SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Laporan Praktikum Biologi Perikanan 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO 
(Clarias gariepinus) 
Dosen Penanggung Jawab 
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si 
Ani Suryanti, S.Pi, M.Si 
Oleh 
Tiur Natalia Manalu 
120302028 
VI / B 
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN 
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN 
FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 
MEDAN 
2014
KATA PENGANTAR 
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi Perikanan. Laporan praktikum ini berjudul „‟Seksualitas Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)‟‟. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka membuka wawasan pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad ikan bilih di perairan. 
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ani Suryani, S.Pi, M.Si, dan Indra Lesmana, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah Biologi Perikanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten laboratorium yang telah membimbing penulis baik di laboratorium maupun dalam pembuatan laporan praktikum ini. 
Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. 
Medan, Mei 2014 
Penulis
DAFTAR ISI 
Halaman 
LEMBAR PENGESAHAN 
KATA PENGANTAR ................................................................................ i 
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii 
PENDAHULUAN 
Latar Belakang.................................................................................... 1 
Tujuan Praktikum ............................................................................... 3 
TINJAUAN PUSTAKA 
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)................................................ 4 
Seksualitas Ikan ................................................................................. 5 
BAHAN DAN METODE 
Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................. 9 
Alat dan Bahan Praktikum .................................................................. 9 
Prosedur Praktikum ............................................................................ 9 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil ................................................................................................... 10 
Pembahasan ........................................................................................ 11 
KESIMPULAN DAN SARAN 
Kesimpulan......................................................................................... 14 
Saran .................................................................................................. 14 
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN 
Latar Belakang 
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan (Burhanuddin, 2008). 
Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 sub kelas, yaitu : Elasmobranchii, Chondrostei, Dipnoi dan Teleostei, masing–masing dengan beberapa Ordo, Famili dan Genus. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh Nepitelium. Diantara sel–sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin. Ikan termasuk vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). Mempunyai otak yang terbagi menjadi region-region. Otak dibungkus dalam tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan - ikan siklostomata, mulut ikan disokong oleh rahang. Telinga hanya
terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Ummi, 2011). 
Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan di muka bumi ini selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dari penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara memperoleh makanan, reproduksi dan lain-lain. Kaji banding karakter morfologi baik secara internal maupun eksternal dapat menjadi acuan dalam bidang ichtiology dan rekayasa genetika. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi (Rohansyah, dkk., 2010). 
Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Ummi, 2011). 
Nama „lele‟ tidak dikenal di negara selain Indonesia. Lele adalah nama lokal untuk menyebut ikan yang tak bersisik, hidup di perairan tawar, mempunyai 
barbel (sungut), berwarna hitam, kecoklatan atau abu-abu, serta berkepala gepeng (depressed). Jika orang Indonesia menyebutnya dengan „lele‟ maka penduduk dunia menamai dengan air breathing catfish (catfish yang dapat bernapas di udara), walking catfish (catfish yang dapat berjalan di daratan), atau labyrinth catfish (catfish yang mempunyai organ pernapasan tambahan). Ada pula yang menyebut dengan sharptooth catfish karena mempunyai gigi halus yang tajam dan sangat banyak. Catfish sendiri adalah julukan penduduk dunia untuk menyebut seluruh kerabat ikan lele yang tergolong dalam Ordo Siluriformes, termasuk ikan yang tak berkepala gepeng seperti ikan patin. Ordo Siluriformes tediri dari berbagai jenis ikan yang sangat bervariasi mulai dari ukuran yang sangat besar hingga yang terkecil 22 inch. Caftish terbesar dilaporkan hingga mencapai 290 kg dengan panjang 13 m. Dilaporkan terdapat 2200 species catfish di dunia ini, yang 
tergolong dalam 34 famili (Sinjal, 2007). 
Tujuan Praktikum 
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 
1. Untuk mengetahui dan mengenal secara langsung alat kelamin pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). 
2. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin jantan dan betina berdasarkan ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder pada ikan. 
3. Untuk mengetahui perbedaan ciri seksual sekunder dimorfisme dan dikromatisme pada ikan lele. 
4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari 
Manfaat Praktikum 
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Biologi Perikanan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA 
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 
Ikan lele mudah dikenali dari bentuk tubuh yang bulat memanjang, tak bersisik dan licin. Warnanya bervariasi dari kelabu, kehijauan, kecoklatan, hingga 
hitam legam. Pada ikan lele dumbo, warna dapat berubah menjadi pudar bertotol loreng ketika sedang dalam keadaan stress. Jika kondisi telah membaik dan ikan tidak stress, maka warna akan kembali seperti sedia kala. Anatomi eksternal ikan sangat berguna dalam penentuan klasifikasi ikan terutama berdasarkan morfologinya melalui pengukuran morfometrik dan meristik. Pengukuran morfometrik adalah pengukuran karakter morfometri ikan dan meristik adalah penghitungan karakter morfologi pada bagian-bagian yang biasa dihitung seperti jumlah gill raker, jumlah jari-jari lunak sirip dorsal, dan lain sebagainya. Pada kepala ikan lele terdapat organ sensor berupa sepasang mata sebagai alat penglihatan dan sepasang lubang hidung (nostril) sebagai alat pembauan. Organ sensor berfungsi menerima rangsangan atau informasi yang diterima dan meneruskan rangsangan tersebut ke otak (Sinjal, 2007). 
Menurut Farikhah (2014), ikan lele dumbo disebut pula mudfish, giant clarias, African catfish atau magur. Karakter yang menonjol adalah ukuran tubuhnya yang relatif besar dan laju pertumbuhannya yang cepat. Ikan lele dumbo akan terus tumbuh sepanjang tersedia pakan yang cukup dan kualitas perairannya mendukung. Dilaporkan ikan dapat mencapai bobot 60 kg dengan panjang 150 cm. Bentuk badannya bulat memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi. Bukaan insang cukup lebar, organ pernapasan tambahan (arborescent organ) muncul dari gillarch. Lengkung insang pertama mempunyai 24 hingga 110 gillrakers; cleithrum runcing. Mulut bertipe terminal, artinya berada tepat di moncong depan dan ukurannya cukup lebar. Terdapat empat pasang barbel (sungut) yang tiap pasangan tidak sama panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang. Sirip-sirip dorsal dan analnya memanjang hingga batang ekor. Pada sirip pektoral terdapat jari-jari sirip keras (patil) tak beracun. Sirip ekor membulat bertipe rounded. Adapun klasifikasi lele dumbo adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia 
Filum : Chordata 
Kelas : Octaryophys 
Ordo : Siluriformes 
Famili : Clariidae 
Genus : Clarias 
Spesies : Clarias gariepinus 
Seksualitas Ikan 
Seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovum. Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. Testis beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan jantan, sedangkan ovari beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan betina. Nisbah ikan jantan dan ikan betina diperkirakan mendekati 1:1, berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap relatif sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap (Jayadi, 2011). 
Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi 
menjadi dua yaitu: a) sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan, b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam
pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam (Agus, 2011). 
Habitat ikan lele adalah sungai dengan arus air yang tenang seperti danau, rawa, telaga dan waduk. Ikan lele memiliki sifat nokturnal, yaitu aktif dan bergerak mencari makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari hanya berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina, yaitu: a) bentuk kepala jantan lebih kecil dari lele betina, b) warna kulit dada lele jantan lebih gelap bila dibandingkan lele betina, c) lele jantan pada alat kelamin (papilla) agak menonjol dan memanjang ke arah belakang sedangkan betina membulat, d) gerakan lele jantan lebih aktif dan lincah sedangkan lele betina tidak, e) tulang kepala pendek dan agak pipih pada lele jantan sedangkan lele betina panjang dan agak sembung, f) perut lele jantan lebih ramping dan kenyal sedangkan betina buncit atau gembung dan lembek, g) ele jantan tidak dapat distriping sedangkan betina dapat. Jika dstriping lele betina akan mengeluarkan telur (Afiesh, 2014). 
Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang hubungannya dengan mata rantai lainnya akan menjamin kelangsungan hidup spesies. Pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan semakin bertambahnya ukuran ikan. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dibagi atas dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap
pertumbuhan gonad hingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual (gamet). Tahap pertumbuhan berlangsung sejak ikan menetas atau lahir hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap pematangan berlangsung setelah ikan dewasa. Proses pematangan akan terus berlangsung dan akan berkesenambungan selama fungsi reproduksi ikan berjalan normal. Selama proses perkembangan gonad baik pada tahap pertumbuhan maupun tahap pematangan, gonad ikan akan mengalami serangkaian perubahan secara sitologik, histologik dan morfologik, sejalan dengan ini gonad juga akan mengalami perubahan berat, volume dan morfologi (Sukendi, 2008). 
Reproduksi atau perkawinan (fertilization) pada ikan pada umumnya adalah proses yang sangat kompleks, termasuk pada ikan lele. Proses perkawinan ditandai oleh bertemunya sel telur dengan sel sperma. Tidak seperti pada mamalia, pada ikan lele pertemuan tersebut terjadi di air, sehingga dinamakan perkawinan di luar tubuh (external fertilization). Proses tersebut dapat terjadi hanya jika ada interaksi yang saling mendukung antara faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal adalah kesiapan ikan secara fisiologis, sedangkan faktor eskternal yaitu factor lingkungan. Ikan lele yang siap kawin ditandai dari ciri-ciri fisiknya, disamping faktor usia. Ciri fisik yang menonjol adalah perut yang sangat buncit pada betina sedangkan jantan tampak sangat agresif mengejar betina. Ikan mulai mencapai kematangan seksual ketika berumur 1 tahun dengan panjang tubuh berkisar 150 hingga 750 mm. Pematangan gonad terjadi pada musim hujan, dimana suhu perairan yang ideal di atas 220C (Sinjal, 2007). 
Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Masa pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochronal) yang berlangsung sampai beberapa hari. Pada ikan maupun avertebrata sering dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus, yaitu modus pertama terdiri dari telur yang matang dan modus kedua
terdiri dari telur tidak matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Selanjutnya frekuensi pemijahan digambarkan dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok telur yang telah matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang terlepas dari kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim pemijahan berikutnya (Jayadi, 2010). 
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi. Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormone tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Agus, 2011). 
Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidakaktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi (Agus, 2011).
METODE PRAKTIKUM 
Waktu dan Tempat Praktikum 
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. 
Alat dan Bahan Praktikum 
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah alat bedah untuk memotong bagian perut ikan lele yang akan diambil gonadnya, kateter untuk mengambil gamet ikan yang matang gonad dari lubang genital, nampan sebagai wadah ikan sampel, kertas millimeter untuk mengukur panjang total ikan, kain lap untuk membersihkan peralatan yang dipakai, tissue untuk membersihkan peralatan bedah, alat tulis untuk mencatat data pengamatan dan kamera digital sebagai dokumentasi. 
Bahan yang digunakan adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah matang gonad dan air untuk mencuci peralatan yang digunakan. 
Prosedur Praktikum 
1. Diidentifikasi data morfometrik ikan lele yang akan diamati meliputi: panjang total (TL), panjang baku (SL) dan panjang fork (FL). 
2. Digambar ikan pada kertas A4 dan dicatat penampakan ciri seksual sekunder (dimorfisme dan dikromatisme) pada individu jantan atau betina. 
3. Dilakukan penstripingan pada individu ikan untuk mendapatkan gametnya atau lakukan pengambilan gamet dengan menggunakan kateter. 
4. Dibedah perut individu ikan dengan alat bedah dan diamati serta dicatat gonad yang dimiliki individu ikan tersebut. 
5. Diukur diameter beberapa butir telur dan diuraikan secara lengkap perbedaan penampakan ciri seksual primer dan sekunder dari individu ikan. 
6. Diambil foto dari setiap perlakuan pengamatan terhadap ikan nila sebagai tujuan dokumentasi dan ditabulasi semua data kelompok yang diperoleh.
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil 
Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 
Gambar 2. Gonad Ikan Jantan 
Gambar 3. Gonad Ikan Betina 
Tabel 1. Pengamatan Morfometrik 
No 
Data Morfometrik 
Ikan Lele Dumbo Jantan (cm) 
Ikan Lele Dumbo Betina (cm) 
Ikan I 
Ikan II 
Ikan III 
Ikan IV 
Ikan V 
Ikan VI 
1 
Panjang Total (TL) 
29 
30 
29.5 
35 
33 
32 
2 
Panjang Baku (SL) 
27 
28 
28 
32.5 
30 
30 
3 
Panjang Fork (FL) 
28.5 
29 
29 
34 
31 
31.5
Tabel 2. Pengamatan Ciri seksual Ikan 
No 
Ciri Seksual Sekunder 
Ciri seksual Primer 
Jantan 
Betina 
Jantan 
Betina 
1 
Ukuran tubuh lebih lebih kecil 
Ukuran tubuh lebih besar dan panjang 
Warna pada badan lebih terang dan pekat 
Warna pada badan memucat dan memudar 
2 
Ada tengkuk kepala 
Tidak ada tengkuk kepala 
Warna pada sirip punggung dan ekor tampak lebih jelas dan kelihatan 
Warna pada sirip punggung dan ekor tampak tidak jelas dan memucat 
3 
Permukaan kepala kasar 
Permukaan kepala halus 
4 
Bentuk abdominal lebih langsing 
Bentuk abdominal membuncit dan besar 
5 
Bentuk papilla genital memanjang 
Bentuk papilla genital seperti tonjolan 
Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh lebih jelas mengikuti bentuk tubuh 
Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh terlihat lebih tipis dan halus 
6 
Jumlah lubang genital 2 
Jumlah lubang genital 2 
7 
Bentuk jari sirip anal memanjang 
Bentuk jari sirip anal memendek 
Warna noktah pada batang ekor pekat seperti warna tubuh lainnya 
Warna noktah pada batang ekor memudar seperti warna tubuh lainnya 
8 
Bentuk jari sirip perut sebelah kiri memanjang 
Bentuk jari sirip perut sebelah kiri memendek 
9 
Bentuk ujung sirip punggung kasar dan runcing 
Bentuk ujung sirip punggung lebih halus dan 
Warna pada dasar sirip dada memucat, sedangkan warna pada dasar sirip perut pekat 
Warna pada dasar sirip dada pekat, sedangkan warna pada dasar sirip perut memucat 
10 
Bentuk lubang genital lebih kecil 
Bentuk lubang genital lebih besar 
Pembahasan 
Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa ikan yang dijadikan dalam pengamatan seksualitasnya adalah ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo yang diamati berjumlah 6, yang terdiri dari 3 indukan ikan lele jantan dan 3 indukan ikan lele betina yang telah matang gonad. Pada umumnya ikan lele mempunyai ciri morfometrik dan merimetik yang membedaknnya dengan ikan lain. Menurut literatur Farikhah (2014), yang menjelaskan bahwa karakter yang menonjol adalah
ukuran tubuhnya yang relatif besar dan laju pertumbuhannya yang cepat. Bentuk badannya bulat memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi. Lengkung insang pertama mempunyai 24 hingga 110 gillrakers; cleithrum runcing. 
Ciri seksual ikan lele yang diamati dalam praktikum dibagi menjadi dua, yaitu dengan melihat bentuk dan warna tubuh ikan dari luar serta dengan melakukan pembedahan bagian abdominal ikan lele untuk mengetahui jenis kelaminnya. Menurut literature Jayadi (2011), yang mengatakan bahwa seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovum. Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. 
Sebelum ikan lele diidentifikasi seksualitasnya, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang total (TL), panjang baku (SL) dan panjang Fork (FL). Indukan ikan lele betina mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar dan lebih panjang dari ikan lele jantan, yaitu berkisar sampai 35 cm, sedangkan indukan jantan berkisar antara 30 cm. Selain itu ikan lele jantan mempunyai permukaan kepala yang kasar, bentuk ujung sirip lebih tebal dan meruncing, bentuk abdominal yang lebih ramping, bentuk papilla genital tampak lurus dan jelas, jumlah lubang genital ada dua, bentuk lubang genital lebih kecil dan berwarna merah, bentuk slah satu sirip analis lebih besar dan tebal dan bentuk jari sirip perut sebelah kiri melebar. Pada ikan betina, ciri yang tampak dari luar seperti ukuran tubuh yang lebih besar, tidak terdapat tengkuk kepala, permukaan kepala yang halus, bentuk ujung sirip punggung lebih halus, bentuk abdominal membuncit dan besar, bentuk papilla genital seperti tonjolan halus, jumlah lubang genital ada dua, bentuk lubang genital lebih besar dan tampak jelas, serta bentuk salah satu jari sirip anal lebih kecil dan halus. Ciri yang tampak dari luar
permukaan tubuh berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh ikan lele ini dinamkan ciri seksual sekunder monomorfisme. 
Adapun ciri seksual sekunder dikromatisme (dilihat dari warna tubuh) ikan lele jantan yang diperoleh berdasarkan hasil yang pengamatan yaitu warna pada badan lebih jelas dan pekat, warna pada sirip punggung dan ekor kelihatan lebih terang, garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh lebih jelas tampak mengikuti bentuk tubuh, warna noktah pada batang ekor lebih jeals dan warna pada dasar sirip dada mulai memburam sementara pada sirip perut terlihat lebih pekat lagi sesuai dengan warna jenis ikan lele dumbo. Ciri seksual primer pada ikan betina yang diamati yaitu warna pada badan lebih pucat dan tidak terang sesuai jenisnya, warna pada sirip punggung dan ekor mulai memudar, garis-garis pada sirip ekor dan tubuh kelihatan tipis dan tidak pekat, warna noktah pada batang ekor seperti warna pada bagian tubuh lainnya yaitu tidak jelas seperti pada warna ikan jantan dan warna pada dasar sirip lebih pekat serta warna pada sirip perut mulai memudar. 
Pada saat praktikum juga dilakukan pengamatan ciri seksual primer ikan lele, yang dilakukan melalui pembelahan langsung bagian abdominal ikan yang akan diamati gonadnya sehingga dapat ditentukan apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau betina. Pada kegiatan pembedahan tersebut diperoleh gonad yang berisi kantung telur yang berasal dari indukan lele betina, sementara pada indukan jantan diperoleh gonad yang berisi kantung sperma. Kantung telur pada ikan lele berwarna kehijauaan yang berisi sejumlah besar butir telur, sementara pada ikan jantan berwarna putih kekuning-kuningan yang berisi cairan sperma. Gonad pada ikan lele yang telah matang ini digunakan sebagai alat reproduksi untuk menghasilkan populasi atau stock ikan lele di perairan. Menurut literatur Sukendi (2008), yang menjelaskan bahwa pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan semakin bertambahnya ukuran ikan. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dibagi atas dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual (gamet).
KESIMPULAN DAN SARAN 
Kesimpulan 
1. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diamati berjumlah 6 individu, yang terdiri dari 3 indukan ikan lele jantan dan 3 indukan ikan lele betina yang telah matang gonad. 
2. Ciri seksual ikan lele yang diamati dalam praktikum dibagi menjadi dua, yaitu dengan melihat bentuk dan warna tubuh (ciri Seksual sekunder monomorfisme dan dikromatisme) ikan dari luar serta dengan melakukan pembedahan bagian abdominal ikan lele (ciri seksual primer) untuk mengetahui jenis kelaminnya. 
3. Indukan ikan lele dumbo betina yang diidentifikasi mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar dan lebih panjang dari ikan lele jantan, yaitu berkisar sampai 35 cm, sedangkan indukan jantan berkisar antara 30 cm. 
4. Hsil pengamatn menunjukkan warna tubuh indukan ikan lele dumbo jantan lebih menarik dan lebih pekat dibandingkan dengan warna tubuh indukan ikan lele dumbo betina. 
5. Kantung telur pada ikan lele berwarna kehijauaan yang berisi sejumlah besar butir telur, sementara pada ikan jantan berwarna putih kekuning-kuningan yang berisi cairan sperma. 
Saran 
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA 
Afiesh, R. 2014. Ikan Lele (Clarias Sp). Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Padang. 
Agus, E. 2011. Sistem Reproduksi. Universitas Borneo. Tarakan. 
Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah Ikhtiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 
Farikhah. 2014. Jenis-Jenis Ikan Lele yang Dibudi Dayakan di Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Gresik, Jakarta. 
Jayadi, M. H. 2011. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii Müller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. [SKRIPSI] Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. 
Muhotimah. 2013. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (Oreochromis Sp.) Strain Larasati F5 Dan Tetuanya. [SKRIPSI] Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Rohansyah, Elrifadah dan Rini, M. 2010. Kaji Banding Karakter Morfologi Dua Varian Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch). Media Sains. Volume II Nomor 1. 
Sukendi. 2008. Peran Biologi Reproduksi Ikan Dalam Bioteknologi Pembenihan. Fakultas Ilmu Perikanan Dan Kelautan. Universitas Riau, Pekanbaru. 
Sinjal, H. J. 2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Betina Melalui Penambahan Ascorbyl Phosphate Magnesium Sebagai Sumber Vitamin C Dan Implantasi Dengan Estradiol-17. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 
Ummi, H. 2011. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). [DISERTASI] Universitas Bung Hatta. Padang.

More Related Content

What's hot

Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixLaporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixmuthiauthe
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemRatih Sulistyo
 
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...Badiuzzaman
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Yogga Haw
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISnautika
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanmuhammad halim
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan IIbnu Sahidhir
 
Makalah alat tangkap gill net
Makalah alat tangkap gill netMakalah alat tangkap gill net
Makalah alat tangkap gill netPT. SASA
 
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu air
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu airReaksi ikan terhadap perubahan suhu air
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu airMukhamad Mardiansyah
 

What's hot (20)

Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fixLaporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
Laporan analisi pertumbuhan ikan nila fix
 
Sampling plankton
Sampling planktonSampling plankton
Sampling plankton
 
Kepiting Bakau
Kepiting BakauKepiting Bakau
Kepiting Bakau
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...TUGAS MATA KULIAH  MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN  (ALAT BANTU PURSE S...
TUGAS MATA KULIAH MESIN DAN ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN (ALAT BANTU PURSE S...
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
Oogenesis pada ikan
Oogenesis pada ikanOogenesis pada ikan
Oogenesis pada ikan
 
Domestikasi
DomestikasiDomestikasi
Domestikasi
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
 
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
Adaptasi  Fisiologis Hewan AirAdaptasi  Fisiologis Hewan Air
Adaptasi Fisiologis Hewan Air
 
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATISALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
ALAT TANGKAP AKTIF, PASIF DAN STATIS
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
Ikhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikanIkhtiologi hormon pada ikan
Ikhtiologi hormon pada ikan
 
Makalah sisik dan sirip ikan
Makalah sisik dan sirip ikanMakalah sisik dan sirip ikan
Makalah sisik dan sirip ikan
 
Sistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidayaSistem perikanan budidaya
Sistem perikanan budidaya
 
Teknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan ITeknik pembenihan ikan I
Teknik pembenihan ikan I
 
Makalah alat tangkap gill net
Makalah alat tangkap gill netMakalah alat tangkap gill net
Makalah alat tangkap gill net
 
Alat alat pembekuan
Alat alat pembekuanAlat alat pembekuan
Alat alat pembekuan
 
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu air
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu airReaksi ikan terhadap perubahan suhu air
Reaksi ikan terhadap perubahan suhu air
 
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
 

Viewers also liked

Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)Firah Alam
 
Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)Afiesh sp
 
Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01hassanfpk
 
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan leleLaporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan leleMonika Sari
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriAditya Rendra
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)fadlidera
 
Sistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanSistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanAsep Warsono
 
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)Iqmal Muttaqin
 
Mollusca dan Arthropoda - Biologi
Mollusca dan Arthropoda - BiologiMollusca dan Arthropoda - Biologi
Mollusca dan Arthropoda - BiologiFarida Dadari
 

Viewers also liked (18)

Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
Tingkah Laku Lele (clarias Batrachus)
 
Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)Ikan lele (Clarias sp)
Ikan lele (Clarias sp)
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Ikan tenggiri
Ikan tenggiriIkan tenggiri
Ikan tenggiri
 
Bri
BriBri
Bri
 
Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01Fertilisasi ikan 01
Fertilisasi ikan 01
 
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan leleLaporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
Laporan anatomi ikan nilem dan ikan lele
 
Phylum mollusca
Phylum molluscaPhylum mollusca
Phylum mollusca
 
Biologi (molusca)
Biologi (molusca)Biologi (molusca)
Biologi (molusca)
 
Acara 2 morfologi ikan
Acara 2 morfologi ikanAcara 2 morfologi ikan
Acara 2 morfologi ikan
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
 
Manajemen induk
Manajemen indukManajemen induk
Manajemen induk
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
 
Sistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikanSistem reproduksi pada ikan
Sistem reproduksi pada ikan
 
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
contoh skripsi (BUDIDAYA IKAN LELE)
 
Pisces
PiscesPisces
Pisces
 
Mollusca dan Arthropoda - Biologi
Mollusca dan Arthropoda - BiologiMollusca dan Arthropoda - Biologi
Mollusca dan Arthropoda - Biologi
 
Isi eritrosit
Isi eritrositIsi eritrosit
Isi eritrosit
 

Similar to SEKSUALITAS (20)

Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyu
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
Usulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengkiUsulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengki
 
Taksonomi hewan
Taksonomi hewanTaksonomi hewan
Taksonomi hewan
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 
Budidaya ikan lele
Budidaya ikan leleBudidaya ikan lele
Budidaya ikan lele
 
Makalah klasifikasi makhluk hidup...........
Makalah klasifikasi makhluk hidup...........Makalah klasifikasi makhluk hidup...........
Makalah klasifikasi makhluk hidup...........
 
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docxMANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
 
Subsistem hulu hilir komoditi lele
Subsistem hulu   hilir komoditi leleSubsistem hulu   hilir komoditi lele
Subsistem hulu hilir komoditi lele
 
Hewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjauHewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjau
 
Hewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxHewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptx
 
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameiiMinggu ke 4  t.p. udang penaeid vannameii
Minggu ke 4 t.p. udang penaeid vannameii
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 
pencernaan fiswan.pptx
pencernaan fiswan.pptxpencernaan fiswan.pptx
pencernaan fiswan.pptx
 

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (9)

GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
LAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARATLAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARAT
 
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 

SEKSUALITAS

  • 1. Laporan Praktikum Biologi Perikanan SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Dosen Penanggung Jawab Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 VI / B LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkatNya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Biologi Perikanan. Laporan praktikum ini berjudul „‟Seksualitas Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)‟‟. Laporan praktikum ini dibuat dalam rangka membuka wawasan pengetahuan mengenai tingkat kematangan gonad ikan bilih di perairan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ani Suryani, S.Pi, M.Si, dan Indra Lesmana, S.Pi, M.Si, selaku dosen pembimbing mata kuliah Biologi Perikanan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang dan kakak asisten laboratorium yang telah membimbing penulis baik di laboratorium maupun dalam pembuatan laporan praktikum ini. Penulis menyadari bahwa dalam mengerjakan laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan ke depan. Semoga laporan praktikum ini bisa bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Medan, Mei 2014 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................. ii PENDAHULUAN Latar Belakang.................................................................................... 1 Tujuan Praktikum ............................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)................................................ 4 Seksualitas Ikan ................................................................................. 5 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................. 9 Alat dan Bahan Praktikum .................................................................. 9 Prosedur Praktikum ............................................................................ 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ................................................................................................... 10 Pembahasan ........................................................................................ 11 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan......................................................................................... 14 Saran .................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 spesies yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan (Burhanuddin, 2008). Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 sub kelas, yaitu : Elasmobranchii, Chondrostei, Dipnoi dan Teleostei, masing–masing dengan beberapa Ordo, Famili dan Genus. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh Nepitelium. Diantara sel–sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin. Ikan termasuk vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). Mempunyai otak yang terbagi menjadi region-region. Otak dibungkus dalam tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan - ikan siklostomata, mulut ikan disokong oleh rahang. Telinga hanya
  • 5. terdiri dari telinga dalam, berupa saluran-saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Ummi, 2011). Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan di muka bumi ini selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dari penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara memperoleh makanan, reproduksi dan lain-lain. Kaji banding karakter morfologi baik secara internal maupun eksternal dapat menjadi acuan dalam bidang ichtiology dan rekayasa genetika. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi (Rohansyah, dkk., 2010). Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan berlangsung pada sebagian besar individu yang hidup dipermukaan bumi ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahun. Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah. Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang
  • 6. memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Ummi, 2011). Nama „lele‟ tidak dikenal di negara selain Indonesia. Lele adalah nama lokal untuk menyebut ikan yang tak bersisik, hidup di perairan tawar, mempunyai barbel (sungut), berwarna hitam, kecoklatan atau abu-abu, serta berkepala gepeng (depressed). Jika orang Indonesia menyebutnya dengan „lele‟ maka penduduk dunia menamai dengan air breathing catfish (catfish yang dapat bernapas di udara), walking catfish (catfish yang dapat berjalan di daratan), atau labyrinth catfish (catfish yang mempunyai organ pernapasan tambahan). Ada pula yang menyebut dengan sharptooth catfish karena mempunyai gigi halus yang tajam dan sangat banyak. Catfish sendiri adalah julukan penduduk dunia untuk menyebut seluruh kerabat ikan lele yang tergolong dalam Ordo Siluriformes, termasuk ikan yang tak berkepala gepeng seperti ikan patin. Ordo Siluriformes tediri dari berbagai jenis ikan yang sangat bervariasi mulai dari ukuran yang sangat besar hingga yang terkecil 22 inch. Caftish terbesar dilaporkan hingga mencapai 290 kg dengan panjang 13 m. Dilaporkan terdapat 2200 species catfish di dunia ini, yang tergolong dalam 34 famili (Sinjal, 2007). Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan mengenal secara langsung alat kelamin pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). 2. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin jantan dan betina berdasarkan ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder pada ikan. 3. Untuk mengetahui perbedaan ciri seksual sekunder dimorfisme dan dikromatisme pada ikan lele. 4. Mampu mengaplikasikan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Biologi Perikanan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
  • 7. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan lele mudah dikenali dari bentuk tubuh yang bulat memanjang, tak bersisik dan licin. Warnanya bervariasi dari kelabu, kehijauan, kecoklatan, hingga hitam legam. Pada ikan lele dumbo, warna dapat berubah menjadi pudar bertotol loreng ketika sedang dalam keadaan stress. Jika kondisi telah membaik dan ikan tidak stress, maka warna akan kembali seperti sedia kala. Anatomi eksternal ikan sangat berguna dalam penentuan klasifikasi ikan terutama berdasarkan morfologinya melalui pengukuran morfometrik dan meristik. Pengukuran morfometrik adalah pengukuran karakter morfometri ikan dan meristik adalah penghitungan karakter morfologi pada bagian-bagian yang biasa dihitung seperti jumlah gill raker, jumlah jari-jari lunak sirip dorsal, dan lain sebagainya. Pada kepala ikan lele terdapat organ sensor berupa sepasang mata sebagai alat penglihatan dan sepasang lubang hidung (nostril) sebagai alat pembauan. Organ sensor berfungsi menerima rangsangan atau informasi yang diterima dan meneruskan rangsangan tersebut ke otak (Sinjal, 2007). Menurut Farikhah (2014), ikan lele dumbo disebut pula mudfish, giant clarias, African catfish atau magur. Karakter yang menonjol adalah ukuran tubuhnya yang relatif besar dan laju pertumbuhannya yang cepat. Ikan lele dumbo akan terus tumbuh sepanjang tersedia pakan yang cukup dan kualitas perairannya mendukung. Dilaporkan ikan dapat mencapai bobot 60 kg dengan panjang 150 cm. Bentuk badannya bulat memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi. Bukaan insang cukup lebar, organ pernapasan tambahan (arborescent organ) muncul dari gillarch. Lengkung insang pertama mempunyai 24 hingga 110 gillrakers; cleithrum runcing. Mulut bertipe terminal, artinya berada tepat di moncong depan dan ukurannya cukup lebar. Terdapat empat pasang barbel (sungut) yang tiap pasangan tidak sama panjang, ada yang pendek dan ada yang panjang. Sirip-sirip dorsal dan analnya memanjang hingga batang ekor. Pada sirip pektoral terdapat jari-jari sirip keras (patil) tak beracun. Sirip ekor membulat bertipe rounded. Adapun klasifikasi lele dumbo adalah sebagai berikut :
  • 8. Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Octaryophys Ordo : Siluriformes Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias gariepinus Seksualitas Ikan Seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovum. Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. Testis beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan jantan, sedangkan ovari beserta salurannya merupakan ciri seksual primer ikan betina. Nisbah ikan jantan dan ikan betina diperkirakan mendekati 1:1, berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap relatif sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap (Jayadi, 2011). Pada umumnya ikan jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih menarik dari pada ikan betina. Pada dasarnya sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua yaitu: a) sifat seksual sekunder yang bersifat sementara, hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja. Misalnya “ovipositor”, yaitu alat yang dipakai untuk menyalurkan telur ke bivalvia, adanya semacam jerawat di atas kepalanya pada waktu musim pemijahan. Banyaknya jerawat dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk tanda menentukan spesies, contohnya ikan Nocomis biguttatus dan Semotilus atromaculatus jantan, b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya tanda bulatan hitam
  • 9. pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium pada Gambusia affinis, clasper pada golongan ikan Elasmobranchia, warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan karang, ikan Photocornycus yang berparasit pada ikan betinanya dan sebagainya. Biasanya tanda seksual sekunder itu terdapat positif pada ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan), bagian yang menjadi tanda seksual sekunder menghilang, tetapi pada ikan betina tidak menunjukkan sesuatu perubahan. Sebaliknya tanda bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari hormon yang dikeluarkan oleh testis mempunyai peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan Amia menunjukkan bahwa hormon yang dikeluarkan oleh ikan betina menjadi penghalang timbulnya tanda bulatan hitam (Agus, 2011). Habitat ikan lele adalah sungai dengan arus air yang tenang seperti danau, rawa, telaga dan waduk. Ikan lele memiliki sifat nokturnal, yaitu aktif dan bergerak mencari makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari hanya berdiam diri dan berlindung di tempat gelap. Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina, yaitu: a) bentuk kepala jantan lebih kecil dari lele betina, b) warna kulit dada lele jantan lebih gelap bila dibandingkan lele betina, c) lele jantan pada alat kelamin (papilla) agak menonjol dan memanjang ke arah belakang sedangkan betina membulat, d) gerakan lele jantan lebih aktif dan lincah sedangkan lele betina tidak, e) tulang kepala pendek dan agak pipih pada lele jantan sedangkan lele betina panjang dan agak sembung, f) perut lele jantan lebih ramping dan kenyal sedangkan betina buncit atau gembung dan lembek, g) ele jantan tidak dapat distriping sedangkan betina dapat. Jika dstriping lele betina akan mengeluarkan telur (Afiesh, 2014). Reproduksi merupakan salah satu mata rantai dalam siklus kehidupan yang hubungannya dengan mata rantai lainnya akan menjamin kelangsungan hidup spesies. Pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan semakin bertambahnya ukuran ikan. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dibagi atas dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap
  • 10. pertumbuhan gonad hingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual (gamet). Tahap pertumbuhan berlangsung sejak ikan menetas atau lahir hingga mencapai dewasa kelamin, dan tahap pematangan berlangsung setelah ikan dewasa. Proses pematangan akan terus berlangsung dan akan berkesenambungan selama fungsi reproduksi ikan berjalan normal. Selama proses perkembangan gonad baik pada tahap pertumbuhan maupun tahap pematangan, gonad ikan akan mengalami serangkaian perubahan secara sitologik, histologik dan morfologik, sejalan dengan ini gonad juga akan mengalami perubahan berat, volume dan morfologi (Sukendi, 2008). Reproduksi atau perkawinan (fertilization) pada ikan pada umumnya adalah proses yang sangat kompleks, termasuk pada ikan lele. Proses perkawinan ditandai oleh bertemunya sel telur dengan sel sperma. Tidak seperti pada mamalia, pada ikan lele pertemuan tersebut terjadi di air, sehingga dinamakan perkawinan di luar tubuh (external fertilization). Proses tersebut dapat terjadi hanya jika ada interaksi yang saling mendukung antara faktor internal dengan faktor eksternal. Faktor internal adalah kesiapan ikan secara fisiologis, sedangkan faktor eskternal yaitu factor lingkungan. Ikan lele yang siap kawin ditandai dari ciri-ciri fisiknya, disamping faktor usia. Ciri fisik yang menonjol adalah perut yang sangat buncit pada betina sedangkan jantan tampak sangat agresif mengejar betina. Ikan mulai mencapai kematangan seksual ketika berumur 1 tahun dengan panjang tubuh berkisar 150 hingga 750 mm. Pematangan gonad terjadi pada musim hujan, dimana suhu perairan yang ideal di atas 220C (Sinjal, 2007). Semakin berkembang gonad, telur yang terkandung di dalamnya semakin besar garis tengahnya, sebagai hasil dari pengendapan kuning telur, hidrasi dan pembentukan butir-butir minyak. Sebaran garis telur akan semakin besar seiring dengan perkembangan gonad. Sebaran garis tengah telur mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut. Masa pemijahan tiap-tiap spesies ikan berbeda, ada yang pemijahannya berlangsung dalam waktu singkat (total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang dan pemijahan sebagian demi sebagian (partial spawner/heterochronal) yang berlangsung sampai beberapa hari. Pada ikan maupun avertebrata sering dijumpai distribusi diameter telur bimodal atau dua modus, yaitu modus pertama terdiri dari telur yang matang dan modus kedua
  • 11. terdiri dari telur tidak matang. Model pemijahan ini disebut pemijahan parsial. Selanjutnya frekuensi pemijahan digambarkan dari bentuk sebaran frekuensi diameter telur, dimana kelompok telur yang telah matang digambarkan dari kelompok ukuran diameter telur yang terlepas dari kelompok yang berukuran kecil yang akan dikeluarkan pada musim pemijahan berikutnya (Jayadi, 2010). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan, suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi. Adapun faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan. Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormone tersebut tidak mencukupi dalam tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Agus, 2011). Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentuk air mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidakaktif dan tidak bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi. Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari pada suhu tinggi (Agus, 2011).
  • 12. METODE PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 12 Mei 2014, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah alat bedah untuk memotong bagian perut ikan lele yang akan diambil gonadnya, kateter untuk mengambil gamet ikan yang matang gonad dari lubang genital, nampan sebagai wadah ikan sampel, kertas millimeter untuk mengukur panjang total ikan, kain lap untuk membersihkan peralatan yang dipakai, tissue untuk membersihkan peralatan bedah, alat tulis untuk mencatat data pengamatan dan kamera digital sebagai dokumentasi. Bahan yang digunakan adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang telah matang gonad dan air untuk mencuci peralatan yang digunakan. Prosedur Praktikum 1. Diidentifikasi data morfometrik ikan lele yang akan diamati meliputi: panjang total (TL), panjang baku (SL) dan panjang fork (FL). 2. Digambar ikan pada kertas A4 dan dicatat penampakan ciri seksual sekunder (dimorfisme dan dikromatisme) pada individu jantan atau betina. 3. Dilakukan penstripingan pada individu ikan untuk mendapatkan gametnya atau lakukan pengambilan gamet dengan menggunakan kateter. 4. Dibedah perut individu ikan dengan alat bedah dan diamati serta dicatat gonad yang dimiliki individu ikan tersebut. 5. Diukur diameter beberapa butir telur dan diuraikan secara lengkap perbedaan penampakan ciri seksual primer dan sekunder dari individu ikan. 6. Diambil foto dari setiap perlakuan pengamatan terhadap ikan nila sebagai tujuan dokumentasi dan ditabulasi semua data kelompok yang diperoleh.
  • 13. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Gambar 2. Gonad Ikan Jantan Gambar 3. Gonad Ikan Betina Tabel 1. Pengamatan Morfometrik No Data Morfometrik Ikan Lele Dumbo Jantan (cm) Ikan Lele Dumbo Betina (cm) Ikan I Ikan II Ikan III Ikan IV Ikan V Ikan VI 1 Panjang Total (TL) 29 30 29.5 35 33 32 2 Panjang Baku (SL) 27 28 28 32.5 30 30 3 Panjang Fork (FL) 28.5 29 29 34 31 31.5
  • 14. Tabel 2. Pengamatan Ciri seksual Ikan No Ciri Seksual Sekunder Ciri seksual Primer Jantan Betina Jantan Betina 1 Ukuran tubuh lebih lebih kecil Ukuran tubuh lebih besar dan panjang Warna pada badan lebih terang dan pekat Warna pada badan memucat dan memudar 2 Ada tengkuk kepala Tidak ada tengkuk kepala Warna pada sirip punggung dan ekor tampak lebih jelas dan kelihatan Warna pada sirip punggung dan ekor tampak tidak jelas dan memucat 3 Permukaan kepala kasar Permukaan kepala halus 4 Bentuk abdominal lebih langsing Bentuk abdominal membuncit dan besar 5 Bentuk papilla genital memanjang Bentuk papilla genital seperti tonjolan Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh lebih jelas mengikuti bentuk tubuh Garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh terlihat lebih tipis dan halus 6 Jumlah lubang genital 2 Jumlah lubang genital 2 7 Bentuk jari sirip anal memanjang Bentuk jari sirip anal memendek Warna noktah pada batang ekor pekat seperti warna tubuh lainnya Warna noktah pada batang ekor memudar seperti warna tubuh lainnya 8 Bentuk jari sirip perut sebelah kiri memanjang Bentuk jari sirip perut sebelah kiri memendek 9 Bentuk ujung sirip punggung kasar dan runcing Bentuk ujung sirip punggung lebih halus dan Warna pada dasar sirip dada memucat, sedangkan warna pada dasar sirip perut pekat Warna pada dasar sirip dada pekat, sedangkan warna pada dasar sirip perut memucat 10 Bentuk lubang genital lebih kecil Bentuk lubang genital lebih besar Pembahasan Dari hasil praktikum dapat diketahui bahwa ikan yang dijadikan dalam pengamatan seksualitasnya adalah ikan lele dumbo. Ikan lele dumbo yang diamati berjumlah 6, yang terdiri dari 3 indukan ikan lele jantan dan 3 indukan ikan lele betina yang telah matang gonad. Pada umumnya ikan lele mempunyai ciri morfometrik dan merimetik yang membedaknnya dengan ikan lain. Menurut literatur Farikhah (2014), yang menjelaskan bahwa karakter yang menonjol adalah
  • 15. ukuran tubuhnya yang relatif besar dan laju pertumbuhannya yang cepat. Bentuk badannya bulat memanjang. Kepala besar gepeng (depressed) dan bertulang sangat keras. Matanya kecil dan kurang berfungsi. Lengkung insang pertama mempunyai 24 hingga 110 gillrakers; cleithrum runcing. Ciri seksual ikan lele yang diamati dalam praktikum dibagi menjadi dua, yaitu dengan melihat bentuk dan warna tubuh ikan dari luar serta dengan melakukan pembedahan bagian abdominal ikan lele untuk mengetahui jenis kelaminnya. Menurut literature Jayadi (2011), yang mengatakan bahwa seksualitas ikan perlu diketahui karena dapat digunakan untuk membedakan antara ikan jantan dengan ikan betina. Ikan jantan adalah ikan yang dapat menghasilkan spermatozoa, sedangkan ikan betina adalah ikan yang dapat menghasilkan sel telur atau ovum. Ikan jantan dapat dibedakan dari ikan betina dengan melihat ciri-ciri seksual primer dan sekunder. Ciri seksual primer adalah organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seksual sekunder adalah dengan melihat warna tubuh (sexual dichromastism), morfologi dan bentuk tubuh (sexual dimorphism) yang digunakan untuk membedakan jenis kelamin pada ikan. Sebelum ikan lele diidentifikasi seksualitasnya, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang total (TL), panjang baku (SL) dan panjang Fork (FL). Indukan ikan lele betina mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar dan lebih panjang dari ikan lele jantan, yaitu berkisar sampai 35 cm, sedangkan indukan jantan berkisar antara 30 cm. Selain itu ikan lele jantan mempunyai permukaan kepala yang kasar, bentuk ujung sirip lebih tebal dan meruncing, bentuk abdominal yang lebih ramping, bentuk papilla genital tampak lurus dan jelas, jumlah lubang genital ada dua, bentuk lubang genital lebih kecil dan berwarna merah, bentuk slah satu sirip analis lebih besar dan tebal dan bentuk jari sirip perut sebelah kiri melebar. Pada ikan betina, ciri yang tampak dari luar seperti ukuran tubuh yang lebih besar, tidak terdapat tengkuk kepala, permukaan kepala yang halus, bentuk ujung sirip punggung lebih halus, bentuk abdominal membuncit dan besar, bentuk papilla genital seperti tonjolan halus, jumlah lubang genital ada dua, bentuk lubang genital lebih besar dan tampak jelas, serta bentuk salah satu jari sirip anal lebih kecil dan halus. Ciri yang tampak dari luar
  • 16. permukaan tubuh berdasarkan ukuran dan bentuk tubuh ikan lele ini dinamkan ciri seksual sekunder monomorfisme. Adapun ciri seksual sekunder dikromatisme (dilihat dari warna tubuh) ikan lele jantan yang diperoleh berdasarkan hasil yang pengamatan yaitu warna pada badan lebih jelas dan pekat, warna pada sirip punggung dan ekor kelihatan lebih terang, garis-garis warna pada sirip ekor dan tubuh lebih jelas tampak mengikuti bentuk tubuh, warna noktah pada batang ekor lebih jeals dan warna pada dasar sirip dada mulai memburam sementara pada sirip perut terlihat lebih pekat lagi sesuai dengan warna jenis ikan lele dumbo. Ciri seksual primer pada ikan betina yang diamati yaitu warna pada badan lebih pucat dan tidak terang sesuai jenisnya, warna pada sirip punggung dan ekor mulai memudar, garis-garis pada sirip ekor dan tubuh kelihatan tipis dan tidak pekat, warna noktah pada batang ekor seperti warna pada bagian tubuh lainnya yaitu tidak jelas seperti pada warna ikan jantan dan warna pada dasar sirip lebih pekat serta warna pada sirip perut mulai memudar. Pada saat praktikum juga dilakukan pengamatan ciri seksual primer ikan lele, yang dilakukan melalui pembelahan langsung bagian abdominal ikan yang akan diamati gonadnya sehingga dapat ditentukan apakah ikan tersebut berkelamin jantan atau betina. Pada kegiatan pembedahan tersebut diperoleh gonad yang berisi kantung telur yang berasal dari indukan lele betina, sementara pada indukan jantan diperoleh gonad yang berisi kantung sperma. Kantung telur pada ikan lele berwarna kehijauaan yang berisi sejumlah besar butir telur, sementara pada ikan jantan berwarna putih kekuning-kuningan yang berisi cairan sperma. Gonad pada ikan lele yang telah matang ini digunakan sebagai alat reproduksi untuk menghasilkan populasi atau stock ikan lele di perairan. Menurut literatur Sukendi (2008), yang menjelaskan bahwa pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat diimbangi dengan semakin bertambahnya ukuran ikan. Secara garis besar, perkembangan gonad ikan dibagi atas dua tahap perkembangan utama, yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga ikan mencapai tingkat dewasa kelamin (sexually mature) dan tahap pematangan produk seksual (gamet).
  • 17. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang diamati berjumlah 6 individu, yang terdiri dari 3 indukan ikan lele jantan dan 3 indukan ikan lele betina yang telah matang gonad. 2. Ciri seksual ikan lele yang diamati dalam praktikum dibagi menjadi dua, yaitu dengan melihat bentuk dan warna tubuh (ciri Seksual sekunder monomorfisme dan dikromatisme) ikan dari luar serta dengan melakukan pembedahan bagian abdominal ikan lele (ciri seksual primer) untuk mengetahui jenis kelaminnya. 3. Indukan ikan lele dumbo betina yang diidentifikasi mempunyai bentuk tubuh yang lebih besar dan lebih panjang dari ikan lele jantan, yaitu berkisar sampai 35 cm, sedangkan indukan jantan berkisar antara 30 cm. 4. Hsil pengamatn menunjukkan warna tubuh indukan ikan lele dumbo jantan lebih menarik dan lebih pekat dibandingkan dengan warna tubuh indukan ikan lele dumbo betina. 5. Kantung telur pada ikan lele berwarna kehijauaan yang berisi sejumlah besar butir telur, sementara pada ikan jantan berwarna putih kekuning-kuningan yang berisi cairan sperma. Saran Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Afiesh, R. 2014. Ikan Lele (Clarias Sp). Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas. Padang. Agus, E. 2011. Sistem Reproduksi. Universitas Borneo. Tarakan. Burhanuddin, A. I. 2008. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah Ikhtiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Farikhah. 2014. Jenis-Jenis Ikan Lele yang Dibudi Dayakan di Indonesia. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah Gresik, Jakarta. Jayadi, M. H. 2011. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Pari (Dasyatis Kuhlii Müller & Henle, 1841) yang Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Paotere Makassar. [SKRIPSI] Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Muhotimah. 2013. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (Oreochromis Sp.) Strain Larasati F5 Dan Tetuanya. [SKRIPSI] Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rohansyah, Elrifadah dan Rini, M. 2010. Kaji Banding Karakter Morfologi Dua Varian Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch). Media Sains. Volume II Nomor 1. Sukendi. 2008. Peran Biologi Reproduksi Ikan Dalam Bioteknologi Pembenihan. Fakultas Ilmu Perikanan Dan Kelautan. Universitas Riau, Pekanbaru. Sinjal, H. J. 2007. Kajian Penampilan Reproduksi Ikan Lele (Clarias Gariepinus) Betina Melalui Penambahan Ascorbyl Phosphate Magnesium Sebagai Sumber Vitamin C Dan Implantasi Dengan Estradiol-17. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ummi, H. 2011. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). [DISERTASI] Universitas Bung Hatta. Padang.