Dokumen tersebut menjelaskan tentang larangan riba dalam Islam. Secara singkat, riba dilarang karena dianggap sebagai dosa besar yang dapat menyebabkan siksaan di neraka. Berbagai hadis menjelaskan bahwa dosa riba bahkan lebih berat daripada zina.
7. MENGAPA ?
• Masih banyak umat Islam yang mempraktikkan dan
mengamalkannya ?
• Hampir semua orang terlibat tanpa terkecuali?
• Bahkan, hampir tidak ada aktiviti ekonomi dan
bisnes saat ini yang bebas dari riba.
8. Boleh jadi mereka …Boleh jadi mereka …
BELUM FAHAM apa itu RIBA.BELUM FAHAM apa itu RIBA.
10. Tambahan yang dikenakan di
dalam mu’amalah, wang,
maupun makanan, baik dalam
kadar maupun waktunya.
(Imam Suyuthiy, Tafsir Jalalain,
surat al-Baqarah: 275)
RIBA MENURUT ISTILAH:
11. Menurut syariat, riba adalah
aqad bathil dengan sifat
tertentu, sama saja apakah di
dalamnya ada tambahan
maupun tidak. Perhatikanlah,
anda memahami bahwa jual
beli dirham dengan dirham
yang pembayarannya ditunda
adalah riba; dan di dalamnya
tidak ada tambahan.
(Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah,
juz 2, hal. 298)
Apa itu riba?
13. “Kamu hidup di dalam
sebuah negeri dimana
RIBA tersebar luas.
Karena itu, jika salah
seorang berhutang
kepadamu dan ia
memberikan sekeranjang
rumput atau gandum
atau jerami, janganlah
kamu terima, karena itu
adalah RIBA.”
(HR Bukhari)
14. Rasulullah saw bersabda,
“Jika salah seorang di antara
kalian memberi hutang
(qardh), lalu ia diberi hadiah
(oleh pengutang) atau si
pengutang membawanya di
atas kendaraannya maka
jangan ia menaikinya dan
jangan menerima hadiah itu,
kecuali yang demikian itu
biasa terjadi di antara
keduanya sebelum utang-
piutang itu”
(HR. Ibn Majah)
15. Rasulullah saw bersabda,
“Jika salah seorang di antara kalian memberi hutang (qardh), dan
si penghutang menawarkan kepadamu makanan, maka janganlah
kamu menerimanya. Dan jika penghutang menawarkan
tunggangan, janganlah ia menerimanya, kecuali yang demikian itu
sudah biasa terjadi di antara keduanya sebelum utang-piutang itu.”
(HR. Baihaqi)
17. BUNGA = RIBA ?
Iya, jika kita
simpulkan dari
hadist-hadist di
atas. Tidak ada
penafsiran lain.
18. • Dari industri besar,
Perusahaan sederhana,
hingga ke desa kampung
• Praktiknya di mana-mana…
• Cetti haram, peminjam wang berdaftar (along)
• Oleh Bank, pemerintah mahupun individu per
individu …
BUNGA = RIBA ?
19. JIKA RIBA SUDAH MERATA
Apakah fakta tersebut mengubah hukum
RIBA menjadi BOLEH dan HALAL ?
24. • Karena ummat Islam
terjerumus menganggap
RIBA sebagai
permasalahan yang kecil
dan ringan.
• Kalaupun dosa, dianggap
kecil saja.
• Jadi, bukan
permasalahan BESAR
yang harus DITAKUTI
ummat Islam.
26. “Orang-orang yang mengambil RIBA tidak dapat
berdiri melainkah seperti berdirinya orang yang
kerasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila.” (TQS Al-Baqarah : 275)
27. Rasulullah SAW menjelaskan :
“Pada waktu aku di mi’rajkan ke langit, aku
memandang ke langit dunia, ternyata di sana terdapat
banyak orang yang memiliki perut seperti rumah-
rumah yang besar dan telah doyong perut-perut
mereka. Mereka dilemparkan dan disusun secara
bertumpuk di atas jalur yang dilewati Fir’aun. Mereka
diberdirikan di dekat api neraka setiap pagi dan
petang hari. Mereka berkata : “Wahai rabb kami,
janganlah pernah terjadi hari kiamat”. Aku tanyakan,
“Hai Jibril, Siapa mereka?”. Jawabnya, “Mereka adalah
para PEMAKAN RIBA dari kalangan umatku yang tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang
kerasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.”
28. Rasulullah SAW menjelaskan :
“Pada waktu aku di Isra’kan,
tatkala kami telah sampai ke
langit ke tujuh, aku melihat ke
arah atasku, ternyata aku
menyaksikan kilat, petir dan
badai. Lalu aku mendatangi
sekelompok orang yang memiliki
perut seperti rumah, didalamnya
banyak terdapat ular berbisa
yang dapat terlihat dengan jelas
dari luar perut mereka. Aku
tanyakan, “Hai Jibril, siapa
mereka?” Dia menjawab :
“Mereka adalah para pemakan
RIBA.”
29. Rasulullah SAW bersabda,
“Satu dirham riba yang dimakan oleh seorang
laki-laki, sementara ia tahu, lebih berat
(dosanya) daripada berzina dengan 36 pelacur.”
(HR Ahmad dan ath-Thabrani)
30. Rasulullah SAW bersabda,
“Di dalam riba ada 99
pintu dosa. Yang paling
ringan adalah seperti
seorang anak laki-laki
yang menzinai ibu
kandungnya sendiri.”
31. Jadi ?
• ZINA adalah DOSA BESAR
• Dan TERNYATA ….
• DOSA RIBA itu dosanya
jauh LEBIH BESAR daripada
dosa ZINA.
• Bahkan berlipat-lipat…
• Apalagi zina dengan ibu
kandung sendiri.
• Naudzubillah….
32. TRUS ?
Itukan DOSA bagi pemakan (pengambil) RIBA.
Seperti , pemilik bank, dll.
• Saya ‘ bukanlah pemilik bank…
• Saya ‘kan hanya objek bukan subjek …
• Saya ‘kan yang dihutangi bukan yang
menghutangi…
33. Rasulullah melaknat orang-orang yang
terlibat riba. Beliau bersabda,
“Hum sawaa’un, mereka itu sama
yaitu yang mengambil riba,
memberinya, menuliskannya, dan yang
menjadi saksinya.”
(HR. Muslim dan Bukhari dari Abu Hudzaifah)
34. Rasulullah saw bersabda,
“Apabila perbuatan ZINA
dan RIBA telah
merajalela di suatu
negeri, berarti
penduduknya telah
mengizinkan turunnya
ADZAB ALLAH atas diri
mereka.”
35. Allah SWT berfirman.
“Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari bertransaksi
riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan) dan
urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali
(menghalalkan riba) maka
orang itu adalah PENGHUNI-
PENGHUNI NERAKA, mereka
kekal di dalamnya.”
(TQS Al-Baqarah : 275)
36. MASUK NERAKA
SELAMANYA?
• Ancaman ini hanya
tertuju ke yang sudah
FAHAM.
• Namun, tetap
mengulangi bertransaksi
riba karena menolak
keharaman riba.
• Tidak ada dosa yang
lebih berat, melebihi
dosa orang yang
dimasukkan neraka
selama-lamanya.
• Dosa yang setara dan
diberlakukan seperti
kepada orang kafir.
37. BAYANGKAN ….
• Jika kita rajin sholat….
• Bila kita pun rajin puasa…
• Juga gemar sedeqah…
• Tidak lupa membayar zakat…
• Pun seandainya sudah naik
haji…
Namun, hanya gara-gara
menghalalkan riba,
tempatnya di NERAKA
39. RIBA NASII`AH
Tambahan yang diambil
karena penundaan
pembayaran hutang untuk
dibayarkan pada tempoh
yang baru, sama saja
apakah tambahan itu
merupakan penalti atas
keterlambatan
pembayaran hutang, atau
sebagai tambahan hutang
baru.
40. Misalnya, si A meminjamkan wang sebanyak
rm200 kepada si B; dengan perjanjian si B harus
mengembalikan hutang tersebut pada tanggal 1
Januari 2016; dan jika si B menunda pembayaran
hutangnya dari waktu yang telah ditentukan (1
Januari 2016), maka si B wajib membayar
tambahan atas keterlambatannya; misalnya 10%
dari total hutang.
Tambahan pembayaran di sini munkin saja sebagai
bentuk penalti atas keterlambatan si B dalam
melunasi hutangnya, atau sebagai tambahan
hutang baru karena pemberian tangguh waktu
baru oleh si A kepada si B.
Tambahan inilah yang disebut dengan riba
nasii’ah.
42. “Emas dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, sya’ir dengan
sya’ir, kurma dengan kurma, garam
dengan garam, sejenis, setara, dan
kontan. Apabila jenisnya berbeda, juallah
sesuka hatimu jika dilakukan dengan
kontan.”
(HR Muslim dari Ubadah bin Shamit ra)
43. “Emas dengan emas, setimbang
dan sejenis; perak dengan perak,
setimbang dan semisal; barang
siapa yang menambah atau
meminta tambahan, maka
(tambahannya) itu adalah riba.”
(HR Muslim dari Abu Hurairah)
44. “Dari Fudhalah berkata: Saya membeli
kalung pada perang Khaibar seharga dua
belas dinar. Di dalamnya ada emas dan
merjan. Setelah aku pisahkan (antara
emas dan merjan), aku mendapatinya
lebih dari dua belas dinar. Hal itu saya
sampaikan kepada Nabi saw. Beliau pun
bersabda, “Jangan dijual hingga
dipisahkan (antara emas dengan
lainnya).”
(HR Muslim dari Fudhalah)
45. “Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus saudara
Bani Adi al-Anshari untuk dipekerjakan di Khaibar.
Kemudian dia datang dengan membawa kurma Janib
(salah satu jenis kurma yang berkualiti tinggi dan
bagus). Rasulullah saw bersabda, “Apakah semua
kurma Khaibar seperti itu?” Dia menjawab, “Tidak,
wahai Rasulullah . Sesunguhnya kami membeli satu
sha’ dengan dua sha’ dari al-jam’ (salah satu jenis
kurma yang biasa, ditafsirkan juga campuran kurma).
Rasulullah saw bersabda, “Jangan kamu lakukan itu,
tapi (tukarlah) yang setara atau juallah kurma (yang
biasa itu) dan belilah (kurma yang bagus) dengan
duit hasil penjualan itu. Demikianlah timbangan itu”.
(HR Muslim)
46. RIBA AL-YADD:
• Riba yang disebabkan
karana penundaan
pembayaran dalam
pertukaran barang-barang.
• Dengan kata lain, kedua
belah pihak yang
melakukan pertukaran
uang atau barang telah
berpisah dari tempat aqad
sebelum diadakan serah
terima.
47. “Emas dengan emas riba kecuali dengan
dibayarkan tunai, gandum dengan
gandum riba kecuali dengan dibayarkan
tunai; kurma dengan kurma riba kecuali
dengan dibayarkan tunai; kismis dengan
kismis riba, kecuali dengan dibayarkan
tunai.”
(HR al-Bukhari dari Umar bin al-
Khaththab)
48. “Perak dengan emas riba kecuali dengan
dibayarkan tunai; gandum dengan
gandum riba kecuali dengan dibayarkan
tunai kismis dengan kismis riba, kecuali
dengan dibayarkan tunai; kurma dengan
kurma riba kecuali dengan dibayarkan
tunai“.
[Ibnu Qudamah, Al-Mughniy, juz IV, hal. 13]
50. Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits
dari Abu Burdah bin Musa; ia berkata, “Suatu
ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku
berjumpa dengan Abdullah bin Salam. Lantas
orang ini berkata kepadaku: ‘Sesungguhnya
engkau berada di suatu tempat yang di sana
praktik riba telah merajalela. Apabila engkau
memberikan pinjaman kepada seseorang lalu
ia memberikan hadiah kepadamu berupa
rumput kering, gandum atau makanan ternak,
maka janganlah diterima. Sebab, pemberian
tersebut adalah riba”. [HR. Imam Bukhari]
51. Imam Bukhari dalam “Kitab
Tarikh”nya, meriwayatkan sebuah
Hadits dari Anas ra bahwa Rasulullah
SAW telah bersabda, “Bila ada yang
memberikan pinjaman (uang maupun
barang), maka janganlah ia
menerima hadiah (dari yang
meminjamkannya)”
[HR. Imam Bukhari]
52. Pelarangan riba qardl juga sejalan
dengan kaedah ushul fiqh,
“Kullu qardl jarra manfa’atan fahuwa
riba”. (Setiap pinjaman yang menarik
keuntungan (membuahkan bunga)
adalah riba”.
[Sayyid Saabiq, Fiqh al-Sunnah, (edisi
terjemahan); jilid xii, hal. 113]
53. Terakhir …
Rasulullah SAW bersabda,
“Jangan membuatmu takjub, seseorang yang
memperoleh harta dari cara haram, jika dia
infakkan atau dia sedekahkan maka tidak
diterima, jika ia pertahankan maka tidak
diberkahi dan jika ia mati dan ia tinggalkan
harta itu maka akan jadi bekal dia ke
neraka.” (HR ath-Thabarani, ath-Thayalisi dan
al-Baihaqi, lafal ath-Thabarani)
“Hendaklah kalian menghindari tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.”
(HR. Al-Bukhari no. 2560 dan Muslim no. 129)
Secara literal, riba bermakna tambahan (al-ziyadah)[1]. Sedangkan menurut istilah; Imam Ibnu al-‘Arabiy mendefinisikan riba dengan; semua tambahan yang tidak disertai dengan adanya pertukaran kompensasi.[2] Imam Suyuthiy dalam Tafsir Jalalain menyatakan, riba adalah tambahan yang dikenakan di dalam mu’amalah, uang, maupun makanan, baik dalam kadar maupun waktunya[3]. Di dalam kitab al-Mabsuuth, Imam Sarkhasiy menyatakan bahwa riba adalah al-fadllu al-khaaliy ‘an al-‘iwadl al-masyruuth fi al-bai’ (kelebihan atau tambahan yang tidak disertai kompensasi yang disyaratkan di dalam jual beli). Di dalam jual beli yang halal terjadi pertukaran antara harta dengan harta. Sedangkan jika di dalam jual beli terdapat tambahan (kelebihan) yang tidak disertai kompensasi, maka hal itu bertentangan dengan perkara yang menjadi konsekuensi sebuah jual beli, dan hal semacam itu haram menurut syariat.[4] Dalam Kitab al-Jauharah al-Naiyyirah, disebutkan; menurut syariat, riba adalah aqad bathil dengan sifat tertentu, sama saja apakah di dalamnya ada tambahan maupun tidak. Perhatikanlah, anda memahami bahwa jual beli dirham dengan dirham yang pembayarannya ditunda adalah riba; dan di dalamnya tidak ada tambahan[5].
Seluruh ‘ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak.Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta itu harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui, dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja.
Seluruh ‘ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut sedikit maupun banyak.Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta itu harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui, dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja.
Ini karena riba sejak dulu hingga kini merupakan alat perbudakan, penindasan, eksploitasi, pemerasan, penghisapan darah dan penjajahan. Semua itu bukan hanya terjadi pada tingkat individu, namun juga terjadi terhadap suatu bangsa, umat dan negara. Hal itu seperti yang dilakukan oleh negara-negara besar (penjajah) kepada negara Dunia Ketiga. Melalui utang dengan sistem riba akhirnya kekayaan negara-negara Dunia Ketiga justru mengalir ke negara besar. Dengan utang itu pula, negara-negara Dunia Ketiga didekte dan dikendalikan demi kepentingan negara-negara besar itu. Apa yang terjadi akibat utang luar negeri terhadap negeri ini merupakan buktinya.
Jika riba telah tampak nyata di suatu kaum, maka kaum itu telah menghalalkan diturunkannya azab Allah kepada mereka. Ibn Abbas menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
«إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ»
Jika telah tampak nyata zina dan riba di suatu kampung maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan sendiri (turunnya) azab Allah (kepada mereka) (Hr al-Hakim).
Hadits di atas menunjukkan bahwa peminjam tidak boleh memberikan hadiah kepada pemberi pinjaman dalam bentuk apapun, lebih-lebih lagi jika si peminjam menetapkan adanya tambahan atas pinjamannya. Tentunya ini lebih dilarang lagi.