Dokumen ini membahas isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dalam daun beluntas (Pluchea indica L.) melalui ekstraksi maserasi dengan etanol dan partisi dengan n-heksana, kemudian dipisahkan menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menghasilkan isolat. Isolat tersebut kemudian diidentifikasi.
1. TUGAS 2
ELUSIDASI SENYAWAFLAVONOID
Rana Ida Sugatri 3211121030
Vitriastuti 3211121029
Desi Malita 3211121048
Wahyuni Sapri 3211121047
Dyla Noermila 3211121057
A.A Laksmidevi P 3211143001
Syifa Tamami 3211142004
Meita Siswanti 3211142002
Fitri Lina A 3211142005
Rian Nurlela 3211142001
2. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam
Rimpang Temu Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.)
Biofarmasi 3 (1): 32-38, Februari 2005, ISSN: 1693-2242.
ABSTRAK
Penelitian ini diarahkan pada isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari
rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb: Zingiberaceae). Ekstraksi
yang digunakan yaitu metode soklet dengan petroleum eter, kloroform, n-
butanol, dan metanol sebagai agen pelarut. Ekstrak selanjutnya dilakukan
uji kualitatif untuk mengidentifikasi adanya flavonoid. Flavonoid selanjutnya
diisolasi dari esktrak petroleum eter dengan kromatografi kolom. Fraksi
yang dihasilkan dari kromatografi dianalisis dengan metode kromatografi
lapis tipis. Identifikasi flavonoid diuji dengan uji warna, spektrofotometer
UV-Vis, IR, dan GC-MS. Hasil uji warna menunjukkan bahwa ekstrak
petroleum eter, kloroform, dan n-butanol mengandung flavonoid. Analisis
fraksi tunggal dari kromatografi kolom menunjukkan bahwa f2 mengandung
isoflavon dengan 2 metoksi dan substitusi 1 etil, f4 mengandung isoflavon
dengan substitusi 2 metoksi, selanjutnya f9 mengandung isoflavon dengan
1 hidroksi dan substitusi 2 metoksi.
4. PENJELASAN SPEKTRUM UV-VIS
Gambar spektrum UV-Vis memperlihatkan adanya panjang
gelombang maksimum pada 207 nm dan bahu pada 250
nm-300 nm. Adanya satu puncak serapan maksimum dan
bahu memberikan petunjuk bahwa fraksi f2 mengandung
senyawa isoflavon.
6. PENJELASAN SPEKTRUM IR
Berdasarkan Gambar 3 tersebut dapat dilihat adanya pita kuat
pada 1714,6 cm-1 yang spesifik untuk gugus karbonil. Serapan
tajam pada 1261,4 cm-1 dan 1217,0 muncul dari vibrasi gugus C-
O yang terkonjugasi. Pita pada 1091,6 dan 1029,9 cm-1
merupakan serapan dari gugus metoksi. Pita pada 3020,3 cm-1
berasal dari =C-H str dengan didukung oleh pita-pita antara
1600 cm-1 dan 1500 cm-1 menunjukkan keberadaan inti
aromatis. Pita kecil lemah yaitu pada 1652,9 cm-1 berasal dari
gugus vinyl. Pita-pita pada daerah dibawah 3000 cm-1 dan
diperkuat oleh pita-pita disekitar 1450 cm-1 menyatakan adanya
alkyl yaitu metilen. Berdasarkan analisis terhadap spektrum
pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa f2 mengandung
senyawa aromatis, gugus C=O, C-O, vinyl, -CH2- dan gugus
metoksi.
8. PENJELASAN SPEKTRUM MASSA
Spektra fraksi f2 menunjukkan adanya puncak dasar pada m/z =
158 dan puncak-puncak lain pada m/z = 295, 186 dan 128. Puncak dengan
limpahan kecil pada m/z = 295 berasal dari ion molekul yang melepaskan
metal (M+- 15). Ion molekulnya sendiri yaitu pada m/z = 310 tidak terlihat
sebagai puncak, karena ion molekulnya kurang stabil. Lepasnya radikal
C7H7O2 diikuti oleh penatan ulang 2H dan lepasnya H2 dari ion molekul
ditunjukkan oleh limpahan pada m/z = 186 (M+-125). Isoflavon ini
mengalami pemecahan karakteristik menjadi 2 bagian yaitu pada m/z = 160
dan pada m/z = 150. Puncak-puncak ini tidak terlihat karena tidak stabil.
Keberadaan m/z = 150 dapat dilihat dari adanya limpahan pada m/z = 149
yang berasal dari lepasnya 1H dari puncak karakteristik (M+- 150).
Puncak dasar yaitu puncak dengan limpahan terbesar mempunyai m/z =
159 berasal dari pecahan karakteristik untuk isoflavon dari ion molekulnya
yang telah melepaskan H2. Puncak pada m/z = 158 ini juga dapat terjadi
dari puncak m/z = 186 yang melepaskan gugus karbon monoksida (CO)
yang diikuti oleh penataan ulang dari 1 H. Lepasnya gugus CH2O dari
puncak dasar terlihat pada limpahan yang cukup besar pada m/z = 128
14. Dua FlavonoidTergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus
altilis)
Syah.,Y.,M.Achmad.,S.A.,Bakhtiar.E.,Hakim.,E.H.,JuliawatyL.D.,LatipJ.,ItbBandung
ABSTRAK
Dua senyawa turunan flavonoid tergeranilasi, yaitu 2-
geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon (1) dan 8-
geranil4’,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah diisolasi dari
ekstrak metanol daun sukun (Artocarpus altilis). Struktur
molekul kedua senyawa tersebut ditetapkan berdasarkan
spektrum UV,IR,NMR dan dengan membandingkan data
yang sama dengan yang telah dilaporkan sebelumnya.
Penemuan kedua senyawa tersebut pada A. altilis memberi
indikasi bahwa daun tumbuhan Artocarpus memberikan
indikasi bahwa daun tumbuhan Artocarpus cenderung
menghasilkan flavonoid yang lebih sederhana.
15. HASIL DAN DISKUSI
Maserasi serbuk kering daun sukun (A. altilis)
dengan metanol menghasilkan ekstrak metanol berupa
gum berwarna hijau gelap. Partisi ekstrak metanol tersebut
ke dalam etil asetat dan air menghasilkan fraksi etil asetat
yang selanjutnya difraksinasi menggunakan teknik KCV-
Silika gel menghasilkan lima fraksi utama A-E. pemurnian
fraksi B dengan teknik kromatografi radial (silika gel)
menghasilkan senyawa 1 dan 2. Hasil pengukuran sifat
fisik dan spektroskopi kedua senyawa tersebut berikut
18. Spektrum UV dan IR senyawa 2 mirip dengan spectrum UV
dan IR senyawa 1, yang berarti bahwa senyawa 2 juga
memiliki kromofor benzoil tersubstitusi. Walaupun demikian,
spectrum 1H NMR senyawa 2 memperlihatkan tiga sinyal
proton alifatik, masing-masing satu hidrogen dengan
multiplisitas doble doblet (dd),dai system ABX pada H 5, 42,
3,11, 2,74 ppm, serta sinyal proton gugus hidroksil yang
terkelasi pada H 12,13 (s) yang menunjukkan bahwa
senyawa ini adalah turunan flavonon.
Spektrum 1H NMR senyawa 2 juga memperlihatkan
sejumlah sinyal proton alifatik,yaitu pada H 5,20 (1H,brt),
5,06 (1H, tm), 3,21 (2H,d), 2,01 (2H,t), 1,91 (2H,t), 1,60 (6H,
brs), dan 1,55 (3H,brs) ppm, yang sesuai dengan gugus
geranil. Adanya dua gugus hidroksil yang lain pada H 9,00
(2H, sangat melebar),memberi petunjuk bahwa,selain gugus
geranil,flavonon ini juga memiliki tiga substituent –OH.
19. Berdasarkan sinyalsinyal aromatik yang ada, salah
satu unit aromatiknya adalah gugus 4-
hidroksifenil,sebagaimana terlihat adanya dua
sinyal doblet pada H 7,39 dan 6,89 ppm (masing-
masing 2H, d,j = 8,8 Hz), yang menjelaskan
keadaan cincin B dari flavonon tersebut,serta
sekaligus menyarankan dua gugus –OH lainnya
dan gugus geranil berada di cincin A. Sesuai
dengan kelaziman pola oksigenasi flavanon, kedua
gugus –OH dapat diperkirakan berada pada posisi
C-5 dan C-7, sementara gugus geranil dapat
berada pada posisi C-6 atau C-8,sehingga muncul
sinyal proton aromatic yang lain pada spectrum 1H
NMR pada H 6,04 ppm.
20. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan nilai geseran kimia
sinyal singlet dari proton aromatik tersebut, dapat
diperkirakan bahwa gugus geranil berada pada C-8. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa struktur molekul
senyawa 2 adalah 8-geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon. Bukti
yang mendukung kesimpulan tersebut diperoleh
berdasarkan adanya kesesuaian yang tinggi pada parameter
NMR senyawa 2 dengan data yang sama yang telah
dilaporkan (Patil et al.,2002).
Stereokimia pada atom karbon kiral C-2 ditetapkan
berdasarkan konstanta kopling sinyal dobel doblet H-2 pada
H 5,42 ppm (12,8 Hz) yang dimiliki oleh H-2 berarti bahwa
konfigurasi hidrogen tersebut adalah aksial,sehingga dengan
memperhatikan nilai putaran optik spesifiknya,maka dapat
disimpulkan stereokimia absolute H-2 adalah S.
21. Penemuan turunan geranil dari dihidrokalkon (1) dan
flavonon (2) pada daun sukun (A.altilis) melengkapi
penelitian terdahulu terhadap tumbuhan ini,serta member
arti yang penting pada aspek fitokimia tumbuhan Artocarpus
sp.secara keseluruhan. Senyawa 1 telah ditemukan
sebelumnya dari daun tumbuhan yang sama yang tumbuh
di Thailand (Shimizu et al.,2000a). Penemuan kembali
senyawa ini pada tumbuhan yang sama asal Jawa Barat
memberi arti bahwa keberadaan senyawa ini pada bagian
daun tidak terpengaruh oleh perbedaan geografis tempat
tumbuh tumbuhan ini. Selain itu,senyawa 1,bersama-sama
dengan senyawa 2,juga telah ditemukan pada bunga
A.communis asal Indonesia (Fujimoto et al.,1987).
22. Adalah menarik untuk dicatat di sini bahwa berbagai senyawa turunan
flavonoid sejenis senyawa 1 juga telah diisolasi dari daun A.incisus
(Shimizu et al.,2000b) dan A.nobilis (Jayasinghe et al.,2004). Dengan
demikian,berbeda dengan kandungan flavonoid di dalam bagian batang
dan kayu yang lebih dominan dari jenis 3-prenilflavon serta turunan
siklisasinya,bagian daun dari tumbuhan Artocarpus sp.lebih cenderung
menghasilkan turunan geranil dari kalkon,dihidrokalkon dan flavonon.
Tambahan pula,daun A.integra (Cempedak) telah dilaporkan
mengandung turunan flavan-3-ol,katekin (Yamazaki et al.,1987).
Senyawa 1 telah dilaporkan memiliki efek biologis yang potensial
sebagai inhibitor 5-lipooksigenase (Fujimoto et al.,1987),yang berperan
pada proses alergi,dan catepshin K (Patil et al.,2002), suatu enzim
sistein protease yang terlibat dalam proses osteoporosis,serta sebagai
antiinflamasi (Koshihara et al.,1988). Potensi senyawa 1 sebagai bahan
obat antialergi dan antitumor telah dipatenkan (Fujimoto et al.,1988)
termasuk juga metode sintesisnya (Nakano dan Kuchida,1990).
•
•
23. KESIMPULAN
Dua senyawa turunan flavonoid tergeranilasi,yaitu 2-
geranil-2’,4’,3,4-tetrahidroksidihidrokalkon (1) dan 8-
geranil-4’,5,7-trihidroksiflavanon (2), telah berhasil diisolasi
dari ekstrak methanol daun sukun (A.altilis) asal Jawa
Barat.
24. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWAFLAVONOID
DALAM DAUN BELUNTAS (PlucheaindicaL.)
ABSTRAK
Telah dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid
dalam daun beluntas (Pluchea indica L.). Isolasi dilakukan dengan cara
ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96% p.a selama 7 hari
dan partisi menggunakan pelarut n-heksana yang menghasilkan
ekstrak kental daun beluntas. Ekstrak yang diperoleh dipisahkan
dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan eluen n-butanol : asam
asetat : air (BAA) (4:1:5). Isolat 3, hasil dari pemisahan Kromatografi
Lapis Tipis positif mengandung senyawa golongan flavonoid. Dari
spektrum Ultra Violet - Visibel, dapat diduga bahwa senyawa flavonoid
tersebut merupakan golongan flavonol, yang dapat dilihat dari rentang
panjang gelombangnya yaitu antara 250-280 nm (pita II) dan 350-385
nm (pita I).
Kata kunci: beluntas, flavonoid, Kromatografi Lapis Tipis,
Spektrofotometer UV-Vis
25. HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi senyawa flavonoid daun beluntas dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT yang digunakan terbuat dari silika
gel dengan ukuran 20 cm x 20 cm GF254 (Merck). Plat KLT silika gel
GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu 100 ºC selama 1 jam
untuk menghilangkan air yang terdapat pada plat KLT
(Sastrohamidjojo, 2007).
Ekstrak kental hasil ekstraksi dilarutkan dengan etanol 96% p.a,
kemudian ditotolkan sepanjang plat dengan menggunakan pipet mikro
pada jarak 1 cm dari garis bawah dan 1 cm dari garis atas. Selanjutnya
dielusi dengan menggunakan eluen yang yang memberikan hasil
pemisahan terbaik pada KLT yaitu n-butanol : asam asetat : air (BAA)
dengan perbandingan (4:1:5).
Hasil KLT seperti pada gambar 1 kemudian diangin-anginkan dan
diperiksa di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366 nm. Noda
yang terbentuk yaitu sebanyak 3 noda, nodanoda tersebut lalu
dilingkari dan dihitung nilai Rfnya. Pemisahan dengan KLT
menghasilkan harga Rf dari noda pertama sebesar 0,69. Noda kedua
memiliki nilai Rf sebesar 0,78 dan noda ketiga memiliki nilai Rf sebesar
0,89.
26.
27. Metode yang digunakan untuk identifikasi ialah
metode spektrofotometer UV-Vis. Ketiga isolat hasil KLT
yang telah dikerok dan disentrifuge kemudian dibaca pada
alat spektrofotometer UV-Vis menggunakan pelarut baku
metanol. Dari ketiga isolat tersebut, isolat ketiga yang
memiliki hasil spektrum senyawa flavonoid yaitu flavonol
seperti yang bisa dilihat pada gambar 2.
28. Jika dibandingkan dengan pembading rutin flavonol
yaitu kuesertin seperti pada gambar 3 hasil yang didapat
mempunyai rentang separan yang sama yaitu pita pertama
terdapat antara panjang gelombang 350-385 nm yaitu 377
nm dan pita kedua pada panjang gelombang 250-280 nm
yaitu 280 nm. Hal ini memperkuat hasil yang di dapat bahwa
isolat ketiga positif mengandung flavonol.
29. Warna hijau pekat pada filtrat terbentuk karena pelarut yang digunakan tidak
hanya mengekstraksi senyawa flavonoid melainkan juga mengekstraksi
klorofil yang ada dalam tumbuhan. Filtrat hasil penyaringan difraksinasi
dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah dengan
pelarut nheksana untuk memisahkan senyawa-senyawa nonpolar seperti
klorofil, triterpen, lemak dan senyawa nonpolar lain. Penambahan nheksana
sebanyak 100 ml memisahkan senyawa nonpolar yang ada dalam ekstrak
dan meningkatkan koefisien distribusi. Penambahan n-heksan menyebabkan
terbentuk 2 fase dan terdapat endapan pada dinding dasar corong pisah
yang berwarna cokelat, karena kedua pelarut tersebut memiliki berat jenis
dan kepolaran yang berbeda. Berat jenis n-heksana lebih besar dari pada
etanol sehingga lapisan n-heksana berada di bagian bawah dan lapisan
etanol berada di bagian atas.
Pemisahan senyawa flavonoid daun beluntas dilakukan dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT). KLT merupakan suatu metode pemisahan
suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi dua fase yaitu fase diam
dan fase gerak. Fase diam yang digunakan ialah plat silika gel yang bersifat
polar, sedangkan eluen yang digunakan sebagai fase gerak bersifat sangat
polar karena mengandung air. Kepolaran fase diam dan fase gerak hampir
sama, tetapi masih lebih polar fase gerak sehingga senyawa flavonoid yang
dipisahkan terangkat mengikuti aliran eluen, karena senyawa flavonoid
bersifat polar. KLT yang digunakan terbuat dari silika gel dengan ukuran 20
cm x 20 cm GF254 (Merck).
30. Penggunaan bahan silika karena pada umumnya silica
digunakan untuk memisahkan senyawa asam-asam amino,
fenol, alkaloid, asam lemak, sterol dan terpenoid. Plat KLT
silika gel GF254 diaktifasi dengan cara dioven pada suhu
100ºC selama 1 jam untuk menghilangkan air yang terdapat
pada plat KLT (Sastrohamidjojo, 2007).
Eluen yang dipakai dalam KLT ialah eluen campuan n-
butanol : asam asetat : air (BAA) (4:1:5) yang mampu
memberikan pemisahan terbaik. Karena dari komposisinya,
eluen tersebut bersifat sangat polar sehingga bisa
memisahkan senyawa flavonoid yang juga bersifat polar.
Eluen yang baik ialah eluen yang bisa memisahkan senyawa
dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan munculnya
noda. Noda yang terbentuk tidak berekor dan jarak antara
noda satu dengan yang lainnya jelas (Harborne, 1987).
31. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa flavonoid dapat diisolasi dan di
identifikasi dari daun beluntas dengan metode kromatografi
lapis tipis dan spektrofotometer UV-Vis dan jenis senyawa
flavonoid yang ditemukan ialah flavono
32. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWAFLAVONOID
DARI DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini)
Gafur ., MaryatiAbd. Isa., Ishak. Bialangi Nurhayati.,
Jurusan Kimia Fakultas MIPAUniversitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun jamblang. Penelitian
ini diawali dengan mengekstrak serbuk daun jamblang (Syzygium
cumini) dengan pelarut metanol. Teknik yang digunakan adalah
maserasi. Ekstrak metanol tersebut dipekatkan kemudian dipartisi,
dilakukan kromatografi kolom, dan diuji KLT. Isolat murni yang
menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid kemudian di analisis
keberadaan gugus fungsinya dengan spektrofotometer IR dan panjang
gelombang dengan spektrofotometer UV-Vis. Hasil analisis
spektrofotometer IR menunjukkan gugus fungsi O-H, C=C, C=O, C-O,
dan C-H alifatik serta didukung oleh adanya serapan UV-Vis pada
panjang gelombang 290,00 nm yang mengalami transisi elektron (n →
π*) oleh suatu gugus C=O dan 216,00 nm yang mengalami transisi
electron (n→ σ*) oleh suatu gugus O-H.
Kata Kunci : isolasi, jamblang, syzygium cumini, Flavonoid
44. Isolasi Senyawa FlavonoidAktif Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun
Kemuning (Murraya PanicullataL. Jack) MorinaAdfa
JurusanKimia,FakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlam,Universitas Bengkulu,Indonesia
Diterima9Mei2007;Disetujui12Juni2007
Abstrak
Telah diisolasi senyawa flavonoid golongan flavon
(apigenin) berupa kristal berwarna kuning muda sebanyak
30 mg dari daun kemuning (Murraya panicullata L. Jack)
dengan titik leleh (195-196o C). Dari hasil uji Brine Shrimp
Lethality Test terhadap senyawa ini tidak memberikan efek
toksik terhadap larva Artemia salina Leach dengan LC50
194,786 μg/ml. Karakterisasi senyawa hasil isolasi telah
dilakukan dengan Kromatografi lapis tipis (KLT), spektrum
UV dan IR
Kata Kunci: flavon (apigenin); Murraya panicullata L.
Jack; Brine Shrimp Lethality Test
45.
46.
47. Spektrum Infrared Senyawa Hasil Isolasi Senyawa
hasil isolasi yang dikarakterisasi dengan spektrofotometer
UV mempergunakan pelarut metanol memberikan serapan
maksimum pada panjang gelombang 273,1 nm (pita II) ,
305 nm (bahu) dan 347,2 nm (pita I) terlihat pada lampiran
1. Interpretasi spektrum UV mendukung data sebelumnya
bahwa senyawa hasil isolasi ini adalah flavonoid, dimana
menurut Markham (1988), flavon (apigenin) mempunyai
spektrum UV pada pita II dengan λ maks 250-280 nm dan
pita I dengan λ maks 310-350. Serapan yang
menyebabkan terjadinya pita II karena adanya eksitasi
elektron dari π ke π* pada cincin benzenoid (cincin B). Pita
I dihasilkan karena adanya transisi elektronik dari n ke π*
pada gugus karbonil yang terkonyugasi oleh cincin A.
48. Karakterisasi senyawa hasil isolasi dengan spektrofotometer IR
memberikan serapan pada angka gelombang υKBr Maks cm-1 :
3260,1660, 1620, 1520, 1440, 1365, 1285, 1260, 1225, 1200, 1175,
1145, 1125, 1080, 1040, 1010, 940, 860, 835, 780 dan 745. Interpretasi
spektrum inframerah didapatkan puncak-puncak yang penjabarannya
sebagai berikut: serapan pada angka gelombang 3260 cm-1 merupakan
serapan OH fenol yang mempunyai ikatan hidrogen [11]. Cincin aromatis
ditunjukkan oleh puncak yang muncul pada daerah 1650-1450 cm-1,-
senyawa hasil isolasi memberikan puncak sekitar 1620 cm-1 dan 1520
cm-1 yang merupakan regangan C=C aromatis dan didukung oleh pita
serapan pada 860 cm-1,- 835 cm-1, 940 cm-1 serta pada daerah 1440
cm-1 terdapat pita yang sangat kuat dan tajam yang merupakan
regangan cincin aromatis [3].
Senyawa hasil isolasi memperlihatkan serapan pada angka gelombang
1660 cm-1 yang mengindikasikan serapan untuk gugus karbonil C=O,
didukung oleh puncak 1145 cm-1. Menurut literatur regang C=O yang
karaktristik untuk senyawa-senyawa flavonoid adalah 1700-1750 cm-1
yang didukung oleh adanya puncak pada daerah sidik jari dengan angka
gelombang 1158 cm-1. Serapan karbonil senyawa hasil isolasi ini lebih
kecil karena adanya konyugasi ikatan rangkap. Senyawa karbonil disini
adalah golongan ester yang diperkuat oleh puncak-puncak yang kuat
pada daerah 1300-1000 cm-1 [3][11]. Morina Adfa / Jurnal Gradien Vol. 3
No. 2 Juli 2007 : 262-266 266
49. KESIMPULAN
Dari 1 gram fraksi metanol ekstrak daun kemuning,
didapat senyawa flavonoid golongan flavon (apigenin)
berupa kristal berwarna kuning muda dari daun kemuning
dengan titik leleh (195-196o C). Dari hasil uji Brine Shrimp
Lethality Test terhadap senyawa ini tidak memberikan efek
toksik terhadap larva Artemia salina Leach dengan LC50
194,786 μg/ml.