SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh 
karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) 
atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan 
daerah fokal di otak yang terganggu. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul 
mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak. Menurut Brunner 
& Sudarth stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai 
darah kebagian otak. 
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 
kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika 
diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang menyebabkan 
lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan 
hidup. (Goldstein dkk, 2006). Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25 pada kelompok 
usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 
tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lloyd dkk, 2009). 
Menurut patofisiologinya, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke 
hemoragic. Stroke iskemik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak 
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini 
dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan 
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian 
neuron. 
Hemiparesis berarti kelemahan pada satu sisi tubuh. Kelemahan dapat terjadi karena 
adanya kerusakan pada fungsi sensorik dan fungsi motorik, di antaranya yaitu jika pasien 
mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang mengarah pada lesi hemisfer serebri
2 
kontralateral dapat menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralateral serta defisit 
sensorik (hemianestesia). Kesulitan berbicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) 
serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer 
dominan ke korteks motorik kanan terganggu. 
Mengingat bahwa yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari – hari adalah tangan 
dan kaki maka sangat penting untuk memperbaiki gangguan fungsi sensorik dan motorik 
pada penderita stroke. Untuk memperbaiki gangguan fungsi sensorik dan motorik 
tersebut, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berupaya memberikan pelayanan 
kesehatan. Salah satunya adalah fisioterapi. 
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukkan kepada individu dan 
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan gerak dan fungsi tubuh 
sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan 
gerak, pelatihan fungsi dan komunikasi (SK MENKES RI No. 1363 / MENKES / SK / 
2001, pasal 11 ayat 2 ). 
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai 
penatalaksanaan fisioterapi yang tepat untuk penderita hemiparese post stroke. 
B. Rumusan Masalah 
1. Apa saja problematika fisioterapi yang terjadi pada kondisi hemiparese sinistra post 
stroke ? 
2. Bagaimana peenatalaksanaan fisioterapi pada kondisi hemiparese sinistra post 
stroke ?
3 
C. Tujuan 
1. Untuk mengetahui problematika fisioterapi yang terjadi pada kondisi hemiparese 
sinistra post stroke. 
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi hemiparese sinistra post 
stroke. 
D. Manfaat 
1. Bagi Institusi pendidikan 
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/i di perpustakaan dan sebagai acuan atau 
pedoman bagi mahasiswa/i yang melakukan penelitian berikutnya. 
2. Bagi penulis 
Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang hemiparese sinistra post 
stroke.
4 
BAB II
5 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. Anatomi dan Fisiologi Otak 
1. Anatomi Otak 
Otak terdiri dari neuron – neuron, sel glia, cairan serebrospinalis, dan 
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama yaitu sekitar 100 
miliar tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron tersebut berbeda – beda. Orang 
dewasa yang mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa di dalam darah 
arterinya hanya membentuk sekitar 2% atau 1,4 kg koneksi neuron dari berat tubuh 
total (Feigin, 2006). 
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang (1) kortek serebri, 
(2) upper motor neuron yang terdiri dari traktus piramidalis dan traktus 
ekstrapiramidalis, (3) vaskularisasi otak dan (4) plastisitas otak. 
a. Kortek serebri 
Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut 
dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus terbentuk 
dari lipatan-lipatan tersebut yang membagi setiap hemispherium menjadi daerah-daerah 
tertentu. 
Berikut beberapa daerah yang penting ; (1) lobus frontalis : area 4 merupakan 
daerah motorik yang utama. Terletak disebelah anterior sulkus sentralis. Lesi daerah 
ini akan menghasilkan parese atau paralysis flaccid kontralateral pada kelompok otot 
yang sesuai. Area 6 merupakan bagian sirkui ttraktus extrapiramidalis.Spasitas lebih 
sering terjadi jika area 6 mengalami ablatio. Area 8 berhubungan dengan pergerakan 
mata dan perubahan pupil. Area 9, 10, 11, 12 adalah daerah asosiasi frontalis; (2) 
Lobus parietalis : area 3, 1, dan 2 merupakan daerah sensorik postsentralis yang 
utama. Area 5 dan 7 adalah daerah asosiasi sensorik; (3) Lobus temporalis : Area 41 
adalah daerah auditoriusprimer. Area 42 merupakan kortek auditorius sekunder atau 
asosiasi.Area 38, 40, 20, 21, dan 22 adalah daerah asosiasi, disini terjadi pemprosesan 
bentuk-bentuk masukan sensorik yang lebih elemental; (4) Lobus occipitalis : Area 17 
yaitu kortek striata, kortek visual yang utama, Area 18 dan 19 merupakan daerah 
asosiasi visual ( Duss, 1996).
6 
Gambar 2.1 
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 2005) 
Gambar 2.2 
Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 2005) 
b. Traktus Piramidalis 
Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima korteks 
serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna masuk ke 
diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai medulla oblongata. 
Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis sebagian besar traktus ini 
merupakan penyilangan di dekusasio piramidalis. Fungsi dari sistem pyramidalis 
berhubungan dengan gerakan terampil dan motorik halus.
7 
Gambar 2.3 
Traktus Piramidalis (Duus, 1996) 
c. Traktus Extrapiramidalis 
Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus palidus, thalamus, 
substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum dan cortex motorik. Traktus 
extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme yang tersusun dari jalur-jalur dari korteks 
motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama dari traktus extrapiramidalis 
berhubungan dengan gerakan yang berkaitan pengaturan sikap tubuh dan integrasi 
otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus extrapiramidalis dapat menghilangkan 
gerakan dibawah sadar.
8 
Gambar 2.4 
Traktus Extrapiramidalis (Duus, 1996) 
d. Vaskularisasi Otak 
Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh pembuluh darah 
yang bercabang-cabang, behubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat 
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002). 
Pengaliran darah keotak dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu oleh 
sepasang arteri karotis interna dan sepasang arteria vertebralis. Keempat arteria ini 
terletak didalam ruang subarakhnoid dan cabang-cabangnya beranastomosis pada 
permukaan inferior otak untuk membentuk circulus willisi.Arteri carotis interna, arteri 
basilaris, arteri cerebri anterior, arteri communican anterior, arteri cerebri posterior 
dan arteri comminicans posterior dan arteria basilaris ikut membentuk sirkulus ini 
(Snell, 2007). 
Faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak, diantaranya adalah (a) 
keadaan arteri, dapat menyempit karena tersumbat oleh thrombus dan embolus, (b) 
keadaan darah, dapat mempengaruhi aliran darah dan suplai oksigen, (c) keadaan
9 
jantung, bila ada kelainan dapat mengakibatkan iskemia di otak (Lumbantobing, 
2004). 
Gambar 2.5 
Circulus Willisi (Chusid, 1993) 
B. Patofisiologis 
1. Definisi Stroke 
Stroke adalah cedera vaskuler akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah 
suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cidera dapat 
disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan 
penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya 
pasokan darah yang memadai (Feigin, 2006). 
2. Etiologi 
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua : (a) Stroke 
hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh 
darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut ; (b) Stroke non 
hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya 
pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat 
suplai terganggu. 
Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non haemoragik dibagi menjadi 4, 
yaitu: (a) TIA (transient ischemik attack) merupakan serangan stroke sementara yang 
berlangsung kurang dari 24 jam ; (b) RIND (reversible ischemic neurologic deficit)
10 
merupakan gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 
21 hari ; (c) progressing stroke atau stroke in evolution merupakan kelainan atau 
deficit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi 
Berat ; (d) complete stroke atau stroke komplit merupakan kelainan neurologis yang 
sudah menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2006). 
3. Patologi 
Pada arteriosklerosis akan timbul aliran turbulensi sehingga trombosit saling 
kontak maka akan menambah plak sampai terjadi sumbatan total. Pada stroke embolik 
penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber pada arteri 
serebral, karotis interna, vertebro-basiler, arkus aorta asendens ataupun katub serta 
endokardium jantung. 
Apabila pembuluh darah tersumbat maka aliran darah menuju otak akan 
terhenti dan bagian otak di sebelah distalnya akan mengalami kerusakan. Akibat 
kerusakan otak tersebut maka kontrol supraspinal (sistem ekstrapiramidalis) terhadap 
aktivitas stretch reflek menghilang dan menurunnya eksitasi sistem inhibisi sehingga 
timbul spatisisitas (Suyono,1992). 
Kerusakan atau kelumpuhan yang dikarenakan lesi pada kapsula interna 
hampir selamanya disertai hipertonus yang khas hal ini dikarenakan pada kapsula 
interna dilewati serabut serabut ekstrapiramidal. Tergantung pada arteri yang terkena 
maka lesi vaskular yang terjadi di kapsula interna dapat mengakibatkan kerusakan 
area disekitarnya seperti radiasio optika, nucleus kaudatus dan putamen sehingga 
hemiplegia akibat lesi kapsula interna memperihatkan kelumpuhan upper motor 
neuron yang disertai oleh rigiditas, atetosis, distonia tremor atau hemianopia. 
4. Tanda dan Gejala 
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan 
derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita pasca 
stroke non haemoragik stadium akut secara umum meliputi ; (a) gangguan motorik : 
kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, gangguan gerak volunter, 
gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi ; (b) gangguan sensoris : gangguan 
perasaan, kesemutan, rasa tebal-tebal ; (c) gangguan bicara : sulit berbahasa (disfasia),
11 
tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia 
sensorik) ; (d) gangguan kognitif (Soetedjo, 2004, dalam Rujito, 2007). 
5. Komplikasi 
Komplikasi yang akan timbul apabila pasien stroke tidak mendapat 
penanganan yang baik. Komplikasi yang dapat muncul antara lain (Suyono,1992): 
a. Abnormal tonus 
Abnormal tonus secara postural mengakibatkan spastisitas. Serta dapat 
menggangu gerak dan menghambat terjadinya keseimbangan. 
b. Sindroma bahu 
Sindrom bahu merupakan komplikasi dari stroke yang dialami sebagian 
pasien. Pasien merasakan nyeri dan kaku pada bahu yang lesi akibat imobilisasi. 
c. Deep vein thrombosis 
Deep vein trombosis akibat tirah baring yang lama, memungkinkan trombus 
terbentuk di pembuluh darah balik pada bagian yang lesi. Hal ini menyebabkan 
oedem pada tungkai bawah. 
d. Kontraktur 
Kontraktur terjadi karena adanya pola sinergis dan spastisitas. Apabila 
dibiarkan dalam waktu yang lama akan menyebabkan otot-otot mengecil dan 
memendek. 
6. Diagnosis Banding 
Diagnosis banding antara stroke iskemik dan stroke hemoragik yaitu pada 
stroke iskemik ada nyeri kepala ringan, gangguan kesadaran ringan atau tidak ada, 
dan defisit neurologis atau kelumpuhan berat. Sedangkan pada stroke hemoragik ada 
nyeri kepala yang berat, gangguan kesadaran sedang sampai berat, dan deficit 
neurologis ada yang ringan dan ada yang berat (Junaidi, 2006). 
C. Problematik Fisioterapi
12 
Problematik fisioterapi pada pasien stroke stadium flaccid menimbulkan tingkat 
gangguan. 
1. Impairment 
Impairment atau gangguan tingkat jaringan yaitu gangguan tonus otot secara 
postural, semakin tinggi tonus otot maka akan terjadi spastisitas ke arah fleksi atau 
ektensi yang mengakibatkan terganggunya gerak ke arah normal. Sehingga terjadi 
gangguan kontraksi dan koordinasi yang halus dan bertujuan pada kecepatan dan 
ketepatan gerak anggota gerak atas dan bawah pada sisi lesi. Serta dapat 
mengakibatkan gangguan dalam reaksi tegak, mempertahankan keseimbangan atau 
protective reaction anggota gerak atas dan bawah pada sisi lesi saat melakukan 
gerakan. 
2. Functional limitation 
Functional limitation yang timbul adalah terjadi penurunan kemampuan 
motorik fungsional. Penurunan kemampuan dalam melakukan aktifitas dari tidur 
terlentang seperti mampu melakukan gerakan tangan dan kaki secara aktif saat miring, 
terlentang duduk disamping bed seperti mampu melakukan gerakan menggangkat 
kepala namun saat menurunkan kaki butuh bantuan orang lain agar mampu duduk 
disamping bed, keseimbangan duduk seperti kurang mampu mempertahankan 
keseimbangan duduk, dari duduk ke berdiri seperti masih membutuhkan bantuan 
orang lain, berjalan seperti masih membutuhkan bantuan dari orang lain, fungsi 
anggota gerak atas seperti gerakan mempertahankan posisi lengan ke segala arah dan 
pergerakkan tangan yang terampil seperti mengambil benda dan memindahkan dari 
satu tempat ke tempat lain. 
3. Disability 
Yang termasuk dalam disability adalah terjadi ketidakmampuan melakukan 
aktifitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Seperti gangguan dalam 
melakukan aktifitas bekerja karena gangguan psikis dan fisik. 
D. Teknologi Intervensi Fisioterapi
13 
Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri 
dari latihan keseimbangan dan koordinasi, dan latihan fungsional. 
1. Latihan keseimbangan dan koordinasi 
Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium flaccid 
sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien dan dilakukan pada posisi 
terlentang, duduk dan berdiri. Latihan aktif dapat melatih keseimbangan dan 
koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi normal serta melalui latihan 
perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas postur atau kemampuan 
mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti, 2003). Latihan keseimbangan dan 
koordinasi pada pasien stroke non hemoragik stadium flaccid dapat dilakukan secara 
bertahap dengan peningkatan tingkat kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi. 
2. Terapi latihan 
Terapi latihan atau exercise therapy merupakan salah satu usaha pengobatan 
dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya mengunakan latihan-latihan gerakan 
tubuh baik secara aktif maupun pasif. Dengan diberikan terapi latihan dapat menjaga 
dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga dan meningkatkan lingkup gerak sendi, 
mencegah kontraktur, mencegah atrofi otot, serta memajukan kemampuan penderita 
yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta 
bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal.
14 
BAB III 
PELAKSANAAN STUDI KASUS 
A. Keterangan Umum Penderita 
Sebelum kita memberikan tindakan fisioterapi pada kondisi Pasien Paska 
Stroke Hemorage Dextra et causa stroke non hemorragic terlebih dahulu dilakukan 
pemeriksaan yang akurat melalui prosedur yang benar. Hal ini bertujuan untuk 
menegakkan diagnosa dan menentukan langkah-langkah pemberian terapi sesuai dengan 
permasalahan yang terjadi. Pelaksanaan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan sebagai 
berikut : 
A. Anamnesis 
Anamnesis merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mengadakan 
tanya jawab mengenai pasien dan keadaan penyakit pasien Dalam pengkajian 
fisioterapi ini didapatkan melalui anamnesis secara heteroanamnesis (melakukan 
tanya jawab dengan keluarga pasien). Sistem anamnesis dibagi menjadi : 
a. Anamnesis Umum 
Nama : Ny “F” 
Umur : 47 Tahun 
Jenis Kelamin : Perempuan 
Agama : Islam 
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 
Alamat : Jl.Di.Panjaitan.Lr Daruhaman No.122 Rt.28,Rw.10 
b. Anamnesis khusus 
1. Keluhan Utama 
Adanya kelemahan otot pada sisi sebelah kanan. 
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
15 
Lebih kurang januari 2014 pasien mulai merasakan lemas di tangan dan kaki 
sebelah kanan pasien, terjadi pada saat pasien bangun tidur, kemudian pasien 
langsung dibawa ke RS.Muhammadiyah palembang, dan pasien di diagnosa 
mengalami stroke, setelah itu dokter merujuk pasien ke fisioterapi untuk 
dilakukan tindakan terapi. 
RPD : Hipertensi 
RPS : Stroke non hemoragic 
RPK : - 
3) Anamnesis Sistem 
a) Sistem Muskuloskeletal 
Adanya kelemahan pada otot extremitas atas dan bawah sisi dextra 
b) Sistem Nervorum 
Pasien tidak mengeluhkan kesemutan dan rasa tebal-tebal. 
B. Pemeriksaan 
1. Pemeriksaan Fisik 
a. Tanda Vital 
1) Tekanan Darah : 140/80 Mmhg 
2) Denyut Nadi : 84×/menit 
3) Penapasan : 24×/menit 
4) Temperatur : 36,5˚C 
5) Tinggi badan : 165cm 
6) Berat Badan : 62 Kg 
b. Inspeksi 
1) Statis 
- Tampak bahu pasien asimetris lebih tinggi ke kiri 
- Tampak SIAS pasien lebih tinggi ke kanan 
2) Dinamis
16 
- Tampak adanya fase berjalan yang hilang yaitu : initial contact, terminal 
stance, terminal swing. 
c. Palpasi 
Adanya Hipotonus. 
2. Gerakan Dasar 
a. Gerak Aktif 
Pada saat melakukan gerakan aktif pasien mampu melakukan gerakan aktif full 
ROM pada bagian anggota gerak bagian dextra, tanpa disertai nyeri. 
b. Gerak Pasif 
Pada saat dilakukan gerakan pasif full ROM pada bagian anggota gerak bagian 
dextra, tanpa disertai nyeri. 
c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan 
Pasien mampu melawan tahanan secara minimal tanpa disertai rasa nyeri. 
3. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal, dan Interpersonal 
- Pasien memiliki motivasi tinggi untuk sembuh 
- Pasien mampu melakukan perintah dengan baik walaupun harus berfikir lama 
untuk menjalankan perintah dari fisioterapis 
- Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan baik terhadap terapis 
4. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional 
a. Kemampuan Fungsional Dasar 
Pasien mampu tidur miring kekanan dan kiri, mampu duduk, mampu berdiri dan 
berjalan tetapi belum seimbang. 
b. Aktivitas Fungsional 
Pasien mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti : menggenggam, 
menyisir rambut dan mengancing baju
17 
c. Lingkungan Aktivitas 
Lingkungan aktivitas mendukung karena pekerjaan rumahnya dibantu oleh 
keluarga. 
5. Pemeriksaan Spesifik 
a. Kekuatan Otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing ) 
No Nilai Kriteria 
1 5 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi 
dan tahanan maksimal 
2 4 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi 
dan tahanan minimal 
3 3 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi 
4 2 Subyek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan 
gravitasi 
5 1 Kontraksi otot dapat dipalpasi 
6 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi 
Tabel 3.1 keterangan pemeriksaan MMT 
Sendi Otot Penggerak Kanan Normal 
Shoulder Fleksor 3 5 
Ekstensor 3 5 
Abduktor 3 5 
Adduktor 3 5 
Elbow Fleksor 3 5 
Ekstensor 3 5 
Wrist Fleksor 2 5 
Ekstensor 2 5 
Hip Fleksor 3 5 
Ekstensor 3 5 
Abduktor 3 5 
Adduktor 3 5 
Knee Fleksor 4 5 
Ekstensor 4 5 
Ankle Fleksor 2 5 
Ekstensor 3 5 
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan MMT tanggal 05 november 2014
18 
b. Pemeriksaan ADL dengan Indeks Barthel 
Aktifitas Nilai 
Bantu 
an 
Mandi 
1. Makan 5 ri 
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 10 
3. Kebersihan diri, mencuci muka, 5 
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap 
5 
) 
5. Mandi 5 
6. Berjalan di jalan yang datar. 10 
7. Naik turun tangga 5 
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 
9. Mengontrol BAB 10 
10. Mengontrol BAK 10 
Jumlah 70 
Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan indeks barthel tanggal 05 november 2014 
Hasil : pasien mengatalami ketergantungan moderat 
Keterangan : 
0 – 20 : Ketergantungan penuh 
21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung 
62 – 90 : Ketergantungan moderat 
91 – 99 : Ketergantungan ringan 
100 : Mandiri 
c. Pemeriksaan Koordinasi
19 
nilai Jenis Tes 
2 Finger to nose 
3 Finger to therapist finger 
3 Finger to finger 
2 Graps 
3 Heel to knee 
3 Heel to toes 
Tabel 3.4 Hasil pemeriksaan koordinasi tanggal 05 november 2014 
Keterangan : 
1) Tidak mampu melakukan aktifitas. 
2) Keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktifitas tetapi tidak lengkap. 
3) Keterbatasan sedang, dapat menyelesaikan aktifitas tetapi koordinasi tampak 
menurun dengan jelas, gerakan lambat, kaku dan tidak stabil. 
4) Keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktifitas dengan kecepatan dan 
kemampuan lebih lambat sedikit dari normal. 
5) Kemampuan normal. 
d. Gait analisis 
Gambar 3.1 gait analisis 
Dari hasil pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa Ny”F” mengalami kehilangan fase 
berjalan pada fase initial contact, terminal stance, dan terminal swing.
20 
C. Diagnosis Fisioterapi 
1. Impairment : 
- Adanya kelemahan otot pada sisi dextra 
- Adanya fase yang hilang pada saat berjalan yaitu : initial contact, terminal stance, 
terminal swing. 
- Mengalami gangguan koordinasi dan kesimbangan. 
2. Functional limitation : 
- Pasien mengalami kesulitan ADL seperti menyisir rambut, menggenggam, 
mengambil barang, mengancing baju. 
D. Rencana Fisioterapi 
1. Tujuan Jangka pendek : 
- Memperbaiki kemampuan koordinasi dan keseimbangan. 
- Meningkatkan kekuatan otot extremitas atas dan bawah pada sisi dextra. 
2. Tujuan Jangka panjang : 
- Meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional seoptimal mungkin seperti : 
menyisir rambut, menggenggam, mengambil barang, mengancing baju. 
E. Pelaksanaan Fisioterapi 
1. IRR 
a. Persiapan alat : 
- Cek terlebih dahulu kabel dan alatnya 
- Pastikan tidak ada kabel yang terlilit dan terbuka, alatnya tidak rusak 
b. Persiapan pasien : 
- Posisikan pasien ergonomis dan rileks 
- Pada area yang diterapi bebaskan dari pakaian dan aksesoris 
c. Persiapan fisioterapi : 
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan atau terapi 
- Menjelaskan efek-efek dari alat yang diberikan 
d. Penatalaksanaan terapi 
- Posisikan alat terhadap pasien, sesuai area yang akan diterapi
21 
- Hidupkan IRR, lalu atur waktu selama 10-15 menit 
- Tanyakan pada pasien (kontrol terus), tentang efek hangat yang dirasakan 
- Jika terlalu hangat, jauhkan jarak sinarnya 
Gambar 3.2 pelaksanaan terapi dengan IRR 
2. Terapi latihan 
1. Persiapan pasien 
- Pasien diposisikan senyaman mungkin, bebas dari pakaian dan aksesoris 
2. Persiapan fisioterapi 
- Berikan penjelasan terhadap teknik yang akan dilakukan 
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan terapi 
3. Penatalaksanaan terapi 
- Lakukan gerakan dengan aktif berbantuan pada otot yang mengalami 
kelemahan
22 
Gambar 3.3 pelaksanaan terapi latihan 
4. Setelah selesai terapi : 
- Evaluasi sesaat keadaan umum pasien 
- Dokumentasi : catat hasil kemajuan pasien setelah selesai terapi 
F. Prognosis 
Quo Ad Sanam : Bonam 
Quo Ad Vitam : Bonam 
Quo Ad Cosmeticam : Bonam 
Quo Ad Fungsional : Dubia Ad Malam 
G. Evaluasi
23 
1. Hasil Pemeriksaan MMT (Manual Muscle Testing) 
Nopember 2014 05 07 10 12 
Sendi Otot 
penggerak 
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri 
Shoulder 
Fleksor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Abduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Adduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Elbow Fleksor 3 5 3 5 4 5 4 5 
Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Wrist Fleksor 2 5 2 5 2 5 3 5 
Ekstensor 2 5 2 5 2 5 2 5 
Hip 
Fleksor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Abduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Adduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 
Knee Fleksor 4 5 4 5 4 5 4 5 
Ekstensor 4 5 4 5 4 5 4 5 
Ankle Fleksor 2 5 2 5 2 5 3 5 
Ekstensor 3 5 2 5 3 5 3 5 
Tabel 3.5 hasil pemeriksaan MMT awal-akhir 
2. Hasil pemeriksaan dengan Indeks Barthel 
Aktifitas Nilai 
Bantua Mandir 
1. Makan 5 
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10
24 
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5 
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 
5. Mandi 5 
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 10 
7. Naik turun tangga 5 
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 
9. Mengontrol BAB 10 
10. Mengontrol BAK 10 
Jumlah 70 
Tabel 3.6 hasil indeks barthel 
Hasil pemeriksaan pada tanggal 05 November 2014 dengan jumlah nilai 70 
(Ketergantungan moderat). 
Aktifitas Nilai 
Bantua Mandir 
1. Makan 5 
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5 
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 
5. Mandi 5 
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 10 
7. Naik turun tangga 5 
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 
9. Mengontrol BAB 10 
10. Mengontrol BAK 10 
Jumlah 70 
Hasil pemeriksaan pada tanggal 07 November 2014 dengan jumlah nilai 70 
(Ketergantungan moderat). 
Aktifitas Nilai 
Bantua Mandir 
1. Makan 10 
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 10
25 
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 
5. Mandi 5 
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15 
7. Naik turun tangga 5 
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 
9. Mengontrol BAB 10 
10. Mengontrol BAK 10 
Jumlah 85 
Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 November 2014 dengan jumlah nilai 85 
(Ketergantungan moderat). 
Aktifitas Nilai 
Bantua Mandir 
1. Makan 10 
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 
3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 10 
4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 
5. Mandi 5 
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15 
7. Naik turun tangga 5 
8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 
9. Mengontrol BAB 10 
10. Mengontrol BAK 10 
Jumlah 85 
Hasil pemeriksaan pada tanggal 12 November 2014 dengan jumlah nilai 85 
(Ketergantungan moderat). 
3. Hasil pemeriksaan dengan gait analisis 
Tipe gait analisis 
November 2014 
07 11 13 18 
Initial contact - - - - 
Loading respon + + + +
26 
Mid stance + + + + 
Terminal stance - - - - 
Preswing + + + + 
Mid swing + + + + 
Terminal swing - - - - 
Tabel 3.7 Hasil pemeriksaan Gait Analisis awal-akhir 
Ket : 
+ : Ada fasenya. 
- : Tidak ada fasenya. 
4. Hasil pemeriksaan Test Koordinasi 
Jenis Tes 07 
Novembe 
r 2014 
11 
Novembe 
r 2014 
13 
Novembe 
r 2014 
18 
November 
2014 
Finger to nose 2 2 3 3 
Finger to therapist 
3 3 3 3 
finger 
Finger to finger 3 3 3 4 
Graps 2 2 3 3 
Heel to knee 3 3 3 4 
Heel to toes 3 3 4 4 
Tabel 3.8 Hasil pemeriksaan test koordinasi awal-akhir 
Keterangan : 
1. Tidak mampu melakukan aktifitas. 
2. Keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktifitas tetapi tidak lengkap. 
3. Keterbatasan sedang, dapat menyelesaikan aktifitas tetapi koordinasi tampak 
menurun dengan jelas, gerakan lambat, kaku dan tidak stabil. 
4. Keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktifitas dengan kecepatan dan 
kemampuan lebih lambat sedikit dari normal.
27 
5. Kemampuan normal. 
H. Hasil Terapi Akhir 
Pasien yang bernama Ny ”F” 47 tahun dengan kondisi hemiparese dextra pasca 
stroke non hemoragik setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 4 kali 
dengan menggunakan terapi latihan maka didapatkan hasil dimana adanya peningkatan 
kekuatan otot, perubahan pada aktifitas fungsional, perbaikan koordinasi dan 
keseimbangan, dan belum ada perubahan pada gait pasien. 
BAB IV 
PENUTUP 
KESIMPULAN DAN SARAN 
A. Kesimpulan
28 
Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua : (a) Stroke 
hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh 
darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut ; (b) Stroke non 
hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh 
darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat suplai 
terganggu. 
Tanda dan gejala pada penderita pasca stroke non hemorragik stadium akut secara 
umum meliputi ; (a) gangguan motorik : kelemahan atau kelumpuhan separo anggota 
gerak, gangguan gerak volunter, gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi ; (b) 
gangguan sensoris : gangguan perasaan, kesemutan, rasa tebal-tebal ; (c) gangguan 
bicara : sulit berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa 
memahami bicara orang (afasia sensorik) ; (d) gangguan kognitif (Soetedjo, 2004, dalam 
Rujito, 2007). 
Peran fisioterapi sangatlah penting bagi penderita pasca stroke karena untuk 
mengembalikan aktifitas fungsional pasien secara optimal merupakan tujuan utama 
fisioerapi. Salah satunya dengan memberikan terapi latihan yang berfungsi memperbaiki 
otot-otot yang tidak efisien dan mengembalikan gerak-gerak sendi kembali normal. 
Sehingga dapat meningkatkan aktivitas fungsional pasien dengan maksimal. 
B. Saran 
Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk 
dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi 
fisioterapi seperti yang telah di bahas dalam makalah studi kasus ini yaitu electrotherapy 
dan exercise therapy telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam 
mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta 
keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan 
program terapi yang diberikan. 
Kemampuan anggota keluarga memberikan penanganan akan berdampak sangat baik 
bagi pemulihan pasien. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah 
proses pembelajaran sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. 
Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya 
dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Dampak lain adalah
29 
jika pemahaman anggota keluarga kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan 
menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah pula. Hal ini justru akan 
memperlambat proses perkembangan gerak. 
Bagi orang-orang yang beresiko terkena stroke harus melakukan pencegahan terhadap 
serangan stroke tersebut.

More Related Content

What's hot

Presentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologiPresentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologivyamignonette
 
Angka kelahiran-dan-kematian
Angka kelahiran-dan-kematianAngka kelahiran-dan-kematian
Angka kelahiran-dan-kematianagunk91
 
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksiAnatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksiHetty Astri
 
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid Pahala Rumahorbo
 
asuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderasuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderNining Mulyana Sari
 
Anatomi auris
Anatomi aurisAnatomi auris
Anatomi aurisdadadony
 
Presentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf OtonomPresentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf OtonomLia Oktaviani
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikAulia Amani
 
Makalah Aman dan nyaman
Makalah Aman dan nyamanMakalah Aman dan nyaman
Makalah Aman dan nyamansiakadurban
 
Nyeri otot dan nyeri pinggang
Nyeri otot dan nyeri pinggangNyeri otot dan nyeri pinggang
Nyeri otot dan nyeri pinggangIndana Mufidah
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaHetty Astri
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat TIdur
 Asuhan Keperawatan  Kebutuhan Istirahat TIdur Asuhan Keperawatan  Kebutuhan Istirahat TIdur
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat TIdurpjj_kemenkes
 
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.ppt
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.pptAnatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.ppt
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.pptAgusWiwitSuwanto
 

What's hot (20)

Presentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologiPresentasi kasus nefrologi
Presentasi kasus nefrologi
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Angka kelahiran-dan-kematian
Angka kelahiran-dan-kematianAngka kelahiran-dan-kematian
Angka kelahiran-dan-kematian
 
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksiAnatomi fisiologi sistem reproduksi
Anatomi fisiologi sistem reproduksi
 
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid
Referat Penanganan Perdarahan Subarachnoid
 
asuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderasuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulder
 
Anatomi auris
Anatomi aurisAnatomi auris
Anatomi auris
 
Kehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik tergangguKehamilan ektopik terganggu
Kehamilan ektopik terganggu
 
Stroke hemoragik
Stroke hemoragikStroke hemoragik
Stroke hemoragik
 
Presentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf OtonomPresentasi Sistem Saraf Otonom
Presentasi Sistem Saraf Otonom
 
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke HemoragikLaporan Kasus Stroke Hemoragik
Laporan Kasus Stroke Hemoragik
 
Makalah Aman dan nyaman
Makalah Aman dan nyamanMakalah Aman dan nyaman
Makalah Aman dan nyaman
 
Nyeri otot dan nyeri pinggang
Nyeri otot dan nyeri pinggangNyeri otot dan nyeri pinggang
Nyeri otot dan nyeri pinggang
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi WanitaAnatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
Anatomi dan fisiologi Reproduksi Wanita
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat TIdur
 Asuhan Keperawatan  Kebutuhan Istirahat TIdur Asuhan Keperawatan  Kebutuhan Istirahat TIdur
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Istirahat TIdur
 
Leaflet oa
Leaflet oaLeaflet oa
Leaflet oa
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.ppt
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.pptAnatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.ppt
Anatomi_fisiologi_muskuloskeletal_ppt.ppt
 

Viewers also liked (9)

Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Makalah penyakit strok
Makalah penyakit strokMakalah penyakit strok
Makalah penyakit strok
 
142423371 makalah-stroke-hemoragik
142423371 makalah-stroke-hemoragik142423371 makalah-stroke-hemoragik
142423371 makalah-stroke-hemoragik
 
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI PCONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
CONTOH Makalah UAP WAHYU BUDI P
 
Kontraktur
KontrakturKontraktur
Kontraktur
 
Makalah epilepsi upn feb 2013
Makalah epilepsi   upn feb 2013Makalah epilepsi   upn feb 2013
Makalah epilepsi upn feb 2013
 
Laser – Fisioterapi
Laser – FisioterapiLaser – Fisioterapi
Laser – Fisioterapi
 

Similar to makalah (20)

Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE(1).docx
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE(1).docxLAPORAN PENDAHULUAN STROKE(1).docx
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE(1).docx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfSTROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
 
Asuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan StrokeAsuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan Stroke
 
Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan stroke
 
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdfLaporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
 
Modul : Blood Supply of Brain
Modul : Blood Supply of BrainModul : Blood Supply of Brain
Modul : Blood Supply of Brain
 
Anatomi fisiologi goran
Anatomi fisiologi goranAnatomi fisiologi goran
Anatomi fisiologi goran
 
Essay sel punca neural
Essay sel punca neuralEssay sel punca neural
Essay sel punca neural
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
Makalah trauma kapitis
Makalah  trauma kapitisMakalah  trauma kapitis
Makalah trauma kapitis
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
Cva infark cerebral + post op crainotomy
Cva infark cerebral + post op crainotomyCva infark cerebral + post op crainotomy
Cva infark cerebral + post op crainotomy
 
191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal191269270 referat-anestesi-spinal
191269270 referat-anestesi-spinal
 
tak
taktak
tak
 
Ca
CaCa
Ca
 
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxTUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 

Recently uploaded

MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 

Recently uploaded (15)

MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 

makalah

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke menurut WHO adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak yang terganggu. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak. Menurut Brunner & Sudarth stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian per tahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein dkk, 2006). Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25 pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07 pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85 tahun (Lloyd dkk, 2009). Menurut patofisiologinya, stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragic. Stroke iskemik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel, selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Hemiparesis berarti kelemahan pada satu sisi tubuh. Kelemahan dapat terjadi karena adanya kerusakan pada fungsi sensorik dan fungsi motorik, di antaranya yaitu jika pasien mengeluhkan kelemahan pada satu sisi tubuh yang mengarah pada lesi hemisfer serebri
  • 2. 2 kontralateral dapat menyebabkan kelemahan otot dan spastisitas kontralateral serta defisit sensorik (hemianestesia). Kesulitan berbicara (akibat kerusakan area motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan terganggu. Mengingat bahwa yang paling berfungsi dalam kegiatan sehari – hari adalah tangan dan kaki maka sangat penting untuk memperbaiki gangguan fungsi sensorik dan motorik pada penderita stroke. Untuk memperbaiki gangguan fungsi sensorik dan motorik tersebut, Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang berupaya memberikan pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah fisioterapi. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukkan kepada individu dan kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, pelatihan fungsi dan komunikasi (SK MENKES RI No. 1363 / MENKES / SK / 2001, pasal 11 ayat 2 ). Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penatalaksanaan fisioterapi yang tepat untuk penderita hemiparese post stroke. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja problematika fisioterapi yang terjadi pada kondisi hemiparese sinistra post stroke ? 2. Bagaimana peenatalaksanaan fisioterapi pada kondisi hemiparese sinistra post stroke ?
  • 3. 3 C. Tujuan 1. Untuk mengetahui problematika fisioterapi yang terjadi pada kondisi hemiparese sinistra post stroke. 2. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi hemiparese sinistra post stroke. D. Manfaat 1. Bagi Institusi pendidikan Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa/i di perpustakaan dan sebagai acuan atau pedoman bagi mahasiswa/i yang melakukan penelitian berikutnya. 2. Bagi penulis Untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan tentang hemiparese sinistra post stroke.
  • 5. 5 TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Otak 1. Anatomi Otak Otak terdiri dari neuron – neuron, sel glia, cairan serebrospinalis, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama yaitu sekitar 100 miliar tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron tersebut berbeda – beda. Orang dewasa yang mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa di dalam darah arterinya hanya membentuk sekitar 2% atau 1,4 kg koneksi neuron dari berat tubuh total (Feigin, 2006). Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan tentang (1) kortek serebri, (2) upper motor neuron yang terdiri dari traktus piramidalis dan traktus ekstrapiramidalis, (3) vaskularisasi otak dan (4) plastisitas otak. a. Kortek serebri Korteks serebri pada cerebrum mempunyai banyak lipatan yang disebut dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus terbentuk dari lipatan-lipatan tersebut yang membagi setiap hemispherium menjadi daerah-daerah tertentu. Berikut beberapa daerah yang penting ; (1) lobus frontalis : area 4 merupakan daerah motorik yang utama. Terletak disebelah anterior sulkus sentralis. Lesi daerah ini akan menghasilkan parese atau paralysis flaccid kontralateral pada kelompok otot yang sesuai. Area 6 merupakan bagian sirkui ttraktus extrapiramidalis.Spasitas lebih sering terjadi jika area 6 mengalami ablatio. Area 8 berhubungan dengan pergerakan mata dan perubahan pupil. Area 9, 10, 11, 12 adalah daerah asosiasi frontalis; (2) Lobus parietalis : area 3, 1, dan 2 merupakan daerah sensorik postsentralis yang utama. Area 5 dan 7 adalah daerah asosiasi sensorik; (3) Lobus temporalis : Area 41 adalah daerah auditoriusprimer. Area 42 merupakan kortek auditorius sekunder atau asosiasi.Area 38, 40, 20, 21, dan 22 adalah daerah asosiasi, disini terjadi pemprosesan bentuk-bentuk masukan sensorik yang lebih elemental; (4) Lobus occipitalis : Area 17 yaitu kortek striata, kortek visual yang utama, Area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual ( Duss, 1996).
  • 6. 6 Gambar 2.1 Gyrus pada Hemisferium Serebri dari sisi kiri (Putz, 2005) Gambar 2.2 Gyrus pada Hemisferium Serebri dari medial (Putz, 2005) b. Traktus Piramidalis Traktus piramidalis berasal dari sel-sel betz pada lapisan ke lima korteks serebri pada girus presentralis lobus frontalis ke kapsula interna masuk ke diencephalon diteruskan ke mesencephalon, pons varolli sampai medulla oblongata. Di perbatasan medulla oblongata dan medulla spinalis sebagian besar traktus ini merupakan penyilangan di dekusasio piramidalis. Fungsi dari sistem pyramidalis berhubungan dengan gerakan terampil dan motorik halus.
  • 7. 7 Gambar 2.3 Traktus Piramidalis (Duus, 1996) c. Traktus Extrapiramidalis Traktus extrapiramidalis tersusun atas korpus striatum, globus palidus, thalamus, substantia nigra, formation lentikularis, cerebellum dan cortex motorik. Traktus extrapiramidalis merupakan suatu mekanisme yang tersusun dari jalur-jalur dari korteks motorik menuju Anterior Horn Cell (AHC). Fungsi utama dari traktus extrapiramidalis berhubungan dengan gerakan yang berkaitan pengaturan sikap tubuh dan integrasi otonom. Lesi pada setiap tingkat dalam traktus extrapiramidalis dapat menghilangkan gerakan dibawah sadar.
  • 8. 8 Gambar 2.4 Traktus Extrapiramidalis (Duus, 1996) d. Vaskularisasi Otak Suplai darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh pembuluh darah yang bercabang-cabang, behubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002). Pengaliran darah keotak dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu oleh sepasang arteri karotis interna dan sepasang arteria vertebralis. Keempat arteria ini terletak didalam ruang subarakhnoid dan cabang-cabangnya beranastomosis pada permukaan inferior otak untuk membentuk circulus willisi.Arteri carotis interna, arteri basilaris, arteri cerebri anterior, arteri communican anterior, arteri cerebri posterior dan arteri comminicans posterior dan arteria basilaris ikut membentuk sirkulus ini (Snell, 2007). Faktor yang mempengaruhi aliran darah di otak, diantaranya adalah (a) keadaan arteri, dapat menyempit karena tersumbat oleh thrombus dan embolus, (b) keadaan darah, dapat mempengaruhi aliran darah dan suplai oksigen, (c) keadaan
  • 9. 9 jantung, bila ada kelainan dapat mengakibatkan iskemia di otak (Lumbantobing, 2004). Gambar 2.5 Circulus Willisi (Chusid, 1993) B. Patofisiologis 1. Definisi Stroke Stroke adalah cedera vaskuler akut pada otak. Ini berarti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak. Cidera dapat disebabkan oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan dan penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai (Feigin, 2006). 2. Etiologi Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua : (a) Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut ; (b) Stroke non hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat suplai terganggu. Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke non haemoragik dibagi menjadi 4, yaitu: (a) TIA (transient ischemik attack) merupakan serangan stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam ; (b) RIND (reversible ischemic neurologic deficit)
  • 10. 10 merupakan gejala neurologis yang akan menghilang antara > 24 jam sampai dengan 21 hari ; (c) progressing stroke atau stroke in evolution merupakan kelainan atau deficit neurologis yang berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi Berat ; (d) complete stroke atau stroke komplit merupakan kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi (Junaidi, 2006). 3. Patologi Pada arteriosklerosis akan timbul aliran turbulensi sehingga trombosit saling kontak maka akan menambah plak sampai terjadi sumbatan total. Pada stroke embolik penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber pada arteri serebral, karotis interna, vertebro-basiler, arkus aorta asendens ataupun katub serta endokardium jantung. Apabila pembuluh darah tersumbat maka aliran darah menuju otak akan terhenti dan bagian otak di sebelah distalnya akan mengalami kerusakan. Akibat kerusakan otak tersebut maka kontrol supraspinal (sistem ekstrapiramidalis) terhadap aktivitas stretch reflek menghilang dan menurunnya eksitasi sistem inhibisi sehingga timbul spatisisitas (Suyono,1992). Kerusakan atau kelumpuhan yang dikarenakan lesi pada kapsula interna hampir selamanya disertai hipertonus yang khas hal ini dikarenakan pada kapsula interna dilewati serabut serabut ekstrapiramidal. Tergantung pada arteri yang terkena maka lesi vaskular yang terjadi di kapsula interna dapat mengakibatkan kerusakan area disekitarnya seperti radiasio optika, nucleus kaudatus dan putamen sehingga hemiplegia akibat lesi kapsula interna memperihatkan kelumpuhan upper motor neuron yang disertai oleh rigiditas, atetosis, distonia tremor atau hemianopia. 4. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita pasca stroke non haemoragik stadium akut secara umum meliputi ; (a) gangguan motorik : kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, gangguan gerak volunter, gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi ; (b) gangguan sensoris : gangguan perasaan, kesemutan, rasa tebal-tebal ; (c) gangguan bicara : sulit berbahasa (disfasia),
  • 11. 11 tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik) ; (d) gangguan kognitif (Soetedjo, 2004, dalam Rujito, 2007). 5. Komplikasi Komplikasi yang akan timbul apabila pasien stroke tidak mendapat penanganan yang baik. Komplikasi yang dapat muncul antara lain (Suyono,1992): a. Abnormal tonus Abnormal tonus secara postural mengakibatkan spastisitas. Serta dapat menggangu gerak dan menghambat terjadinya keseimbangan. b. Sindroma bahu Sindrom bahu merupakan komplikasi dari stroke yang dialami sebagian pasien. Pasien merasakan nyeri dan kaku pada bahu yang lesi akibat imobilisasi. c. Deep vein thrombosis Deep vein trombosis akibat tirah baring yang lama, memungkinkan trombus terbentuk di pembuluh darah balik pada bagian yang lesi. Hal ini menyebabkan oedem pada tungkai bawah. d. Kontraktur Kontraktur terjadi karena adanya pola sinergis dan spastisitas. Apabila dibiarkan dalam waktu yang lama akan menyebabkan otot-otot mengecil dan memendek. 6. Diagnosis Banding Diagnosis banding antara stroke iskemik dan stroke hemoragik yaitu pada stroke iskemik ada nyeri kepala ringan, gangguan kesadaran ringan atau tidak ada, dan defisit neurologis atau kelumpuhan berat. Sedangkan pada stroke hemoragik ada nyeri kepala yang berat, gangguan kesadaran sedang sampai berat, dan deficit neurologis ada yang ringan dan ada yang berat (Junaidi, 2006). C. Problematik Fisioterapi
  • 12. 12 Problematik fisioterapi pada pasien stroke stadium flaccid menimbulkan tingkat gangguan. 1. Impairment Impairment atau gangguan tingkat jaringan yaitu gangguan tonus otot secara postural, semakin tinggi tonus otot maka akan terjadi spastisitas ke arah fleksi atau ektensi yang mengakibatkan terganggunya gerak ke arah normal. Sehingga terjadi gangguan kontraksi dan koordinasi yang halus dan bertujuan pada kecepatan dan ketepatan gerak anggota gerak atas dan bawah pada sisi lesi. Serta dapat mengakibatkan gangguan dalam reaksi tegak, mempertahankan keseimbangan atau protective reaction anggota gerak atas dan bawah pada sisi lesi saat melakukan gerakan. 2. Functional limitation Functional limitation yang timbul adalah terjadi penurunan kemampuan motorik fungsional. Penurunan kemampuan dalam melakukan aktifitas dari tidur terlentang seperti mampu melakukan gerakan tangan dan kaki secara aktif saat miring, terlentang duduk disamping bed seperti mampu melakukan gerakan menggangkat kepala namun saat menurunkan kaki butuh bantuan orang lain agar mampu duduk disamping bed, keseimbangan duduk seperti kurang mampu mempertahankan keseimbangan duduk, dari duduk ke berdiri seperti masih membutuhkan bantuan orang lain, berjalan seperti masih membutuhkan bantuan dari orang lain, fungsi anggota gerak atas seperti gerakan mempertahankan posisi lengan ke segala arah dan pergerakkan tangan yang terampil seperti mengambil benda dan memindahkan dari satu tempat ke tempat lain. 3. Disability Yang termasuk dalam disability adalah terjadi ketidakmampuan melakukan aktifitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Seperti gangguan dalam melakukan aktifitas bekerja karena gangguan psikis dan fisik. D. Teknologi Intervensi Fisioterapi
  • 13. 13 Pendekatan yang dilakukan fisioterapi antara lain adalah terapi latihan, yang terdiri dari latihan keseimbangan dan koordinasi, dan latihan fungsional. 1. Latihan keseimbangan dan koordinasi Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke stadium flaccid sebaiknya dilakukan dengan gerakan aktif dari pasien dan dilakukan pada posisi terlentang, duduk dan berdiri. Latihan aktif dapat melatih keseimbangan dan koordinasi untuk membantu pengembalian fungsi normal serta melalui latihan perbaikan koordinasi dapat meningkatkan stabilitas postur atau kemampuan mempertahankan tonus ke arah normal (Pudjiastuti, 2003). Latihan keseimbangan dan koordinasi pada pasien stroke non hemoragik stadium flaccid dapat dilakukan secara bertahap dengan peningkatan tingkat kesulitan dan penambahan banyaknya repetisi. 2. Terapi latihan Terapi latihan atau exercise therapy merupakan salah satu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya mengunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Dengan diberikan terapi latihan dapat menjaga dan meningkatkan kekuatan otot, menjaga dan meningkatkan lingkup gerak sendi, mencegah kontraktur, mencegah atrofi otot, serta memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal.
  • 14. 14 BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS A. Keterangan Umum Penderita Sebelum kita memberikan tindakan fisioterapi pada kondisi Pasien Paska Stroke Hemorage Dextra et causa stroke non hemorragic terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang akurat melalui prosedur yang benar. Hal ini bertujuan untuk menegakkan diagnosa dan menentukan langkah-langkah pemberian terapi sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Pelaksanaan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut : A. Anamnesis Anamnesis merupakan pemeriksaan yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab mengenai pasien dan keadaan penyakit pasien Dalam pengkajian fisioterapi ini didapatkan melalui anamnesis secara heteroanamnesis (melakukan tanya jawab dengan keluarga pasien). Sistem anamnesis dibagi menjadi : a. Anamnesis Umum Nama : Ny “F” Umur : 47 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jl.Di.Panjaitan.Lr Daruhaman No.122 Rt.28,Rw.10 b. Anamnesis khusus 1. Keluhan Utama Adanya kelemahan otot pada sisi sebelah kanan. 2. Riwayat Perjalanan Penyakit
  • 15. 15 Lebih kurang januari 2014 pasien mulai merasakan lemas di tangan dan kaki sebelah kanan pasien, terjadi pada saat pasien bangun tidur, kemudian pasien langsung dibawa ke RS.Muhammadiyah palembang, dan pasien di diagnosa mengalami stroke, setelah itu dokter merujuk pasien ke fisioterapi untuk dilakukan tindakan terapi. RPD : Hipertensi RPS : Stroke non hemoragic RPK : - 3) Anamnesis Sistem a) Sistem Muskuloskeletal Adanya kelemahan pada otot extremitas atas dan bawah sisi dextra b) Sistem Nervorum Pasien tidak mengeluhkan kesemutan dan rasa tebal-tebal. B. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan Fisik a. Tanda Vital 1) Tekanan Darah : 140/80 Mmhg 2) Denyut Nadi : 84×/menit 3) Penapasan : 24×/menit 4) Temperatur : 36,5˚C 5) Tinggi badan : 165cm 6) Berat Badan : 62 Kg b. Inspeksi 1) Statis - Tampak bahu pasien asimetris lebih tinggi ke kiri - Tampak SIAS pasien lebih tinggi ke kanan 2) Dinamis
  • 16. 16 - Tampak adanya fase berjalan yang hilang yaitu : initial contact, terminal stance, terminal swing. c. Palpasi Adanya Hipotonus. 2. Gerakan Dasar a. Gerak Aktif Pada saat melakukan gerakan aktif pasien mampu melakukan gerakan aktif full ROM pada bagian anggota gerak bagian dextra, tanpa disertai nyeri. b. Gerak Pasif Pada saat dilakukan gerakan pasif full ROM pada bagian anggota gerak bagian dextra, tanpa disertai nyeri. c. Gerak Isometrik Melawan Tahanan Pasien mampu melawan tahanan secara minimal tanpa disertai rasa nyeri. 3. Pemeriksaan Kognitif, Intrapersonal, dan Interpersonal - Pasien memiliki motivasi tinggi untuk sembuh - Pasien mampu melakukan perintah dengan baik walaupun harus berfikir lama untuk menjalankan perintah dari fisioterapis - Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan baik terhadap terapis 4. Pemeriksaan Kemampuan Fungsional a. Kemampuan Fungsional Dasar Pasien mampu tidur miring kekanan dan kiri, mampu duduk, mampu berdiri dan berjalan tetapi belum seimbang. b. Aktivitas Fungsional Pasien mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti : menggenggam, menyisir rambut dan mengancing baju
  • 17. 17 c. Lingkungan Aktivitas Lingkungan aktivitas mendukung karena pekerjaan rumahnya dibantu oleh keluarga. 5. Pemeriksaan Spesifik a. Kekuatan Otot dengan MMT ( Manual Muscle Testing ) No Nilai Kriteria 1 5 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi dan tahanan maksimal 2 4 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi dan tahanan minimal 3 3 Subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi 4 2 Subyek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan gravitasi 5 1 Kontraksi otot dapat dipalpasi 6 0 Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi Tabel 3.1 keterangan pemeriksaan MMT Sendi Otot Penggerak Kanan Normal Shoulder Fleksor 3 5 Ekstensor 3 5 Abduktor 3 5 Adduktor 3 5 Elbow Fleksor 3 5 Ekstensor 3 5 Wrist Fleksor 2 5 Ekstensor 2 5 Hip Fleksor 3 5 Ekstensor 3 5 Abduktor 3 5 Adduktor 3 5 Knee Fleksor 4 5 Ekstensor 4 5 Ankle Fleksor 2 5 Ekstensor 3 5 Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan MMT tanggal 05 november 2014
  • 18. 18 b. Pemeriksaan ADL dengan Indeks Barthel Aktifitas Nilai Bantu an Mandi 1. Makan 5 ri 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 10 3. Kebersihan diri, mencuci muka, 5 4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap 5 ) 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar. 10 7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10 10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 70 Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan indeks barthel tanggal 05 november 2014 Hasil : pasien mengatalami ketergantungan moderat Keterangan : 0 – 20 : Ketergantungan penuh 21 – 61 : Ketergantungan berat atau sangat tergantung 62 – 90 : Ketergantungan moderat 91 – 99 : Ketergantungan ringan 100 : Mandiri c. Pemeriksaan Koordinasi
  • 19. 19 nilai Jenis Tes 2 Finger to nose 3 Finger to therapist finger 3 Finger to finger 2 Graps 3 Heel to knee 3 Heel to toes Tabel 3.4 Hasil pemeriksaan koordinasi tanggal 05 november 2014 Keterangan : 1) Tidak mampu melakukan aktifitas. 2) Keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktifitas tetapi tidak lengkap. 3) Keterbatasan sedang, dapat menyelesaikan aktifitas tetapi koordinasi tampak menurun dengan jelas, gerakan lambat, kaku dan tidak stabil. 4) Keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktifitas dengan kecepatan dan kemampuan lebih lambat sedikit dari normal. 5) Kemampuan normal. d. Gait analisis Gambar 3.1 gait analisis Dari hasil pemeriksaan, didapatkan hasil bahwa Ny”F” mengalami kehilangan fase berjalan pada fase initial contact, terminal stance, dan terminal swing.
  • 20. 20 C. Diagnosis Fisioterapi 1. Impairment : - Adanya kelemahan otot pada sisi dextra - Adanya fase yang hilang pada saat berjalan yaitu : initial contact, terminal stance, terminal swing. - Mengalami gangguan koordinasi dan kesimbangan. 2. Functional limitation : - Pasien mengalami kesulitan ADL seperti menyisir rambut, menggenggam, mengambil barang, mengancing baju. D. Rencana Fisioterapi 1. Tujuan Jangka pendek : - Memperbaiki kemampuan koordinasi dan keseimbangan. - Meningkatkan kekuatan otot extremitas atas dan bawah pada sisi dextra. 2. Tujuan Jangka panjang : - Meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional seoptimal mungkin seperti : menyisir rambut, menggenggam, mengambil barang, mengancing baju. E. Pelaksanaan Fisioterapi 1. IRR a. Persiapan alat : - Cek terlebih dahulu kabel dan alatnya - Pastikan tidak ada kabel yang terlilit dan terbuka, alatnya tidak rusak b. Persiapan pasien : - Posisikan pasien ergonomis dan rileks - Pada area yang diterapi bebaskan dari pakaian dan aksesoris c. Persiapan fisioterapi : - Cuci tangan sebelum melakukan tindakan atau terapi - Menjelaskan efek-efek dari alat yang diberikan d. Penatalaksanaan terapi - Posisikan alat terhadap pasien, sesuai area yang akan diterapi
  • 21. 21 - Hidupkan IRR, lalu atur waktu selama 10-15 menit - Tanyakan pada pasien (kontrol terus), tentang efek hangat yang dirasakan - Jika terlalu hangat, jauhkan jarak sinarnya Gambar 3.2 pelaksanaan terapi dengan IRR 2. Terapi latihan 1. Persiapan pasien - Pasien diposisikan senyaman mungkin, bebas dari pakaian dan aksesoris 2. Persiapan fisioterapi - Berikan penjelasan terhadap teknik yang akan dilakukan - Cuci tangan sebelum melakukan tindakan terapi 3. Penatalaksanaan terapi - Lakukan gerakan dengan aktif berbantuan pada otot yang mengalami kelemahan
  • 22. 22 Gambar 3.3 pelaksanaan terapi latihan 4. Setelah selesai terapi : - Evaluasi sesaat keadaan umum pasien - Dokumentasi : catat hasil kemajuan pasien setelah selesai terapi F. Prognosis Quo Ad Sanam : Bonam Quo Ad Vitam : Bonam Quo Ad Cosmeticam : Bonam Quo Ad Fungsional : Dubia Ad Malam G. Evaluasi
  • 23. 23 1. Hasil Pemeriksaan MMT (Manual Muscle Testing) Nopember 2014 05 07 10 12 Sendi Otot penggerak Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Shoulder Fleksor 3 5 3 5 3 5 3 5 Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 Abduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 Adduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 Elbow Fleksor 3 5 3 5 4 5 4 5 Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 Wrist Fleksor 2 5 2 5 2 5 3 5 Ekstensor 2 5 2 5 2 5 2 5 Hip Fleksor 3 5 3 5 3 5 3 5 Ekstensor 3 5 3 5 3 5 3 5 Abduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 Adduktor 3 5 3 5 3 5 3 5 Knee Fleksor 4 5 4 5 4 5 4 5 Ekstensor 4 5 4 5 4 5 4 5 Ankle Fleksor 2 5 2 5 2 5 3 5 Ekstensor 3 5 2 5 3 5 3 5 Tabel 3.5 hasil pemeriksaan MMT awal-akhir 2. Hasil pemeriksaan dengan Indeks Barthel Aktifitas Nilai Bantua Mandir 1. Makan 5 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10
  • 24. 24 3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5 4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 10 7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10 10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 70 Tabel 3.6 hasil indeks barthel Hasil pemeriksaan pada tanggal 05 November 2014 dengan jumlah nilai 70 (Ketergantungan moderat). Aktifitas Nilai Bantua Mandir 1. Makan 5 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 5 4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 10 7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10 10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 70 Hasil pemeriksaan pada tanggal 07 November 2014 dengan jumlah nilai 70 (Ketergantungan moderat). Aktifitas Nilai Bantua Mandir 1. Makan 10 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 10
  • 25. 25 4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15 7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10 10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 85 Hasil pemeriksaan pada tanggal 10 November 2014 dengan jumlah nilai 85 (Ketergantungan moderat). Aktifitas Nilai Bantua Mandir 1. Makan 10 2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 10 3. Kebersihan diri, mencuci muka, menyisir, 10 4. Aktivitas di toilet ( menyemprot, mengelap ) 5 5. Mandi 5 6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15 7. Naik turun tangga 5 8. Berpakaian termasuk menggunakan sepatu 5 9. Mengontrol BAB 10 10. Mengontrol BAK 10 Jumlah 85 Hasil pemeriksaan pada tanggal 12 November 2014 dengan jumlah nilai 85 (Ketergantungan moderat). 3. Hasil pemeriksaan dengan gait analisis Tipe gait analisis November 2014 07 11 13 18 Initial contact - - - - Loading respon + + + +
  • 26. 26 Mid stance + + + + Terminal stance - - - - Preswing + + + + Mid swing + + + + Terminal swing - - - - Tabel 3.7 Hasil pemeriksaan Gait Analisis awal-akhir Ket : + : Ada fasenya. - : Tidak ada fasenya. 4. Hasil pemeriksaan Test Koordinasi Jenis Tes 07 Novembe r 2014 11 Novembe r 2014 13 Novembe r 2014 18 November 2014 Finger to nose 2 2 3 3 Finger to therapist 3 3 3 3 finger Finger to finger 3 3 3 4 Graps 2 2 3 3 Heel to knee 3 3 3 4 Heel to toes 3 3 4 4 Tabel 3.8 Hasil pemeriksaan test koordinasi awal-akhir Keterangan : 1. Tidak mampu melakukan aktifitas. 2. Keterbatasan berat, hanya dapat mengawali aktifitas tetapi tidak lengkap. 3. Keterbatasan sedang, dapat menyelesaikan aktifitas tetapi koordinasi tampak menurun dengan jelas, gerakan lambat, kaku dan tidak stabil. 4. Keterbatasan minimal, dapat menyelesaikan aktifitas dengan kecepatan dan kemampuan lebih lambat sedikit dari normal.
  • 27. 27 5. Kemampuan normal. H. Hasil Terapi Akhir Pasien yang bernama Ny ”F” 47 tahun dengan kondisi hemiparese dextra pasca stroke non hemoragik setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 4 kali dengan menggunakan terapi latihan maka didapatkan hasil dimana adanya peningkatan kekuatan otot, perubahan pada aktifitas fungsional, perbaikan koordinasi dan keseimbangan, dan belum ada perubahan pada gait pasien. BAB IV PENUTUP KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
  • 28. 28 Berdasarkan etiologi Hinton (1995) membagi stroke menjadi dua : (a) Stroke hemoragik yaitu suatu gangguan fungsi saraf yang disebabkan kerusakan pembuluh darah otak sehingga menyebabkan pendarahan pada area tersebut ; (b) Stroke non hemoragik, yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrient ke area yang mendapat suplai terganggu. Tanda dan gejala pada penderita pasca stroke non hemorragik stadium akut secara umum meliputi ; (a) gangguan motorik : kelemahan atau kelumpuhan separo anggota gerak, gangguan gerak volunter, gangguan keseimbangan, gangguan koordinasi ; (b) gangguan sensoris : gangguan perasaan, kesemutan, rasa tebal-tebal ; (c) gangguan bicara : sulit berbahasa (disfasia), tidak bisa bicara (afasia motorik), tidak bisa memahami bicara orang (afasia sensorik) ; (d) gangguan kognitif (Soetedjo, 2004, dalam Rujito, 2007). Peran fisioterapi sangatlah penting bagi penderita pasca stroke karena untuk mengembalikan aktifitas fungsional pasien secara optimal merupakan tujuan utama fisioerapi. Salah satunya dengan memberikan terapi latihan yang berfungsi memperbaiki otot-otot yang tidak efisien dan mengembalikan gerak-gerak sendi kembali normal. Sehingga dapat meningkatkan aktivitas fungsional pasien dengan maksimal. B. Saran Penanganan fisioterapi pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti yang telah di bahas dalam makalah studi kasus ini yaitu electrotherapy dan exercise therapy telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan keberhasilan program terapi yang diberikan. Kemampuan anggota keluarga memberikan penanganan akan berdampak sangat baik bagi pemulihan pasien. Penanganan fisioterapi pasca stroke pada prinsipnya adalah proses pembelajaran sensomotorik pada pasien dengan metode-metode tersebut diatas. Akan tetapi interaksi antara pasien dan fisioterapis amat sangat terbatas, lain halnya dengan keluarga pasien yang memiliki waktu relatif lebih banyak. Dampak lain adalah
  • 29. 29 jika pemahaman anggota keluarga kurang tentang penanganan pasien stroke maka akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik yang salah pula. Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan gerak. Bagi orang-orang yang beresiko terkena stroke harus melakukan pencegahan terhadap serangan stroke tersebut.