SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
NASKAH
BERSAHABAT DENGAN BENCANA
Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana
untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
© 2011
NASKAH
Judul:
BERSAHABAT DENGAN BENCANA
Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Tim Penyusun:
 Hasan Bachtiar (Koordinator)
 Sunaring Kurniandaru
 Yugyasmono
 Ruhui Eka Setiawan
 Yanet Paulina
 Pudji Santoso
Tim Penyunting:
 Akhmad Agus Fajari
 Irfan Afifi
 Yahya Dwipa Nusantara
Tim Pakar:
 Ninil R. Miftahul Jannah, S.Ked.
 Drs. Awang Trisnamurti
 Trias Aditya, Ph.D.
 Prof. Sutomo Wuryadi, Ph.D.
 Ir. Heri Siswanto
Penerbit:
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Alamat : Jl. Cendana 9, Yogyakarta 55166 – INDONESIA
Telefon : (0274) 541322, 583628
Faksimili : (0274) 513132
E-mail : dikporadiy@yahoo.com
Website : www.pendidikan-diy.go.id
© 2011
PRAKATA
Menyikapi kerawanan bencana yang terdapat di wilayah dan dihadapi oleh komunitas
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sumbangsih dan prakarsa semua pihak dalam
gerakan/upaya bersama Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini,
salah satunya yang berkaitan dengan sektor pendidikan, meningkatkan kompetensi Pendidik dan
Tenaga Kependidikan tentang upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS)
menjadi penting.
Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ingin
mengambil bagian dan memberikan sumbangsih yang strategis bagi prakarsa upaya penguatan
kapasitas kesiapsiagaan bencana pada bidang pendidikan. Untuk itu, melalui Kegiatan
Penyusunan Bahan Ajar Bermuatan Kebencanaan, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku-buku bahan ajar bermuatan kebencanaan
dalam seri Bersahabat dengan Bencana untuk masing-masing jenjang satuan pendidikan (TK,
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan SLB). Upaya ini juga dilaksanakan guna menindaklanjuti
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang
Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Tujuannya ialah untuk meningkatkan
kompetensi dan kapasitas para pihak pemangku kepentingan bidang pendidikan tentang
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Berdasarkan hal tersebut, diharapkan agar buku-buku Bahan Ajar ini dapat digunakan
sebagai acuan dan pedoman dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) oleh para pihak pemangku kepentingan
bidang pendidikan khususnya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, sehingga dapat mewujudkan pencapaian visi/cita-cita Penanggulangan Bencana
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni “Terwujudnya masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta yang peka, tanggap, dan tangguh terhadap bencana menuju Hamemayu
Hayuning Bhawono”.
Akhirnya, dalam kesempatan yang baik ini, kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya bahan ajar bermuatan kebencanaan ini, terutama Tim Penyusun dan Tim Pakar, saya
sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga Tuhan Yang maha Esa meridhai ikhtiar kita.
Yogyakarta, Desember 2011
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji
NIP: 19630225 199003 1 010
PENGANTAR
Negara kepulauan Indonesia, yang membentang dari Sabang (di bagian barat) hingga Merauke (di
bagian Timur), pada awalnya terbentuk dari pergerakan lempeng bumi. Lempeng bumi tersebut bergerak
sedikit-demi sedikit, karena adanya panas dalam inti bumi. Lempeng-lempeng bumi ini biasa disebut dengan
lempeng tektonik. Jadi, di sekitar wilayah Negara kepulauan Indonesia ditopang oleh tiga lempeng tektonik
tersebut. Lalu, apakah teman-teman sudah tahu tiga lempeng tektonik tersebut? Baiklah, bagi teman-teman
yang belum tahu, buku ini akan mencoba untuk menjelaskannya. Tiga lempeng tektonik tersebut antara lain
(1) Lempeng Eurasia, (2) Lempeng Pasifik, dan (3) Lempeng Indo-Australia.
Lempeng-lempeng bumi ini selalu bergerak, karena adanya suhu panas yang dikeluarkan oleh inti
bumi. Pergerakan lempeng bumi terjadi setiap tahun. Ketika lempeng-lempeng bumi ini bergerak dan saling
bertemu, maka akan terjadi benturan. Nah, benturan-benturan itu bisa terjadi begitu pelan sehingga kita
tidak merasakannya, tetapi bisa juga terjadi begitu kencang dan kita bisa merasakan guncangannya.
Peristiwa ini biasa disebut dengan istilah gempa bumi. Posisi negara kita yang terletak di antara tiga
lempengan bumi inilah yang menyebabkan negara kita termasuk daerah yang rawan bencana.
Bagaimana dengan Daerah Istimewa Yogyakarta? Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu
provinsi yang ada di Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana. Tentunya teman-teman masih
mengingat dua kejadian besar yang menimpa provinsi kita, dalam waktu lima tahun terakhir? Pertama,
kejadian bencana Gempa Bumi, yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.55 WIB selama 57
detik. Kedua, peristiwa meletusnya Gunung Api Merapi pada tahun 2006 dan pada tahun 2010.
Apakah teman-teman tahu, kenapa dua kejadian tersebut dikatakan peristiwa bencana alam? Ya,
peristiwa itu terjadi karena alam itu bergerak dan membutuhkan keseimbangan. Nah, peristiwa tersebut
dikatakan bencana karena mengakibatkan kerugian materi, kerusakan lingkungan dan kehilangan nyawa
manusia. Selain kerugian materi, kerusakan lingkungan dan korban jiwa, bencana tersebut juga
mengakibatkan masyarakat korban bencana harus mengungsi dari tempat tinggalnya. Hidup di tempat yang
jauh dari tempat tinggal kita. Tinggal dalam tenda-tenda pengungsian, kurangnya air bersih untuk mandi dan
cuci, tidak ada kegiatan belajar di sekolah, tidak ada hiburan dan bermain bersama teman-teman, dan
makan seadanya, sungguh menderita bukan? Orang-orang menderita dan kesusahan, dan hanya
mengharap bantuan orang lain untuk sekedar mempertahankan hidup. Hal ini disebankan juga karena kita
tidak menyiapkan diri untuk menghadapi bencana yang akan terjadi.
Oleh karena itu, kita tidak mau kejadian tersebut terulang lagi. Kita harus berusaha sekuat tenaga
untuk membangun kembali kehidupan kita yang hancur. Kita akan belajar dan berusaha bagaimana cara
yang terbaik agar ketika terjadi bencana, kita mampu mengurangi kerusakan lingkungan, kerugian materiil
dan jatuhnya korban jiwa. Dan kita juga belajar ketika bencana tidak terjadi, tetapi hidup di daerah rawan
bencana, apa saja yang harus dilakukan. Sehngga kita siap untuk menghadapi disaat terjadi bencana.
DAFTAR ISI
SELAYANG PANDANG
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Gambaran Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
B. Daerah Istimewa Yogyakarta Rawan Bencana
MENGENALI SIFAT-SIFAT ANCAMAN DAN BENCANA
A. Pengertian Ancaman, Bencana, dan Risiko Bencana
B. Kelompok yang Berisiko Tinggi (Kelompok Rentan)
C. Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
BERKENALAN DENGAN BENCANA
A. Bencana Gunung Api Merapi
B. Bencana Banjir Lahar
C. Bencana Gempa Bumi
D. Bencana Tsunami
E. Bencana Angin Puting Beliung
F. Bencana Tanah Longsor
G. Bencana Kekeringan
H. Bencana Wabah Penyakit
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Gambaran Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku
Alaman. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, biasa disebut dengan istilah Provinsi DIY. Letaknya di
bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah. Dan berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di bagian utara-
barat-timur. Kemudian Samudera Hindia di bagian selatan.
Luas wilayah Provinsi DIY sekitar 3.185,80 km2. Luasan ini terdiri atas 1 (satu) kota dan 4 (empat)
kabupaten. Kemudian terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus
penduduk pada tahun 2010. Provinsi DIY memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.452.390 jiwa. Dengan
perbandingan 1.705.404 adalah penduduk laki-laki dan 1.746.986 penduduk perempuan.
Provinsi DIY memiliki luas terkecil kedua di Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta. Walaupun
wilayah Provinsi DIY ini kecil, tetapi terkenal di tingkat nasional dan internasional. Provinsi DIY menjadi
tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali.
1. GARIS LINTANG DAN BUJUR PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Apakah teman-teman juga sudah tahu kira-kira di mana letak geografis Provinsi DIY itu? Nah
kalau belum, sebaiknya kita belajar mengenali dulu seperti apa dan di manakah letaknya Provinsi DIY
itu. Tentunya, teman-teman sudah diajarkan tentang apa itu garis lintang dan garis bujur, kan? Ya, garis
tersebut yang membagi beberapa bagian secara membujur (datar) dan melintang (tegak-lurus)
dari bola dunia pada bumi kita. Hal tersebut dimaksudkan agar kita menjadi lebih mudah untuk melihat
letak masing-masing wilayah pulau. Kalau dilihat secara geografisnya, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta terletak pada 7º 3’ - 8º 12’ Lintang Selatan dan 110º 00’ - 110º 50’ Bujur Timur.
2. GAMBARAN RUPA BUMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Selanjutnya, kita juga perlu mengenal seperti apa bentang alam dari wilayah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta ini. Istilah bentang alam sama dengan gambaran rupa bumi yang dapat berupa
tanah dan batuan. Dalam ilmu alam, biasa disebut dengan geologi. Nah, berdasarkan kondisi
geologisnya, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan rupa,
yaitu:
a. Satuan Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran gunung
api disebut juga bentang lahan vulkanik. Wilayahnya, meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta
dan sebagian Kabupaten Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan
lindung yang berfungsi sebagai kawasan resapan air bagi daerah di bawahnya. Letak hutan lindung
tersebut, berada di Kabupaten Sleman bagian utara. Gunungapi Merapi merupakan salah satu
gunungapi yang paling aktif di dunia. Mempunyai karakteristik/ciri/sifat yang khusus, sehingga
menjadi daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata.
b. Satuan Pegunungan Seribu, yang berupa struktur tanah/batuan jenis Karst. Struktur rupa bumi
seperti ini banyak di temui di wilayah Gunungkidul bagian selatan. Merupakan kawasan perbukitan
batu gamping dan karst yang tandus. Keadaan tanah seperti ini biasanya air permukaannya sangat
sedikit, contohnya adalah sungai, sendang, belik, dan kelembaban tanah dll. Sehingga terasa
kering, panas dan tandus. Satuan rupa pegunungan seribu ini merupakan bentang alam hasil proses
pelarutan. Dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik/sifat lapisan tanah yang
dangkal dan tumbuhan (vegetasi penutup) sangat jarang.
c. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kabupaten Kulon Progo bagian utara.
Merupakan bentang lahan dengan bentuk berbukit, kemiringan lereng curam dan kandungan air
tanah kecil.
d. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan hasil proses pengendapan sungai yang
menjadi dataran alur sungai. Membentang di bagian selatan DIY, mulai dari wilayah Kabupaten
Kulon Progo sampai wilayah Kabupaten Bantul dan berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan
rupa dataran rendah ini merupakan daerah yang subur. Termasuk bentang lahan di Parangtritis-
Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya. Merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang
alam pantai.
3. GAMBARAN IKLIM DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai iklim dengan suhu rata-rata bulanan berkisar
antara 24º C – 33º C. Kemudian tingkat kelembabannya berkisar antara 55% s/d 95%. Kecepatan angin
di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bertiup sekitar 9 – 18 km/jam ke arah tenggara pada
bulan-bulan tertentu (Oktober-Desember). Tingkat curah hujan rata-rata perhari 50 s/d 70 mm/detik
(pada musim penghujan). Dan suhu permukaan air laut (samudera hindia berkisar antara 28º C – 30º C,
sementara di Laut Jawa berkisar antara 30º C – 32º C, yang sangat berpotensi membentuk awan hujan
dan angin). Serta tinggi gelombang laut yang ada di Samudera Hindia mencapai kisaran 2 – 3 meter dan
berpotensi bahaya.
B. Daerah Istimewa Yogyakarta Rawan Bencana
Gambar 1.1
Bentang Lahan Dataran Rendah dan Pantai Selatan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk daerah di Indonesia yang rawan bencana. Gempa
Bumi pada bulan Mei 2006 dan Erupsi Gunungapi Merapi pada bulan Oktober-November 2010, merupakan
contoh nyata bencana alam yang terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta.
Begitu indah dan beragam kekayaan alam yang dimiliki provinsi DIY. Tetapi dibalik semua itu,
teman-teman jangan lupa bahwa provinsi DIY juga menyimpan kemungkinan bahaya-bahaya ancaman. Baik
bahaya ancaman yang disebabkan karena faktor alam mapun karena ulah manusia (non alam).
Terkait dengan potensi bencana alam, usaha penyelenggaraan penanggulangan bencana
memegang peranan yang sangat penting. Baik pada saat sebelum kejadian (sekarang ini), ketika bencana
terjadi (darurat), dan sesudah terjadinya bencana (pemulihan). Maka dari itu pemerintah provinsi bersama-
sama dengan pihak-pihak yang berwenang membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
tingkat provinsi dan dibantu oleh BPBD-BPBD di tingkat Kabupaten/Kota.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bencana dapat dilihat sebagai hubungan
antara adanya bahaya ancaman di sekitarnya. Ancaman tersebut bertemu dengan masyarakat yang tidak
mempunyai kemampuan/kekuatan untuk menangkalnya. Sehingga kerugian dan kerusakan yang diterima
oleh masyarakat tersebut besar sekali. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan penanggulangan bencana
diarahkan kepada bagaimana cara untuk mengatur akibat-akibat bencana. Sehingga pengaruh buruk
bencana tersebut dapat dikurangi, dihindari atau jika memungkinkan dihilangkan sama sekali.
Belajar dan melakukan tindakan Pengurangan Risiko Bencana, sama artinya dengan membangun
sebuah masyarakat yang mempunyai budaya aman. Sehingga hasil-hasil pembangunan yang sudah kita
lakukan bisa terjaga dan lestari hingga generasi yang akan datang. Oleh karena itu, akan lebih baik kiranya,
teman-teman mengetahui potensi bencana apa saja yang menjadi ancaman di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Ada sekitar delapan potensi bencana yang menjadi ancaman, antara lain:
1. Bahaya Gunungapi Merapi
Berpotensi mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai
yang berhulu di puncak Gunungapi Merapi.
Gambar 1.2.
Peta Zona Ancaman Bahaya Gunungapi Merapi
(www.bnpb.go.id)
2. Bahaya Banjir
Berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kota
Yogyakarta. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai
Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak,
dan Sungai Oya.
Gambar 1.3
Ilustrasi Proses terjadinya Aliran Banjir Lahar Dingin
3. Bahaya Kekeringan
Berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian selatan. Setiap tahunnya, beberapa
wilayah di Gunungkidul selalu mengalami kekeringan.
Gambar 1.4
Anak-anak bermain di sungai yang kering
(www.mediaindonesia.com)
4. Bahaya Tsunami
Berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten Gunungkidul, khususnya pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari
permukaan air laut.
Gambar 1.5
Peta Kawasan Bahaya Tsunami DIY
5. Bahaya Tanah Longsor
Berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo
bagian utara dan barat, serta pada Lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam
wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.
Gambar 1.6
Tanah Longsor di Gunung Kidul
(www.antaranews.com)
6. Bahaya Angin Puting Beliung
Berpotensi terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah-
daerah Kabupaten Sleman bagian utara, serta wilayah Kota Yogyakarta.
Gambar 1.7
Salah satu bangunan di UGM rusak akibat angin puting beliung
(www.okezone.com)
7. Bahaya Gempa Bumi
Berpotensi terjadi di wilayah DIY, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi tektonik
berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng di dasar
Samudra Indonesia yang berada di sebelah selatan DIY.
Gambar 1.7
Bangunan rusak akibat gempa jogja (www.tribunnews.com)
8. Epidemi, Wabah Penyakit Demam Berdarah Dengue
Berpotensi terjadi di Kabupaten Sleman (Mlati, Gamping, Sleman, Ngaglik, Depok, dan Kalasan),
Kabupaten Bantul (Kasihan, Sewon, Banguntapan, Kretek), Kabupaten Gunungkidul (Ponjong), dan
Kota Yogyakarta.
Gambar 1.8
Ilustrasi Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD)
(www.optimusplus.blogspot.com)
MENGENALI SIFAT-SIFAT ANCAMAN/BENCANA
A. Pengertian Ancaman, Bencana dan Risiko Bencana
Apakah yang terlintas dalam pikiran teman-teman, ketika mendengar kata-kata tersebut diatas?
Pada kebanyakan orang, umumnya akan mengira bahwa semua itu sama. Lalu apakah teman-teman juga
tahu, kalau sebenarnya ancaman dan bencana itu memiliki pengertian yang berbeda? Ya, ANCAMAN dan
BENCANA seringkali dianggap sebagai hal yang sama, namun sebenarnya tidak demikian. Baiklah, mari
kita baca penjelasannya.
ANCAMAN adalah hal-hal yang dapat merusak lingkungan dan menyebabkab orang terluka atau
kehilangan nyawa. BENCANA adalah suatu peristiwa yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia,
kerusakan harta benda dan lingkungan. RISIKO BENCANA adalah akibat buruk dari peristiwa bencana
yang menimpa kita dan terjadi dalam waktu tertentu yang dapat menimbulkan luka, sakit, kematian,
kerugian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta gangguan terhadap aktivitas yang biasanya
dilakukan warga. Jadi, bagaimana teman-teman, sudah cukup jelas? Nah, supaya teman-teman lebih
mudah untuk memahami pengertiannya, silahkan lihat gambar di bawah ini :
A. Ilustrasi Ancaman PENJELASAN
Terlihat ada sebuah batu besar di puncak buk i t,
sementara itu di kaki bukit, banyak penduduk dan rumah-
rumah tempat mereka. Penduduk tersebut membangun
rumah mereka tepat di bawah atau di jalur lintasan batu.
Nah ada gambar anak panah juga disitu yang menunjukkan
bahwa si batu, sewaktu-waktu bisa saja menggelinding dan
jatuh. Sepertinya para penduduk tersebut tidak menyadarinya
ya.Ya betul sekali, batu tersebut bisa jatuh dan menimpa
penduduk kapanpun. Bisa waktu siang, atau malam. Bisa saat
kita sedang bermain, tidur atau sedang belajar. Batu yang
hampir jatuh inilah yang disebut dengan ANCAMAN.
B. Ilustrasi Bencana PENJELASAN
Pada gambar ini, karena sesuatu hal batu besar tadi
jatuh menggelinding dan menghantam rumah-rumah
penduduk yang ada di kaki bukit tersebut. Nah,
Peristiwa batu yang jatuh-menggelinding dan
menghancurkan inilah yang disebut dengan BENCANA.
Akibatnya adalah: Semua kegiatan masyarakat
terhenti, rumah-rumah hancur. Terlihat juga ada orang
yang terbaring, mungkin terluka atau bahkan meninggal
dunia karena tergilas batu tersebut. Masyarakat
menjadi korban. Masyarakat menderita kerugian dan
kerusakan. Dan masyarakat membutuhkan
pertolongan dari kita semua.
C. Ilustrasi Risiko Bencana PENJELASAN
RISIKO BENCANA adalah kemungkinan timbulnya
akibat buruk yang menimpa kita karena adanya
bencana. Kemungkinan-kemungkinan ini adalah
perkiraan yang dapat berupa : terjadinya luka, sakit,
kematian, rasa tidak aman, pengungsian dll. Tentunya
adik-adik sudah mengetahui bukan? Bahwa disetiap
kejadian bencana selalu mendatangkan kerusakan harta
benda dan kehilangan nyawa. Datangnya bencana juga
merupakan gangguan terhadap kegiatan sehari-hari
yang biasanya dilakukan masyarakat.
Nah, seseorang atau masyarakat di suatu daerah dapat mengalami bencana karena adanya hal-hal
sebagai berikut:
1. Adanya ancaman, baik alam maupun non-alam. Misalnya, tebing terjal yang tidak ada pepohonan di
atasnya sehingga tanahnya mudah longsor.
2. Adanya kelemahan atau kerentanan, berupa kondisi yang menyebabkan seseorang tidak mampu
mengatasi ancaman. Misalnya, lokasi rumah dekat tebing terjal, tidak mengetahui tanda-tanda bahwa
tebing terjal akan segera longsor, tidak mengetahui tindakan untuk menyelamatkan diri.
3. Rendahnya kemampuan atau kapasitas, berupa segala kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki untuk
mencegah, menghadapi, mengatasi, dan memulihkan diri dari akibat bencana secara cepat. Misalnya
ketiadaan tabungan atau sumber-sumber lain yang bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali
rumah-rumah yang rusak/roboh.
B. Kelompok yang Berisiko Tinggi (Kelompok Rentan)
Pada saat bencana, semua orang dapat terkena akibat buruk dari peristiwa tersebut. namun, ada
orang-orang atau kelompok yang lebih berisiko atau lebih rentan dibandingkan dengan yang lain. Rentan
berarti lebih mudah untuk terluka, tersakiti atau terkena akibat buruk dari bencana. Mereka yang termasuk
kelompok rentan perlu mendapat prioritas pertolongan terutama pada saat kondisi darurat/bencana. Hal ini
disebabkan karena kondisi tertentu yang mereka miliki. Siapa sajakah mereka itu?
Pertama adalah bayi. Saat kita terlahir, kita tidak tahu apa-apa, tidak bisa berbuat apa-apa, dan
tidak mengingat apapun. Keselamatan kita sangat tergantung pada keselamatan ayah dan ibu.
Kedua adalah balita. Usia anak balita, masih belajar menghafal perbendaharaan kata. Belum tahu
apa arti kata-kata yang diucapkannya.Keselamatannya juga masih tergantung pada orang dewasa terutama
ayah dan ibu.
Ketiga adalah anak-anak usia sekolah dasar. Pada masa ini, anak-anak masih tahap pertumbuhan,
pada umumnya sudah mengenal apa itu bahaya, tetapi seringkali tidak memperhatikan atau tidak menyadari
akan adanya bahaya. Terutama jika sudah bermain bersama teman.
Keempat adalah anak usia sekolah menengah. Pada masa ini, anak-anak dalam masa
perkembangan, secara emosional belum teratur dan cenderung bertindak ceroboh.
Kelima adalah ibu hamil dan menyusui. Bagi ibu-ibu seperti ini jelas secara fisik lebih merepotkan
dan mudah lelah. Maka kesehatan dan keselamatan sang ibu menjadi faktor paling penting bagi
perlindungan sang anak.
Keenam adalah perempuan. Kebutuhan hidup antara laki-laki dan perempuan berbeda, misalnya
untuk mandi dan cuci, biasanya perempuan membutuhkan air yang lebih banyak dan lebih bersih dari laki-
laki.
Ketujuh adalah orang jompo atau lanjut usia. Orang yang sudah berusia lanjut, di atas 70 tahun,
memang secara fisik dan mental mengalami banyak penurunan kekuatan. Selain itu mudah sekali putus asa.
Kedelapan adalah orang yang menderita sakit parah dan menahun. Bagi orang sakit parah sangat
membutuhkan keluarganya untuk merawat.
Kesembilan adalah orang yang miskin dan orang-orang yang terpinggirkan; Selain tidak mempunyai
tabungan untuk bertahan hidup, orang miskin dan orang yang terpinggirkan biasanya jarang mendapatkan
perhatian kita. Mungkin karena mereka berbeda kelompok dengan kita, mungkin mereka beragama lain
yang berbeda dengan kita, atau mungkin mereka dikucilkan oleh masyarakat karena sesuatu hal. Tetapi
yakinlah bahwa hal itu tidak baik, karena yang paling mulia di sisi Tuhan adalah orang yang mau membantu
kesusahan orang lain.
Kesepuluh adalah orang dengan kebutuhan khusus (difabel). Mereka yang mempunyai keterbatasan
fisik sehingga butuh bantuan orang lain pada situasi darurat.
Nah orang-orang tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok rentan, atau biasa juga disebut orang
yang berisiko tinggi ketika terjadi bencana. Bagaimana tidak? Pada saat keadaan normal saja, mereka
terlihat begitu kerepotan, apalagi keadaan yang tiba-tiba berubah menjadi kacau karena adanya bencana.
C. Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
Provinsi DI Yogyakarta memiliki potensi kejadian bencana yang sangat tinggi. Potensi bencana alam
meliputi mulai dari gempa bumi, banjir, kekeringan, tanah longsor, wabah penyakit hingga puting beliung.
Pada saat yang sama potensi bencana non-alam seperti kebakaran, kerusuhan sosial juga mengintai.
Penyebab tingginya risiko bencana di Indonesia bukan hanya berasal dari faktor alamiah tapi juga faktor
manusia juga menjadi alasan mengapa akibat dan dampak yang dialami dalam kejadian bencana begitu
besar.
Ketidakmampuan dalam mengelola risiko bencana mengakibatkan kerugian yang cukup besar.
Saat Gempa bumi terjadi di Yogyakarta tahun 2006, sekitar lebih dari 6000 jiwa melayang. Rumah,
bangunan dan fasilitas umum yang penting bagi masyarakat seperti kantor pemerintahan dan sekolah luluh
lantak. Dalam kejadian bencana yang lain, meletusnya Gunungapi Merapi juga mengakibatkan korban jiwa.
Kehidupan masyarakat mengalami gangguan serius, dari yang semula aman dan tenteram berubah drastis
menjadi menakutkan dan penuh ketidakpastian. Orang tua kehilangan pekerjaan, anak-anak tidak bisa
bersekolah dan bermain. Sanak-saudara dan harta benda hilang, banyak orang yang mengalami trauma.
Lingkungan juga mengalami kerusakan parah hingga membutuhkan waktu lama untuk kembali ke kondisi
semula. Maka dari itulah diperlukan pendidikan pengurangan risiko bencana.
Pengurangan risiko bencana adalah sebuah upaya yang terencana untuk mengurangi akibat yang
ditimbulkan suatu bencana tertentu. Upaya-upaya tersebut dilakukan mulai dari tahap mengenali dan
mengkaji faktor-faktor penyebab dari bencana. Kemudian mengelola ketidakberdayaan manusia dan
kekayaan yang dimilikinya secara bijaksana. Caranya adalah dengan meningkatkan kemampuan yang kita
miliki agar senantiasa siap-siaga menghadapi kejadian-kejadian yang merugikan.
Kegiatan pengurangan risiko bencana bukan berarti kita menghilangkan sumber ancamannya.
Sebab beberapa ancaman tersebut merupakan peristiwa alam yang harus terjadi karena alam itu hidup.
Kejadian gempa bumi dan gunung meletus adalah contoh di mana manusia tidak bisa melakukan tindakan
apa pun untuk mencegahnya.
Mengelola atau mengurangi risiko bencana berarti membatasi kemungkinan terhadap terjadinya hal
buruk yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi manusia dan lingkungan. Salah satu cara
mengelola risiko bencana yang mungkin menimpa kita adalah dengan meningkatkan kesiapsiagaan
menghadapi bencana.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kejadian bencana di Indonesia, kita tentu tidak boleh tinggal
diam dan tidak melakukan apa-apa. Menyadari bahwa kita hidup di negeri yang rawan bencana, maka
tindakan apa yang perlu kita ambil agar akibat dan dampak bencana tidak terulang lagi di masa depan.
Salah satu upaya atau cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan risiko bencana.
Catatan Penting Bagi Fasilitator Anak
Langkah-langkah penting dalam Pengurangan Risiko Bencana adalah:
 Menyusun daftar risiko, yaitu memikirkan atau memperkirakan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.
 Pemeringkatan risiko, yaitu menentukan peringkat risiko-risiko yang sudah diindentifikasi/dikenali.
 Memikirkan atau mempertimbangkan tindakan-tindakan yang perlu diambil agar terhindar dari akibat
buruk. Bisakah kita mencegah atau menghindarinya? Jika tidak bisa, apakah ada cara untuk
mengurangi/menurunkan tingkat kerusakan dan kerugian?
BERKENALAN DENGAN BENCANA
A. Bencana Gunungapi Merapi
Letak Gunungapi Merapi berada di empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di
Provinsi DI Yogyakarta (sebelah selatan), Kabupaten Magelang (sebelah barat), Kabupaten Boyolali
(sebelah utara), dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah (sebelah timur).
Gunungapi Merapi termasuk tipe gunung api strato, yakni gunung api yang memiliki bentuk
kerucut dan simetris. Dengan ketinggian 2980 meter di atas permukaan laut, puncak Merapi terlihat
indah dari kejauhan. Dibalik keindahannya, gunung api ini juga mendatangkan ancaman serius bagi
warga Yogyakarta.
Gunungapi Merapi termasuk gunung api yang aktif dan sering mengeluarkan letusan. Dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir, tercatat Merapi pernah meletus pada tahun 1994, 1997, 1998, 2001,
2006 dan terakhir pada Oktober 2010.
1. Mengapa Merapi Meletus?
Gunungapi Merapi meletus karena adanya
aktivitas magma di dalam gunung, menghasilkan
gas bertekanan tinggi yang kemudian dilepaskan
dalam bentuk letusan. Bahaya letusan Gunungapi
Merapi dibagi menjadi dua macam, antara lain:
a. Bahaya Langsung yaitu pada saat terjadi
letusan, antara lain:
 Lava atau magma pijar
Aliran lava yang keluar saat gunung
meletus, berbentuk lumpur bersuhu tinggi
yang mengalir turun melalui lereng, lembah
dan aliran sungai.
 Awan panas
Dikenal dengan sebutan wedus gembel,
saat keluar menyerupai awan berat yang
bergulung-gulung menuruni lereng gunung.
Ini karena ia mengandung material gas,
abu vulkanik dan bebatuan berbagai ukuran. Kecepatan luncuran awan panas sangat tinggi
yaitu hingga 70km/jam. Selain itu, suhunya bisa mencapai 700 Celcius sehingga dapat
memanggang apa pun yang dilewatinya.
 Gas vulkanik
Karbondoksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida (SO2) dan Nitrogen (NO2)
adalah gas utama yang keluar saat gunung meletus. Tergolong gas beracun sehingga
berbahaya bila terhirup manusia.
 Hujan abu
Debu vulkanik ini sangat ringan, mudah menyebar terbawa angin hingga berkilo-kilo meter
jauhnya. Hujan abu pekat dapat menghalangi sinar matahari dan menganggu pernapasan.
b. Bahaya Tidak Langsung yaitu sesudah terjadi letusan.
Yang termasuk bahaya tidak langsung adalah banjir lahar atau lebih dikenal dengan banjir lahar
dingin. Berasal dari materi letusan yang menumpuk dan mengendap di lereng dan lembah,
material tersebut berubah bentuk menjadi lumpur batuan saat terkena air hujan. Banjir ini
Gambar 3.2.
Luncuran Awan Panas (www.kompas.com)
Gambar 3.1.
Ilustrasi Aktifitas Magma Gunungapi Merapi
kemudian mengalir melewati sungai dan kali yang bersumber di Merapi menuju ke daerah yang
lebih rendah.
2. Apakah Akibat dan Dampak dari Erupsi Merapi
Kejadian Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menunjukkan kepada kita betapa
dahsyatnya akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Korban meninggal
mencapai 242 orang di wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan 97 orang di wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Selain korban jiwa, kedahsyatan luncuran awan panas Merapi juga meluluh-lantakkan
desa-desa yang berada di dekat puncak merapi. Hal ini juga mengakibatkan penduduk desa tidak
hanya kehilangan seluruh harta benda mereka, tetapi juga kehilangan desa dan kampung tempat
tinggal mereka. Ini karena kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan di sekitar puncak Merapi
sampai pada tahap permanen, yang berarti tidak dapat diperbaiki kembali.
3. Tindakan Apa yang Dilakukan Ketika Terjadi Letusan Gunungapi Merapi
Yang harus dilakukan atau diperhatikan terjadi Letusan Gunungapi Merapi, antara lain:
 Patuhi himbuan untuk mengungsi. Segera pergi ke tempat evakuasi dan ikuti petunjuk jalur
evakuasi yang sudah ditentukan.
 Hindari daerah seperti lereng, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar.
 Hindari tempat terbuka dan segeralah berlindung, abu vulkanik yang masih panas dapat
membakar kulit.
 Lindungi tubuh dengan baju lengan panjang, celana panjang, penutup kepala.
 Gunakan masker atau kain yang telah dibasahi untuk menutup mulut dan hidung.
4. Tindakan Apa yang Dilakukan Sesudah Terjadi Letusan Gunungapi Merapi
Yang harus kita perhatikan setelah terjadi Letusan Gunungapi Merapi, antara lain:
 Ikuti selalu perkembangan yang terjadi di sekitar.
 Jangan terburu-buru kembali ke rumah sebelum keadaan sudah dinyatakan benar-benar aman.
 Bantulah mereka yang paling membutuhkan pertolongan, misalnya anak-anak, lansia dan orang
cacat.
5. Bagaimana Kesiapsiagaan Menghadapi Erupsi Merapi
Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dan dipersiapkan dalam menghadapi
ancaman erupsi Merapi. Misalnya perlunya mencari tahu tentang tempat evakuasi serta jalur
evakuasi. Pastikan bahwa semua anggota keluarga mengetahui tempat dan jalur evakuasi.
Kemudian susunlah rencana penyelamatan dengan anggota keluarga. Persiapan yang baik dapat
menyelamatkan nyawa.
B. Bencana Banjir Lahar
1. Apa Itu Banjir Lahar
Ketika Gunungapi Merapi meletus,
diperkirakan telah memuntahkan lebih dari
sekitar 140 juta meter kubik material vulkanik
yang terkumpul di sekitar puncak, lereng dan
lembah gunung. Material tersebut berupa abu
vulkanik, pasir, kerikil dan bongkahan batu.
Saat hujan tiba, maka material tersebut
bercampur dengan air, dan berubah menjadi
lumpur pekat. Karena guyuran hujan yang
deras, maka material dan lumpur tersebut
bergerak menuruni lereng dan lembah gunung
dan hanyut terbawa aliran air dan arus sungai.
DIY mempunyai banyak sungai yang berhulu di
sekitar kawasan Gunungapi Merapi. Semakin
deras dan lamanya hujan yang turun di wilayah
ini, akan menyebabkan banjir lumpur dan
menyerang memasuki daerah-daerah pinggir
sungai di kota Yogyakarta dan sekitarnya.
2. Kekuatan yang merusak
Kekuatan yang merusak dari banjir lahar adalah material vulkanik serta segala macam
benda yang terbawa oleh aliran air. Aliran air membawa bongkahan-bongkahan batu sehingga dapat
merusak bahkan menghancurkan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, bendungan, pipa
jaringan air bersih, lahan persawahan serta rumah-rumah penduduk yang dekat dengan tepi sungai.
Selain itu, banjir laharmenggerus dinding sungai sehingga dapat menyebabkan tepi sungai longsor.
Sungai mengalami pendangkalan karena adanya pengendapan material vulkanik. Bila hujan turun,
air tidak dapat ditampung oleh sungai sehingga meluber dan membanjiri daerah tepi sungai.
Gambar 3.3.
Banjir Lahar di Kali Code
(www.vivanews.com)
Seiring dengan datangnya musim hujan, banjir laharmenjadi bencana lanjutan di Provinsi DI
Yogyakarta setelah bencana erupsi Merapi. Ancaman banjir laharterutama dirasakan oleh warga
yang tinggal di sepanjang Kali Code, kali yang membelah Kota Yogyakarta. Tingkat kepadatan
penduduk di daerah tersebut termasuk tinggi dan rumah-rumah warga dibangun sangat dekat
dengan tepi sungai.
3. Bagaimana Mengenali Banjir Lahar?
Banjir lahardapat dikenali melalui:
a. Didahului dengan hujan lebat yang turun dalam waktu lama di daerah hulu sungai.
b. Terdengar suara gemuruh dan aliran air yang deras.
c. Terdengar suara batu berbenturan.
4. Tindakan apa yang dilakukan saat banjir lahar?
a. Bila terdengar suara gemuruh segera jauhi sungai. Jangan menunggu karena banjir dapat
sampai sewaktu-waktu dengan kecepatan tinggi.
b. Jangan menyeberangi jembatan atau jalan yang dekat dengan sungai.
c. Nyawa lebih penting dari pada harta benda jadi selamatkan diri terlebih dahulu.
5. Bagaimana Kesiapsiagaan Banjir Lahar?
Masyarakat yang tinggal di daerah yang berisiko terkena banjir lahar dapat membuat sistem
peringatan dini. Misalnya membuat pos pemantauan di wilayah-wilayah tertentu yang dilengkapi
dengan alat komunikasi. Dengan adanya peringatan dini, masyarakat dapat memantau
perkembangan yang terjadi sehingga dapat memberikan peringatan bagi warga yang lain bersiap-
siap untuk mengungsi bila ada tanda-tanda banjir laharakan terjadi.
Erupsi Merapi dan banjir lahartidak hanya mendatangkan kesengsaraan bagi warga
Yogyakarta namun juga rezeki. Tanah letusan Merapi kaya akan mineral yang dibutuhkan tanaman
untuk tumbuh subur. Selain itu tanah dan pasir tersebut memiliki kualitas sangat baik untuk dijadikan
bahan bangunan. Ini sebabnya banyak warga yang mengeruk tanah dari sungai untuk dijual setelah
banjir lahar dingin. Namun banyak dari mereka yang kurang memperhatikan keselamatan dan nekat
mengambil pasir meskipun ada kemungkinan banjir laharterjadi kembali.
C. Bencana Gempa Bumi
1. Mengapa terjadi Gempa Bumi?
Provinsi DI Yogyakarta terletak di perbatasan atau pertemuan antara lempeng Indo-
Australia dan lempeng Eurasia. Aktivitas di dalam perut bumi membuat lempeng-lempeng tersebut
tidak stabil dan selalu bergerak setiap tahun. Umumnya pergerakan lempeng terjadi secara lambat,
bahkan tidak disadari oleh manusia. Terkadang, gerakan tersebut mengalami kemacetan dan saling
mengunci. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi
sebuah pengumpulan energi yang pada satu
ketika akan mencapai titik di mana batuan pada
lempeng tersebut tidak lagi kuat menahan
gerakan tersebut. Akibatnya terjadi pelepasan
energi secara tiba-tiba yang biasa kita kenal
sebagai gempa bumi.
2. Jenis-Jenis Gempa Bumi
a. Gempa Bumi Tektonik, disebabkan adanya
pergerakan lempeng bumi.
b. Gempa Bumi Vulkanik, disebabkan oleh
aktivitas gunung api.
c. Gempa Bumi Runtuhan, disebabkan oleh
sumber lain, semisal runtuhnya tanah atau
batuan, bahan peledak, dsb.
3. Akibat dan Dampak Gempa Bumi
Kekuatan yang merusak dari gempa bumi adalah guncangan atau getarannya. Gempa
berkekuatan tinggi dapat merobohkan dan menghancurkan bangunan. Korban jiwa umumnya
karena tertimpa bangunan yang runtuh.
Gempa yang melanda Yogyakarta-Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 menelan korban lebih
dari 5700 jiwa. Jumlah korban tewas terbanyak adalah akibat tertimpa reruntuhan rumah. Sebagian
besar rumah penduduk memiliki konstruksi yang buruk. Minimnya pengetahuan tentang tindakan
yang harus dilakukan saat terjadi gempa membuat masyarakat panik sehingga kurang
memperhatikan keadaan sekitar saat berusaha menyelamatkan diri. Getaran gempa juga dapat
memicu tanah longsor, kebakaran dan kecelakaan. Jadi berhati-hatilah, perhatikan kondisi sekitar
dan tetap waspada saat terjadi gempa.
4. Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi
Gambar 3.4.
Ilustrasi Terjadinya Gempa Bumi
a. Jika sedang berada di dalam bangunan:
 Segera cari tempat perlindungan,
misalnya, di bawah meja yang kuat.
Gunakan bangku, meja, atau
perlengkapan rumah tangga yang kuat
sebagai perlindungan.
 Tetap di sana dan bersiap untuk pindah.
Tunggu sampai goncangan berhenti dan
aman untuk bergerak.
 Hindari atau menjauhlah dari jendela dan
bagian rumah yang terbuat dari kaca,
perapian, kompor, atau peralatan rumah
tangga yang mungkin akan jatuh. Tetap di
dalam untuk menghindari terkena
pecahan kaca atau bagian-bagian
bangunan.
 Jika malam hari dan sedang berada di
tempat tidur, jangan berlari keluar. Cari
tempat yang aman seperti di bawah tempat tidur atau meja yang kuat dan tunggu gempa
berhenti.
 Jika gempa sudah berhenti, periksa anggota keluarga dan carilah tempat yang aman. Ada
baiknya kita mempunyai lampu senter di dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari, alat ini
sangat berguna untuk menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik menjadi
padam akibat gempa.
 Sebaiknya tidak menggunakan lilin dan lampu gas karena dapat menyebabkan kebakaran.
b. Jika anda berada di tengah keramaian:
 Segera cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah yang lain untuk tenang juga.
 Jika sudah aman, pindahlah ke tempat yang terbuka
 Jauhi pepohonan besar atau bangunan, dan jaringan listrik. Tetap waspada akan
kemungkinan gempa susulan.
c. Jika sedang mengemudikan kendaraan:
 Berhentilah jika aman. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang, atau terowongan.
 Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas.
 Jangan berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas, atau tiang listrik.
d. Jika berada di pegunungan:
 Jauhi lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang
runtuh akibat gempa.
e. Jika berada di pantai:
 Segeralah berpindah ke daerah yang agak tinggi atau beberapa ratus meter dari pantai.
Gempa bumi dapat menyebabkan gelombang tsunami selang beberapa menit atau jam
setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang hebat.
5. Tindakan setelah gempa bumi berlangsung:
a. Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong mereka yang terluka atau terjebak.
Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika
memungkinkan. Jangan coba memindahkan mereka yang luka serius yang justru dapat
menyebabkan luka menjadi semakin parah.
b. Periksa hal-hal berikut setelah gempa:
 Api atau ancaman kebakaran.
 Kebocoran gas. Tutup saluran gas jika kebocoran diduga dari adanya bau. Jangan dibuka
sebelum diperbaiki oleh tenaga ahlinya.
 Kerusakan saluran listrik, matikan meteran listrik.
 Kerusakan kabel listrik, menjauhlah dari kabel listrik sekalipun meteran telah dimatikan.
 Barang-barang yang jatuh dari lemari (saat membukanya).
 Periksa pesawat telepon. Pastikan telepon pada tempatnya.
 Lindungi diri dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan
panjang, sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungimu
dari luka akibat barang-barang yang pecah.
c. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan
orang cacat mungkin perlu bantuan tambahan.
d. Lakukan pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan
gelas, kaca, dan obat-obatan yang tumpah.
e. Waspadai gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama.
Namun, gempa susulan mungkin cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah
Gambar 3.5.
Ilustrasi berlindung ketika terjadi Gempa Bumi
akibat gempa pertama. Tetaplah berada jauh
dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila
pihak berwenang sudah mengumumkan
keadaan aman.
f. Gunakan lampu senter. Jangan gunakan
korek api, lilin, kompor gas, atau obor.
g. Gunakan telepon rumah hanya dalam
keadaan darurat yang mengancam jiwa.
h. Nyalakan radio untuk informasi, laporan
kerusakan, atau keperluan relawan di
daerahmu.
i. Biarkan jalan bebas rintangan agar mobil
darurat dapat masuk dengan mudah.
6. Tindakan kesiapsiagaan
Merencanakan kesiapsiagaan terhadap
bencana tidak hanya meliputi perencanaan fisik
bangunan. Setiap orang dalam rumah sebaiknya
tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana
harus pergi bila situasi darurat terjadi.
a. Prinsip rencana siaga untuk rumah tangga
1) Sederhana - rencana darurat rumah
tangga mestinya cukup sederhana
sehingga mudah diingat oleh seluruh
anggota keluarga. Bencana adalah situasi
yang sangat mencekam sehingga mudah
terjadi kebingungan. Rencana darurat
yang baik hanya berisi beberapa rincian
saja.
2) Tentukan jalan melarikan diri - pastikan kamu dan keluarga tahu jalan yang paling aman
untuk meninggalkan rumah setelah gempa. Jika anda berencana meninggalkan daerah atau
desa anda, rencanakan beberapa jalan, dengan memperhitungkan beberapa jalan putus
atau tertutup akibat gempa.
3) Tentukan tempat bertemu - dalam keadaan anggota keluarga terpencar, misalnya ibu di
rumah, ayah sedang di tempat kerja, sementara anak-anak sedang di sekolah saat gempa
terjadi, tentukan tempat bertemu.
4) Tentukan dua tempat bertemu - yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat
rumah. Tempat ini biasanya menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan
darurat. Tempat kedua, dapat berupa bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam
keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat
tersebut.
b. Prinsip rencana siaga untuk sekolah
Sama dengan prinsip rencana siaga di rumah tangga. Gedung sekolah perlu diperiksa
ketahanannya terhadap gempa bumi. Anak-anak sekolah perlu sering dilatih untuk melakukan
tindakan penyelamatan diri bila terjadi gempa, misalnya sekurang-kurangnya 2 kali dalam
setahun.
Tabel 3.1. Mengenali Karakteristik Ancaman Gempa Bumi
Karakteristik Penjelasan
Penyebab Pergeseran lempeng bumi, letusan gunung berapi
Peringatan & tanda-tanda Tanah bergoyang, terdengar suara gemuruh, benda-benda
bergerak.
Kekuatan yang merusak Guncangan gempa meruntuhkan rumah dan bangunan
Frekuensi kejadian Terjadi 2 kali gempa dalam satu tahun.
Jarak kejadian Dari sejak terdengar suara gemuruh sampai
berguncangnyabenda-benda sangat cepat
Lamanya Ancaman dirasakan 20 detik
Periode Ancaman Tidak dapat ditentukan
Gambar 3.6.
Ilustrasi Siaga Gempa Bumi
D. Bencana Tsunami
1. Apakah Tsunami Itu?
Tsunami adalah gelombang laut atau gelombang
pasang yang laju geraknya sangat cepat. Peristiwa tsunami
telah melanda Indonesia dari masa ke masa. Bencana
tsunami di Simeulue, Nias dan banda Aceh, Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam (2004); Pangandaran,
Kabupaten Ciamis (2006) adalah contoh peristiwa tsunami
yang pernah melanda Indonesia. Yogyakarta termasuk
wilayah yang rawan bencana tsunami, terutama di
Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten
Gunung Kidul.
2. Apa yang Menyebabkan Terjadinya Tsunami?
Tsunami dipicu oleh peristiwa erupsi gunung api
dasar laut, longsor di dasar laut, jatuhnya meteor di laut.
Namun, umumnya tsunami terbentuk saat terjadi gempa
bumi yang berpusat di dasar laut. Hanya gempa
berkekuatan besar yang dapat menghasilkan gelombang
tsunami.
3. Apakah Kekuatan yang Merusak dari Tsunami?
Tsunami terkenal akan kemampuannya merusak
dan menghancurkan kota-kota yang berada di tepi pantai.
Saat tsunami terbentuk di tengah laut, tinggi gelombang
hanya sekitar 60 cm namun kecepatannya bisa menyamai kecepatan pesawat jet, yaitu hingga 1000
km/jam. Saat gelombang mencapai pantai, kecepatannya menurun namun tinggi gelombang
semakin meningkat.
Saat tsunami menghantam pantai, kekuatan gelombang air merobohkan dan
menghancurkan bangunan yang konstruksinya lemah. Arus air menghanyutkan dan menyatukan
puing-puing bangunan dengan pepohonan, batu dan benda-benda lainnya. Benda-benda inilah yang
kemudian menerjang bangunan. Karena kecepatan gelombang tsunami sangat tinggi, sangat sulit
untuk menghindarinya.
4. Apakah Akibat dan Dampak dari Tsunami?
Kedahsyatan gelombang tsunami menimbulkan kerusakan dan kerugian yang luar biasa.
Ratusan bahkan ribuan orang kehilangan nyawa dan terluka karena tidak sempat menyelamatkan
diri. Bangunan, sekolah, kantor, jalan raya, jembatan, serta lingkungan dapat mengalami kerusakan
parah.
5. Bagaimana Kesiapsiagaan Menghadapi Tsunami?
a. Kenali tanda-tandanya akan terjadinya tsunami.
 Surutnya air laut di pantai secara tiba-tiba yang didahului dengan adanya gempa
berkekuatan besar.
 Tercium angin berbau garam/air laut yang keras.
 Terdengar suara gemuruh yang keras.
b. Saat mengetahui tanda-tanda tersebut, sampaikan pada semua orang. Segera mengungsi
karena tsunami bisa terjadi dengan cepat dan waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Pergilah
ke daerah yang lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai.
c. Bila telah ada tempat evakuasi, ikuti petunjuk jalur evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya
bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya.
6. Tindakan Apa yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Tsunami
a. Jika berada di pantai atau dekat laut, dan merasakan bumi bergetar, langsung lari ke tempat
yang tinggi dan jauh dari pantai. Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah, atau memanjat
pohon. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami.
b. Selamatkan diri, jangan hiraukan barang-barangmu.
c. Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit.
7. Tindakan Apa yang Harus Dilakukan Setelah Terjadi Tsunami
a. Tetap berada di tempat yang aman.
b. Jauhi daerah yang mengalami kerusakan kecuali sudah dinyatakan benar-benar aman.
c. Berikan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Utamakan anak-anak, wanita hamil,
orang jompo, dan orang cacat.
8. Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Dari Tsunami
Gambar 3.7.
Ilustrasi Terjadinya Tsunami
a. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai lebih dari 10 meter dari permukaan
laut. Berdasarkan penelitian daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah
akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut.
b. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem,
ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c. Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.
d. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas.
e. Usahakan agar bagian dinding yang lebar tidak sejajar dengan garis pantai.
Tabel 3.2. Mengenali Karakteristik Ancaman Tsunami
Karakteristik Penjelasan
Penyebab Gempa bumi bawah laut; longsoran lempeng bawah laut; aktivitas
vulkanik, tumbukan benda luar angkasa.
Peringatan & tanda-tanda Didahului dengan gempa yang sangat kuat, surutnya permukaan air
laut secara tiba-tiba, tercium bau garam dan terdengar suara
gemuruh.
Kekuatan yang merusak Benda-benda yang terbawa oleh gelombang, kekuatan dan
kecepatan dari hempasan gelombang yang tinggi.
Frekuensi kejadian Tidak dapat diperkirakan
Jarak kejadian Dari tanda-tanda hinga kejadian bisa dalam hitungan menit hingga
jam
Lamanya Ancaman dirasakan Dalam satuan jam, hari, minggu tergantung dari besarnya kejadian
Periode Ancaman Tidak dapat diperkirakan
E. Bencana Angin Puting Beliung
1. Apa itu Angin Puting Beliung?
Angin Puting Beliung adalah angin berputar
dan bergerak dengan kecepatan lebih dari 63
km/jam, dan kejadiannya singkat. Warga
Yogyakarta menyebutnya angin Leysus, sementara
di Sumatera disebut angin Bohorok. Angin puting
beliung sering terjadi pada siang atau sore hari saat
musim peralihan atau pancaroba.
Meskipun Puting Beliung adalah angin
kencang namun tidak semua angin kencang dapat
disebut puting beliung. Puting Beliung memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Kejadiannya singkat, antara 3-10 menit, setelah
itu diikuti angin kencang yang kecepatannya
semakin lama semakin melemah.
b. Kecepatan angin antara 45-90 km/jam.
c. Angin dapat menjangkau daerah sejauh 5-10
km.
d. Umumnya terjadi pada musim pancaroba dan
kadang-kadang juga terjadi di musim hujan.
e. Waktu kejadiannya antara siang sampai
menjelang sore hari, yaitu antara pukul 13.00
hingga 17.00.
2. Apa Penyebab Puting Beliung?
Pusaran angin kencang terbentuk saat dua aliran angin yang berbeda tekanan saling
bertemu. Perbedaan tekanan tersebut menciptakan aliran udara yang berputar semakin lama
semakin cepat.
Tanda-tanda akan terjadi Puting Beliung:
 Udara di pagi dan malam hari terasa panas atau sumuk sehari sebelum kejadian.
 Terlihat adanya awan putih cumulonimbus menjulang tinggi bergerombol menyerupai bunga kol
di langit. Awan tersebut kemudian dengan cepat berubah menjadi kelabu/gelap dan disertai
hembusan udara dingin.
 Tiupan angin mulai menggoyangkan pepohonan kemudian menjadi semakin cepat, diikuti
turunnya hujan lebat.
 Terbentuk pusaran angin berbentuk seperti kerucut yang turun menyentuh tanah.
3. Apa Kekuatan yang merusak?
Gambar 3.8.
Ilustrasi Terjadinya Angin Puting Beliung
Kekuatan pusaran angin dapat menumbangkan pohon-pohon, mampu menarik,
mengangkat dan menerbangkan benda-benda yang ada di wilayah yang dilewatinya. Benda yang
ringan seperti atap seng, batu, genteng, batang kayu dapat dengan mudah terangkat dan terlempar
kembali ke segala arah. Benda-benda yang terbawa oleh angin adalah kekuatan yang merusak dari
Puting Beliung karena dapat menghantam rumah, bangunan serta manusia yang tidak sempat
berlindung.
4. Apa Akibat dan Dampak Puting Beliung?
Meskipun masa dari pembentukan hingga punahnya pusaran angin cukup singkat, namun
kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Tingginya kecepatan pusaran angin
membuat benda-benda yang terbawa angin tak ubahnya seperti peluru. Akibatnya yang ditimbulkan
oleh hantamannya bisa sangat fatal. Bila mengenai manusia bisa menimbulkan luka bahkan
kematian, bila kena rumah dapat menghancurkan bangunan. Rumah atau bangunan yang kurang
kuat juga dapat hancur terkena terjangan angin. Orang yang sedang berada di dalam rumah dapat
tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya.
5. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Puting Beliung?
 Siapkan barang persediaan seperti alat penerangan, makanan, selimut.
 Tebang pohon besar dan rapuh yang ada di sekitar tempat tinggal.
 Perkuat bagian rumah seperti atap seng agar tidak mudah terbang.
 Bila sedang berada di luar rumah, segera masuk dan berlindung di bangunan yang kokoh.
Hindari pohon dan tiang listrik.
 Lakukan penanaman pohon. Pohon dapat membantu menyejukkan udara sehingga tidak terjadi
perbedaan suhu yang dapat memicu munculnya puting beliung. Adanya pohon juga dapat
meredam gaya angin.
6. Apa Tindakan Saat Terjadi Puting Beliung?
Bila terjadi puting beliung, jangan keluar rumah. Berlindunglah di ruangan yang dianggap
paling aman. Bersiap untuk meninggalkan rumah jika ada anjuran mengungsi. Walaupun tidak ada
anjuran, masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi.
7. Apa Tindakan Setelah Terjadi Puting Beliung?
 Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman.
 Banyak kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini. Untuk
memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.
 Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik sebelum
dinyatakan aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari
kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini.
 Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau gas segera
matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut
sekeringnya.
 Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi sangat sibuk
pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan.
 Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi.
F. Bencana Tanah Longsor
Bencana tanah longsor di wilayah DI
Yogyakarta terjadi di wilayah dengan kondisi tanah
curam seperti kawasan Pegunungan Menoreh. Titik
rawan longsor umumnya adalah dinding sungai dan
di sepanjang kawasan tersebut. Salah satu contoh
bencana akibat tanah longsor yang pernah terjadi
adalah peristiwa banjir dan tanah longsor di Sungai
Belik dan Sungai Gajah Wong pada 13 Desember
2006. Penyebabnya adalah karena oleh kondisi
tanah yang tidak kokoh, tingkat kecuraman lereng
yang tinggi, beban tanah yang berlebihan dan hujan
lebat.
1. Apa itu Tanah Longsor?
Tanah longsor adalah peristiwa
bergeraknya tanah atau batuan menuruni lereng
atau perbukitan. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan tanah atau batuan, ataupun
percampuran keduanya, yang bergerak menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya
kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
2. Apa Penyebab Tanah Longsor?
Gambar 3.9.
Ilustrasi Terjadi Tanah Longsor
Tanah longsor dapat terjadi karena adanya gangguan pada kestabilan tanah. Misalnya jenis
tanah yang menyusun suatu lereng. Jenis tanah yang kurang padat seperti tanah lempung, kerikil
dan pasir maupun tanah letusan Merapi yang mudah mengalami pelapukan dapat menjadi
penyebab tanah longsor. Tingkat kemiringan lereng yang terlalu terjal dan curam turut memengaruhi
proses terjadinya longsornya tanah.
Disamping alasan di atas ada pula hal-hal yang menjadi pemicu peristiwa longsornya tanah.
Misalnya tidak adanya pepohonan, ditambah dengan meningkatnya curah hujan tinggi yang
mengguyur daerah tandus tanah mengakibatkan tanah dengan mudah tersapu air.
3. Apa Kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari tanah longsor adalah materi tanah, batu serta benda-benda
lain yang terbawa oleh luncuran. Saat sebuah lereng mengalami gangguan kestabilan dan ada
pemicu longsor, lereng akan meluruh membawa segala macam benda yang ada di dalam dan di
atasnya, baik itu materi tanah dan batuan penyusun lereng, juga batang pohon, bangunan dll.
4. Apa Akibat dan Dampak Tanah Longsor?
Apabila terdapat sebuah permukiman di daerah landai yang cukup dekat dengan lereng,
materi longsor dapat menimpa permukiman tersebut. Jika longsoran terjadi dalam jumlah besar,
selain menimbulkan kerusakan bangunan, ia juga dapat melukai dan mengubur orang-orang yang
berada di dalamnya. Dalam beberapa kasus, meskipun ada rumah yang tidak hancur terkena
longsoran tanah namun proses pergerakan tanah dapat merusak fondasi rumah. Longsoran
menutup akses jalan, menutup aliran sungai, merusak areal persawahan, sehingga menyebabkan
kerugian dan kerusakan materi yang besar nilainya serta mengganggu keamanan dan kenyamanan
penduduk.
5. Bagaimana tanda-tanda terjadi Tanah Longsor?
 Muncul rekahan atau retakan pada tanah setelah hujan.
 Muncul rembesan atau mata air berwarna keruh pada bawah lereng secara tiba-tiba.
 Pintu dan jendela rumah mendadak susah dibuka. Pergerakan tanah membuat formasi rumah.
 Jatuhnya butiran tanah dan kerikil secara tiba-tiba dari atas lereng.
 Suara gemuruh yang keras terdengar dari bagian atas lereng, tanda tanah mulai bergerak turun.
6. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Tanah Longsor?
Daerah lereng terjal adalah daerah yang perlu diwaspadai, terutama jika daerah tersebut
gersang dan kurang vegetasi. Kesiapsiagaan tanah longsor dapat berupa:
 Kenali tanda-tanah tanah longsor. Bila ada tanda-tanda akan longsor, peringatkan warga yang
tinggal dekat lereng agar segera mengungsi.
 Kenali dan tandai daerah-daerah yang rawan longsor.
 Hindari membangun rumah di daerah di bawah lereng.
 Tidak menebang atau merusak hutan.
 Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi,
lamtoro, dan lain sebagainya pada lereng-lereng yang gundul.
 Membuat saluran air hujan.
 Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang curam dan terjal dapat mengurangi risiko
kejadian longsor.
 Lakukan pemeriksaan keadaan tanah secara berkala, untuk melihat adanya retakan atau
rekahan tanah.
 Ukur tingkat derasnya hujan.
G. Bencana Kekeringan
Kekeringan termasuk ancaman bencana yang
terjadi secara perlahan-lahan dan bisa berlangsung untuk
jangka waktu yang cukup lama. Kekeringan memiliki
dampak luas dan berhubungan dengan bidang kesehatan,
sosial, pendidikan, pertanian, dsb. Kekeringan biasanya
terjadi pada musim kemarau. Pada musim ini, sumber-
sumber mata air umumnya mengalami penurunan volume
air, bahkan di beberapa wilayah ada sumber air yang kering
sama sekali.
Wilayah di Provinsi DI Yogyakarta yang memiliki
risiko tinggi kejadian kekeringan adalah Kabupaten Gunung
Kidul. Setiap tahunnya, beberapa wilayah di Gunung Kidul
selalu mengalami kekeringan. Karena keunikan formasi
perbukitan Pegunungan Seribu, air hujan yang menimpa
permukaan tanah tidak diserap menjadi air permukaan
Gambar 3.10.
Sawah Kekeringan
seperti mata air, sungai, telaga dan danau. Yang terjadi adalah air hujan langsung dialirkan ke bawah
tanah kemudian terakumulasi menjadi aliran sungai bawah tanah.
1. Apa itu Kekeringan?
Kekeringan adalah berkurangnya ketersediaan air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup,
yang dialami dalam jangka waktu lama di suatu wilayah. Peristiwa kekeringan umumnya ditandai
dengan kering atau matinya sumber-sumber air yang ada, selanjutnya tanam-tanaman mulai
meranggas dan berangsur-angsur mati. Tanda-tanda lainnya yaitu permukaan tanah yang
mengalami retak-retak.
2. Apa Penyebab Kekeringan?
Ditinjau dari penyebabnya, peristiwa kekeringan umumnya terkait dengan:
a. Faktor alamiah: misalnya musim kemarau yang berlangsung lebih lama dari biasanya;
rendahnya tingkat curah hujan yang diterima suatu wilayah, volume sumber air menurun.
b. Faktor non-alamiah atau ulah manusia; misalnya penyalahgunaan daerah resapan air sebagai
permukiman, perusakan sumber air dan daerah tangkapan air, penggundulan hutan, pola
penggunaan air yang kurang bijaksana.
3. Apa Kekuatan yang merusak?
Kekuatan yang merusak dari kekeringan adalah berkurang bahkan hilangnya air yang
dibutuhkan oleh manusia dan lingkungan. Penguapan air menyebabkan temperatur udara menjadi
lebih panas, daun-daun tanaman mengering dan rontok, tanah mengeras dan retak-retak.
4. Apa Akibat dan Dampak dari Kekeringan?
 Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan harian seperti mandi, cuci, masak. Bila kekeringan
berlangsung lama, penduduk harus mencari dan mengambil air di sumber air yang lebih jauh.
 Kegiatan lain seperti memberi minum hewan ternak dan mengairi lahan pertanian juga
terganggu. Produksi pertanian berkurang dan dapat berhenti sama sekali. Dalam jangka waktu
panjang, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan, gizi buruk dan bencana
kelaparan.
 Tingkat kesehatan masyarakat menurun karena berkembang wabah penyakit seperti diare, sakit
saluran pernapasan, demam berdarah.
 Konflik sosial seperti rebutan air juga mungkin terjadi di masyarakat.
5. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Kekeringan?
 Menggunakan air secara hemat dan bijaksana.
 Lestarikan daerah di sekitar mata air dengan cara mempertahankan dan menanam tanaman
seperti Beringin dan Bambu, yang akarnya dapat menyimpan air.
 Patuhi peraturan yang ditujukan untuk pelestarian lingkungan, misalnya tidak boleh membangun
permukiman di wilayah yang diperuntukkan sebagai resapan air.
H. Bencana Wabah Penyakit
1. Apa itu Wabah Penyakit?
Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka. Beberapa ancaman wabah penyakit
yang perlu diwaspadai di Provinsi DI Yogyakarta antara lain
adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Tuberkulosis
(TBC), Leptospirosis, Diare, Flu Burung, dan lain-lain.
Wabah penyakit terkait dengan iklim suatu daerah.
Iklim tropis seperti di Indonesia dimana suhu dan kelembaban
tinggi sangat mendukung perkembangbiakan virus dan bakteri
penyebab penyakit dimana. Misalnya, terjadi peningkatan
kasus kejadian Malaria dan DBD di berbagai wilayah di
Indonesia saat musim kemarau. Perilaku kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan
turut mempercepat penularan dan penyebarannya.
2. Apa Penyebab Wabah Penyakit?
Menurut penyebabnya, wabah penyakit dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Yang disebabkan oleh Infeksi (virus, bakteri, protozoa, dan cacing).
b. Yang disebabkan oleh Toksin atau zat racun (kimia dan biologi).
3. Apa Akibat dan Dampak Wabah Penyakit?
Penderita wabah penyakit tentu saja tidak bisa bebas melakukan berbagai kegiatan yang
biasa dilakukannya; anak-anak tidak dapat bermain dan belajar; orang dewasa tidak dapat bekerja
dan beraktivitas lainnya. Selain menyebabkan sakit pada penderitanya, wabah penyakit juga bisa
Gambar 3.11.
Bakteri Penyakit
Ingatlah untuk selalu
mencuci tangan dengan
menggunakan sabun dan
air bersih:
 Sebelum memasak
atau makan
 Setelah buang air
 Setelah melakukan
pembersihan
menulari anggota keluarga yang lain. Bila tidak segera mendapat penanganan, penyebarannya
bahkan bisa meluas hingga satu wilayah dan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), contohnya KLB
Demam Berdarah Dengue dan KLB Diare. Penularan terjadi terutama bila tidak adanya
pengetahuan yang cukup mengenai wabah penyakit yang menjangkit. Keterlambatan penanganan
gejala-gejala awal penyakit bisa mendatangkan kematian.
4. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Wabah Penyakit?
Segera periksakan diri ke pusat kesehatan seperti
puskesmas atau klinik kesehatan terdekat. Penularan penyakit
umumnya terjadi secara cepat dan tidak disadari. Namun
bukan berarti tidak bisa dicegah sejak dini. Pencegahan
penyebaran dan penularan penyakit sesungguhnya dapat
dimulai dari hal yang mudah namun paling sering diabaikan,
yaitu perilaku menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat
tinggal. Misalnya membiasakan diri untuk mencuci tangan
dengan sabun, pembersihan rumah dan lingkungan secara
berkala dari benda-benda yang sekiranya dapat menjadi
media perkembangbiakan bibit penyakit.
Selalu cuci tangan sebelum:
 Menyiapkan makanan
 Makan
 Mengobati luka atau memberikan obat
 Menyentuh orang sakit atau terluka
 Memasukkan atau melepaskan lensa kontak
Selalu cuci tangan setelah:
 Menyiapkan makanan, terutama daging mentah atau unggas
 Menggunakan toilet
 Mengganti popok
 Menyentuh binatang dan sampah
 Batuk atau bersin ke tangan
 Mengobati luka
 Menyentuh orang sakit atau terluka
 Memegang sampah atau sesuatu yang bisa terkontaminasi, misalnya kain
pembersih atau sepatu kotor
Selain itu, tentu saja penting juga untuk mencuci tangan kita jika memang terlihat kotor.
PENUTUP
Setiap jenis ancaman/bencana mempunyai ciri/sifat/karakteristik yang khusus dan berbeda satu
dengan yang lainnya. Karena itu, setiap jenis bencana yang berbeda membutuhkan penanganan yang
berbeda pula. Sudah saatnya kita dan pemerintah berupaya melakukan tindakan penanggulangan terhadap
bencana secara lebih serius dan tertata dengan baik.
Prakarsa Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah kerangka kerja yang menyeluruh dan
utuh dalam membangun sebuah masyarakat yang aman dan tangguh menghadapi Bencana. Upaya
Pengurangan Risiko Bencana dilakukan justru saat sekarang ini sebelum bencana terjadi, sehingga
kerugian-kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat Bencana bisa kita kurangi-hindari-kalau memungkinkan
kita cegah. Upaya Pengurangan Risiko Bencana menjadi satu kesatuan dengan Penanggulangan Bencana.
Tindakan-tindakan dalam Penanggulangan Bencana saat sekarang ini, sudah bukan
menitikberatkan pada Penanganan Situasi Krisis (Darurat) semata. Misalnya, menunggu kerusakan dan
korban dulu baru bertindak memberikan pertolongan dan membangun kembali. Tetapi lebih memusatkan
pada usaha-usaha Mengelola Risiko, yaitu mengurangi kelemahan/ketidak berdayaan masyarakat, dengan
meningkatkan kekuatan/kemampuan yang dimilikinya dan mengatur dan memanfaatkan Lingkungan Hidup
secara lebih baik dan bijaksana. Sehingga terbangun sebuah masyarakat yang berbudaya Aman dan Siap-
Siaga menghadapi Bencana.
Dengan upaya Pengurangan Risiko Bencana, maka kita berusaha untuk menyelamatkan hasil-hasil
Pembangunan dan menjamin kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010—
2014 (2010).
Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Bakesbanglinmas DIY), “Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta” (draf, 2009).
Eko Teguh Paripurno, Bahan-Bahan Presentasi tentang Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko
Bencana (2009—2010).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010—
2014 (2010).
Ben Wisner. 2006. Let Our Children Teach Us! A Review of the Role of Education and Knowledge in
Disaster Risk Reduction. Geneva: UN-ISDR.
Krishna S. Pribadi. Bahan-Bahan Presentasi tentang Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko
Bencana (2009—2010).
Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 115 Tahun 2008 tentang Rencana Penanggulangan Bencana
Provinsi Sumatera Barat 2009—2012.
Gugus Tugas. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Jakarta:
Kemendiknas, Bappenas, & SCDRR-UNDP.
Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 70a/MPN/SE/2010 perihal Pengarusutamaan
Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Living with Risks: A Global Review
of Disaster Reduction Initiatives (2004).
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Towards a Culture of Prevention:
Disaster Risk Reduction Begins at School—Good Practices and Lessons Learned (2007).
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Terminology on Disaster Risk
Reduction (2009), http://www.unisdr.org/terminology.

More Related Content

Similar to Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited

XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docx
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docxXI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docx
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docxJopiWildani1
 
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...JopiWildani1
 
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana dijopiwildani
 
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifanXi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifanJopiWildani1
 
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana dijopiwildani
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
 
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana diJopiWildani1
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...jopiwildani
 
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsih
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsihSD-MI kelas06 ips arif nur westriningsih
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsihsekolah maya
 
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamXi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamsispalasmapgriciawi
 
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamXi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamsispalasmapgriciawi
 
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfSPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfAa Agus Koswara
 
Yang Muda Berkarya
Yang Muda BerkaryaYang Muda Berkarya
Yang Muda BerkaryaViki Iswanto
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberNizamNizam15
 
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdf
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdfBuku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdf
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdfelmustafa2
 
Dasar kebencanaan
Dasar kebencanaanDasar kebencanaan
Dasar kebencanaansutripto
 

Similar to Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited (20)

XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docx
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docxXI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docx
XI_GEOGRAFI_KD 3.7_2.PERSEBARAN WILAYAH RAWAN BENCANA DI.docx
 
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...
XI_GEOGRAFI_KD 3.7.1_JENIS DAN KARAKTERISTIK BENCANA SERTA SIKLUS PENANGGULAN...
 
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
 
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifanXi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan
Xi geografi kd 3.7_3.penanggulangan bencana melalui edukasi, kearifan
 
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_finalpersebaran wilayah rawan bencana di
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
 
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana diXi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana di
Xi geografi kd 3.7_2.persebaran wilayah rawan bencana di
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
 
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
Xi geografi kd 3.7.1_jenis dan karakteristik bencana serta siklus penanggulan...
 
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsih
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsihSD-MI kelas06 ips arif nur westriningsih
SD-MI kelas06 ips arif nur westriningsih
 
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamXi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
 
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alamXi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
Xi geografi kd_3_7_mitigasi_bencana_alam
 
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdfSPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
SPAB_Satker-SPAB-Disdik-Jabar.pdf
 
Siaga bencana
Siaga bencanaSiaga bencana
Siaga bencana
 
Yang Muda Berkarya
Yang Muda BerkaryaYang Muda Berkarya
Yang Muda Berkarya
 
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jemberMohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
Mohammad nizamuddin.204101090001.iain jember
 
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
2.bahan ajar risiko diy dan gunung api merapi
 
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdf
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdfBuku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdf
Buku Pintar Ijen Geopark Wilayah Bondowoso A6 - Edit Fix_2_Pak Kabid&PHIG.pdf
 
Dasar kebencanaan
Dasar kebencanaanDasar kebencanaan
Dasar kebencanaan
 

More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)

Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung apiLingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar)
 

More from Lingkar Association (Perkumpulan Lingkar) (18)

Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdfSatuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
Satuan Pendidikan Aman Bencana, Pendahuluan.pdf
 
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdfLaporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KabSigi_2020.pdf
 
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdfLaporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
Laporan Penilaian Ketangguhan_KotaPalu_rev02+ttd.pdf
 
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
Melenting dari longsoran hutan pinus 04102015
 
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
Monitoring Evaluasi Partisipatif PRBBK, Lingkar/Untung Winarso, Copyright UND...
 
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
Ninil jannah lingkar association bagaimana hfa di praktekan di tingkat masyar...
 
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
LINGKAR Sekolah aman dan siaga bencana v0
 
Nj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pbNj kapita selekta pb
Nj kapita selekta pb
 
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencanaPengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
Pengarusutamaan gernder dalam program pengurangan risiko bencana
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
1.praktik pendidikan kebencanaan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung api
 
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunisSekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
Sekolah siaga bencana untuk anak penyandang disabilitas di m ts yaketunis
 
Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0Position paper kpb draft0
Position paper kpb draft0
 
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
Ninil Jannah Lingkar Association for Consortium Disaster Education Indonesia:...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengalaman Pembentukan Forum Pengurangan Ri...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pengurangan Risiko Bencana Yang Sensitif Ge...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
Ninil Jannah Lingkar Association: Pendidikan Untuk Pengurangan Risiko Bencana...
 
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
Ninil Jannah Lingkar Association: Disaster Risk Mitigation and Prevention for...
 

Dikpora diy ba bencana-sd-mi_final edited

  • 1. NASKAH BERSAHABAT DENGAN BENCANA Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta © 2011
  • 2. NASKAH Judul: BERSAHABAT DENGAN BENCANA Bahan Ajar Pengurangan Risiko Bencana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tim Penyusun:  Hasan Bachtiar (Koordinator)  Sunaring Kurniandaru  Yugyasmono  Ruhui Eka Setiawan  Yanet Paulina  Pudji Santoso Tim Penyunting:  Akhmad Agus Fajari  Irfan Afifi  Yahya Dwipa Nusantara Tim Pakar:  Ninil R. Miftahul Jannah, S.Ked.  Drs. Awang Trisnamurti  Trias Aditya, Ph.D.  Prof. Sutomo Wuryadi, Ph.D.  Ir. Heri Siswanto Penerbit: Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Alamat : Jl. Cendana 9, Yogyakarta 55166 – INDONESIA Telefon : (0274) 541322, 583628 Faksimili : (0274) 513132 E-mail : dikporadiy@yahoo.com Website : www.pendidikan-diy.go.id © 2011
  • 3. PRAKATA Menyikapi kerawanan bencana yang terdapat di wilayah dan dihadapi oleh komunitas Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sumbangsih dan prakarsa semua pihak dalam gerakan/upaya bersama Pengurangan Risiko Bencana (PRB) sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini, salah satunya yang berkaitan dengan sektor pendidikan, meningkatkan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan tentang upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) menjadi penting. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ingin mengambil bagian dan memberikan sumbangsih yang strategis bagi prakarsa upaya penguatan kapasitas kesiapsiagaan bencana pada bidang pendidikan. Untuk itu, melalui Kegiatan Penyusunan Bahan Ajar Bermuatan Kebencanaan, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menerbitkan buku-buku bahan ajar bermuatan kebencanaan dalam seri Bersahabat dengan Bencana untuk masing-masing jenjang satuan pendidikan (TK, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK, dan SLB). Upaya ini juga dilaksanakan guna menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70a/MPN/SE/2010 tentang Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Tujuannya ialah untuk meningkatkan kompetensi dan kapasitas para pihak pemangku kepentingan bidang pendidikan tentang Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan agar buku-buku Bahan Ajar ini dapat digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Sekolah (PRBBS) oleh para pihak pemangku kepentingan bidang pendidikan khususnya Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat mewujudkan pencapaian visi/cita-cita Penanggulangan Bencana Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni “Terwujudnya masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang peka, tanggap, dan tangguh terhadap bencana menuju Hamemayu Hayuning Bhawono”. Akhirnya, dalam kesempatan yang baik ini, kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya bahan ajar bermuatan kebencanaan ini, terutama Tim Penyusun dan Tim Pakar, saya sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya. Semoga Tuhan Yang maha Esa meridhai ikhtiar kita. Yogyakarta, Desember 2011 Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji NIP: 19630225 199003 1 010
  • 4. PENGANTAR Negara kepulauan Indonesia, yang membentang dari Sabang (di bagian barat) hingga Merauke (di bagian Timur), pada awalnya terbentuk dari pergerakan lempeng bumi. Lempeng bumi tersebut bergerak sedikit-demi sedikit, karena adanya panas dalam inti bumi. Lempeng-lempeng bumi ini biasa disebut dengan lempeng tektonik. Jadi, di sekitar wilayah Negara kepulauan Indonesia ditopang oleh tiga lempeng tektonik tersebut. Lalu, apakah teman-teman sudah tahu tiga lempeng tektonik tersebut? Baiklah, bagi teman-teman yang belum tahu, buku ini akan mencoba untuk menjelaskannya. Tiga lempeng tektonik tersebut antara lain (1) Lempeng Eurasia, (2) Lempeng Pasifik, dan (3) Lempeng Indo-Australia. Lempeng-lempeng bumi ini selalu bergerak, karena adanya suhu panas yang dikeluarkan oleh inti bumi. Pergerakan lempeng bumi terjadi setiap tahun. Ketika lempeng-lempeng bumi ini bergerak dan saling bertemu, maka akan terjadi benturan. Nah, benturan-benturan itu bisa terjadi begitu pelan sehingga kita tidak merasakannya, tetapi bisa juga terjadi begitu kencang dan kita bisa merasakan guncangannya. Peristiwa ini biasa disebut dengan istilah gempa bumi. Posisi negara kita yang terletak di antara tiga lempengan bumi inilah yang menyebabkan negara kita termasuk daerah yang rawan bencana. Bagaimana dengan Daerah Istimewa Yogyakarta? Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu provinsi yang ada di Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana. Tentunya teman-teman masih mengingat dua kejadian besar yang menimpa provinsi kita, dalam waktu lima tahun terakhir? Pertama, kejadian bencana Gempa Bumi, yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Kedua, peristiwa meletusnya Gunung Api Merapi pada tahun 2006 dan pada tahun 2010. Apakah teman-teman tahu, kenapa dua kejadian tersebut dikatakan peristiwa bencana alam? Ya, peristiwa itu terjadi karena alam itu bergerak dan membutuhkan keseimbangan. Nah, peristiwa tersebut dikatakan bencana karena mengakibatkan kerugian materi, kerusakan lingkungan dan kehilangan nyawa manusia. Selain kerugian materi, kerusakan lingkungan dan korban jiwa, bencana tersebut juga mengakibatkan masyarakat korban bencana harus mengungsi dari tempat tinggalnya. Hidup di tempat yang jauh dari tempat tinggal kita. Tinggal dalam tenda-tenda pengungsian, kurangnya air bersih untuk mandi dan cuci, tidak ada kegiatan belajar di sekolah, tidak ada hiburan dan bermain bersama teman-teman, dan makan seadanya, sungguh menderita bukan? Orang-orang menderita dan kesusahan, dan hanya mengharap bantuan orang lain untuk sekedar mempertahankan hidup. Hal ini disebankan juga karena kita tidak menyiapkan diri untuk menghadapi bencana yang akan terjadi. Oleh karena itu, kita tidak mau kejadian tersebut terulang lagi. Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk membangun kembali kehidupan kita yang hancur. Kita akan belajar dan berusaha bagaimana cara yang terbaik agar ketika terjadi bencana, kita mampu mengurangi kerusakan lingkungan, kerugian materiil dan jatuhnya korban jiwa. Dan kita juga belajar ketika bencana tidak terjadi, tetapi hidup di daerah rawan bencana, apa saja yang harus dilakukan. Sehngga kita siap untuk menghadapi disaat terjadi bencana.
  • 5. DAFTAR ISI SELAYANG PANDANG UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI PENDAHULUAN A. Gambaran Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta B. Daerah Istimewa Yogyakarta Rawan Bencana MENGENALI SIFAT-SIFAT ANCAMAN DAN BENCANA A. Pengertian Ancaman, Bencana, dan Risiko Bencana B. Kelompok yang Berisiko Tinggi (Kelompok Rentan) C. Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) BERKENALAN DENGAN BENCANA A. Bencana Gunung Api Merapi B. Bencana Banjir Lahar C. Bencana Gempa Bumi D. Bencana Tsunami E. Bencana Angin Puting Beliung F. Bencana Tanah Longsor G. Bencana Kekeringan H. Bencana Wabah Penyakit PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
  • 6. PENDAHULUAN A. Gambaran Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi: Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Paku Alaman. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, biasa disebut dengan istilah Provinsi DIY. Letaknya di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah. Dan berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di bagian utara- barat-timur. Kemudian Samudera Hindia di bagian selatan. Luas wilayah Provinsi DIY sekitar 3.185,80 km2. Luasan ini terdiri atas 1 (satu) kota dan 4 (empat) kabupaten. Kemudian terbagi lagi menjadi 78 kecamatan dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk pada tahun 2010. Provinsi DIY memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.452.390 jiwa. Dengan perbandingan 1.705.404 adalah penduduk laki-laki dan 1.746.986 penduduk perempuan. Provinsi DIY memiliki luas terkecil kedua di Indonesia, setelah Provinsi DKI Jakarta. Walaupun wilayah Provinsi DIY ini kecil, tetapi terkenal di tingkat nasional dan internasional. Provinsi DIY menjadi tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali. 1. GARIS LINTANG DAN BUJUR PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Apakah teman-teman juga sudah tahu kira-kira di mana letak geografis Provinsi DIY itu? Nah kalau belum, sebaiknya kita belajar mengenali dulu seperti apa dan di manakah letaknya Provinsi DIY itu. Tentunya, teman-teman sudah diajarkan tentang apa itu garis lintang dan garis bujur, kan? Ya, garis tersebut yang membagi beberapa bagian secara membujur (datar) dan melintang (tegak-lurus) dari bola dunia pada bumi kita. Hal tersebut dimaksudkan agar kita menjadi lebih mudah untuk melihat letak masing-masing wilayah pulau. Kalau dilihat secara geografisnya, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada 7º 3’ - 8º 12’ Lintang Selatan dan 110º 00’ - 110º 50’ Bujur Timur. 2. GAMBARAN RUPA BUMI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Selanjutnya, kita juga perlu mengenal seperti apa bentang alam dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Istilah bentang alam sama dengan gambaran rupa bumi yang dapat berupa tanah dan batuan. Dalam ilmu alam, biasa disebut dengan geologi. Nah, berdasarkan kondisi geologisnya, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan rupa, yaitu: a. Satuan Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran gunung api disebut juga bentang lahan vulkanik. Wilayahnya, meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Kabupaten Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung yang berfungsi sebagai kawasan resapan air bagi daerah di bawahnya. Letak hutan lindung tersebut, berada di Kabupaten Sleman bagian utara. Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi yang paling aktif di dunia. Mempunyai karakteristik/ciri/sifat yang khusus, sehingga menjadi daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata. b. Satuan Pegunungan Seribu, yang berupa struktur tanah/batuan jenis Karst. Struktur rupa bumi seperti ini banyak di temui di wilayah Gunungkidul bagian selatan. Merupakan kawasan perbukitan batu gamping dan karst yang tandus. Keadaan tanah seperti ini biasanya air permukaannya sangat sedikit, contohnya adalah sungai, sendang, belik, dan kelembaban tanah dll. Sehingga terasa kering, panas dan tandus. Satuan rupa pegunungan seribu ini merupakan bentang alam hasil proses pelarutan. Dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik/sifat lapisan tanah yang dangkal dan tumbuhan (vegetasi penutup) sangat jarang. c. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kabupaten Kulon Progo bagian utara. Merupakan bentang lahan dengan bentuk berbukit, kemiringan lereng curam dan kandungan air tanah kecil. d. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan hasil proses pengendapan sungai yang menjadi dataran alur sungai. Membentang di bagian selatan DIY, mulai dari wilayah Kabupaten Kulon Progo sampai wilayah Kabupaten Bantul dan berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan rupa dataran rendah ini merupakan daerah yang subur. Termasuk bentang lahan di Parangtritis- Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya. Merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai. 3. GAMBARAN IKLIM DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai iklim dengan suhu rata-rata bulanan berkisar antara 24º C – 33º C. Kemudian tingkat kelembabannya berkisar antara 55% s/d 95%. Kecepatan angin di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bertiup sekitar 9 – 18 km/jam ke arah tenggara pada bulan-bulan tertentu (Oktober-Desember). Tingkat curah hujan rata-rata perhari 50 s/d 70 mm/detik
  • 7. (pada musim penghujan). Dan suhu permukaan air laut (samudera hindia berkisar antara 28º C – 30º C, sementara di Laut Jawa berkisar antara 30º C – 32º C, yang sangat berpotensi membentuk awan hujan dan angin). Serta tinggi gelombang laut yang ada di Samudera Hindia mencapai kisaran 2 – 3 meter dan berpotensi bahaya. B. Daerah Istimewa Yogyakarta Rawan Bencana Gambar 1.1 Bentang Lahan Dataran Rendah dan Pantai Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk daerah di Indonesia yang rawan bencana. Gempa Bumi pada bulan Mei 2006 dan Erupsi Gunungapi Merapi pada bulan Oktober-November 2010, merupakan contoh nyata bencana alam yang terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta. Begitu indah dan beragam kekayaan alam yang dimiliki provinsi DIY. Tetapi dibalik semua itu, teman-teman jangan lupa bahwa provinsi DIY juga menyimpan kemungkinan bahaya-bahaya ancaman. Baik bahaya ancaman yang disebabkan karena faktor alam mapun karena ulah manusia (non alam). Terkait dengan potensi bencana alam, usaha penyelenggaraan penanggulangan bencana memegang peranan yang sangat penting. Baik pada saat sebelum kejadian (sekarang ini), ketika bencana terjadi (darurat), dan sesudah terjadinya bencana (pemulihan). Maka dari itu pemerintah provinsi bersama- sama dengan pihak-pihak yang berwenang membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tingkat provinsi dan dibantu oleh BPBD-BPBD di tingkat Kabupaten/Kota. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, bencana dapat dilihat sebagai hubungan antara adanya bahaya ancaman di sekitarnya. Ancaman tersebut bertemu dengan masyarakat yang tidak mempunyai kemampuan/kekuatan untuk menangkalnya. Sehingga kerugian dan kerusakan yang diterima oleh masyarakat tersebut besar sekali. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan penanggulangan bencana diarahkan kepada bagaimana cara untuk mengatur akibat-akibat bencana. Sehingga pengaruh buruk bencana tersebut dapat dikurangi, dihindari atau jika memungkinkan dihilangkan sama sekali. Belajar dan melakukan tindakan Pengurangan Risiko Bencana, sama artinya dengan membangun sebuah masyarakat yang mempunyai budaya aman. Sehingga hasil-hasil pembangunan yang sudah kita lakukan bisa terjaga dan lestari hingga generasi yang akan datang. Oleh karena itu, akan lebih baik kiranya, teman-teman mengetahui potensi bencana apa saja yang menjadi ancaman di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada sekitar delapan potensi bencana yang menjadi ancaman, antara lain: 1. Bahaya Gunungapi Merapi Berpotensi mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah-wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Merapi.
  • 8. Gambar 1.2. Peta Zona Ancaman Bahaya Gunungapi Merapi (www.bnpb.go.id) 2. Bahaya Banjir Berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oya. Gambar 1.3 Ilustrasi Proses terjadinya Aliran Banjir Lahar Dingin
  • 9. 3. Bahaya Kekeringan Berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian selatan. Setiap tahunnya, beberapa wilayah di Gunungkidul selalu mengalami kekeringan. Gambar 1.4 Anak-anak bermain di sungai yang kering (www.mediaindonesia.com) 4. Bahaya Tsunami Berpotensi terjadi di daerah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul, khususnya pada pantai dengan elevasi (ketinggian) kurang dari 30m dari permukaan air laut. Gambar 1.5 Peta Kawasan Bahaya Tsunami DIY 5. Bahaya Tanah Longsor Berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon Progo yang mengancam di wilayah Kulon Progo bagian utara dan barat, serta pada Lereng Pengunungan Selatan (Baturagung) yang mengancam wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian utara dan bagian timur wilayah Kabupaten Bantul.
  • 10. Gambar 1.6 Tanah Longsor di Gunung Kidul (www.antaranews.com) 6. Bahaya Angin Puting Beliung Berpotensi terjadi di wilayah pantai selatan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan daerah- daerah Kabupaten Sleman bagian utara, serta wilayah Kota Yogyakarta. Gambar 1.7 Salah satu bangunan di UGM rusak akibat angin puting beliung (www.okezone.com) 7. Bahaya Gempa Bumi Berpotensi terjadi di wilayah DIY, baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik. Gempa bumi tektonik berpotensi terjadi karena wilayah DIY berdekatan dengan kawasan tumbukan lempeng di dasar Samudra Indonesia yang berada di sebelah selatan DIY. Gambar 1.7 Bangunan rusak akibat gempa jogja (www.tribunnews.com)
  • 11. 8. Epidemi, Wabah Penyakit Demam Berdarah Dengue Berpotensi terjadi di Kabupaten Sleman (Mlati, Gamping, Sleman, Ngaglik, Depok, dan Kalasan), Kabupaten Bantul (Kasihan, Sewon, Banguntapan, Kretek), Kabupaten Gunungkidul (Ponjong), dan Kota Yogyakarta. Gambar 1.8 Ilustrasi Penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) (www.optimusplus.blogspot.com)
  • 12. MENGENALI SIFAT-SIFAT ANCAMAN/BENCANA A. Pengertian Ancaman, Bencana dan Risiko Bencana Apakah yang terlintas dalam pikiran teman-teman, ketika mendengar kata-kata tersebut diatas? Pada kebanyakan orang, umumnya akan mengira bahwa semua itu sama. Lalu apakah teman-teman juga tahu, kalau sebenarnya ancaman dan bencana itu memiliki pengertian yang berbeda? Ya, ANCAMAN dan BENCANA seringkali dianggap sebagai hal yang sama, namun sebenarnya tidak demikian. Baiklah, mari kita baca penjelasannya. ANCAMAN adalah hal-hal yang dapat merusak lingkungan dan menyebabkab orang terluka atau kehilangan nyawa. BENCANA adalah suatu peristiwa yang menyebabkan hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan. RISIKO BENCANA adalah akibat buruk dari peristiwa bencana yang menimpa kita dan terjadi dalam waktu tertentu yang dapat menimbulkan luka, sakit, kematian, kerugian, kerusakan dan kehilangan harta benda, serta gangguan terhadap aktivitas yang biasanya dilakukan warga. Jadi, bagaimana teman-teman, sudah cukup jelas? Nah, supaya teman-teman lebih mudah untuk memahami pengertiannya, silahkan lihat gambar di bawah ini : A. Ilustrasi Ancaman PENJELASAN Terlihat ada sebuah batu besar di puncak buk i t, sementara itu di kaki bukit, banyak penduduk dan rumah- rumah tempat mereka. Penduduk tersebut membangun rumah mereka tepat di bawah atau di jalur lintasan batu. Nah ada gambar anak panah juga disitu yang menunjukkan bahwa si batu, sewaktu-waktu bisa saja menggelinding dan jatuh. Sepertinya para penduduk tersebut tidak menyadarinya ya.Ya betul sekali, batu tersebut bisa jatuh dan menimpa penduduk kapanpun. Bisa waktu siang, atau malam. Bisa saat kita sedang bermain, tidur atau sedang belajar. Batu yang hampir jatuh inilah yang disebut dengan ANCAMAN. B. Ilustrasi Bencana PENJELASAN Pada gambar ini, karena sesuatu hal batu besar tadi jatuh menggelinding dan menghantam rumah-rumah penduduk yang ada di kaki bukit tersebut. Nah, Peristiwa batu yang jatuh-menggelinding dan menghancurkan inilah yang disebut dengan BENCANA. Akibatnya adalah: Semua kegiatan masyarakat terhenti, rumah-rumah hancur. Terlihat juga ada orang yang terbaring, mungkin terluka atau bahkan meninggal dunia karena tergilas batu tersebut. Masyarakat menjadi korban. Masyarakat menderita kerugian dan kerusakan. Dan masyarakat membutuhkan pertolongan dari kita semua. C. Ilustrasi Risiko Bencana PENJELASAN RISIKO BENCANA adalah kemungkinan timbulnya akibat buruk yang menimpa kita karena adanya bencana. Kemungkinan-kemungkinan ini adalah perkiraan yang dapat berupa : terjadinya luka, sakit, kematian, rasa tidak aman, pengungsian dll. Tentunya adik-adik sudah mengetahui bukan? Bahwa disetiap kejadian bencana selalu mendatangkan kerusakan harta benda dan kehilangan nyawa. Datangnya bencana juga merupakan gangguan terhadap kegiatan sehari-hari yang biasanya dilakukan masyarakat.
  • 13. Nah, seseorang atau masyarakat di suatu daerah dapat mengalami bencana karena adanya hal-hal sebagai berikut: 1. Adanya ancaman, baik alam maupun non-alam. Misalnya, tebing terjal yang tidak ada pepohonan di atasnya sehingga tanahnya mudah longsor. 2. Adanya kelemahan atau kerentanan, berupa kondisi yang menyebabkan seseorang tidak mampu mengatasi ancaman. Misalnya, lokasi rumah dekat tebing terjal, tidak mengetahui tanda-tanda bahwa tebing terjal akan segera longsor, tidak mengetahui tindakan untuk menyelamatkan diri. 3. Rendahnya kemampuan atau kapasitas, berupa segala kekuatan dan sumberdaya yang dimiliki untuk mencegah, menghadapi, mengatasi, dan memulihkan diri dari akibat bencana secara cepat. Misalnya ketiadaan tabungan atau sumber-sumber lain yang bisa dimanfaatkan untuk membangun kembali rumah-rumah yang rusak/roboh. B. Kelompok yang Berisiko Tinggi (Kelompok Rentan) Pada saat bencana, semua orang dapat terkena akibat buruk dari peristiwa tersebut. namun, ada orang-orang atau kelompok yang lebih berisiko atau lebih rentan dibandingkan dengan yang lain. Rentan berarti lebih mudah untuk terluka, tersakiti atau terkena akibat buruk dari bencana. Mereka yang termasuk kelompok rentan perlu mendapat prioritas pertolongan terutama pada saat kondisi darurat/bencana. Hal ini disebabkan karena kondisi tertentu yang mereka miliki. Siapa sajakah mereka itu? Pertama adalah bayi. Saat kita terlahir, kita tidak tahu apa-apa, tidak bisa berbuat apa-apa, dan tidak mengingat apapun. Keselamatan kita sangat tergantung pada keselamatan ayah dan ibu. Kedua adalah balita. Usia anak balita, masih belajar menghafal perbendaharaan kata. Belum tahu apa arti kata-kata yang diucapkannya.Keselamatannya juga masih tergantung pada orang dewasa terutama ayah dan ibu. Ketiga adalah anak-anak usia sekolah dasar. Pada masa ini, anak-anak masih tahap pertumbuhan, pada umumnya sudah mengenal apa itu bahaya, tetapi seringkali tidak memperhatikan atau tidak menyadari akan adanya bahaya. Terutama jika sudah bermain bersama teman. Keempat adalah anak usia sekolah menengah. Pada masa ini, anak-anak dalam masa perkembangan, secara emosional belum teratur dan cenderung bertindak ceroboh. Kelima adalah ibu hamil dan menyusui. Bagi ibu-ibu seperti ini jelas secara fisik lebih merepotkan dan mudah lelah. Maka kesehatan dan keselamatan sang ibu menjadi faktor paling penting bagi perlindungan sang anak. Keenam adalah perempuan. Kebutuhan hidup antara laki-laki dan perempuan berbeda, misalnya untuk mandi dan cuci, biasanya perempuan membutuhkan air yang lebih banyak dan lebih bersih dari laki- laki. Ketujuh adalah orang jompo atau lanjut usia. Orang yang sudah berusia lanjut, di atas 70 tahun, memang secara fisik dan mental mengalami banyak penurunan kekuatan. Selain itu mudah sekali putus asa. Kedelapan adalah orang yang menderita sakit parah dan menahun. Bagi orang sakit parah sangat membutuhkan keluarganya untuk merawat. Kesembilan adalah orang yang miskin dan orang-orang yang terpinggirkan; Selain tidak mempunyai tabungan untuk bertahan hidup, orang miskin dan orang yang terpinggirkan biasanya jarang mendapatkan perhatian kita. Mungkin karena mereka berbeda kelompok dengan kita, mungkin mereka beragama lain yang berbeda dengan kita, atau mungkin mereka dikucilkan oleh masyarakat karena sesuatu hal. Tetapi yakinlah bahwa hal itu tidak baik, karena yang paling mulia di sisi Tuhan adalah orang yang mau membantu kesusahan orang lain. Kesepuluh adalah orang dengan kebutuhan khusus (difabel). Mereka yang mempunyai keterbatasan fisik sehingga butuh bantuan orang lain pada situasi darurat. Nah orang-orang tersebut dikelompokkan ke dalam kelompok rentan, atau biasa juga disebut orang yang berisiko tinggi ketika terjadi bencana. Bagaimana tidak? Pada saat keadaan normal saja, mereka terlihat begitu kerepotan, apalagi keadaan yang tiba-tiba berubah menjadi kacau karena adanya bencana. C. Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Provinsi DI Yogyakarta memiliki potensi kejadian bencana yang sangat tinggi. Potensi bencana alam meliputi mulai dari gempa bumi, banjir, kekeringan, tanah longsor, wabah penyakit hingga puting beliung. Pada saat yang sama potensi bencana non-alam seperti kebakaran, kerusuhan sosial juga mengintai. Penyebab tingginya risiko bencana di Indonesia bukan hanya berasal dari faktor alamiah tapi juga faktor manusia juga menjadi alasan mengapa akibat dan dampak yang dialami dalam kejadian bencana begitu besar. Ketidakmampuan dalam mengelola risiko bencana mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Saat Gempa bumi terjadi di Yogyakarta tahun 2006, sekitar lebih dari 6000 jiwa melayang. Rumah, bangunan dan fasilitas umum yang penting bagi masyarakat seperti kantor pemerintahan dan sekolah luluh lantak. Dalam kejadian bencana yang lain, meletusnya Gunungapi Merapi juga mengakibatkan korban jiwa.
  • 14. Kehidupan masyarakat mengalami gangguan serius, dari yang semula aman dan tenteram berubah drastis menjadi menakutkan dan penuh ketidakpastian. Orang tua kehilangan pekerjaan, anak-anak tidak bisa bersekolah dan bermain. Sanak-saudara dan harta benda hilang, banyak orang yang mengalami trauma. Lingkungan juga mengalami kerusakan parah hingga membutuhkan waktu lama untuk kembali ke kondisi semula. Maka dari itulah diperlukan pendidikan pengurangan risiko bencana. Pengurangan risiko bencana adalah sebuah upaya yang terencana untuk mengurangi akibat yang ditimbulkan suatu bencana tertentu. Upaya-upaya tersebut dilakukan mulai dari tahap mengenali dan mengkaji faktor-faktor penyebab dari bencana. Kemudian mengelola ketidakberdayaan manusia dan kekayaan yang dimilikinya secara bijaksana. Caranya adalah dengan meningkatkan kemampuan yang kita miliki agar senantiasa siap-siaga menghadapi kejadian-kejadian yang merugikan. Kegiatan pengurangan risiko bencana bukan berarti kita menghilangkan sumber ancamannya. Sebab beberapa ancaman tersebut merupakan peristiwa alam yang harus terjadi karena alam itu hidup. Kejadian gempa bumi dan gunung meletus adalah contoh di mana manusia tidak bisa melakukan tindakan apa pun untuk mencegahnya. Mengelola atau mengurangi risiko bencana berarti membatasi kemungkinan terhadap terjadinya hal buruk yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi manusia dan lingkungan. Salah satu cara mengelola risiko bencana yang mungkin menimpa kita adalah dengan meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Seiring dengan meningkatnya jumlah kejadian bencana di Indonesia, kita tentu tidak boleh tinggal diam dan tidak melakukan apa-apa. Menyadari bahwa kita hidup di negeri yang rawan bencana, maka tindakan apa yang perlu kita ambil agar akibat dan dampak bencana tidak terulang lagi di masa depan. Salah satu upaya atau cara yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan risiko bencana. Catatan Penting Bagi Fasilitator Anak Langkah-langkah penting dalam Pengurangan Risiko Bencana adalah:  Menyusun daftar risiko, yaitu memikirkan atau memperkirakan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi.  Pemeringkatan risiko, yaitu menentukan peringkat risiko-risiko yang sudah diindentifikasi/dikenali.  Memikirkan atau mempertimbangkan tindakan-tindakan yang perlu diambil agar terhindar dari akibat buruk. Bisakah kita mencegah atau menghindarinya? Jika tidak bisa, apakah ada cara untuk mengurangi/menurunkan tingkat kerusakan dan kerugian?
  • 15. BERKENALAN DENGAN BENCANA A. Bencana Gunungapi Merapi Letak Gunungapi Merapi berada di empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Sleman di Provinsi DI Yogyakarta (sebelah selatan), Kabupaten Magelang (sebelah barat), Kabupaten Boyolali (sebelah utara), dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah (sebelah timur). Gunungapi Merapi termasuk tipe gunung api strato, yakni gunung api yang memiliki bentuk kerucut dan simetris. Dengan ketinggian 2980 meter di atas permukaan laut, puncak Merapi terlihat indah dari kejauhan. Dibalik keindahannya, gunung api ini juga mendatangkan ancaman serius bagi warga Yogyakarta. Gunungapi Merapi termasuk gunung api yang aktif dan sering mengeluarkan letusan. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tercatat Merapi pernah meletus pada tahun 1994, 1997, 1998, 2001, 2006 dan terakhir pada Oktober 2010. 1. Mengapa Merapi Meletus? Gunungapi Merapi meletus karena adanya aktivitas magma di dalam gunung, menghasilkan gas bertekanan tinggi yang kemudian dilepaskan dalam bentuk letusan. Bahaya letusan Gunungapi Merapi dibagi menjadi dua macam, antara lain: a. Bahaya Langsung yaitu pada saat terjadi letusan, antara lain:  Lava atau magma pijar Aliran lava yang keluar saat gunung meletus, berbentuk lumpur bersuhu tinggi yang mengalir turun melalui lereng, lembah dan aliran sungai.  Awan panas Dikenal dengan sebutan wedus gembel, saat keluar menyerupai awan berat yang bergulung-gulung menuruni lereng gunung. Ini karena ia mengandung material gas, abu vulkanik dan bebatuan berbagai ukuran. Kecepatan luncuran awan panas sangat tinggi yaitu hingga 70km/jam. Selain itu, suhunya bisa mencapai 700 Celcius sehingga dapat memanggang apa pun yang dilewatinya.  Gas vulkanik Karbondoksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida (SO2) dan Nitrogen (NO2) adalah gas utama yang keluar saat gunung meletus. Tergolong gas beracun sehingga berbahaya bila terhirup manusia.  Hujan abu Debu vulkanik ini sangat ringan, mudah menyebar terbawa angin hingga berkilo-kilo meter jauhnya. Hujan abu pekat dapat menghalangi sinar matahari dan menganggu pernapasan. b. Bahaya Tidak Langsung yaitu sesudah terjadi letusan. Yang termasuk bahaya tidak langsung adalah banjir lahar atau lebih dikenal dengan banjir lahar dingin. Berasal dari materi letusan yang menumpuk dan mengendap di lereng dan lembah, material tersebut berubah bentuk menjadi lumpur batuan saat terkena air hujan. Banjir ini Gambar 3.2. Luncuran Awan Panas (www.kompas.com) Gambar 3.1. Ilustrasi Aktifitas Magma Gunungapi Merapi
  • 16. kemudian mengalir melewati sungai dan kali yang bersumber di Merapi menuju ke daerah yang lebih rendah. 2. Apakah Akibat dan Dampak dari Erupsi Merapi Kejadian Erupsi Gunungapi Merapi tahun 2010 menunjukkan kepada kita betapa dahsyatnya akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut. Korban meninggal mencapai 242 orang di wilayah Provinsi DI Yogyakarta dan 97 orang di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Selain korban jiwa, kedahsyatan luncuran awan panas Merapi juga meluluh-lantakkan desa-desa yang berada di dekat puncak merapi. Hal ini juga mengakibatkan penduduk desa tidak hanya kehilangan seluruh harta benda mereka, tetapi juga kehilangan desa dan kampung tempat tinggal mereka. Ini karena kerusakan yang ditimbulkan pada lingkungan di sekitar puncak Merapi sampai pada tahap permanen, yang berarti tidak dapat diperbaiki kembali. 3. Tindakan Apa yang Dilakukan Ketika Terjadi Letusan Gunungapi Merapi Yang harus dilakukan atau diperhatikan terjadi Letusan Gunungapi Merapi, antara lain:  Patuhi himbuan untuk mengungsi. Segera pergi ke tempat evakuasi dan ikuti petunjuk jalur evakuasi yang sudah ditentukan.  Hindari daerah seperti lereng, lembah, aliran sungai kering dan daerah aliran lahar.  Hindari tempat terbuka dan segeralah berlindung, abu vulkanik yang masih panas dapat membakar kulit.  Lindungi tubuh dengan baju lengan panjang, celana panjang, penutup kepala.  Gunakan masker atau kain yang telah dibasahi untuk menutup mulut dan hidung. 4. Tindakan Apa yang Dilakukan Sesudah Terjadi Letusan Gunungapi Merapi Yang harus kita perhatikan setelah terjadi Letusan Gunungapi Merapi, antara lain:  Ikuti selalu perkembangan yang terjadi di sekitar.  Jangan terburu-buru kembali ke rumah sebelum keadaan sudah dinyatakan benar-benar aman.  Bantulah mereka yang paling membutuhkan pertolongan, misalnya anak-anak, lansia dan orang cacat. 5. Bagaimana Kesiapsiagaan Menghadapi Erupsi Merapi Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui dan dipersiapkan dalam menghadapi ancaman erupsi Merapi. Misalnya perlunya mencari tahu tentang tempat evakuasi serta jalur evakuasi. Pastikan bahwa semua anggota keluarga mengetahui tempat dan jalur evakuasi. Kemudian susunlah rencana penyelamatan dengan anggota keluarga. Persiapan yang baik dapat menyelamatkan nyawa. B. Bencana Banjir Lahar 1. Apa Itu Banjir Lahar Ketika Gunungapi Merapi meletus, diperkirakan telah memuntahkan lebih dari sekitar 140 juta meter kubik material vulkanik yang terkumpul di sekitar puncak, lereng dan lembah gunung. Material tersebut berupa abu vulkanik, pasir, kerikil dan bongkahan batu. Saat hujan tiba, maka material tersebut bercampur dengan air, dan berubah menjadi lumpur pekat. Karena guyuran hujan yang deras, maka material dan lumpur tersebut bergerak menuruni lereng dan lembah gunung dan hanyut terbawa aliran air dan arus sungai. DIY mempunyai banyak sungai yang berhulu di sekitar kawasan Gunungapi Merapi. Semakin deras dan lamanya hujan yang turun di wilayah ini, akan menyebabkan banjir lumpur dan menyerang memasuki daerah-daerah pinggir sungai di kota Yogyakarta dan sekitarnya. 2. Kekuatan yang merusak Kekuatan yang merusak dari banjir lahar adalah material vulkanik serta segala macam benda yang terbawa oleh aliran air. Aliran air membawa bongkahan-bongkahan batu sehingga dapat merusak bahkan menghancurkan infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, bendungan, pipa jaringan air bersih, lahan persawahan serta rumah-rumah penduduk yang dekat dengan tepi sungai. Selain itu, banjir laharmenggerus dinding sungai sehingga dapat menyebabkan tepi sungai longsor. Sungai mengalami pendangkalan karena adanya pengendapan material vulkanik. Bila hujan turun, air tidak dapat ditampung oleh sungai sehingga meluber dan membanjiri daerah tepi sungai. Gambar 3.3. Banjir Lahar di Kali Code (www.vivanews.com)
  • 17. Seiring dengan datangnya musim hujan, banjir laharmenjadi bencana lanjutan di Provinsi DI Yogyakarta setelah bencana erupsi Merapi. Ancaman banjir laharterutama dirasakan oleh warga yang tinggal di sepanjang Kali Code, kali yang membelah Kota Yogyakarta. Tingkat kepadatan penduduk di daerah tersebut termasuk tinggi dan rumah-rumah warga dibangun sangat dekat dengan tepi sungai. 3. Bagaimana Mengenali Banjir Lahar? Banjir lahardapat dikenali melalui: a. Didahului dengan hujan lebat yang turun dalam waktu lama di daerah hulu sungai. b. Terdengar suara gemuruh dan aliran air yang deras. c. Terdengar suara batu berbenturan. 4. Tindakan apa yang dilakukan saat banjir lahar? a. Bila terdengar suara gemuruh segera jauhi sungai. Jangan menunggu karena banjir dapat sampai sewaktu-waktu dengan kecepatan tinggi. b. Jangan menyeberangi jembatan atau jalan yang dekat dengan sungai. c. Nyawa lebih penting dari pada harta benda jadi selamatkan diri terlebih dahulu. 5. Bagaimana Kesiapsiagaan Banjir Lahar? Masyarakat yang tinggal di daerah yang berisiko terkena banjir lahar dapat membuat sistem peringatan dini. Misalnya membuat pos pemantauan di wilayah-wilayah tertentu yang dilengkapi dengan alat komunikasi. Dengan adanya peringatan dini, masyarakat dapat memantau perkembangan yang terjadi sehingga dapat memberikan peringatan bagi warga yang lain bersiap- siap untuk mengungsi bila ada tanda-tanda banjir laharakan terjadi. Erupsi Merapi dan banjir lahartidak hanya mendatangkan kesengsaraan bagi warga Yogyakarta namun juga rezeki. Tanah letusan Merapi kaya akan mineral yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh subur. Selain itu tanah dan pasir tersebut memiliki kualitas sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan. Ini sebabnya banyak warga yang mengeruk tanah dari sungai untuk dijual setelah banjir lahar dingin. Namun banyak dari mereka yang kurang memperhatikan keselamatan dan nekat mengambil pasir meskipun ada kemungkinan banjir laharterjadi kembali. C. Bencana Gempa Bumi 1. Mengapa terjadi Gempa Bumi? Provinsi DI Yogyakarta terletak di perbatasan atau pertemuan antara lempeng Indo- Australia dan lempeng Eurasia. Aktivitas di dalam perut bumi membuat lempeng-lempeng tersebut tidak stabil dan selalu bergerak setiap tahun. Umumnya pergerakan lempeng terjadi secara lambat, bahkan tidak disadari oleh manusia. Terkadang, gerakan tersebut mengalami kemacetan dan saling mengunci. Jika hal ini terjadi, maka akan terjadi sebuah pengumpulan energi yang pada satu ketika akan mencapai titik di mana batuan pada lempeng tersebut tidak lagi kuat menahan gerakan tersebut. Akibatnya terjadi pelepasan energi secara tiba-tiba yang biasa kita kenal sebagai gempa bumi. 2. Jenis-Jenis Gempa Bumi a. Gempa Bumi Tektonik, disebabkan adanya pergerakan lempeng bumi. b. Gempa Bumi Vulkanik, disebabkan oleh aktivitas gunung api. c. Gempa Bumi Runtuhan, disebabkan oleh sumber lain, semisal runtuhnya tanah atau batuan, bahan peledak, dsb. 3. Akibat dan Dampak Gempa Bumi Kekuatan yang merusak dari gempa bumi adalah guncangan atau getarannya. Gempa berkekuatan tinggi dapat merobohkan dan menghancurkan bangunan. Korban jiwa umumnya karena tertimpa bangunan yang runtuh. Gempa yang melanda Yogyakarta-Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 menelan korban lebih dari 5700 jiwa. Jumlah korban tewas terbanyak adalah akibat tertimpa reruntuhan rumah. Sebagian besar rumah penduduk memiliki konstruksi yang buruk. Minimnya pengetahuan tentang tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa membuat masyarakat panik sehingga kurang memperhatikan keadaan sekitar saat berusaha menyelamatkan diri. Getaran gempa juga dapat memicu tanah longsor, kebakaran dan kecelakaan. Jadi berhati-hatilah, perhatikan kondisi sekitar dan tetap waspada saat terjadi gempa. 4. Tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi Gambar 3.4. Ilustrasi Terjadinya Gempa Bumi
  • 18. a. Jika sedang berada di dalam bangunan:  Segera cari tempat perlindungan, misalnya, di bawah meja yang kuat. Gunakan bangku, meja, atau perlengkapan rumah tangga yang kuat sebagai perlindungan.  Tetap di sana dan bersiap untuk pindah. Tunggu sampai goncangan berhenti dan aman untuk bergerak.  Hindari atau menjauhlah dari jendela dan bagian rumah yang terbuat dari kaca, perapian, kompor, atau peralatan rumah tangga yang mungkin akan jatuh. Tetap di dalam untuk menghindari terkena pecahan kaca atau bagian-bagian bangunan.  Jika malam hari dan sedang berada di tempat tidur, jangan berlari keluar. Cari tempat yang aman seperti di bawah tempat tidur atau meja yang kuat dan tunggu gempa berhenti.  Jika gempa sudah berhenti, periksa anggota keluarga dan carilah tempat yang aman. Ada baiknya kita mempunyai lampu senter di dekat tempat tidur. Saat gempa malam hari, alat ini sangat berguna untuk menerangi jalan mencari tempat aman, terutama bila listrik menjadi padam akibat gempa.  Sebaiknya tidak menggunakan lilin dan lampu gas karena dapat menyebabkan kebakaran. b. Jika anda berada di tengah keramaian:  Segera cari perlindungan. Tetap tenang dan mintalah yang lain untuk tenang juga.  Jika sudah aman, pindahlah ke tempat yang terbuka  Jauhi pepohonan besar atau bangunan, dan jaringan listrik. Tetap waspada akan kemungkinan gempa susulan. c. Jika sedang mengemudikan kendaraan:  Berhentilah jika aman. Menjauhlah dari jembatan, jembatan layang, atau terowongan.  Pindahkan mobil jauh dari lalu lintas.  Jangan berhenti dekat pohon tinggi, lampu lalu lintas, atau tiang listrik. d. Jika berada di pegunungan:  Jauhi lereng atau jurang yang rapuh, waspadalah dengan batu atau tanah longsor yang runtuh akibat gempa. e. Jika berada di pantai:  Segeralah berpindah ke daerah yang agak tinggi atau beberapa ratus meter dari pantai. Gempa bumi dapat menyebabkan gelombang tsunami selang beberapa menit atau jam setelah gempa dan menyebabkan kerusakan yang hebat. 5. Tindakan setelah gempa bumi berlangsung: a. Periksa adanya luka. Setelah menolong diri, bantu menolong mereka yang terluka atau terjebak. Hubungi petugas yang menangani bencana, kemudian berikan pertolongan pertama jika memungkinkan. Jangan coba memindahkan mereka yang luka serius yang justru dapat menyebabkan luka menjadi semakin parah. b. Periksa hal-hal berikut setelah gempa:  Api atau ancaman kebakaran.  Kebocoran gas. Tutup saluran gas jika kebocoran diduga dari adanya bau. Jangan dibuka sebelum diperbaiki oleh tenaga ahlinya.  Kerusakan saluran listrik, matikan meteran listrik.  Kerusakan kabel listrik, menjauhlah dari kabel listrik sekalipun meteran telah dimatikan.  Barang-barang yang jatuh dari lemari (saat membukanya).  Periksa pesawat telepon. Pastikan telepon pada tempatnya.  Lindungi diri dari ancaman tidak langsung dengan memakai celana panjang, baju lengan panjang, sepatu yang kuat, dan jika mungkin juga sarung tangan. Ini akan melindungimu dari luka akibat barang-barang yang pecah. c. Bantu tetangga yang memerlukan bantuan. Orang tua, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui dan orang cacat mungkin perlu bantuan tambahan. d. Lakukan pembersihan. Singkirkan barang-barang yang mungkin berbahaya, termasuk pecahan gelas, kaca, dan obat-obatan yang tumpah. e. Waspadai gempa susulan. Sebagian besar gempa susulan lebih lemah dari gempa utama. Namun, gempa susulan mungkin cukup kuat untuk merobohkan bangunan yang sudah goyah Gambar 3.5. Ilustrasi berlindung ketika terjadi Gempa Bumi
  • 19. akibat gempa pertama. Tetaplah berada jauh dari bangunan. Kembali ke rumah hanya bila pihak berwenang sudah mengumumkan keadaan aman. f. Gunakan lampu senter. Jangan gunakan korek api, lilin, kompor gas, atau obor. g. Gunakan telepon rumah hanya dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa. h. Nyalakan radio untuk informasi, laporan kerusakan, atau keperluan relawan di daerahmu. i. Biarkan jalan bebas rintangan agar mobil darurat dapat masuk dengan mudah. 6. Tindakan kesiapsiagaan Merencanakan kesiapsiagaan terhadap bencana tidak hanya meliputi perencanaan fisik bangunan. Setiap orang dalam rumah sebaiknya tahu apa yang harus dilakukan dan ke mana harus pergi bila situasi darurat terjadi. a. Prinsip rencana siaga untuk rumah tangga 1) Sederhana - rencana darurat rumah tangga mestinya cukup sederhana sehingga mudah diingat oleh seluruh anggota keluarga. Bencana adalah situasi yang sangat mencekam sehingga mudah terjadi kebingungan. Rencana darurat yang baik hanya berisi beberapa rincian saja. 2) Tentukan jalan melarikan diri - pastikan kamu dan keluarga tahu jalan yang paling aman untuk meninggalkan rumah setelah gempa. Jika anda berencana meninggalkan daerah atau desa anda, rencanakan beberapa jalan, dengan memperhitungkan beberapa jalan putus atau tertutup akibat gempa. 3) Tentukan tempat bertemu - dalam keadaan anggota keluarga terpencar, misalnya ibu di rumah, ayah sedang di tempat kerja, sementara anak-anak sedang di sekolah saat gempa terjadi, tentukan tempat bertemu. 4) Tentukan dua tempat bertemu - yang pertama semestinya lokasi yang aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya menjadi tempat anggota keluarga bertemu pada keadaan darurat. Tempat kedua, dapat berupa bangunan atau taman di luar desa, digunakan dalam keadaan anggota keluarga tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang mestinya tahu tempat tersebut. b. Prinsip rencana siaga untuk sekolah Sama dengan prinsip rencana siaga di rumah tangga. Gedung sekolah perlu diperiksa ketahanannya terhadap gempa bumi. Anak-anak sekolah perlu sering dilatih untuk melakukan tindakan penyelamatan diri bila terjadi gempa, misalnya sekurang-kurangnya 2 kali dalam setahun. Tabel 3.1. Mengenali Karakteristik Ancaman Gempa Bumi Karakteristik Penjelasan Penyebab Pergeseran lempeng bumi, letusan gunung berapi Peringatan & tanda-tanda Tanah bergoyang, terdengar suara gemuruh, benda-benda bergerak. Kekuatan yang merusak Guncangan gempa meruntuhkan rumah dan bangunan Frekuensi kejadian Terjadi 2 kali gempa dalam satu tahun. Jarak kejadian Dari sejak terdengar suara gemuruh sampai berguncangnyabenda-benda sangat cepat Lamanya Ancaman dirasakan 20 detik Periode Ancaman Tidak dapat ditentukan Gambar 3.6. Ilustrasi Siaga Gempa Bumi
  • 20. D. Bencana Tsunami 1. Apakah Tsunami Itu? Tsunami adalah gelombang laut atau gelombang pasang yang laju geraknya sangat cepat. Peristiwa tsunami telah melanda Indonesia dari masa ke masa. Bencana tsunami di Simeulue, Nias dan banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (2004); Pangandaran, Kabupaten Ciamis (2006) adalah contoh peristiwa tsunami yang pernah melanda Indonesia. Yogyakarta termasuk wilayah yang rawan bencana tsunami, terutama di Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Gunung Kidul. 2. Apa yang Menyebabkan Terjadinya Tsunami? Tsunami dipicu oleh peristiwa erupsi gunung api dasar laut, longsor di dasar laut, jatuhnya meteor di laut. Namun, umumnya tsunami terbentuk saat terjadi gempa bumi yang berpusat di dasar laut. Hanya gempa berkekuatan besar yang dapat menghasilkan gelombang tsunami. 3. Apakah Kekuatan yang Merusak dari Tsunami? Tsunami terkenal akan kemampuannya merusak dan menghancurkan kota-kota yang berada di tepi pantai. Saat tsunami terbentuk di tengah laut, tinggi gelombang hanya sekitar 60 cm namun kecepatannya bisa menyamai kecepatan pesawat jet, yaitu hingga 1000 km/jam. Saat gelombang mencapai pantai, kecepatannya menurun namun tinggi gelombang semakin meningkat. Saat tsunami menghantam pantai, kekuatan gelombang air merobohkan dan menghancurkan bangunan yang konstruksinya lemah. Arus air menghanyutkan dan menyatukan puing-puing bangunan dengan pepohonan, batu dan benda-benda lainnya. Benda-benda inilah yang kemudian menerjang bangunan. Karena kecepatan gelombang tsunami sangat tinggi, sangat sulit untuk menghindarinya. 4. Apakah Akibat dan Dampak dari Tsunami? Kedahsyatan gelombang tsunami menimbulkan kerusakan dan kerugian yang luar biasa. Ratusan bahkan ribuan orang kehilangan nyawa dan terluka karena tidak sempat menyelamatkan diri. Bangunan, sekolah, kantor, jalan raya, jembatan, serta lingkungan dapat mengalami kerusakan parah. 5. Bagaimana Kesiapsiagaan Menghadapi Tsunami? a. Kenali tanda-tandanya akan terjadinya tsunami.  Surutnya air laut di pantai secara tiba-tiba yang didahului dengan adanya gempa berkekuatan besar.  Tercium angin berbau garam/air laut yang keras.  Terdengar suara gemuruh yang keras. b. Saat mengetahui tanda-tanda tersebut, sampaikan pada semua orang. Segera mengungsi karena tsunami bisa terjadi dengan cepat dan waktu untuk mengungsi sangat terbatas. Pergilah ke daerah yang lebih tinggi dan sejauh mungkin dari pantai. c. Bila telah ada tempat evakuasi, ikuti petunjuk jalur evakuasi. Ikuti perkembangan terjadinya bencana melalui media atau sumber yang bisa dipercaya. 6. Tindakan Apa yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Tsunami a. Jika berada di pantai atau dekat laut, dan merasakan bumi bergetar, langsung lari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai. Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah, atau memanjat pohon. Tidak perlu menunggu peringatan tsunami. b. Selamatkan diri, jangan hiraukan barang-barangmu. c. Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit. 7. Tindakan Apa yang Harus Dilakukan Setelah Terjadi Tsunami a. Tetap berada di tempat yang aman. b. Jauhi daerah yang mengalami kerusakan kecuali sudah dinyatakan benar-benar aman. c. Berikan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Utamakan anak-anak, wanita hamil, orang jompo, dan orang cacat. 8. Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Dari Tsunami Gambar 3.7. Ilustrasi Terjadinya Tsunami
  • 21. a. Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai lebih dari 10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian daerah ini merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut. b. Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau, palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya. c. Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat. d. Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas. e. Usahakan agar bagian dinding yang lebar tidak sejajar dengan garis pantai. Tabel 3.2. Mengenali Karakteristik Ancaman Tsunami Karakteristik Penjelasan Penyebab Gempa bumi bawah laut; longsoran lempeng bawah laut; aktivitas vulkanik, tumbukan benda luar angkasa. Peringatan & tanda-tanda Didahului dengan gempa yang sangat kuat, surutnya permukaan air laut secara tiba-tiba, tercium bau garam dan terdengar suara gemuruh. Kekuatan yang merusak Benda-benda yang terbawa oleh gelombang, kekuatan dan kecepatan dari hempasan gelombang yang tinggi. Frekuensi kejadian Tidak dapat diperkirakan Jarak kejadian Dari tanda-tanda hinga kejadian bisa dalam hitungan menit hingga jam Lamanya Ancaman dirasakan Dalam satuan jam, hari, minggu tergantung dari besarnya kejadian Periode Ancaman Tidak dapat diperkirakan E. Bencana Angin Puting Beliung 1. Apa itu Angin Puting Beliung? Angin Puting Beliung adalah angin berputar dan bergerak dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam, dan kejadiannya singkat. Warga Yogyakarta menyebutnya angin Leysus, sementara di Sumatera disebut angin Bohorok. Angin puting beliung sering terjadi pada siang atau sore hari saat musim peralihan atau pancaroba. Meskipun Puting Beliung adalah angin kencang namun tidak semua angin kencang dapat disebut puting beliung. Puting Beliung memiliki ciri- ciri sebagai berikut: a. Kejadiannya singkat, antara 3-10 menit, setelah itu diikuti angin kencang yang kecepatannya semakin lama semakin melemah. b. Kecepatan angin antara 45-90 km/jam. c. Angin dapat menjangkau daerah sejauh 5-10 km. d. Umumnya terjadi pada musim pancaroba dan kadang-kadang juga terjadi di musim hujan. e. Waktu kejadiannya antara siang sampai menjelang sore hari, yaitu antara pukul 13.00 hingga 17.00. 2. Apa Penyebab Puting Beliung? Pusaran angin kencang terbentuk saat dua aliran angin yang berbeda tekanan saling bertemu. Perbedaan tekanan tersebut menciptakan aliran udara yang berputar semakin lama semakin cepat. Tanda-tanda akan terjadi Puting Beliung:  Udara di pagi dan malam hari terasa panas atau sumuk sehari sebelum kejadian.  Terlihat adanya awan putih cumulonimbus menjulang tinggi bergerombol menyerupai bunga kol di langit. Awan tersebut kemudian dengan cepat berubah menjadi kelabu/gelap dan disertai hembusan udara dingin.  Tiupan angin mulai menggoyangkan pepohonan kemudian menjadi semakin cepat, diikuti turunnya hujan lebat.  Terbentuk pusaran angin berbentuk seperti kerucut yang turun menyentuh tanah. 3. Apa Kekuatan yang merusak? Gambar 3.8. Ilustrasi Terjadinya Angin Puting Beliung
  • 22. Kekuatan pusaran angin dapat menumbangkan pohon-pohon, mampu menarik, mengangkat dan menerbangkan benda-benda yang ada di wilayah yang dilewatinya. Benda yang ringan seperti atap seng, batu, genteng, batang kayu dapat dengan mudah terangkat dan terlempar kembali ke segala arah. Benda-benda yang terbawa oleh angin adalah kekuatan yang merusak dari Puting Beliung karena dapat menghantam rumah, bangunan serta manusia yang tidak sempat berlindung. 4. Apa Akibat dan Dampak Puting Beliung? Meskipun masa dari pembentukan hingga punahnya pusaran angin cukup singkat, namun kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Tingginya kecepatan pusaran angin membuat benda-benda yang terbawa angin tak ubahnya seperti peluru. Akibatnya yang ditimbulkan oleh hantamannya bisa sangat fatal. Bila mengenai manusia bisa menimbulkan luka bahkan kematian, bila kena rumah dapat menghancurkan bangunan. Rumah atau bangunan yang kurang kuat juga dapat hancur terkena terjangan angin. Orang yang sedang berada di dalam rumah dapat tertimpa reruntuhan bangunan rumahnya. 5. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Puting Beliung?  Siapkan barang persediaan seperti alat penerangan, makanan, selimut.  Tebang pohon besar dan rapuh yang ada di sekitar tempat tinggal.  Perkuat bagian rumah seperti atap seng agar tidak mudah terbang.  Bila sedang berada di luar rumah, segera masuk dan berlindung di bangunan yang kokoh. Hindari pohon dan tiang listrik.  Lakukan penanaman pohon. Pohon dapat membantu menyejukkan udara sehingga tidak terjadi perbedaan suhu yang dapat memicu munculnya puting beliung. Adanya pohon juga dapat meredam gaya angin. 6. Apa Tindakan Saat Terjadi Puting Beliung? Bila terjadi puting beliung, jangan keluar rumah. Berlindunglah di ruangan yang dianggap paling aman. Bersiap untuk meninggalkan rumah jika ada anjuran mengungsi. Walaupun tidak ada anjuran, masyarakat harus tetap bersiap untuk mengungsi. 7. Apa Tindakan Setelah Terjadi Puting Beliung?  Usahakan untuk tidak segera memasuki daerah sampai dinyatakan aman.  Banyak kegiatan berlangsung untuk membenahi daerah yang baru dilanda bencana ini. Untuk memperlancar proses ini sebaiknya orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk.  Gunakan senter untuk memeriksa kerusakan. Jangan menyalakan aliran listrik sebelum dinyatakan aman. Jauhi kabel-kabel listrik yang terjatuh di tanah. Untuk menghindari kecelakaan, jalan yang terbaik adalah menjauhi kabel-kabel ini.  Matikan gas dan aliran listrik. Untuk menghindari kebakaran, apabila tercium bau gas segera matikan aliran gas dan apabila ada kerusakan listrik segera matikan aliran dengan mencabut sekeringnya.  Pergunakan telepon hanya untuk keadaan darurat. Jaringan telepon akan menjadi sangat sibuk pada saat seperti ini. Kepentingan untuk meminta bantuan harus diutamakan.  Mendengarkan radio untuk mengetahui perubahan kondisi. F. Bencana Tanah Longsor Bencana tanah longsor di wilayah DI Yogyakarta terjadi di wilayah dengan kondisi tanah curam seperti kawasan Pegunungan Menoreh. Titik rawan longsor umumnya adalah dinding sungai dan di sepanjang kawasan tersebut. Salah satu contoh bencana akibat tanah longsor yang pernah terjadi adalah peristiwa banjir dan tanah longsor di Sungai Belik dan Sungai Gajah Wong pada 13 Desember 2006. Penyebabnya adalah karena oleh kondisi tanah yang tidak kokoh, tingkat kecuraman lereng yang tinggi, beban tanah yang berlebihan dan hujan lebat. 1. Apa itu Tanah Longsor? Tanah longsor adalah peristiwa bergeraknya tanah atau batuan menuruni lereng atau perbukitan. Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, yang bergerak menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. 2. Apa Penyebab Tanah Longsor? Gambar 3.9. Ilustrasi Terjadi Tanah Longsor
  • 23. Tanah longsor dapat terjadi karena adanya gangguan pada kestabilan tanah. Misalnya jenis tanah yang menyusun suatu lereng. Jenis tanah yang kurang padat seperti tanah lempung, kerikil dan pasir maupun tanah letusan Merapi yang mudah mengalami pelapukan dapat menjadi penyebab tanah longsor. Tingkat kemiringan lereng yang terlalu terjal dan curam turut memengaruhi proses terjadinya longsornya tanah. Disamping alasan di atas ada pula hal-hal yang menjadi pemicu peristiwa longsornya tanah. Misalnya tidak adanya pepohonan, ditambah dengan meningkatnya curah hujan tinggi yang mengguyur daerah tandus tanah mengakibatkan tanah dengan mudah tersapu air. 3. Apa Kekuatan yang merusak? Kekuatan yang merusak dari tanah longsor adalah materi tanah, batu serta benda-benda lain yang terbawa oleh luncuran. Saat sebuah lereng mengalami gangguan kestabilan dan ada pemicu longsor, lereng akan meluruh membawa segala macam benda yang ada di dalam dan di atasnya, baik itu materi tanah dan batuan penyusun lereng, juga batang pohon, bangunan dll. 4. Apa Akibat dan Dampak Tanah Longsor? Apabila terdapat sebuah permukiman di daerah landai yang cukup dekat dengan lereng, materi longsor dapat menimpa permukiman tersebut. Jika longsoran terjadi dalam jumlah besar, selain menimbulkan kerusakan bangunan, ia juga dapat melukai dan mengubur orang-orang yang berada di dalamnya. Dalam beberapa kasus, meskipun ada rumah yang tidak hancur terkena longsoran tanah namun proses pergerakan tanah dapat merusak fondasi rumah. Longsoran menutup akses jalan, menutup aliran sungai, merusak areal persawahan, sehingga menyebabkan kerugian dan kerusakan materi yang besar nilainya serta mengganggu keamanan dan kenyamanan penduduk. 5. Bagaimana tanda-tanda terjadi Tanah Longsor?  Muncul rekahan atau retakan pada tanah setelah hujan.  Muncul rembesan atau mata air berwarna keruh pada bawah lereng secara tiba-tiba.  Pintu dan jendela rumah mendadak susah dibuka. Pergerakan tanah membuat formasi rumah.  Jatuhnya butiran tanah dan kerikil secara tiba-tiba dari atas lereng.  Suara gemuruh yang keras terdengar dari bagian atas lereng, tanda tanah mulai bergerak turun. 6. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Tanah Longsor? Daerah lereng terjal adalah daerah yang perlu diwaspadai, terutama jika daerah tersebut gersang dan kurang vegetasi. Kesiapsiagaan tanah longsor dapat berupa:  Kenali tanda-tanah tanah longsor. Bila ada tanda-tanda akan longsor, peringatkan warga yang tinggal dekat lereng agar segera mengungsi.  Kenali dan tandai daerah-daerah yang rawan longsor.  Hindari membangun rumah di daerah di bawah lereng.  Tidak menebang atau merusak hutan.  Melakukan penanaman tumbuh-tumbuhan berakar kuat, seperti nimba, bambu, akar wangi, lamtoro, dan lain sebagainya pada lereng-lereng yang gundul.  Membuat saluran air hujan.  Membangun dinding penahan di lereng-lereng yang curam dan terjal dapat mengurangi risiko kejadian longsor.  Lakukan pemeriksaan keadaan tanah secara berkala, untuk melihat adanya retakan atau rekahan tanah.  Ukur tingkat derasnya hujan. G. Bencana Kekeringan Kekeringan termasuk ancaman bencana yang terjadi secara perlahan-lahan dan bisa berlangsung untuk jangka waktu yang cukup lama. Kekeringan memiliki dampak luas dan berhubungan dengan bidang kesehatan, sosial, pendidikan, pertanian, dsb. Kekeringan biasanya terjadi pada musim kemarau. Pada musim ini, sumber- sumber mata air umumnya mengalami penurunan volume air, bahkan di beberapa wilayah ada sumber air yang kering sama sekali. Wilayah di Provinsi DI Yogyakarta yang memiliki risiko tinggi kejadian kekeringan adalah Kabupaten Gunung Kidul. Setiap tahunnya, beberapa wilayah di Gunung Kidul selalu mengalami kekeringan. Karena keunikan formasi perbukitan Pegunungan Seribu, air hujan yang menimpa permukaan tanah tidak diserap menjadi air permukaan Gambar 3.10. Sawah Kekeringan
  • 24. seperti mata air, sungai, telaga dan danau. Yang terjadi adalah air hujan langsung dialirkan ke bawah tanah kemudian terakumulasi menjadi aliran sungai bawah tanah. 1. Apa itu Kekeringan? Kekeringan adalah berkurangnya ketersediaan air yang dibutuhkan oleh makhluk hidup, yang dialami dalam jangka waktu lama di suatu wilayah. Peristiwa kekeringan umumnya ditandai dengan kering atau matinya sumber-sumber air yang ada, selanjutnya tanam-tanaman mulai meranggas dan berangsur-angsur mati. Tanda-tanda lainnya yaitu permukaan tanah yang mengalami retak-retak. 2. Apa Penyebab Kekeringan? Ditinjau dari penyebabnya, peristiwa kekeringan umumnya terkait dengan: a. Faktor alamiah: misalnya musim kemarau yang berlangsung lebih lama dari biasanya; rendahnya tingkat curah hujan yang diterima suatu wilayah, volume sumber air menurun. b. Faktor non-alamiah atau ulah manusia; misalnya penyalahgunaan daerah resapan air sebagai permukiman, perusakan sumber air dan daerah tangkapan air, penggundulan hutan, pola penggunaan air yang kurang bijaksana. 3. Apa Kekuatan yang merusak? Kekuatan yang merusak dari kekeringan adalah berkurang bahkan hilangnya air yang dibutuhkan oleh manusia dan lingkungan. Penguapan air menyebabkan temperatur udara menjadi lebih panas, daun-daun tanaman mengering dan rontok, tanah mengeras dan retak-retak. 4. Apa Akibat dan Dampak dari Kekeringan?  Kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan harian seperti mandi, cuci, masak. Bila kekeringan berlangsung lama, penduduk harus mencari dan mengambil air di sumber air yang lebih jauh.  Kegiatan lain seperti memberi minum hewan ternak dan mengairi lahan pertanian juga terganggu. Produksi pertanian berkurang dan dapat berhenti sama sekali. Dalam jangka waktu panjang, hal ini dapat mengakibatkan kurangnya ketersediaan pangan, gizi buruk dan bencana kelaparan.  Tingkat kesehatan masyarakat menurun karena berkembang wabah penyakit seperti diare, sakit saluran pernapasan, demam berdarah.  Konflik sosial seperti rebutan air juga mungkin terjadi di masyarakat. 5. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Kekeringan?  Menggunakan air secara hemat dan bijaksana.  Lestarikan daerah di sekitar mata air dengan cara mempertahankan dan menanam tanaman seperti Beringin dan Bambu, yang akarnya dapat menyimpan air.  Patuhi peraturan yang ditujukan untuk pelestarian lingkungan, misalnya tidak boleh membangun permukiman di wilayah yang diperuntukkan sebagai resapan air. H. Bencana Wabah Penyakit 1. Apa itu Wabah Penyakit? Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Beberapa ancaman wabah penyakit yang perlu diwaspadai di Provinsi DI Yogyakarta antara lain adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Tuberkulosis (TBC), Leptospirosis, Diare, Flu Burung, dan lain-lain. Wabah penyakit terkait dengan iklim suatu daerah. Iklim tropis seperti di Indonesia dimana suhu dan kelembaban tinggi sangat mendukung perkembangbiakan virus dan bakteri penyebab penyakit dimana. Misalnya, terjadi peningkatan kasus kejadian Malaria dan DBD di berbagai wilayah di Indonesia saat musim kemarau. Perilaku kurang memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan turut mempercepat penularan dan penyebarannya. 2. Apa Penyebab Wabah Penyakit? Menurut penyebabnya, wabah penyakit dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Yang disebabkan oleh Infeksi (virus, bakteri, protozoa, dan cacing). b. Yang disebabkan oleh Toksin atau zat racun (kimia dan biologi). 3. Apa Akibat dan Dampak Wabah Penyakit? Penderita wabah penyakit tentu saja tidak bisa bebas melakukan berbagai kegiatan yang biasa dilakukannya; anak-anak tidak dapat bermain dan belajar; orang dewasa tidak dapat bekerja dan beraktivitas lainnya. Selain menyebabkan sakit pada penderitanya, wabah penyakit juga bisa Gambar 3.11. Bakteri Penyakit
  • 25. Ingatlah untuk selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih:  Sebelum memasak atau makan  Setelah buang air  Setelah melakukan pembersihan menulari anggota keluarga yang lain. Bila tidak segera mendapat penanganan, penyebarannya bahkan bisa meluas hingga satu wilayah dan menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB), contohnya KLB Demam Berdarah Dengue dan KLB Diare. Penularan terjadi terutama bila tidak adanya pengetahuan yang cukup mengenai wabah penyakit yang menjangkit. Keterlambatan penanganan gejala-gejala awal penyakit bisa mendatangkan kematian. 4. Bagaimana Kesiapsiagaan Ancaman Wabah Penyakit? Segera periksakan diri ke pusat kesehatan seperti puskesmas atau klinik kesehatan terdekat. Penularan penyakit umumnya terjadi secara cepat dan tidak disadari. Namun bukan berarti tidak bisa dicegah sejak dini. Pencegahan penyebaran dan penularan penyakit sesungguhnya dapat dimulai dari hal yang mudah namun paling sering diabaikan, yaitu perilaku menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal. Misalnya membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun, pembersihan rumah dan lingkungan secara berkala dari benda-benda yang sekiranya dapat menjadi media perkembangbiakan bibit penyakit. Selalu cuci tangan sebelum:  Menyiapkan makanan  Makan  Mengobati luka atau memberikan obat  Menyentuh orang sakit atau terluka  Memasukkan atau melepaskan lensa kontak Selalu cuci tangan setelah:  Menyiapkan makanan, terutama daging mentah atau unggas  Menggunakan toilet  Mengganti popok  Menyentuh binatang dan sampah  Batuk atau bersin ke tangan  Mengobati luka  Menyentuh orang sakit atau terluka  Memegang sampah atau sesuatu yang bisa terkontaminasi, misalnya kain pembersih atau sepatu kotor Selain itu, tentu saja penting juga untuk mencuci tangan kita jika memang terlihat kotor.
  • 26. PENUTUP Setiap jenis ancaman/bencana mempunyai ciri/sifat/karakteristik yang khusus dan berbeda satu dengan yang lainnya. Karena itu, setiap jenis bencana yang berbeda membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Sudah saatnya kita dan pemerintah berupaya melakukan tindakan penanggulangan terhadap bencana secara lebih serius dan tertata dengan baik. Prakarsa Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah kerangka kerja yang menyeluruh dan utuh dalam membangun sebuah masyarakat yang aman dan tangguh menghadapi Bencana. Upaya Pengurangan Risiko Bencana dilakukan justru saat sekarang ini sebelum bencana terjadi, sehingga kerugian-kerugian dan kerusakan yang terjadi akibat Bencana bisa kita kurangi-hindari-kalau memungkinkan kita cegah. Upaya Pengurangan Risiko Bencana menjadi satu kesatuan dengan Penanggulangan Bencana. Tindakan-tindakan dalam Penanggulangan Bencana saat sekarang ini, sudah bukan menitikberatkan pada Penanganan Situasi Krisis (Darurat) semata. Misalnya, menunggu kerusakan dan korban dulu baru bertindak memberikan pertolongan dan membangun kembali. Tetapi lebih memusatkan pada usaha-usaha Mengelola Risiko, yaitu mengurangi kelemahan/ketidak berdayaan masyarakat, dengan meningkatkan kekuatan/kemampuan yang dimilikinya dan mengatur dan memanfaatkan Lingkungan Hidup secara lebih baik dan bijaksana. Sehingga terbangun sebuah masyarakat yang berbudaya Aman dan Siap- Siaga menghadapi Bencana. Dengan upaya Pengurangan Risiko Bencana, maka kita berusaha untuk menyelamatkan hasil-hasil Pembangunan dan menjamin kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010— 2014 (2010). Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Bakesbanglinmas DIY), “Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” (draf, 2009). Eko Teguh Paripurno, Bahan-Bahan Presentasi tentang Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana (2009—2010). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Rencana Nasional Penanggulangan Bencana 2010— 2014 (2010). Ben Wisner. 2006. Let Our Children Teach Us! A Review of the Role of Education and Knowledge in Disaster Risk Reduction. Geneva: UN-ISDR. Krishna S. Pribadi. Bahan-Bahan Presentasi tentang Penanggulangan Bencana dan Pengurangan Risiko Bencana (2009—2010). Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 115 Tahun 2008 tentang Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi Sumatera Barat 2009—2012. Gugus Tugas. 2010. Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Jakarta: Kemendiknas, Bappenas, & SCDRR-UNDP. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor: 70a/MPN/SE/2010 perihal Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Living with Risks: A Global Review of Disaster Reduction Initiatives (2004). United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Towards a Culture of Prevention: Disaster Risk Reduction Begins at School—Good Practices and Lessons Learned (2007). United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), Terminology on Disaster Risk Reduction (2009), http://www.unisdr.org/terminology.