SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Aplikasi MOL (Mikro Organisme Lokal) Sebagai Dekomposer Pada Pembuatan
                            Kompos dari Hijauan Asystasia


1. Pendahuluan


            Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat
  kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki
  kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami
  pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
            Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang
  merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada bidang
  mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang
  pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas.
  Meskipun      demikian,    masih   banyak   manfaat   yang    dapat   diambil   dari
  mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. Penggunaan mikroorganisme dapat
  diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang pertanian, kesehatan,
  dan lingkungan.
            Dalam bidang pertanian, mikroorganisme          dapat   digunakan untuk
  peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan
  hewan.     Salah   satunya    dapat   dimanfaatkan    untuk   pembuatan    kompos.
  Mikroorganisme (bakteri pembusuk) ini dapat berinteraksi membantu proses
  pelapukan bahan – bahan organik seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa
  ranting dan dahan, kotoran hewan dan lainya. Adapun kelangsungan hidup
  mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan
  lembab.
            Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses
  alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan
  tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah
  mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan
  manusia. dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos
  berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik. Dengan
  demikian manusia tidak perlu menunggu puluhan tahun jika sewaktu-waktu kompos
  tersebut diperlukan.
kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk
   membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan
   bahan-bahan dekomposer. Berbagai macam bahan-bahan dekomposer banyak
   beredar di pasar (seperti EM4). Akan tetapi biaya yang dikeluarkan mahal. Pada
   dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah diproduksi sendiri,
   karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak terdapat dialam
   sekitar kita.
           Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL
   (Mikro Organisme Lokal). Larutan MOL mengandung unsur hara makro dan mikro
   dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai peerombak bahan organik,
   perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit
   tanaman.
           Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan
   tanpa biaya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar,




2. Tujuan Praktikum
   Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi MOL sebagai dekomposer
   dalam pembuatan kompos dari hijauan asystasia.


3. Tinjauan Pustaka
3.1. MOL (Mikro Organisme Lokal) dan Peranannya
       MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya
dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan
MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan.
       Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah hasil dari fermentasi yang
berbahan dasar dari sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung
unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai
peerombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali
hama dan penyakit tanaman. Sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai
pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai
fungisida. (Purwasasmita, 2009)
       Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan
sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara
optimal. Fungsi dari bioreaktor sangat kompeks, fungsi yang telat teridentifikasi antara
lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai
kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang
tanaman. (Purwasasmita, 2009).
       MOL juga memiliki manfaat lain, yaitu:
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.
2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga kestabilan
   produksi.
4. Menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman, atau
   disemprotkan ke daun.
5. Mempercepat pengomosan sampah organic atau kotoran hewan.


3.2. Kompos dan Manfaatnya bagi tanaman
       Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-
bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba
yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air
yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
       Kompos merupakan bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah
mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang
bekerja didalamnya. Penggunaan kompos sangat baik karena dapat memberikan
beberapa manfaat. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen
lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
A. Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
B. Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
  sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
  sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
C. Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah


3.3. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
        Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi
 lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka
 dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik.
 Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan
 dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum
 untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu
 sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
 Rasio C/N: Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1
  hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
  menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba
  mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N
  terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga
  dekomposisi berjalan lambat.Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada
  rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang
  mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb).
  Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan
mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran
  hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
 Ukuran Partikel: Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.
  Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
  bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
  menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
  permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
 Aerasi: Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
  oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu
  yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
  tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
  bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
  yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
  melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
 Porositas: Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos.
  Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total.
  Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen
  untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen
  akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
 Kelembaban (Moisture content): Kelembaban memegang peranan yang sangat
  penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh
  pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila
  bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran
  optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
  mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban
  15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
  berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
  anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
 Temperatur/suhu: Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan
  langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi
  temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
  proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
  kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas
  pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh
sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan
  hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman
  dan benih-benih gulma.
 pH: Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang
  optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran
  ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
  menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
  contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
  penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
  yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal
  pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
 Kandungan Hara: Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan
  dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan
  dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
 Kandungan Bahan Berbahaya: Beberapa bahan organik mungkin mengandung
  bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti
  Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-
  logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
 Lama pengomposan: Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik
  bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan
  atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan
  berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-
  benar matang.


3.4. Hijauan Asystasia
       Asystasia merupakan tanaman sejenis bayaman. Asystasia ini cepat tumbuh
menyebar, penutup tanah yang dapat tumbuh sampai 300 mm sampai 60 mm tingginya.
Daunnya sederhana berwarna hijau. Di daerah tropis asystasia ini dapat tumbuh cepat.
Asystasia dapat tumbuh disemi naungan dan juga dititik-titik cerah jika menerima uap
air yang memadai. Dapat juga ditanam ditanah apapun dikebun, tetapi akan lebih baik
jika dijadikan kompos. (SA National Biodiversity Institute, 2009)
4. Metode Praktikum


4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
       Praktikum pembuatan kompos yang diaplikasikan dengan MOL bertempat di
rumah kompos, dan pembuatan MOL dilakukan dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Jambi . praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10 oktober
sampai 30 November 2011.


4.2. Alat dan Bahan
 Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal :
Bahan – bahan yang digunakan adalah : ½ kg gula aren, 4 buah Pisang ambon, ½ kg
kacang panjang, ¼ kg usus sapi,1 buah kates ukuran sedang, ½ liter air tebu, dan 5 Liter
air sedangkan alat yang digunakan adalah : ember plastik, plastik penutup ember, tali,
dan kertas label.
 Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan Kompos :
Bahan – bahan yang digunakan adalah : 2,5 kg Asystasia, 2,5 kg Kotoran ayam murni,
larutan MOL, 2,5 kg Rock Posphat, sedangkan alat yang digunakan adalah : Plastik,
Tali, Ayakan, Timbangan, kertas label


4.3. Cara Kerja
 Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal)
       Usus sapi, kacang panjang, pisang ambon, pepaya yang kualitasnya sudah tidak
baik dipotong kecil – kecil. Kemudian bahan yang telah dipotong dimasukkan kedalam
ember, lalu tambahkan gula aren yang telah diserut, dan tambahkan pula air tebu yang
telah didiamkan selama satu malam.
       Aduk semua bahan hingga merata, lalu tambahkan air secara bertahap sebanyak
5 liter. Kemudian diaduk lagi, hingga semua bahan tercampur merata. Ember ditutup
dengan plastik, agar udara dari luar tidak masuk kedalam ember. Karena proses
fermentasi yang dilakukan secara anaerob. Lalu bahan yang telah ditutup dibiarkan
selama 10 hari, dan setiap harinya bahan tersebut diaduk, tanpa membuka plastik
penutupnya.


 Pembuatan Kompos
Bahan organik yang akan dikomposkan yaitu Hijauan Asystasia yang diambil
daunnya saja agar proses pengomposan berlangsung cepat. Hijauan Asystasia yang
telah diambil daunnya ditimbang sebanyak 2,5 kg, lalu di campur dengan pupuk
kandang ayam murni sebanyak 2,5 kg, dan rock posphat yang masing-masing juga
ditimbang seberat 2,5 kg, masukkan kedalam plastik besar yang telah disediakan,
tambahkan MOL yang telah dipanen. kemudian semua bahan diaduk perlahan lahan
hingga merata. Setiap 3 hari sekali bahan pembuat kompos ini diaduk atau di bolak-
balik.


4.4. Parameter
 MOL
          Setelah beberapa hari pengamatan, terjadi perubahan yang signifikan yaitu
terjadinya proses yang ditandai dengan perubahan bau, dari yang mulanya berbau
busuk berubah menjadi asam. Hal ini menandakan telah terjadinya proses fermentasi
secara sempurna, karena adanya aktivitas mikroorganisme yang ada pada usus sapi.
 Kompos
          Setelah beberapa hari proses pembuatan kompos, terjadi perubahan warna pada
hijauan asystasia, dari berwarna hijau menjadi coklat kehitaman. Kemudian dilihat dari
bentuk fisik hijauan asystasia yang mulanya kasar, berubah menjadi agak halus. Selain
itu, juga terjadi perubahan bau yang semulanya berbau busuk karena campuran kotoran
ayam murni menjadi berbau agak masam. Hal ini juga disebabkan oleh adanya
fermentasi yang sempura.
5. Hasil dan Pembahasan
5.1. Hasil
Gambar MOL yang telah matang::::::::::::::
Ganbar kompos yang telah jadi::::::::::::




5.2. Pembahasan
        Di dalam timbunan bahan-bahan organik pada pembuatan kompos, terjadi aneka
perubahan hayati yang dilakukan oleh mikroba. Akibat perubahan tersebut, berat dan isi
bahan kompos menjadi sangat berkurang. Sebagian besar senyawa yang ada didalam
kompos tersebut akan menghilang menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut
akan meningkat. Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat. Pada
perubahan selanjutnya (diakhiri pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang
berwarna coklat kehitaman. Bahan dengan kondisi seperti itu sudah siap digunakan
sebagai pupuk.
        Beberapa masalah yang dihadapi saat pembuatan kompos secara anaerob dalam
plastik, yaitu
1.   Bau kompos yang busuk dan sangat menyengat.
2.   Di dalam plastik terdapat banyak air. Hal ini disebabkan karena dalam proses
     pembusukan menghasilkan air, kemudian air tersebut tertahan dan tidak bisa
     keluar. Masalah ini dapat diatasi dengan membuang air tersebut kemudian menutup
     rapat-rapat kembali plastik.
3.   Jika plastik bocor maka air akan berceceran di lantai dan menimbulkan bau serta
     mengundang lalat, akhirnya banyak larva lalat yang berkembangbiak di lantai.
        Dari praktikum yang telah dilakukan praktikan telah berhasil membuat MOL.
MOL dikatakan berhasil bila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL hancur terdekomposisi oleh
     mikroba.
2. Pada awal pembuatan, MOL berbau sangat tidak sedap. Namun saat MOL matang
     baunya tidak lagi menyengat tapi berbau seperti bau masam.
3. Tidak terdapat belatung di dalamnya.
4. MOL-nya tidak sekeruh saat pertama kali dibuat.
6. Kesimpulan


               Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
      banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme
      Lokal) , antara lain :
  -   Sederhana dan mudah di praktekkan.
  -   Waktu relatif singkat
  -   Murah,
  -   Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur komplek dan mikroba
      bermanfaat
  -   Ramah lingkungan
  -   Memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen
  -   Produk pertanian aman dikonsumsi
7. Daftar Pustaka




  Djaja, Willyan. 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak &
             Sampah. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
  http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos diakses pada tanggal 8 desember 2011
  Kariman, Lakbok. 2008. Pembuatan starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) Oleh
         Petani. http://Organicfield.blogspot.com diakses pada tanggal 6 desember
         2011
  Murbandono, L. Membuat Kompos (Jakarta : Penebar Swadaya, 2009).
  Sobirin.     2010     MOL     tapai   atau    MOL      Peuyem    Lebih        Bersih
         http://clearwaste.blogspot.com/ diakses pada tanggal 6 Desember 2011
  Syaifudin, Achmad. Dkk. Pemberdayaan Mikroorganisme Lokal Sebagai Upaya
         Peningkatan                       Kemandirian                        Petani.
         Http://le3n1.blog.uns.ac.id/files/2010/05/pemberdayaan-mikroorganisme-
         lokal-sebagai-upaya-peningkatan-kemandirian-petani.pdf     diakses      pada
         tanggal 6 desember 2011

More Related Content

What's hot

Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianHerry Mulyadie
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015ignasius dh purba
 
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranRahma Rizky
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
Irigasi dan Drainase
Irigasi dan DrainaseIrigasi dan Drainase
Irigasi dan DrainaselombkTBK
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiNurulia Dimitha
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Mohammad Muttaqien
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Nestri Yuniardi
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Issuchii Liescahyani
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIsumitrojait
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitDadan Kartiwa
 
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)Ekal Kurniawan
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENJosua Sitorus
 
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benihbadunkartvomit
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 

What's hot (20)

biosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptxbiosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptx
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
Laporan Pembinaan Kelembagaan Petani Tahun 2015
 
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaranJenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
Jenis-jenis pupuk yang ada di pasaran
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Irigasi dan Drainase
Irigasi dan DrainaseIrigasi dan Drainase
Irigasi dan Drainase
 
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopiteknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
teknis budidaya tanaman kopi dan komoditas kopi
 
Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)Laporan kadar air benih (autosaved)
Laporan kadar air benih (autosaved)
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
Pengambilan contoh benih (materi analisis mutu benih)
 
PENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATIPENGENDALIAN HAYATI
PENGENDALIAN HAYATI
 
Presentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakitPresentation2 hama penyakit
Presentation2 hama penyakit
 
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
 
Biokontrol
BiokontrolBiokontrol
Biokontrol
 
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGENPERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
PERTAHANAN TANAMAN TERHADAP PATOGEN
 
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
2.  manajemen perbenihan dan produksi benih2.  manajemen perbenihan dan produksi benih
2. manajemen perbenihan dan produksi benih
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
 

Similar to MOL Kompos

Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Ariefman Fajar
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Wila Dantika
 
74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docxAgus Handoko
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposRizka Pratiwi
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan komposeka42853
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMegasilviaPare
 
Manfaat mikroorganisme 1
Manfaat mikroorganisme 1Manfaat mikroorganisme 1
Manfaat mikroorganisme 1Ahmad Azhari
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianEfri Yadi
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanfahmiganteng
 
Penanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIPenanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIMochammad Rizki
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahArif nor fauzi
 
Laporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahLaporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahPetrus Hery
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganTiganSilangit
 

Similar to MOL Kompos (20)

Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Hafiz tugas tps
Hafiz tugas tpsHafiz tugas tps
Hafiz tugas tps
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos Makalah kondas ipa kompos
Makalah kondas ipa kompos
 
74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx74211d585 pembuatan-kompos.docx
74211d585 pembuatan-kompos.docx
 
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk KomposLaporan Praktikum Pupuk Kompos
Laporan Praktikum Pupuk Kompos
 
Laporan kompos
Laporan komposLaporan kompos
Laporan kompos
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
 
Manfaat mikroorganisme 1
Manfaat mikroorganisme 1Manfaat mikroorganisme 1
Manfaat mikroorganisme 1
 
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanianMakalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
Makalah peranan mikroorganisme dalam bidang pertanian
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
 
Makalah copy
Makalah   copyMakalah   copy
Makalah copy
 
Penanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat IIIPenanganan Limbah Padat III
Penanganan Limbah Padat III
 
Laporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanahLaporan praktikum kesuburan tanah
Laporan praktikum kesuburan tanah
 
Laporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanahLaporan kesuburan tanah
Laporan kesuburan tanah
 
Makalah mikroganisme
Makalah mikroganismeMakalah mikroganisme
Makalah mikroganisme
 
13. lap kompos
13. lap kompos13. lap kompos
13. lap kompos
 
Manusia dan Lingkungan
Manusia dan LingkunganManusia dan Lingkungan
Manusia dan Lingkungan
 

MOL Kompos

  • 1. Aplikasi MOL (Mikro Organisme Lokal) Sebagai Dekomposer Pada Pembuatan Kompos dari Hijauan Asystasia 1. Pendahuluan Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat yang dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. Penggunaan mikroorganisme dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan. Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos. Mikroorganisme (bakteri pembusuk) ini dapat berinteraksi membantu proses pelapukan bahan – bahan organik seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan dan lainya. Adapun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab. Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun, bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak. Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia. dengan cara yang baik, proses mempercepat pembuatan kompos berlangsung wajar sehingga bisa diperoleh kompos yang berkualitas baik. Dengan demikian manusia tidak perlu menunggu puluhan tahun jika sewaktu-waktu kompos tersebut diperlukan.
  • 2. kompos merupakan pupuk yang sering diaplikasikan ke lahan, dan untuk membantu proses dekomposisi bahan-bahan organik menjadi kompos, diperlukan bahan-bahan dekomposer. Berbagai macam bahan-bahan dekomposer banyak beredar di pasar (seperti EM4). Akan tetapi biaya yang dikeluarkan mahal. Pada dasarnya kompos yang berbahan dasar mikroorganisme mudah diproduksi sendiri, karena mikroorganisme-mikroorganisme yang berguna banyak terdapat dialam sekitar kita. Proses pembuatan kompos ini salah satunya dapat menggunakan MOL (Mikro Organisme Lokal). Larutan MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai peerombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Keunggulan penggunaan MOL yang paling utama adalah murah bahkan tanpa biaya. Dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar, 2. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi MOL sebagai dekomposer dalam pembuatan kompos dari hijauan asystasia. 3. Tinjauan Pustaka 3.1. MOL (Mikro Organisme Lokal) dan Peranannya MOL adalah kumpulan mikro organisme yang bisa “diternakkan”, fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah untuk “starter” pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai dalam waktu 3 mingguan. Larutan MOL (Mikro Organisme Lokal) adalah hasil dari fermentasi yang berbahan dasar dari sumberdaya yang tersedia setempat. Larutan MOL mengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung bakteri yang berpotensi sebagai peerombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai agens pengendali hama dan penyakit tanaman. Sehingga MOL dapat digunakan baik sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama sebagai fungisida. (Purwasasmita, 2009) Peran MOL dalam kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara
  • 3. optimal. Fungsi dari bioreaktor sangat kompeks, fungsi yang telat teridentifikasi antara lain adalah penyuplai nutrisi melalui mekanisme eksudat, kontrol mikroba sesuai kebutuhan tanaman, menjaga stabilitas kondisi tanah menuju kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman, bahkan kontrol terhadap penyakit yang dapat menyerang tanaman. (Purwasasmita, 2009). MOL juga memiliki manfaat lain, yaitu: 1. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. 2. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 3. Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman, dan menjaga kestabilan produksi. 4. Menambah unsur hara tanah dengan cara disiramkan ke tanah, tanaman, atau disemprotkan ke daun. 5. Mempercepat pengomosan sampah organic atau kotoran hewan. 3.2. Kompos dan Manfaatnya bagi tanaman Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan- bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. Kompos merupakan bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme yang bekerja didalamnya. Penggunaan kompos sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: A. Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah
  • 4. 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya B. Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan C. Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah 3.3. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:  Rasio C/N: Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi, terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus, misalnya menambahkan
  • 5. mikroorganisme selulotik (Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.  Ukuran Partikel: Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.  Aerasi: Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.  Porositas: Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.  Kelembaban (Moisture content): Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.  Temperatur/suhu: Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan membunuh
  • 6. sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.  pH: Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.  Kandungan Hara: Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.  Kandungan Bahan Berbahaya: Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam- logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.  Lama pengomposan: Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar- benar matang. 3.4. Hijauan Asystasia Asystasia merupakan tanaman sejenis bayaman. Asystasia ini cepat tumbuh menyebar, penutup tanah yang dapat tumbuh sampai 300 mm sampai 60 mm tingginya. Daunnya sederhana berwarna hijau. Di daerah tropis asystasia ini dapat tumbuh cepat. Asystasia dapat tumbuh disemi naungan dan juga dititik-titik cerah jika menerima uap air yang memadai. Dapat juga ditanam ditanah apapun dikebun, tetapi akan lebih baik jika dijadikan kompos. (SA National Biodiversity Institute, 2009)
  • 7. 4. Metode Praktikum 4.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum pembuatan kompos yang diaplikasikan dengan MOL bertempat di rumah kompos, dan pembuatan MOL dilakukan dilaboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi . praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 10 oktober sampai 30 November 2011. 4.2. Alat dan Bahan  Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan Mikro Organisme Lokal : Bahan – bahan yang digunakan adalah : ½ kg gula aren, 4 buah Pisang ambon, ½ kg kacang panjang, ¼ kg usus sapi,1 buah kates ukuran sedang, ½ liter air tebu, dan 5 Liter air sedangkan alat yang digunakan adalah : ember plastik, plastik penutup ember, tali, dan kertas label.  Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan Kompos : Bahan – bahan yang digunakan adalah : 2,5 kg Asystasia, 2,5 kg Kotoran ayam murni, larutan MOL, 2,5 kg Rock Posphat, sedangkan alat yang digunakan adalah : Plastik, Tali, Ayakan, Timbangan, kertas label 4.3. Cara Kerja  Pembuatan MOL (Mikro Organisme Lokal) Usus sapi, kacang panjang, pisang ambon, pepaya yang kualitasnya sudah tidak baik dipotong kecil – kecil. Kemudian bahan yang telah dipotong dimasukkan kedalam ember, lalu tambahkan gula aren yang telah diserut, dan tambahkan pula air tebu yang telah didiamkan selama satu malam. Aduk semua bahan hingga merata, lalu tambahkan air secara bertahap sebanyak 5 liter. Kemudian diaduk lagi, hingga semua bahan tercampur merata. Ember ditutup dengan plastik, agar udara dari luar tidak masuk kedalam ember. Karena proses fermentasi yang dilakukan secara anaerob. Lalu bahan yang telah ditutup dibiarkan selama 10 hari, dan setiap harinya bahan tersebut diaduk, tanpa membuka plastik penutupnya.  Pembuatan Kompos
  • 8. Bahan organik yang akan dikomposkan yaitu Hijauan Asystasia yang diambil daunnya saja agar proses pengomposan berlangsung cepat. Hijauan Asystasia yang telah diambil daunnya ditimbang sebanyak 2,5 kg, lalu di campur dengan pupuk kandang ayam murni sebanyak 2,5 kg, dan rock posphat yang masing-masing juga ditimbang seberat 2,5 kg, masukkan kedalam plastik besar yang telah disediakan, tambahkan MOL yang telah dipanen. kemudian semua bahan diaduk perlahan lahan hingga merata. Setiap 3 hari sekali bahan pembuat kompos ini diaduk atau di bolak- balik. 4.4. Parameter  MOL Setelah beberapa hari pengamatan, terjadi perubahan yang signifikan yaitu terjadinya proses yang ditandai dengan perubahan bau, dari yang mulanya berbau busuk berubah menjadi asam. Hal ini menandakan telah terjadinya proses fermentasi secara sempurna, karena adanya aktivitas mikroorganisme yang ada pada usus sapi.  Kompos Setelah beberapa hari proses pembuatan kompos, terjadi perubahan warna pada hijauan asystasia, dari berwarna hijau menjadi coklat kehitaman. Kemudian dilihat dari bentuk fisik hijauan asystasia yang mulanya kasar, berubah menjadi agak halus. Selain itu, juga terjadi perubahan bau yang semulanya berbau busuk karena campuran kotoran ayam murni menjadi berbau agak masam. Hal ini juga disebabkan oleh adanya fermentasi yang sempura.
  • 9. 5. Hasil dan Pembahasan 5.1. Hasil Gambar MOL yang telah matang:::::::::::::: Ganbar kompos yang telah jadi:::::::::::: 5.2. Pembahasan Di dalam timbunan bahan-bahan organik pada pembuatan kompos, terjadi aneka perubahan hayati yang dilakukan oleh mikroba. Akibat perubahan tersebut, berat dan isi bahan kompos menjadi sangat berkurang. Sebagian besar senyawa yang ada didalam kompos tersebut akan menghilang menguap ke udara. Kadar senyawa N yang larut akan meningkat. Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat. Pada perubahan selanjutnya (diakhiri pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang berwarna coklat kehitaman. Bahan dengan kondisi seperti itu sudah siap digunakan sebagai pupuk. Beberapa masalah yang dihadapi saat pembuatan kompos secara anaerob dalam plastik, yaitu 1. Bau kompos yang busuk dan sangat menyengat. 2. Di dalam plastik terdapat banyak air. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembusukan menghasilkan air, kemudian air tersebut tertahan dan tidak bisa keluar. Masalah ini dapat diatasi dengan membuang air tersebut kemudian menutup rapat-rapat kembali plastik. 3. Jika plastik bocor maka air akan berceceran di lantai dan menimbulkan bau serta mengundang lalat, akhirnya banyak larva lalat yang berkembangbiak di lantai. Dari praktikum yang telah dilakukan praktikan telah berhasil membuat MOL. MOL dikatakan berhasil bila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: 1. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat MOL hancur terdekomposisi oleh mikroba. 2. Pada awal pembuatan, MOL berbau sangat tidak sedap. Namun saat MOL matang baunya tidak lagi menyengat tapi berbau seperti bau masam. 3. Tidak terdapat belatung di dalamnya. 4. MOL-nya tidak sekeruh saat pertama kali dibuat.
  • 10. 6. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa banyak keuntungan yang diperoleh dari penggunaan MOL (Mikro Organisme Lokal) , antara lain : - Sederhana dan mudah di praktekkan. - Waktu relatif singkat - Murah, - Pupuk organik yang dihasilkan mengandung unsur komplek dan mikroba bermanfaat - Ramah lingkungan - Memperbaiki kualitas tanah dan hasil panen - Produk pertanian aman dikonsumsi
  • 11. 7. Daftar Pustaka Djaja, Willyan. 2010. Langkah Jitu Membuat Kompos dari Kotoran Ternak & Sampah. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos diakses pada tanggal 8 desember 2011 Kariman, Lakbok. 2008. Pembuatan starter/MOL (Mikro Organisme Lokal) Oleh Petani. http://Organicfield.blogspot.com diakses pada tanggal 6 desember 2011 Murbandono, L. Membuat Kompos (Jakarta : Penebar Swadaya, 2009). Sobirin. 2010 MOL tapai atau MOL Peuyem Lebih Bersih http://clearwaste.blogspot.com/ diakses pada tanggal 6 Desember 2011 Syaifudin, Achmad. Dkk. Pemberdayaan Mikroorganisme Lokal Sebagai Upaya Peningkatan Kemandirian Petani. Http://le3n1.blog.uns.ac.id/files/2010/05/pemberdayaan-mikroorganisme- lokal-sebagai-upaya-peningkatan-kemandirian-petani.pdf diakses pada tanggal 6 desember 2011