Sunan Bonang dan Sunan Giri adalah dua tokoh penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa. Sunan Bonang menyebarkan ajaran Islam di daerah Bonang, Rembang dengan metode yang unik seperti gamelan Bonang dan seni Suluk. Sedangkan Sunan Giri menggunakan berbagai metode seperti pendidikan, budaya, dan politik untuk dakwah, termasuk menciptakan jenis nyanyian dan tarian tradisional. Keduanya meninggalkan war
3. Daftar:
wilayah dakwah
peta wilayah dakwah
metode dakwah
ajaran
peninggalan bersejarah
Dari berbagai sumber disebutkan bahwa Sunan Bonang
itu nama aslinya adalah Syekh Maulana Makdum Ibrahim.
Putera Sunan Ampel dan Dewi Condrowati yang sering
disebut Nyai Ageng Manila.
Ada yang mengatakan Dewi Condrowati itu adalah puteri
Prabu Kertabumi. Dengan demikian Raden Makdum
adalah seorang Pangeran Majapahit karena ibunya adalah
puteri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja
Majapahit.
Sebagai seorang wali yang disegani dan dianggap Mufti
atau pemimpin agama se tanah jawa, tentu saja Sunan
Ampel mempunyai ilmu yang sangat tinggi. Sejak kecil
Raden Makdum Ibrahim sudah diberi pelajaran agama
Islam secara tekun dan disiplin.
Sudah bukan rahasia bahwa latihan atau riadha para wali
itu lebih berat daripada orang awam. Raden Makdum
Ibrahim adalah calon wali yang besar, maka Sunan Ampel
sejak dini juga mempersiapkan sebaik mungkin.
6. Metode dakwah:
metode dakwah yang unik khas sunan Bonang menciptakan
gamelan bonang serta seni suluk kesemuanya memberi warna
baru dalam perjalanan dakwah di Indonesia.Perjalanan dakwah
sunan Bonang di Lasem seakan mengingatkan kembali
perjuangan Sunan Bonang dalam menyebarkan ajaran Islam
walau tidak sedikit halangan dan rintangan yang Ia temui saat
melakukan perjalanan dakwahnya,tetapi disisi lain mampu
membukakan pola pikir maupun pola hidup masyarakat Lasem
tidak saja memberi ilmu pengetahuan agama ,tetapi juga
ketrampilan yang kini menjadi mata pencaharian masyarkat
desa Lasem yakni membuat petis terasi sehingga sudah
layaknya bila Sunan Bonang sebagai anggota Walisongo.
7. Ajarannya :
Tamba Ati
Tamba ati iku lima sak warnane
Maca Qur’an angen-angen sak maknane
Kaping pindo, sholat wengi lakonana
Kaping telu, wong kang soleh kencanana
Kaping papat kudu wetheng ingkang luwe
Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe
Artinya:
12. Metodedakwah:
Dakwah Sunan Giri banyak melalui berbagai metode. Mulai
dari pendidikan, budaya,
serta politik. Dalam bidang pendidikan Sunan Giri tidak hany
a didatangi oleh para santrinya dari berbagai
daerah melainkan juga Sunan Giri tidak segan-segan
untuk mendatangi masyarakat danmenyampaikan ajaran
islam dengan empat mata. Setelah keadaan memungkinkan
masyarakatdikumpulkan dengan acara-acara selametan,
upacara dln, yang kemudian ajaran agama islamdisisispkan
lambat laun masyarakat mulai melunak dan mengikuti
ajaran islam.
Dalam bidang budaya Sunan Giri mengembangkan dakwah
islam juga dengan mamanfaatkanseni pertunjukan yang
menarik minat masyarakat. Sunan Giri juga dikenal pencipta
tembang Asmaradhana dan Pucung kemudian Padang
Bulan, Jor, Gula Ganti, dan permainan anak-anak Cublak-
cublak suweng.
13. nyanyian-nyanyian untuk kanak-kanak yang bersifat paedagogis serta berjiwa agama, Di
antaranya adalah berupa 'tembung dolanan bocah' (lagu permainan anak-anak), yang berbunyi
sebagai berikut :
"Padang-padang bulan, ayo gage da dolanan, dolanane naning latar, ngalap padang gilar-gilar,
nundang bagog hangatikar", yang dalam bahasa indonesianya kira-kira begini :
"Terang-terang bulan, marilah lekas bermain, bermain dihalaman, mengambil manfaat dari
terang benderang, mengusir gelap yang lari terbirit-birit".
Adapun maksud dari tembang tersebut di atas itu adalah : Agama Islam (bulan) telah datang
memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut penghidupan (dolanan,
bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-
gilar, terang benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.