SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR
SURAT EDARAN
Nomor: SE/ 06 / X /2015
tentang
PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)
1. Rujukan:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;
c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
International Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya;
e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi
International Hak-Hak Sipil dan Politik;
f. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
g. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi
Ras dan Etnis;
h. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial;
i. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam
Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia;
j. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, dengan ini diberitahukan sebagai
berikut:
2 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
a. bahwa persoalan mengenai ujaran kebencian (hate speech) semakin
mendapatkan perhatian masyarakat baik nasional maupun internasional
seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap perlindungan atas hak
asasi manusia (HAM);
b. bahwa perbuatan ujaran kebencian memiliki dampak yang merendahkan
harkat martabat manusia dan kemanusian seperti yang telah terjadi di
Rwanda, Afrika Selatan, ataupun di Indonesia;
c. bahwa dari sejarah kemanusiaan di dunia maupun bangsa ini, ujaran
kebencian bisa mendorong terjadinya kebencian kolektif, pengucilan,
diskriminasi, kekerasan, dan bahkan pada tingkat yang paling mengerikan,
pembantian etnis atau genosida terhadap kelompok yang menjadi sasaran
ujaran kebencian;
d. bahwa masalah ujaran kebencian harus dapat ditangani dengan baik karena
dapat merongrong prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berbhineka tunggal ika serta melindungi keragaman kelompok dalam bangsa
ini;
e. bahwa pemahaman dan pengetahuan atas bentuk-bentuk ujaran kebencian
merupakan hal yang penting dimiliki oleh personel Polri selaku aparat negara
yang memiliki tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum serta perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan sedini mungkin
sebelum timbulnya tindak pidana sebagai akibat dari ujaran kebencian
tersebut;
f. bahwa ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan pidana lainnya di luar
KUHP, yang berbentuk antara lain:
1) penghinaan;
2) pencemaran nama baik;
3) penistaan;
4) perbuatan tidak menyenangkan;
5) memprovokasi;
6) menghasut;
7) penyebaran berita bohong;
dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak
diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial.
g. bahwa ujaran kebencian sebagaimana dimaksud di atas, bertujuan untuk
menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan/atau kelompok
masyarakat dalam berbagai komunitas yang dibedakan dari aspek:
1) suku;
2) agama;
3 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
3) aliran keagamaan;
4) keyakinan/kepercayaan;
5) ras;
6) antar golongan;
7) warna kulit;
8) etnis;
9) gender;
10) kaum difabel (cacat);
11) orientasi seksual;
h. bahwa ujaran kebencian (hate speech) sebagaimana dimaksud di atas dapat
dilakukan melalui berbagai media, antara lain:
1) dalam orasi kegiatan kampanye;
2) spanduk atau banner;
3) jejaring media sosial;
4) penyampaian pendapat di muka umum (demonstrasi);
5) ceramah keagamaan;
6) media masa cetak maupun elektronik;
7) pamflet;
i) bahwa dengan memperhatikan pengertian ujaran kebencian di atas,
perbuatan ujaran kebencian apabila tidak ditangani dengan efektif, efisien,
dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, akan
berpotensi memunculkan konflik sosial yang meluas, dan berpotensi
menimbulkan tindak diskriminasi, kekerasan, dan/atau penghilangan nyawa.
3. Berkenaan dengan uraian pada angka 2 di atas, diberitahukan/dipermaklumkan
bahwa untuk menangani perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan
tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial yang
meluas diperlukan langkah-langkah penanganannya, sebagai berikut:
a. melakukan tindakan preventif sebagai berikut:
1) setiap anggota Polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman
mengenai bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat;
2) melalui pemahaman atas bentuk-bentuk ujaran kebencian dan akibat
yang ditimbulkannya maka personil Polri diharapkan lebih responsif
atau peka terhadap gelaja-gejala yang timbul di masyarakat yang
berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran kebencian;
3) setiap anggota Polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian
terhadap situasi dan kondisi di lingkungannya masing-masing terutama
yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian;
4) setiap anggota Polri agar melaporkan kepada pimpinan masing-masing
atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan
dengan perbuatan ujaran kebencian;
4 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
5) kepada para Kasatwil agar melakukan kegiatan:
a) mengefektifkan dan mengedepankan fungsi intelijen untuk
mengetahui kondisi real di wilayah-wilayah yang rawan konflik
terutama akibat hasutan-hasutan atau provokasi, untuk
selanjutnya dilakukan pemetaan sebagai bagian dari early warning
dan early detection;
b) mengedepankan fungsi binmas dan Polmas untuk melakukan
penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai ujaran
kebencian dan dampak-dampak negatif yang akan terjadi;
c) mengedepankan fungsi binmas untuk melakukan kerja sama yang
konstruktif dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda, dan akademisi untuk optimalisasi tindakan represif atas
ujaran kebencian;
d) apabila ditemukan perbuatan yang berpotensi mengarah pada
tindak pidana ujaran kebencian maka setiap anggota Polri wajib
melakukan tindakan:
(1) memonitor dan mendeteksi sedini mungkin timbulnya benih
pertikaian di masyarakat;
(2) melakukan pendekatan pada pihak yang diduga melakukan
ujaran kebencian;
(3) mempertemukan pihak yang diduga melakukan ujaran
kebencian dengan korban ujaran kebencian;
(4) mencari solusi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai;
dan
(5) memberikan pemahaman mengenai dampak yang akan
timbul dari ujaran kebencian di masyarakat;
b. apabila tindakan preventif sudah dilakukan oleh anggota Polri namun tidak
menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari tindakan ujaran kebencian,
maka penyelesaian dapat dilakukan melalui:
1) penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran
kebencian dengan mengacu pada ketentuan:
a) Pasal 156 KUHP, yang berbunyi:
“Barangsiapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan,
kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih suku
bangsa Indonesia dihukum dengan hukuman penjara selama-
5 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
lamanya empat tahun dengan hukuman denda setinggi-tingginya
empat ribu lima ratus rupiah."
b) Pasal 157 KUHP, yang berbunyi:
“(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau
menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang
isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan,
kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap
golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud
supaya isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum,
diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
(2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada
waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum
lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap
karena kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan
dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.”
c) Pasal 310 KUHP, yang berbunyi:
“(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama
baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang
maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang di-
siarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum,
maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana
penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika
perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau
karena terpaksa untuk membela diri.“
d) Pasal 311 KUHP, yang berbunyi:
“(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau
pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa
yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan
tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui,
maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.
6 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
(2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 – 3 dapat
dijatuhkan.”
e) Pasal 28 jis. Pasal 45 ayat (2) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi:
Pasal 28:
“(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.
(2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian
atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA).”
Pasal 45 ayat (2):
“(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”
(f) Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras dan Etnis, yang berbunyi:
Pasal 16:
“Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau
rasa benci kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan
etnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 1,
angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).”
2) Dalam hal telah terjadi konflik sosial yang dilatarbelakangi ujaran
kebencian, dalam penanganannya tetap berpedoman pada:
a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan
Konflik Sosial; dan
b) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.
7 SURAT EDARAN KAPOLRI
NOMOR : SE/06/X/2015
TANGGAL :
4. Demikian untuk menjadi maklum.
Kepada Yth:
Distribusi A, B, C, dan D
Mabes Polri
Dikeluarkan di : Jakarta
pada tanggal :
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Drs. BADRODIN HAITI
JENDERAL POLISI

More Related Content

What's hot

pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGI
Bernike Zega
 
Meningkatkan partisipasi politik rakyat
Meningkatkan partisipasi politik rakyatMeningkatkan partisipasi politik rakyat
Meningkatkan partisipasi politik rakyat
Election Commision
 

What's hot (20)

Presentasi terorisme
Presentasi terorismePresentasi terorisme
Presentasi terorisme
 
BUDAYA DIGITAL.ppt
BUDAYA DIGITAL.pptBUDAYA DIGITAL.ppt
BUDAYA DIGITAL.ppt
 
Literasi Digital - Menjadi Netizen Cerdas
Literasi Digital - Menjadi Netizen CerdasLiterasi Digital - Menjadi Netizen Cerdas
Literasi Digital - Menjadi Netizen Cerdas
 
Masyarakat cyber
Masyarakat cyberMasyarakat cyber
Masyarakat cyber
 
Hak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala GlobalHak Politik Perempuan Skala Global
Hak Politik Perempuan Skala Global
 
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan AkibatMedia Sosial: Manfaat dan Akibat
Media Sosial: Manfaat dan Akibat
 
Cerdas memanfaatkan media sosial di era digital
Cerdas memanfaatkan media sosial di era digitalCerdas memanfaatkan media sosial di era digital
Cerdas memanfaatkan media sosial di era digital
 
Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran KebencianRealitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
Realitas Demokrasi - Hoaks dan Ujaran Kebencian
 
Literasi Digital ICT Watch
Literasi Digital ICT WatchLiterasi Digital ICT Watch
Literasi Digital ICT Watch
 
Era Digital & Penguatan Wawasan Kebangsaan.pdf
Era Digital & Penguatan Wawasan Kebangsaan.pdfEra Digital & Penguatan Wawasan Kebangsaan.pdf
Era Digital & Penguatan Wawasan Kebangsaan.pdf
 
Hoaks - Infodemi yang Meresahkan
Hoaks - Infodemi yang Meresahkan Hoaks - Infodemi yang Meresahkan
Hoaks - Infodemi yang Meresahkan
 
pengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGIpengantar ANTROPOLOGI
pengantar ANTROPOLOGI
 
Presentasi Literasi Digital.ppt
Presentasi Literasi Digital.pptPresentasi Literasi Digital.ppt
Presentasi Literasi Digital.ppt
 
Peranan opinion leaders di indonesia
Peranan opinion leaders di indonesiaPeranan opinion leaders di indonesia
Peranan opinion leaders di indonesia
 
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
1. REVOLUSI INDUSTRI 4.0.pptx
 
Revisi UU ITE: Memerdekakan atau Membelengu
Revisi  UU ITE: Memerdekakan atau MembelenguRevisi  UU ITE: Memerdekakan atau Membelengu
Revisi UU ITE: Memerdekakan atau Membelengu
 
Meningkatkan partisipasi politik rakyat
Meningkatkan partisipasi politik rakyatMeningkatkan partisipasi politik rakyat
Meningkatkan partisipasi politik rakyat
 
PP.PARALEGAL.ppt
PP.PARALEGAL.pptPP.PARALEGAL.ppt
PP.PARALEGAL.ppt
 
Literasi Digital untuk Remaja
Literasi Digital untuk RemajaLiterasi Digital untuk Remaja
Literasi Digital untuk Remaja
 
INTEGRITAS DAN ANTI KORUPSI.pptx
INTEGRITAS DAN ANTI KORUPSI.pptxINTEGRITAS DAN ANTI KORUPSI.pptx
INTEGRITAS DAN ANTI KORUPSI.pptx
 

Viewers also liked

1_Curriculum vitae struktura
1_Curriculum  vitae struktura1_Curriculum  vitae struktura
1_Curriculum vitae struktura
Jindrich Janecek
 
Uvod u labortoriski rad 02
Uvod u labortoriski rad 02Uvod u labortoriski rad 02
Uvod u labortoriski rad 02
Luka Zagar
 

Viewers also liked (16)

CEO_Jim O'Neill
CEO_Jim O'NeillCEO_Jim O'Neill
CEO_Jim O'Neill
 
Are Today's Youth More Entrepreneurial Than Adults?
Are Today's Youth More Entrepreneurial Than Adults?Are Today's Youth More Entrepreneurial Than Adults?
Are Today's Youth More Entrepreneurial Than Adults?
 
Addressing the FP&A talent gap with the Association for Financial Professionals
 Addressing the FP&A talent gap with the Association for Financial Professionals Addressing the FP&A talent gap with the Association for Financial Professionals
Addressing the FP&A talent gap with the Association for Financial Professionals
 
Christopher-Crawford (1)
Christopher-Crawford (1)Christopher-Crawford (1)
Christopher-Crawford (1)
 
1_Curriculum vitae struktura
1_Curriculum  vitae struktura1_Curriculum  vitae struktura
1_Curriculum vitae struktura
 
Motorcycle riding
Motorcycle ridingMotorcycle riding
Motorcycle riding
 
historia del futbol
historia del  futbolhistoria del  futbol
historia del futbol
 
Mali Micro-insurance Project: Sini Tonon
Mali Micro-insurance Project: Sini TononMali Micro-insurance Project: Sini Tonon
Mali Micro-insurance Project: Sini Tonon
 
Uvod u labortoriski rad 02
Uvod u labortoriski rad 02Uvod u labortoriski rad 02
Uvod u labortoriski rad 02
 
Adaptive insights forrester and boston scientific webinar_final
Adaptive insights forrester and boston scientific webinar_finalAdaptive insights forrester and boston scientific webinar_final
Adaptive insights forrester and boston scientific webinar_final
 
CEO_Salman_Khan
CEO_Salman_KhanCEO_Salman_Khan
CEO_Salman_Khan
 
Motorist Confessions: What You Don't Know About Riding A Motorcycle
Motorist Confessions: What You Don't Know About Riding A MotorcycleMotorist Confessions: What You Don't Know About Riding A Motorcycle
Motorist Confessions: What You Don't Know About Riding A Motorcycle
 
Next Generation Mobile Broadband @ M-ICT Era
Next Generation Mobile Broadband @ M-ICT EraNext Generation Mobile Broadband @ M-ICT Era
Next Generation Mobile Broadband @ M-ICT Era
 
Activating 5G Research in Indonesia
Activating 5G Research in IndonesiaActivating 5G Research in Indonesia
Activating 5G Research in Indonesia
 
самовиховання(1) тема 5
самовиховання(1) тема 5самовиховання(1) тема 5
самовиховання(1) тема 5
 
Webinar slides on "Managing Partnerships in Microinsurance
Webinar slides on "Managing Partnerships in MicroinsuranceWebinar slides on "Managing Partnerships in Microinsurance
Webinar slides on "Managing Partnerships in Microinsurance
 

Similar to Hate speech

Bab 1 ham xi kur 13
Bab 1 ham  xi kur 13Bab 1 ham  xi kur 13
Bab 1 ham xi kur 13
nwk_ws
 
Media convergence kasus florence
Media convergence kasus florence Media convergence kasus florence
Media convergence kasus florence
kelompok2MC172B
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
WATI SRIWAHYUNINGSIH
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
WATI SRIWAHYUNINGSIH
 

Similar to Hate speech (20)

Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana TerorismeUndang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Undang-Undang (UU) No 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
 
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdfUU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
UU Nomor 5 Tahun 2018.pdf
 
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
 
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptxPPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
PPT Hoax dalam kacamata hukum pidana.pptx
 
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
Revisi UU ITE dan Masa Depan Demokrasi di Indonesia
 
Bab 1 ham xi kur 13
Bab 1 ham  xi kur 13Bab 1 ham  xi kur 13
Bab 1 ham xi kur 13
 
Media convergence kasus florence
Media convergence kasus florence Media convergence kasus florence
Media convergence kasus florence
 
Bab 1 menapaki jalan terjal penegakan ham di indonesia
Bab 1 menapaki jalan terjal penegakan ham di indonesiaBab 1 menapaki jalan terjal penegakan ham di indonesia
Bab 1 menapaki jalan terjal penegakan ham di indonesia
 
Undang-undang ITE
Undang-undang ITEUndang-undang ITE
Undang-undang ITE
 
UU ite
UU iteUU ite
UU ite
 
Uu ite(2)
Uu ite(2)Uu ite(2)
Uu ite(2)
 
Bicara Atau Penjara
Bicara Atau Penjara Bicara Atau Penjara
Bicara Atau Penjara
 
medsos_bullying_dan_budaya_kekerasan.pptx
medsos_bullying_dan_budaya_kekerasan.pptxmedsos_bullying_dan_budaya_kekerasan.pptx
medsos_bullying_dan_budaya_kekerasan.pptx
 
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
Pengaturan Tindak Pidana ITE Pasal 28 ayat (2)
 
Peranan hukum dalam menanggulangi hoax, ujaran kebencian
Peranan hukum dalam menanggulangi hoax, ujaran kebencianPeranan hukum dalam menanggulangi hoax, ujaran kebencian
Peranan hukum dalam menanggulangi hoax, ujaran kebencian
 
Draf RUU Terorisme - 24 Mei 2018
Draf RUU Terorisme - 24 Mei 2018Draf RUU Terorisme - 24 Mei 2018
Draf RUU Terorisme - 24 Mei 2018
 
Lampiran 2
Lampiran 2Lampiran 2
Lampiran 2
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digitalSituasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
Situasi kerentanan kebebasan berekspresi termasuk jurnalis dalam konteks digital
 

More from Mastel Indonesia

More from Mastel Indonesia (20)

Challenges and Opportunities for ICT Industry in Indonesia 2016
Challenges and Opportunities for ICT Industry in Indonesia 2016Challenges and Opportunities for ICT Industry in Indonesia 2016
Challenges and Opportunities for ICT Industry in Indonesia 2016
 
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
 
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
Indonesia Digital Transformation Outlook Briefing 2016
 
Outlook Briefing 2016: Cyber Security
Outlook Briefing 2016: Cyber SecurityOutlook Briefing 2016: Cyber Security
Outlook Briefing 2016: Cyber Security
 
ICT Outlook 2016
ICT Outlook 2016ICT Outlook 2016
ICT Outlook 2016
 
Masukan tentang Kedaulatan Siber NKRI kepada Menkominfo RI
Masukan tentang Kedaulatan Siber NKRI kepada Menkominfo RIMasukan tentang Kedaulatan Siber NKRI kepada Menkominfo RI
Masukan tentang Kedaulatan Siber NKRI kepada Menkominfo RI
 
Company Profile Indosat Ooredoo
Company Profile Indosat OoredooCompany Profile Indosat Ooredoo
Company Profile Indosat Ooredoo
 
5G Indonesia
5G Indonesia5G Indonesia
5G Indonesia
 
Sejenak di 4G Melompati ke 5G
Sejenak di 4G Melompati ke 5GSejenak di 4G Melompati ke 5G
Sejenak di 4G Melompati ke 5G
 
Strategi Menyonsong 5G di Indonesia
Strategi Menyonsong 5G di IndonesiaStrategi Menyonsong 5G di Indonesia
Strategi Menyonsong 5G di Indonesia
 
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
Perkembangan dan Prospek Sektor Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK)
 
RSVP Mastel.id
RSVP Mastel.idRSVP Mastel.id
RSVP Mastel.id
 
How to login
How to loginHow to login
How to login
 
Ovum ZTE Presentation Jakarta
Ovum ZTE Presentation Jakarta Ovum ZTE Presentation Jakarta
Ovum ZTE Presentation Jakarta
 
Preparing for the Next Broadband - MBS
Preparing for the Next Broadband - MBSPreparing for the Next Broadband - MBS
Preparing for the Next Broadband - MBS
 
5G Expectation and Beyond - an Operator Perspective - CG Gustiana
5G Expectation and Beyond - an Operator Perspective - CG Gustiana5G Expectation and Beyond - an Operator Perspective - CG Gustiana
5G Expectation and Beyond - an Operator Perspective - CG Gustiana
 
5G Emergence and Regulatory Challenges - DG PPI - Prof. Kalamullah
5G Emergence and Regulatory Challenges - DG PPI - Prof. Kalamullah5G Emergence and Regulatory Challenges - DG PPI - Prof. Kalamullah
5G Emergence and Regulatory Challenges - DG PPI - Prof. Kalamullah
 
Tor pokja satelit mastel
Tor pokja satelit mastelTor pokja satelit mastel
Tor pokja satelit mastel
 
Tor pokja menumbuhkembangkan ott nasional
Tor pokja menumbuhkembangkan ott nasionalTor pokja menumbuhkembangkan ott nasional
Tor pokja menumbuhkembangkan ott nasional
 
Proposal pokja-unik-v1.5-rev-mas
Proposal pokja-unik-v1.5-rev-masProposal pokja-unik-v1.5-rev-mas
Proposal pokja-unik-v1.5-rev-mas
 

Recently uploaded

Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
AlMaliki1
 

Recently uploaded (10)

Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.pptEtika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
Etika Profesi-CYBER CRIME n CYBER LAW.ppt
 
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan PendahuluanSosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
Sosiologi Hukum : Sebuah Pengantar dan Pendahuluan
 
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptxPENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU TAHUN 2024.pptx
 
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptxHukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
Hukum Adat Islam Institut Agama Islam Negeri Bone.pptx
 
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas TerbukaSesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
Sesi 3 MKDU 4221 PAI 2020 Universitas Terbuka
 
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKIHAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
HAK PATEN yang merupakan salah satu bagian dari HAKI
 
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
HUKUM PERDATA di Indonesia (dasar-dasar Hukum Perdata)
 
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertamaLuqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
Luqman Keturunan Snouck Hurgronje dari istri pertama
 
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHANBENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
BENTUK NEGARA ,BENTUK PEMERINTAHAN DAN SISTEM PEMERINTAHAN
 
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
2. MACAM MACAM KORBAN.ppt Materi Kuliah Hukum Viktimologi
 

Hate speech

  • 1. KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015 tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) 1. Rujukan: a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi International Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya; e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi Konvensi International Hak-Hak Sipil dan Politik; f. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik; g. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis; h. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; i. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; j. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial. 2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, dengan ini diberitahukan sebagai berikut:
  • 2. 2 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : a. bahwa persoalan mengenai ujaran kebencian (hate speech) semakin mendapatkan perhatian masyarakat baik nasional maupun internasional seiring dengan meningkatnya kepedulian terhadap perlindungan atas hak asasi manusia (HAM); b. bahwa perbuatan ujaran kebencian memiliki dampak yang merendahkan harkat martabat manusia dan kemanusian seperti yang telah terjadi di Rwanda, Afrika Selatan, ataupun di Indonesia; c. bahwa dari sejarah kemanusiaan di dunia maupun bangsa ini, ujaran kebencian bisa mendorong terjadinya kebencian kolektif, pengucilan, diskriminasi, kekerasan, dan bahkan pada tingkat yang paling mengerikan, pembantian etnis atau genosida terhadap kelompok yang menjadi sasaran ujaran kebencian; d. bahwa masalah ujaran kebencian harus dapat ditangani dengan baik karena dapat merongrong prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia yang berbhineka tunggal ika serta melindungi keragaman kelompok dalam bangsa ini; e. bahwa pemahaman dan pengetahuan atas bentuk-bentuk ujaran kebencian merupakan hal yang penting dimiliki oleh personel Polri selaku aparat negara yang memiliki tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum serta perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, sehingga dapat diambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum timbulnya tindak pidana sebagai akibat dari ujaran kebencian tersebut; f. bahwa ujaran kebencian dapat berupa tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan ketentuan pidana lainnya di luar KUHP, yang berbentuk antara lain: 1) penghinaan; 2) pencemaran nama baik; 3) penistaan; 4) perbuatan tidak menyenangkan; 5) memprovokasi; 6) menghasut; 7) penyebaran berita bohong; dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial. g. bahwa ujaran kebencian sebagaimana dimaksud di atas, bertujuan untuk menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan/atau kelompok masyarakat dalam berbagai komunitas yang dibedakan dari aspek: 1) suku; 2) agama;
  • 3. 3 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : 3) aliran keagamaan; 4) keyakinan/kepercayaan; 5) ras; 6) antar golongan; 7) warna kulit; 8) etnis; 9) gender; 10) kaum difabel (cacat); 11) orientasi seksual; h. bahwa ujaran kebencian (hate speech) sebagaimana dimaksud di atas dapat dilakukan melalui berbagai media, antara lain: 1) dalam orasi kegiatan kampanye; 2) spanduk atau banner; 3) jejaring media sosial; 4) penyampaian pendapat di muka umum (demonstrasi); 5) ceramah keagamaan; 6) media masa cetak maupun elektronik; 7) pamflet; i) bahwa dengan memperhatikan pengertian ujaran kebencian di atas, perbuatan ujaran kebencian apabila tidak ditangani dengan efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, akan berpotensi memunculkan konflik sosial yang meluas, dan berpotensi menimbulkan tindak diskriminasi, kekerasan, dan/atau penghilangan nyawa. 3. Berkenaan dengan uraian pada angka 2 di atas, diberitahukan/dipermaklumkan bahwa untuk menangani perbuatan ujaran kebencian agar tidak memunculkan tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan/atau konflik sosial yang meluas diperlukan langkah-langkah penanganannya, sebagai berikut: a. melakukan tindakan preventif sebagai berikut: 1) setiap anggota Polri agar memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk-bentuk ujaran kebencian yang timbul di masyarakat; 2) melalui pemahaman atas bentuk-bentuk ujaran kebencian dan akibat yang ditimbulkannya maka personil Polri diharapkan lebih responsif atau peka terhadap gelaja-gejala yang timbul di masyarakat yang berpotensi menimbulkan tindak pidana ujaran kebencian; 3) setiap anggota Polri agar melakukan kegiatan analisis atau kajian terhadap situasi dan kondisi di lingkungannya masing-masing terutama yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian; 4) setiap anggota Polri agar melaporkan kepada pimpinan masing-masing atas situasi dan kondisi di lingkungannya terutama yang berkaitan dengan perbuatan ujaran kebencian;
  • 4. 4 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : 5) kepada para Kasatwil agar melakukan kegiatan: a) mengefektifkan dan mengedepankan fungsi intelijen untuk mengetahui kondisi real di wilayah-wilayah yang rawan konflik terutama akibat hasutan-hasutan atau provokasi, untuk selanjutnya dilakukan pemetaan sebagai bagian dari early warning dan early detection; b) mengedepankan fungsi binmas dan Polmas untuk melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat mengenai ujaran kebencian dan dampak-dampak negatif yang akan terjadi; c) mengedepankan fungsi binmas untuk melakukan kerja sama yang konstruktif dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan akademisi untuk optimalisasi tindakan represif atas ujaran kebencian; d) apabila ditemukan perbuatan yang berpotensi mengarah pada tindak pidana ujaran kebencian maka setiap anggota Polri wajib melakukan tindakan: (1) memonitor dan mendeteksi sedini mungkin timbulnya benih pertikaian di masyarakat; (2) melakukan pendekatan pada pihak yang diduga melakukan ujaran kebencian; (3) mempertemukan pihak yang diduga melakukan ujaran kebencian dengan korban ujaran kebencian; (4) mencari solusi perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai; dan (5) memberikan pemahaman mengenai dampak yang akan timbul dari ujaran kebencian di masyarakat; b. apabila tindakan preventif sudah dilakukan oleh anggota Polri namun tidak menyelesaikan masalah yang timbul akibat dari tindakan ujaran kebencian, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui: 1) penegakan hukum atas dugaan terjadinya tindak pidana ujaran kebencian dengan mengacu pada ketentuan: a) Pasal 156 KUHP, yang berbunyi: “Barangsiapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih suku bangsa Indonesia dihukum dengan hukuman penjara selama-
  • 5. 5 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : lamanya empat tahun dengan hukuman denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus rupiah." b) Pasal 157 KUHP, yang berbunyi: “(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.” c) Pasal 310 KUHP, yang berbunyi: “(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang di- siarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.“ d) Pasal 311 KUHP, yang berbunyi: “(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
  • 6. 6 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : (2) Pencabutan hak-hak berdasarkan pasal 35 No. 1 – 3 dapat dijatuhkan.” e) Pasal 28 jis. Pasal 45 ayat (2) UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang berbunyi: Pasal 28: “(1) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik. (2) Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).” Pasal 45 ayat (2): “(2) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).” (f) Pasal 16 UU Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, yang berbunyi: Pasal 16: “Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).” 2) Dalam hal telah terjadi konflik sosial yang dilatarbelakangi ujaran kebencian, dalam penanganannya tetap berpedoman pada: a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; dan b) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial.
  • 7. 7 SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR : SE/06/X/2015 TANGGAL : 4. Demikian untuk menjadi maklum. Kepada Yth: Distribusi A, B, C, dan D Mabes Polri Dikeluarkan di : Jakarta pada tanggal : KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Drs. BADRODIN HAITI JENDERAL POLISI