Dokumen ini membahas tentang peran fasilitator dalam mengelola pengembangan kompetensi pegawai. Fasilitator bertugas mempercepat proses pembentukan tim yang produktif dengan memberikan umpan balik yang membangun dan mengajukan pertanyaan tantangan. Fasilitator perlu selalu memperhatikan dinamika kelompok dan melakukan intervensi tepat waktu agar tidak menghilangkan rasa pemilikan kelompok.
Kurikulum yang Selaras dengan Kebutuhan Dunia Kerja
Facilitation Skills
1. Facilitation Skills
Materi Pelatihan
Pengelolaan Pengembangan Kompetensi Pegawai
PKP2A LAN Kalimantan – GTZ ProBangkit
Samarinda-Balikpapan, 27 April - 02 Mei 2009
Prepared by: Mohamad Adriyanto | www.adriyanto.or.id
3. What is Facilitation?
• Fasilitasi dalam konteks manajeman adalah
memberdayakan kelompok untuk mencapai suatu
sasaran kerja dimana kelompok itu sendirilah yang
bertanggungjawab dan bekerja dengan komitmen
tinggi
• Fasilitator bertindak sebagai “katalisator” yang
menciptakan dan mempercepat adanya situasi yang
kondusif agar kelompok dapat menjadi tim yang
produktif
• Fasilitasi adalah seni mendampingi suatu kelompok
dalam mendapatkan kesepakatan, menjalankan proses
kerja dan melakukan monitoring dan evaluasi
4. Peran Fasilitator
• Meningkatkan kualitas proses belajar dalam kelompok
melalui intervensi yang tepat dan menciptakan lingkungan
kerja yang mendukung terjadinya pertukaran pemikiran
yang konstruktif
• Membantu kelompok agar dapat melakukan evaluasi,
refleksi diri, berpikir ulang, bereksperimen dengan hal-hal
baru dalam melakukan pekerjaan
• Memberikan pada kelompok pengertian tentang proses
belajar yang terjadi didalam kelompok mereka sendiri
sehingga kelompok mampu selalu menarik pelajaran dari
berbagai situasi kerja yang mereka hadapi
5. Facilitation Skills Aspects
Ketrampilan fasilitasi yang baik biasanya mencakup
hal-hal sbb:
– Observasi keadaan secara menyeluruh
– Mendengar secara aktif
– Sense of timing
– Sensitif terhadap dinamika kelompok
– Keberanian untuk membiarkan kelompok bergerak
kearah yang tidak diinginkan
– Intervensi yang smart dan membangun sense of
ownership kelompok terhadap proses kerja
6. Smart Interventions
• Fasilitator yang baik tahu kapan melakukan intervensi
sehingga tidak menimbulkan hilangnya sense of ownership
dari kelompok
• Bentuk intervensi diarahkan untuk dapat mempercepat
proses pembentukan kelompok yang produktif
• Beberapa bentuk smart interventions:
– memberi refleksi balik tentang keadaan kelompok (bukan
memberikan jawaban langsung atas permasalahan kelompok)
– Mengajukan pertanyaan dan tantangan yang membangkitkan
hasrat untuk berpikir kreatif dan inovatif
– Mendengar aktif untuk menggali lebih dalam keadaan kelompok
• Fasilitator harus mampu merasakan “aliran energi”
kelompok dan secara smart memanfaatkannya untuk
mempengaruhi arah jalannya kelompok
7. Kesalahan-Kesalahan Fasilitator
• Leading, not guiding. Karena pentingnya peran fasilitator,
sering terjadi fasilitator “keluar pagar” dan mengambil
peran kepemimpinan dari suatu kelompok, ini
menyebabkan anggota kelompok cenderung kehilangan
sense of ownership atas proses kerja
• Intervensi yang tidak tepat waktu, bisa terlalu cepat atau
terlalu lambat. Kesalahan yang sering terjadi adalah terlalu
cepat melakukan intervensi, fasilitator harus “tega”
membiarkan kelompok melakukan kesalahan sebagai
bagian dari proses belajar
• Tidak melakukan kontrol atas feedback, ide dan pemikiran.
Pastikan bahwa feedback selalu didasarkan pada observasi
dan fakta sehingga keputusan yang diambil kelompok
adalah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan