Teks tersebut membahas tentang motivasi yang berasal dari rasa kepepet dan bukan semata-mata dari iming-iming. Kondisi kepepet merupakan motivasi terbesar yang mampu mendorong seseorang untuk bergerak dan melakukan perubahan, seperti halnya seorang salesman yang berhasil mencapai target penjualannya setelah diancam akan dipecat. Untuk menciptakan motivasi yang kuat, perlu diciptakan kondisi kepepet baik secara
1. MOTIVASI
THE POWER OF KEPEPET DAN KEBETULAN-KEBETULAN (PUN) TERJADI...
"Seandainya sekarang Anda tidak memiliki uang tabungan. Penghasilan pun kurang dari 5 juta
sebulan. Apakah Anda bisa mendapatkan uang 50 juta, jam 9 esok hari?" Hampir semua akan
menjawab, tidak bisa. Kenapa? Karena mereka mengukur kemampuannya berdasarkan kondisi
normal mereka. Dengan penghasilan 5 juta perbulan, jika saving-nya 2 juta perbulan, maka perlu
25 bulan untuk mendapatkan 50 juta.
Bagaimana jika pertanyaan saya ubah? Seandainya, malam hari ini, anak Anda atau orang yang
paling Anda sayangi mendadak sakit keras. Dokter mendiagnosa ada sebuah tumor ganas yang
harus dioperasi besok juga, jika tidak, maka nyawanya akan melayang. Sedangkan operasi hanya
bisa dilaksanakan jika Anda menyerahkan uang tunai sejumlah 5 juta rupiah sebelum jam 9 esok
hari. Bagaimana? Apakah Anda masih akan mengatakan tidak bisa? Mayoritas akan menjawab,
"Harus bisa". Kenapa? Karena kepepet, jika tidak, nyawa orang yang kita cintai tersebut akan
melayang.
Jadi sebenarnya jika dalam kondisi yang kepepet dan tidak diberikan pilihan untuk "tidak bisa",
manusia akan mencari jalan untuk berpikir "bagaimana harus bisa". Tetapi kenapa sukses, kaya,
membahagiakan orang tua atau keluarga, seolah bukan suatu kebutuhan yang mendesak?
Sesungguhnya manusia telah diciptakan dengan potensi luar biasa, di luar apa yang kita pikirkan.
Hanya saja potensi tersebut seringkali hanya akan keluar pada kondisi terdesak, seperti seorang
nenek bisa melompat dari gedung setinggi 5 meter, saat kebakaran.
KEPEPET VS IMING-IMING
Ada 2 sebab yg membuat orang tak tergerak untuk berubah. Yang pertama adalah impiannya
kurang kuat, yang kedua tidak kepepet. Dua hal tersebut yang seringkali disebut orang sebagai
motivasi. Kesalahan fatal yang timbul oleh sebagian besar motivator ataupun trainer motivasi
lainnya adalah hanya menggunakan impian sebagai 'iming-iming' untuk menggerakkan audiens.
"Apa Impian anda? Siapa yang impiannya punya mobil mewah? Rumah mewah? atau bahkan
kapal pesiar?" Memang, saat di ruang seminar, mereka sangat terbawa dan termotivasi oleh sang
motivator. Tapi masalahnya, sepulang dari seminar, mereka dihantam kemalasan, mungkin juga
halangan-halangan bahkan seringkali oleh orang-orang yang mereka sayangi. Apa jadinya?
Mereka tetap diam ditempat.
Contoh yang kedua, ada seorang salesman yang bekerja di suatu perusahaan. Seperti perusahaan
lainnya, mereka menerapkan sistem bonus. "Jika anda mencapai target yang telah ditentukan,
maka anda akan mendapat bonus jalan-jalan keluar negeri!" kata managernya. "Gimana,
semangat?" lanjut manager berinteraksi. "Semagaat..ngat..ngat!" sambut salesman, sambil
mengepalkan tangannya seolah siap tempur.
Bulan demi bulan pun berlalu tanpa pencapaian target. Kemudian si manager bertanya,"Apa
bonus yang aku tawarkan kurang besar?". "Enggak kok Pak, cukup besar, mudah-mudahan bulan
depan tercapai Pak". Setelah 3 bulan masa 'iming-iming' tak berhasil, si manager mulai
mengubah strategi. Dia berteriak agak menekan di dalam meetingnya,"Pokoknya, jika anda tidak
bisa mencapai target penjualan yang sudah saya tetapkan, anda saya PECAT!".
Nah, keluarlah keringat dingin si salesman. Sekeluar dari ruangan dia langsung menyambangi
calon-calon customernya, kerjanyapun semakin giat. Malas, malu, nggak pe-denya hilang
seketika. Kok bisa? Karena KePePet! Yang dia pikirkan, jika dia tidak dapat memenuhi target,
1
2. dia akan dipecat. Jika dipecat, penghasilannya akan nol. "Trus anak istriku makan apa?"
pikirnya. Anehnya, target penjualan yang selama ini tidak pernah tercapai, bisa juga terlampaui.
Itulah yang disebut The Power of Kepepet.
97% ORANG TERMOTIVASI KARENA KEPEPET, BUKAN KARENA IMING-IMING.
Maka dari itu ada pepatah mengatakan bahwa "Kondisi Kepepet adalah motivasi terbesar di
dunia!". Banyak perusahaan mengkampanyekan Visi besarnya kepada seluruh karyawannya.
Apa jawab mereka? "Emang gua pikirin!". Bukannya salah karyawan yang tidak peduli terhadap
visi perusahaan, tapi karena visi itu tak terlihat oleh karyawan. Mereka lebih termotivasi oleh
sesuatu yang berupa ancaman, baik situasi dimasa mendatang ataupun berupa punishment. John
P. Kotter (Harvard Business Review) mengemukakan "Establishing Sense of Urgentcy" adalah
langkah pertama untuk menggerakkan perubahan dalam suatu organisasi. Dengan melihat
ancaman-ancaman terhadap kompetisi dan krisis, membuat mereka tergerak, sebelum
mengkomunikasikan visi. Fungsi Visi adalah memberikan arah, sedangkan The Power of
Kepepet yang mendorong untuk bergerak.
MENCIPTAKAN KONDISI KEPEPET
Coba amati biografi orang-orang sukses, banyak dari mereka yang 'kepepet' sebelumnya. Seperti
pegas, saat kita tekan, maka akan menimbulkan gaya tolak yang lebih besar. Trus, apa yang
harus kita lakukan? Cara pertama untuk mengeluarkan 'potensi kepepet' kita, dengan cara
menvisualisasikan (membayangkan) seolah-olah kita dalam kondisi kepepet, maka kita akan
memfungsikan organ tubuh dan hormon-hormon kita, bekerja secara maksimal.
Misalnya, bayangkan jika hari ini Anda di-PHK, apa yang Anda rasakan?
Cara kedua, menciptakan kondisi kepepet secara fisik. Misalnya dengan berhutang untuk modal
usaha, secara otomatis akan membuat kita termotivasi untuk mengembalikan hutang. Atau, bisa
juga kita terima orderan langsung, meskipun usaha belum mulai. Ada juga yang memberanikan
diri
membayar DP (uang muka) sewa ruko/ kios, setelah itu terpaksa berpikir bagaimana
melunasinya. Jika Anda masih single dan tidak punya tanggungan keluarga, mungkin Anda mau
langsung mencoba keluar kerja dan mulai usaha?!
Semua itu pilihan Anda lho, jangan salahkan saya untuk risikonya. Tergantung dari karakter
masing-masing orang. Saya menempuh cara yang terakhir, cukup konyol, tapi berhasil. Namun
jangan lupa, Integritas dan Kredibilitas tetap harus dijaga.
CARA MANAPUN YANG AKAN ANDA PILIH, YANG PENTING MELANGKAH,
JANGAN KEBANYAKAN BERPIKIR ATAU SEKEDAR MEMBACA TULISAN INI.
KARENA KEHIDUPAN ANDA TIDAK AKAN BERUBAH HANYA DENGAN
MEMBACA, TAPI DENGAN ACTION.
"JIKA RASA SAKIT TERHADAP KONDISI SEKARANG TIDAK KUAT, ORANG TAK
AKAN BERANJAK UNTUK BERUBAH"
2