Dokumen tersebut membahas tentang ancaman terhadap kedaulatan siber Indonesia akibat keterhubungan global melalui jaringan broadband. Jaringan telekomunikasi, internet, dan penyiaran yang terintegrasi telah menciptakan dunia siber yang serba terhubung, sehingga seluruh aset digital dan infrastruktur kritis Indonesia dapat diakses dari mancanegara dan berpotensi mengalami gangguan siber. Dokumen tersebut menganalisis bagaimana seluruh rumah tangga, per
1. 1
Kedaulatan
Cyber
NKRI
di
Era
Dunia
yang
Serba
Terhubung
(globally-‐networked)
MASTEL
–
Masyarakat
Telematika
Indonesia
1.
Pendahuluan
Berpadunya
teknologi
telekomunikasi,
internet,
dan
penyiaran,
telah
mendorong
munculnya
infrastruktur
ekonomi
baru
yang
disebut
dengan
Jaringan
Broadband.
Manfaat
dari
keberadaan
jaringan
broadband
bagi
peningkatan
kualitas
kehidupan
sosial
dan
ekonomi
suatu
bangsa
kiranya
tidak
perlu
dibahas
lagi
dalam
naskah
ini.
Sisi
lain
yang
amat
perlu
dipahami
adalah
bahwa
saat
jaringan
broadband
domestik
tersambung
dengan
jaringan
broadband
global,
seluruh
aset
nasional
dapat
menjadi
terhubung
(networked)
ke
jaringan
global.
Keterhubungan
global
ini
membentuk
dunia
baru
Cyber-‐World
yang
memindahkan
kehidupan
tatap-‐muka
atau
temu
fisik
menjadi
kehidupan
Online.
Keterhubungan
ini
memberi
banyak
kemudahan,
namun
juga
membawa
kerentanan
dan
ancaman
baru,
yaitu
ancaman
kedaulatan
Cyber.
Gambar-‐1:
Keterhubungan
Global
dan
Domestik
mengancam
Kedaulatan
NKRI
Keterhubungan
melalui
jaringan
telekomunikasikasi
dibutuhkan
untuk
pelayanan
umum
melalui
jaringan
umum
(public-‐network),
yaitu
memenuhi
hak
dasar
warga
negara
untuk
mendapatkan
akses
informasi
[Pasal
28F
UUD
1945].
Selain
untuk
layanan
umum,
keterhubungan
diperlukan
juga
dalam
moderenisasi
sistem
kendali
lalu
lintas,
sistem
kendali
pemakaian
energi
(listrik
dan
gas),
sistem
kendali
terpadu
pengelolaan
air
minum,
sistem
informasi
terpadu
Pemerintahan,
dan
sebagainya
yang
idealnya
merupakan
jaringan
mandiri
(private-‐network)
yang
memiliki
tingkat
keamanan
dan
kehandalan
jauh
di
atas
jaringan
untuk
layanan
umum.
2. 2
2.
Keterhubungan
Domestik
melalui
Jaringan
Pita-‐lebar
Indonesia
Indonesia
sedang
terus
membangun
jaringan
broadband
(pita-‐lebar)nya.,
baik
untuk
jaringan
telekomunikasi
layanan
umum
(public-‐network)
maupun
jaringan
mandiri
(private-‐network)
untuk
keperluan
kalangan
sendiri.
Dengan
teknologi
yang
ada,
jaringan
mandiri
dapat
dibangun
secara
virtual
melalui
jaringan
layanan
umum
dan
membentuk
virtual-‐private-‐network
(VPN).
Jadi
dalam
hal
ini,
jaringan
mandiri
dan
jaringan
untuk
umum
menyatu
di
jaringan
yang
sama.
Maka,
kemungkinan
jaringan
mandiri
akan
mendapat
gangguan
dari
pengguna
jaringan
umum
tentu
lebih
besar
dibandingkan
jika
jaringan
mandiri
ini
menggunakan
fisik
saluran
yang
terpisah.
Keterhubungan
fisik
ataupun
virtual
melalui
jaringan
broadband
Indonesia
akan
menyebabkan
semua
yang
tersambung
di
ujung
jaringan
menjadi
terhubung
kemana
saja
dengan
semua
yang
tersambung
di
ujung
yang
lain
dari
jaringan
broadband
ini.
Ujung
yang
satu
berada
di
Indonesia,
dan
ujung
yang
lain
ada
di
belahan
dunia
entah
dimana.
Situasinya
digambarkan
sebagai
berikut:
• Melalui
jaringan
Fixed
broadband
(public
&
private)
– Seluruh
rumah
dan
kantor
terhubung
ke
seluruh
dunia
melalui
broadband
network.
– Semua
pabrik
modern
dapat
terhubung
globally.
– Semua
sistem
kendali
listrik,
lalu-‐lintas,
kendali
air
dapat
terhubung
globally,
kecuali
jika
jaringannya
di-‐isolasi
dengan
baik.
• Melalui
jaringan
Mobile
broadband
– Gadget
(smartphone/tablet/laptop)
melekat
pada
pemiliknya
dan
terhubung
ke
seluruh
dunia.
– Setiap
orang
dan
setiap
anak
yang
membawa
gadget
menjadi
terhubung
ke
Dunia
Cyber.
– Gadget
adalah
jendela
dunia,
dan
pintu
ancaman
bagi
penggunanya.
Dengan
logika
sederhana
bahwa
“jika
terhubung
maka
akan
dapat
dihubungi”,
resiko
dari
“serba
terhubung”
ini
bisa
dipahami
dengan
mudah.
Siapa
atau
apa
saja
yang
akan
terhubung
ke
dalam
keterhubungan
global
di
atas;
jawaban
dari
pertanyaan
ini
akan
menuntun
ke
pemikiran
tentang
siapa
dan
apa
saja
yang
dapat
terancam
oleh
adanya
keterhubungan
tersebut.
Berikut
disampaikan
gambarannya.
• Everything
being
Networked
(semuanya
menjadi
terhubung).
Sebentar
lagi
dunia
akan
memasuki
era
Internet
of
Things
(IoT),
melalui
jaringan
generasi
5G,
yang
berarti
tidak
hanya
manusia
yang
akan
terhubung
tetapi
semua
aksesoris
kehidupan.
Maka
yang
akan
terhubung
adalah
:
– Warga
negara,
anak-‐anak,
rumah,
kantor,
sekolah,
rumah
sakit,
pabrik,
infrastruktur
penting,
public-‐utilities,
surveilance,
aset
monitoring,
bahkan
mobil,
kulkas,
binatang
piaraan,
dan
sebagainya.
• Resiko
terhubung:
– Gangguan
terhadap
warga
negara,
individu,
institusi,
perusahaan,
pabrik,
fasilitas
umum,
layanan
umum,
ketertiban
umum.
– Gangguan
IPOLEKSOSBUD-‐HANKAM
dari
Cyber
Threat
&
Cyber
Crime.
3. 3
3.
Keterhubungan
Global
melalui
Jaringan
Broadband
Global
Dalam
konteks
hubungan
antar
bangsa,
terhubungnya
jaringan
pitalebar
Indonesia
dengan
jaringan
broadband
global
memiliki
bobot
tugas
memilih
politik
luar
negeri
yang
sangat
berat.
Apakah
Indonesia
akan
begitu
saja
menyamakan
politik
luar
negeri
untuk
Cyber
World
ini
sama
dengan
ketika
bangsa
Indonesia
menyatakan
politik
luar
negeri
di
dunia
fisik
yang
bebas
aktif.
Untuk
dapat
menjawab
dengan
pas,
sebaiknya
memahami
apa
saja
yang
mungkin
terjadi
di
dunia
cyber
ini.
Berikut
ini
disampaikan
beberapa
gambaran
sederhana
tentang
situasi
tersebut.
• Globalisasi
Ekonomi
Online
Dengan
jaringan
broadband,
seluruh
negara
di
dunia
terhubung,
semakin
banyak
transaksi
online
dan
belanja
online.
Melintasi
batas
negara
dengan
pembayaran
melalui
kartu
kredit
dan
uang
digital
lainnya.
Komoditas
digital
yang
non-‐fisik
semakin
beragam
sehingga
lalu-‐lintas
“barang
dagangan”
pun
melalui
jaringan
broadband;
tidak
melalui
pengapalan
dan
pelabuhan.
Tidak
melalui
custom-‐clearence,
tidak
melalui
bea
dan
cukai,
belum
terjangkau
audit
perpajakan,
tidak
ada
commercial-‐present,
dan
sebagainya.
Globalisasi
online
terjadi
begitu
saja
di
depan
mata
dan
perdagangan
global
secara
online
telah
terjadi
semakin
marak.
Tidak
ada
kendali
negara
dan
tidak
ada
kedaulatan
ekonomi.
Maka,
ini
merupakan
agenda
penting
dalam
hal
Kedaulatan
Cyber.
• Ancaman
Gangguan
terhadap
Transaksi
Online
Pergeseran
transaksi
bisnis
dari
temu-‐fisik
menjadi
transaksi
secara
online
menuntut
perhatian
dalam
hal
keamanan
transaksi
dan
kepercayaan
publik
untuk
menggunakannya.
Hal
ini
telah
diangkat
dalam
Deklarasi
WSIS
2003
Geneva
dan
WSIS
2005
Tunis
yang
tertuang
dalam
kunci
kelima
C5:
“Building
Confidence
and
Security
in
the
use
of
ICTs”.
Maka
negara
harus
hadir
dan
perlu
memiliki
strategi
pengamanan
transaksi
online.
Infrastruktur
penting
untuk
keamanan
transaksi
online
ini
adalah
Public-‐Key-‐Infrastruktur
yang
harus
dibangun
dan
dimiliki
Indonesia,
agar
mampu
berdaulat
dalam
menata
dan
memantau
lalu-‐lintas
perdagangan
online
nasional.
Hingga
saat
ini,
penentu
keabsahan
pembayaran
online
Indonesia
masih
menggunakan
infrastruktur
di
luar
negeri
sehingga
rekaman
kegiatan
online
ini
berada
di
luar
negeri.
• Globalisasi
Ideologi,
Politik,
Sosial-‐Budaya
Peran
media
sosial
melalui
jaringan
broadband
sudah
tidak
perlu
dibahas
lagi
secara
rinci.
Keterhubungan
global
yang
tanpa
gerbang
cyber
telah
membuat
NKRI
menjadi
negara
tanpa
tapal
batas.
Seluruh
pemegang
smartphone
dan
gadget
lainnya
bebas
berhubungan
dengan
siapa
saja
dimana
saja
dan
kapan
saja,
dari
tempat
terbuka
ataupun
tempat
pribadi.
Bila
di
dunia
nyata
masih
berlaku
rasa
malu
dilihat
banyak
orang,
tetapi
di
dunia
cyber
tidak
ada
lagi
kendali
sosial
itu
karena
perbuatan
apapun
bisa
dilakukan
di
ruang
pribadi.
Maka
tanpa
kehadiran
kendali
negara
di
dunia
cyber
Indonesia,
kedaulatan
NKRI
niscaya
tidak
ada
lagi.
Ideologi,
politik,
dan
sosial-‐budaya
dari
manapun
dapat
dengan
mudah
diakses
dan
dikirim
masuk
ke
wilayah
NKRI
melalui
jaringan
broadband
global.
4. 4
• Ancaman
Global
terhadap
Anak
Nusantara
Catatan
anak
dan
pemuda
yang
menjadi
korban
kejahatan
cyber
sudah
cukup
banyak,
ajakan
radikalisme,
pornografi,
pornografi-‐anak,
ataupun
bully
secara
online,
adalah
daftar
panjang
dampak
keterhubungan
global.
Semua
anak
dan
remaja
pemegang
gadget
menjadi
amat
rentan
terhadap
gangguan
dunia
cyber
karena
pada
usia
muda
ini
rasa
ingin
tahunya
amat
besar.
Maka
negara-‐
negara
yang
sudah
menyadari
adanya
ancaman
ini
sudah
menerbitkan
UU
Perlindungan
Anak
dari
konten
internet
yang
membahayakan.
• Ancaman
Global
terhadap
Warga
Negara
Semua
warga
negara
pemegang
gadget
yang
terhubung
ke
jaringan
global
akan
menjadi
rentan
terhadap
gangguan
kejahatan
cyber
dan
eksploitasi
data
pribadi.
Mulai
dari
gangguan
penawaran
produk
barang
dan
jasa,
hingga
ke
informasi
yang
menipu,
ataupun
hilangnya
hak
privacy
karena
surveilance,
penyadapan,
personal
data
harvesting
(panen
data
pribadi),
dan
sebagainya.
Semakin
maraknya
aplikasi
yang
berebut
data
pengguna
dan
mencatat
semua
data
pribadi,
nomor
telepon,
dan
nomor
IMEI
gadget,
semakin
membuat
masyarakat
tidak
berdaya
pada
saat
data
pribadi
tersebut
dieksploitasi
untuk
kepentingan
bisnis
dan
dipindah
tangankan
entah
kemana.
Bahkan
rekam
jejak
kegiatan
sehari-‐hari
pun
disimpan
oleh
aplikasi
tertentu
sehingga
hak
pribadi
penduduk
menjadi
hilang.
Maka
negara
perlu
menerbitkan
Undang
Undang
Perlindungan
Data
Pribadi,
Privacy,
dan
Perlindungan
Penduduk.
• Ancaman
Perang
Cyber
Selama
ada
perang
fisik
tentu
ada
perang
cyber
karena
manusianya
sama.
Ada
serangan
cyber
maka
ada
pertahanan
cyber.
Sasarannya
adalah
public-‐utility
yang
dikendalikan
secara
terpusat;
baik
yang
berskala
lokal,
nasional,
apalagi
global.
Semakin
terpusat
sistem
kendali
dari
public-‐utility
itu,
semakin
rentan
untuk
dilumpuhkan
dalam
sekali
serangan.
Maka
umumnya,
negara
yang
sadar
adanya
potensi
perang
cyber
akan
membangun
infrastruktur
sistem
kendali
public-‐utility-‐nya
secara
eksklusif
agar
memiliki
tingkat
keamanan
dan
ketahanan
yang
tinggi.
Tidak
tepat
jika
jaringan
umum
(public-‐network)
dipakai
dalam
sistem
kendali
public-‐utility
apalagi
untuk
sistem
pertahanan
dan
keamanan
nasional.
• Ancaman
Global
terhadap
Kedaulatan
NKRI
Dari
uraian
di
atas,
ancaman
kedaulatan
cyber
adalah
suatu
keniscayaan
dan
sebagian
telah
terjadi.
NKRI
yang
menjadi
terhubung
tanpa
batas-‐negara
memerlukan
Gerbang-‐Cyber
sebagai
batas
negara.
Jaringan
nasional
sangat
perlu
ditata
dengan
memperhatikan
aspek
keamanan
dan
kedaulatan
NKRI.
Maka
menjadi
nyata
bahwa
keterhubungan
pitalebar
Indonesia
dengan
jaringan
broadband
global
akan
membawa
dampak
IPOLEKSOSBUD-‐HANKAMNAS
yang
amat
memerlukan
perhatian
dan
penanganan
yang
sungguh-‐sungguh.
Globalisasi
Online
membawa
dampak
cyber-‐threats,
cyber-‐crime,
cyber-‐attack,
cyber-‐war,
cyber-‐terror,
cyber-‐bully,
kolonialisasi
ekonomi
online,
dan
sebagainya.
Sungguh
kedaulatan
NKRI
di
dunia
cyber
memerlukan
SISHANKAMRATA-‐Cyber.
5. 5
4.
Lingkup
Kedaulatan–Cyber
Satu
hal
mendasar
yang
perlu
ditegaskan
oleh
Indonesia
adalah
bahwa
urusan
besar
Kedaulatan
Cyber
bukan
sekedar
urusan
cyber-‐attack
saja,
tetapi
mencakup
seluruh
urusan
IPOLEKSOSBUD
dan
HANKAMNAS.
Semua
bentuk
kedaulatan
yang
berlaku
di
dunia
nyata
mestinya
berlaku
pula
di
dunia
cyber.
Karena
itu
lingkup
kedaulatan
cyber
dapat
meliputi
:
• Menjaga
keamanan
dan
kenyamanan
lingkungan
cyber
warga
negara.
o Transaksi
online
yang
aman
dan
dapat
dipercaya
o Mencegah
gangguan
atas
public-‐utility
(listik,
air,
gas,
lalu-‐lintas,
dst.)
o Menekan
dan
menanggulangi
kejahatan
cyber
(carding,
fraud,
penipuan).
o Pemulihan
segera
atas
gangguan
public
utility.
• Menjaga
kewajaran
penguasaan
ekonomi
global.
o Menetapkan
kebijakan
dan
strategi
kedaulatan
cyber
nasional
o Menentukan
kebijakan
politik
luar
negeri
dunia
cyber
o Menentukan
kebijakan
dan
pengaturan
perdagangan
online
global
o Menentukan
kebijakan
dan
pengaturan
perpajakan
e-‐commerce
global
o Melakukan
pengawasan
dan
evaluasi
berkelanjutan
atas
lalu-‐lintas
cyber.
• Melindungi
critical-‐infrastructure
pemerintahan.
o Menentukan
strategi
pembangunan
critical-‐infrastructure
pemerintahan
o Menentukan
strategi
menghadapi
Cyber
attacks
–
cyber
warfare
o Pemulihan
segera
dampak
cyber
attack.
o Menetapkan
panduan
koordinasi
lintas
lembaga/kementerian.
• Mengendalikan
penetrasi
ideologi,
politik,
dan
sosial-‐budaya.
o Menentukan
kebijakan,
strategi,
dan
ambang
toleransi
terhadap
penetrasi
o Melaksanaan
kebijakan
dan
strategi
ketahanan
budaya
nasional
o Menentukan
kebijakan
dan
strategi
penataan
jaringan
broadband
nasional
dan
gerbang
cyber
NKRI.
• Melindungi
warga
negara
(privacy,
data
pribadi)
dan
anak-‐anak.
o Menentukan
kebijakan
dan
strategi
perlindungan
data
peribadi
dan
privacy
warga
negara.
o Menentukan
kebijakan
dan
strategi
perlindungan
anak
nusantara.
Kemajuan
teknologi
telah
membuka
peluang
dan
ancaman
baru,
mengubah
pola
dan
gaya
hidup,
dan
mengubah
pola
hubungan
antar
bangsa.
Maka
sungguh
penting
bagi
Indonesia
untuk
menyerukan
kepada
dunia
bahwa
semaju
apapun
perkembangan
kemampuan
teknologi,
eksistensi
bernegara
harus
tetap
dihargai
dan
dihormati.
Ke
arah
dalam
negeri,
negara
perlu
melengkapi
kemampuan,
fungsi
kendali,
aparat,
dan
kelembagaan/organisasi,
yang
sesuai
kemajuan
jaman
dalam
rangka
terus
menjaga
kedaulatan
negara.
Globalisasi
dan
perdagangan
bebas
adalah
dua
hal
yang
menjadi
agenda
tetap
negara
maju,
baik
di
dunia
nyata
maupun
di
dunia
cyber.
Maka
negara
maju
akan
berusaha
mendorong
keterbukaan
dunia
cyber,
akan
“memaksa”
negara
lain
agar
jaringan
global
tidak
perlu
diatur,
mengarahkan
negara
cyber
tanpa
tapal
batas,
dalam
rangka
membangun
dominasi
di
dunia
cyber.
Maka
para
pemimpin
Indonesia
harus
tetap
konsisten
dengan
diplomasi
sederhana,
bahwa
kedaulatan
negara
adalah
absolut.
6. 6
5.
Lingkup
Strategi
Menjaga
Kedaulatan
Cyber
Strategi
dalam
menjaga
kedaulatan
cyber
mencakup
pencegahan,
penanggulangan,
evaluasi
dan
penyempurnaan.
Namun
sebelum
itu
harus
mengenali
lebih
dahulu
apa
yang
harus
dijaga.
Setelah
itu
mengetahui
bagaimana
cara
menjaga,
dan
apa
saja
yang
diperlukan
untuk
dapat
melakukan
tugas
menjaga
tersebut.
Maka
dari
itu,
lingkup
strategi
menjaga
kedaulatan
dapat
meliputi
hal-‐hal
sebagai
berikut:
• Lingkup
yang
harus
dijaga
(ragam
wilayah
teritorial
cyber):
o Jaringan
telekomunikasi
publik
nasional
&
Gerbang
NKRI
o Jaringan
tertutup
Perbankan
Nasional
o Infrastruktur
sistem
pembayaran
online
nasional
o Jaringan
tertutup
Pemerintahan
(infrastruktur
e-‐Gov)
o Jaringan
tertutup
Public-‐utilities
(di
bawah
kementerian/lembaga)
o Jaringan
tertutup
untuk
sistem
pertahanan
(di
bawah
Mabes
ABRI)
o Jaringan
komunikasi
eksklusif
untuk
pejabat
tinggi
negara
o Jaringan
tertutup
Swasta
(perusahaan
dan
pabrik)
o Pusat
Data
Pemerintah,
Swasta,
Perbankan,
Pertahanan
&
Keamanan.
• Menjaga
di
tataran
pencegahan
dan
penanggulangan:
o Di
tataran
Pencegahan
-‐ menata
konfigurasi
jaringan
publik
nasional
dan
gerbang
NKRI
-‐ menata
infrastruktur
secure-‐transaction
(public-‐key-‐infrastructure)
-‐ menata
konfigurasi
setiap
jaringan
tertutup
berstandar
keamanan
-‐ menata
konfigurasi
setiap
Pusat
Data
dengan
standar
keamanan
-‐ membangun
sistem
monitoring
dan
deteksi
yang
memadai
-‐ membangun
tim
dan
sistem
koordinasi
yang
tangguh
o di
tataran
Penanggulangan
-‐ deteksi
akurat
incident,
cyber
crime,
dan
cyber
attack
-‐ reaksi
cepat
incident,
cyber
crime,
dan
cyber
attack
• Instrumen
yang
diperlukan
untuk
dapat
menjaga:
o SOP
harmoni
koordinasi
lintas
Kementerian/Lembaga
-‐ Bareskrim
dengan
Cyber
Crime
Center-‐nya
-‐ Kemkominfo
dengan
IDSIRTII-‐nya
-‐ Lemsaneg,
BAIS,
BIN,
Mabes
ABRI
-‐ APH
dengan
Lawful
Interception-‐nya
-‐ Operator
telekomunikasi
dengan
data-‐data
trafik
dan
sebagainya.
-‐ Masyarakat
praktisi
keamanan
cyber,
dunia
usaha,
dan
lainnya.
o SOP
Mekanisme
Tugas
Rutin
&
accidental,
pelaporan,
dan
evaluasi.
o Tim
pasukan
yang
kompeten
-‐ Tim
deteksi
akurat
incident,
cyber
crime,
dan
cyber
attack
-‐ Unit
reaksi
cepat
incident,
cyber
crime,
dan
cyber
attack
-‐ Tim
koordinasi
pemantau
perdagangan
dan
perpajakan
online.
-‐ Tim
koordinasi
analisis
lalu-‐lintas
data
keluar/masuk
NKRI.
Mengingat
cakupan
yang
harus
dijaga
adalah
beragam
dan
berada
di
bawah
tugas
dan
fungsi
Kementerian
dan
Lembaga,
maka
yang
diperlukan
negara
adalah
adanya
sistem
koordinasi
dan
tim
koordinasi
yang
baik
dan
tangguh.
Sistem
dan
tim
yang
dibentuk
berdasarkan
arah
kebijakan
dan
strategi
nasional,
disertai
hirarki,
definisi
tugas,
dan
kewenangan
yang
jelas
dan
terukur
pencapaiannya.
7. 7
6.
Kelembagaan
dan
Fungsi
Koordinasi
Penulisan
naskah
ini
tidak
berarti
selama
ini
Indonesia
belum
melakukan
apapun.
Masing-‐masing
Kementerian
dan
Lembaga
telah
menjalankan
tugasnya
di
dunianya
masing-‐masing.
Namun
demikian,
dunia
cyber
yang
terbentuk
oleh
keterhubungan
global
menuntut
sinergi,
harmoni,
dan
koordinasi
multi-‐stake-‐holders
sesuai
dengan
sifat
alamiah
dari
keterhubungan
itu
sendiri.
Bagaimana
mungkin
menjaga
daulat
di
dunia
jaringan
jika
tidak
terbangun
jaringan
koordinasi
di
antara
para
penanggung
jawab
di
setiap
jaringan.
Maka,
secara
konseptual,
koordinasi
dan
kelembagaan
dalam
menjaga
kedaulatan
cyber
NKRI
adalah
sebagai
berikut.
Gambar-‐2:
Konsep
kelembagaan
dan
fungsi
koordinatif.
Gangguan
dan
ancaman
dapat
muncul
kapan
saja
dan
dari
mana
saja,
serta
dapat
merambat
kemana
saja.
Oleh
karena
itu,
koordinasi
di
antara
semua
organisasi
yang
terkait
harus
dapat
berfungsi
dengan
baik,
dijalankan
oleh
tim
yang
tangguh,
dengan
SOP
yang
rinci
dan
jelas.
Untuk
itu,
struktur
organisasinya
dapat
berbentuk
berikut.
Gambar-‐3:
Struktur
organisasi
yang
bisa
diterapkan
(versi
Mastel).
8. 8
Kementerian
dan
Lembaga
yang
selama
ini
bekerja
sendiri-‐sendiri,
dapat
mengacu
pada
kerangka
pikir
di
atas
dan
mulai
menentukan
tim
kecil
yang
akan
menjadi
bagian
dari
tim
nasional
Kedaulatan
Cyber
Indonesia.
Tim
Nasional
ini
akan
bekerja
dengan
kerangka
kerja
dan
hirarki
seperti
pada
Gambar-‐4
berikut.
Gambar-‐4:
Kerangka
kerja,
komposisi
tim,
dan
hirarki
koordinasi.
Ada
dua
tim
utama
yang
akan
berperan
sangat
penting,
yaitu
tim
ahli
kebijakan
dan
strategi
nasional
yang
berisi
para
pakar
cyber
di
setiap
bidang
dan
tim
operasional
yang
terdiri
dari
pasukan
cyber
dari
beragam
kalangan.
Selanjutnya,
kedua
tim
ini
harus
diperlengkapi
dengan
instrumen
kewenangan
dan
batasannya,
yang
meliputi
hal
sebagai
berikut:
• Jenis
kegiatan
yang
perlu
kewenangan?
o Kewenangan
memberi
instruksi
ke
bawah
dan
horisontal
lintas
lembaga.
o Kewenangan
memberi
arahan
strategi,
pengumpulan
data,
aksi
koordinasi,
perintah
tanggap
darurat,
aksi
operasional
lainnya.
• Seberapa
lingkup
kewenangan
yang
diperlukan?
o Kewajiban
untuk
memperhatikan
dan
memenuhi
permintaan,
sinyal
alert,
instruksi
tanggap-‐darurat
dari
tim/organisasi
yang
dibentuk.
o Untuk
menjadi
penghubung
lintas
Kementerian/Lembaga
dalam
rangka
koordinasi
pendataan,
perencanaan,
tindakan,
dan
semua
fungsi
tim.
• Siapa
komando
tertinggi
di
bawah
Menko
Polhukam?
o Kapus
atau
Ka-‐Badan
didampingi
tim
ahli
yang
kompeten
di
bidangnya,
dilengkapi
dengan
tim
taktikal
dan
operasional
yang
mampu
bekerjasama
lintas
Kementerian/Lembaga.
• Model
jaringan
koordinasi
lintas
lembaga?
o Setiap
K/L
yang
mengelola
critical-‐ICT-‐infrastructure
menetapkan
tim
kecil
o Tim
kecil
di
setiap
K/L
dikoordinir
oleh
Tim
Operasional
Pusat,
dan
o Tim
Ahli
Pusat
berkoordinasi
dengan
penanggung
jawab
di
setiap
K/L.
7.
Kesenjangan
(Gap)
antara
Keinginan
dan
Pelaksanaan
Sudah
lama
ada
banyak
gagasan
yang
senada
bahwa
Indonesia
amat
memerlukan
terjadinya
koordinasi
tingkat
nasional
dalam
menangani
dunia
baru
Global
Cyber-‐
9. 9
World.
Namun
ada
perbedaan
dalam
hal
pembentukan
wadah
lembaga
yang
akan
menangani
urusan
kedaulatan
dan
keamanan
cyber
Indonesia.
Ada
yang
mendorong
pembentukan
Badan-‐Nasional,
ada
pula
yang
mengatakan
cukup
berbentuk
Pusat
agar
lebih
hemat
anggaran
dan
sebagainya.
Di
tengah
tarik-‐menarik
ini,
ada
satu
hal
amat
penting
yang
tertinggalkan,
yaitu
menjabarkan
rincian
pekerjaan
dan
kegiatan
dari
apapun
yang
akan
dibentuk
nanti.
Bahwa
sebenarnya
yang
diperlukan
adalah
jabaran
kegiatan
dan
pekerjaan
untuk
mengkoordinasi
Kementerian/Lembaga
yang
selama
ini
sudah
bekerja
namun
masih
terpisah
di
lingkungan
kecil
masing-‐masing.
Jika
fungsi
koordinasi
ini
bisa
berjalan
dengan
baik,
maka
NKRI
akan
mendapatkan
hasil
maksimal
dalam
menjaga
Kedaulatan
Cyber
Indonesia.
8.
Prioritas
Tindak
Lanjut
• Petakan
rincian
pekerjaan
dan
kegiatan
dari
lembaga
yang
selama
ini
sudah
menangani
secara
terpisah,
lalu
susun
skenario
harmoni
koordinatif.
• Petakan
dan
jabarkan
rincian
pekerjaan
dan
kegiatan
koordinatif
apa
saja
yang
perlu
dilakukan
dalam
mengani
masalah
cyber
yang
garis
besarnya
telah
disampaikan
dalam
bagian
4,
5,
dan
6
di
atas.
• Fungsi
koordinatif,
bisa
dijalankan
dengan
Desk,
Badan,
atau
Pusat
dengan
tugas-‐fungsi
organisasi,
tim
kendali
koordinasi,
hirarki,
SOP,
penetapan
tim
ahli,
tim
operasional,
dan
batasan
kewenangan
yang
dinyatakan
dengan
jelas
dalam
Keppres.
• Menyusun
daftar
kebutuhan
jangka
pendek,
menengah,
dan
panjang.
• Menyusun
rencana
kerja
jangka
pendek
dan
menengah.
-‐-‐&-‐-‐