatan nasional (Gross National Income = GNI) per kapitanya
sebagai berikut.
1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah
kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di bawah US $765.
2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income econo1nies)
adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita antara US
$766 sampai US $9.385. Kelompok negara berpenghasilan
menengah dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut.
a. Negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle-
income economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita
antara US $766 sampai US $3.035.
b. Negara berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle-income
economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara
US $ .036 sampai US $9.385.
3. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah
kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di atas US $9.386.
Todaro & Smith (2003) mengemukakan karakteristik umum NSB
sebagai berikut.
1.20 EKONOMI PEMBANGUNAN •
1. Standar hidup yang rendah yang dapat dilihat dari pendapatan per
kapita yang rendah, kemiskinan yang kronis, kondisi perumahan
yang tidak memadai, sarana kesehatan yang masih sangat terbatas,
tingkat pendidikan yang rendah, tingkat kematian bayi yang tinggi,
tingkat harapan hidup yang rendah, adanya perasaan tidak aman,
dan rasa putus asa.
2. Tingkat produktivitas yang rendah, khususnya tingkat produktivitas
tenaga kerja.
3. Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi.
4. Tingginya tingkat pengangguran, baik pengangguran terselubung
(underemployment) maupun pengangguran terbuka (open
unemployment).
5. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk
•
primer.
6. Dominasi, ketergantungan, dan vulnerabilitas dala.m hubungan-
hubungan internasional.
TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Negara Brunai dan Uni Emirat Arab memiliki pendapatan yang sangat
tinggi, akan tetapi masih digabungkan dalam kelompok NSB oleh
karena ....
A. di negara-negara tersebut masih terjadi ketidakseimbangan antara
jumlah faktor produksi yang mereka miliki dengan teknologi yang
mereka kuasai sehingga keadaan full-utilization dari faktor produksi
belum tercapai
B. jumlah penduduknya terlalu sedikit sehingga pendapatan per
kapitanya terlalu tinggi
C. struktur ekonomi dan budaya masyarakatnya tidak seimbang
D. pemah dijajah oleh Inggris dan sekarang sangat tergantung pada
Amerika Serikat
2) Di antara hal-hal berikut merupakan ciri-ciri NSB menurut Todaro &
Smith (2003), kecuali ....
A. mengalami konflik perang saudara yang berkepanjangan
B. produsen barang-barang primer
C. tingkat pengangguran yang tinggi
D. mengalami masalah tekanan penduduk
e ESPA4229/MODUL 1 1.21
3) Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer
merupakan ciri-ciri negara sedang berkembang menurut ....
A. Celso Furtado (1964)
B. UNDP (2008)
C. Bank Dunia (2006)
D. Todaro & Smith (2003)
4) Negara berpendapatan rendah pada tahun 2004 adalah kelompok negara
dengan pendapatan nasional per kapitanya di bawah ....
A. US $765
B. US $1000
C. US $1250
D. US $500
5) Negara berpendapatan tinggi pada tahun 2004 adalah kelompok negara
dengan pendapatan nasional per kapitanya di atas US $ 9.386.
A. US $9.386
B. US $2.000
C. US $5.000
D. US $7.500
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.22 EKONOMI PEMBANGUNAN •
KEGIATAN BELAJAR 3
Ukuran Pembangunan Ekonomi
A. PEMBANGUNAN EKONOMI ATAU PERTUMBUHAN
EKONOMI
Sebelum dekade 1960-an, pembangunan didefinisikan sebagai
kemampuan ekonomi nasional - di mana keadaan ekonominya mula-mula
relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama - untuk dapat
mengakselerasi dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya pada angka
5-7·% atau lebih per tahun. Definisi pembangunan dalam konteks ini sangat
bersifat ekonomis.
Seiring dengan perubahan zaman, definisi pembangunan pun mengalami
perubahan karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan
bahwa pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan GNP saja tidak
akan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan mendasar dari
pembangunan. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar
masyarakat tidak mengalami perbaikan meskipun target pertumbuhan GNP
per tahun telah tercapai. Dengan kata lain, ada ''l<esalahan'' dalam
mengartikan istilah pembangunan secara sempit.
Oleh karena itu, Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa
keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai
pokok, yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-
esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah
satu dari hak asasi manusia.
Akhirnya, disadari bahwa definisi pembangunan itu sangat luas bukan
hanya sekadar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja. Pembangunan
itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan
ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu
negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup
masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut maka pembangunan
ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
e ESPA4229/MODUL 1 1.23
menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara
dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan.
Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan
ekonomi mempunyai sifat sebagai berikut.
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu.
2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam
jangka panjang.
4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi,
politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau
dari dua aspek, yaitu aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan
perbaikan di bidang regulasi (baik legal formal maupun informal).
Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu
proses agar pola keterkaitan dan saling memengaruhi antara faktor-faktor
dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara
tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada
peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu
tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.
Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu
proses kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan tersebut
mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi
suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan GDP atau GNP.
Namun, proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus-menerus
dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk mengatakan telah
terjadi pembangunan ekonomi. Perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan
(baik organisasi maupun aturan main), perubahan sikap dan perilaku
masyarakat juga merupakan komponen penting dari pembangunan ekonomi,
selain masalah pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan (Todaro
& Smith, 2003). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi hanya didefinisikan
sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu
lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah
ada perubahan struktur ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan atau
tidak.
Namun, ada beberapa ekonom memberikan definisi yang sama untuk
kedua istilah tersebut, khususnya dalam konteks negara maju. Secara umum,
1.24 EKONOMI PEMBANGUNAN •
istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan
perkembangan ekonomi di negara-negara maju, sedangkan istilah
pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di NSB.
B. UKURAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Berdasarkan pengertian tentang pembangunan ekonomi di atas maka
untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara
diperlukan indikator yang bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik yang
dapat dikelompokkan menjadi dua indikator, yaitu indikator moneter,
indikator nonmoneter, dan indikator yang bersifat campuran. Masing-masing
indikator tersebut dibahas berikut ini.
1. Indikator Moneter
a. Pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita merupakan konsep yang paling sering digunakan
sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara.
Konsep pendapatan per kapita itu sendiri merupakan indikator atas kinerja
perekonomian secara keseluruhan. Pendapatan per kapita adalah indikator
moneter atas setiap aktivitas ekonomi penduduk suatu negara. Namun,
banyak ekonom memandang pendapatan per kapita bukanlah indikator yang
terbaik atas kinerja pembangunan suatu negara. Hal ini disebabkan oleh
adanya argumen yang menyatakan bahwa pembangunan itu bukan hanya
sekadar meningkatkan pendapatan riil saja, namun harus pula disertai oleh
perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku yang sebelumnya menjadi
penghambat kemajuan-kemajuan ekonomi.
Meskipun di sisi lain pendapatan per kapita dianggap memiliki
kelemahan mendasar sebagai indikator pembangunan, pendekatan ini masih
relevan untuk digunakan dan mudah untuk dipahami. Pendekatan ini juga
mempunyai sebuah kelebihan, di mana ia memfokuskan diri pada masalah
inti (raison d'etre) dari pembangunan, yaitu meningkatnya standar hidup dan
berkurangnya angka kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan per kapita
bukanlah sebuah proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi
masyarakat.
Pendapatan per kapita juga merupakan salah satu variabel penting dalam
pembahasan ekonomi makro. Selain digunakan sebagai indikator tingkat
e ESPA4229/MODUL 1 1.25
kemakmuran masyarakat suatu negara, pendapatan per kapita juga dapat
digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara dari masa ke
masa, melihat struktur perekonomian suatu negara, serta membandingkan
kinerja perekonomian satu negara dengan negara-negara lain.
1) Kelemahan umum pendekatan pendapatan per kapita
Salah satu kelemahan mendasar dari pendapatan per kapita sebagai
sebuah indikator pembangunan adalah pada ketidakmampuannya untuk
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara utuh. Sering
kali adanya kenaikan pendapatan per kapita suatu negara tidak disertai
oleh perbaikan kualitas hidup masyarakatnya.
Sebenamya, sudah sejak lama ada keraguan pada konsep pendapatan per
kapita sebagai cerminan dari tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh
segenap masyarakat. Namun, kita harus tetap menyadari bahwa tingkat
pendapatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan
tingkat kesejahteraan mereka, di samping itu ada beberapa faktor lain
yang di nilai cukup penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan
mereka.
Faktor-faktor non-ekonomi, seperti adat istiadat, keadaan iklim dan alam
sekitar, serta ada atau tidaknya kebebasan dalam mengeluarkan pendapat
dan bertindak merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan
adanya perbedaan tingkat kesejahteraan di negara-negara yang
mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang relatif sama. Misalnya,
apabila penduduk di daerah pegunungan kita asumsikan mempunyai
tingkat pendapatan yang relatif sama dengan penduduk yang hidup di
daerah dataran rendah. Berdasarkan pada perbedaan kondisi alam dapat
dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di daerah dataran
rendah adalah lebih tinggi karena pada umumnya penduduk di daerah
dataran rendah menghadapi tantangan alam yang relatif lebih ringan
dibandingkan dengan penduduk di daerah pegunungan. Di daerah
dataran rendah, iklimnya tidak terlalu dingin, pekerjaan bertani dan
bercocok tanam pun lebih mudah dilakukan, dan energi yang
dikeluarkan untuk perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya relatif
lebih sedikit.
Ada tidaknya kebebasan dalam bertindak dan mengeluarkan pendapat
juga memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tidak adanya
kebebasan dalam bertindak dan mengeluarkan pendapat di suatu negara
(misalnya, pada negara-negara sosialis) menyebabkan tingkat
1.26 EKONOMI PEMBANGUNAN •
kesejahteraan masyarakatnya selalu dipandang lebih rendah dari yang
dicerminkan oleh tingkat pertumbuhan ekonominya.
Di sisi lain, beberapa ekonom memandang bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat subjektif. Artinya, setiap
orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara hidup yang
berbeda sehingga memberikan nilai yang berbeda pula terhadap faktor-
faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Ada sekelompok
orang yang lebih menekankan pada pemupukan kekayaan dan tingkat
pendapatan yang tinggi sebagai unsur penting untuk mencapai sebuah
kepuasan hidup. Ada pula sekelompok orang yang lebih suka untuk
memperoleh waktu senggang (leisure time) yang lebih banyak dan
enggan untuk bekerja lebih keras untuk memperoleh tingkat pendapatan
yang lebih tinggi.
Di samping itu, perlu diingat bahwa pembangunan ekonomi mampu
merubah kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan masyarakat, misalnya
hilangnya rasa komunalitas sehingga masyarakat menjadi bersifat lebih
individualistis, hubungan antara anggota masyarakat menjadi lebih
formal. Di satu sisi, pembangunan ekonomi dinilai mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi ini harus dicapai dengan beberapa
pengorbanan dalam perilaku hidup masyarakat.
2) Kelemahan metodologis pendekatan pendapatan per kapita
Pendapatan per kapita sebagai indeks yang menunjukkan perbandingan
tingkat kesejahteraan antarmasyarakat ternyata memiliki kelemahan.
Kelemahan ini timbul karena pendekatan ini mengabaikan adanya
perbedaan karakteristik antar negara, misalnya struktur umur penduduk,
distribusi pendapatan masyarakat, kondisi sosial-budaya, dan perbedaan
nilai tukar (kurs) satu mata uang terhadap mata uang yang lain.
Dibandingkan dengan negara-negara maju, proporsi penduduk usia
nonproduktif (di bawah umur) terhadap keseluruhan penduduk di NSB
cukup tinggi. Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap
keluarga di kedua kelompok negara itu tidaklah seburuk seperti yang
digambarkan oleh pendapatan per kapita mereka. Misalnya, keluarga Pak
Amir terdiri dari 5 anggota keluarga dengan pendapatan US $900 dan
keluarga Pak Badu terdiri dari 3 anggota keluarga dengan pendapatan
US $600. Meskipun pendapatan per kapita anggota keluarga Pak Amir
lebih rendah dibandingkan pendapatan per kapita anggota keluarga Pak
e ESPA4229/MODUL 1 1.27
Badu, sangat mungkin keluarga Pak Amir mempunyai tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan keluarga Pak Badu karena
beberapa jenis pengeluaran mendasar, seperti rekening air dan listrik,
perumahan, serta barang-barang lain yang digunakan secara bersama-
sama tidak banyak berbeda di antara kedua keluarga tersebut.
Selain tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor
yang cukup penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Faktor ini sering kali kurang diperhatikan dalam
perhitungan tingkat pendapatan per kapita karena asumsi pokok yang
digunakan dalam konsep pendapatan per kapita adalah one dollar, one
man, artinya setiap orang memiliki proporsi yang sama atas
pembentukan pendapatan per kapita. Perkembangan di banyak NSB
menunjukkan bahwa seiring dengan proses pembangunannya, distribusi
pendapatan justru menjadi semakin timpang.
Kondisi tersebut menimbulkan ketidakpuasan terhadap usaha-usaha
pembangunan di beberapa NSB karena usaha-usaha pembangunan
dianggap hanya menguntungkan sebagian kecil anggota masyarakat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tujuan paling mendasar dari pembangunan
belum sepenuhnya tercapai.
Paling tidak, ada tiga hal yang menyebabkan perbedaan tingkat
kesejahteraan masyarakat meskipun tingkat pendapatan per kapitanya
secara nominal relatif sama: (a) Pola pengeluaran masyarakat, adanya
perbedaan pada pola pengeluaran masyarakat menyebabkan dua negara
dengan pendapatan per kapita yang sama belum tentu menikmati tingkat
kesejahteraan yang sama. Misalnya, kita asumsikan ada dua orang
dengan tingkat pendapatan relatif sama, namun salah seorang di
antaranya harus mengeluarkan ongkos angkutan yang lebih tinggi untuk
pergi ke tempat kerja, harus berpakaian necis maka tidak dapat dikatakan
bahwa kedua orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang
sama tingginya.
(b) Perbedaan iklim, adanya perbedaan iklim juga memungkinkan
timbulnya perbedaan pola pengeluaran masyarakat di negara-negara
maju dan NSB. Masyarakat di negara maju harus mengeluarkan uang
yang lebih banyak untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan yang
sama dengan di NSB. Seperti kita ketahui, sebagian besar negara maju
beriklim dingin dan sebagian besar NSB beriklim tropis. Oleh karena itu,
penduduk negara-negara maju sering kali harus mengeluarkan uang
1.28 EKONOMI PEMBANGUNAN •
dalam jumlah yang besar untuk dapat menikmati ''iklim tropis'' seperti
yang biasa dinikmati oleh penduduk NSB. (c) Struktur produksi
nasional, adanya perbedaan yang mencolok pada komposisi sektoral
juga akan memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Suatu
masyarakat akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih rendah jika
proporsi pendapatan nasional (pengeluaran) yang digunakan untuk
anggaran pertahanan dan pembentukan modal (capital formation) lebih
tinggi dibandingkan di negara lain yang memiliki tingkat pendapatan per
kapita yang relatif sama.
Selama ini, metode perhitungan pendapatan nasional bersifat agregatif
sehingga tidak dapat menunjukkan perubahan serta distribusi antar
sektor. Misalnya, jika sektor pertanian memiliki proporsi sebesar 50%
dari GNP dan sektor non-pertanian juga 50% dari GNP maka jika GNP
tumbuh sebesar 10% per tahunnya, kemungkinan distribusinya
ditunjukkan oleh Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 1.2.
Kemungk1nan D1str1bus1 Sektoral dar1 Pertumbuhan GNP 10%
Perse111tase Kenaikan1Sektraral
Sektor,
A B c D
Pertumbuhan sektor pert:atnian 5 4, 2 a
Pertumbuhatn sektor non-pertaniatn 5 6 8 10
Kombinasi D menunjukkan adanya stagnasi di sektor pertanian. Hal ini
dipicu oleh adanya transformasi struktural, dari sektor pertanian menuju
ke sektor modern (non-pertanian). Di sisi lain, fenomena ini
menunjukkan bahwa pembangunan sektor pertanian di NSB telah
mengalami kegagalan, mengingat sebagian besar penduduk NSB
menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Kondisi ini pada
akhirnya akan mengakibatkan semakin memburuknya tingkat
kesejahteraan penduduk di sektor tersebut.
Adanya perbedaan nilai tukar juga mengakibatkan perbandingan tingkat
pendapatan per kapita antara negara-negara maju dan NSB selalu
timpang sehingga perbedaan tingkat kesejahteraan yang digambarkan
e ESPA4229/MODUL 1 1.29
jauh lebih besar daripada yang sebenarnya terjadi di antara kedua
kelompok negara tersebut.
Dalam studinya, Usher (1963) dalam Arsyad (1999) mengestimasi
bahwa perbandingan pendapatan per kapita antara lnggris dan Thailand
adalah 1:13,06. Artinya, jumlah pendapatan per kapita lnggris adalah
13,06 kali lebih besar daripada pendapatan per kapita Thailand. Angka
perbandingan tersebut didapatkan jika pendapatan nasional Thailand
dalam mata uangnya sendiri (baht) dikonversikan terhadap poundsterling
pada tingkat kurs yang berlaku. Namun, apabila pendapatan per kapita
lnggris dan Thailand dinilai secara langsung pada tingkat harga di
Thailand maka perbandingan tersebut hanya 1:6,27, dan jika pendapatan
per kapita antara kedua negara tersebut dinilai pada tingkat harga di
lnggris maka perbandingan tersebut akan turun menjadi 1:2,76.
Di sisi lain, pada permulaan tahun 1950-an, Millikan (1950) dalam
Arsyad (1999) juga mengestimasi tingkat pendapatan per kapita negara-
negara di kawasan Asia (kecuali Timur Tengah). Menurut perhitungan
konvensional, pendapatan per kapita negara-negara di kawasan tersebut
adalah US $58, namun menurut basil estimasi Millikan, pendapatan per
kapita dari negara-negara di kawasan tersebut mencapai US $195. Di sisi
lain, untuk negara-negara di kawasan Afrika menurut perhitungan
konvensional, nilai pendapatan per kapita mereka adalah US $48.
Setelah dilakukan estimasi ulang ternyata nilai sebenarnya adalah US
$117. Sebagai bahan pembanding, dari studi yang dilakukan oleh Gilbert
dan Kravis diperoleh temuan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di
beberapa negara maju ternyata lebih kecil dibandingkan dengan tingkat
pendapatan per kapita mereka.
Kesalahan dalam mengestimasi tingkat pendapatan per kapita di NSB
disebabkan oleh adanya ''ketidaksempurnaan'' dalam metode
penghitungan pendapatan per kapita. Ketidaksempurnaan tersebut
disebabkan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut.
a) Adanya masalah dalam rnenentukan jenis-jenis kegiatan yang harus
dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional karena selama
ini jenis-jenis kegiatan yang dimasukkan ke dalam perhitungan
pendapatan nasional adalah setiap kegiatan yang marketable, artinya
basil akhir dari kegiatan tersebut dapat dipasarkan, hal ini berarti
pernilik faktor produksi rnemperoleh balas jasa atas kegiatannya
tersebut. Padahal di NSB banyak sekali kegiatan-kegiatan produktif
1.30 EKONOMI PEMBANGUNAN •
yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional,
misalnya mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah.
b) Adanya kesulitan dalam mengkonversi nilai pendapatan per kapita
dari mata uang suatu negara ke mata uang negara lainnya karena
selama ini nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan negara
lain tidak mencerminkan perbandingan tingkat harga di kedua
negara tersebut. Misalnya, kita asumsikan nilai tukar resmi antara
mata uang negara kita (rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat
adalah US $1 = Rp9.350,00. Secara teoretis, hal ini berarti harga
sebuah barang yang ada di Amerika Serikat apabila dikalikan
dengan Rp9.350,00 maka harus sama nilainya dengan barang yang
sama di Indonesia. Namun kenyataannya, nilai barang tersebut di
Indonesia bisa lebih kecil atau malah lebih besar dari nilai yang
seharusnya.
b. Kesejahteraan ekonomi bersih
Sebuah pendekatan baru tentang indikator kesejahteraan dikemukakan
oleh William Nordhaus & James Tobin (1972) dalam Arsyad (1999). Mereka
mencoba menyempurnakan metode perhitungan GNP dalam upaya untuk
memperoleh suatu indikator ekonomi yang lebih baik. Mereka mengenalkan
konsep Net Economic Welfare (NEW). Penyempumaan dalam metode
perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara, yaitu koreksi positif dan
koreksi negatif.
1) Koreksi positif
Koreksi positif mengharuskan kita untuk memperhatikan waktu
senggang (leisure) dan perkembangan sektor ekonomi informal. Waktu
senggang ini berkaitan dengan jumlah jam kerja kita selama seminggu
dan waktu yang kita luangkan untuk aktivitas-aktivitas nonekonomi.
Seandainya kita menjadi lebih kaya, mungkin kita akan memutuskan
untuk bekerja lebih singkat dalam seminggu, dengan harapan akan
memperoleh tambahan ''kepuasan'' karena adanya tambahan waktu
senggang untuk ''menikmati hidup''. Kepuasan yang didapatkan dari
adanya waktu senggang ini diharapkan sama besarnya dengan kepuasan
yang diperoleh dari balas jasa atas aktivitas produksi yang dilakukan. Di
satu sisi, adanya tambahan waktu senggang menyebabkan berkurangnya
kapasitas produksi nasional yang pada akhirnya akan menurunkan nilai
e ESPA4229/MODUL 1 1.31
GNP. Namun di sisi lain, adanya tambahan waktu senggang
menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Dengan
demikian, agar ''kepuasan'' dari adanya waktu senggang tetap
diperhitungkan maka sebuah koreksi harus ditambahkan pada
perhitungan GNP sehingga menghasilkan konsep NEW.
Demikian juga dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dikerjakan
sendiri di rumah, seperti memasak, membersihkan kamar atau mengecat
dinding rumah. Oleh karena nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan-
kegiatan tersebut tidak dibeli atau dijual di pasar maka nilai tambah
tersebut tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan GNP. Namun, nilai
NEW mencakup juga nilai dari kegiatan ''kerja sendiri'' tersebut.
Koreksi positif lainnya adalah berkaitan dengan sektor ekonomi
informal. Seperti kita ketahui, pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan
sektor ekonomi informal sangatlah pesat. Sektor ekonomi informal ini
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) kegiatan ekonomi yang
ilegal atau melawan hukum, misalnya perdagangan narkotika dan obat-
obatan terlarang; dan (b) kegiatan ekonomi yang legal tetapi tidak
tercatat sehingga terhindar dari pajak, misalnya pendapatan dari tukang
batu yang memperbaiki rumah kita.
Pada umumnya, para ekonom tidak menambahkan nilai kegiatan ilegal
ke dalam nilai produk nasional karena sudah ada kesepakatan bahwa
kegiatan ini merupakan kegiatan yang buruk dari segi sosial. Oleh karena
itu, bisnis narkotika dan obat-obatan terlarang tidak dimasukkan ke
dalam nilai GNP maupun NEW.
Sekarang bagaimana dengan kegiatan informal lainnya seperti yang
dilakukan oleh pedagang kaki lima, tukang bakso, tukang becak, tukang
tambal ban? Mereka semua menghasilkan ''output'' yang sangat berguna
dan bernilai jual, namun tidak dimasukkan dalam perhitungan produksi
nasional. Sebagai konsekuensinya, laju pertumbuhan GNP riil akan lebih
rendah dari sebenarnya.
2) Koreksi negatif
Di sisi lain, koreksi negatif berkaitan dengan masalah eksternalitas yang
ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor produktif. Koreksi negatif
mempertimbangkan tentang biaya-biaya sosial (social costs) yang
ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas ekonomi. Misalnya, adanya proyek
pembangunan perumahan, selain membawa output positif berupa adanya
perumahan yang nyaman, namun juga membawa output negatif berupa
1.32 EKONOMI PEMBANGUNAN •
polusi dan kerusakan sistem tanah. Output negatif tersebut
menggambarkan biaya-biaya sosial yang ditimbulkan oleh proyek
pembangunan perumahan. Sering kali GNP dinilai terlalu tinggi dari
nilai yang sebenamya sehingga biaya-biaya sosial harus dimasukkan
sebagai faktor pengurang dalam perhitungan GNP untuk mendapatkan
nilai NEW. Oleh karena itu, menurut Nordhaus & Tobin (1972) nilai
NEW per kapita tumbuh lebih lambat dari GNP per kapita. Hal ini jelas
dapat kita rasakan dengan semakin bergantungnya kita pada industri
berat yang polusif, pada bahan-bahan kimia organik kurang ramah
lingkungan, serta semakin sesaknya suasana di kota-kota besar.
Akhirnya, dengan melandaskan diri pada indikator yang lebih terpadu,
seperti NEW ini maka pemerintah diharapkan akan lebih terarah dalam
menentukan prioritas pembangunan nasional. Pertumbuhan suatu bangsa
sebaiknya tidak semata-mata hanya dikaitkan dengan peningkatan secara
lahir (fisik) saja. Perekonomian seyogianya mengarah pada tujuan yang lebih
luas, seperti keseimbangan antara waktu kerja dan waktu senggang, atau
pemanfaatan sumber daya secara lebih baik agar dampak buruk dari
pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi.
2. lndikator Non-moneter
a. Indikator sosial
Beckerman dalam International Comparisons of Real Incomes (1966)
mengelompokkan berbagai studi mengenai metode untuk membandingkan
tingkat kesejahteraan suatu negara ke dalam tiga kelompok, yaitu
(1) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan di beberapa negara
dengan memperbaiki metode yang digunakan dalam perhitungan pendapatan
konvensional. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark, selanjutnya
disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis; (2) kelompok yang membuat
penyesuaian dalam perhitungan pendapatan nasional dengan mem-
pertimbangkan adanya perbedaan tingkat harga di setiap negara; dan
(3) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan setiap negara
berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (non-monetary
indicators), seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat elektrifikasi,
konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, usaha ini dipelopori
oleh Bennet.
e ESPA4229/MODUL 1 1.33
Menurut Beckerman (1966), dari berbagai metode di atas, metode yang
digunakan oleh Gilbert dan Kravis adalah metode yang paling sempurna.
Pada metode ini, dilakukan perbaikan pada metode perhitungan pendapatan
konvensional dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing-
masing negara. Dengan studinya, mereka membandingkan tingkat
pendapatan per kapita antara negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika
Serikat. Mereka melakukan perhitungan kembali pada pendapatan nasional
negara-negara di kawasan Eropa berdasarkan atas tingkat harga di Amerika
Serikat. Dengan kata lain, nilai produksi negara-negara di kawasan Eropa dan
Amerika Serikat di nilai dengan tingkat harga yang sama. Kesimpulan dari
studi yang dilakukan Gilbert dan Kravis adalah bahwa perbedaan tingkat
pendapatan per kapita antara penduduk negara-negara di kawasan Eropa dan
Amerika Serikat tidaklah sebesar seperti yang ditunjukkan oleh perbedaan
tingkat pendapatan per kapita mereka yang dihitung menurut metode
konvensional.
Namun, metode ini memerlukan data yang lengkap dan sering kali data
yang diperlukan dalam estimasi tidak tersedia di NSB. Oleh karena itu,
Beckerman (1966) mengemukakan metode lain dalam membandingkan
tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara, yaitu dengan
menggunakan data yang bukan bersifat moneter. Metode ini dinamakan
Indikator Non-moneter yang Disederhanakan (Modified non-monetary
indicators).
Pada metode ini, tingkat kesejahteraan dari setiap negara ditentukan oleh
beberapa indikator, antara lain:
1) jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg);
2) jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton);
3) jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun;
4) jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10;
5) jumlah persediaan telepon dikalikan 1O;
6) jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan;
7) jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg).
Pada tahun 1970, United Nations Research Institute for Social
Development (UNRISD), sebuah badan PBB yang berpusat di Jenewa
melalui studinya mencoba membandingkan tingkat kesejahteraan negara-
negara di dunia. Dalam studinya, UNSRID mengacu pada 18 indikator, yang
1.34 EKONOMI PEMBANGUNAN •
terdiri dari 10 indikator ekonomi dan 8 indikator sosial. lndikator-indikator
tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tingkat harapan hidup.
2) Konsumsi protein hewani per kapita.
3) Persentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah.
4) Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan.
5) Jumlah surat kabar.
6) Jumlah telepon.
7) Jumlah radio.
8) Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau
lebih.
9) Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian.
10) Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air, kesehatan,
pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi.
11) Persentase tenaga kerja yang memperoleh gaji atau upah.
12) Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) yang berasal dari industri-
industri manufaktur.
13) Konsumsi energi per kapita.
14) Konsumsi listrik per kapita.
15) Konsumsi baja per kapita.
16) Nilai per kapita perdagangan luar negeri.
17) Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian.
18) Pendapatan per kapita Produk Nasional Bruto (PNB).
Jika indeks pembangunan yang diusulkan UNRISD tersebut digunakan
sebagai indikator kesejahteraan maka dapat dipastikan perbedaan tingkat
pembangunan antara negara-negara maju dan NSB tidaklah terlampau besar
seperti yang digambarkan oleh tingkat pendapatan per kapita mereka. Hasil
studi UNSRID menyebutkan bahwa dari 58 negara yang dihitung indeks
pembangunannya, Thailand merupakan negara dengan indeks paling rendah
(10). Untuk pembangunan Inggris adalah 104 sehingga secara relatif dapat
dikatakan bahwa indeks pembangunan Inggris 10 kali lebih besar dari
Thailand. Nilai tersebut jelas lebih kecil dari perbandingan pendapatan per
kapita kedua negara tersebut. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, basil
studi Usher (1963) menyebutkan bahwa perbandingan pendapatan per kapita
antara Inggris dan Thailand dengan cara konvensional menghasilkan angka
e ESPA4229/MODUL 1 1.35
13,06. Artinya, pendapatan lnggris adalah 13,06 kali pendapatan per kapita
Thailand.
Di antara negara-negara maju, perbedaan tingkat kesejahteraan yang
digambarkan oleh indeks pembangunan sering kali lebih kecil dibandingkan
jika menggunakan tolok ukur pendapatan per kapita mereka. Misalnya, pada
tahun 1970, perbandingan pendapatan per kapita Belanda dan Swedia adalah
US $965 dan US $1,696, sebuah angka yang cukup timpang bukan? Untuk
perbandingan indeks pembangunan mereka menunjukkan bahwa tingkat
pembangunan yang dicapai kedua negara tersebut tidak banyak berbeda yaitu
96 : 103. Kesimpulan yang diperoleh dari studi UNSRID adalah bahwa di
banyak negara, pembangunan sosial berlangsung lebih cepat dibandingkan
pembangunan ekonominya.
b. Indeks kualitas hidup
Pada Tahun 1979, Morris D. Morris memperkenalkan satu indikator
alternatif dalam mengukur kinerja pembangunan suatu Negara, yaitu lndeks
Kualitas Hidup (IKH) atau Physical Quality ofLife Index. Ada tiga indikator
utama yang dijadikan acuan pada indeks ini, yaitu tingkat harapan hidup pada
usia satu tahun, tingkat kematian bayi dan tingkat melek huruf.
Berdasarkan setiap indikator tersebut dilakukan pemeringkatan terhadap
kinerja pembangunan suatu negara, kinerja tersebut diberi skor antara
1 sampai 100, angka 1 melambangkan kinerja terburuk dan angka 100
melambangkan kinerja terbaik. Untuk indikator harapan hidup, batas atas
(upper limit) 100 ditetapkan 77 tahun (harapan hidup tertinggi pada saat studi
ini berlangsung, dicapai oleh Swedia). Batas bawah (lower limit) adalah
28 tahun (tingkat harapan hidup terendah di Guinea-Bissau pada tahun 1950).
Antara batas atas dan batas bawah itulah, tingkat harapan hidup suatu negara
diperingkatkan dengan skor antara 1 sampai 100. Demikian pula untuk
tingkat kematian bayi, batas atasnya 9 kematian per 1.000 kelahiran (juga
dicapai Swedia pada tahun 1973), sedangkan batas bawahnya adalah 229
kematian per 1.000 kelahiran (tingkat kematian bayi tertinggi, di Gabon).
Kesimpulan umum yang diperoleh dari studi Morris D. Morris adalah
bahwa negara-negara dengan pendapatan per kapita yang rendah cenderung
memiliki IKH yang rendah pula. Namun, hubungan antara pendapatan per
kapita dan IKH tidak selamanya searah. Sejumlah negara dengan pendapatan
per kapita yang tinggi justru malah memiliki IKH yang rendah, bahkan lebih
rendah dari IKH negara-negara miskin. Di sisi lain, sejumlah negara dengan
1.36 EKONOMI PEMBANGUNAN •
jumlah pendapatan per kapita yang rendah justru memiliki IKH yang lebih
tinggi dari negara-negara berpenghasilan menengah ke atas. Tabel 1.3 berikut
menunjukkan tren IKH di tingkat provinsi di Indonesia pada tiga dekade
terakhir.
Tabel 1.3.
Tren lndeks Kualitas Hidup (PQLI) di Indonesia
Negara 1910 1980 1990
Provinsi:
Aceh 50 64 18
Sumatra Utara 58 68 19
Sumatera Barat 50 51 15
Riau 54 59 11
Jambi 44 56 14.
Sumatra Selatan 41 64. 15
Bengkulu 46 59 15
L.ampung 48 63 15
DKI Jakarta 54 12 86
JawaBarat 43 53 68
Jawa Tengan 4.2 59 13
D.I. Yogya.karta 41 69 80
Jawa Timur 44. 51 12
Bali 42 59 16
NTB 30 31 41
NTT 45 51 58
Timar~Timur ~ ~
55
Kalimantan Barat 42 51 61
Kalimantan Tengah 53 63 19
Kalimantan Selatan 48 51 69
Kalimantan Timur 5,2 62 19
Sul.awesi.Utara 62 69 80
Sulawesi Tengan 49 69 56
Sulawesi Selatan 38 54 11
Sulawesi Timur 36 54 10
Maluku 51 51 14
lrian Jaya - 51 64
Sumber: BPS (1992).
3. lndikator Campuran
a. Indikator Susenas Inti
Pada tahun 1992, Biro Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu
indikator kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core
e ESPA4229/MODUL 1 1.37
Susenas). lndikator Susenas Inti ini merupakan indikator ''campuran'' karena
terdiri indikator sosial dan ekonomi. lndikator Susenas Inti ini meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
1) Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek huruf,
dan tingkat partisipasi pendidikan.
2) Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
3) Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik, sanitasi,
dan kualitas tempat tinggal.
4) Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah jam
kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.
5) Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan
ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan
penggunaan alat kontrasepsi.
6) Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita.
7) Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun.
8) Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata per
tahun.
9) Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar, jumlah
radio, dan jumlah televisi.
b. Indeks pembangunan manusia
Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP)
mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal
sebagai Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Sama
seperti IKH, IPM juga mencoba melakukan pemeringkatan terhadap kinerja
pembangunan, namun lebih menyentuh aspek ''manusia''-nya. Berdasarkan
nilai indeks IPM-nya, setiap negara dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
sebagai berikut.
1) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah
(low human development), bila memiliki nilai IPM antara 0 sampai 0,50.
2) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia menengah
(medium human development), apabila memiliki nilai IPM antara 0,50
sampai 0,79.
3) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi
(high human development), bila memiliki nilai IPM antara 0,79
sampai 1.
1.38 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Nilai IPM didasarkan atas rata-rata kinerja ketiga indikator acuannya,
yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per
kapita berdasarkan paritas daya beli.
Tabel 1.4.
lndeks Pembangunan Manusia Untuk 15 Negara, 2004
Tingkat Tingkat
Negara Harapan Hidup Melek Huruf'
(Tahun) {Dew;asa)
High Human Development
NarweQia 79.6 99.9
Jeparnq 82.2 99.9
Amerika.Serika.t 7!1.5 99.9
lingqris 7!8.5 99.9
lsrrael 80.0 91.1
Sing;apura 7!8.9 92.5
Medium Human Development
Br11sil 70.8 88.6
Thailand 7!0.3 92.6
Arrab Saudi 12.0 79.4
Irndonesia. 67.2 90.4
lrndi:a. 63.6 61.0
Timor-Leste 56.0 58.6
Low Human Development
Kenya 47.5 13..6
Nigieria 43.4 61.0
Etiopia 41.8 4-2.0
Negara Berpenghasilan Tinaai 18.S n.a.
Neg,ara Berpeng,hasila_n Meneng,ah 10.3 89.9
Negara Berpengha,silan Rendah 58.7 62.3
Sumber: UNDP, Human Development Report, (2006).
Keterangan: Angka ( ) menunjukkan peringkat di dunia.
GDP
Perr Kapita
{PPPi US$)
38.454 ~4
29.251 1
1a' '~
r
39.616 12)
30.821 (13)
24.382 123¥
28.017! (21)
8.195 164
8.090 {65)
13.825 (40)
3.609 1116
3.139 (1111)
1.033 {162)
1..140(159
1.154 {158)
156 (111)
31.331
6.756
2.291
Nilai IPM
0.965 f1i
0.949 11i
0.948 18)
0.940 (18)
0.921 1
23
0.916 (25)
0.192 1
69'., ~ .
0.784 (14)
0.17!1 (16)
0.111 1
108
0.611 {126)
0.512{142)
0.491 {152)
0.,448 {159)
0.311{110)
0.942
0.168
0.556
e ESPA4229/MODUL 1 1.39
Tabel 1.4 menunjukkan tingkat harapan hidup, persentase melek huruf,
pendapatan per kapita dan nilai IPM, serta perbandingan peringkat negara-
negara atas dasar pendapatan per kapita dan nilai IPM untuk 15 negara.
Negara yang memiliki nilai IPM tertinggi pada tahun 2004 adalah Norwegia
(0,965). Indonesia berada pada peringkat 108 dengan nilai IPM sebesar
0,711. Di sisi lain, kelompok negara-negara yang memiliki tingkat
pembangunan manusia yang rendah (low human development) hampir
semuanya berasal dari kawasan Afrika. Satu hal yang cukup menarik di sini
adalah bahwa negara-negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi
cenderung memiliki nilai IPM yang tinggi pula. Namun, fenomena tersebut
tidak terjadi pada semua negara. Misalnya, Arab Saudi, suatu negara yang
memiliki pendapatan per kapita 1,5 kali lebih besar daripada Brasil, namun
ternyata nilai IPM Brasil (0,792) relatif lebih tinggi daripada Arab Saudi
(0,777).
Tabel 1.5 menyajikan IPM di 30 provinsi di Indonesia. Berdasarkan
IPMnya, provinsi DKI Jakarta berada pada urutan pertama dengan nilai IPM
sebesar 76,1. Sementara, provinsi Nusa Tenggara Barat berada urutan
terakhir dengan nilai IPM sebesar 65.8. provinsi dengan tingkat pengeluaran
per kapita yang tinggi tidak menjamin bahwa provinsi tersebut juga memiliki
angka IPM yang tinggi, misalnya, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan kriteria
dari UNDP, keseluruhan provinsi di Indonesia termasuk dalam provinsi-
provinsi dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium human
development) dengan kisaran antara 65,8 sampai 76,1.
''Pelajaran'' yang dapat ditarik dari kedua tabel di atas adalah bahwa
nilai IPM suatu negara atau daerah sangat dipengaruhi oleh kebijakan-
kebijakan internal pemerintah negara atau daerah tersebut terkait mengenai
aspek pembangunan manusia-nya, bukan hanya pada besar kecilnya
pendapatan per kapita yang dimiliki. Kebijakan-kebijakan dalam negeri
pemerintah yang mendukung aspek pembangunan manusia dapat pula
ditunjukkan oleh proporsi anggaran pemerintah terhadap sektor pendidikan
dan kesehatan. Semakin tinggi proporsi anggaran pemerintah yang
dialokasikan untuk kedua sektor tersebut, menunjukkan semakin tinggi pula
perhatian pemerintah terkait mengenai aspek pembangunan manusianya.
1.40 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Tabel1.5.
Peringkat IPM Berdasarkan Provinsi di Indonesia, 2002
Usia
TingkatMelek
Rata..rata Pengel.uarar11Har,apan lama Nilai
No. Huruf, dewasa per kapita
Provinsi Hidup pendidikan IPM(O~) (Rp. 000)
{tahun) {tahun)
1 DKIJakarta 12.3 98.2 10.4 616.9 16.6
2 Sulawesi Utara 10.9 98.8 8.6 587.9 71..3
3 D.~. Yog,yakarta_ 12.4 85.9 8.1 611.3 70.8
4 Kalirnantan Timur 69.4 95.2 8..5 591.6 10..0
5 Riaui 68.1 96.5 8.3 588.3 69.1,
6 Kalirnantan Teng1
ah 69.4 96.4 1.8 595.9 69..1
1 Su,matra Utara 67.3 96.1 8.4. 589.2 688!ll f)" !ll
8 Sumatra Barat 66.1 95.1 8.0 589.0 67..5
9 Ba_li 10.0 84.2 1.6 596 3!ll ~ r !ll 't !I 61.5
10 Jambi 66.9 94.1 1,4, 585.6 671.1.
11 Banten 62.4 93.8 1.9 608.1 66.6
12 Ma.luku 65.5 96.3 8.0 516.3 66..5
13 JawaTengah 68.9 85.1 6.5 594.2 66.3
14 Be·ngkulu 66 4~ ~· - I 93.0 1.6 566.6 66.2
15 Nang,roe Aceh1D. 61.1 95.8 1.8 557.5 66.0
16 Sumatra Se.Iatan 65.7 94.1 1.1 582.9 66.0
11 Jawa,Barrat 54.5 93.1 1.2 592.0 65.8
18 Larnpun~ 66.1 93.0 6.9 583.3 65..8
19 Ma.luku Utara 63.0 95.8 8.4. 583.4 65.8
20 Banqka.BeUtunq 65.6 91..1 6..6 588.2 65..4
21 Sulawesi Selatan 68~6 83.5 6.8 586.7 65.3
22 Sulawesi Tenqah 63.3 93.3 1.3 580.2 64,..4
23 KaJima_nta_nSelatan 61J,3 93.3 1.0 5962!ll !I "' = 64.3
24 Gorontalo 64.2 95.2 6.5 513.3 64,..1
25 Jawa Timu.r 66.0 83.2 6.5 593.8 64.1
26 Sulawesi Tenqqa.ra 65.1 88.2 1.3 511.9 64,,1.
21 Kalima_ntan Barat 64.4 86.9 63~- ~ 580.4 62.9
28
Nusa Tenggarra
63.8 94.1 6.0 563.1 60.3
Timur
29 Papua 65.2 14.4 6.0 518.2 60.1
30
Nusa Tenggara
59.3 7!1.8 5..8 583.1 61..8Barat
Indonesia 66.2 89.5 1.1 591.2 65.8
Sumber: BPS, et al. , National Human Development Report, (2004).
Konsep IPM memberikan pemahaman pada kita mengenai apa yang
seharusnya dipandang sebagai ''hasil pembangunan''. Pembangunan berawal
e ESPA4229/MODUL 1 1.41
dan bertitik tolak dari ''manusia'' maka sudah semestinya berakhir pada
''manusia''. Di dalam konsep IPM terdapat perpaduan antara aspek-aspek
sosial dan ekonomi, hal tersebut memungkinkan konsep ini untuk dapat
memberikan gambaran yang lebih luas bagi kinerja pembangunan suatu
negara. Di sisi lain, adanya keterbatasan anggaran pembangunan merupakan
''masalah klasik'' yang dihadapi oleh setiap negara. Sehubungan dengan
konsep development via shortage yang diajukan oleh Hirschman (1958),
adanya konsep IPM juga memungkinkan suatu negara untuk dapat
memfokuskan kebijakan-kebijakan ekonomi dan sosial mereka ke sektor
yang paling me1nbutuhkan.
Namun, sama halnya dengan konsep pendapatan per kapita, konsep IPM
pun tidak lepas dari kelemahan dan kritik. Sejumlah ekonom memandang
asumsi-asumsi dan taksiran-taksiran dari IPM sering kali tidak sesuai dengan
kenyataan. Mereka juga berpendapat bahwa metodologi perhitungan yang
digunakan dalam perhitungan IPM terlalu ''longgar''. Selain itu, sering kali
data yang kurang layak dan tidak akurat dimasukkan dalam perhitungan
sehingga perbandingan antar negara yang ditunjukkan oleh angka-angka IPM
menjadi kurang relevan.
Meskipun ada beberapa kelemahan dan kritik atas konsep IPM, namun
konsep ini masih layak digunakan. Selain itu, ketiga indikator utama IPM
yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan GNP per kapita rasanya
terlalu penting untuk diabaikan. Semua indikator tersebut bisa dijadikan
acuan untuk memperdalam pemahaman kita mengenai proses pembangunan
yang sedang berjalan.
~& ·- ~- .
. --·!liim -- 7
.
____......
LATI HAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan 3 nilai pokok pembangunan!
2) Jelaskan pengertian pembangunan ekonomi dan perbedaannya dengan
pertumbuhan ekonomi!
3) Jelaskan ukuran keberhasilan pembangunan!
1.42 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Petunjuk Jawaban Latihan
1) Tiga nilai pokok pembangunan (a) meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance);
(b) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia; dan (c) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih
(freedom from servitude).
2) Pembangunan ekonomi merupakan p1·oses multidimensional yang
mencakup terjadinya pertumbuhan ekonomi, pengurangan kepincangan
distribusi pendapatan, penurunan kemiskinan, yang disertai perubahan
struktur sosial, perbaikan sistem kelembagaan (baik organisasi maupun
aturan main), dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi hanya dicerminkan oleh terjadinya kenaikan
pendapatan per kapita saja, tanpa memperhatikan aspek-aspek lain.
3) Keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan menggunakan
3 kelompok indikator, yaitu indikator moneter (misalnya pendapatan per
kapita dan kesejahteraan ekonomi bersih), indikator nonmoneter
(misalnya indeks kualitas hidup), serta indikator campuran (misalnya
indeks pembangunan manusia).
- RANG KUMAN
Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok,
yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri
(self-e.'iteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya
kebebasan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang
merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Pendapatan per kapita yang merupakan indikator moneter atas setiap
kegiatan ekonomi penduduk suatu negara merupakan indikator
keberhasilan pembangunan yang paling sering digunakan. Namun,
banyak ekonom memandang pendapatan per kapita bukanlah indikator
yang terbaik karena pembangunan bukan hanya meningkatkan
pendapatan riil saja, harus pula disertai oleh perubahan-perubahan sikap
dan perilaku suatu masyarakat.
Sejak tahun 1990, indikator pembangunan yang paling banyak
sering digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human
e ESPA4229/MODUL 1 1.43
Development Index). Nilai IPM ini dihitung berdasarkan atas rata-rata
kinerja tiga indikator acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat
melek huruf, dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas daya
beli.
TES FCJRMATIF 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pertumbuhan biasanya digunakan untuk mengatakan perkembangan
ekonomi di negara ....
A. sedang berkembang
B. terbelakang
C. industri
D. maju
2) Konsep yang paling sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat
kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara adalah ....
A. pendapatan nasional
B. produk domestik bruto
C. produk domestik regional bruto
D. pendapatan per kapita
3) Di antara indikator pembangunan, pendapatan per kapita masih
merupakan yang terbaik. Alasannya adalah ....
a. masing-masing orang di suatu negara belum tentu memiliki
penghasilan yang sama
b. indikator tersebut memfokuskan pada masalah inti (raison d'etre)
dari pembangunan, yaitu kenaikan tingkat hidup dan
menghilangkan kemiskinan sehingga pendapatan per kapita
bukanlah suatu proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi
masyarakat
c. pertumbuhan penduduk biasanya lambat sehingga tingkat
pendapatan per kapita bisa digunakan dalam waktu yang cukup
lama
d. pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil
saja namun harus pula disertai perubahan sikap dan tingkah laku
1.44 EKONOMI PEMBANGUNAN •
4) Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat ....
A. pribadi
B. umum
C. objektif
D. subjektif
5) Nordhaus dan Tobin (1972) mencoba untuk menyempurnakan nilai-nilai
GNP dalam upaya untuk memperoleh suatu indikator yang lebih baik
dengan melakukan koreksi positif dan koreksi negatif. Hal-hal yang
termasuk koreksi positif menurut mereka ....
A. perlunya diperhitungkan nilai waktu senggang
B. masalah eksternalitas
C. biaya sosial
D. pencemaran lingkungan
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.
Jumlah Jawaban yang Benar
Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100%
Jumlah Soal
Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
e ESPA4229/ MODUL 1 1.45
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1 Tes Formatif2 Tes Formatif3
1) D 1) A 1) D
2) c 2) A 2) D
3) D 3) D 3) B
4) D 4) A 4) D
5) c 5) A 5) A
1.46 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Daftar Pustaka
Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat.
Yogyakarta: STIE YKPN.
Cypher, James M. & James L. Dietz. (1997). The Process of' Economic
Development. New York: Routledge Publisher.
Goulet, Dennis. (1971). The Cruel Choice: A New Concept in the Theory of
Development. New York: Atheneum.
Meier, Gerald M. & James E. Rouch (eds.). (2000). Leading Issues in
Economic Development. Seventh Edition. New York: Oxford University
Press.
Meier, Gerald M. & Joseph E. Stiglitz (eds.). (2001). The Frontiers of
Development Economics: The Future in Perspective. New York: Oxford
University Press.
North, Douglass C. (1990). Institutions, Institutional Change and Economic
Performance, Cambridge: Cambridge University Press.
Sen, Amartya. (1999). Development as Freedom. New York: Oxford
University Press.
Streeten, Paul. (1972). The Frontiers of Development Studies. New York:
John Wiley & Sons.
Todaro, Michael P & Stephen C. Smith. (2003). Economic Development.
Eight Edition. England: Pearson Education Limited.
UNDP. (2008). Capacity Development: Empowering People and Institutions.
UNDP Annual Report. United Nations Development Programme.
Van den Berg, Henrik. (2005). Economic Growth and Development.
Singapore: McGraw-Hill.
World Bank. (2009). World Development Report 2009. Oxford: Oxford
University Press.
· ~
...
-
MDDUL 2
Teori dan Model
Pertumbuhan Ekonomi
Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D.
PENDAHULUAN
odul ini membahas beberapa mazhab teori pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Adelman (1961) mengidentifikasi ada tiga
faktor utama yang mendorong perubahan teori dan paradigma pembangunan
dari masa ke masa. Pertama, adanya perubahan ideologi. Setiap generasi
pemikir ekonomi mempunyai basis ideologi sendiri-sendiri serta memiliki
rujukan teoretis dan rekomendasi kebijakan (policy prescriptions) yang
berlainan. Apabila terjadi perubahan basis ideologi maka otomatis akan
membawa perubahan pada kerangka teori dan rekomendasi kebijakan
tersebut.
Kedua, adanya revolusi dan inovasi teknologi. Aktivitas ekonomi kini
mengalami perubahan sangat fundamental akibat sukses besar revolusi
teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi teknologi yang berlangsung
spektakuler itu membawa implikasi luas dan pengaruh kuat pada
perkembangan teori dan paradigma pembangunan. Contoh, lahirnya
paradigma perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge-based economy)
adalah produk revolusi teknologi tersebut. Ketiga, adanya perubahan
lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi yang
berlangsung sangat intensif, yang tercermin pada kian terintegrasinya
kegiatan ekonomi antarbangsa.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika sekarang ini ada banyak
sekali teori dan konsep pemikiran tentang pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi sehingga untuk mengelompokkan teori-teori tersebut secara tepat
dan sederhana bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan, misalnya periode waktu lahirnya teori tersebut atau
gagasan atau substansi dari teori tersebut.
2.2 EKONOMI PEMBANGUNAN •
Namun, setelah mempelajari berbagai literatur, akhirnya penulis
membuat klasifikasi seperti yang akan dibahas dalam modul ini. Tentunya
tidak semua teori yang ada akan dibahas di sini, mengingat modul ini hanya
ditujukan untuk tingkat pengantar, namun mudah-mudahan teori yang
dibahas di sini cukup representatif.
Mazhab historismus akan diwakili oleh teori Walt Whitman Rostow.
Mazhab Klasik diwakili oleh teori dari Adam Smith dan David Ricardo,
sementara itu Neo-Klasik diwakili oleh teori Solow-Swan, dan Keynesian
diwakili oleh teori Harrod-Domar. Teori pertumbuhan endogen dari Romer
yang relatif baru juga akan dibahas setelah pembahasan mazhab Keynesian.
Teori Schumpeter dan teori ketergantungan (dependencia theory) dibahas
pada bagian akhir modul ini.
Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat menjelaskan:
1. teori-teori pembangunan ekonomi mazhab Historismu;
2. teori pertumbuhan Klasik dan Neo Klasik;
3. teori pertumbuhan ekonomi Keynesian;
4. teori pertumbuhan endogen;
5. teori pertumbuhan Schumpeter;
6. teori ketergantungan (dependencia theory) atau international
structuralist theory.
e ESPA4229/MODUL 2 2.3
KEGIATAN BELAJAR 1
Mazhab Historismus dan Klasik
A. MAZHAB HISTORISMUS
Pola pemikiran mazhab historismus ini didasarkan atas perspektif sejarah
terhadap masalah dan fenomena ekonomi. Gagasan-gagasan yang
dikemukakan oleh penganut mazhab ini tidak lepas dari kondisi sosial-
ekonomi masyarakat Jerman pada abad ke-19. Menurut mazhab ini,
fenomena ekonomi hanya dipandang sebagai sebuah ''bagian'' tertentu dari
perjalanan sejarah suatu bangsa. Oleh karena itu, pemikiran ekonomi dan
penelitian tentang masalah-masalah ekonomi harus berada dalam konteks
perspektif sejarah sehingga setiap kebijakan yang dihasilkan didasarkan atas
realitas di dunia nyata, bukan berdasarkan atas pemikiran yang abstrak dan
dengan asumsi-asumsi yang terkadang kurang realistis.
Menurut pandangan mazhab ini, pemikiran kaum klasik dinilai terlalu
abstrak-teoretis karena mengandalkan metode deduksi dalam analisisnya.
Selain itu, mazhab ini juga menolak hukum-hukum ekonomi yang diajukan
oleh kaum Klasik sebagai sesuatu hal yang bersifat universal. Sebaliknya,
mazhab ini lebih condong pada metode induksi-empiris dalam analisisnya.
Hukum ekonomi harus dianggap sebagai suatu hal yang bersifat relatif karena
segala sesuatu itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu.
Para ahli sejarah membuktikan bahwa perkembangan ekonomi
merupakan sebuah fenomena yang unik dan tidak berlaku secara universal.
Oleh karena itu, anggapan tentang adanya hukum alam di bidang ekonomi
sulit diterima oleh mazhab ini. Pemikiran mazhab ini mendominasi pemikiran
ekonomi di Jerman selama abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
1. Teori Pembangunan Ekonomi Rostow
Salah seorang penganut mazhab ini yang sangat populer yang
pemikirannya sering menjadi bahan perdebatan di kalangan para ekonom
adalah Walt Whitman Rostow yang mengemukakan teori pertumbuhan
ekonomi linier. Pada awalnya, Rostow mengungkapkan teorinya dalam
tulisannya yang berjudul The Take-off Into Self-sustained Growth yang
dimuat dalam Economic Journal (1956), kemudian dikembangkannya lebih
2.4 EKONOMI PEMBANGUNAN •
lanjut dalam tulisannya yang berjudul The Stages of Economic Growth di
dalam The Economic History Review (1960).
Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dikelompokkan
ke dalam lima tahap, yaitu masyarakat tradisional (the traditional society),
prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the
take-off), menuju ke kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi
tinggi (the age ofhigh mass-consumption).
Dasar yang digunakan Rostow dalam membedakan proses pembangunan
ekonomi menjadi lima tahap adalah karakteristik perubahan keadaan
ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. Menurut Rostow, pembangunan
ekonomi merupakan suatu proses multidimensi karena pembangunan
ekonomi bukan hanya bermakna perubahan dalam struktur ekonomi suatu
negara yang diindikasikan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan
meningkatnya peran sektor industri. Lebih dari itu, Rostow mengatakan
bahwa pembangunan ekonomi dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan:
a. perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial dari yang
semula berorientasi ke dalam daerah menjadi berorientasi ke luar daerah;
b. perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam
keluarga, dari yang semula menginginkan banyak anak menjadi keluarga
kecil;
c. perubahan kegiatan investasi masyarakat, dari yang semula melakukan
investasi yang tidak produktif menjadi investasi yang produktif;
d. perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang kurang mendukung
pembangunan ekonomi, misalnya perubahan sikap yang semula kurang
menghargai waktu, kurang menghargai prestasi perorangan.
a. Tahap masyarakat tradisional
Rostow mengartikan masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat
yang strukturnya berkembang dalam fungsi produksi yang terbatas, yang
ditandai oleh cara produksi yang relatif masih prirnitif dan cara hidup
masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebiasaan
yang terkadang kurang rasional.
Menurut Rostow, dalam suatu masyarakat tradisional tingkat
produktivitas tenaga kerjanya masih rendah. Oleh karena itu, sebagian besar
sumber daya masyarakatnya digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian
tradisional. Di sektor ini, struktur sosialnya bersifat hierarkis sehingga
e ESPA4229/MODUL 2 2.5
mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur sosial sangat rendah.
Hal tersebut berarti bahwa kedudukan seseorang dalam sistem sosial tidak
akan berbeda dengan kedudukan nenek moyangnya, kecil kemungkinan
seorang anak petani akan menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lain yang
lebih tinggi daripada petani. Oleh karena itu, hubungan keluarga dan
kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya dalam menentukan kedudukan
seseorang dalam sistem sosial.
Sementara itu, kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini
digambarkan Rostow bersifat sentralistik, namun pusat kekuasaan politik di
daerah sepenuhnya berada di tangan para tuan tanah, dan kebijakan
pemerintah pusat pun selalu dipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah
tersebut.
b. Tahap prasyarat lepas landas
Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi di mana
masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai tahap pertumbuhan
mandiri yang berkesinambungan (self-sustained growth). Menurut Rostow,
secara otomatis fenomena pertumbuhan ekonomi akan senantiasa mengiringi
tahap ini dan tahap sesudahnya.
Corak dari tahap ini dibedakan Rostow menjadi dua jenis. Pertama,
tahap prasyarat lepas landas yang dialami oleh negara-negara kawasan Eropa,
Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika, tahap ini dicapai dengan
adanya perombakan pada sistem masyarakat tradisionalnya. Kedua, tahap
prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara yang dinamakan oleh
Rostow sebagai negara-negara born free, seperti Amerika Serikat, Kanada,
Australia, dan Selandia Baru. Negara-negara tersebut mencapai tahap lepas
landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisionalnya karena
sebagian besar masyarakat negara-negara tersebut terdiri dari imigran dari
kawasan Eropa yang telah mempunyai sifat-sifat dan aspek kelembagaan
yang diperlukan oleh suatu rnasyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas
landas.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Rostow sangat menekankan
perlunya perubahan yang bersifat multidimensional karena dia tidak yakin
akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa tingkat tabungan
merupakan elemen kunci dalam pembangunan. Menurut pandangan tersebut,
tingkat tabungan yang tinggi akan mernungkinkan adanya peningkatan pada
kegiatan investasi sehingga mampu mempercepat tingkat pertumbuhan
2.6 EKONOMI PEMBANGUNAN •
ekonomi. Menurut Rostow, selain tingkat tabungan, untuk dapat
mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi diperlukan juga perubahan-
perubahan yang mendasar pada masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut
yang akan memungkinkan terjadinya kenaikan pada tingkat tabungan dan
investasi.
Menurut Rostow, perubahan-perubahan tersebut dalam artian adanya
penemuan-penemuan baru dalam metode produksi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan produktivitas input dan menurunkan biaya produksi. Adanya
penemuan-penemuan baru tersebut tidak akan bermakna tanpa adanya
dukungan dari kelompok pemilik modal dan pengusaha (entrepreneurs) yang
inovatif. Dengan kata lain, kenaikan tingkat investasi bukan semata-mata
disebabkan oleh kenaikan tingkat tabungan, narnun juga karena adanya
perubahan yang radikal pada persepsi masyarakat mengenai ilrnu
pengetahuan, modernisasi teknik produksi, dan pengambilan risiko.
Di samping karena adanya perubahan pada sikap masyarakat, kenaikan
tingkat investasi hanya mungkin terjadi jika ada perubahan dalam struktur
ekonomi. Kemajuan di sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus
sejalan dengan proses kenaikan tingkat investasi. Pembangunan ekonomi
hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian
dan perkembangan di sektor pertambangan karena pada tahap awal proses
pembangunan, sektor industri dinilai belum mampu menjadi motor
penggerak perekonomian
Menurut Rostow, sektor pertanian mempunyai peranan penting pada
masa transisi menuju tahap tinggal landas. Peranan tersebut, antara lain:
Pertama, kernajuan pertanian diperlukan guna rnenjarnin ketersediaan
(supply) bahan rnakanan bagi penduduk. Ketersediaan bahan rnakanan yang
rnernadai rnarnpu rnelindungi penduduk dari bahaya kelaparan dan
menghemat penggunaan devisa untuk mengimpor bahan makanan sehingga
devisa dapat digunakan untuk rnengirnpor barang lain yang lebih berguna
bagi pernbangunan. Kedua, perkembangan di sektor pertanian dapat pula
menunjang perkembangan di sektor industri. Kenaikan produktivitas di
sektor pertanian akan rnernperluas pasar dari berbagai kegiatan industri.
Kenaikan pendapatan petani akan rnernperluas pasar industri barang-barang
konsumsi, kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri-
industri penghasil input pertanian modern, seperti rnesin-rnesin pertanian dan
pupuk kirnia. Selain itu, kenaikan pendapatan di sektor pertanian dapat pula
rneningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak sektor pertanian, dan
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229
BMP ESPA4229

More Related Content

What's hot

BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialMang Engkus
 
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan Distribusi PendapatanKetimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan Distribusi PendapatanNailul Alfiyah
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankM Abdul Aziz
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatYesica Adicondro
 
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaranTugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaransiti aisah
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisYesica Adicondro
 
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya Manusia
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya ManusiaBMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya Manusia
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya ManusiaMang Engkus
 
Dasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeDasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeIhsan Amruh
 
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Keseimbangan 4 sektor
Keseimbangan 4 sektorKeseimbangan 4 sektor
Keseimbangan 4 sektorSudirman Jie
 
pasar uang dan pasar barang
pasar uang dan pasar barangpasar uang dan pasar barang
pasar uang dan pasar barangSukma Kenangan
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanArief Anzarullah
 
Teori pendekatan kardinal ordinal
Teori pendekatan kardinal ordinalTeori pendekatan kardinal ordinal
Teori pendekatan kardinal ordinalagusmulyana41
 

What's hot (20)

BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi ManajerialBMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
BMP EKMA4312 Ekonomi Manajerial
 
Ppt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasionalPpt pendapatan nasional
Ppt pendapatan nasional
 
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiwResume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
Resume makro ekonomi bab 1-19 mankiw
 
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan Distribusi PendapatanKetimpangan Distribusi Pendapatan
Ketimpangan Distribusi Pendapatan
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
 
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
Kelompok 5 (pendekatan ordinal)
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
 
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaranTugas 12 ppt neraca pembayaran
Tugas 12 ppt neraca pembayaran
 
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
 
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya Manusia
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya ManusiaBMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya Manusia
BMP EKMA4214 Manajemen Sumber Daya Manusia
 
Dasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeDasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of trade
 
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia (Perekonomian Indonesia BAB 4)
 
Keseimbangan 4 sektor
Keseimbangan 4 sektorKeseimbangan 4 sektor
Keseimbangan 4 sektor
 
Model Ekonomi
Model EkonomiModel Ekonomi
Model Ekonomi
 
pasar uang dan pasar barang
pasar uang dan pasar barangpasar uang dan pasar barang
pasar uang dan pasar barang
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
 
Penerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linierPenerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linier
 
Model mundell flemming dan Rezim Kurs
Model mundell flemming dan Rezim KursModel mundell flemming dan Rezim Kurs
Model mundell flemming dan Rezim Kurs
 
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
Pasar Persaingan Sempurna (Ekonomi Mikro)
 
Teori pendekatan kardinal ordinal
Teori pendekatan kardinal ordinalTeori pendekatan kardinal ordinal
Teori pendekatan kardinal ordinal
 

Viewers also liked

BMP EKMA4473 Pengembangan Produk
BMP EKMA4473 Pengembangan ProdukBMP EKMA4473 Pengembangan Produk
BMP EKMA4473 Pengembangan ProdukMang Engkus
 
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi Mang Engkus
 
BMP EKMA4565 Manajemen Perubahan
BMP EKMA4565 Manajemen PerubahanBMP EKMA4565 Manajemen Perubahan
BMP EKMA4565 Manajemen PerubahanMang Engkus
 
BMP EKMA4213 Manajemen Keuangan
BMP EKMA4213 Manajemen KeuanganBMP EKMA4213 Manajemen Keuangan
BMP EKMA4213 Manajemen KeuanganMang Engkus
 
BMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen PemasaranBMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen PemasaranMang Engkus
 
BMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMBMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMMang Engkus
 
BMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran
BMP EKMA4569 Perencanaan PemasaranBMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran
BMP EKMA4569 Perencanaan PemasaranMang Engkus
 
BMP EKMA4568 Pemasaran Jasa
BMP EKMA4568 Pemasaran JasaBMP EKMA4568 Pemasaran Jasa
BMP EKMA4568 Pemasaran JasaMang Engkus
 

Viewers also liked (20)

BMP ESPA4228
BMP ESPA4228BMP ESPA4228
BMP ESPA4228
 
BMP ESPA4226
BMP ESPA4226BMP ESPA4226
BMP ESPA4226
 
BMP ESPA4224
BMP ESPA4224BMP ESPA4224
BMP ESPA4224
 
BMP EKMA4473 Pengembangan Produk
BMP EKMA4473 Pengembangan ProdukBMP EKMA4473 Pengembangan Produk
BMP EKMA4473 Pengembangan Produk
 
BMP MKDU4111
BMP MKDU4111BMP MKDU4111
BMP MKDU4111
 
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
BMP EKMA4115 Pengantar Akuntansi
 
BMP MKDU4109
BMP MKDU4109BMP MKDU4109
BMP MKDU4109
 
BMP ESPA4221
BMP ESPA4221BMP ESPA4221
BMP ESPA4221
 
BMP EKMA4565 Manajemen Perubahan
BMP EKMA4565 Manajemen PerubahanBMP EKMA4565 Manajemen Perubahan
BMP EKMA4565 Manajemen Perubahan
 
BMP ESPA4219
BMP ESPA4219BMP ESPA4219
BMP ESPA4219
 
BMP EKMA4570
BMP EKMA4570BMP EKMA4570
BMP EKMA4570
 
BMP ESPA4222
BMP ESPA4222BMP ESPA4222
BMP ESPA4222
 
BMP MKDU4110
BMP MKDU4110BMP MKDU4110
BMP MKDU4110
 
BMP MKDU4112
BMP MKDU4112BMP MKDU4112
BMP MKDU4112
 
BMP EKMA4213 Manajemen Keuangan
BMP EKMA4213 Manajemen KeuanganBMP EKMA4213 Manajemen Keuangan
BMP EKMA4213 Manajemen Keuangan
 
BMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen PemasaranBMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
 
BMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDMBMP EKMA4476 Audit SDM
BMP EKMA4476 Audit SDM
 
BMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran
BMP EKMA4569 Perencanaan PemasaranBMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran
BMP EKMA4569 Perencanaan Pemasaran
 
BMP ESPA4220
BMP ESPA4220BMP ESPA4220
BMP ESPA4220
 
BMP EKMA4568 Pemasaran Jasa
BMP EKMA4568 Pemasaran JasaBMP EKMA4568 Pemasaran Jasa
BMP EKMA4568 Pemasaran Jasa
 

Similar to BMP ESPA4229

Konsep Ekonomi Pembangunan
Konsep Ekonomi PembangunanKonsep Ekonomi Pembangunan
Konsep Ekonomi PembangunanEko Mardianto
 
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif global
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif globalBab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif global
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif globalBambang Deswantoro
 
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3Septian Muna Barakati
 
Pergeseran paradigma dalam pembangunan
Pergeseran paradigma dalam pembangunanPergeseran paradigma dalam pembangunan
Pergeseran paradigma dalam pembangunanWiekewardani
 
TM13-TE2.pptx
TM13-TE2.pptxTM13-TE2.pptx
TM13-TE2.pptxSueArtku
 
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknaPertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknarahmat sabirin
 
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Ariyadi Prakoso
 
Presentation4.pptx pertumbuhan ekonomi
Presentation4.pptx  pertumbuhan ekonomiPresentation4.pptx  pertumbuhan ekonomi
Presentation4.pptx pertumbuhan ekonomiiswah yuni
 

Similar to BMP ESPA4229 (20)

Konsep Ekonomi Pembangunan
Konsep Ekonomi PembangunanKonsep Ekonomi Pembangunan
Konsep Ekonomi Pembangunan
 
Neo klasik
Neo klasikNeo klasik
Neo klasik
 
Pasar Modal
Pasar ModalPasar Modal
Pasar Modal
 
Kelompok 16
Kelompok 16Kelompok 16
Kelompok 16
 
Makro1
Makro1Makro1
Makro1
 
TUWEB 1.pptx
TUWEB 1.pptxTUWEB 1.pptx
TUWEB 1.pptx
 
Ekonomi pembangunan
Ekonomi pembangunanEkonomi pembangunan
Ekonomi pembangunan
 
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif global
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif globalBab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif global
Bab 1 pengantar pembangunan ekonomi prespektif global
 
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3
133752138 makalah-ekonomi-pembangunan-3
 
Pergeseran paradigma dalam pembangunan
Pergeseran paradigma dalam pembangunanPergeseran paradigma dalam pembangunan
Pergeseran paradigma dalam pembangunan
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi Pembangunan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi
 
Ekonomi Pembangunan
Ekonomi PembangunanEkonomi Pembangunan
Ekonomi Pembangunan
 
FIX PP BARU.pptx
FIX PP BARU.pptxFIX PP BARU.pptx
FIX PP BARU.pptx
 
Filosofi Pembangunan
Filosofi PembangunanFilosofi Pembangunan
Filosofi Pembangunan
 
TM13-TE2.pptx
TM13-TE2.pptxTM13-TE2.pptx
TM13-TE2.pptx
 
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa maknaPertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
Pertumbuhan ekonomi indonesia tanpa makna
 
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
Kontribusi unsur unsur perkembangan ekonomi indonesia terhadap kemiskinan di ...
 
Presentation4.pptx pertumbuhan ekonomi
Presentation4.pptx  pertumbuhan ekonomiPresentation4.pptx  pertumbuhan ekonomi
Presentation4.pptx pertumbuhan ekonomi
 
Administrasi Pembangunan
Administrasi PembangunanAdministrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan
 

More from Mang Engkus

BMP EKMA4567 Perilaku Konsumen
BMP EKMA4567 Perilaku KonsumenBMP EKMA4567 Perilaku Konsumen
BMP EKMA4567 Perilaku KonsumenMang Engkus
 
BMP EKMA4478 Analisis Kasus Bisnis
BMP EKMA4478 Analisis Kasus BisnisBMP EKMA4478 Analisis Kasus Bisnis
BMP EKMA4478 Analisis Kasus BisnisMang Engkus
 
BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran StrategikBMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran StrategikMang Engkus
 
BMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen
BMP EKMA4434 Sistem Informasi ManajemenBMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen
BMP EKMA4434 Sistem Informasi ManajemenMang Engkus
 
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikBMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikMang Engkus
 
BMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiBMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiMang Engkus
 
BMP ESPA4227 Ekonomi Moneter
BMP ESPA4227 Ekonomi MoneterBMP ESPA4227 Ekonomi Moneter
BMP ESPA4227 Ekonomi MoneterMang Engkus
 
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika EkonomiBMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika EkonomiMang Engkus
 
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi JasaBMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi JasaMang Engkus
 
BMP EKMA4367 Hubungan Industrial
BMP EKMA4367 Hubungan IndustrialBMP EKMA4367 Hubungan Industrial
BMP EKMA4367 Hubungan IndustrialMang Engkus
 
BMP EKMA4366 Pengembangan SDM
BMP EKMA4366 Pengembangan SDMBMP EKMA4366 Pengembangan SDM
BMP EKMA4366 Pengembangan SDMMang Engkus
 
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis
BMP EKMA4316 Hukum BisnisBMP EKMA4316 Hukum Bisnis
BMP EKMA4316 Hukum BisnisMang Engkus
 

More from Mang Engkus (13)

BMP MKDU4221
BMP MKDU4221BMP MKDU4221
BMP MKDU4221
 
BMP EKMA4567 Perilaku Konsumen
BMP EKMA4567 Perilaku KonsumenBMP EKMA4567 Perilaku Konsumen
BMP EKMA4567 Perilaku Konsumen
 
BMP EKMA4478 Analisis Kasus Bisnis
BMP EKMA4478 Analisis Kasus BisnisBMP EKMA4478 Analisis Kasus Bisnis
BMP EKMA4478 Analisis Kasus Bisnis
 
BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran StrategikBMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
BMP EKMA4475 Pemasaran Strategik
 
BMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen
BMP EKMA4434 Sistem Informasi ManajemenBMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen
BMP EKMA4434 Sistem Informasi Manajemen
 
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen StrategikBMP EKMA4414 Manajemen Strategik
BMP EKMA4414 Manajemen Strategik
 
BMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset OperasiBMP EKMA4413 Riset Operasi
BMP EKMA4413 Riset Operasi
 
BMP ESPA4227 Ekonomi Moneter
BMP ESPA4227 Ekonomi MoneterBMP ESPA4227 Ekonomi Moneter
BMP ESPA4227 Ekonomi Moneter
 
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika EkonomiBMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
BMP ESPA4122 Matematika Ekonomi
 
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi JasaBMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
BMP EKMA4369 Manajemen Operasi Jasa
 
BMP EKMA4367 Hubungan Industrial
BMP EKMA4367 Hubungan IndustrialBMP EKMA4367 Hubungan Industrial
BMP EKMA4367 Hubungan Industrial
 
BMP EKMA4366 Pengembangan SDM
BMP EKMA4366 Pengembangan SDMBMP EKMA4366 Pengembangan SDM
BMP EKMA4366 Pengembangan SDM
 
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis
BMP EKMA4316 Hukum BisnisBMP EKMA4316 Hukum Bisnis
BMP EKMA4316 Hukum Bisnis
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

BMP ESPA4229

  • 1. MDDUL 1 Konsep dan Pengukuran Pembangunan Ekonomi Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. · ~ ... - PENDAHULUAN odul 1 ini merupakan pengantar bagi mahasiswa untuk mempelajari masalah-masalah pembangunan ekonorni di negara sedang berkembang (NSB). Pada modul ini dijelaskan sejarah perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi, karakteristik umum negara-negara sedang berkembang serta permasalahan yang mereka hadapi, dan bagaimana mengukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setelah mempelajari modul ini, secara umum Anda diharapkan dapat menjelaskan perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi, cakupan ekonomi pembangunan, karakteristik umum negara sedang berkembang, dan ukuran-uk:uran keberhasilan pembangunan. Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat menjelaskan: 1. perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi; 2. evolusi fokus dari ekonomika pembangunan; 3. cakupan bahasan ekonomi pembangunan; 4. dasar pengelompokan negara dan karakteristik umum negara sedang berkembang; 5. perbedaan pengertian antara pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi; 6. ukuran-ukuran pembangunan ekonomi; 7. kekuatan dan kelemahan pendekatan per kapita sebagai indikator pembangunan; 8. berbagai indikator pembangunan lainnya, seperti Indeks Kualitas Hidup dan Indeks Pembangunan Manusia.
  • 2. 1.2 EKONOMI PEMBANGUNAN • KEGIATAN BELAJAR 1 Ruang Lingkup dan Nilai Pokok Pembangunan A. PERKEMBANGAN PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru dalam ilmu ekonomi karena studi tentang pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para ekonom sejak zaman Merkantilis, Klasik, sampai Marx dan Keynes. Bapak ilmu ekonomi, Adam Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek tentang pembangunan ekonomi dalam karya fenomenalnya yang berjudul The Wealth of Nations (1776). Oleh karena itu, tidaklah tepat kalau kita menganggap bahwa ekonomi pembangunan merupakan suatu bidang analisis yang relatif baru dalam ilmu ekonomi. Akan lebih tepat jika kita mengatakan bahwa analisis-analisis tentang masalah pembangunan yang dilakukan oleh para ekonom sekarang ini merupakan suatu ''kebangkitan kembali'' untuk memperhatikan masalah-masalah yang dianalisis oleh para ekonom terdahulu. Masa ''kebangkitan kembali'' terhadap masalah-masalah pembangunan ekonomi ini dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua (PD II) karena setelah zaman Adam Smith sampai PD II perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi sangatlah kurang. Kurangnya perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pertama, pada masa sebelum PD II sebagian besar negara-negara sedang berkembang (NSB) masih merupakan negara jajahan. Para penjajah merasa tidak perlu untuk memikirkan secara serius mengenai masalah pembangunan di negara jajahan mereka. Tujuan mereka mencari negara-negara jajahan adalah hanya untuk menciptakan keuntungan bagi mereka, bukan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan negara-negara jajahannya tersebut. Kedua, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin masyarakat negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah pembangunan ekonomi. Pada saat itu, mereka hanya memikirkan tentang bagaimana caranya untuk meraih kemerdekaan dari belenggu tirani penjajah. Menurut mereka, pembangunan ekonomi hanya bisa dilakukan jika penjajahan telah
  • 3. e ESPA4229/MODUL 1 1.3 berakhir. Ketiga, di lingkungan para ekonom sendiri, penelitian dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas. Para ekonom Barat pada masa itu lebih memusatkan perhatian pada bagaimana mengatasi masalah-masalah ekonomi jangka pendek, seperti kemelesetan ekonomi dan pengangguran karena selama tiga dekade awal abad ke-20, masalah depresi (malaise) dan pengangguran merupakan masalah utama yang dihadapi dunia. Namun, kini setelah PD II berak:hir perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi tumbuh dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, berkembangnya cita-cita negara-negara yang baru merdeka untuk dapat mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang ekonomi dari negara-negara maju. Negara-negara yang baru merdeka relatif miskin dan juga mengalami masalah kependudukan yang kronis. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi merupakan sesuatu hal yang sangat mendesak untuk segera dilakukan dalam rangka menanggulangi masalah pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kedua, berkembangnya perhatian negara-negara maju terhadap usaha pembangunan (khususnya pembangunan ekonomi) di NSB. Fenomena ini didorong oleh rasa kemanusiaan negara-negara maju untuk membantu NSB dalam mengakselerasi laju pembangunan ekonomi mereka agar dapat mengejar ketertinggalan mereka dari negara-negara maju. Selain itu, ada juga pertimbangan lain yaitu untuk mendapat dukungan dalam perang ideologi antara Blok Barat dengan Blok Timur pada masa itu. Bantuan dari negara-negara maju tersebut sifatnya bermacam-macam, misalnya hibah (grant), yang berarti NSB yang menerimanya tidak perlu membayar kembali bantuan tersebut. Bantuan tersebut bentuknya, antara lain dapat berupa bantuan teknik dan tenaga ahli, bantuan bahan makanan, obat- obatan ataupun bantuan untuk melakukan studi kelayakan suatu proyek. Bantuan lainnya biasanya berupa pinjaman (loan) dengan syarat-syarat yang jauh lebih mudah dengan tingkat bunga yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan pinjaman komersial biasa. B. EVOLUSI FOKUS EKONOMI PEMBANGUNAN Pada akhir dekade 1940-an, ekonomi pembangunan menjadi bidang kajian yang paling sering dibahas, seiring dengan terbebasnya banyak negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin dari belenggu penjajahan, dan adanya keinginan dari negara-negara tersebut untuk mengejar
  • 4. 1.4 EKONOMI PEMBANGUNAN • ketertinggalannya dari negara-negara maju. Selama dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an, kebijakan-kebijakan pembangunan ditekankan pada maksimisasi pertumbuhan GNP melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Kebijakan-kebijakan yang diambil antara lain menerapkan sistem perencanaan terpusat untuk pertumbuhan investasi modal fisikal, pemanfaatan surplus tenaga kerja, pengembangan industri substitusi impor (ISi), dan mencari bantuan luar negeri. Dengan kata lain, strategi pembangunan berpusat pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, sedangkan pembangunan di bidang lainnya diarahkan untuk menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi dan mengikuti irama pembangunan di bidang ini. Kenyataannya, strategi ini dihadapkan pada pilihan antara pertumbuhan ekonomi atau pemerataan hasil-hasil pembangunan. Pertumbuhan dan pemerataan merupakan dua kutub strategi pembangunan yang saling mengabaikan (trade-off). Artinya, pembangunan yang menitikberatkan pada aspek pertumbuhan dalam batas-batas tertentu akan mengabaikan aspek pemerataan, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan pengalaman masa lalu, pilihan pun jatuh pada aspek pertumbuhan sehingga kebijakan pembangunan yang diambil sangat menekankan pada pemacuan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan harapan nantinya aspek pemerataan dapat pula diraih melalui mekanisme tetesan ke bawah (trickle down effect). Namun, keberhasilan pembangunan yang ditinjau dari tolok ukur ekonomi klasik tersebut sekiranya tidak mampu merefleksikan realitas kehidupan masyarakat yang sesungguhnya. Angka-angka yang tercermin pada GNP tidak cukup representatif dalam mengungkapkan state of mind masyarakat yang sebenarnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh semakin lebarnya jurang polarisasi ekonomi seiring dengan pesatnya pertumbuhan. Pada masa itu, banyak di antara negara yang baru merdeka (NSB) terlahir dalam tatanan konfigurasi ekonomi yang suram. Hal tersebut diindikasikan oleh angka pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah, sedangkan angka inflasi tidak terkendali. Konfigurasi yang ekonomi yang suram tersebut tidak memberikan batas toleransi yang luas bagi para pembuat kebijakan di negara terkait untuk berbuat kesalahan. Margin of error yang demikian sempit, tidak memberikan ruang gerak yang cukup untuk memilih berbagai alternatif model pembangunan, kecuali hanya bertumpu pada paradigma pertumbuhan yang konsekuensinya sering kali mengabaikan aspek-aspek sosial dan budaya.
  • 5. e ESPA4229/MODUL 1 1.5 Memasuki dekade 1960-an ak:hir dan awal dekade 1970-an, pembangunan ekonomi mengalami redefinisi. Mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi bukan lagi menitikberatkan pada aspek pertumbuhan, namun bagaimana mengurangi angka kemiskinan dan ketimpangan. Beberapa ekonom berpendapat bahwa pertumbuhan yang tercermin pada kenaikan angka-angka GNP tiap tahunnya belum mampu menjadi solusi atas masalah kemiskinan dan ketimpangan sehingga ''makna'' pembangunan kembali dipertanyakan. Adanya keprihatinan di kalangan para pemerhati masalah-masalah pembangunan memunculkan gagasan baru tentang strategi pembangunan yang lebih memberikan ''makna'' bagi semua pihak pemangku kepentingan (stakeholders). Bank Dunia memperkenalkan pendekatan pembangunan pertumbuhan dengan pemerataan (redistribution with growth) dan ILO (International Labour Organization) menawarkan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach) sebagai solusi. Untuk literatur pembangunan lainnya ada yang menekankan perlunya pergeseran orientasi dari pembangunan industri menuju pembangunan perdesaan; pergeseran penekanan dari pembentukan modal fisik menuju pembentukan modal insani (human capital) sebagai modal utama pembangunan; dan pentingnya penerapan teknologi tepat guna (appropriate technology) bagi setiap negara. Perubahan yang paling mendasar pada ekonomi pembangunan terjadi selama dekade 1970-an dan dekade 1980-an yang dikenal dengan istilah 'kebangkitan ekonomi neoklasik' (resurgence of neoclassical economics). Jika pada dekade 1950-an para ekonom pembangunan merurnuskan teori pembangunan yang dianggap berlaku umum (grand theories) dan strategi- strategi yang bersifat umum di dalam upaya memecahkan permasalahan NSB, pada dekade 1970-an dan 1980-an sebaliknya. Fokus kajian ekonomi pembangunan sudah lebih ditekankan pada analisis tentang keberagaman NSB dan pengidentifikasian faktor-faktor penyebab terjadinya perbedaan kinerja ekonorni setiap negara. Analisis berubah dari model pertumbuhan yang sangat agregatif menuju ke model mikro yang disagregatif. Studi diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan data dan kondisi empiris negara tersebut dan pentingnya penggunaan asumsi yang berbeda ketika menganalisis masalah di suatu NSB. Oleh karena itu, perlu kehatian-hatian di dalam proses pengidentifikasian hubungan-hubungan kelembagaan dan menempatkan elemen-elemen misalnya penduduk, institusi, dan ketersediaan semangat kewirausahaan (entrepreneurship) yang selama
  • 6. 1.6 EKONOMI PEMBANGUNAN • ini dianggap given sebagai variabel endogen di dalam analisis pembangunan. Dengan kata lain, pembangunan harus dilihat sebagai suatu proses yang multidimensional yang juga mencakup perubahan-perubahan mendasar di dalam struktur sosial, perilaku masyarakat, perbaikan sistem kelembagaan (institutional development), selain aspek-aspek ekonomi, seperti kenaikan pendapatan per kapita, kemerataan distribusi pendapatan, dan pengentasan kemiskinan. C. CAKUPAN BAHASAN EKONOMI PEMBANGUNAN Usaha-usaha pembangunan yang dilakukan oleh NSB dalam pelaksanaannya banyak mengalami kegagalan dalam memecahkan masalah- masalah mendasar dari pembangunan, misalnya masalah kemiskinan dan masalah kesenjangan distribusi pendapatan. Kegagalan-kegagalan tersebut telah menimbulkan dorongan bagi para ilmuwan, terutama para ekonom, untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai masalah yang memengaruhi kehidupan sebagian besar umat manusia di bumi ini. Sejak saat itu, aspek-aspek yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi telah menjadi titik perhatian yang sering dibahas oleh para ekonom. Pandangan-pandangan para ekonom mengenai aspek yang berkaitan dengan masalah-masalah pembangunan di NSB itulah yang kini kita kenal sebagai ekonomi pembangunan. Namun, pola pembahasan yang seragam seperti dalam analisis ekonomi mikro dan ekonomi makro tidak akan kita temui dalam analisis ekonomi pembangunan. Cabang ilmu ekonomi ini belum memiliki suatu pola analisis tertentu yang dapat diterima secara umum. Belum adanya suatu pola analisis yang dapat diterima secara umum disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pertama, kompleksitas masalah pembangunan dan banyaknya faktor yang memengaruhi pembangunan, yang mengakibatkan melebarnya topik pembahasan di dalam ekonomi pembangunan. Ada beberapa pembahasan dalam ekonomi pembangunan, antara lain masalah pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, ketimpangan pendapatan, pembentukan modal, tingkat tabungan domestik, transformasi struktural, dan bantuan luar negeri. Kedua, tidak adanya teori-teori pembangunan yang dapat menciptakan suatu kerangka dasar yang berlaku umum (grand theory) dalam memberikan gambaran mengenai proses pembangunan ekonomi. Hingga saat ini, masih terjadi silang pendapat di
  • 7. e ESPA4229/MODUL 1 1.7 antara para ekonom mengenai faktor-faktor apa yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi dan bagaimana mekanisme proses pembangunan ekonomi itu berlangsung. Namun, hal tersebut tidak berarti karakteristik pola analisis dalam ekonomi pembangunan tidak dapat kita kenali. Jika kita cermati, pada hakikatnya pembahasan-pembahasan dalam ekonomi pembangunan dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pembahasan mengenai pembangunan ekonomi, baik yang bersifat deskriptif maupun analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik perekonomian dan masyarakat NSB serta implikasinya pada pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelompok kedua adalah pembahasan mengenai berbagai pilihan orientasi kebijaksanaan pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi di NSB. Oleh karena itu, Ekonomi Pembangunan dapat didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh NSB dan memberikan landasan teori bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut agar NSB dapat membangun ekonominya secara cepat dan berkelanjutan (sustainable). ~~< : _ . ~ - _,,..,,- .. - - - - =.. ~ LATI HAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi! 2) Jelaskan evolusi fokus ekonomi pembangunan dan pembangunan ekonomi! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Perkembangan perhatian terhadap pembangunan ekonomi sebelum PD II sangat kurang karena Pertama, pada masa sebelum PD II sebagian besar negara-negara sedang berkembang (NSB) masih merupakan negara jajahan. Kedua, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin masyarakat negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah
  • 8. 1.8 EKONOMI PEMBANGUNAN • pembangunan ekonomi. Ketiga, di lingkungan para ekonom, penelitian dan analisis mengenai masalah pembangunan ekonomi masih terbatas. Setelah PD II perkembangan perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi sangat tinggi. 2) Pada dekade 1950-an hingga awal dekade 1960-an, kebijakan-kebijakan pembangunan diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan GNP melalui proses akumulasi modal dan industrialisasi. Memasuki dekade 1960-an akhir dan awal dekade 1970-an, kebijakan pembangunan lebih ditekankan pada pengurangan angka kemiskinan dan ketimpangan secara langsung melalui pendekatan pemerataan dengan pertumbuhan (redistribution with growth) dan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need approach). Pada dekade 1970-an dan dekade 1980-an mulai disadari adanya keberagaman NSB dan perbedaan kinerja perekonomian setiap negara sehingga analisis bergerak dari model pertumbuhan yang sangat agregatif menuju ke model mikro yang terdisagregatif. Studi diarahkan pada kekhususan karakteristik suatu negara berdasarkan data empiris dan harus ada penggunaan asumsi yang berbeda ketika menganalisis masalah di suatu NSB. Oleh karena itu, hubungan- hubungan kelembagaan dan elemen-elemen misalnya penduduk, institusi, dan ketersediaan semangat kewirausahaan (entrepreneurship), yang selama ini dianggap sebagai hal given perlu dimasukkan menjadi variabel endogen di dalam analisis pembangunan. RANG KUMAN Perkembangan perhatian terhadap pembangunan ekonomi sebelum PD II sangat kurang karena pada masa itu sebagian besar NSB masih dijajah, kurangnya usaha dan perhatian dari para pemimpin masyarakat negara-negara jajahan untuk membahas masalah-masalah pembangunan ekonomi, dan terbatasnya studi dan analisis tentang masalah pembangunan jangka panjang. Pada 1950-an hingga awal 1960-an, kebijakan-kebijakan pembangunan diarahkan untuk memaksimalkan pertumbuhan growth-oriented strategy (GNP). Memasuki akhir dekade 1960-an dan awal 1970-an, upaya pembangunan ekonomi ditekankan pada upaya pengurangan angka kemiskinan dan ketimpangan secara langsung melalui, misalnya pendekatan pemerataan dengan pertumbuhan dan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar.
  • 9. e ESPA4229/MODUL 1 1.9 Pada dekade 1970-an dan dekade 1980-an muncul kesadaran akan adanya keberagaman NSB dan kinerja perekonomiannya. Analisis bergerak dari model pertumbuhan yang sangat agregatif menuju ke model mikro yang disagregatif. Pembangunan ekonomi mulai memperhatikan hubungan-hubungan kelembagaan di dalam menelaah arti penting beberapa variabel kuantitatif dan memperhatikan beberapa elemen, seperti penduduk, institusi, dan pasokan kewirausahaan sebagai variabel endogen dalam analisis pembangunan. Cakupan bahasan ekonomi pembangunan dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pembahasan mengenai pembangunan ekonomi, baik yang bersifat deskriptif maupun analitis yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang berbagai karakteristik perekonomian dan masyarakat di NSB serta implikasinya pada pembangunan ekonomi di kawasan tersebut. Kelompok kedua adalah pernbahasan mengenai berbagai pilihan orientasi kebijaksanaan pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya untuk mempercepat proses pembangunan ekonomi di NSB. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Sebelum Perang Dunia II (PD II) perhatian terhadap masalah pembangunan ekonomi sangatlah kurang. Faktor-taktor penyebabnya adalah sebagai berikut, kecuali .... A. kurangnya usaha para pemimpin masyarakat yang dijajah untuk membahas masalah-masalah pembangunan ekonomi B. sebelum PD II sebagian besar NSB masih merupakan daerah jajahan C. para ekonom dan peneliti tentang masalah pembangunan ekonomi masih terbatas D. berkembangnya perhatian negara maju terhadap usaha pembangunan 2) Fokus perhatian ekonomi pembangunan sejak dekade 1900-an sampai sekarang ini adalah .... A. proses akumulasi modal dan bantuan luar negeri B. strategi pemenuhan kebutuhan pokok C. pembangunan sistem kelembagaan D. pembangunan perdesaan
  • 10. 1.10 EKONOMI PEMBANGUNAN • 3) Dilihat dari istilahnya Ekonomi Pembangunan adalah .... A. sebuah ilmu yang tunggal sehingga tidak perlu memasukkan pendekatan ilmu lain yang terkait B. sebuah ilmu yang tunggal sehingga tidak perlu ditopang dengan metodologi keilmuan C. sebuah ilmu yang transparan sehingga tidak mungkin akan diperoleh kesempurnaan dalam analisisnya D. sebuah ilmu yang menggunakan pendekatan multidisiplin karena menyangkut berbagai aspek kehidupan yang saling terkait satu sama lain 4) Tidak termasuk bidang penting yang dianalisis dalam ekonomi pembangunan, adalah .... A. masalah pertumbuhan ekonomi dan investasi B. masalah kemiskinan dan distribusi pendapatan C. masalah pembentukan modal D. analisis makro dan mikro 5) Jika dicermati lebih teliti, pada hakikatnya pembahasan-pembahasan dalam ekonomi pembangunan dapat dimasukkan dalam beberapa kelompok .... A. kelompok pembahasan mengenai perkembangan ekonomi baik yang deskriptif maupun yang analitis yang menggambarkan sifat perekonomian dan masyarakat di negara maju serta implikasinya B. kelompok sejarah negara-negara yang maju maupun berkembang, termasuk sejarah dalam melepaskan dari cengkeraman penjajah C. kelompok yang bersifat memberikan berbagai pilihan kebijaksanaan pembangunan yang dapat dilaksanakan dalam upaya mempercepat proses perkembangan ekonomi di NSB D. kelompok yang bersifat menerima berbagai pilihan dalam upaya mempercepat proses pembangunan Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal
  • 11. e ESPA4229/ MODUL 1 Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang 1.11 Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.
  • 12. 1.12 EKONOMI PEMBANGUNAN • KEGIATAN BELAJAR 2 Pengelompokan dan Ciri-ciri Negara Sedang Berkembang A. PENGELOMPOKAN NEGARA SEDANG BERKEMBANG (NSB) Pengelompokan negara-negara di dunia biasanya berdasarkan pada tingkat kesejahteraannya dengan menggunakan indikator pendapatan riil per kapita. Berdasarkan tingkat kesejahteraan tersebut, Bank Dunia mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua, yaitu negara-negara maju (developed countries) dan negara-negara sedang berkembang (developing countries atau sering juga disebut less-developed countries). Negara-negara sedang berkembang ini sering juga disebut sebagai negara Dunia Ketiga atau Negara Selatan. Negara-negara yang termasuk dalam kelompok negara-negara maju yang sering juga disebut sebagai negara Dunia Pertama adalah negara-negara di kawasan Eropa Barat, Amerika Utara, Australia, New Zealand, dan Jepang. Selain itu, yang juga termasuk dalam kelompok negara-negara maju adalah sebagian besar negara-negara sosialis yang terdapat di kawasan Eropa Timur, seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria, dan Polandia. Negara-negara ini sering disebut sebagai negara Dunia Kedua. Sebagian besar NSB terdapat di benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin, suatu kawasan di mana diperkirakan dua pertiga penduduk dunia berada. Taraf pembangunan mereka masih rendah dan juga banyak di antara mereka yang memiliki pendapatan per kapita kurang dari US $1.000 (Bank Dunia, 2006). Nilai tersebut tentu saja sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang sebagian besar merniliki pendapatan per kapita di atas US $10.000. Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa ada beberapa NSB yang mempunyai pendapatan per kapita di atas US $10.000 bahkan setara dengan pendapatan per kapita negara-negara maju, misalnya Korea Selatan (US $14,000), Kuwait (US $22,470), Arab Saudi (US $10,140) dan Singapura (US $24,760). Namun, negara-negara tersebut belum dianggap sebagai kelompok negara-negara maju karena struktur ekonomi dan masyarakatnya tidak jauh berbeda dibandingkan dengan NSB lainnya. Menurut Celso Furtado (1964) seorang ekonom Amerika Latin di dalam Arsyad (1999),
  • 13. e ESPA4229/MODUL 1 1.13 suatu negara masih disebut sebagai negara yang belum maju (underdeveloped) atau NSB jika di negara tersebut masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah faktor produksi yang dimiliki dengan teknologi yang mereka kuasai sehingga penggunaan modal dan tenaga kerja secara penuh (full utilization) belum tercapai. Satu-satunya negara di kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang pada mulanya dianggap sebagai NSB, tetapi kini dianggap sebagai negara maju adalah Jepang. Belakangan ini juga muncul beberapa negara yang mempunyai taraf pembangunan yang hampir mencapai taraf negara-negara maju, seperti Korea Selatan, Singapura, Taiwan, dan Hongkong. Mereka sering disebut sebagai Newly Industrializing Countries (NICs). Bank Dunia dalam World Development Indicators (2006) mengklasifikasikan 3 kelompok negara berdasarkan tingkat pendapatan nasional (Gross National Income = GNI) per kapitanya sebagai berikut: a. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di bawah US $765. b. Negara berpenghasilan menengah (middle-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita antara US $766 sampai US$9.385. Kelompok negara berpenghasilan menengah dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut. 1) Negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle-income economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US $766 sampai US $3.035. 2) Negara berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle-income economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US $3.036 sampai US $9.385. c. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di atas US $9.386. Tabel 1.1 berikut ini menyajikan beberapa kelompok negara di dunia berdasarkan tingkat pendapatan per kapita dan jumlah penduduk.
  • 14. 1.14 EKONOMI PEMBANGUNAN • Tabel 1.1. Beberapa Negara Terpilih menurut GNI Per Kapita dan Jumlah Penduduk, 2004 Negara GNP per Kapita (US $) Penduduk uuta) Kelompok Negara Berpenghasilan Rendah: 1. Etiopia 2. Tanzania 3. Kenya 4. Bangladesh 5. Vietnam Kelompok Negara Berpenghasilan Menengah: 1. Srilangka 2. Indonesia 3. Filipina 4. Thailand 5. Malaysia Kelompok Negara Berpenghasilan Tinggi: 1. Korea Selatan 2. Israel 3. Singapura 4. Jepang 5. Amerika Serikat Sumber: Bank Dunia (2006). 110(206) 320(185) 480(171) 440(174) 540(168) 1.010(143) 1.140(137) 1.170(136) 2.490(104) 4.520(79) 14.000(50) 17.360(39) 24.760(29) 37.050(9) 41.440 5 Keterangan: Angka ( ) menunjukkan peringkat di dunia. B. KARAKTERISTRIK UMUM NEGARA SEDANG BERKEMBANG (NSB) 70 38 33 139 82 19 218 82 64 25 48 7 4 128 294 Setelah kita membahas tentang pengelompokan negara-negara di dunia, sekarang saatnya kita membahas tentang sifat dan karakteristik NSB. Todaro & Smith (2003) mengemukakan beberapa karakteristik umum NSB, yaitu sebagai berikut. 1. Standar Hidup yang Rendah Pada umumnya, standar hidup sebagian besar penduduk NSB sangat rendah. Standar hidup yang rendah pada NSB bukan hanya jika dibandingkan dengan standar hidup di negara-negara maju, namun juga jika dibandingkan
  • 15. e ESPA4229/MODUL 1 1.15 dengan standar hidup sekelompok kecil (elite) penduduk di dalam NSB itu sendiri. Di NSB, standar hidup yang rendah itu tampak sangat nyata, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hal tersebut dapat dilihat dari pendapatan per kapita yang rendah, kemiskinan yang kronis, kondisi perumahan yang tidak memadai, sarana kesehatan yang masih sangat terbatas, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat kematian bayi yang tinggi, tingkat harapan hidup yang rendah, adanya perasaan tidak aman, dan rasa putus asa. 2. Tingkat Produktivitas Rendah NSB dicirikan pula oleh tingkat produktivitas tenaga kerjanya yang rendah. Seperti kita ketahui, konsep fungsi produksi yang secara sistematis menghubungkan tingkat output dengan kombinasi-kombinasi input pada tingkat teknologi tertentu merupakan konsep yang paling sering digunakan untuk menjelaskan tentang cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhan materinya. Namun, agar dapat memberikan sebuah penjelasan yang akurat, konsep fungsi produksi yang bersifat teknis ini perlu ditunjang oleh konseptualisasi yang luas termasuk di antaranya input-input lainnya, seperti motivasi pekerja, dan keluwesan kelembagaan. Di NSB, tingkat produktivitas tenaga kerjanya (output per pekerja) sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini bisa dijelaskan dengan menggunakan beberapa konsep ekonomi. Salah satunya adalah prinsip produktivitas marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity). Prinsip ini menyatakan bahwa jika ada penambahan kuantitas pada salah satu input variabel (misalnya tenaga kerja), sedangkan kuantitas input-input lainnya (modal, tanah) diasumsikan tetap maka pada suatu titik tertentu produk marjinal yang dihasilkan dari adanya tambahan input variabel tersebut akan menurun. Oleh karena itu, tingkat produktivitas tenaga kerja yang rendah bisa disebabkan oleh tidak adanya atau kurangnya input komplementer, seperti modal fisik atau manajemen sumber daya manusia yang baik. 3. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Behan Tanggungan yang Tinggi Menurut UNDP (2008), dari sekitar 6,3 miliar penduduk dunia di tahun 2003, sebagian besar (5,3 miliar) berada di NSB, sedangkan sisanya hidup di negara-negara maju. Laju pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi dan
  • 16. 1.16 EKONOMI PEMBANGUNAN • tingkat kepadatan penduduk yang ''tidak wajar'', tentu saja menambah kompleksitas permasalahan di NSB. Ada dua faktor yang memengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk suatu negara, yaitu (a) tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) yang ditunjukkan oleh jumlah kelahiran per 1.000 penduduk tiap tahunnya, dan (b) tingkat kematian (death rate) yang ditunjukkan oleh jumlah kematian per 1.000 penduduk tiap tahunnya. Selama ini, tingkat kelahiran maupun tingkat kematian antara dua kelompok negara tersebut juga sangat timpang. Data UNDP (2005) menyebutkan bahwa hingga tahun 2003, rata-rata tingkat kelahiran kasar di NSB masih sangat tinggi, yaitu sekitar 22 kelahiran per 1.000 penduduk, sedangkan di negara- negara maju hanya sekitar 12 kelahiran per 1.000 penduduknya. Di sisi lain, tingkat kematian di NSB juga relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 11 kematian per 1.000 penduduk, sedangkan pada negara-negara maju ''hanya'' mencapai angka sekitar 9 kematian per 1.000 penduduknya. Meskipun tingkat kematian di NSB relatif lebih tinggi, namun berkat adanya perbaikan sarana dan prasarana penunjang kesehatan, sekarang perbedaan tingkat kematian antara dua kelompok negara tersebut tidak begitu besar. Sebagai dampaknya, menurut UNDP (2008), tingkat pertumbuhan penduduk antara tahun 1973- 2003 di NSB adalah sebesar 1,9% per tahun, sedangkan di negara-negara maju ''hanya'' sekitar 0,7% per tahunnya. Satu hal lagi yang menambah kompleksitas masalah kependudukan di NSB adalah proporsi penduduk di bawah usia 15 tahun (usia nonproduktif) yang cukup tinggi. Hal tersebut berdampak pada semakin tingginya rasio beban tanggungan (burden of dependency ratio). Menurut UNDP (2008), pada tahun 2003, proporsi penduduk di bawah usia 15 tahun di NSB adalah sebesar 31,6o/o, sedangkan di negara-negara maju hanya mencapai angka 18%. Dengan kata lain, rasio beban tanggungan di NSB hampir dua kali lebih besar dibandingkan rasio beban tanggungan di negara-negara maju. 4. Tingginya Tingkat Pengangguran Apabila dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya manusia yang dilakukan oleh NSB masih relatif rendah. Ada dua hal yang memicu timbulnya fenomena tersebut, yaitu pertama, adanya pengangguran terselubung (underemployment), artinya tenaga kerja yang ada bekerja di bawah kapasitas optimalnya. Hal ini terlihat dari banyaknya tenaga kerja di daerah perkotaan maupun perdesaan yang bekerja di bawah jam kerja normal, mereka hanya bekerja secara harian, mingguan atau musiman.
  • 17. e ESPA4229/MODUL 1 1.17 Pengangguran terselubung tersebut juga terlihat pada tenaga kerja yang bekerja penuh waktu, sesuai dengan jam kerja normal namun produktivitasnya begitu rendah sehingga adanya penambahan jam kerja tidak akan mempunyai pengaruh yang berarti terhadap jumlah output. Kedua, adanya pengangguran terbuka (open unemployment), artinya orang-orang yang sebenarnya mampu dan sangat ingin bekerja namun tidak ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka. Keadaan ini menuntut penciptaan lapangan kerja baru sesuai dengan perkembangan jumlah tenaga kerja. Data Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa antara tahun 2000-2004 rata-rata jumlah pengangguran di NSB adalah 12% dari keseluruhan angkatan kerja, sedangkan di negara-negara maju penganggurannya ''hanya'' mencapai angka 5,4%. 5. Ketergantungan terhadap Produksi Pertanian dan Ekspor Produk Primer Data Bank Dunia (2006) menyebutkan bahwa sebagian besar penduduk NSB hidup di daerah perdesaan. Hingga tahun 2004, perbandingan jumlah penduduk antara desa dan kota di NSB adalah 57 dan 43, sedangkan di negara-negara maju perbandingan tersebut berubah drastis menjadi 22 dan 78. Daerah perdesaan dikenal sebagai basis sektor pertanian sehingga apabila dilihat dari konsentrasi penduduknya maka dapat dikatakan bahwa 58% penduduk di NSB menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Pada periode yang sama, menurut Bank Dunia (2006), kontribusi sektor pertanian terhadap GDP di NSB adalah sekitar 12%, sedangkan di negara-negara maju hanya sekitar 2%. Di sisi lain, sepuluh tahun sebelumnya, pada tahun 1990 kontribusi sektor pertanian terhadap GDP di NSB adalah sekitar 18%, sedangkan di negara-negara maju hanya 3%. Hal tersebut menunjukkan adanya fenomena transformasi struktural, dari sektor pertanian beralih ke sektor modern. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa meskipun sektor pertanian di NSB menyerap sebagian besar tenaga kerjanya, namun kontribusi sektor tersebut dinilai sangatlah kurang. Dalam kaitannya dengan permasalahan tersebut, ada dua kebijakan yang dapat dijalankan NSB, (a) adanya revitalisasi pertanian, mengingat sektor pertanian merupakan basis perekonomian NSB; dan (b) adanya transformasi struktural yang dinamis, suatu proses transformasi yang tidak menyebabkan adanya ''ketimpangan'' dan ''kepincangan'' pada salah satu sektor.
  • 18. 1.18 EKONOMI PEMBANGUNAN • 6. Dominasi Negara Maju, Ketergantungan terhadap Negara Maju, dan Vulnerabilitas dalam Hubungan-hubungan Internasional Bagi NSB, faktor yang menyebabkan rendahnya standar hidup, tingginya angka pengangguran, dan munculnya masalah ketidakmerataan pendapatan adalah karena tingginya ketimpangan, baik di bidang ekonomi maupun politik antara negara-negara miskin dan negara-negara kaya. Ketimpangan tersebut tidak hanya dalam bentuk dominasi negara-negara kaya dalam mengendalikan pola perdagangan internasional, namun juga tampak dalam dominasi mereka dalam mendikte NSB sebagai prasyarat dalam memberikan bantuan luar negeri maupun menyalurkan modal swastanya. Kondisi tersebut pada akhirnya akan melahirkan sikap ketergantungan NSB terhadap negara-negara maju dan menimbulkan sifat mudah terpengaruh (vulnerability) dari NSB terhadap dominasi dari luar yang pada akhirnya menguasai dan mendominasi setiap sendi kehidupan ekonomi dan sosial mereka. ~~E - 3£8-.. ~ . -. -......._..._..... LATI HAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskan dasar pengelompokan negara-negara di dunia ini menurut Bank Dunia! 2) Jelaskan karakteristik negara-negara sedang berkembang! Petunjuk Jawaban Latihan 1) Pengelompokan negara-negara di dunia berdasarkan pada tingkat kesejahteraannya dengan menggunakan indikator pendapatan riil per kapita. Berdasarkan tingkat kesejahteraan tersebut, Bank Dunia mengelompokkan negara-negara di dunia menjadi dua, yaitu negara- negara maju (developed countries) dan negara-negara sedang berkembang (developing countries atau sering juga disebut less- developed countries). Negara-negara maju kelompok Barat (misalnya Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, dan Australia) disebut juga negara Dunia Pertama. Sementara negara-negara sedang berkembang
  • 19. e ESPA4229/MODUL 1 1.19 sering juga disebut sebagai negara Dunia Ketiga atau Negara Selatan. Selain itu, yang juga termasuk dalam kelompok negara-negara maju adalah sebagian besar negara-negara sosialis - sering juga disebut sebagai negara Dunia Kedua - yang terdapat di kawasan Eropa Timur, seperti Rusia, Hongaria, Bulgaria, dan Polandia. 2) Karakteristik umum negara sedang berkembang: - a) Standar hidup yang rendah. b) Tingkat produktivitas yang rendah. c) Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi. d) Tingginya tingkat pengangguran. e) Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk • primer. f) Dominasi negara maju, ketergantungan terhadap negara maju, dan vulnerabilitas dalam hubungan-hubungan intemasional. RANG KUMAN Bank Dunia (2006) mengelompokkan negara berdasarkan tingkat pendapatan nasional (Gross National Income = GNI) per kapitanya sebagai berikut. 1. Negara berpenghasilan rendah (low-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di bawah US $765. 2. Negara berpenghasilan menengah (middle-income econo1nies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita antara US $766 sampai US $9.385. Kelompok negara berpenghasilan menengah dapat diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut. a. Negara berpenghasilan menengah ke bawah (lower-middle- income economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US $766 sampai US $3.035. b. Negara berpenghasilan menengah ke atas (upper-middle-income economies) adalah suatu negara dengan GNI per kapita antara US $ .036 sampai US $9.385. 3. Negara berpenghasilan tinggi (high-income economies) adalah kelompok negara-negara dengan GNI per kapita di atas US $9.386. Todaro & Smith (2003) mengemukakan karakteristik umum NSB sebagai berikut.
  • 20. 1.20 EKONOMI PEMBANGUNAN • 1. Standar hidup yang rendah yang dapat dilihat dari pendapatan per kapita yang rendah, kemiskinan yang kronis, kondisi perumahan yang tidak memadai, sarana kesehatan yang masih sangat terbatas, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat kematian bayi yang tinggi, tingkat harapan hidup yang rendah, adanya perasaan tidak aman, dan rasa putus asa. 2. Tingkat produktivitas yang rendah, khususnya tingkat produktivitas tenaga kerja. 3. Tingkat pertumbuhan penduduk dan beban tanggungan yang tinggi. 4. Tingginya tingkat pengangguran, baik pengangguran terselubung (underemployment) maupun pengangguran terbuka (open unemployment). 5. Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk • primer. 6. Dominasi, ketergantungan, dan vulnerabilitas dala.m hubungan- hubungan internasional. TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Negara Brunai dan Uni Emirat Arab memiliki pendapatan yang sangat tinggi, akan tetapi masih digabungkan dalam kelompok NSB oleh karena .... A. di negara-negara tersebut masih terjadi ketidakseimbangan antara jumlah faktor produksi yang mereka miliki dengan teknologi yang mereka kuasai sehingga keadaan full-utilization dari faktor produksi belum tercapai B. jumlah penduduknya terlalu sedikit sehingga pendapatan per kapitanya terlalu tinggi C. struktur ekonomi dan budaya masyarakatnya tidak seimbang D. pemah dijajah oleh Inggris dan sekarang sangat tergantung pada Amerika Serikat 2) Di antara hal-hal berikut merupakan ciri-ciri NSB menurut Todaro & Smith (2003), kecuali .... A. mengalami konflik perang saudara yang berkepanjangan B. produsen barang-barang primer C. tingkat pengangguran yang tinggi D. mengalami masalah tekanan penduduk
  • 21. e ESPA4229/MODUL 1 1.21 3) Ketergantungan terhadap produksi pertanian dan ekspor produk primer merupakan ciri-ciri negara sedang berkembang menurut .... A. Celso Furtado (1964) B. UNDP (2008) C. Bank Dunia (2006) D. Todaro & Smith (2003) 4) Negara berpendapatan rendah pada tahun 2004 adalah kelompok negara dengan pendapatan nasional per kapitanya di bawah .... A. US $765 B. US $1000 C. US $1250 D. US $500 5) Negara berpendapatan tinggi pada tahun 2004 adalah kelompok negara dengan pendapatan nasional per kapitanya di atas US $ 9.386. A. US $9.386 B. US $2.000 C. US $5.000 D. US $7.500 Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.
  • 22. 1.22 EKONOMI PEMBANGUNAN • KEGIATAN BELAJAR 3 Ukuran Pembangunan Ekonomi A. PEMBANGUNAN EKONOMI ATAU PERTUMBUHAN EKONOMI Sebelum dekade 1960-an, pembangunan didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional - di mana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama - untuk dapat mengakselerasi dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya pada angka 5-7·% atau lebih per tahun. Definisi pembangunan dalam konteks ini sangat bersifat ekonomis. Seiring dengan perubahan zaman, definisi pembangunan pun mengalami perubahan karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan GNP saja tidak akan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan mendasar dari pembangunan. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan meskipun target pertumbuhan GNP per tahun telah tercapai. Dengan kata lain, ada ''l<esalahan'' dalam mengartikan istilah pembangunan secara sempit. Oleh karena itu, Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (self- esteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Akhirnya, disadari bahwa definisi pembangunan itu sangat luas bukan hanya sekadar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja. Pembangunan itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja. Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut maka pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
  • 23. e ESPA4229/MODUL 1 1.23 menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai dengan perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai sifat sebagai berikut. 1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara kontinu. 2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita. 3. Peningkatan pendapatan per kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. 4. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya). Sistem kelembagaan ini bisa ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik legal formal maupun informal). Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling memengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan per kapita karena kenaikan tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan GDP atau GNP. Namun, proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus-menerus dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk mengatakan telah terjadi pembangunan ekonomi. Perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main), perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga merupakan komponen penting dari pembangunan ekonomi, selain masalah pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan (Todaro & Smith, 2003). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi hanya didefinisikan sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah ada perubahan struktur ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan atau tidak. Namun, ada beberapa ekonom memberikan definisi yang sama untuk kedua istilah tersebut, khususnya dalam konteks negara maju. Secara umum,
  • 24. 1.24 EKONOMI PEMBANGUNAN • istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara-negara maju, sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di NSB. B. UKURAN PEMBANGUNAN EKONOMI Berdasarkan pengertian tentang pembangunan ekonomi di atas maka untuk mengukur tingkat kemajuan pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan indikator yang bersifat fisikal, ekonomi, sosial, dan politik yang dapat dikelompokkan menjadi dua indikator, yaitu indikator moneter, indikator nonmoneter, dan indikator yang bersifat campuran. Masing-masing indikator tersebut dibahas berikut ini. 1. Indikator Moneter a. Pendapatan per kapita Pendapatan per kapita merupakan konsep yang paling sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Konsep pendapatan per kapita itu sendiri merupakan indikator atas kinerja perekonomian secara keseluruhan. Pendapatan per kapita adalah indikator moneter atas setiap aktivitas ekonomi penduduk suatu negara. Namun, banyak ekonom memandang pendapatan per kapita bukanlah indikator yang terbaik atas kinerja pembangunan suatu negara. Hal ini disebabkan oleh adanya argumen yang menyatakan bahwa pembangunan itu bukan hanya sekadar meningkatkan pendapatan riil saja, namun harus pula disertai oleh perubahan-perubahan sikap dan tingkah laku yang sebelumnya menjadi penghambat kemajuan-kemajuan ekonomi. Meskipun di sisi lain pendapatan per kapita dianggap memiliki kelemahan mendasar sebagai indikator pembangunan, pendekatan ini masih relevan untuk digunakan dan mudah untuk dipahami. Pendekatan ini juga mempunyai sebuah kelebihan, di mana ia memfokuskan diri pada masalah inti (raison d'etre) dari pembangunan, yaitu meningkatnya standar hidup dan berkurangnya angka kemiskinan. Dengan kata lain, pendapatan per kapita bukanlah sebuah proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Pendapatan per kapita juga merupakan salah satu variabel penting dalam pembahasan ekonomi makro. Selain digunakan sebagai indikator tingkat
  • 25. e ESPA4229/MODUL 1 1.25 kemakmuran masyarakat suatu negara, pendapatan per kapita juga dapat digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian suatu negara dari masa ke masa, melihat struktur perekonomian suatu negara, serta membandingkan kinerja perekonomian satu negara dengan negara-negara lain. 1) Kelemahan umum pendekatan pendapatan per kapita Salah satu kelemahan mendasar dari pendapatan per kapita sebagai sebuah indikator pembangunan adalah pada ketidakmampuannya untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara utuh. Sering kali adanya kenaikan pendapatan per kapita suatu negara tidak disertai oleh perbaikan kualitas hidup masyarakatnya. Sebenamya, sudah sejak lama ada keraguan pada konsep pendapatan per kapita sebagai cerminan dari tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh segenap masyarakat. Namun, kita harus tetap menyadari bahwa tingkat pendapatan masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka, di samping itu ada beberapa faktor lain yang di nilai cukup penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Faktor-faktor non-ekonomi, seperti adat istiadat, keadaan iklim dan alam sekitar, serta ada atau tidaknya kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan bertindak merupakan beberapa faktor yang dapat menyebabkan adanya perbedaan tingkat kesejahteraan di negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang relatif sama. Misalnya, apabila penduduk di daerah pegunungan kita asumsikan mempunyai tingkat pendapatan yang relatif sama dengan penduduk yang hidup di daerah dataran rendah. Berdasarkan pada perbedaan kondisi alam dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di daerah dataran rendah adalah lebih tinggi karena pada umumnya penduduk di daerah dataran rendah menghadapi tantangan alam yang relatif lebih ringan dibandingkan dengan penduduk di daerah pegunungan. Di daerah dataran rendah, iklimnya tidak terlalu dingin, pekerjaan bertani dan bercocok tanam pun lebih mudah dilakukan, dan energi yang dikeluarkan untuk perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya relatif lebih sedikit. Ada tidaknya kebebasan dalam bertindak dan mengeluarkan pendapat juga memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Tidak adanya kebebasan dalam bertindak dan mengeluarkan pendapat di suatu negara (misalnya, pada negara-negara sosialis) menyebabkan tingkat
  • 26. 1.26 EKONOMI PEMBANGUNAN • kesejahteraan masyarakatnya selalu dipandang lebih rendah dari yang dicerminkan oleh tingkat pertumbuhan ekonominya. Di sisi lain, beberapa ekonom memandang bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat subjektif. Artinya, setiap orang mempunyai pandangan hidup, tujuan hidup, dan cara hidup yang berbeda sehingga memberikan nilai yang berbeda pula terhadap faktor- faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan mereka. Ada sekelompok orang yang lebih menekankan pada pemupukan kekayaan dan tingkat pendapatan yang tinggi sebagai unsur penting untuk mencapai sebuah kepuasan hidup. Ada pula sekelompok orang yang lebih suka untuk memperoleh waktu senggang (leisure time) yang lebih banyak dan enggan untuk bekerja lebih keras untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Di samping itu, perlu diingat bahwa pembangunan ekonomi mampu merubah kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan masyarakat, misalnya hilangnya rasa komunalitas sehingga masyarakat menjadi bersifat lebih individualistis, hubungan antara anggota masyarakat menjadi lebih formal. Di satu sisi, pembangunan ekonomi dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun di sisi lain tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi ini harus dicapai dengan beberapa pengorbanan dalam perilaku hidup masyarakat. 2) Kelemahan metodologis pendekatan pendapatan per kapita Pendapatan per kapita sebagai indeks yang menunjukkan perbandingan tingkat kesejahteraan antarmasyarakat ternyata memiliki kelemahan. Kelemahan ini timbul karena pendekatan ini mengabaikan adanya perbedaan karakteristik antar negara, misalnya struktur umur penduduk, distribusi pendapatan masyarakat, kondisi sosial-budaya, dan perbedaan nilai tukar (kurs) satu mata uang terhadap mata uang yang lain. Dibandingkan dengan negara-negara maju, proporsi penduduk usia nonproduktif (di bawah umur) terhadap keseluruhan penduduk di NSB cukup tinggi. Dengan demikian, perbandingan pendapatan setiap keluarga di kedua kelompok negara itu tidaklah seburuk seperti yang digambarkan oleh pendapatan per kapita mereka. Misalnya, keluarga Pak Amir terdiri dari 5 anggota keluarga dengan pendapatan US $900 dan keluarga Pak Badu terdiri dari 3 anggota keluarga dengan pendapatan US $600. Meskipun pendapatan per kapita anggota keluarga Pak Amir lebih rendah dibandingkan pendapatan per kapita anggota keluarga Pak
  • 27. e ESPA4229/MODUL 1 1.27 Badu, sangat mungkin keluarga Pak Amir mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan keluarga Pak Badu karena beberapa jenis pengeluaran mendasar, seperti rekening air dan listrik, perumahan, serta barang-barang lain yang digunakan secara bersama- sama tidak banyak berbeda di antara kedua keluarga tersebut. Selain tingkat pendapatan, distribusi pendapatan merupakan faktor yang cukup penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Faktor ini sering kali kurang diperhatikan dalam perhitungan tingkat pendapatan per kapita karena asumsi pokok yang digunakan dalam konsep pendapatan per kapita adalah one dollar, one man, artinya setiap orang memiliki proporsi yang sama atas pembentukan pendapatan per kapita. Perkembangan di banyak NSB menunjukkan bahwa seiring dengan proses pembangunannya, distribusi pendapatan justru menjadi semakin timpang. Kondisi tersebut menimbulkan ketidakpuasan terhadap usaha-usaha pembangunan di beberapa NSB karena usaha-usaha pembangunan dianggap hanya menguntungkan sebagian kecil anggota masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan paling mendasar dari pembangunan belum sepenuhnya tercapai. Paling tidak, ada tiga hal yang menyebabkan perbedaan tingkat kesejahteraan masyarakat meskipun tingkat pendapatan per kapitanya secara nominal relatif sama: (a) Pola pengeluaran masyarakat, adanya perbedaan pada pola pengeluaran masyarakat menyebabkan dua negara dengan pendapatan per kapita yang sama belum tentu menikmati tingkat kesejahteraan yang sama. Misalnya, kita asumsikan ada dua orang dengan tingkat pendapatan relatif sama, namun salah seorang di antaranya harus mengeluarkan ongkos angkutan yang lebih tinggi untuk pergi ke tempat kerja, harus berpakaian necis maka tidak dapat dikatakan bahwa kedua orang tersebut mempunyai tingkat kesejahteraan yang sama tingginya. (b) Perbedaan iklim, adanya perbedaan iklim juga memungkinkan timbulnya perbedaan pola pengeluaran masyarakat di negara-negara maju dan NSB. Masyarakat di negara maju harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan yang sama dengan di NSB. Seperti kita ketahui, sebagian besar negara maju beriklim dingin dan sebagian besar NSB beriklim tropis. Oleh karena itu, penduduk negara-negara maju sering kali harus mengeluarkan uang
  • 28. 1.28 EKONOMI PEMBANGUNAN • dalam jumlah yang besar untuk dapat menikmati ''iklim tropis'' seperti yang biasa dinikmati oleh penduduk NSB. (c) Struktur produksi nasional, adanya perbedaan yang mencolok pada komposisi sektoral juga akan memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Suatu masyarakat akan menikmati tingkat kesejahteraan yang lebih rendah jika proporsi pendapatan nasional (pengeluaran) yang digunakan untuk anggaran pertahanan dan pembentukan modal (capital formation) lebih tinggi dibandingkan di negara lain yang memiliki tingkat pendapatan per kapita yang relatif sama. Selama ini, metode perhitungan pendapatan nasional bersifat agregatif sehingga tidak dapat menunjukkan perubahan serta distribusi antar sektor. Misalnya, jika sektor pertanian memiliki proporsi sebesar 50% dari GNP dan sektor non-pertanian juga 50% dari GNP maka jika GNP tumbuh sebesar 10% per tahunnya, kemungkinan distribusinya ditunjukkan oleh Tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Kemungk1nan D1str1bus1 Sektoral dar1 Pertumbuhan GNP 10% Perse111tase Kenaikan1Sektraral Sektor, A B c D Pertumbuhan sektor pert:atnian 5 4, 2 a Pertumbuhatn sektor non-pertaniatn 5 6 8 10 Kombinasi D menunjukkan adanya stagnasi di sektor pertanian. Hal ini dipicu oleh adanya transformasi struktural, dari sektor pertanian menuju ke sektor modern (non-pertanian). Di sisi lain, fenomena ini menunjukkan bahwa pembangunan sektor pertanian di NSB telah mengalami kegagalan, mengingat sebagian besar penduduk NSB menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Kondisi ini pada akhirnya akan mengakibatkan semakin memburuknya tingkat kesejahteraan penduduk di sektor tersebut. Adanya perbedaan nilai tukar juga mengakibatkan perbandingan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara maju dan NSB selalu timpang sehingga perbedaan tingkat kesejahteraan yang digambarkan
  • 29. e ESPA4229/MODUL 1 1.29 jauh lebih besar daripada yang sebenarnya terjadi di antara kedua kelompok negara tersebut. Dalam studinya, Usher (1963) dalam Arsyad (1999) mengestimasi bahwa perbandingan pendapatan per kapita antara lnggris dan Thailand adalah 1:13,06. Artinya, jumlah pendapatan per kapita lnggris adalah 13,06 kali lebih besar daripada pendapatan per kapita Thailand. Angka perbandingan tersebut didapatkan jika pendapatan nasional Thailand dalam mata uangnya sendiri (baht) dikonversikan terhadap poundsterling pada tingkat kurs yang berlaku. Namun, apabila pendapatan per kapita lnggris dan Thailand dinilai secara langsung pada tingkat harga di Thailand maka perbandingan tersebut hanya 1:6,27, dan jika pendapatan per kapita antara kedua negara tersebut dinilai pada tingkat harga di lnggris maka perbandingan tersebut akan turun menjadi 1:2,76. Di sisi lain, pada permulaan tahun 1950-an, Millikan (1950) dalam Arsyad (1999) juga mengestimasi tingkat pendapatan per kapita negara- negara di kawasan Asia (kecuali Timur Tengah). Menurut perhitungan konvensional, pendapatan per kapita negara-negara di kawasan tersebut adalah US $58, namun menurut basil estimasi Millikan, pendapatan per kapita dari negara-negara di kawasan tersebut mencapai US $195. Di sisi lain, untuk negara-negara di kawasan Afrika menurut perhitungan konvensional, nilai pendapatan per kapita mereka adalah US $48. Setelah dilakukan estimasi ulang ternyata nilai sebenarnya adalah US $117. Sebagai bahan pembanding, dari studi yang dilakukan oleh Gilbert dan Kravis diperoleh temuan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di beberapa negara maju ternyata lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pendapatan per kapita mereka. Kesalahan dalam mengestimasi tingkat pendapatan per kapita di NSB disebabkan oleh adanya ''ketidaksempurnaan'' dalam metode penghitungan pendapatan per kapita. Ketidaksempurnaan tersebut disebabkan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut. a) Adanya masalah dalam rnenentukan jenis-jenis kegiatan yang harus dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional karena selama ini jenis-jenis kegiatan yang dimasukkan ke dalam perhitungan pendapatan nasional adalah setiap kegiatan yang marketable, artinya basil akhir dari kegiatan tersebut dapat dipasarkan, hal ini berarti pernilik faktor produksi rnemperoleh balas jasa atas kegiatannya tersebut. Padahal di NSB banyak sekali kegiatan-kegiatan produktif
  • 30. 1.30 EKONOMI PEMBANGUNAN • yang tidak dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasional, misalnya mengerjakan sendiri pekerjaan-pekerjaan rumah. b) Adanya kesulitan dalam mengkonversi nilai pendapatan per kapita dari mata uang suatu negara ke mata uang negara lainnya karena selama ini nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan negara lain tidak mencerminkan perbandingan tingkat harga di kedua negara tersebut. Misalnya, kita asumsikan nilai tukar resmi antara mata uang negara kita (rupiah) terhadap dolar Amerika Serikat adalah US $1 = Rp9.350,00. Secara teoretis, hal ini berarti harga sebuah barang yang ada di Amerika Serikat apabila dikalikan dengan Rp9.350,00 maka harus sama nilainya dengan barang yang sama di Indonesia. Namun kenyataannya, nilai barang tersebut di Indonesia bisa lebih kecil atau malah lebih besar dari nilai yang seharusnya. b. Kesejahteraan ekonomi bersih Sebuah pendekatan baru tentang indikator kesejahteraan dikemukakan oleh William Nordhaus & James Tobin (1972) dalam Arsyad (1999). Mereka mencoba menyempurnakan metode perhitungan GNP dalam upaya untuk memperoleh suatu indikator ekonomi yang lebih baik. Mereka mengenalkan konsep Net Economic Welfare (NEW). Penyempumaan dalam metode perhitungan GNP dilakukan dengan dua cara, yaitu koreksi positif dan koreksi negatif. 1) Koreksi positif Koreksi positif mengharuskan kita untuk memperhatikan waktu senggang (leisure) dan perkembangan sektor ekonomi informal. Waktu senggang ini berkaitan dengan jumlah jam kerja kita selama seminggu dan waktu yang kita luangkan untuk aktivitas-aktivitas nonekonomi. Seandainya kita menjadi lebih kaya, mungkin kita akan memutuskan untuk bekerja lebih singkat dalam seminggu, dengan harapan akan memperoleh tambahan ''kepuasan'' karena adanya tambahan waktu senggang untuk ''menikmati hidup''. Kepuasan yang didapatkan dari adanya waktu senggang ini diharapkan sama besarnya dengan kepuasan yang diperoleh dari balas jasa atas aktivitas produksi yang dilakukan. Di satu sisi, adanya tambahan waktu senggang menyebabkan berkurangnya kapasitas produksi nasional yang pada akhirnya akan menurunkan nilai
  • 31. e ESPA4229/MODUL 1 1.31 GNP. Namun di sisi lain, adanya tambahan waktu senggang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Dengan demikian, agar ''kepuasan'' dari adanya waktu senggang tetap diperhitungkan maka sebuah koreksi harus ditambahkan pada perhitungan GNP sehingga menghasilkan konsep NEW. Demikian juga dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dikerjakan sendiri di rumah, seperti memasak, membersihkan kamar atau mengecat dinding rumah. Oleh karena nilai tambah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan tersebut tidak dibeli atau dijual di pasar maka nilai tambah tersebut tidak pernah dimasukkan dalam perhitungan GNP. Namun, nilai NEW mencakup juga nilai dari kegiatan ''kerja sendiri'' tersebut. Koreksi positif lainnya adalah berkaitan dengan sektor ekonomi informal. Seperti kita ketahui, pada beberapa tahun terakhir pertumbuhan sektor ekonomi informal sangatlah pesat. Sektor ekonomi informal ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) kegiatan ekonomi yang ilegal atau melawan hukum, misalnya perdagangan narkotika dan obat- obatan terlarang; dan (b) kegiatan ekonomi yang legal tetapi tidak tercatat sehingga terhindar dari pajak, misalnya pendapatan dari tukang batu yang memperbaiki rumah kita. Pada umumnya, para ekonom tidak menambahkan nilai kegiatan ilegal ke dalam nilai produk nasional karena sudah ada kesepakatan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan yang buruk dari segi sosial. Oleh karena itu, bisnis narkotika dan obat-obatan terlarang tidak dimasukkan ke dalam nilai GNP maupun NEW. Sekarang bagaimana dengan kegiatan informal lainnya seperti yang dilakukan oleh pedagang kaki lima, tukang bakso, tukang becak, tukang tambal ban? Mereka semua menghasilkan ''output'' yang sangat berguna dan bernilai jual, namun tidak dimasukkan dalam perhitungan produksi nasional. Sebagai konsekuensinya, laju pertumbuhan GNP riil akan lebih rendah dari sebenarnya. 2) Koreksi negatif Di sisi lain, koreksi negatif berkaitan dengan masalah eksternalitas yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan di sektor produktif. Koreksi negatif mempertimbangkan tentang biaya-biaya sosial (social costs) yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas ekonomi. Misalnya, adanya proyek pembangunan perumahan, selain membawa output positif berupa adanya perumahan yang nyaman, namun juga membawa output negatif berupa
  • 32. 1.32 EKONOMI PEMBANGUNAN • polusi dan kerusakan sistem tanah. Output negatif tersebut menggambarkan biaya-biaya sosial yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan perumahan. Sering kali GNP dinilai terlalu tinggi dari nilai yang sebenamya sehingga biaya-biaya sosial harus dimasukkan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan GNP untuk mendapatkan nilai NEW. Oleh karena itu, menurut Nordhaus & Tobin (1972) nilai NEW per kapita tumbuh lebih lambat dari GNP per kapita. Hal ini jelas dapat kita rasakan dengan semakin bergantungnya kita pada industri berat yang polusif, pada bahan-bahan kimia organik kurang ramah lingkungan, serta semakin sesaknya suasana di kota-kota besar. Akhirnya, dengan melandaskan diri pada indikator yang lebih terpadu, seperti NEW ini maka pemerintah diharapkan akan lebih terarah dalam menentukan prioritas pembangunan nasional. Pertumbuhan suatu bangsa sebaiknya tidak semata-mata hanya dikaitkan dengan peningkatan secara lahir (fisik) saja. Perekonomian seyogianya mengarah pada tujuan yang lebih luas, seperti keseimbangan antara waktu kerja dan waktu senggang, atau pemanfaatan sumber daya secara lebih baik agar dampak buruk dari pencemaran lingkungan dapat diminimalisasi. 2. lndikator Non-moneter a. Indikator sosial Beckerman dalam International Comparisons of Real Incomes (1966) mengelompokkan berbagai studi mengenai metode untuk membandingkan tingkat kesejahteraan suatu negara ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan di beberapa negara dengan memperbaiki metode yang digunakan dalam perhitungan pendapatan konvensional. Usaha ini dipelopori oleh Colin Clark, selanjutnya disempurnakan oleh Gilbert dan Kravis; (2) kelompok yang membuat penyesuaian dalam perhitungan pendapatan nasional dengan mem- pertimbangkan adanya perbedaan tingkat harga di setiap negara; dan (3) kelompok yang membandingkan tingkat kesejahteraan setiap negara berdasarkan pada data yang tidak bersifat moneter (non-monetary indicators), seperti jumlah kendaraan bermotor, tingkat elektrifikasi, konsumsi minyak, jumlah penduduk yang bersekolah, usaha ini dipelopori oleh Bennet.
  • 33. e ESPA4229/MODUL 1 1.33 Menurut Beckerman (1966), dari berbagai metode di atas, metode yang digunakan oleh Gilbert dan Kravis adalah metode yang paling sempurna. Pada metode ini, dilakukan perbaikan pada metode perhitungan pendapatan konvensional dengan menggunakan data pendapatan nasional dari masing- masing negara. Dengan studinya, mereka membandingkan tingkat pendapatan per kapita antara negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Mereka melakukan perhitungan kembali pada pendapatan nasional negara-negara di kawasan Eropa berdasarkan atas tingkat harga di Amerika Serikat. Dengan kata lain, nilai produksi negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat di nilai dengan tingkat harga yang sama. Kesimpulan dari studi yang dilakukan Gilbert dan Kravis adalah bahwa perbedaan tingkat pendapatan per kapita antara penduduk negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Serikat tidaklah sebesar seperti yang ditunjukkan oleh perbedaan tingkat pendapatan per kapita mereka yang dihitung menurut metode konvensional. Namun, metode ini memerlukan data yang lengkap dan sering kali data yang diperlukan dalam estimasi tidak tersedia di NSB. Oleh karena itu, Beckerman (1966) mengemukakan metode lain dalam membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara, yaitu dengan menggunakan data yang bukan bersifat moneter. Metode ini dinamakan Indikator Non-moneter yang Disederhanakan (Modified non-monetary indicators). Pada metode ini, tingkat kesejahteraan dari setiap negara ditentukan oleh beberapa indikator, antara lain: 1) jumlah konsumsi baja dalam satu tahun (kg); 2) jumlah konsumsi semen dalam satu tahun dikalikan 10 (ton); 3) jumlah surat dalam negeri dalam satu tahun; 4) jumlah persediaan pesawat radio dikalikan 10; 5) jumlah persediaan telepon dikalikan 1O; 6) jumlah persediaan berbagai jenis kendaraan; 7) jumlah konsumsi daging dalam satu tahun (kg). Pada tahun 1970, United Nations Research Institute for Social Development (UNRISD), sebuah badan PBB yang berpusat di Jenewa melalui studinya mencoba membandingkan tingkat kesejahteraan negara- negara di dunia. Dalam studinya, UNSRID mengacu pada 18 indikator, yang
  • 34. 1.34 EKONOMI PEMBANGUNAN • terdiri dari 10 indikator ekonomi dan 8 indikator sosial. lndikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut. 1) Tingkat harapan hidup. 2) Konsumsi protein hewani per kapita. 3) Persentase anak-anak yang belajar di sekolah dasar dan menengah. 4) Persentase anak-anak yang belajar di sekolah kejuruan. 5) Jumlah surat kabar. 6) Jumlah telepon. 7) Jumlah radio. 8) Jumlah penduduk di kota-kota yang mempunyai 20.000 penduduk atau lebih. 9) Persentase laki-laki dewasa di sektor pertanian. 10) Persentase tenaga kerja yang bekerja di sektor listrik, gas, air, kesehatan, pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi. 11) Persentase tenaga kerja yang memperoleh gaji atau upah. 12) Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) yang berasal dari industri- industri manufaktur. 13) Konsumsi energi per kapita. 14) Konsumsi listrik per kapita. 15) Konsumsi baja per kapita. 16) Nilai per kapita perdagangan luar negeri. 17) Produk pertanian rata-rata dari pekerja laki-laki di sektor pertanian. 18) Pendapatan per kapita Produk Nasional Bruto (PNB). Jika indeks pembangunan yang diusulkan UNRISD tersebut digunakan sebagai indikator kesejahteraan maka dapat dipastikan perbedaan tingkat pembangunan antara negara-negara maju dan NSB tidaklah terlampau besar seperti yang digambarkan oleh tingkat pendapatan per kapita mereka. Hasil studi UNSRID menyebutkan bahwa dari 58 negara yang dihitung indeks pembangunannya, Thailand merupakan negara dengan indeks paling rendah (10). Untuk pembangunan Inggris adalah 104 sehingga secara relatif dapat dikatakan bahwa indeks pembangunan Inggris 10 kali lebih besar dari Thailand. Nilai tersebut jelas lebih kecil dari perbandingan pendapatan per kapita kedua negara tersebut. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, basil studi Usher (1963) menyebutkan bahwa perbandingan pendapatan per kapita antara Inggris dan Thailand dengan cara konvensional menghasilkan angka
  • 35. e ESPA4229/MODUL 1 1.35 13,06. Artinya, pendapatan lnggris adalah 13,06 kali pendapatan per kapita Thailand. Di antara negara-negara maju, perbedaan tingkat kesejahteraan yang digambarkan oleh indeks pembangunan sering kali lebih kecil dibandingkan jika menggunakan tolok ukur pendapatan per kapita mereka. Misalnya, pada tahun 1970, perbandingan pendapatan per kapita Belanda dan Swedia adalah US $965 dan US $1,696, sebuah angka yang cukup timpang bukan? Untuk perbandingan indeks pembangunan mereka menunjukkan bahwa tingkat pembangunan yang dicapai kedua negara tersebut tidak banyak berbeda yaitu 96 : 103. Kesimpulan yang diperoleh dari studi UNSRID adalah bahwa di banyak negara, pembangunan sosial berlangsung lebih cepat dibandingkan pembangunan ekonominya. b. Indeks kualitas hidup Pada Tahun 1979, Morris D. Morris memperkenalkan satu indikator alternatif dalam mengukur kinerja pembangunan suatu Negara, yaitu lndeks Kualitas Hidup (IKH) atau Physical Quality ofLife Index. Ada tiga indikator utama yang dijadikan acuan pada indeks ini, yaitu tingkat harapan hidup pada usia satu tahun, tingkat kematian bayi dan tingkat melek huruf. Berdasarkan setiap indikator tersebut dilakukan pemeringkatan terhadap kinerja pembangunan suatu negara, kinerja tersebut diberi skor antara 1 sampai 100, angka 1 melambangkan kinerja terburuk dan angka 100 melambangkan kinerja terbaik. Untuk indikator harapan hidup, batas atas (upper limit) 100 ditetapkan 77 tahun (harapan hidup tertinggi pada saat studi ini berlangsung, dicapai oleh Swedia). Batas bawah (lower limit) adalah 28 tahun (tingkat harapan hidup terendah di Guinea-Bissau pada tahun 1950). Antara batas atas dan batas bawah itulah, tingkat harapan hidup suatu negara diperingkatkan dengan skor antara 1 sampai 100. Demikian pula untuk tingkat kematian bayi, batas atasnya 9 kematian per 1.000 kelahiran (juga dicapai Swedia pada tahun 1973), sedangkan batas bawahnya adalah 229 kematian per 1.000 kelahiran (tingkat kematian bayi tertinggi, di Gabon). Kesimpulan umum yang diperoleh dari studi Morris D. Morris adalah bahwa negara-negara dengan pendapatan per kapita yang rendah cenderung memiliki IKH yang rendah pula. Namun, hubungan antara pendapatan per kapita dan IKH tidak selamanya searah. Sejumlah negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi justru malah memiliki IKH yang rendah, bahkan lebih rendah dari IKH negara-negara miskin. Di sisi lain, sejumlah negara dengan
  • 36. 1.36 EKONOMI PEMBANGUNAN • jumlah pendapatan per kapita yang rendah justru memiliki IKH yang lebih tinggi dari negara-negara berpenghasilan menengah ke atas. Tabel 1.3 berikut menunjukkan tren IKH di tingkat provinsi di Indonesia pada tiga dekade terakhir. Tabel 1.3. Tren lndeks Kualitas Hidup (PQLI) di Indonesia Negara 1910 1980 1990 Provinsi: Aceh 50 64 18 Sumatra Utara 58 68 19 Sumatera Barat 50 51 15 Riau 54 59 11 Jambi 44 56 14. Sumatra Selatan 41 64. 15 Bengkulu 46 59 15 L.ampung 48 63 15 DKI Jakarta 54 12 86 JawaBarat 43 53 68 Jawa Tengan 4.2 59 13 D.I. Yogya.karta 41 69 80 Jawa Timur 44. 51 12 Bali 42 59 16 NTB 30 31 41 NTT 45 51 58 Timar~Timur ~ ~ 55 Kalimantan Barat 42 51 61 Kalimantan Tengah 53 63 19 Kalimantan Selatan 48 51 69 Kalimantan Timur 5,2 62 19 Sul.awesi.Utara 62 69 80 Sulawesi Tengan 49 69 56 Sulawesi Selatan 38 54 11 Sulawesi Timur 36 54 10 Maluku 51 51 14 lrian Jaya - 51 64 Sumber: BPS (1992). 3. lndikator Campuran a. Indikator Susenas Inti Pada tahun 1992, Biro Pusat Statistik (BPS) mengembangkan suatu indikator kesejahteraan rakyat yang disebut Indikator Susenas Inti (Core
  • 37. e ESPA4229/MODUL 1 1.37 Susenas). lndikator Susenas Inti ini merupakan indikator ''campuran'' karena terdiri indikator sosial dan ekonomi. lndikator Susenas Inti ini meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1) Pendidikan, dengan indikator: tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, dan tingkat partisipasi pendidikan. 2) Kesehatan, dengan indikator: rata-rata hari sakit dan fasilitas kesehatan yang tersedia. 3) Perumahan, dengan indikator: sumber air bersih dan listrik, sanitasi, dan kualitas tempat tinggal. 4) Angkatan Kerja, dengan indikator: partisipasi tenaga kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan. 5) Keluarga Berencana dan Fertilitas, dengan indikator: penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, dan penggunaan alat kontrasepsi. 6) Ekonomi, dengan indikator: tingkat konsumsi per kapita. 7) Kriminalitas, dengan indikator: angka kriminalitas per tahun. 8) Perjalanan wisata, dengan indikator: frekuensi perjalanan wisata per tahun. 9) Akses ke media massa, dengan indikator: jumlah surat kabar, jumlah radio, dan jumlah televisi. b. Indeks pembangunan manusia Sejak tahun 1990, United Nations for Development Program (UNDP) mengembangkan sebuah indeks kinerja pembangunan yang kini dikenal sebagai Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Sama seperti IKH, IPM juga mencoba melakukan pemeringkatan terhadap kinerja pembangunan, namun lebih menyentuh aspek ''manusia''-nya. Berdasarkan nilai indeks IPM-nya, setiap negara dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut. 1) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang rendah (low human development), bila memiliki nilai IPM antara 0 sampai 0,50. 2) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium human development), apabila memiliki nilai IPM antara 0,50 sampai 0,79. 3) Kelompok negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi (high human development), bila memiliki nilai IPM antara 0,79 sampai 1.
  • 38. 1.38 EKONOMI PEMBANGUNAN • Nilai IPM didasarkan atas rata-rata kinerja ketiga indikator acuannya, yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas daya beli. Tabel 1.4. lndeks Pembangunan Manusia Untuk 15 Negara, 2004 Tingkat Tingkat Negara Harapan Hidup Melek Huruf' (Tahun) {Dew;asa) High Human Development NarweQia 79.6 99.9 Jeparnq 82.2 99.9 Amerika.Serika.t 7!1.5 99.9 lingqris 7!8.5 99.9 lsrrael 80.0 91.1 Sing;apura 7!8.9 92.5 Medium Human Development Br11sil 70.8 88.6 Thailand 7!0.3 92.6 Arrab Saudi 12.0 79.4 Irndonesia. 67.2 90.4 lrndi:a. 63.6 61.0 Timor-Leste 56.0 58.6 Low Human Development Kenya 47.5 13..6 Nigieria 43.4 61.0 Etiopia 41.8 4-2.0 Negara Berpenghasilan Tinaai 18.S n.a. Neg,ara Berpeng,hasila_n Meneng,ah 10.3 89.9 Negara Berpengha,silan Rendah 58.7 62.3 Sumber: UNDP, Human Development Report, (2006). Keterangan: Angka ( ) menunjukkan peringkat di dunia. GDP Perr Kapita {PPPi US$) 38.454 ~4 29.251 1 1a' '~ r 39.616 12) 30.821 (13) 24.382 123¥ 28.017! (21) 8.195 164 8.090 {65) 13.825 (40) 3.609 1116 3.139 (1111) 1.033 {162) 1..140(159 1.154 {158) 156 (111) 31.331 6.756 2.291 Nilai IPM 0.965 f1i 0.949 11i 0.948 18) 0.940 (18) 0.921 1 23 0.916 (25) 0.192 1 69'., ~ . 0.784 (14) 0.17!1 (16) 0.111 1 108 0.611 {126) 0.512{142) 0.491 {152) 0.,448 {159) 0.311{110) 0.942 0.168 0.556
  • 39. e ESPA4229/MODUL 1 1.39 Tabel 1.4 menunjukkan tingkat harapan hidup, persentase melek huruf, pendapatan per kapita dan nilai IPM, serta perbandingan peringkat negara- negara atas dasar pendapatan per kapita dan nilai IPM untuk 15 negara. Negara yang memiliki nilai IPM tertinggi pada tahun 2004 adalah Norwegia (0,965). Indonesia berada pada peringkat 108 dengan nilai IPM sebesar 0,711. Di sisi lain, kelompok negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan manusia yang rendah (low human development) hampir semuanya berasal dari kawasan Afrika. Satu hal yang cukup menarik di sini adalah bahwa negara-negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi cenderung memiliki nilai IPM yang tinggi pula. Namun, fenomena tersebut tidak terjadi pada semua negara. Misalnya, Arab Saudi, suatu negara yang memiliki pendapatan per kapita 1,5 kali lebih besar daripada Brasil, namun ternyata nilai IPM Brasil (0,792) relatif lebih tinggi daripada Arab Saudi (0,777). Tabel 1.5 menyajikan IPM di 30 provinsi di Indonesia. Berdasarkan IPMnya, provinsi DKI Jakarta berada pada urutan pertama dengan nilai IPM sebesar 76,1. Sementara, provinsi Nusa Tenggara Barat berada urutan terakhir dengan nilai IPM sebesar 65.8. provinsi dengan tingkat pengeluaran per kapita yang tinggi tidak menjamin bahwa provinsi tersebut juga memiliki angka IPM yang tinggi, misalnya, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan kriteria dari UNDP, keseluruhan provinsi di Indonesia termasuk dalam provinsi- provinsi dengan tingkat pembangunan manusia menengah (medium human development) dengan kisaran antara 65,8 sampai 76,1. ''Pelajaran'' yang dapat ditarik dari kedua tabel di atas adalah bahwa nilai IPM suatu negara atau daerah sangat dipengaruhi oleh kebijakan- kebijakan internal pemerintah negara atau daerah tersebut terkait mengenai aspek pembangunan manusia-nya, bukan hanya pada besar kecilnya pendapatan per kapita yang dimiliki. Kebijakan-kebijakan dalam negeri pemerintah yang mendukung aspek pembangunan manusia dapat pula ditunjukkan oleh proporsi anggaran pemerintah terhadap sektor pendidikan dan kesehatan. Semakin tinggi proporsi anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk kedua sektor tersebut, menunjukkan semakin tinggi pula perhatian pemerintah terkait mengenai aspek pembangunan manusianya.
  • 40. 1.40 EKONOMI PEMBANGUNAN • Tabel1.5. Peringkat IPM Berdasarkan Provinsi di Indonesia, 2002 Usia TingkatMelek Rata..rata Pengel.uarar11Har,apan lama Nilai No. Huruf, dewasa per kapita Provinsi Hidup pendidikan IPM(O~) (Rp. 000) {tahun) {tahun) 1 DKIJakarta 12.3 98.2 10.4 616.9 16.6 2 Sulawesi Utara 10.9 98.8 8.6 587.9 71..3 3 D.~. Yog,yakarta_ 12.4 85.9 8.1 611.3 70.8 4 Kalirnantan Timur 69.4 95.2 8..5 591.6 10..0 5 Riaui 68.1 96.5 8.3 588.3 69.1, 6 Kalirnantan Teng1 ah 69.4 96.4 1.8 595.9 69..1 1 Su,matra Utara 67.3 96.1 8.4. 589.2 688!ll f)" !ll 8 Sumatra Barat 66.1 95.1 8.0 589.0 67..5 9 Ba_li 10.0 84.2 1.6 596 3!ll ~ r !ll 't !I 61.5 10 Jambi 66.9 94.1 1,4, 585.6 671.1. 11 Banten 62.4 93.8 1.9 608.1 66.6 12 Ma.luku 65.5 96.3 8.0 516.3 66..5 13 JawaTengah 68.9 85.1 6.5 594.2 66.3 14 Be·ngkulu 66 4~ ~· - I 93.0 1.6 566.6 66.2 15 Nang,roe Aceh1D. 61.1 95.8 1.8 557.5 66.0 16 Sumatra Se.Iatan 65.7 94.1 1.1 582.9 66.0 11 Jawa,Barrat 54.5 93.1 1.2 592.0 65.8 18 Larnpun~ 66.1 93.0 6.9 583.3 65..8 19 Ma.luku Utara 63.0 95.8 8.4. 583.4 65.8 20 Banqka.BeUtunq 65.6 91..1 6..6 588.2 65..4 21 Sulawesi Selatan 68~6 83.5 6.8 586.7 65.3 22 Sulawesi Tenqah 63.3 93.3 1.3 580.2 64,..4 23 KaJima_nta_nSelatan 61J,3 93.3 1.0 5962!ll !I "' = 64.3 24 Gorontalo 64.2 95.2 6.5 513.3 64,..1 25 Jawa Timu.r 66.0 83.2 6.5 593.8 64.1 26 Sulawesi Tenqqa.ra 65.1 88.2 1.3 511.9 64,,1. 21 Kalima_ntan Barat 64.4 86.9 63~- ~ 580.4 62.9 28 Nusa Tenggarra 63.8 94.1 6.0 563.1 60.3 Timur 29 Papua 65.2 14.4 6.0 518.2 60.1 30 Nusa Tenggara 59.3 7!1.8 5..8 583.1 61..8Barat Indonesia 66.2 89.5 1.1 591.2 65.8 Sumber: BPS, et al. , National Human Development Report, (2004). Konsep IPM memberikan pemahaman pada kita mengenai apa yang seharusnya dipandang sebagai ''hasil pembangunan''. Pembangunan berawal
  • 41. e ESPA4229/MODUL 1 1.41 dan bertitik tolak dari ''manusia'' maka sudah semestinya berakhir pada ''manusia''. Di dalam konsep IPM terdapat perpaduan antara aspek-aspek sosial dan ekonomi, hal tersebut memungkinkan konsep ini untuk dapat memberikan gambaran yang lebih luas bagi kinerja pembangunan suatu negara. Di sisi lain, adanya keterbatasan anggaran pembangunan merupakan ''masalah klasik'' yang dihadapi oleh setiap negara. Sehubungan dengan konsep development via shortage yang diajukan oleh Hirschman (1958), adanya konsep IPM juga memungkinkan suatu negara untuk dapat memfokuskan kebijakan-kebijakan ekonomi dan sosial mereka ke sektor yang paling me1nbutuhkan. Namun, sama halnya dengan konsep pendapatan per kapita, konsep IPM pun tidak lepas dari kelemahan dan kritik. Sejumlah ekonom memandang asumsi-asumsi dan taksiran-taksiran dari IPM sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Mereka juga berpendapat bahwa metodologi perhitungan yang digunakan dalam perhitungan IPM terlalu ''longgar''. Selain itu, sering kali data yang kurang layak dan tidak akurat dimasukkan dalam perhitungan sehingga perbandingan antar negara yang ditunjukkan oleh angka-angka IPM menjadi kurang relevan. Meskipun ada beberapa kelemahan dan kritik atas konsep IPM, namun konsep ini masih layak digunakan. Selain itu, ketiga indikator utama IPM yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan GNP per kapita rasanya terlalu penting untuk diabaikan. Semua indikator tersebut bisa dijadikan acuan untuk memperdalam pemahaman kita mengenai proses pembangunan yang sedang berjalan. ~& ·- ~- . . --·!liim -- 7 . ____...... LATI HAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Sebutkan 3 nilai pokok pembangunan! 2) Jelaskan pengertian pembangunan ekonomi dan perbedaannya dengan pertumbuhan ekonomi! 3) Jelaskan ukuran keberhasilan pembangunan!
  • 42. 1.42 EKONOMI PEMBANGUNAN • Petunjuk Jawaban Latihan 1) Tiga nilai pokok pembangunan (a) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance); (b) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia; dan (c) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude). 2) Pembangunan ekonomi merupakan p1·oses multidimensional yang mencakup terjadinya pertumbuhan ekonomi, pengurangan kepincangan distribusi pendapatan, penurunan kemiskinan, yang disertai perubahan struktur sosial, perbaikan sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main), dan perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Pertumbuhan ekonomi hanya dicerminkan oleh terjadinya kenaikan pendapatan per kapita saja, tanpa memperhatikan aspek-aspek lain. 3) Keberhasilan pembangunan dapat diukur dengan menggunakan 3 kelompok indikator, yaitu indikator moneter (misalnya pendapatan per kapita dan kesejahteraan ekonomi bersih), indikator nonmoneter (misalnya indeks kualitas hidup), serta indikator campuran (misalnya indeks pembangunan manusia). - RANG KUMAN Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok, yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-e.'iteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kebebasan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Pendapatan per kapita yang merupakan indikator moneter atas setiap kegiatan ekonomi penduduk suatu negara merupakan indikator keberhasilan pembangunan yang paling sering digunakan. Namun, banyak ekonom memandang pendapatan per kapita bukanlah indikator yang terbaik karena pembangunan bukan hanya meningkatkan pendapatan riil saja, harus pula disertai oleh perubahan-perubahan sikap dan perilaku suatu masyarakat. Sejak tahun 1990, indikator pembangunan yang paling banyak sering digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human
  • 43. e ESPA4229/MODUL 1 1.43 Development Index). Nilai IPM ini dihitung berdasarkan atas rata-rata kinerja tiga indikator acuannya yaitu tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan pendapatan riil per kapita berdasarkan paritas daya beli. TES FCJRMATIF 3 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Pertumbuhan biasanya digunakan untuk mengatakan perkembangan ekonomi di negara .... A. sedang berkembang B. terbelakang C. industri D. maju 2) Konsep yang paling sering digunakan sebagai tolok ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara adalah .... A. pendapatan nasional B. produk domestik bruto C. produk domestik regional bruto D. pendapatan per kapita 3) Di antara indikator pembangunan, pendapatan per kapita masih merupakan yang terbaik. Alasannya adalah .... a. masing-masing orang di suatu negara belum tentu memiliki penghasilan yang sama b. indikator tersebut memfokuskan pada masalah inti (raison d'etre) dari pembangunan, yaitu kenaikan tingkat hidup dan menghilangkan kemiskinan sehingga pendapatan per kapita bukanlah suatu proxy yang buruk dari struktur sosial dan ekonomi masyarakat c. pertumbuhan penduduk biasanya lambat sehingga tingkat pendapatan per kapita bisa digunakan dalam waktu yang cukup lama d. pembangunan bukan hanya sekedar meningkatkan pendapatan riil saja namun harus pula disertai perubahan sikap dan tingkah laku
  • 44. 1.44 EKONOMI PEMBANGUNAN • 4) Tingkat kesejahteraan masyarakat merupakan suatu hal yang bersifat .... A. pribadi B. umum C. objektif D. subjektif 5) Nordhaus dan Tobin (1972) mencoba untuk menyempurnakan nilai-nilai GNP dalam upaya untuk memperoleh suatu indikator yang lebih baik dengan melakukan koreksi positif dan koreksi negatif. Hal-hal yang termasuk koreksi positif menurut mereka .... A. perlunya diperhitungkan nilai waktu senggang B. masalah eksternalitas C. biaya sosial D. pencemaran lingkungan Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3. Jumlah Jawaban yang Benar Tingkat penguasaan = - - - - - - - - - - x 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali 80 - 89% = baik 70 - 79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.
  • 45. e ESPA4229/ MODUL 1 1.45 Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 Tes Formatif2 Tes Formatif3 1) D 1) A 1) D 2) c 2) A 2) D 3) D 3) D 3) B 4) D 4) A 4) D 5) c 5) A 5) A
  • 46. 1.46 EKONOMI PEMBANGUNAN • Daftar Pustaka Arsyad, Lincolin. (1999). Ekonomi Pembangunan. Edisi Keempat. Yogyakarta: STIE YKPN. Cypher, James M. & James L. Dietz. (1997). The Process of' Economic Development. New York: Routledge Publisher. Goulet, Dennis. (1971). The Cruel Choice: A New Concept in the Theory of Development. New York: Atheneum. Meier, Gerald M. & James E. Rouch (eds.). (2000). Leading Issues in Economic Development. Seventh Edition. New York: Oxford University Press. Meier, Gerald M. & Joseph E. Stiglitz (eds.). (2001). The Frontiers of Development Economics: The Future in Perspective. New York: Oxford University Press. North, Douglass C. (1990). Institutions, Institutional Change and Economic Performance, Cambridge: Cambridge University Press. Sen, Amartya. (1999). Development as Freedom. New York: Oxford University Press. Streeten, Paul. (1972). The Frontiers of Development Studies. New York: John Wiley & Sons. Todaro, Michael P & Stephen C. Smith. (2003). Economic Development. Eight Edition. England: Pearson Education Limited. UNDP. (2008). Capacity Development: Empowering People and Institutions. UNDP Annual Report. United Nations Development Programme. Van den Berg, Henrik. (2005). Economic Growth and Development. Singapore: McGraw-Hill. World Bank. (2009). World Development Report 2009. Oxford: Oxford University Press.
  • 47. · ~ ... - MDDUL 2 Teori dan Model Pertumbuhan Ekonomi Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. PENDAHULUAN odul ini membahas beberapa mazhab teori pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Adelman (1961) mengidentifikasi ada tiga faktor utama yang mendorong perubahan teori dan paradigma pembangunan dari masa ke masa. Pertama, adanya perubahan ideologi. Setiap generasi pemikir ekonomi mempunyai basis ideologi sendiri-sendiri serta memiliki rujukan teoretis dan rekomendasi kebijakan (policy prescriptions) yang berlainan. Apabila terjadi perubahan basis ideologi maka otomatis akan membawa perubahan pada kerangka teori dan rekomendasi kebijakan tersebut. Kedua, adanya revolusi dan inovasi teknologi. Aktivitas ekonomi kini mengalami perubahan sangat fundamental akibat sukses besar revolusi teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi teknologi yang berlangsung spektakuler itu membawa implikasi luas dan pengaruh kuat pada perkembangan teori dan paradigma pembangunan. Contoh, lahirnya paradigma perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge-based economy) adalah produk revolusi teknologi tersebut. Ketiga, adanya perubahan lingkungan internasional sebagai dampak globalisasi ekonomi yang berlangsung sangat intensif, yang tercermin pada kian terintegrasinya kegiatan ekonomi antarbangsa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika sekarang ini ada banyak sekali teori dan konsep pemikiran tentang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sehingga untuk mengelompokkan teori-teori tersebut secara tepat dan sederhana bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan, misalnya periode waktu lahirnya teori tersebut atau gagasan atau substansi dari teori tersebut.
  • 48. 2.2 EKONOMI PEMBANGUNAN • Namun, setelah mempelajari berbagai literatur, akhirnya penulis membuat klasifikasi seperti yang akan dibahas dalam modul ini. Tentunya tidak semua teori yang ada akan dibahas di sini, mengingat modul ini hanya ditujukan untuk tingkat pengantar, namun mudah-mudahan teori yang dibahas di sini cukup representatif. Mazhab historismus akan diwakili oleh teori Walt Whitman Rostow. Mazhab Klasik diwakili oleh teori dari Adam Smith dan David Ricardo, sementara itu Neo-Klasik diwakili oleh teori Solow-Swan, dan Keynesian diwakili oleh teori Harrod-Domar. Teori pertumbuhan endogen dari Romer yang relatif baru juga akan dibahas setelah pembahasan mazhab Keynesian. Teori Schumpeter dan teori ketergantungan (dependencia theory) dibahas pada bagian akhir modul ini. Setelah mempelajari modul ini, secara khusus Anda dapat menjelaskan: 1. teori-teori pembangunan ekonomi mazhab Historismu; 2. teori pertumbuhan Klasik dan Neo Klasik; 3. teori pertumbuhan ekonomi Keynesian; 4. teori pertumbuhan endogen; 5. teori pertumbuhan Schumpeter; 6. teori ketergantungan (dependencia theory) atau international structuralist theory.
  • 49. e ESPA4229/MODUL 2 2.3 KEGIATAN BELAJAR 1 Mazhab Historismus dan Klasik A. MAZHAB HISTORISMUS Pola pemikiran mazhab historismus ini didasarkan atas perspektif sejarah terhadap masalah dan fenomena ekonomi. Gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh penganut mazhab ini tidak lepas dari kondisi sosial- ekonomi masyarakat Jerman pada abad ke-19. Menurut mazhab ini, fenomena ekonomi hanya dipandang sebagai sebuah ''bagian'' tertentu dari perjalanan sejarah suatu bangsa. Oleh karena itu, pemikiran ekonomi dan penelitian tentang masalah-masalah ekonomi harus berada dalam konteks perspektif sejarah sehingga setiap kebijakan yang dihasilkan didasarkan atas realitas di dunia nyata, bukan berdasarkan atas pemikiran yang abstrak dan dengan asumsi-asumsi yang terkadang kurang realistis. Menurut pandangan mazhab ini, pemikiran kaum klasik dinilai terlalu abstrak-teoretis karena mengandalkan metode deduksi dalam analisisnya. Selain itu, mazhab ini juga menolak hukum-hukum ekonomi yang diajukan oleh kaum Klasik sebagai sesuatu hal yang bersifat universal. Sebaliknya, mazhab ini lebih condong pada metode induksi-empiris dalam analisisnya. Hukum ekonomi harus dianggap sebagai suatu hal yang bersifat relatif karena segala sesuatu itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Para ahli sejarah membuktikan bahwa perkembangan ekonomi merupakan sebuah fenomena yang unik dan tidak berlaku secara universal. Oleh karena itu, anggapan tentang adanya hukum alam di bidang ekonomi sulit diterima oleh mazhab ini. Pemikiran mazhab ini mendominasi pemikiran ekonomi di Jerman selama abad ke-19 sampai awal abad ke-20. 1. Teori Pembangunan Ekonomi Rostow Salah seorang penganut mazhab ini yang sangat populer yang pemikirannya sering menjadi bahan perdebatan di kalangan para ekonom adalah Walt Whitman Rostow yang mengemukakan teori pertumbuhan ekonomi linier. Pada awalnya, Rostow mengungkapkan teorinya dalam tulisannya yang berjudul The Take-off Into Self-sustained Growth yang dimuat dalam Economic Journal (1956), kemudian dikembangkannya lebih
  • 50. 2.4 EKONOMI PEMBANGUNAN • lanjut dalam tulisannya yang berjudul The Stages of Economic Growth di dalam The Economic History Review (1960). Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dapat dikelompokkan ke dalam lima tahap, yaitu masyarakat tradisional (the traditional society), prasyarat untuk lepas landas (the preconditions for take-off), lepas landas (the take-off), menuju ke kedewasaan (the drive to maturity), dan masa konsumsi tinggi (the age ofhigh mass-consumption). Dasar yang digunakan Rostow dalam membedakan proses pembangunan ekonomi menjadi lima tahap adalah karakteristik perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. Menurut Rostow, pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensi karena pembangunan ekonomi bukan hanya bermakna perubahan dalam struktur ekonomi suatu negara yang diindikasikan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor industri. Lebih dari itu, Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan: a. perubahan orientasi organisasi ekonomi, politik, dan sosial dari yang semula berorientasi ke dalam daerah menjadi berorientasi ke luar daerah; b. perubahan pandangan masyarakat mengenai jumlah anak dalam keluarga, dari yang semula menginginkan banyak anak menjadi keluarga kecil; c. perubahan kegiatan investasi masyarakat, dari yang semula melakukan investasi yang tidak produktif menjadi investasi yang produktif; d. perubahan sikap hidup dan adat istiadat yang kurang mendukung pembangunan ekonomi, misalnya perubahan sikap yang semula kurang menghargai waktu, kurang menghargai prestasi perorangan. a. Tahap masyarakat tradisional Rostow mengartikan masyarakat tradisional sebagai suatu masyarakat yang strukturnya berkembang dalam fungsi produksi yang terbatas, yang ditandai oleh cara produksi yang relatif masih prirnitif dan cara hidup masyarakat yang masih sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebiasaan yang terkadang kurang rasional. Menurut Rostow, dalam suatu masyarakat tradisional tingkat produktivitas tenaga kerjanya masih rendah. Oleh karena itu, sebagian besar sumber daya masyarakatnya digunakan untuk kegiatan di sektor pertanian tradisional. Di sektor ini, struktur sosialnya bersifat hierarkis sehingga
  • 51. e ESPA4229/MODUL 2 2.5 mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur sosial sangat rendah. Hal tersebut berarti bahwa kedudukan seseorang dalam sistem sosial tidak akan berbeda dengan kedudukan nenek moyangnya, kecil kemungkinan seorang anak petani akan menjadi tuan tanah atau kelas masyarakat lain yang lebih tinggi daripada petani. Oleh karena itu, hubungan keluarga dan kesukuan sangat besar sekali pengaruhnya dalam menentukan kedudukan seseorang dalam sistem sosial. Sementara itu, kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan Rostow bersifat sentralistik, namun pusat kekuasaan politik di daerah sepenuhnya berada di tangan para tuan tanah, dan kebijakan pemerintah pusat pun selalu dipengaruhi oleh pandangan para tuan tanah tersebut. b. Tahap prasyarat lepas landas Rostow mendefinisikan tahap ini sebagai suatu masa transisi di mana masyarakat mempersiapkan dirinya untuk mencapai tahap pertumbuhan mandiri yang berkesinambungan (self-sustained growth). Menurut Rostow, secara otomatis fenomena pertumbuhan ekonomi akan senantiasa mengiringi tahap ini dan tahap sesudahnya. Corak dari tahap ini dibedakan Rostow menjadi dua jenis. Pertama, tahap prasyarat lepas landas yang dialami oleh negara-negara kawasan Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Afrika, tahap ini dicapai dengan adanya perombakan pada sistem masyarakat tradisionalnya. Kedua, tahap prasyarat lepas landas yang dicapai oleh negara-negara yang dinamakan oleh Rostow sebagai negara-negara born free, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Negara-negara tersebut mencapai tahap lepas landas tanpa harus merombak sistem masyarakat tradisionalnya karena sebagian besar masyarakat negara-negara tersebut terdiri dari imigran dari kawasan Eropa yang telah mempunyai sifat-sifat dan aspek kelembagaan yang diperlukan oleh suatu rnasyarakat untuk mencapai tahap prasyarat lepas landas. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Rostow sangat menekankan perlunya perubahan yang bersifat multidimensional karena dia tidak yakin akan kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa tingkat tabungan merupakan elemen kunci dalam pembangunan. Menurut pandangan tersebut, tingkat tabungan yang tinggi akan mernungkinkan adanya peningkatan pada kegiatan investasi sehingga mampu mempercepat tingkat pertumbuhan
  • 52. 2.6 EKONOMI PEMBANGUNAN • ekonomi. Menurut Rostow, selain tingkat tabungan, untuk dapat mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi diperlukan juga perubahan- perubahan yang mendasar pada masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut yang akan memungkinkan terjadinya kenaikan pada tingkat tabungan dan investasi. Menurut Rostow, perubahan-perubahan tersebut dalam artian adanya penemuan-penemuan baru dalam metode produksi yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas input dan menurunkan biaya produksi. Adanya penemuan-penemuan baru tersebut tidak akan bermakna tanpa adanya dukungan dari kelompok pemilik modal dan pengusaha (entrepreneurs) yang inovatif. Dengan kata lain, kenaikan tingkat investasi bukan semata-mata disebabkan oleh kenaikan tingkat tabungan, narnun juga karena adanya perubahan yang radikal pada persepsi masyarakat mengenai ilrnu pengetahuan, modernisasi teknik produksi, dan pengambilan risiko. Di samping karena adanya perubahan pada sikap masyarakat, kenaikan tingkat investasi hanya mungkin terjadi jika ada perubahan dalam struktur ekonomi. Kemajuan di sektor pertanian, pertambangan, dan prasarana harus sejalan dengan proses kenaikan tingkat investasi. Pembangunan ekonomi hanya dimungkinkan oleh adanya kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan karena pada tahap awal proses pembangunan, sektor industri dinilai belum mampu menjadi motor penggerak perekonomian Menurut Rostow, sektor pertanian mempunyai peranan penting pada masa transisi menuju tahap tinggal landas. Peranan tersebut, antara lain: Pertama, kernajuan pertanian diperlukan guna rnenjarnin ketersediaan (supply) bahan rnakanan bagi penduduk. Ketersediaan bahan rnakanan yang rnernadai rnarnpu rnelindungi penduduk dari bahaya kelaparan dan menghemat penggunaan devisa untuk mengimpor bahan makanan sehingga devisa dapat digunakan untuk rnengirnpor barang lain yang lebih berguna bagi pernbangunan. Kedua, perkembangan di sektor pertanian dapat pula menunjang perkembangan di sektor industri. Kenaikan produktivitas di sektor pertanian akan rnernperluas pasar dari berbagai kegiatan industri. Kenaikan pendapatan petani akan rnernperluas pasar industri barang-barang konsumsi, kenaikan produktivitas pertanian akan memperluas pasar industri- industri penghasil input pertanian modern, seperti rnesin-rnesin pertanian dan pupuk kirnia. Selain itu, kenaikan pendapatan di sektor pertanian dapat pula rneningkatkan penerimaan pemerintah melalui pajak sektor pertanian, dan