Dokumen ini menjelaskan tentang eksperimen untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan dengan menggunakan larutan NaCl dalam air. Hasilnya menunjukkan bahwa konsentrasi larutan berbanding lurus dengan densitas dan volume molal parsial komponen 2, tetapi berbanding terbalik dengan volume molal parsial komponen 1. Semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin besar densitas dan volume molal parsial komponen 2-nya, tetapi semakin ke
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Volume molal parsial
1. VOLUME MOLAL PARSIAL
TUJUAN
Menentukan volume molal parsial komponen larutan
PEMBAHASAN
Percobaan ini bermaksud untuk menentukan volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial merupakan volume dimana terdapat perbandingan antara pelarut dengan zat terlarut, yang ditentukan oleh banyaknya zat mol zat terlarut yang terdapat dalam 1000 gram pelarut.
Pada percobaan ini, larutan yang digunakan yaitu larutan NaCl dan akuades. Alasan penggunaan NaCl dikarenakan NaCl merupakan larutan elekrolit kuat yang akan terurai menjadi ion Na+ dan Cl- di dalam air dan mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan, sehingga disebut dengan volume molal parsial semu. Reaksi yang terjadi pada langkah ini adalah :
Sebelum dimulai kegiatan percobaan, diawali dengan menimbang berat piknometer kosong dan berat piknometer yang berisi akuades. Tujuan mengukur berat piknometer di sini karena hasil berat piknometer kosong dan berat piknometer berisi akuades akan digunakan dalam proses penghitungan volume piknometer nantinya, di mana berat piknometer kosong diasumsikan sebagai Wb dan berat piknometer berisi akuades diasumsikan sebagai Wo.
Saat hendak mengukur berat piknometer berisi akuades, maka tutup piknometer dibuka terlebih dahulu, setelah itu akuades dituangkan ke dalam piknometer hingga penuh, kalau perlu hingga akuades meluber (tumpah) ke luar. Hal ini bertujuan agar saat piknometer nantinya ditimbang, maka dipastikan piknometer telah penuh berisi akuades (tidak ada ruang yang tersisa). Selain itu, juga diusahakan agar saat pengisian larutan atau penutupan piknometer tidak terdapat gelembung udara di dalam piknometer. Hal ini dapat mempengaruhi penghitungan berat piknometer nantinya. Saat kondisi seperti itu, barulah tutup piknometer ditutupkan kembali. Setelah ditutup, tabung (bagian) luar piknometer dibersihkan menggunakan tisu atau serbet agar kering dan tidak mempengaruhi dalam proses penimbangan.
Konsentrasi awal larutan NaCl yang dibuat dari pelarutan seberat 17,5 gram NaCl dalam 100 ml akuades yaitu 3 M. Pencampuran awal dapat dilakukan di dalam gelas beker sampai NaCl dan akuades bercampur sebagian. Setelah itu barulah dimasukkan ke dalam labu ukur untuk proses pengenceran, di mana akuades ditambahkan ke dalam labu ukur sampai tanda batas. Cara demikian pun dilakukan untuk membuat larutan NaCl dengan konsentrasi-konsentrasi lainnya.
2. Proses penimbangan piknometer yang berisi larutan dimulai dari konsentrasi larutan NaOH tinggi ke konsentrasi rendah, sehingga saat selesai ditimbang piknometer perlu dicuci terlebih dahulu hingga benar-benar bersih. Hal ini dilakukan karena piknometer yang digunakan hanya 1 buah, jadi menghindari terjadinya kesalahan yang besar pada percobaan. Mencuci piknometer sebelum digunakan untuk menimbang larutan berikutnya bertujuan agar nantinya berat yang ditimbang untuk yang konsentrasinya kecil tidak dipengaruhi oleh yang konsentrasinya besar. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil di mana dimungkinkan akan menambah berat menjadi agak besar walaupun tidak sama. Sebaliknya, konsentrasinya kecil tidak akan mempengaruhi berat konsentrasi yang besar.
Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi akan menyebabkan perbedaan berat piknometer yang diukur. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl maka semakin tinggi pula berat larutan tersebut (berat piknometer semakin besar). Semakin beratnya ini disebabkan oleh penyusun dari larutan NaCl tersebut. Pada larutan NaCl yang konsentrasinya besar (3 M) akan mengandung lebih banyak zat NaCl yang terlarut daripada air sehingga beratnya menjadi lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan larutan NaCl yang konsentrasinya kecil (0,1875 M) tentunya akan mengandung zat NaCl yang lebih sedikit. Apalagi diketahui bahwa larutan NaCl dibentuk dari pelarutan padatan NaCl. Hal ini akan menyebabkan NaCl memiliki berat molekul yang lebih besar dibandingkan dengan pelarutnya (air).
Berat ini tentunya akan mempengaruhi berat jenis larutan, di mana berat jenis dapat diperoleh dari proses penghitungan pembagian antara berat larutan dengan volume larutan. Sehingga, perbedaan konsentrasi larutan NaCl juga pasti akan menghasilkan densitas yang berbeda-beda pula, di mana semakin tinggi konsentrasi larutan maka densitasnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi suatu larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin banyak.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil percobaan yang menyatakan bahwa saat konsentrasi larutan NaCl tertinggi yaitu 3 M, larutan memiliki nilai densitas 1,1129 g/ml. Pada konsentrasi 1,5 M densitasnya 1,0621 g/ml, pada konsentrasi 0,75 M densitasnya 1,0322 g/ml, pada konsentrasi 0,375 M densitasnya 1,0213 g/ml, dan pada konsentrasi terendah yakni 0,1875 M densitasnya 1,0103 g/ml. Urain tersebut jelas menyatakan bahwa nilai densitas suatu larutan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi larutan tersbut.
Jumlah mol solute per kg solven atau biasa disebut molalitas apabila dibandingakan dengan nilai volume molal parsial komponen 1 menyatakan sebuah perbandingan yang terbalik. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan menyatakan bahwa saat nilai molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal harga V₁ nya yaitu 16,756. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₁ nya 17,639. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₁ nya 18,67. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₁ nya 18,77. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₁ nya 18,801.
Hasil di atas telah membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding terbalik terhadap volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut. Sehingga, semakin tinggi
3. nilai molalitas suatu larutan, maka semakin rendah nilai volume molal parsial komponen 1 (V₁) larutan tersebut.
Kejadian yang terdapat pada V₁ ternyata bertolakbelakang dengan kejadian yang terjadi pada V₂. Pada penentuan volume molal parsial komponen 2 (V₂) diperoleh hasil bahwa nilai molalitas larutan berbanding lurus dengan nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂). Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil perhitungan yang diperoleh, di mana pada molalitas larutan tertinggi yaitu 3,199 molal, harga V₂ nya 47,83. Pada molalitas 1,539 molal, harga V₂ nya 26,63. Pada molalitas 0,7588 molal, harga V₂ nya 12,36. Pada molalitas 0,3752 molal, harga V₂ nya 2,37. Sedangkan pada molalitas terendah yaitu 0,1876 molal, harga V₂ nya -4,56.
Hasil perhitungan tersebut membuktikan bahwa molalitas larutan berbanding lurus terhadap volume molal parsial komponen 2 (V₂). Sehingga, semakin tinggi nilai molalitas larutan tersebut, maka semakin tinggi pula nilai volume molal parsial komponen 2 (V₂) larutan tersebut.