SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Makalah Good Governance

                                            Bab I
                                         Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

           Pada dekade awal abad ke-21, Bangsa Indonesia menghadapi gelombang besar
   pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi, dan
   globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah terjadi pada beberapa kurun waktu yang
   Ialu/ namun tuntutan saat ini mangandung nuansa yang berbeda sesuai dengan
   kemajuan zaman.

           Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah
   pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan,
   termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan
   antarbangsa berlangsung lebih efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian
   adalah daya saing, dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu
   ketepatan dan kepastian kebijakan publik
   Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing dan kunci dari daya
   saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian kebijakan publik.

          Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu
   dikembangkan adalah komitmen yang tsnggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip
   tata kelola(good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara,
   sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

           United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen ke-bijakannya
   yang     berjudul "Governance      for   Sustainable    Human       Development" (1977),
   mendefinisikan kepemerintahan(governance) sebagai berikut: "Governance is the
   exercise of economic, political, and administrative authority to a country's affairs at all
   levels and means by which states promote social cohesion, integration, and ensure the
   well     being     of   their     population" (Kepemimpinan        adalah     pelaksanaan
   kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratis untuk
   mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan instrumon
   kebijakan negara untuk mendorong lerciptanya kondisi kesejahteraan integrifas dan
   kohesilas sosial dalam masyarakat).
   1.2 Tujuan penulisan
   Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk memberi
   pengetahuan dan wawasan agar kita dapat memahami dan mengetahui apa
   pengertian Pemerintahan yang baik dan bebas korupsi
1.3 Rumusan masalah
   Dalam tugas kelompok ini kami memiliki tiga rumusan masalah, yaitu :
   1. apakah pengertian dari kewarganegaraan ?
   2. apakah asas dan unsur dari kewarganegaraan ?
   3. Apakah unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan?
   4.Apakah problem status kewarganegaraan?
   5.Bagaimana Karakteristik warga negara?
   6.Bagaimana Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan Hak dan
   Kewajiban Warga Negara?
   1.4 Ruang lingkup
   -Pendidikan
   Makalah tentang Pemerintahan yang baik dan bebas korupsi bisa dijadikan
   pembelajaran dalam pendidikan untuk menambah ilmu pengetahuan kita sebagai
   mahasiswa, karena makalah ini sangat penting dalam mengetahui pemerintahan
   yang baik dan bebas korupsi
   -Sosial
   Makalah yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk memberi
   pengetahuan tentang pentingnya sebuah Pemerintahan yang baik dan bebas
   korupsi

   1.5 Teknik penulisan
   Metode yang digunakan pemakalah dalam penyusunan makalah ini dengan
   menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan
   buku-buku dan internet sebagai landasan teoritis mengenai masalah yang akan
   diselesaikan.




                                          BAB II
                                        Pembahasan
2.1 Pengertian Government
            Pemerintah atau ''Government" dalam bahasa Inggris diartikan sebagai
   "The authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a nation,
   state, city, etc" (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang
   dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik,
   kebahasaan governance berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata
   kepemerintahan yang baik.

          Di satu sisi istilah good governance dapat dimaknai secara berlainan, sedangkan
   sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja
   pemerintahan, perusahaan atau organisasi kemasyarakatan, Apabila istilah ini dirujuk
pada asli kata dalam bahasa Inggris:governingf maka artinya adalah mengarahkan atau
     mengendalikan, Karena itu gooc governancedapat diartikan sebagai tindakan untuk
     mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi masalah publik. Oleh karena itu
     ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi jugs
     pada ranah masyarakat sipil yang dipresentasikan oleh organisasi nonpe-merintah dan
     sektor swasta. Singkatnya, tuntutan terhadap good governance tidak hanya ditujukkan
     kepada penyelenggara negara atau pemerintah, me-lainkan juga pada masyarakat di luar
     struktur birokrasi pemerintahan.

             Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan yang
     baik adalah baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsui dalam pemerintahan bisa
     bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat,
     serta terbebas dari gerakan-gerakan an-arkis yang bisa menghambat proses dan laju
     pembangunan. Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika produktif dan memperlihatkan
     hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek produk-
     tivitas maupun dalam daya belinya; kesejahteraan spiritualnya meningkal dengan
     indikator rasa aman, bahagia, dan memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. [1]
             Secara umum istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang
     terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan,
     atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
     kehidupan sehari-hari. Menurut Andi Faisal Bakti, istilah good governance memiliki
     pengertian pengejawantahan nilai-nilai luhur dalam mengarakan warga Negara kepada
     masyarakat dan pemerintahan yang berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci
     dan damai. Senada dengan Bakti, Santosa menjelaskan bahwa good governance adalah
     pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah
     bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bisa dikatakan baik jika dilakukan dengan
     efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis,
     akuntabel serta transparan.Sebagai sebuah paradigm pengelolaan lembaga Negara, clean
     and good governance dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh dua unsur yang
     saling terkait yaitu negara dan masyarakat madani yang di dalamnya terdapat sektor
     swasta.[2]

             Penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang
     sangat mendasar:
a.   Tuntutan
     eksternal: Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untuk menerapkan Good
     governance. Good Govermence telah menjadi ideologi baru negara dan lembaga donor
     internasional dalam mendorong negara-negara anggotanya menghormati prinsip-prinsip
     ekonomi pasar dan demokrasi sebagai prasyarat dalam pergaulan internasional.
     Istilah good governance mulai mengemuka di Indonesia pada akhir tahun 1990-an,
     seiring dengan interaksi antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara luar dan
lembaga-lembaga donor yang menyoroti kondisi objektif situasi perkembangan ekonomi
     dan politik daiam negeri Indonesia.
b.    Tntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu penyebab
     terjadinya krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya juse of power yang terwujud
     dalam bentuk KKN (korupsi, kolusi, dan spotisme) dan sudah sedemikian rupa mewabah
     dalam segala aspek kehidupan. Proses check and balance tidak terwujud dan dampaknya
     lenyeret bangsa Indonesia pada keterpurukan ekonomi dan ancaman isintegrasi. Berbagai
     kajian ihwal korupsi di Indonesia memperlihatkan Drupsi berdampak negatif terhadap
     pembangunan melalui kebocoran, ark up yang menyebabkan produk high cost dan tidak
     kompetitif di asar global(high cost economy), merusakkan tatanan masyarakat dan ?
     hidupan bernegara. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling lencolok kualitas dan
     kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh ibang-cabang pemerintahan, eksekutif,
     legislatif, dan yudikatif. Hal ini lengarahkan wacana pada bagaimana menggagas
     reformasi birokrasi emerintahan (governance reform).

            Realitas sejarah ini menggiring kita pada wacana bagaimana mendorong a
     menerapkan nilai-nilai transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan tralisasi
     penyelenggaraan pemerintahan. Good governance ini dapat sil bila pelaksanaannya
     dilakukan dengan efektif, efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta dalam
     suasana demokratis, akuntabel, dan transparan. [3]

2.2 Prinsip-prinsip Pokok Good Governance

           Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan                        aspek
     fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu :

     1. Partisipasi (participation)
             Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan,
     baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan
     mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip demokrasi
     yaitu kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif.

     2. Penegakan Hukum (rule of law)
            Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
     kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa ditopang oleh
     sebuah aturan hukum dan penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat
     berubah menjadi tindakan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa proses
     mewujudkan cita-cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk
     menegakkan rule of law dengan karakter-karakter sebagai berikut :
     a.      Supremasi hukum
     b.      Kepastian hukum
c.      Hukum yang responsitif
d.      Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif
e.      Independensi peradilan

3. Transparansi (transparency)
       Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang
terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut
banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam kubangan korupsi yang
berkepanjangan dan parah. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan transparansi
dalam proses kebijakan publik. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek
mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu :
a.      Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan
b.      Kekayaan pejabat publik
c.      Pemberian penghargaan
d.      Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan
e.      Kesehatan
f.      Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
g.      Keamanan dan ketertiban
h.      Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat
4.      Responsif (responsive)
       Affan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami kebutuhan
masyarakat-masyarakatnya, jangan menunggu mereka menyampaikan keinginannya,
tetapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan
masyarakat, untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi
kepentingan umum.

5. Konsesus (consesus)
       Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui
proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain
dapat memuaskan sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat
dan milik bersama, sehingga akan memiliki kekuatan memaksa bagi semuakomponen
yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut.
6. Kesetaraan (equity)
       Clean vand good governance juga harus didukung dengan asa kesetaraan,
yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatikan secara
sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena
kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan
budaya.
7. Efektivitas dan efisiensi
       Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki makna
ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan, baik oleh pejabat
publik maupun partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil,
   yakni mampu membrikan kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok dan lapisan
   sosial.
   8. Akuntabilitas (accountability)
           Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap
   masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka.
   Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal
   yang memiliki pengertian bahwa setiap pejabat harus mempertanggung jawabkan
   berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi,
   dan yang kedua akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan
   publik pada lembaga yang setara.
   9. Visi Strategis
           Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa
   yang akan datang. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan
   datang, seseorang yang memiliki jabatan publik atau lembaga profesional lainnya,
   harus memiliki kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi
   oleh lembaga yang dipimpinnya.[4]

2.3 Konsepsi Good Governance

       Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The auhoritative
   direction and administration of the affairs of men/women in a na-loft, state, city,
   etc." Atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengarahan dan idministrasi yang berwenang
   atas kegiatan orang-orang dalam sebuah neg-ira, negara bagian, kota, dan sebagainya."
   Bisa juga berarti "The governing )Ody of nation, state, city, etc." Atau lembaga atau
   badan yang menyeleng-[arakan pemerintahan negara, negara bagian atau kota, dan
   sebagainya.

       Sedangkan        istilah     "kepemerintahan"        atau       dalam       bahasa
   Inggris "governance" adalah "The act, fact, manner of governing," berarti: tindakan,
   fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan." Dengan
   demikian 'governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh
   Kooiman (l993) bahwa govrrnanco lebih merupakan "...serangkaian proses interaksi
   sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang
   berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-
   kepentingan tersebut.”
       Istilah "governance" tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan,
   tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarah-an, pembinaan
   penyelenggaraan serta bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak
   mengherankan apabila terdapat istilah public governance, private governance, corporate
   governance, dan banking governance. Governancesebagai terjemahan dan pemerintahan
kemudian berkembang dan menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan atau tata
    kelola, se-dangkan praktik terbaiknya disebut kepemerintahan atau tata kelola yang
    baik (good governance).

        Secara konseptual, pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang
    baik (good governance) mengandung dua pemahaman:
 a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat
    meningkatkan kemampuaa rakyat dalam mencapai tujuan (nasional) kemandirian,
    pembangunarr berkelanjutan, dan keadilan sosial.
 b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya
    untuk mencapai tujuan tersebut.
    Selanjutnya,      lembaga    administrasi    negara     mengemukakan       bahwa good
    governance berorientasi pada:
    a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional.
b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam
    melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu pada
    demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan ele men-elemen konstitusinya
    seperti: legitimacy (apakah pemerintah d/pi-lih oleh dan mendapat kepercayaan dari
    rakyatnya), accountability scur-ing of human right, autonomy, and devolution of power
    dan assurance of civian control. Sedangkan orientasi kedua, bergantung pada sejauh
    mana struktur serta mekanisme politik dan administrasinya berfungs/ so cara efektif dan
    efisien.

         Lembaga Administrasi Negara (2000) menyimpulkan bahwa wujud
    gooey governance adalah menyelenggarakan pemerintahan negara yang solid dan
    bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang
    konstruktif diantara domain domain negara, sektor swasta, dam masyarakat.
         Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan arti good
    governance sebagai berikut: Kepemerintahan yang mengemban menerapkan prinsip-
    prinsip profesionalitas, akuntaDintas, transparansi, )dayanan prima, demokrasi, efisiensi,
    efektivitas, supremasi hukum, dan lapat diterima oleh seluruh masyarakat."
         Dengan demikian, pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan lalam
    kepemerintahan(governance stakeholders) dapat dikelompokkan rienjadi tiga kategori,
    yaitu :

 1. Negara/Pemerintahan. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan
    kenegaraan, tetapi lebih jauh darr itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan
    masyarakat madani.
 2. Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam
    interaksi sistem pasar, seperti: industri pengelolaan perda-gangan, perbankan, dan
    koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.
3. Masyarakat Madani. Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya
    berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup
    baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik,
    dan ekonomi.

    2.4 Karakteristik Dasar Good Governance
    Ada tiga karakteristik dasar good governance:
 1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi se-buah keniscayaan
    yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah
    yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam
    kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan
    dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam
    keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi
    kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki
    sikap inklusif dan kemampuan (ability)menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
    Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap
    terjaga.
 2. Tingginya sikap lolcransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat
    agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar
    dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish
    Shihab menyatakan bahwa agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya
    sebagai sebuah agama, namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya
    hak hidup, berdampingan, dan saling menghormati.
 3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan,
    demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan
    memperjuangkan perikehidupan warga dan ma-syarakat yang semakin sejahtera.
    Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yangtinggi kepada Tuhan, hidup
    berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, menga-malkan nilai hidup modern
    dan progresif, mengamalkan nilai kewarganega-raan, akhlak, dan moral yang baik,
    mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan
    nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat. [5]

2.5 Pengerian Korupsi

       Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
    wewenang mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan kepentingan umum atau
    negara.
            a.  Asal usul korupsi di negara berkembang
            Sesungguhnya sejarah perkembangan korupsi beserta upaya pemberatasannya,
    terutama dalam skala mega, sudah berlangsung sejak tengah dasawarsa 1950-an. Dimulai
    ketika terjadi abuse of power oleh menteri ekonomi kala itu, Iskak Tjokroadisuryo, pada
Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Korupsi berupa pemberian lisensi impor dari Politik
Benteng dengan tak memberikannya kepada pengusaha pribumi yang kompeten dan
diberikan kepada konco-konconya. Lisensi-lisensi tersebut akhirnya dijual kepada
pengusaha keturunan Cina, sehingga dikenal istilah ''pengusaha Ali-Baba''.
        PM Burhanuddin Harahap yang bekerja sama dengan TNI AD mengambil
kebijakan antikorupsi yang efektif, yakni meluruskan pelaksanaan Politik Benteng.
Karena kabinet ini umurnya pendek, upaya penegakan pemerintahan bersih tenggelam
dengan suasana konflik politik antarpartai dalam Konstituante yang akhirnya Presiden
Soekarno membubarkan Konstituante itu pada 5 juli 1959. Pada saat yang hampir sama,
Soekarno melakukan nasionalisasi perusahaan asing. Karena ketidaksiapan dalam mengisi
pengganti manajemen dari asing ke tangan nasional, maka dari sini pula sejarah bancakan
perusahaan negara (belakangan dikenal BUMN), banyak dilakukan pihak-pihak partai.

        Kedahsyatan korupsi mengalami momentum pada pemerintahan lebih 30 tahun
Orde Baru. Di mulai korupsi skala mega yang dialami Pertamina (1975) dengan kerugian
diperkirakan sekitar 12,5 miliar dolar AS tanpa ada tindakan hukum kepada pihak-pihak
yang terlibat. Kemudian dengan mengalirnya dana utang luar negeri rata-rata 5 miliar
dolar AS per tahun (saat lengser Pak Harto stok utang sekitar 70 miliar dolar AS),
investasi langsung perusahaan asing, eksploitasi sumber daya alam (terutama migas dan
hutan) yang menjadi sumber dana domestik yang kolosal, maka pertumbuhan dan
perkembangbiakan jenis korupsi dari yang tradisional (upeti, sogok, perkoncoan,
premanisme, dll) maupun bentuk baru (kolusi birokrat-pengusaha, kolusi bankir-
pengusaha, mafia peradilan, penggelapan pajak, komersialisasi jabatan, kick-back dan
mark-up proyek-proyek, rekayasa finansial, monopoli-oligopoli serta monopsoni-
oligopsoni komoditas strategis, dst).

         Kesemua itu menjadikan potensi pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai 12
persen menjadi hanya 7 persen per tahun. Perkiraan kebocoran anggaran bisa mencapai
30 persen hingga lebih dari 50 persen. Pada saat krisis tahun 1977 terjadi capital flight.
Simpanan orang Indonesia di luar negeri akibat pelbagai kebocoran alias korupsi tersebut
menurut Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) sekitar 85 miliar dolaar AS (atau sekitar Rp
750 triliun). Upaya pembentasan korupsi kala Orba sejak awal sudah ada. Mulai dengan
adanya Komisi 4 dengan penasihatnya mantan Wapres Bung Hatta. Namun
rekomendasinyapun tak digubris. Kemudian di luar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
yang telah tercantum dalam UUD 45, pemerintah Soeharto membentuk Inspektorat
Jenderal di tiap lembaga negara dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) sebagai kontrol yang dikendalikan langsung presiden.

       Namun efektivitasnya bukan hanya diragukan bahkan menjadi sumber kobocoran
baru dengan terjadinya pengaturan laporan keuangan dan pelbagai bentuk KKN.
Akhirnya BPK pun menjadi mandul dan malahan menjadi pengganda kebocoran. Wapres
yang fokus kepada pengawasan serta juga ada menko dan menneg PAN yang juga
bertugas untuk pengawasan pun hampir tak pernah terdengar kiprahnya. Barangkali
semua itu karena sifat pemerintahan dan sistem politik otoritarian dan sentralistik
sehingga sistem check and balance dari DPR maupun yudikatif menjadi lumpuh. Pers pun
dibungkam bahkan para aktivis kritis pun banyak ditangkap.

         Reformasi yang dilakukan sejak 1998 hingga sekarang juga baru menyentuh
secara politik. Dan korupsi pun makin mengalami ramifikasi baik vertikal (menyebar ke
daerah) maupun horizontal (bukan hanya di pemerintah dan lembaga yudikatif tapi juga
ke DPR) sehingga popular dengan adanya ''korupsi berjamaah''. Modus operandinya di
samping yang tradisional dan modern tak pernah hilang bahkan tipikal pascamodern pun
bermunculan seperti lenyapnya keuangan negara ratusan triliun karena gelontoran dana
rekap perbankan. Kemudian pembobolan bank (skala triliunan antara lain BNI, Mandiri),
illegal logging, illegal fishing, penyelundupan komoditas strategis (migas, gula, beras,
dst). Yang lebih baru adalah politik uang dalam sistem politik di pusat (KPU, pemilihan
ketua partai, promosi jabatan di pemerintahan dan BUMN, dst), di daerah (pilkada oleh
DPRD maupun pilkada langsung), dan masih banyak lagi. Upaya pemberantasan korupsi
di masa reformasi ini dimulai momentum dengan adanya kebebasan pers dan kebebesan
politik umumnya.

        Dalam pelembagaannya dimulai dengan pembentukan Komisi Pemeriksaan
Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN) yang mulai terjadi sedikit gereget dengan
terungkapnya daftar kekayaan berbagai pejabat tinggi yang abnormal. Misalnya
terungkapnya misteri kekayaan Jaksa Agung MA Rahman dan pejabat lainnya meski satu
pun dari temuan itu tak ada tindak lanjut secara hukum. Malahan oleh pemerintahan
Megawati KPKPN ini pun ''dibubarkan'' dan dintegrasikan kepada Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (KPTPK). Pada pemerintahan Megawati keberadaan KPTPK ini
pun sulit berperan, karena konon sulitnya pemberian izin bagi pejabat untuk diperiksa.

         Baru sejak pemerintahan SBY sedikit terkuak harapan dengan lebih lancarnya izin
tersebut dengan mulai adanya pemeriksaan (misal kasus KPU dan Bank Mandiri) bahkan
juga mulai ada yang divonis (kasus pimpinan DPRD Sumbar dan pejabat daerah lainnya,
kasus Gubernur Abdullah Puteh dan Kharis Walid). Patut dicatat dengan sedikit ada
harapan ini, tak luput dari peran BPK sejak dipimpin Billy Joedono dan diteruskan oleh
Anwar Nasution yang menguak data-data penyelewengan skala mega di pelbagai lembaga
strategis. Namun, kesan masih memburu kasus sensitif secara politis dalam
pemberantasan korupsi ini masih belum pupus, karena untuk kasus lebih kolosal semisal
kasus BLBI yang nilainya puluhan triliun masih belum tersentuh sama sekali.

       Dengan perkembangan tersebut, Indonesia menurut berbagai lembaga
pemeringkat internasional sejak awal tahun 90-an hingga sekarang selalu masuk kategori
negara terkorup. Gejala korupsi ini seperti belum terbersit harapan untuk
   pemberantasannya. Hal ini karena korupsi telah kadung menjadi kebudayaan. [6]
   Hal-hal yang menyebabkan terjadinya korupsi antara lain:
    1. Kemiskinan
   Korupsi dengan latar belakang kemiskinan berasal dari kebutuhan.
   2. Kekuasaan
   Kekuasaan sering membuat orang bertindak sewenang-wenang dan mengambil
   keuntungan dengan kekuasaan yang dimilikinya.
   3. Budaya
   Dari hasil penelitian Prof. Toshiko Kinoshita, Guru Besar Universitas Waseda Jepang
   mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan sistem keluarga
   besar, yaitu masyarakat yang mempunyai nilai bahwa kesuksesan seorang anggota
   keluarga harus pula dinikmati oleh seluruh anggota keluarga besar itu.
    4. Ketidaktahuan
   Ini adalah alasan yang mengada-ada karena dana yang diberikan sering tidak diketahui
   peruntukannya. Karena tidak tahu dan tidak perlu mencari tahu maka ketika ada masalah
   dana tersebut dijadikan sebagai korupsi.
   5. Rendahnya kualitas moral masyarakat
   6. Lemahnya kelembagaan politik suatu negara
   Kelembagaan yang pertama adalah sistem hukum dan penerapannya. Jika kasus korupsi
   tidak ditangani sungguh-sungguh maka akan mengembangkan nilai dimata publik bahwa
   korusi ”aman” dilakukan asal membayar ”harga tertentu”.
   8. Menjadi penyakit bersama.
   Sebagai sebuah penyakit maka dengan cepat menular dari kawasan satu kekawasan lain.

          b.     Dampak korupsi
   Beberapa hal yang diakibatkan dari korupsi antara lain menimbulkan:
   1. Kegagalan mencapai tujuan yang ditetapkan pemerintah.
   2. Menular kesektor swasta dalam bentuk usaha mengejar laba dengan cepat dan
   berlebihan, menyisihkan investor baru dan mengurangi pertumbuhan sektor swasta.
   3. Kenaikan harga administrasi karena pembayar pajak membayar beberapa kalilipat
   untuk pelayanan yang sama.
   4. Mengurangi jumlah dana yang disediakan untuk publik.
   5. Merusak moral aparat pemerintah.
   6. Menurunkan rasa hormat kepada kekuasaan yang akhirnya menurunkan legitimasi
   pemerintah.
   7. Pribadi yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak mau berkorban untuk kemakmuran
   bersama di masa mendatang.

2.6 Hubungan antara Clean and Good Governance dengan gerakan Anti Korupsi
Clean and good governance meniscayakan adanya transparansi disegala bidang.
Hal ini untuk mengikis budaya korupsi yang mengakibatkan kebocoran anggaran dalam
penggunaan uang negara untuk kepentingan individu atau golongan bukan untuk
kesejahteraan rakyat.

        Dalam menciptakan situasi perang terhadap korupsi Didin S Damanhuri
menyusun grand design:
Pertama, apapun kebijakan antikorupsi yang diambil, haruslah disadari bahwa kebijakan
dan langkah-langkah tersebut hendaknya ditempatkan sebagai ''totok nadi'' yang strategis,
berkelanjutan, dan paling bertanggung jawab di antara semua langkah total football,
estafet dari semua pihak yang peduli terhadap pemberantasan korupsi, baik dari kaum
agamawan, akademisi, parlemen, LSM, pers, dunia internasional, dan seterusnya
Kedua, menghindari politik belah bambu yang menggunakan KPTPK, Kejaksaan, dan
Polri untuk memburu pihak-pihak yang secara politis harus dikalahkan dan membiarkan
pihak-pihak yang dianggap kawan politik.
Ketiga, keseriusan untuk mencari solusi terbebasnya TNI dan Polri dari dunia politik dan
bisnis secara tuntas.
Keempat, euforia elite politik di pusat dan daerah dalam menikmati kebebasan politik,
kebebasan berpendapat, dan kebebasan pers yang seharusnya semakin mendewasakan
kehidupan berdemokrasi yang ujung-ujungnya juga mampu membangkitkan kembali
kehidupan ekonomi dengan ukuran rakyat yang semakin sejahtera. [7]

2.7 Hubungan antara Good and Clean Governance dengan Kinerja Birokrasi
Pelayanan Publik.

        Dalam rangka menyelamatkan keuangan negara, banyak upaya pemerintah yang
sudah dilaksanakan diantaranya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004
tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara.

       Kemudian dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah semakin jelas keseriusan pemerintah dalam hal
pembenahan sistem pengelolaan keuangan negara, mengutip pendapat pakar bahwa
selama ini yang diterapkan nampaknya masih lemah dan cenderung membuka peluang
yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran.

        Penerapan PP Nomor 60 Tahun 2008 bukan hanya tanggungjawab BPKP tetapi
seluruh instansi pemerintah guna mewujudkan Good Governance untuk menuju Clean
Government. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) PP 60 tahun
2008 jelas bahwa BPKP mempunyai tugas yang cukup berat.
Tentu bukan soal yang mudah dalam mempersiapkan personil yang dapat melaksanakan
   tugas tersebut, perlu adanya kesepahaman dalam mencermati secara komprehensif apa
   yang tertuang dalam PP tersebut.[8]

           Dengan tiga pilar pelayanan public menjadi titik setrategis untuk memulai
   pengembangan dan penerapan Clean and good governance di Indonesia. Tiga pilar
   tersebut yakni:
           1.      Pelayanan publik selama ini menjadi tempat dimana negara yang diwakili
           pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah.
           2.      Pelayanan publik tempat dimana berbagai aspek Clean and good
           governance dapat diartikulasikan lebih mudah.
           3.      Pelayanan publik melibatkan semua unsur yaitu pemerintah, masyarakat
           dan mekanisme pasar.




                                          BAB III
                                          Penutup
   Kesimpulan
 Pemerintah atau ''Government" dalam bahasa Inggris diartikan sebagai "The authoritative
   direction and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city,
   etc"(pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam
   sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik,
   kebahasaangovernance berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata
   kepemerintahan yang baik.

 Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam
   good governance yang harus diperhatikan yaitu :

   •     Partisipasi (participation)
   •     Penegakan Hukum (rule of law)
   •     Transparansi (transparency)
   •     Responsif (responsive)
   •     Konsesus (consesus)
   •     Kesetaraan (equity)
   •     Efektivitas dan efisiensi
   •     Akuntabilitas (accountability)
   •     Visi Strategis
 Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The auhoritative direction and
   administration of the affairs of men/women in a na-loft, state, city, etc." Atau dalam
   bahasa Indonesia berarti "Pengarahan dan idministrasi yang berwenang atas kegiatan
   orang-orang dalam sebuah neg-ira, negara bagian, kota, dan sebagainya." Bisa juga
   berarti "The governing )Ody of nation, state, city, etc." Atau lembaga atau badan yang
   menyeleng-[arakan pemerintahan negara, negara bagian atau kota, dan sebagainya
 Ada tiga karakteristik dasar good governance:
• Diakuinya semangat pluralisme.
• Tingginya sikap Toleransi,
• Tegaknya prinsip demokrasi.

 Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan
   wewenang mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan kepentingan umum atau
   negara.




   [1] Srijanti,dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa.( Jakarta : Graha
   Ilmu, 2009 )
   [2] A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : ICCE UIN
   Syarif Hidayatullah, 2007) Cet. IV, hlm. 215
   [3] Ibid. Srijanti,dkk.


   [4] Ibid, hlm. 218-228
   [5] Ibid Srijanti,dkk.


   [6] Didin S Damanhuri, Kompleksitas Korupsi , (Bogor :Pengamat Ekonomi Politik dan Guru Besar Ekonomi IPB,
   sumber opini agung prabowo AGP )
   [7] Ibid Srijanti,dkk.


   [8] Situs Web BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat, Bandung

More Related Content

What's hot

Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikSiti Sahati
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHarles Janang
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialridz kika
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Vallen Hoven
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
Makalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologiMakalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologidecontru
 
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia Siti Sahati
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraAmphie Yuurisman
 
Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikMuh Firyal Akbar
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Lela Warni
 
Karya ilmiah dampak teknologi
Karya ilmiah dampak teknologiKarya ilmiah dampak teknologi
Karya ilmiah dampak teknologitariorhino
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivAlfan Fatoni
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikWandi Suhardi
 
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMakalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMohammad Nawawi
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintahAbid Zamzami
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahSiti Sahati
 

What's hot (20)

Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Hubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lainHubungan adm dengan ilmu lain
Hubungan adm dengan ilmu lain
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
 
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
Politik dan Strategi Nasional (Kewarganegaraan)
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
Makalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologiMakalah perkembangan teknologi
Makalah perkembangan teknologi
 
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia Perbandingan Administrasi Negara  Antara Negara China Dan Indonesia
Perbandingan Administrasi Negara Antara Negara China Dan Indonesia
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi NegaraMakalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
Makalah: UUD 1945 Sebagai Konstitusi Negara
 
Birokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian PolitikBirokrasi dan Kajian Politik
Birokrasi dan Kajian Politik
 
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945 Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
Dinamika pelaksanaan undang – undang dasar 1945
 
Karya ilmiah dampak teknologi
Karya ilmiah dampak teknologiKarya ilmiah dampak teknologi
Karya ilmiah dampak teknologi
 
Ppt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi IndonesiaPpt Demokrasi Indonesia
Ppt Demokrasi Indonesia
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
 
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politikKekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
Kekuasaan, kewenangan dan legitimasi politik
 
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesiaMakalah sistem pemerintahan di indonesia
Makalah sistem pemerintahan di indonesia
 
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
(3 4) kedudukan, kewenangan dan tindakan hukum pemerintah
 
Negara dan Konstitusi
Negara dan KonstitusiNegara dan Konstitusi
Negara dan Konstitusi
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah DaerahKonsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
Konsep Dasar Administrasi Pemerintah Daerah
 

Viewers also liked

good governance (2012)
good governance (2012)good governance (2012)
good governance (2012)suher lambang
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...murianda
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadiMea Meong
 
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...Mellianae Merkusi
 
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Mellianae Merkusi
 
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Mellianae Merkusi
 
Good Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikGood Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikMuhammad Muzayyin
 
Good governance powerpoint WH
Good governance powerpoint WHGood governance powerpoint WH
Good governance powerpoint WHWilliam Haines
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayainfosanitasi
 

Viewers also liked (10)

Good government (kel 10)
Good government (kel 10)Good government (kel 10)
Good government (kel 10)
 
good governance (2012)
good governance (2012)good governance (2012)
good governance (2012)
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...
ALBUM PETA Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permuki...
 
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
 
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)...
 
Good Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan PublikGood Governance dan Pelayanan Publik
Good Governance dan Pelayanan Publik
 
Good governance powerpoint WH
Good governance powerpoint WHGood governance powerpoint WH
Good governance powerpoint WH
 
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidayaPedoman kriteria teknis kawasan budidaya
Pedoman kriteria teknis kawasan budidaya
 

Similar to Makalah good governance

Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Hanifmaruf19
 
Pengetahuan good governance
Pengetahuan good governancePengetahuan good governance
Pengetahuan good governancenovychalimi
 
Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Ardi88
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaMahardhika WiJaya
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Operator Warnet Vast Raha
 
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good GovernanceHukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good GovernanceMuhammad Iqbal Dhanarto
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance hanDian Oktavia
 
Konsep good governance
Konsep good governanceKonsep good governance
Konsep good governanceNaniisrina A
 
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptxsaptofs2
 
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptx
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptxPPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptx
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptxGamaDehilio
 
B g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraB g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraIsantiMM90
 
KONSEPSI GG.pdf
KONSEPSI GG.pdfKONSEPSI GG.pdf
KONSEPSI GG.pdfulfabinada
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiEly Goro Leba
 
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...basrizal82
 

Similar to Makalah good governance (20)

Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
Good goveernance & otonomi daerah Semester 2
 
Pengetahuan good governance
Pengetahuan good governancePengetahuan good governance
Pengetahuan good governance
 
Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666Kewarrganegaraan 666666
Kewarrganegaraan 666666
 
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipaPemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
Pemerintahan dan pemerintah (PKN) kelas XI ipa
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
Prinsip prinsip-good-governance-dalam-tata-kelola-kepemerintahan-desa-studi-d...
 
Good clean governance-libre
Good clean governance-libreGood clean governance-libre
Good clean governance-libre
 
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good GovernanceHukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
Hukum dan Administrasi Perncanaan, Konsep dan Kritik Good Governance
 
ppt birokrasi.ppt
ppt birokrasi.pptppt birokrasi.ppt
ppt birokrasi.ppt
 
Good governance han
Good governance hanGood governance han
Good governance han
 
Governance-Manajemen
Governance-ManajemenGovernance-Manajemen
Governance-Manajemen
 
Konsep good governance
Konsep good governanceKonsep good governance
Konsep good governance
 
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
1_TKMRP1_Tata Kelola_net.pptx
 
Makalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baikMakalah pemerintahan yang baik
Makalah pemerintahan yang baik
 
Good governance
Good governanceGood governance
Good governance
 
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptx
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptxPPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptx
PPT Sistem Administrasi Negara 11 Gama Dehilio Saputra 21042147.pptx
 
B g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti ChandraB g 4 dvd Isanti Chandra
B g 4 dvd Isanti Chandra
 
KONSEPSI GG.pdf
KONSEPSI GG.pdfKONSEPSI GG.pdf
KONSEPSI GG.pdf
 
Good governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasiGood governance sebagai agenda reformasi
Good governance sebagai agenda reformasi
 
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
Be & gg, basrizal, hapzi ali, the corporate culture infact and implicatio...
 

Makalah good governance

  • 1. Makalah Good Governance Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dekade awal abad ke-21, Bangsa Indonesia menghadapi gelombang besar pada masa reformasi berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa pernah terjadi pada beberapa kurun waktu yang Ialu/ namun tuntutan saat ini mangandung nuansa yang berbeda sesuai dengan kemajuan zaman. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di seluruh wilayah pemerintahan negara menuntut reformasi sistem perekonomian dan pemerintahan, termasuk birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antarbangsa berlangsung lebih efisien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, serta mutu ketepatan dan kepastian kebijakan publik Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing dan kunci dari daya saing adalah efisiensi proses pelayanan, mutu, dan kepastian kebijakan publik. Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu prasyarat yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tsnggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip tata kelola(good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. United Nations Development Program (UNDP) dalam dokumen ke-bijakannya yang berjudul "Governance for Sustainable Human Development" (1977), mendefinisikan kepemerintahan(governance) sebagai berikut: "Governance is the exercise of economic, political, and administrative authority to a country's affairs at all levels and means by which states promote social cohesion, integration, and ensure the well being of their population" (Kepemimpinan adalah pelaksanaan kewenangan/kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan administratis untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya dan merupakan instrumon kebijakan negara untuk mendorong lerciptanya kondisi kesejahteraan integrifas dan kohesilas sosial dalam masyarakat). 1.2 Tujuan penulisan Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu untuk memberi pengetahuan dan wawasan agar kita dapat memahami dan mengetahui apa pengertian Pemerintahan yang baik dan bebas korupsi
  • 2. 1.3 Rumusan masalah Dalam tugas kelompok ini kami memiliki tiga rumusan masalah, yaitu : 1. apakah pengertian dari kewarganegaraan ? 2. apakah asas dan unsur dari kewarganegaraan ? 3. Apakah unsur-unsur yang menentukan kewarganegaraan? 4.Apakah problem status kewarganegaraan? 5.Bagaimana Karakteristik warga negara? 6.Bagaimana Cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dan Hak dan Kewajiban Warga Negara? 1.4 Ruang lingkup -Pendidikan Makalah tentang Pemerintahan yang baik dan bebas korupsi bisa dijadikan pembelajaran dalam pendidikan untuk menambah ilmu pengetahuan kita sebagai mahasiswa, karena makalah ini sangat penting dalam mengetahui pemerintahan yang baik dan bebas korupsi -Sosial Makalah yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk memberi pengetahuan tentang pentingnya sebuah Pemerintahan yang baik dan bebas korupsi 1.5 Teknik penulisan Metode yang digunakan pemakalah dalam penyusunan makalah ini dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan referensi dan buku-buku dan internet sebagai landasan teoritis mengenai masalah yang akan diselesaikan. BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Government Pemerintah atau ''Government" dalam bahasa Inggris diartikan sebagai "The authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city, etc" (pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaan governance berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata kepemerintahan yang baik. Di satu sisi istilah good governance dapat dimaknai secara berlainan, sedangkan sisi yang lain dapat diartikan sebagai kinerja suatu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan, perusahaan atau organisasi kemasyarakatan, Apabila istilah ini dirujuk
  • 3. pada asli kata dalam bahasa Inggris:governingf maka artinya adalah mengarahkan atau mengendalikan, Karena itu gooc governancedapat diartikan sebagai tindakan untuk mengarahkan, mengendalikan, atau memengaruhi masalah publik. Oleh karena itu ranah good governance tidak terbatas pada negara atau birokrasi pemerintahan, tetapi jugs pada ranah masyarakat sipil yang dipresentasikan oleh organisasi nonpe-merintah dan sektor swasta. Singkatnya, tuntutan terhadap good governance tidak hanya ditujukkan kepada penyelenggara negara atau pemerintah, me-lainkan juga pada masyarakat di luar struktur birokrasi pemerintahan. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintahan yang baik adalah baik dalam proses maupun hasilnya. Semua unsui dalam pemerintahan bisa bergerak secara sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat, serta terbebas dari gerakan-gerakan an-arkis yang bisa menghambat proses dan laju pembangunan. Pemerintahan juga bisa dikatakan baik jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat, baik dalam aspek produk- tivitas maupun dalam daya belinya; kesejahteraan spiritualnya meningkal dengan indikator rasa aman, bahagia, dan memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. [1] Secara umum istilah good governance memiliki pengertian akan segala hal yang terkait dengan tindakan atau tingkah laku yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau mempengaruhi urusan publik untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Andi Faisal Bakti, istilah good governance memiliki pengertian pengejawantahan nilai-nilai luhur dalam mengarakan warga Negara kepada masyarakat dan pemerintahan yang berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang suci dan damai. Senada dengan Bakti, Santosa menjelaskan bahwa good governance adalah pelaksanaan politik, ekonomi, dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa. Pelaksanaan kewenangan tersebut bisa dikatakan baik jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, dalam suasana demokratis, akuntabel serta transparan.Sebagai sebuah paradigm pengelolaan lembaga Negara, clean and good governance dapat terwujud secara maksimal jika ditopang oleh dua unsur yang saling terkait yaitu negara dan masyarakat madani yang di dalamnya terdapat sektor swasta.[2] Penerapan good governance di Indonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang sangat mendasar: a. Tuntutan eksternal: Pengaruh globalisasi telah memaksa kita untuk menerapkan Good governance. Good Govermence telah menjadi ideologi baru negara dan lembaga donor internasional dalam mendorong negara-negara anggotanya menghormati prinsip-prinsip ekonomi pasar dan demokrasi sebagai prasyarat dalam pergaulan internasional. Istilah good governance mulai mengemuka di Indonesia pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan interaksi antara pemerintah Indonesia dengan negara-negara luar dan
  • 4. lembaga-lembaga donor yang menyoroti kondisi objektif situasi perkembangan ekonomi dan politik daiam negeri Indonesia. b. Tntutan internal: Masyarakat melihat dan merasakan bahwa salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya juse of power yang terwujud dalam bentuk KKN (korupsi, kolusi, dan spotisme) dan sudah sedemikian rupa mewabah dalam segala aspek kehidupan. Proses check and balance tidak terwujud dan dampaknya lenyeret bangsa Indonesia pada keterpurukan ekonomi dan ancaman isintegrasi. Berbagai kajian ihwal korupsi di Indonesia memperlihatkan Drupsi berdampak negatif terhadap pembangunan melalui kebocoran, ark up yang menyebabkan produk high cost dan tidak kompetitif di asar global(high cost economy), merusakkan tatanan masyarakat dan ? hidupan bernegara. Masyarakat menilai praktik KKN yang paling lencolok kualitas dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan oleh ibang-cabang pemerintahan, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini lengarahkan wacana pada bagaimana menggagas reformasi birokrasi emerintahan (governance reform). Realitas sejarah ini menggiring kita pada wacana bagaimana mendorong a menerapkan nilai-nilai transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dan tralisasi penyelenggaraan pemerintahan. Good governance ini dapat sil bila pelaksanaannya dilakukan dengan efektif, efisien, responsif terhadap kebutuhan rakyat, serta dalam suasana demokratis, akuntabel, dan transparan. [3] 2.2 Prinsip-prinsip Pokok Good Governance Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu : 1. Partisipasi (participation) Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik langsung maupun melalui lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan prinsip demokrasi yaitu kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara konstruktif. 2. Penegakan Hukum (rule of law) Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Tanpa ditopang oleh sebuah aturan hukum dan penegakannya secara konsekuen, partisipasi publik dapat berubah menjadi tindakan publik yang anarkis. Santoso menegaskan bahwa proses mewujudkan cita-cita good governance, harus diimbangi dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter sebagai berikut : a. Supremasi hukum b. Kepastian hukum
  • 5. c. Hukum yang responsitif d. Penegakan hukum yang konsisten dan non diskriminatif e. Independensi peradilan 3. Transparansi (transparency) Transparansi (keterbukaan umum) adalah unsur lain yang menopang terwujudnya good governance. Akibat tidak adanya prinsip transparansi ini, menurut banyak ahli Indonesia telah terjerembab dalam kubangan korupsi yang berkepanjangan dan parah. Untuk itu, pemerintah harus menerapkan transparansi dalam proses kebijakan publik. Menurut Gaffar, terdapat 8 (delapan) aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan, yaitu : a. Penetapan posisi, jabatan dan kedudukan b. Kekayaan pejabat publik c. Pemberian penghargaan d. Penetapan kebijakan yang terkait dengan pencerahan kehidupan e. Kesehatan f. Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik g. Keamanan dan ketertiban h. Kebijakan strategis untuk pencerahan kehidupan masyarakat 4. Responsif (responsive) Affan menegaskan bahwa pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat-masyarakatnya, jangan menunggu mereka menyampaikan keinginannya, tetapi mereka secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan-kebutuhan masyarakat, untuk kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum. 5. Konsesus (consesus) Prinsip ini menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain dapat memuaskan sebagian besar pihak, juga akan menjadi keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga akan memiliki kekuatan memaksa bagi semuakomponen yang terlibat untuk melaksanakan keputusan tersebut. 6. Kesetaraan (equity) Clean vand good governance juga harus didukung dengan asa kesetaraan, yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Asas ini harus diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh semua penyelenggara pemerintahan di Indonesia karena kenyatan sosiologis bangsa kita sebagai bangsa yang majemuk, baik etnis, agama, dan budaya. 7. Efektivitas dan efisiensi Konsep efektivitas dalam sektor kegiatan-kegiatan publik memiliki makna ganda, yakni efektivitas dalam pelaksanan proses-proses pekerjaan, baik oleh pejabat
  • 6. publik maupun partisipasi masyarakat, dan kedua, efektivitas dalam konteks hasil, yakni mampu membrikan kesejahteraan pada sebesar-besarnya kelompok dan lapisan sosial. 8. Akuntabilitas (accountability) Asas akuntabilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Secara teoritik, akuntabilitas menyangkut dua dimensi yakni akuntabilitas vertikal yang memiliki pengertian bahwa setiap pejabat harus mempertanggung jawabkan berbagai kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya terhadap atasan yang lebih tinggi, dan yang kedua akuntabilitas horisontal yaitu pertanggungjawaban pemegang jabatan publik pada lembaga yang setara. 9. Visi Strategis Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Tidak sekedar memiliki agenda strategis untuk masa yang akan datang, seseorang yang memiliki jabatan publik atau lembaga profesional lainnya, harus memiliki kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang akan dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.[4] 2.3 Konsepsi Good Governance Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The auhoritative direction and administration of the affairs of men/women in a na-loft, state, city, etc." Atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengarahan dan idministrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah neg-ira, negara bagian, kota, dan sebagainya." Bisa juga berarti "The governing )Ody of nation, state, city, etc." Atau lembaga atau badan yang menyeleng-[arakan pemerintahan negara, negara bagian atau kota, dan sebagainya. Sedangkan istilah "kepemerintahan" atau dalam bahasa Inggris "governance" adalah "The act, fact, manner of governing," berarti: tindakan, fakta, pola, dan kegiatan atau penyelenggaraan pemerintahan." Dengan demikian 'governance adalah suatu kegiatan (proses), sebagaimana dikemukakan oleh Kooiman (l993) bahwa govrrnanco lebih merupakan "...serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintahan dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan- kepentingan tersebut.” Istilah "governance" tidak hanya berarti kepemerintahan sebagai suatu kegiatan, tetapi juga mengandung arti pengurusan, pengelolaan, pengarah-an, pembinaan penyelenggaraan serta bisa juga diartikan pemerintahan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila terdapat istilah public governance, private governance, corporate governance, dan banking governance. Governancesebagai terjemahan dan pemerintahan
  • 7. kemudian berkembang dan menjadi populer dengan sebutan kepemerintahan atau tata kelola, se-dangkan praktik terbaiknya disebut kepemerintahan atau tata kelola yang baik (good governance). Secara konseptual, pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman: a. Nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuaa rakyat dalam mencapai tujuan (nasional) kemandirian, pembangunarr berkelanjutan, dan keadilan sosial. b. Aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut. Selanjutnya, lembaga administrasi negara mengemukakan bahwa good governance berorientasi pada: a. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional. b. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien dalam melakukan upaya mencapai tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan ele men-elemen konstitusinya seperti: legitimacy (apakah pemerintah d/pi-lih oleh dan mendapat kepercayaan dari rakyatnya), accountability scur-ing of human right, autonomy, and devolution of power dan assurance of civian control. Sedangkan orientasi kedua, bergantung pada sejauh mana struktur serta mekanisme politik dan administrasinya berfungs/ so cara efektif dan efisien. Lembaga Administrasi Negara (2000) menyimpulkan bahwa wujud gooey governance adalah menyelenggarakan pemerintahan negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif, dengan menjaga kesinergisan interaksi yang konstruktif diantara domain domain negara, sektor swasta, dam masyarakat. Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 merumuskan arti good governance sebagai berikut: Kepemerintahan yang mengemban menerapkan prinsip- prinsip profesionalitas, akuntaDintas, transparansi, )dayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan lapat diterima oleh seluruh masyarakat." Dengan demikian, pada dasarnya pihak-pihak yang berkepentingan lalam kepemerintahan(governance stakeholders) dapat dikelompokkan rienjadi tiga kategori, yaitu : 1. Negara/Pemerintahan. Konsepsi kepemerintahan pada dasarnya adalah kegiatan kenegaraan, tetapi lebih jauh darr itu melibatkan pula sektor swasta dan kelembagaan masyarakat madani. 2. Sektor Swasta. Pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi sistem pasar, seperti: industri pengelolaan perda-gangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.
  • 8. 3. Masyarakat Madani. Kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada di antara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik, dan ekonomi. 2.4 Karakteristik Dasar Good Governance Ada tiga karakteristik dasar good governance: 1. Diakuinya semangat pluralisme. Artinya, pluralitas telah menjadi se-buah keniscayaan yang tidak dapat dielakkan sehingga mau tidak mau, pluralitas telah menjadi suatu kaidah yang abadi. Dengan kata lain, pluralitas merupakan sesuatu yang kodrati (given) dalam kehidupan. Pluralisme bertujuan mencerdaskan umat melalui perbedaan konstruktif dan dinamis, dan merupakan sumber dan motivator terwujudnya kreativitas yang terancam keberadaannya jika tidak terdapat perbedaan. Satu hal yang menjadi catatan penting bagi kita adalah sebuah peradaban yang kosmopolit akan tercipta apabila manusia memiliki sikap inklusif dan kemampuan (ability)menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Namun, dengan catatan, identitas sejati atas parameter-parameter otentik agama tetap terjaga. 2. Tingginya sikap lolcransi, baik terhadap saudara sesama agama maupun terhadap umat agama lain. Secara sederhana, Toleransi dapat diartikan sebagai sikap suka mendengar dan menghargai pendapat dan pendirian orang lain. Senada dengan hal itu, Quraish Shihab menyatakan bahwa agama tidak semata-mata mempertahankan kelestariannya sebagai sebuah agama, namun juga mengakui eksistensi agama lain dengan memberinya hak hidup, berdampingan, dan saling menghormati. 3. Tegaknya prinsip demokrasi. Demokrasi bukan sekadar kebebasan dan persaingan, demokrasi juga merupakan suatu pilihan untuk bersama-sama membangun dan memperjuangkan perikehidupan warga dan ma-syarakat yang semakin sejahtera. Masyarakat madani mempunyai ciri-ciri ketakwaan yangtinggi kepada Tuhan, hidup berdasarkan sains dan teknologi, berpendidikan tinggi, menga-malkan nilai hidup modern dan progresif, mengamalkan nilai kewarganega-raan, akhlak, dan moral yang baik, mempunyai pengaruh yang luas dalam proses membuat keputusan, serta menentukan nasib masa depan yang baik melalui kegiatan sosial, politik, dan lembaga masyarakat. [5] 2.5 Pengerian Korupsi Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan kepentingan umum atau negara. a. Asal usul korupsi di negara berkembang Sesungguhnya sejarah perkembangan korupsi beserta upaya pemberatasannya, terutama dalam skala mega, sudah berlangsung sejak tengah dasawarsa 1950-an. Dimulai ketika terjadi abuse of power oleh menteri ekonomi kala itu, Iskak Tjokroadisuryo, pada
  • 9. Kabinet Ali Sastroamidjojo I. Korupsi berupa pemberian lisensi impor dari Politik Benteng dengan tak memberikannya kepada pengusaha pribumi yang kompeten dan diberikan kepada konco-konconya. Lisensi-lisensi tersebut akhirnya dijual kepada pengusaha keturunan Cina, sehingga dikenal istilah ''pengusaha Ali-Baba''. PM Burhanuddin Harahap yang bekerja sama dengan TNI AD mengambil kebijakan antikorupsi yang efektif, yakni meluruskan pelaksanaan Politik Benteng. Karena kabinet ini umurnya pendek, upaya penegakan pemerintahan bersih tenggelam dengan suasana konflik politik antarpartai dalam Konstituante yang akhirnya Presiden Soekarno membubarkan Konstituante itu pada 5 juli 1959. Pada saat yang hampir sama, Soekarno melakukan nasionalisasi perusahaan asing. Karena ketidaksiapan dalam mengisi pengganti manajemen dari asing ke tangan nasional, maka dari sini pula sejarah bancakan perusahaan negara (belakangan dikenal BUMN), banyak dilakukan pihak-pihak partai. Kedahsyatan korupsi mengalami momentum pada pemerintahan lebih 30 tahun Orde Baru. Di mulai korupsi skala mega yang dialami Pertamina (1975) dengan kerugian diperkirakan sekitar 12,5 miliar dolar AS tanpa ada tindakan hukum kepada pihak-pihak yang terlibat. Kemudian dengan mengalirnya dana utang luar negeri rata-rata 5 miliar dolar AS per tahun (saat lengser Pak Harto stok utang sekitar 70 miliar dolar AS), investasi langsung perusahaan asing, eksploitasi sumber daya alam (terutama migas dan hutan) yang menjadi sumber dana domestik yang kolosal, maka pertumbuhan dan perkembangbiakan jenis korupsi dari yang tradisional (upeti, sogok, perkoncoan, premanisme, dll) maupun bentuk baru (kolusi birokrat-pengusaha, kolusi bankir- pengusaha, mafia peradilan, penggelapan pajak, komersialisasi jabatan, kick-back dan mark-up proyek-proyek, rekayasa finansial, monopoli-oligopoli serta monopsoni- oligopsoni komoditas strategis, dst). Kesemua itu menjadikan potensi pertumbuhan ekonomi yang bisa mencapai 12 persen menjadi hanya 7 persen per tahun. Perkiraan kebocoran anggaran bisa mencapai 30 persen hingga lebih dari 50 persen. Pada saat krisis tahun 1977 terjadi capital flight. Simpanan orang Indonesia di luar negeri akibat pelbagai kebocoran alias korupsi tersebut menurut Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) sekitar 85 miliar dolaar AS (atau sekitar Rp 750 triliun). Upaya pembentasan korupsi kala Orba sejak awal sudah ada. Mulai dengan adanya Komisi 4 dengan penasihatnya mantan Wapres Bung Hatta. Namun rekomendasinyapun tak digubris. Kemudian di luar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah tercantum dalam UUD 45, pemerintah Soeharto membentuk Inspektorat Jenderal di tiap lembaga negara dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai kontrol yang dikendalikan langsung presiden. Namun efektivitasnya bukan hanya diragukan bahkan menjadi sumber kobocoran baru dengan terjadinya pengaturan laporan keuangan dan pelbagai bentuk KKN. Akhirnya BPK pun menjadi mandul dan malahan menjadi pengganda kebocoran. Wapres
  • 10. yang fokus kepada pengawasan serta juga ada menko dan menneg PAN yang juga bertugas untuk pengawasan pun hampir tak pernah terdengar kiprahnya. Barangkali semua itu karena sifat pemerintahan dan sistem politik otoritarian dan sentralistik sehingga sistem check and balance dari DPR maupun yudikatif menjadi lumpuh. Pers pun dibungkam bahkan para aktivis kritis pun banyak ditangkap. Reformasi yang dilakukan sejak 1998 hingga sekarang juga baru menyentuh secara politik. Dan korupsi pun makin mengalami ramifikasi baik vertikal (menyebar ke daerah) maupun horizontal (bukan hanya di pemerintah dan lembaga yudikatif tapi juga ke DPR) sehingga popular dengan adanya ''korupsi berjamaah''. Modus operandinya di samping yang tradisional dan modern tak pernah hilang bahkan tipikal pascamodern pun bermunculan seperti lenyapnya keuangan negara ratusan triliun karena gelontoran dana rekap perbankan. Kemudian pembobolan bank (skala triliunan antara lain BNI, Mandiri), illegal logging, illegal fishing, penyelundupan komoditas strategis (migas, gula, beras, dst). Yang lebih baru adalah politik uang dalam sistem politik di pusat (KPU, pemilihan ketua partai, promosi jabatan di pemerintahan dan BUMN, dst), di daerah (pilkada oleh DPRD maupun pilkada langsung), dan masih banyak lagi. Upaya pemberantasan korupsi di masa reformasi ini dimulai momentum dengan adanya kebebasan pers dan kebebesan politik umumnya. Dalam pelembagaannya dimulai dengan pembentukan Komisi Pemeriksaan Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN) yang mulai terjadi sedikit gereget dengan terungkapnya daftar kekayaan berbagai pejabat tinggi yang abnormal. Misalnya terungkapnya misteri kekayaan Jaksa Agung MA Rahman dan pejabat lainnya meski satu pun dari temuan itu tak ada tindak lanjut secara hukum. Malahan oleh pemerintahan Megawati KPKPN ini pun ''dibubarkan'' dan dintegrasikan kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK). Pada pemerintahan Megawati keberadaan KPTPK ini pun sulit berperan, karena konon sulitnya pemberian izin bagi pejabat untuk diperiksa. Baru sejak pemerintahan SBY sedikit terkuak harapan dengan lebih lancarnya izin tersebut dengan mulai adanya pemeriksaan (misal kasus KPU dan Bank Mandiri) bahkan juga mulai ada yang divonis (kasus pimpinan DPRD Sumbar dan pejabat daerah lainnya, kasus Gubernur Abdullah Puteh dan Kharis Walid). Patut dicatat dengan sedikit ada harapan ini, tak luput dari peran BPK sejak dipimpin Billy Joedono dan diteruskan oleh Anwar Nasution yang menguak data-data penyelewengan skala mega di pelbagai lembaga strategis. Namun, kesan masih memburu kasus sensitif secara politis dalam pemberantasan korupsi ini masih belum pupus, karena untuk kasus lebih kolosal semisal kasus BLBI yang nilainya puluhan triliun masih belum tersentuh sama sekali. Dengan perkembangan tersebut, Indonesia menurut berbagai lembaga pemeringkat internasional sejak awal tahun 90-an hingga sekarang selalu masuk kategori
  • 11. negara terkorup. Gejala korupsi ini seperti belum terbersit harapan untuk pemberantasannya. Hal ini karena korupsi telah kadung menjadi kebudayaan. [6] Hal-hal yang menyebabkan terjadinya korupsi antara lain: 1. Kemiskinan Korupsi dengan latar belakang kemiskinan berasal dari kebutuhan. 2. Kekuasaan Kekuasaan sering membuat orang bertindak sewenang-wenang dan mengambil keuntungan dengan kekuasaan yang dimilikinya. 3. Budaya Dari hasil penelitian Prof. Toshiko Kinoshita, Guru Besar Universitas Waseda Jepang mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan sistem keluarga besar, yaitu masyarakat yang mempunyai nilai bahwa kesuksesan seorang anggota keluarga harus pula dinikmati oleh seluruh anggota keluarga besar itu. 4. Ketidaktahuan Ini adalah alasan yang mengada-ada karena dana yang diberikan sering tidak diketahui peruntukannya. Karena tidak tahu dan tidak perlu mencari tahu maka ketika ada masalah dana tersebut dijadikan sebagai korupsi. 5. Rendahnya kualitas moral masyarakat 6. Lemahnya kelembagaan politik suatu negara Kelembagaan yang pertama adalah sistem hukum dan penerapannya. Jika kasus korupsi tidak ditangani sungguh-sungguh maka akan mengembangkan nilai dimata publik bahwa korusi ”aman” dilakukan asal membayar ”harga tertentu”. 8. Menjadi penyakit bersama. Sebagai sebuah penyakit maka dengan cepat menular dari kawasan satu kekawasan lain. b. Dampak korupsi Beberapa hal yang diakibatkan dari korupsi antara lain menimbulkan: 1. Kegagalan mencapai tujuan yang ditetapkan pemerintah. 2. Menular kesektor swasta dalam bentuk usaha mengejar laba dengan cepat dan berlebihan, menyisihkan investor baru dan mengurangi pertumbuhan sektor swasta. 3. Kenaikan harga administrasi karena pembayar pajak membayar beberapa kalilipat untuk pelayanan yang sama. 4. Mengurangi jumlah dana yang disediakan untuk publik. 5. Merusak moral aparat pemerintah. 6. Menurunkan rasa hormat kepada kekuasaan yang akhirnya menurunkan legitimasi pemerintah. 7. Pribadi yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak mau berkorban untuk kemakmuran bersama di masa mendatang. 2.6 Hubungan antara Clean and Good Governance dengan gerakan Anti Korupsi
  • 12. Clean and good governance meniscayakan adanya transparansi disegala bidang. Hal ini untuk mengikis budaya korupsi yang mengakibatkan kebocoran anggaran dalam penggunaan uang negara untuk kepentingan individu atau golongan bukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam menciptakan situasi perang terhadap korupsi Didin S Damanhuri menyusun grand design: Pertama, apapun kebijakan antikorupsi yang diambil, haruslah disadari bahwa kebijakan dan langkah-langkah tersebut hendaknya ditempatkan sebagai ''totok nadi'' yang strategis, berkelanjutan, dan paling bertanggung jawab di antara semua langkah total football, estafet dari semua pihak yang peduli terhadap pemberantasan korupsi, baik dari kaum agamawan, akademisi, parlemen, LSM, pers, dunia internasional, dan seterusnya Kedua, menghindari politik belah bambu yang menggunakan KPTPK, Kejaksaan, dan Polri untuk memburu pihak-pihak yang secara politis harus dikalahkan dan membiarkan pihak-pihak yang dianggap kawan politik. Ketiga, keseriusan untuk mencari solusi terbebasnya TNI dan Polri dari dunia politik dan bisnis secara tuntas. Keempat, euforia elite politik di pusat dan daerah dalam menikmati kebebasan politik, kebebasan berpendapat, dan kebebasan pers yang seharusnya semakin mendewasakan kehidupan berdemokrasi yang ujung-ujungnya juga mampu membangkitkan kembali kehidupan ekonomi dengan ukuran rakyat yang semakin sejahtera. [7] 2.7 Hubungan antara Good and Clean Governance dengan Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik. Dalam rangka menyelamatkan keuangan negara, banyak upaya pemerintah yang sudah dilaksanakan diantaranya Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah semakin jelas keseriusan pemerintah dalam hal pembenahan sistem pengelolaan keuangan negara, mengutip pendapat pakar bahwa selama ini yang diterapkan nampaknya masih lemah dan cenderung membuka peluang yang sangat besar bagi terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan anggaran. Penerapan PP Nomor 60 Tahun 2008 bukan hanya tanggungjawab BPKP tetapi seluruh instansi pemerintah guna mewujudkan Good Governance untuk menuju Clean Government. Sebagaimana diamanatkan dalam pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) PP 60 tahun 2008 jelas bahwa BPKP mempunyai tugas yang cukup berat.
  • 13. Tentu bukan soal yang mudah dalam mempersiapkan personil yang dapat melaksanakan tugas tersebut, perlu adanya kesepahaman dalam mencermati secara komprehensif apa yang tertuang dalam PP tersebut.[8] Dengan tiga pilar pelayanan public menjadi titik setrategis untuk memulai pengembangan dan penerapan Clean and good governance di Indonesia. Tiga pilar tersebut yakni: 1. Pelayanan publik selama ini menjadi tempat dimana negara yang diwakili pemerintah berinteraksi dengan lembaga non pemerintah. 2. Pelayanan publik tempat dimana berbagai aspek Clean and good governance dapat diartikulasikan lebih mudah. 3. Pelayanan publik melibatkan semua unsur yaitu pemerintah, masyarakat dan mekanisme pasar. BAB III Penutup Kesimpulan  Pemerintah atau ''Government" dalam bahasa Inggris diartikan sebagai "The authoritative direction and administration of the affairs of men/women in a nation, state, city, etc"(pengarahan dan administrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan sebagainya). Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaangovernance berarti tata kepemerintahan dan good governance bermakna tata kepemerintahan yang baik.  Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan sembilan aspek fundamental dalam good governance yang harus diperhatikan yaitu : • Partisipasi (participation) • Penegakan Hukum (rule of law) • Transparansi (transparency) • Responsif (responsive) • Konsesus (consesus) • Kesetaraan (equity) • Efektivitas dan efisiensi • Akuntabilitas (accountability) • Visi Strategis
  • 14.  Pemerintah atau government dalam bahasa Inggris adalah: "The auhoritative direction and administration of the affairs of men/women in a na-loft, state, city, etc." Atau dalam bahasa Indonesia berarti "Pengarahan dan idministrasi yang berwenang atas kegiatan orang-orang dalam sebuah neg-ira, negara bagian, kota, dan sebagainya." Bisa juga berarti "The governing )Ody of nation, state, city, etc." Atau lembaga atau badan yang menyeleng-[arakan pemerintahan negara, negara bagian atau kota, dan sebagainya  Ada tiga karakteristik dasar good governance: • Diakuinya semangat pluralisme. • Tingginya sikap Toleransi, • Tegaknya prinsip demokrasi.  Menurut Kartini Kartono korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang mengambil keuntungan pribadi dengan merugikan kepentingan umum atau negara. [1] Srijanti,dkk. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa.( Jakarta : Graha Ilmu, 2009 ) [2] A. Ubaedillah dan Abdul Rozaq, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2007) Cet. IV, hlm. 215 [3] Ibid. Srijanti,dkk. [4] Ibid, hlm. 218-228 [5] Ibid Srijanti,dkk. [6] Didin S Damanhuri, Kompleksitas Korupsi , (Bogor :Pengamat Ekonomi Politik dan Guru Besar Ekonomi IPB, sumber opini agung prabowo AGP ) [7] Ibid Srijanti,dkk. [8] Situs Web BPKP, Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Barat, Bandung