SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
k.wr ‘14
PENENTUAN AMONIA DALAM AIR
TUJUAN
Mempelajari metode analisis ammonia dengan indofenol serta aplikasinya untuk penentuan
kandungan ammonia dalam sampel air alam.
DASAR TEORI
Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion ammonium
merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam bentuk gas, ammonia
membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Ammonia banyak digunakan dalam proses
produksi urea, industry bahan kimia, serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang
terukur di perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4
+
). Ammonia bebas tidak dapat
terionisasi, sedangkan ammonium (NH4
+
) dapat terionisasi (Effendi, 2003).
Konsentrasi ammonia yang tinggi pada permukaan air menyebabkan kematian ikan
pada perairan tersebut. Nilai pH sangat mempengaruhi apa jumlah ammonia yang ada akan
bersifat racun atau tidak. Pada kondisi pH rendah akan beracun bila jumlah ammonia banyak,
sedangkan pada pH tinggi hanya dengan jumlah ammonia yang rendah sudah bersifat racun
(Jenie, 1993).
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa kimia. Nilai BOD berguna untuk mengetahui
apakah air limbah mengalami bidegradasi atau tidak. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD
karena senyawa kimia lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi (Siregar,
2005).
Ammonia sangat berperan dalam pencemaran air. Ammonia merupakan salah satu zat
beracun serta bahan organic yang berbahaya. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen terlarut dalam air. Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1
ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni. Tapi kemurnian
air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992).
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-
51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industry menyatakan bahwa
baku mutu limbah cair ammonia bebas dikatakan normal pada rentang 1 – 5 mg/L. Selain itu
juga dijelaskan beberapa kadar maksimal ammonia bebas dalam berbagai industry seperti
industry peyamakan kulit 10,0 mg/L, industry minyak sawit 20 mg/L, industry karet 10 mg/L,
industry pupuk urea 50 mg/L, industry karet lateks pekat 15 mg/L, industry karet bentuk kering
5 mg/L, dan industry kayu lapis 4 mg/L (MENLH, 1995).
k.wr ‘14
Metode standar untuk menentukan ammonia dalam sampel air yakni dengan reaksi
klasik indophenol-blue. Dalam larutan alkaline pH 10,8 – 11,4, ammonia bereaksi secara
kuantitatif dengan hipoklorida membentuk monokloramin. Hasil senyawa bereaksi dengan
fenol dalam katalis ion nitroprusida dan adanya sisa jumlah hiploklorida membentuk indofenol-
blue. Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk diukur secara spektrofotometri pada
630 nm (Karlberg, 1989).
Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada spectrum
daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter yang dapat menyediakan
cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya menjadi komponen warnanya dan dapat
langsung menjadi cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya
mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan terabsorb oleh
foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007).
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis, labu
takar, gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, pipet pump, wadah sampel, kuvet, dan tisu.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan standar
NH4 10 ppm, fenol 10%, larutan natrium nitropussida, larutan oksidator, akuades, sampel 1
(ammonia), sampel 2 (ammonia + Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia + nitrit).
CARA KERJA
Pada pembuatan larutan standar, ke dalam 7 buah labu takar 25 ml dimasukkan
berturut-turut 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 ml larutan standar NH4 10 ppm, ditambahkan
tiap labu takar dengan 2 ml larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya
ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai
homogen dan diencerkan tiap labu takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke
wadah sampel dan ditutup serta dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam.
Pada penentuan panjang gelombang maksimum indofenol, digunakan larutan yang
mengandung 0,3 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai pengukuran dan larutan yang
mengandung 0 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai blangko. Pengukuran absorbansi
dilakukan untuk panjang gelombang antara 580 – 680 nm dengan interval 10 nm.
Pengukuran larutan standar digunakan larutan yang mengandung 0 ml larutan standar
NH4 10 ppm sebagai blangko. Kemudian diukur semua larutan standar yang telah dibuat
sebelumnya menggunakan panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya.
Pada penentuan kandungan ammonia dalam sampel, ke dalam 3 buah labu takar 25 ml
dimasukkan 0,3 ml larutan sampel 1, 2, dan 3, serta ditambahkan tiap labu takar dengan 2 ml
k.wr ‘14
larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1
ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu
takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup. Setiap
jenis sampel dibuat 3 kali. Kemudian larutan dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam.
Setelah itu, diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang maksimumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
 HASIL PERCOBAAN
 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang Gelombang (λ)
(nm)
Absorbansi (A)
580
590
600
610
620
630
640
650
660
670
680
0,015
0,020
0,015
0,030
0,090
0,080
0,075
0,060
0,055
0,040
0,030
 Penentuan Kurva Kalibrasi
Volume larutan standar
NH4 10 ppm (ml)
Absorbansi (A)
Konsentrasi (C)
(ppm)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0
0,015
0,025
0,030
0,050
0,100
0,160
0
0,04
0,08
0,12
0,16
0,20
0,24
 Penentuan Kandungan Ammonia dalam Sampel
Sampel
Absorbansi (A) Konsentrasi (C)
(ppm)I II III
k.wr ‘14
Sampel I
(ammonia)
0,085 0,07 0,065 12,643±1,441
Sampel II
(ammonia+Cr(VI)
0,06 0,065 0,065 11,258±0,399
Sampel III
(ammonia+nitrit)
0,06 0,07 0,07 11,720±0,799
 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar ammonia dalam air metode
indofenol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pada analisis ammonia ini
dilakukan tiga macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang maksimum,
pembuatan kurva kalibrasi, dan penentuan konsentrasi ammonia dalam beberapa
sampel air. Adapun sampel air yang akan dianalisis kadar amonianya, yakni sampel 1
(ammonia), sampel 2 (ammonia+Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia+nitrit).
Pada analisis amonia ini digunakan spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan
spektrofotometer UV-Vis ini dikarenakan pada metode indofenol ini akan membentuk
senyawa kompleks indophenol-blue yang berwarna biru. Senyawa indophenol-blue ini
tentunya mengandung kromofor, sehingga tentu dapat dianalisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis karena spektrofotometer ini hanya dapat menganalisa
senyawa yang mengandung kromofor (zat warna).
Metode indofenol merupakan metode untuk menentukan ammonia secara tidak
langsung. Larutan oksidator pada percobaan ini merupakan larutan campuran alkali dan
larutan hipoklorida, sehingga penambahan oksidator akan mengoksidasi ammonia
menjadi suatu amina klorida. Adanya penambahan natrium nitroprusida berfungsi
sebagai katalisator yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, sedangkan
penambahan fenol berfungsi untuk pereaksi yang dapat membentuk kompleks dengan
ammonia (sebagai pengompleks), sehingga menghasilkan senyawa berwarna biru yang
disebut indophenol-blue.
Secara lebih jelas, proses reaksi dengan metode indofenol ini terjadi saat larutan
yang mengandung ammonia dioksidasi oleh ion hipoklorida (oksidator) menjadi suatu
amina klorida (monokloramin). Adanya katalis natrium nitroprusida menyebabkan
amina klorida yang terbentuk lalu bereaksi dengan fenol yang telah terdeprotonasi
menghasilkan suatu senyawa intermediate. Senyawa intermediate ini kemudian akan
bereaksi lagi dengan kelebihan fenol membentuk senyawa kompleks berwarna biru
(indophenol-blue). Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk inilah yang diukur
menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
k.wr ‘14
Reaksi selengkapnya yang terjadi adalah sebagai berikut.
Jika dilihat dari reaksi di atas, terlihat bahwa 1 mol indophenol-blue sebanding
dengan 1 mol ammonia (NH3). Sehingga, walaupun yang dihitung merupakan absorbansi
indophenol-blue namun juga dapat dijadikan nilai konsentrasi untuk ammonia karema
perbandingan molnya sama.
Setiap analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, perlu diukur terlebih
dahulu panjang gelombang maksimumnya. Hal ini dikarenakan panjang gelombang
maksimum merupakan panjang gelombang di mana absorbansi yang dialami oleh suatu
zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena pada panjang gelombang tersebut cahaya
yang diserap oleh larutan telah sesuai, sehingga memberikan absorbansi yang
maksimum. Cahaya/sinar visible yang diserap sudah merupakan warna komplementer
dari warna larutan yang dianalisis. Sehingga, pada panjang gelombang maksimum inilai
yang merupakan kondisi paling sesuai untuk melakukan analisis.
Pada penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan salah satu jenis
larutan standar dengan konsentrasi tertentu (pada percobaan ini digunakan konsentrasi
0,12 ppm). Penggunaan konsentrasi yang akan digunakan tidak terlalu berpengaruh
ingin digunakan konsentrasi berapapun asalkan saat pengujian selalu digunakan
konsentrasi yang sama. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 580 – 680 nm
dengan interval 10 nm. Semakin pendek interval yang digunakan akan semakin baik
karena akan lebih teliti.
Larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan kuvet harus
dengan bentuk dan ukuran yang sama antara satu larutan dengan yang lainnya. Hal ini
dimaksudkan agar luasan daerah paparan penyerapan sinar oleh larutan dapat sama
pada setiap analisis larutan. Jika penggunaan ukuran kuvet berbeda, maka dapat
mempengaruhi perbandingan hasil absorbansi yang terjadi.
Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan
(volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar larutan,
maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar pun akan berbeda,
sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi yang terjadi. Sebelum
k.wr ‘14
dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu dibersihkan agar tidak basah
karena dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya.
Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko
ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit.
Larutan blanko biasanya digunakan untuk larutan pembanding dalam analisis atau
larutan penetralan karena untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari
sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian
harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada
larutan yang akan dianalisis.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum,
diperoleh nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,09 yang diperoleh saat nilai panjang
gelombangnya 620 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang maksimumnya yakni
620 nm. Jika dibandingkan dengan teoritis, diketahui bahwa kompleks indophenol-blue
menyebabkan larutan berwarna biru. Warna ini merupakan warna yang diamati, namun
warna yang diserap merupakan warna komplementernya. Warna biru memiliki warna
komplementer oranye dengan panjang gelombang sekitar 630 nm. Sehingga, panjang
gelombang 620 nm yang diperoleh sudah mendekati benar karena berada pada rentang
panjang gelombang warna oranye yang merupakan warna komplementer dari
larutannya.
Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar NH4
dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2;
dan 0,24 ppm yang diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 620
nm. Pada sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk
mengurangi tingkat kesalahan pengukurannya.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar konsentrasi
0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm, sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara
C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis y = 0,602x – 0,018
dan R2
= 0,846. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka absorbansi tiap
sampel yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan tersebut dan dapat
diketahui konsentrasi ammonia dalam setiap sampel. Pada sampel 1 (ammonia)
diperoleh konsentrasi 12,643±1,441 ppm, pada sampel 2 (ammonia+Cr(VI)) diperoleh
konsentrasi 11,258±0,399 ppm, dan pada sampel 3 (ammonia+nitrit) diperoleh
konsentrasi 11,720±0,799 ppm. Jika dibandingkan dengan batas maksimum kadar
ammonia dalam air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor
KEP-51/MENLH/10/1995 dapat dikatakan bahwa ketiga sampel air tersebut telah
tercemar ammonia dan tidak layak digunakan.
Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat
preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan
k.wr ‘14
larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi
tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya, sehingga grafik
yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat
banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul itu
sendiri. Hal ini menyebabkan interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasi
menjadi tidak maksimal.
KESIMPULAN
...
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Lingkungan Hidup, 1995, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No KEP-
51/MENLH/10/1995, Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan,
Penerbit Kanisius, Jogyakarta.
Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Jenie, dkk., 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Karlberg, B., 1989, Flow Injection Analysis: A Practical Guide, Elsevier Science Publisher,
Amsterdam.
Nair, A. J., 2007, Principle of Biotechnology, Laxmi Publications, New Delhi.
Siregar, S. A., 2005, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
MSDS Ammonia
 Sifat fisik dan kimia
 Rumus molekul: NH3
 Berat molekul : 17,03 g/mol
 Titik didih : -33⁰C (-27,4 ⁰F)
 Titik beku : -77,7⁰C (-107,9⁰F)
 Identifikasi Hazard
Tidak merusak atau membakar wadah, tidak menghirup gas ammonia, tidak mengenai
pada kulit atau pakaian. Digunakan hanya dengan ventilasi yang memadai, disimpan
wadah tertutup, dan dicuci bersih setelah menangani.
 P3K
 Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata
terbuka.
k.wr ‘14
 Kulit : dibilas dengan air dan sabun, serta diberi obat penahan rasa sakit (krim
anti bakteri)
 Terhirup : mencari udara segar, jika sulit bernafas diberi oksigen
 Tertelan : tidak memberi apapun lewat mulut

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
PT. SASA
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Dila Adila
 
Analisis kation dan anion
Analisis kation dan anionAnalisis kation dan anion
Analisis kation dan anion
EKO SUPRIYADI
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
wd_amaliah
 

What's hot (20)

Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)Kromatografi kolom (resin penukar ion)
Kromatografi kolom (resin penukar ion)
 
Annes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis GravimetriAnnes : Analisis Gravimetri
Annes : Analisis Gravimetri
 
Laporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan airLaporan praktikum analisis kesadahan air
Laporan praktikum analisis kesadahan air
 
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
 
Kimia analisis ku
Kimia analisis kuKimia analisis ku
Kimia analisis ku
 
spektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atomspektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atom
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan TawasLaporan Praktikum Pembuatan Tawas
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
 
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
SNI 19-7119.7-2005 tentang Udara Ambien - Bagian 7: Cara Uji Kadar Sulfur Dio...
 
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
Spektrofotometer Serapan Atom (AAS)
 
Analisis kation dan anion
Analisis kation dan anionAnalisis kation dan anion
Analisis kation dan anion
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
SNI 6989.57:2008 tentang Air dan Air Limbah - Bagian 57: Metoda Pengambilan C...
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Titrasi Pengendapan
Titrasi PengendapanTitrasi Pengendapan
Titrasi Pengendapan
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Laporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.docLaporan praktikum titrasi argentometri.doc
Laporan praktikum titrasi argentometri.doc
 
Gravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatikaGravimetri. bu swatika
Gravimetri. bu swatika
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 

Similar to Penentuan amonia dalam air

Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan kromPada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Hendry Stiaone
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
Rizki Ramadhan
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
Rizki Ramadhan
 

Similar to Penentuan amonia dalam air (20)

analisis pencemaran lingkungan NH3
analisis pencemaran lingkungan NH3analisis pencemaran lingkungan NH3
analisis pencemaran lingkungan NH3
 
1692-Article Text-6366-1-10-20191027.pdf
1692-Article Text-6366-1-10-20191027.pdf1692-Article Text-6366-1-10-20191027.pdf
1692-Article Text-6366-1-10-20191027.pdf
 
kadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitritkadar amoniak, nitrat dan nitrit
kadar amoniak, nitrat dan nitrit
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan kromPada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
Pada percobaan ini akan dilakukan analisis fosfor dan krom
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarutLaporan ekstraksi pelarut
Laporan ekstraksi pelarut
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm
 
Analisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamidaAnalisis senyawa sulfonamida
Analisis senyawa sulfonamida
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Anammox.docx
Anammox.docxAnammox.docx
Anammox.docx
 
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam BasaLaporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
Laporan Praktikum Kimia - Titrasi Asam Basa
 
Laporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetriLaporan praktikum turbidimetri
Laporan praktikum turbidimetri
 
Percobaan 2 kimdas
Percobaan 2 kimdasPercobaan 2 kimdas
Percobaan 2 kimdas
 
Final acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anionFinal acara 2 analisa kualitatif anion
Final acara 2 analisa kualitatif anion
 
Jurnalsak
JurnalsakJurnalsak
Jurnalsak
 
SUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIRSUMBER DAYA AIR
SUMBER DAYA AIR
 
Pencemaran udara
Pencemaran udaraPencemaran udara
Pencemaran udara
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
qlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
qlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 

Recently uploaded

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
RIMA685626
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptxModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya - Damai Belajar Bersama - Fase C.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 

Penentuan amonia dalam air

  • 1. k.wr ‘14 PENENTUAN AMONIA DALAM AIR TUJUAN Mempelajari metode analisis ammonia dengan indofenol serta aplikasinya untuk penentuan kandungan ammonia dalam sampel air alam. DASAR TEORI Ammonia (NH3) dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air. Ion ammonium merupakan bentuk transisi dari ammonia. Selain terdapat dalam bentuk gas, ammonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Ammonia banyak digunakan dalam proses produksi urea, industry bahan kimia, serta industry bubur kertas dan kertas. Ammonia yang terukur di perairan berupa ammonia total (NH3 dan NH4 + ). Ammonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan ammonium (NH4 + ) dapat terionisasi (Effendi, 2003). Konsentrasi ammonia yang tinggi pada permukaan air menyebabkan kematian ikan pada perairan tersebut. Nilai pH sangat mempengaruhi apa jumlah ammonia yang ada akan bersifat racun atau tidak. Pada kondisi pH rendah akan beracun bila jumlah ammonia banyak, sedangkan pada pH tinggi hanya dengan jumlah ammonia yang rendah sudah bersifat racun (Jenie, 1993). BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa kimia. Nilai BOD berguna untuk mengetahui apakah air limbah mengalami bidegradasi atau tidak. COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia. Nilai COD selalu lebih besar dari BOD karena senyawa kimia lebih mudah teroksidasi secara kimia daripada secara biologi (Siregar, 2005). Ammonia sangat berperan dalam pencemaran air. Ammonia merupakan salah satu zat beracun serta bahan organic yang berbahaya. Keadaan ini menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Air yang hampir murni mempunyai nilai BOD kira-kira 1 ppm, dan air yang mempunyai nilai BOD 3 ppm masih dianggap cukup murni. Tapi kemurnian air diragukan jika nilai BODnya mencapai 5 ppm atau lebih (Fardiaz, 1992). Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP- 51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industry menyatakan bahwa baku mutu limbah cair ammonia bebas dikatakan normal pada rentang 1 – 5 mg/L. Selain itu juga dijelaskan beberapa kadar maksimal ammonia bebas dalam berbagai industry seperti industry peyamakan kulit 10,0 mg/L, industry minyak sawit 20 mg/L, industry karet 10 mg/L, industry pupuk urea 50 mg/L, industry karet lateks pekat 15 mg/L, industry karet bentuk kering 5 mg/L, dan industry kayu lapis 4 mg/L (MENLH, 1995).
  • 2. k.wr ‘14 Metode standar untuk menentukan ammonia dalam sampel air yakni dengan reaksi klasik indophenol-blue. Dalam larutan alkaline pH 10,8 – 11,4, ammonia bereaksi secara kuantitatif dengan hipoklorida membentuk monokloramin. Hasil senyawa bereaksi dengan fenol dalam katalis ion nitroprusida dan adanya sisa jumlah hiploklorida membentuk indofenol- blue. Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk diukur secara spektrofotometri pada 630 nm (Karlberg, 1989). Spektrofotometer UV-Visibel digunakan untuk mengukur absorbansi pada spectrum daerah UV dan visible. Instrument ini merupakan bentuk colorimeter yang dapat menyediakan cahaya monokromatis. Prisma akan memecah cahaya menjadi komponen warnanya dan dapat langsung menjadi cahaya monokromatis dari larutan sampel yang dianalisis. Sorotan cahaya mengandung kekuatan foton. Saat foton mengenai molekul analit, analit akan terabsorb oleh foton, sehingga jumlah foton berkurang (Nair, 2007). ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang diperlukan pada percobaan ini meliputi spektrofotometer UV-Vis, labu takar, gelas beker, pipet ukur, pipet tetes, pipet pump, wadah sampel, kuvet, dan tisu. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan standar NH4 10 ppm, fenol 10%, larutan natrium nitropussida, larutan oksidator, akuades, sampel 1 (ammonia), sampel 2 (ammonia + Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia + nitrit). CARA KERJA Pada pembuatan larutan standar, ke dalam 7 buah labu takar 25 ml dimasukkan berturut-turut 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; dan 0,6 ml larutan standar NH4 10 ppm, ditambahkan tiap labu takar dengan 2 ml larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup serta dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam. Pada penentuan panjang gelombang maksimum indofenol, digunakan larutan yang mengandung 0,3 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai pengukuran dan larutan yang mengandung 0 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai blangko. Pengukuran absorbansi dilakukan untuk panjang gelombang antara 580 – 680 nm dengan interval 10 nm. Pengukuran larutan standar digunakan larutan yang mengandung 0 ml larutan standar NH4 10 ppm sebagai blangko. Kemudian diukur semua larutan standar yang telah dibuat sebelumnya menggunakan panjang gelombang maksimum. Lalu dibuat kurva kalibrasinya. Pada penentuan kandungan ammonia dalam sampel, ke dalam 3 buah labu takar 25 ml dimasukkan 0,3 ml larutan sampel 1, 2, dan 3, serta ditambahkan tiap labu takar dengan 2 ml
  • 3. k.wr ‘14 larutan fenol 10% dan dikocok sampai sempurna. Selanjutnya ditambahkan ke tiap labu takar 1 ml natrium nitroprussida dan 2 ml oksidator, diaduk sampai homogen dan diencerkan tiap labu takar dengan akuades sampai batas. Larutan lalu dituang ke wadah sampel dan ditutup. Setiap jenis sampel dibuat 3 kali. Kemudian larutan dibiarkan pada suhu ruang selama kira-kira 1 jam. Setelah itu, diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang maksimumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN  HASIL PERCOBAAN  Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang (λ) (nm) Absorbansi (A) 580 590 600 610 620 630 640 650 660 670 680 0,015 0,020 0,015 0,030 0,090 0,080 0,075 0,060 0,055 0,040 0,030  Penentuan Kurva Kalibrasi Volume larutan standar NH4 10 ppm (ml) Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (ppm) 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0 0,015 0,025 0,030 0,050 0,100 0,160 0 0,04 0,08 0,12 0,16 0,20 0,24  Penentuan Kandungan Ammonia dalam Sampel Sampel Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (ppm)I II III
  • 4. k.wr ‘14 Sampel I (ammonia) 0,085 0,07 0,065 12,643±1,441 Sampel II (ammonia+Cr(VI) 0,06 0,065 0,065 11,258±0,399 Sampel III (ammonia+nitrit) 0,06 0,07 0,07 11,720±0,799  PEMBAHASAN Pada percobaan ini akan dilakukan penentuan kadar ammonia dalam air metode indofenol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pada analisis ammonia ini dilakukan tiga macam percobaan, yaitu penentuan panjang gelombang maksimum, pembuatan kurva kalibrasi, dan penentuan konsentrasi ammonia dalam beberapa sampel air. Adapun sampel air yang akan dianalisis kadar amonianya, yakni sampel 1 (ammonia), sampel 2 (ammonia+Cr(VI)), dan sampel 3 (ammonia+nitrit). Pada analisis amonia ini digunakan spektrofotometer UV-Vis. Penggunaan spektrofotometer UV-Vis ini dikarenakan pada metode indofenol ini akan membentuk senyawa kompleks indophenol-blue yang berwarna biru. Senyawa indophenol-blue ini tentunya mengandung kromofor, sehingga tentu dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis karena spektrofotometer ini hanya dapat menganalisa senyawa yang mengandung kromofor (zat warna). Metode indofenol merupakan metode untuk menentukan ammonia secara tidak langsung. Larutan oksidator pada percobaan ini merupakan larutan campuran alkali dan larutan hipoklorida, sehingga penambahan oksidator akan mengoksidasi ammonia menjadi suatu amina klorida. Adanya penambahan natrium nitroprusida berfungsi sebagai katalisator yang dapat mempercepat berlangsungnya reaksi, sedangkan penambahan fenol berfungsi untuk pereaksi yang dapat membentuk kompleks dengan ammonia (sebagai pengompleks), sehingga menghasilkan senyawa berwarna biru yang disebut indophenol-blue. Secara lebih jelas, proses reaksi dengan metode indofenol ini terjadi saat larutan yang mengandung ammonia dioksidasi oleh ion hipoklorida (oksidator) menjadi suatu amina klorida (monokloramin). Adanya katalis natrium nitroprusida menyebabkan amina klorida yang terbentuk lalu bereaksi dengan fenol yang telah terdeprotonasi menghasilkan suatu senyawa intermediate. Senyawa intermediate ini kemudian akan bereaksi lagi dengan kelebihan fenol membentuk senyawa kompleks berwarna biru (indophenol-blue). Besarnya jumlah indophenol-blue yang terbentuk inilah yang diukur menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
  • 5. k.wr ‘14 Reaksi selengkapnya yang terjadi adalah sebagai berikut. Jika dilihat dari reaksi di atas, terlihat bahwa 1 mol indophenol-blue sebanding dengan 1 mol ammonia (NH3). Sehingga, walaupun yang dihitung merupakan absorbansi indophenol-blue namun juga dapat dijadikan nilai konsentrasi untuk ammonia karema perbandingan molnya sama. Setiap analisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis, perlu diukur terlebih dahulu panjang gelombang maksimumnya. Hal ini dikarenakan panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang di mana absorbansi yang dialami oleh suatu zat terjadi yang paling besar. Hal ini karena pada panjang gelombang tersebut cahaya yang diserap oleh larutan telah sesuai, sehingga memberikan absorbansi yang maksimum. Cahaya/sinar visible yang diserap sudah merupakan warna komplementer dari warna larutan yang dianalisis. Sehingga, pada panjang gelombang maksimum inilai yang merupakan kondisi paling sesuai untuk melakukan analisis. Pada penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan salah satu jenis larutan standar dengan konsentrasi tertentu (pada percobaan ini digunakan konsentrasi 0,12 ppm). Penggunaan konsentrasi yang akan digunakan tidak terlalu berpengaruh ingin digunakan konsentrasi berapapun asalkan saat pengujian selalu digunakan konsentrasi yang sama. Pengujian dilakukan pada panjang gelombang 580 – 680 nm dengan interval 10 nm. Semakin pendek interval yang digunakan akan semakin baik karena akan lebih teliti. Larutan yang akan diuji dimasukkan ke dalam kuvet. Penggunaan kuvet harus dengan bentuk dan ukuran yang sama antara satu larutan dengan yang lainnya. Hal ini dimaksudkan agar luasan daerah paparan penyerapan sinar oleh larutan dapat sama pada setiap analisis larutan. Jika penggunaan ukuran kuvet berbeda, maka dapat mempengaruhi perbandingan hasil absorbansi yang terjadi. Penuangan larutan yang akan dianalisis juga harus sama pada setiap larutan (volumenya harus sama). Hal ini dikarenakan jika volumenya berbeda antar larutan, maka tentu saja besarnya komposisi yang terpapar oleh sinar pun akan berbeda, sehingga juga dapat mempengaruhi perbandingan absorbansi yang terjadi. Sebelum
  • 6. k.wr ‘14 dimasukkan ke sel sampel, bagian luar kuvet juga perlu dibersihkan agar tidak basah karena dapat berpengaruh pada hasil absorbansinya. Setiap pengukuran spektrofotometri harus ada larutan blangko. Larutan blangko ini bertujuan untuk mengetahui besarnya absorbansi terhadap larutan jika tanpa analit. Larutan blanko biasanya digunakan untuk larutan pembanding dalam analisis atau larutan penetralan karena untuk menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya. Sehingga, saat pengujian dengan spektrofotometri UV-Vis, pengujian harus selalu diawali pengujian terhadap larutan blangko dahulu baru pengujian pada larutan yang akan dianalisis. Berdasarkan hasil percobaan penentuan panjang gelombang maksimum, diperoleh nilai absorbansi tertinggi yakni pada 0,09 yang diperoleh saat nilai panjang gelombangnya 620 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang maksimumnya yakni 620 nm. Jika dibandingkan dengan teoritis, diketahui bahwa kompleks indophenol-blue menyebabkan larutan berwarna biru. Warna ini merupakan warna yang diamati, namun warna yang diserap merupakan warna komplementernya. Warna biru memiliki warna komplementer oranye dengan panjang gelombang sekitar 630 nm. Sehingga, panjang gelombang 620 nm yang diperoleh sudah mendekati benar karena berada pada rentang panjang gelombang warna oranye yang merupakan warna komplementer dari larutannya. Pada penentuan absorbansi larutan standar, digunakan larutan standar NH4 dengan konsentrasi yang bervariasi, yakni dengan konsentrasi 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm yang diukur absorbansinya dengan menggunakan panjang gelombang 620 nm. Pada sampel dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan pengukurannya. Berdasarkan hasil percobaan penentuan absorbansi larutan standar konsentrasi 0; 0,04; 0,08; 0,12; 0,16; 0,2; dan 0,24 ppm, sehingga dapat dibuat kurva kalibrasi antara C vs A. Kurva akan membentuk garis lurus dengan persamaan garis y = 0,602x – 0,018 dan R2 = 0,846. Dengan menggunakan persamaan garis tersebut, maka absorbansi tiap sampel yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan tersebut dan dapat diketahui konsentrasi ammonia dalam setiap sampel. Pada sampel 1 (ammonia) diperoleh konsentrasi 12,643±1,441 ppm, pada sampel 2 (ammonia+Cr(VI)) diperoleh konsentrasi 11,258±0,399 ppm, dan pada sampel 3 (ammonia+nitrit) diperoleh konsentrasi 11,720±0,799 ppm. Jika dibandingkan dengan batas maksimum kadar ammonia dalam air berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor KEP-51/MENLH/10/1995 dapat dikatakan bahwa ketiga sampel air tersebut telah tercemar ammonia dan tidak layak digunakan. Penggunaan setiap larutan standard dan sampel harus diencerkan dahulu saat preparasi karena proses analisis dengan spektrofotometer tidak bisa dilakukan dengan
  • 7. k.wr ‘14 larutan yang memiliki konsentrasi tinggi. Jika digunakan larutan dengan konsentrasi tinggi justru akan menyebabkan penyimpangan nilai absorbansinya, sehingga grafik yang terbentuk tidak lagi linear. Hal ini karena konsentrasi yang tinggi akan terdapat banyak molekul dalam larutan, sehingga justru terjadi interaksi antar molekul itu sendiri. Hal ini menyebabkan interaksi molekul dengan cahaya atau penyerapan radiasi menjadi tidak maksimal. KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA Departemen Lingkungan Hidup, 1995, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No KEP- 51/MENLH/10/1995, Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Jogyakarta. Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Jenie, dkk., 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Karlberg, B., 1989, Flow Injection Analysis: A Practical Guide, Elsevier Science Publisher, Amsterdam. Nair, A. J., 2007, Principle of Biotechnology, Laxmi Publications, New Delhi. Siregar, S. A., 2005, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. MSDS Ammonia  Sifat fisik dan kimia  Rumus molekul: NH3  Berat molekul : 17,03 g/mol  Titik didih : -33⁰C (-27,4 ⁰F)  Titik beku : -77,7⁰C (-107,9⁰F)  Identifikasi Hazard Tidak merusak atau membakar wadah, tidak menghirup gas ammonia, tidak mengenai pada kulit atau pakaian. Digunakan hanya dengan ventilasi yang memadai, disimpan wadah tertutup, dan dicuci bersih setelah menangani.  P3K  Mata : dibilas dengan air mengalir selama 15 menit dengan kelopak mata terbuka.
  • 8. k.wr ‘14  Kulit : dibilas dengan air dan sabun, serta diberi obat penahan rasa sakit (krim anti bakteri)  Terhirup : mencari udara segar, jika sulit bernafas diberi oksigen  Tertelan : tidak memberi apapun lewat mulut