SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Download to read offline
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
MAKALAH 
TERMODINAMIKA TERAPAN 
LNG RECEIVING TERMINAL 
KELOMPOK 1 , 2 dan 3 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA 
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS INDONESIA 
DEPOK 2007 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
1
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
DAFTAR ISI 
DAFTAR ISI .........................................................................................................................................1 
BAB I ...................................................................................................................................................4 
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4 
I.1 Latar Belakang Pembangunan LNG Receiving Terminal................................................5 
I.2 Penggunaan Energi Listrik dalam Pembangkit Tenaga Listrik ........................................8 
I.2.1. Teknologi Konvensional .................................................................................................9 
I.2.2. Teknologi Inovatif..........................................................................................................11 
I.3 Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal ..................................................12 
BAB II ................................................................................................................................................15 
PEMBAHASAN.................................................................................................................................15 
II.1. Mesin Kalor, Siklus Carnot, dan Siklus Rankine ...............................................................15 
II.1.1 Mesin Kalor (Heat Engine) ...........................................................................................15 
II.1.2 Siklus Carnot...................................................................................................................17 
II.1.3 Siklus Rankine .................................................................................................................20 
II.1.4 Analisa Energi pada Siklus Rankine............................................................................21 
II.1.5 Solusi Penyimpangan Siklus Rankine..........................................................................23 
II.2 Sifat-sifat dan Kinerja Refrigeran (R134A dan Propana)...............................................25 
II.2.1 Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib................................................................................25 
II.2.2 Kelompok-Kelompok Refrigeran ................................................................................27 
II.2.3 Pemanfaatan Hidrokarbon sebagai Alternatif Refrijeran Alternatif ....................29 
II.2.4 Pemilihan Fluida Kerja pada LNG Receiving Terminal ...........................................30 
II.3. Gas Material, Processing and Power Technologies di Osaka Gas ............................33 
II.3.1 IPP Plant of Osaka Gas (Torishima Energy Centre) ...........................................33 
II.3.2 Flow System..............................................................................................................33 
II.3.3 Cara Kerja Sistem Pembangkit Listrik...................................................................34 
II.3.3 Kelebihan dan Kekurangan LNG Cold Utilizing Power Generation System.......35 
BAB III ...............................................................................................................................................37 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
2
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
JAWABAN PEMICU ........................................................................................................................37 
BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................................50 
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................52 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
3
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, dimana tingkat 
pertambahan penduduk sebesar 4.2% per tahunnya dan tingkat permintaan listrik sebesar 1.6% 
per tahun, mengakibatkan diperlukannya diversifikasi sumber energi pembangkit listrik. Seperti 
diketahui, sampai saat ini Indonesia masih bertumpu pada pemanfaatan minyak bumi sebagai 
sumber energi, dimana sumber energi fosil tersebut saat ini telah menipis jumlahnya, dan 
diprediksi Indonesia akan menjadi negara pengimport minyak pada tahun 2015. 
Selain dari permasalahan krisis minyak, dengan diberlangsungkannya berbagai konvensi 
internasional mengenai pemanasan global, dimana tahun 2007 ini Indonesia bertindak sebagai 
tuan rumah, memaksa negara ini untuk melakukan pembaharuan lebih jelas dan tegas untuk 
menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. 
Salah satu solusi dari kedua permasalahan di atas adalah dengan mensubtitusi 
penggunaan minyak bumi dengan gas alam. Seperti diketahui, Indonesia memiliki sumber gas 
alam yang cukup sebesar 20 TCF (tanpa mempertimbangkan dari CBM Indonesia), namun yang 
baru digunakan secara optimal masih sekita 10 TCF. Sehingga masih besar peluang negara kita 
untuk mengembangkan pemanfaatan gas alam. 
Salah satu bentuk dari penggunaan gas alam adalah dalam bentuk LNG. Namun 
sayangnya, hingga saat ini LNG lebih besar dalam jumlah ekspor daripada untuk konsumsi 
dalam negeri. Hal ini lebih dikarenakan harga di dalam negeri yang terlalu murah, dibanding jika 
diekspor, misalnya ke Jepang. Dengan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada 
pemanfaatan LNG dari segi harga, peluang LNG sebagai pemain andalan dalam energi Indonesia 
akan terbuka lebar. 
Sebagai salah satu pengembangan dari transportasi gas alam dalam bentuk LNG adalah 
melalui LNG receiving terminal. Kelebihan dari proyek ini adalah : 
• Mendukung fasilitas supply gas alam dengan volume besar dan pemenuhan kebutuhan 
listrik terutama untuk Pulau Jawa 
• Melengkapi transportasi gas dengan pipa 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
4
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
• Mengurangi ketergantungan dengan minyak bumi 
• Penerapan dari kebijakan migas 2001 yang melarang bentuk monopoli dalam industri 
migas 
• Membuka peluang bisnis baru pada bagian hilir 
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Indonesia sedang mengembangkan pendirian LNG 
receiving terminal sebagai salah satu potensi untuk lebih menguatkan eksistensi gas alam 
Indonesia sebagai sumber energi. 
I.1 Latar Belakang Pembangunan LNG Receiving Terminal 
Sistem transportasi gas bumi dalam bentuk LNG membutuhkan kapal tanker pengangkut 
LNG dan LNG Receiving Terminal. Dilihat dari fungsinya LNG Receiving Terminal sering 
disebut regas facility. Secara umum memang merupakan tempat regasifikasi dimana fungsinya 
adalah menerima gas alam cair dari kapal LNG, menyimpan LNG tersebut kedalam tangki, 
menguapkan LNG, dan selanjutnya menghantarkan gas alam ke distribution pipeline. Dalam hal 
ini, LNG Receiving Terminal berfungsi memasok gas ke PLN sebagai tenaga pembangkit listrik. 
Indonesia diperkirakan memiliki cadangan gas alam sekitar 20 TCF (triliun kaki kubik) 
namun yang hingga kini baru dimanfaatkan sekitar 8 – 9 TCF. Solusi yang dimaksud adalah 
adanya rencana Pemerintah untuk melarang pemakaian bahan bakar minyak (BBM) pada unit-unit 
industri atau pembangkit baru. Larangan tersebut berlaku bagi mesin-mesin penggerak atau 
pemberi panas pada unit-unit industri baru. Unit-unit pembangkit itu diharuskan untuk memakai 
energi alternatif di antaranya yang cukup dominan adalah gas alam dan batu bara. 
Energi lain seperti panas bumi, air, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan namun dari sisi 
keekonomian gas alam dan batubara adalah yang paling mungkin untuk saat ini. Larangan itu 
nantinya akan diluncurkan dalam suatu Peraturan Presiden (Perpres) tentang kebijakan energi 
nasional. 
Di dalam Perpres tersebut terdapat strategi untuk menurunkan volume pemakaian minyak 
mentah yang saat ini merupakan salah satu energi yang tidak terbarukan (unrenewable), akan 
tetapi cadangan di Indonesia sudah semakin menipis. Peraturan yang baru nantinya secara tegas 
melarang ekspor gas ke luar negeri, kecuali yang sudah terikat kontrak jual beli. Dengan 
demikian langkah itu dapat menekan pemakaian BBM khususnya di sektor transportasi, industri 
dan rumah tangga. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
5
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Perlu diingat bahwa Indonesia sudah sejak lama tercatat sebagai pionir dalam 
pengembangan gas alam cair atau LNG (Liquified Natural Gas). Negara kita juga pernah tercatat 
sebagai eksportir LNG terbesar di dunia. Namun, pemerintah terlena dengan ekspor dan lupa 
mengembangkan potensi pasar gas di dalam negeri. PT PLN (Persero) adalah salah satu pasar 
dalam negeri yang tidak dilirik selama bertahun-tahun. Terbukti, pemakaian gas untuk 
pembangkit PLN tidak didorong dan justru BBM yang harganya kian mahal dan semakin 
terbatas, menjadi bahan baku andalan bagi unit-unit pembangkit milik BUMN tersebut. 
Belakangan ini, kebutuhan akan gas alam di dalam negeri kian meningkat, sedangkan di sisi lain 
cadangannya makin menipis. PLN dan anak perusahaannya seperti PT Indonesia Power dan PT 
Pembangkit Jawa Bali (PJB) adalah contohnya. Dalam beberapa tahun terakhir merasakan sekali 
akibatnya. Kurangnya pasokan gas alam ke beberapa unit PLTG atau PLTGU memaksa unit-unit 
pembangkit tersebut menggunakan BBM. Seharusnya.bisa dipasok dari lapangan gas lain tetapi 
belum memiliki terminal sehingga sulit menampung pasokan gas alam. 
Kelangkaan gas di dalam negeri selama ini disinyalir akibat Pemerintah Indonesia belum 
memiliki kebijakan energi nasional. Padahal, adanya kebijakan tersebut diperkirakan akan 
mendorong pemanfaatan potensi gas alam secara lebih maksimal. 
Dua hal yang kini tengah dilakukan untuk mendorong pemakaian gas alam di dalam negeri. 
Pertama adalah rencana PLN membangun LNG Terminal berkapasitas 4 juta metrik ton yang 
bisa ditingkatkan hingga 8 juta metrik ton. Kedua, adalah pembangunan jaringan pipa atau 
pipanisasi gas alam seperti pipanisasi dari Sumatra dan Kalimantan ke Jawa. 
LNG Terminal berisi : 
1. LNG unloading system (termasuk jetty dan berth) 
LNG ditransfer ke onshore tangki LNG menggunakan pompa kapal. Tanker penerima 
biasanya berukuran 75.000 m3 sampai 135.000 m3 serta waktu untuk mengkosongkannya 
sekitar 12-14 jam per 135.000 m3 kapal. 
2. LNG storage tanks 
Dua atau lebih tangki di daratan digunakan untuk menerima dan mensortir LNG, 
melewati terminal dengan single tank. Reduksi biaya dilakukan dengan meminimalkan jumlah 
tangki serta memaksimalkan daya tampungnya. 
3. Vapour handling system 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
6
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Pada operasi standar, boil-off vapor diproduksi di tangki dan liquid-filled lines oleh 
transfer panas dari sekitarnya. Sebuah Boil-off gas (BOG) recondenser juga diperlukan, dimana 
berguna untuk me-recover BOG sebagai produk dan menyediakan surge capacity untuk pompa 
LNG tahap 2. 
Sistem baru yang digunakan adalah menggunakan tekanan 0.9 MPa oleh kompresor 
bertekanan rendah dan pencairan menggunakan LNG sebagai pencampur. Karena tekanan sistem 
pencairan BOG dinaikkan bersamaan dengan tekanan keluaran maka sistem ini dapat 
menghemat 30-60% dibandingkan menggunakan conventional high-pressure system. Sistem ini 
mengadopsi teknologi cold energy storage (CES) untuk mencairkan BOG pada volume konstan 
dibawah fluktuasi dari LNG pada flow rate keseharian. 
4. LNG vaporizers 
Fasilitas LNG terminals memiliki multiple parallel operating vaporizer with spares. 
• Open rack vaporizers dan menggunakan air laut untuk memanaskan dan menguapkan 
LNG. 
• Submerged combustion vaporizer (SCV) menggunakan sendout gas sebagai bahan bakar 
untuk membakar, dan menyediakan panas penguapan. 
5. Open rack vaporizers 
Air laut menguapkan LNG melewati tube dengan laju unit sekitar 200 sampai 250 MMSCFD. 
6. Submerged combustion vaporizer 
Berguna untuk membakar gas alam yang diambil dari sendout gas stream dan melewati panas 
gas pembakaran kedalam bak air yang berisi heating tubes untuk LNG. Lajunya sekitar 150 
MMSCFD. 
7. First stage sendout pump 
Beberapa pompa keluaran LNG low-head terpasang di setiap LNG storage tank. Terminal 
penerima yang sangat besar memiliki laju alir keluar sebesar 2 BSCFD dan laju pengeluaran 
kapal adalah 5 BSCFD, serta tekanan keluaran pompa sekitar 8 barg. 
8. Second stage sendout pump 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
7
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Gas keluaran biasanya diinjeksi dengan sistem distribusi tekanan gas tinggi sekitar 80 barg 
maka diperlukan multistaged sendout pumps. 
Berikut ini beberapa gambar – gambar dari LNG Receiving Terminal di beberapa wilayah : 
Gambar 1. 1 LNG Receiving Terminal 
I.2 Penggunaan Energi Listrik dalam Pembangkit Tenaga Listrik 
Energi dingin disini diartikan sebagai energi yang dihasilkan dari proses penguapan 
LNG. Energi ini digunakan untuk pembangkit listrik, proses pencairan dan pemisahan gas 
menjadi liquid, dan produksi pencairan H2CO3. Penggunaan energy dingin dari LNG 
menyebabkan penghematan energi untuk pencairan gas sebesar 40 – 50 %, 30 – 40% untuk 
manufaktur H2CO3 cair dan dry ice, dan 10% untuk industri kriogenik. 
Gambar 1. 2 Aplikasi Energi dingin dari LNG 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
8
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Aplikasi teknologi energi dingin dapat dibagi dua, yakni teknologi konvensional dan inovatif. 
I.2.1. Teknologi Konvensional 
a. Generator Kriogenik 
Pada proses ini, aliran listrik dihasilkan melalui siklus Rankin berupa siklus ekpansi turbin 
yang diintegrasikan dengan proses penguapan LNG ( lihat Error! Reference source not found. 
). Proses ini juga menggunakan Tri – Ex Vaporizer, yaitu dengan menggunakan fluida 
intermediet yang dapat diaplikasikan pada air laut dingin dan dapat menggunakan energi 
kriogenik LNG. 
Proses digambarkan sebagai berikut. Air laut yang merupakan fluida panas dialirkan 
menggunakan pompa menuju heater, dimana pada saat yang sama dialirkan gas alam yang 
berasal dari vaporizer II. Pada tahap ini, suhu air laut akan turun dan suhu gas alam akan naik. 
Kemudian air laut akan mengalir menuju vaporizer I untuk memanaskan propane yang telah 
dicairkan pada vaporizer II. Suhu air laut akan turun dan dikembalikan ke laut, sedangkan suhu 
propane akan naik dan dialirkan bersaman dengan gas alam menuju turbin. Pada turbin, gas alam 
akan memutar turbin I dan propane akan memutar turbin II. Propane yang telah digunakan untuk 
memutar turbin akan mengalir kembali menuju vaporizer II untuk dikondensasikan kembali. 
Gambar 1. 3 Proses Generator Kriogenik 
Separasi Udara 
Separasi udara menggunakan energi dingin LNG ( lihat Error! Reference source not 
found. ). Proses digambarkan sebagai berikut. Udara akan masuk ke dalam HP rectifier, 
sehingga mengalami kenaikan tekanan. Setelah itu, hasilnya akan mengalir menuju LP rectifier 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
9
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
menjadi argon, oksigen, dan nitrogen cair. Nitrogen yang tidak tercairkan akan digunakan untuk 
sirkulasi proses, dimana nitrogen akan mengalir menuju HE untuk bertukar panas dengan LNG. 
Gambar 2. 1 Proses Separasi Udara 
Pencairan Boil – Off Gas 
Proses pencairan BOG ( boil – off gas ) dapat menghemat energi listrik sebesar 30 – 60% 
yang dibutuhkan untuk mengirim BOG, dibandingkan dengan sistem kompresi konvensional 
bertekanan tinggi. Teknologi penyimpanan energi dingin digunakan untuk sistem pencairan 
BOG yang kontinu dan stabil walaupun terdapat fluktuasi laju alir LNG ( lihat Gambar 2. 2 
Proses Pencairan BOG 
). 
Proses yang terjadi adalah pada siang hari, BOG akan dicairkan bersamaan dengan LNG, 
namun LNG tidak ikut tercairkan, LNG akan diuapkan menggunakan vaporizer menjadi gas 
alam dan BOG menjadi energi dingin yang digunakan untuk mendinginkan PCM, dimana PCM 
ini akan dicairkan pada malam hari untuk proses pencairan LNG. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
10
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Gambar 2. 2 Proses Pencairan BOG 
Perbandingan Sistem Pengiriman BOG 
Sistem Pengiriman Konvensional Sistem Pencairan BOG dengan Penyimpanan 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
11 
Energi Dingin 
BOG dikompres dengan tekanan tinggi ( 2 – 7.5 
MPa ) untuk mempertahankan tekanan tangki, 
dan dikirim bersamaan dengan gas yang telah 
tervaporisasi. Dibutuhkan energi listrik yang 
besar untuk menaikkan tekanan BOG. 
BOG dikompres dengan tekanan 0.9 MPa dengan 
kompresor tekanan rendah dan dicampur dengan 
LNG, kemudian dipisahkan dengan separator, 
dan LNG dialirkan menuju vaporizer untuk 
diuapkan. Tekanan yang digunakan untuk 
menaikkan tekanan BOG berasal dari pompa, 
sistem ini dapat menghemat energi listrik 
kompresor BOG. Volume BOG konstan 
walaupun terjadi volume alir LNG yang fluktuatif 
akibat gas harian yang masuk menuju tangki 
CES. 
I.2.2. Teknologi Inovatif 
Proses Energi Kriogenik LNG Cascade
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Proses ini mampu menukarkan panas antara sumber panas dengan sumber energi dingin 
(LNG) dari suhu kriogenik menjadi suhu normal, yang dapat menyuplai energi kriogenik pada 
empat macam industri atau lebih dalam satu kompleks. Proses dapat dilihat pada Gambar 1. 4 
Proses energy kriogenik pada LNG Cascade. Dibandingkan dengan sistem non – cascade, sistem 
baru ini lebih efisien, hanya membutuhkan 77% energi LNG untuk menghasilkan energi 
kriogenik yang sama. 
Proses yang terjadi adalah pencairan LNG secara berulang. Tahap pertama adalah proses 
pencairan CO2, yang berasal dari kilang minyak, pada suhu -1600C, dimana CO2 akan ditampung 
pada tangki penyimpanan dan hasilnya adalah NG dan LNG yang akan digunakan pada tahap 
kedua. Tahap kedua adalah proses pendinginan butane yang berasal dari kilang minyak. Butane 
yang bersuhu 30 – 40oC akan didinginkan dengan LNG dan NG. butane yang sudah didinginkan 
akan disimpan dalam tangki penyimpanan dan menjadi umpan untuk pabrik petrokimia. Tahap 
ketiga adalah proses pendinginan air, yang akan digunakan untuk gas turbin, dimana pada gas 
turbin akan mengalami perubahan fasa menjadi uap. Sisa air yang tidak digunakan untuk gas 
turbin akan dialirkan menuju perairan perkotaan. Gas sisa akan digunakan untuk gas perkotaan. 
Gas ini bersuhu 10oC. 
Gambar 1. 4 Proses energy kriogenik pada LNG Cascade 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
12
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
I.3 Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal 
• Membangun fasilitas penyediaan gas yang terpercaya, yang dapat menyediakan gas dalam 
volume yang besar kepada Pembangkit Listrik Tenaga Gas yang dimiliki PLN, terutama 
pembangkit listrik di daerah Jakarta dan Jawa Barat (hampir 60% kebutuhan listrik di Pulau 
Jawa berlokasi di daerah tersebut). 
• Melengkapi gas pipeline terutama selama penyediaan gas tidak stabil sehingga dapat 
menghindari terganggunya pembangkit listrik akibat tidak menentunya pasokan gas. 
• Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN dan untuk 
menghindari biaya tak tersaingi dari pembangkitan listrik. 
• Mendukung pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas sehingga kedua proyek ini 
(PLTG dan LNG receiving terminal) merupakan proyek yang terintegrasi dan memiliki 
efisiensi yang lebih baik. 
• Membawa manfaat untuk ekonomi nasional karena LNG receiving terminal merupakan 
rantai terakhir yang diperlukan sebagai nilai tambah LNG di Indonesia. 
• Merespon hukum baru tentang minyak bumi dan gas alam yang dibuat pada tahun 2001 
yang bermaksud menghentikan monopli minyak bumi dan gas alam, serta untuk membuka 
kesempatan adanya bisnis baru pada industry ini. 
Namun, timbul permasalahan tentang pengadaan LNG receiving terminal, di antaranya 
adalah adanya penolakan dari penduduk local untuk membangun fasilitas tersebut di sekitar 
lingkungan mereka. Selain itu, nilai heating value tiap LNG berbeda-beda tergantung tempat 
produksinya. 
Tabel 1. 1 LNG Calorific Value by Gas Producing Country 
Gas Producing Country LNG Calorific Value (Btu/cf) 
Alaska 1,009 
Trinidad 1,075 
Algeria 1,113 
Nigeria 1,125 – 1,150 
Abu Dhabi 1,136 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
13
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Oman 1,100 – 1,150 
Qatar 1,075 – 1,130 
Australia 1,127 
Brunei 1,127 
Indonesia (Bontang) 1,114 
Indonesia (Tangguh) 1,050 
Malaysia 1,117 
(Sumber World Gas Intelligence) 
Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa pada LNG receiving terminal harus sesuai dengan 
kriteria pengontrol/penyesuaian heating value sehingga membatasi penerimaan LNG. Hal ini 
berarti meskipun ada LNG yang sudah sesuai baik harga maupun kualitasnya, ada kemungkinan 
tidak sesuai dengan criteria atau spesifikasi. Namun, walaupun ada keterbatasan dalam heating 
value, ada fasilitas yang dapat ditambahkan untuk menyesuaikan heating value (misalnya, 
dicampur dengan LNG dengan heating value yang lebih rendah ataupun dengan menambahkan 
nitrogen) sehingga memungkinkan menerima LNG dengan jenis yang lebih banyak. 
Permasalahan yang paling penting adalah adanya kompetisi harga antara LNG dengan gas 
pipeline. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
14
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
BAB II 
PEMBAHASAN 
II.1. Mesin Kalor, Siklus Carnot, dan Siklus Rankine 
II.1.1 Mesin Kalor (Heat Engine) 
Pendekatan klasik dari hukum kedua Thermodinamika adalah berdasarkan pada tinjauan 
makroskopik dari sifat-sifat bebas tentang struktur material atau sifat-sifat dari fluida dan 
molekulnya. Hal ini mengarahkan kita kepada mesin kalor, sebuah mesin yang menghasilkan 
kerja dari panas melalui siklus proses, contohnya adalah pembangkit tenaga (power plant) yang 
menggunakan steam, dimana fluida kerjanya (steam) secara periodik kembali ke keadaan 
awalnya. 
Pada power plant , secara sederhana terdapat beberapa proses berikut ini : 
1. Air pada T ambient dipompa ke boiler dengan tekanan tinggi. 
2. Panas dari bahan bakar (panas pembakaran dari bahan bakar fosil ataupun hasil dari 
reaksi kimia misalnya) dipindahkan oleh boiler ke air, sehingga mengakibatkan air 
berubah menjadi steam bersuhu tinggi pada P boiler. 
3. Energi di-transfer sebagai kerja mesin dari steam ke sekelilingnya. Proses ini dilakukan 
oleh turbin misalnya, dimana steam diekspansi, diambil energi berupa suhu dan 
tekanannya sehingga P dan T turun. 
4. Steam keluaran dari turbin ini dikondensasikan pada P dan T rendah melalui transfer 
panas dengan air pendingin. Hal ini sekaligus melengkapi berjalannya siklus ini. 
Hal yang esensial dalam semua siklus mesin kalor adalah penyerapan panas pada T tinggi 
dan pelepasan panas pada T yang lebih rendah yang diiringi dengan proses penghasilan kerja. 
Secara teoritis treatment dari mesin kalor ini memiliki dua tingkat temperatur yang menjadi 
karakteristik operasi dan diatur oleh reservoar kalor. Reservoar ini merupakan suatu bentuk 
imajiner untuk menggambarkan 2 kondisi dimana terjadi penyerapan dan pelepasan panas secara 
isothermal. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
15
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Pada operasinya, fluida kerja dari mesin kalor menyerap panas (QH) dari reservoar panas, 
kemudian menghasilkan sejumlah kerja bersih (W), melepaskan panas (QC) dari reservoar dingin 
dan akhirnya kembali pada kondisi awalnya. 
Dengan kondisi ini, hukum I Thermodinamika menjadi : 
H C W = Q − Q 
Dan efisiensi thermal 
η = net work input 
heat input 
Maka : 
Q 
C 
Q Q 
H C 
W 
H T 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
16 
C 
H 
H 
H 
T 
Q 
Q 
Q 
= − = − 
− 
η = = 1 1 
Untuk mendapatkan efisiensi thermal 100%, QC haruslah nol. Sayangnya tidak ada 
satupun mesin yang mampu mencapai kondisi ini, pasti akan selalu ada panas yang dibuang ke 
reservoar dingin. Hal yang menentukan limit atas efisiensi adalah derajat reversibilitas dari 
operasinya. Dengan demikian, mesin kalor yang beroperasi secara benar-benar reversibel adalah 
mesin yang ideal dan disebut dengan mesin Carnot. 
Empat tahapan pada mesin Carnot : 
1. Sebuah sistem pada awalnya berada pada kesetimbangan thermal dengan reservoar dingin 
pada suhu TC. Sistem ini kemudian mengalami proses adiabatik reversibel yang 
menyebabkan suhunya meningkat menjadi suhu di reservoar panas pada suhu TH. 
2. Sistem mempertahankan kontak dengan reservoar panas pada TH dan mengalami proses 
isothermal reversibel. Selama panas (QH) di ambil dari reservoar panas. 
3. Sistem mengalami proses adiabatik reversibel pada arah berlawanan dari tahap 1 yang 
membawa temperaturnya kembali pada reservoar dingin (TC). 
4. Sistem mempertahankan kontak dengan reservoar pada TC dan mengalami proses 
isothermal reversibel pada arah yang berlawanan dengan tahap 2 dan kembali pada 
keadaan awalnya melalui proses pelepasan kalor (QC) ke reservoar dingin. 
Mesin Carnot beroperasi diantara 2 reservoir panas pada suatu cara sedemikian hingga 
dimana semua panas diambil pada T konstan dari reservoar panas dan semua kalor dilepas dari 
reservoar dingin pada T konstan pula. Semua mesin yang beroperasi diantara dua reservoar kalor 
adalah termasuk mesin Carnot.
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Gambar 2. 3 Mesin Carnot 
Oleh karena mesin Carnot bekerja secara reversibel, maka tentu saja dapat beroperasi 
pada arah balikannya. Siklus balik ini disebut siklus refrijerasi reversibel, dimana kuantitas QH, 
QC¸ dan W adalah sama dengan siklus Carnot biasa hanya saja memiliki arah yang berlawanan. 
Theorema carnot menyatakan bahwa untuk dua reservoar kalor tertentu tidak ada mesin yang 
memiliki efisiensi thermal lebih tinggi daripada mesin Carnot. 
II.1.2 Siklus Carnot 
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, siklus Carnot adalah siklus yang paling 
efisien dari operasi diantara dua tingkat temperatur yang spesifik. Dengan demikian siklus ini 
sangatlah cocok untuk digunakan sebagai model prospektif siklus ideal untuk pembangkit tenaga 
uap (vapour power plant). Seandainya bisa, tentu saja siklus ini yang akan digunakan untuk 
siklus pada praktek dilapangan. Namun, ada banyak kesulitan yang menyebabkan siklus ini tidak 
bisa diaplikasikan. 
Dengan mempertimbangkan menjalankan siklus Carnot dengan aliran steady pada kurva 
saturasi zat murni, air misalnya sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini : 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
17
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Gambar 2. 4 Diagram T – s siklus uap Carnot 
Secara ringkas proses yang terjadi adalah, air dipanaskan secara reversibel dan isothermal 
didalam boiler (proses 1 - 2), ekspansi secara adiabatik didalam turbin (proses 2 - 3), 
pengkondensasian secara isothermal dan reversibel didalam kondensor (proses 3 – 4) dan 
diakhiri dengan pengkompresian secara isentropik oleh kompresor menuju kondisi awal dari 
proses ini (proses 4 – 1). 
Beberapa kesulitan yang berhubungan dengan siklus ini, antara lain : 
• Transfer panas menuju atau dari sistem dua fasa tidaklah sulit untuk dicapai pada 
prakteknya, karena mempertahankan tekanan konstan pada peralatan secara otomatis 
akan mem-fix kan temperatur pada titik jenuhnya. Oleh karena itu, proses 1 – 2, dan 3 – 4 
dapat dicapai dengan menggunakan boiler dan kondenser. Membatasi proses transfer 
panas menuju sistem dua fasa menyebabkan temperatur yang dapat digunakan pada 
siklus menjadi terbatasi. Membatasi temperatur maksimum pada siklus juga berarti 
membatasi efisiensi thermal. Usaha apapun untuk meningkatkan Tmax pada siklus panas 
akan melibatkan transfer panas menuju fluida kerja pada fasa tunggal yang tidak akan 
mudah untuk dicapai secara isothermal. 
• Proses ekspansi isentropik (2 – 3) dapat didekati/ditunjukkkan oleh turbin yang bagus. 
Namun demikan, kualitas steam akan terus menurun selama proses ini seperti 
ditunjukkan pada gambar sebelumnya. Jadi turbin harus bisa bekerja dengan steam yang 
memiliki kualitas rendah. Dengan kata lain, steam dengan kelembaban tinggi yang 
tentunya akan merusak turbin akibat dari terjadinya erosi oleh butir-butir air pada baling-baling 
turbin. Steam dengan kualitas kurang dari 90% tidak akan bisa dijalankan oleh 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
18
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
turbin di power plant. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan fluida kerja yang 
memiliki garis uap jenuh sangat curam. 
• Proses kompresi isentropik (proses 4 – 1) melibatkan komposisi dari campuran cair - uap 
menuju kondisi cair jenuh. Ada dua kesulitan dalam proses ini, pertama bukanlah hal 
yang mudah untuk mengontrol proses kondensasi sedemikian hingga untuk memperoleh 
kualitas campuran cair – uap tertentu pada kondisi uap. Kedua tentu saja tidak praktis dan 
amatlah sulit untuk mendesain kompresor yang dapat bekerja pada dua fasa. 
Beberapa dari masalah-masalah ini dapat dieliminasi dengan menggunakan siklus Carnot 
pada jalan yang berbeda, misalnya pada gambar dibawah ini: 
Gambar 2. 5 T – s diagram siklus Carnot modifikasi 
Namun, siklus ini-pun memiliki kesulitan yakni kompresi isentropik pada tekanan yang 
sangat tinggi dan transfer panas isothermal pada variabel tekanan. Oleh karena itulah dapat 
disimpulkan bahwa siklus Carnot tidak dapat direpresentasikan oleh alat – alat yang sebenarnya, 
bukan merupakan model yang realistis untuk siklus tenaga uap, namun dapat digunakan untuk 
membantu memahami tentang siklus tenaga uap. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
19
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
II.1.3 Siklus Rankine 
Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk siklus tenaga uap. Beberapa kesulitan pada siklus 
Carnot dapat diatasi dengan memanaskan steam di reboiler sampai mencapai kondisi superheated dan 
mengkondensasikannya secara keseluruhan dikondenser. Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut ini : 
Gambar 2. 6 Siklus Rankine Sederhana 
Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan terdiri dari 4 tahapan proses : 
• 1 – 2 merupakan proses kompresi isentropik dengan pompa. 
• 2 – 3 Penambahan panas dalam boiler pada P = konstan. 
• 3 – 4 Ekspansi isentropik kedalam turbin. 
• 4 – 1 Pelepasan panas didalam kondenser pada P = konstan. 
Berikut ini lay-out fisik dari siklus Rankine : 
Gambar 2. 7 Lay-out Fisik dari Siklus Rankine 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
20
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan dikompresi sampai tekanan 
operasi boiler. Temperatur air akan meningkat selama kompresi isentropik ini melalui sedikit 
pengurangan dari volume spesifik air. Jarak vertikal antara 1 – 2 pada T – s diagram ini biasanya 
dilebihkan untuk lebih amannya proses. 
Air memasuki boiler sebagai cairan terkompresi pada kondisi 2 dan akan menjadi uap 
superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh boiler ke air pada T tetap. Boiler dan 
seluruh bagian yang menghasilkan steam ini disebut sebagai steam generator. 
Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin untuk diekspansi secara 
isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator 
listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan T dari steam akan turun selama proses ini menuju 
keadaan 4 dimana steam akan masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam ini 
akan dicairkan pada P konstan didalam kondenser dan akan meninggalkan kondenser sebagai 
cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini. 
Ingat bahwa data dibawah kurva proses pada diagram T – s menunjukkan transfer panas 
untuk proses reversibel internal. Area dibawah kurva proses 2 – 3 menunjukkan panas yang 
ditransfer ke boiler, dan area dibawah kurva proses 4 – 1 menunjukkan panas yang dilepaskan di 
kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang dihasilkan selama siklus. 
II.1.4 Analisa Energi pada Siklus Rankine 
Analisis energi ini dilihat dari tiap komponen (alat-alat) yang terdapat pada siklus 
Rankine dengan menggunakan asumsi bahwa komponen-komponen tersebut bekerja pada aliran 
steady. Persamaan energi untuk system yang alirannya steady yaitu: 
ΔE = m(h+Ep+Ek)i – m(h+Ek+Ep)e + Q – W 
0 = hi – he + Q – W 
Q - W = he – hi 
Persamaan energi untuk masing-masing komponen dapat ditulis: 
9 Pompa (Q = 0) Æ Wpompa,in = h2 – h1 
9 Boiler (W = 0) Æ Qin = h3 – h2 
9 Turbin (Q = 0) Æ Wturb,out = h3 – h4 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
21
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
9 Condenser (W = 0) Æ Qout = h4 – h1 
Berdasarkan hal diatas diperoleh Wnet yaitu : 
Wnet = Qin – Qout = Wturb,out – Wpompa,in 
Efisiensi termal siklus Rankine dapat ditulis : 
out 
Q 
Q 
in 
W η = net 
= 1 
− Q 
in 
Pada kenyataannya terdapat penyimpangan dalam siklus Rankine yang terjadi karena: 
1. adanya friksi fluida yang menyebabkan turunnya tekanan di boiler dan condenser 
sehingga tekanan steam saat keluar boiler sangat rendah sehingga kerja yang dihasilkan 
turbin (Wout) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini dapat diatasi dengan 
meningkatkan tekanan fluida yang masuk. 
2. adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang diperlukan (Qin) dalam 
proses bertambah sehingga efisiensi termalnya berkurang 
Penyimpangan pada siklus Rankine ditunjukkan oleh gambar dibawah ini: 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
22
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Penyimpangan ini terjadi karena adanya irreversibilitas yang terjadi pada pompa dan 
turbin sehingga pompa membutuhkan kerja (Win) yang lebih besar dan turbin menghasilkan kerja 
(Wout) yang lebih rendah seperti pada grafik dibawah ini: 
Efisiensi pompa dan turbin yang mengalami irreversibilitas dapat dihitung dengan: 
W 
W 
η 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
23 
h − 
h 
2 1 
2 1 
a 
s 
s 
a 
s 
T 
s 
a 
a 
P 
h − 
h 
3 4 
h h 
W 
h h 
W 
− 
3 4 
= = 
− 
= = 
η 
Dimana: 
9 2a & 4a Æ menyatakan keadaan yang sebenarnya pada turbin dan pompa 
9 2a & 4s Æ menyatakan keadaan isentropic. 
II.1.5 Solusi Penyimpangan Siklus Rankine 
Peningkatan Efisiensi 
1. Menurunkan tekanan kondensor 
Æ Batasan : P < Psat 
Æ Kelemahan : 
~ Timbul kebocoran udara 
~ x steam masuk turbin rendah 
~ Menurunkan efisiensi turbin 
~ Mengerosi bagian turbin.
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Memanaskan steam hingga kondisi superheated pada temperatur yang tinggi 
Æ Meningkatkan Trata-rata 
Æ Kadar air dalam steam keluar turbin ↓ 
Æ Batasan : T > 6200C 
Meningkatkan tekanan boiler 
Æ T dalam boiler ↑ 
Æ Kelemahan : kadar air dalam steam keluar turbin ↑ 
Æ Solusi : dengan pemanasan kembali 
Pemanasan Ulang 
• Meningkatkan P boiler sehingga akan dengan meningkatkan efisiensi siklus dan 
melembabkan keluaran turbin. 
• Solusi: Memanaskan steam hingga suhu sangat tinggi sebelum masuk turbin. 
Mengekspansi 2 tahap pada turbin dimana diantara tahapan tersebut, steam dipanaskan. 
• Tahap : steam masuk turbin Æ ekspansi 1 (HP turbin, sampai P menengah) Æ pemanasan 
ulang (boiler, pada P tetap) Æ ekspansi 2 (LP turbin) 
• Proses single reheat (satu kali pemanasan kembali) dapat meningkatkan efisiensi sebesar 4 
- 5%. 
Gambar 2. 8 Solusi penyimpangan siklus Rankine 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
24
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Regenerasi 
• Cara meningkatkan T liquid yang meninggalkan pompa: 
– Mengkompres liquid secara isentropik hingga memiliki suhu yang tinggi. 
– Mentransfer panas dari steam yang telah diekspansi kepada air umpan boiler yang 
digunakan untuk regenerasi. 
• Regenerasi: mengeluarkan steam sedikit dari dari turbin pada titik-titik yang berbeda. 
Steam ini digunakan untuk memanaskan air umpan. 
• Peralatan dimana air umpan dipanaskan melalui proses regenerasi disebut regenerator atau 
pemanas air. 
Dengan regenerasi, efisiensi termal dari siklus Rankine akan meningkat. Hal ini karena 
adanya kenaikan temperatur rata-rata dari kalor yang diberi untuk steam di boiler dengan cara 
peningkatan suhu dari air sebelum masuk ke boiler. Dimana efiensi akan meningkat jika 
pemanasan air umpan ditingkatkan. 
II.2 Sifat-sifat dan Kinerja Refrigeran (R134A dan Propana) 
Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut panas, sehingga 
panas tersebut diserap dari evaporator ( temperatur rendah ) dan dilepaskan ke kondensor 
( temperatur tinggi ). 
Pemilihan refrigeran pada mesin pendingin merupakan faktor yang menentukan karena 
dapat mempengaruhi efisiensi dari mesin itu sendiri. Unit-unit refrigerasi banyak dipergunakan 
untuk daerah temperatur yang luas, dari unit untuk keperluan pendinginan udara sampai 
refrigerasi. Untuk unit refrigerasi tersebut diatas, hendaknya dapat dipilih jenis refrigeran yang 
paling sesuai dengan jenis kompresor yang dipakai dan karakteristik thermodinamikanya yang 
antara lain meliputi temperatur penguapan dan tekanan penguapan serta temperatur 
pengembunan dan tekanan pengembunan. 
II.2.1 Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib 
a. Tekanan penguapan harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada 
tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada 
evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
25
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
b. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan pengembunannya 
terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah, sehingga penurunan 
prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, 
mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, 
ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil. 
c. Kalor laten penguapan harus tinggi. Refrigeran yang mempunyai kalor laten penguapan yang 
tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran 
yang bersirkulasi menjadi lebih kecil. 
d. Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil. Refrigeran dengan kalor laten 
penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil ( berat jenis yang besar ) akan 
memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil. 
Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang 
bersangkutan menjadi lebih kecil. Namun, untuk unit pendingin air sentrifugal yang kecil 
lebih dikehendaki refrigeran dengan volume spesifik yang agak besar. Hal tersebut 
diperlukan untuk menaikkan jumlah gas yang bersirkulasi, sehingga dapat mencegah 
menurunnya efisiensi kompresor sentrifugal. 
e. Koefisien prestasi harus tinggi. Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, 
koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi. 
f. Konduktivitas termal yang tinggi. Konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan 
karakteristik perpindahan kalor. 
g. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas. Dengan turunnya tahanan aliran 
refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang. 
h. Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak 
menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut dibawah ini sangat 
penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor hermetik. 
i. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi juga tidak 
menyebabkan korosi. 
j. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang. 
k. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
26
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan sedikit lebih tinggi dari pada tekanan 
atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya kebocoran udara luar masuk sistem 
refrigeran karena kemungkinan adanya vakum pada seksi masuk kompresor (pada tekanan 
rendah). Selain itu dapat dicegah turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan 
kompresi, yang dapat disebabkan karena berkurangnya tekanan dibagian tekanan rendah. Itulah 
sebabnya mengapa titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Boleh 
dikatakan bahwa refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasannya dipakai untuk keperluan 
operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi), sedangkan refrigeran yang memiliki titik 
didih tinggi digunakan untuk keperluan pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara). Jadi 
titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat menguap 
pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak terlalu rendah. Dari 
segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dan sebagainya dapat dipakai untuk 
daerah temperatur yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke refrigerasi. 
II.2.2 Kelompok-Kelompok Refrigeran 
Senyawa kimia sintetis yang tidak beracun dan tidak mudah terbakar disebut halogenated 
hydrocarbon, atau lebih sederhananya disebut dengan halocarbons, dimana penggunaannya 
hanya untuk kepentingan sistem pendinginan kompresi uap untuk kenyamanan sistem 
pengkondisian udara semenjak tahun 1986. Disebabkan oleh Chlorofluorcarbons (CFCs) 
menipiskan lapisan ozon dan pemanasan global, dan ini harus dihindari. Klasifikasi utama dari 
refrigeran adalah : 
• Hydroflurocarbons (HFCs). Hanya berisi atom hydrogen, fluorine dan carbon, tidak 
menyebabkan lapisan ozon menipis. Kelompok HFCs adalah : R134a, R32, R125, dan 
R245ca. 
• HFCs campuran azeotropic atau HFCs azeotropic. Azeotropic adalah suatu zat campuran 
multi komponen dari refrigeran yang mudah menguap dan mengembun dan tidak berubah 
komposisi volumetriknya atau temperatur jenuh jika zat tersebut menguap atau mengembun 
pada tekanan konstan. HFCs azeotropic dapat bercampur dengan refrigeran HFCs. ASHRAE 
menetapkan angka antara 500 dan 599 untuk azeotropic. HFCs azeotropic R507, campuran 
dari R125/R143, biasa dipergunakan untuk refrigeran pada sistem pengkondisian udara 
kompresi uap temperatur rendah. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
27
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
• HFCs hampir berupa azeotropic. Adalah campuran refrigeran yang karakteristiknya 
hampir berupa azeotropic. Sebab perubahan komposisi volumtrik atau temperatur jenuh 
cukup kecil untuk mendekati azeotropic, seperti yang demikian, pada temperatur 1 – 2 oF, 
dan itu dinamakan HFCs mendekati azeotropic. ASHRAE menetapkan angka antara 400 dan 
499 untuk zeotropic. R404A (R125/R134a) dan R407B(R32/R125/R134a) adalah kelompok 
yang mendekati HFCs azeotropic. Refrigeran ini secara luas digunakan pada sistem 
pendingin kompresi uap. 
• Zeotropic atau nonazeotropic, termasuk kedalamnya hampir berupa azeotropic, seharusnya 
menunjukkan perubahan komposisi pada perbedaan antara cairan dan phase uap, kebocoran 
atau kehilangan, perbedaan antara isi dan sirkulasi. HFCs mendekati azeotropic memiliki 
gerakan yang lambat dari pada zeotropic. Titik pertengahan antara titik embun dan titik 
gelembung seringkali diambil sebagai campuran refrigeran selama temperatur penguapan dan 
pengembunan berlangsung. 
• Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) dan Zeotropic. HCFCs mengandung atom hydrogen, 
chlorine, fluorine, dan carbon dan tidak sepenuhnya halogeneted. HCFCs memiliki waktu 
yang lama untuk hidup di atmosfir (selama hampir satu dasawarsa atau sepuluh tahun) 
sehingga dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon (ODP 0,02 – 0,1). R22, R123, R124 
dan seterusnya adalah kelompok HCFCs. HCFCs secara umum dimana-mana selalu 
digunakan. HCFCs hampir berupa azeotropic dan HCFCs zeotropic adalah campuran dari 
HCFCs dengan HFCs. Kelompok refrigeran ini penggunaannya dibatasi sampai tahun 2004. 
• Campuran inorganic. Campuran ini digunakan pada tahun 1931, seperti ammonia R717, 
water R718 dan udara R729. Kelompok ini masih digunakan karena tidak mengakibatkan 
tipisnya lapisan ozon. Amoniak hanya digunakan untuk keperluan industri saja karena sifat 
beracun dan mudah terbakar dilarang untuk digunakan secara umum. Campuran inorganic 
oleh ASHRAE ditetapkan dengan nomor 700 dan 799. 
• Chlorofluorocarbons, Halon dan Azeotropic. CFCs hanya memiliki kandungan atom 
chlorine, fluorine dan carbon. CFCs memiliki waktu yanglama untuk hidup di atmosfir dan 
menyebabkan tipisnya lapisan ozon (ODP 0,6 – 1). Kelompok refrigeran ini adalah : R11, 
R12, R113, R114, R115 dan sejenisnya. Halon atau BFCs terdiri dari atom bromide, fluorine 
dan carbon. Termasuk kedalam kelompok ini adalah : R13B1 dan R12B1. Jenis ini sangat 
tinggi untuk merusak dan mengakibatkan tipisnya lapisan ozon (ODP untuk R13B1 adalah 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
28
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
10). Sejak tahun 1995, R13B1 digunakan untuk sistem pengkondisi udara kompresi uap 
dengan temperatur yang sangat rendah. 
II.2.3 Pemanfaatan Hidrokarbon sebagai Alternatif Refrijeran Alternatif 
Issue pengaruh dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan refrigeran begitu 
marak pada saat ini. Pada awalnya mengenai ODS (Ozone Depleting Substance), dan berlanjut 
pada saat ini mengenai GWP (Global Warming Potenisial). Issue-issue tersebut mendorong 
berbagai pihak terutama kalangan peneliti maupun produsen mencari refrigeran yang aman 
terhadap lingkungan. Dengan latar belakang ini mereka mencoba kembali menggunakan 
refrigeran hidrokarbon, seperti kita ketahui bahwa pada awal mesin refrigerasi kompresi uap 
ditemukan hidrokarbon sudah digunakan. Pada saat ini refrigeran hidrokarbon dipersiapkan 
sebagai refrigeran alternatif untuk digunkan sebagai pengganti CFC12, HFC134a dan HCFC22. 
Powell (2002) menerangkan bebeapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran pengganti, yakni: 
1. Memiliki sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak 
digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang 
diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan refrigeran lama yang 
ber-klorin. 
2. Tidak mudah terbakar. 
3. Tidak beracun. 
4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin 
refrigerasi. 
5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah lingkungan. 
Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan 
di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa perusahaan pembuat 
mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. 
Meski refrigeran ini, termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk 
dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju), namun beberapa negara Eropa telah 
mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 
dan HCFCs lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
29
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31 Desember 
1999. Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran 
sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang ber-klorin 
yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. 
Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya merupakan pengganti transisional untuk CFCs) 
telah memiliki 2 kandidat pengganti, yakni R410A (campuran dengan sifat mendekati zeotrop) 
dan R407C (campuran azeotrop) Hidrokarbon Propana (R290) juga berpotensi menjadi 
pengganti R22. R407C merupakan campuran antara R32/125/132a dengan komposisi 23/25/52, 
sedangkan R410A adalah campuran R32/125 dengan komposisi 50/50. Saat ini, beberapa 
perusahaan terkemuka di bidang refrigerasi dan pengkonsian udara telah menggunakan R410A 
dalam produk mereka. 
II.2.4 Pemilihan Fluida Kerja pada LNG Receiving Terminal 
Pada siklus Rankine, fluida kerja adalah fluida yang digunakan sebagai medium 
perpindahan energi pada proses yang berulang (siklus). Seperti yang terdapat pada gambar di 
atas, di dalam siklus Rankine fluida kerja digunakan kembali secara terus-menerus Karen 
aterdapat dalam suatu siklus. Hal ini menyebabkan penggunaan fluida kerja dapat berfungsi 
optimal dan seefisien mungkin. Selain sebagai medium perpindahan energi, fluida kerja yang 
digunakan suatu siklus juga berperan dalam mempengaruhi efisiensi dari sebuah siklus Rankine. 
Hal ini dikarenakan jangkauan temperatur yang dapat dicapai oleh tiap fluida berbeda-beda. 
Apabila yang digunakan sebagai fluida kerja adalah air, jangkauan temperaturnya dapat 
mencapai 565 0C pada masukan turbin (harga temperatur yang sama dengan creep limit dari 
bahan stainless steel) dan 30 0C pada kondenser. Pada jangkauan ini, efisiensi Carnot teoritisnya 
berkisar pada nilai 63%. Dengan efisiensi yang cukup tinggi ini, siklus Rankine merupakan 
pilihan yang paling reasonable dan digemari dalam pembuatan power plant. Meskipun pada 
beberapa negara power plant berbasis bahan bakar batu bara masih menjadi pilihan utama 
dikarenakan sumber daya batu bara mereka yang melimpah. Beberapa negara juga menggunakan 
power plant berbasis teknologi nuklir sebagai pilihan utama karena dapat menghasilkan daya 
listrik yang lebih besar. 
Mengenai pilihan penggunaan fluida kerja sendiri dapat disesuaikan sesuai dengan 
kebutuhan serta kondisi operasi dari siklus Rankine yang akan dijalankan. Air menjadi pilihan 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
30
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
yang paling umum pada proses-proses konvensional. Akan tetapi, pada penggunaan temperatur 
turbin yang tinggi, penggunaan air cukup dihindari karena uap air pada suhu yang tinggi 
memiliki tingkat korosifitas yang lebih tinggi. Berikut adalah beberapa pilihan fluida kerja yang 
biasa dipakai dalam siklus Rankine. 
• Air (H2O). Di antara semua fluida kerja yang tersedia, air merupakan fluida kerja yang 
paling ekonomis. Perubahan wujud air menjadi uap (steam) pada suhu 100 0C dapat 
menyebabkan tingkat energi antara kondensor dan evaporator menjadi lebih tinggi 
(dengan kalor laten penguapannya 40,65 kJ/g mol). Selain itu, karena kebanyakan alat 
yang terlibat di dalam siklus Rankine (seperti pompa, kondensor, evaporator maupun 
turbin) umumnya didisain untuk penggunaan air atau steam, penggunaan air maupun 
steam menjadi lebih disukai karena untuk spesifikasi siklus yang berbeda alat yang 
dibutuhkan lebih mudah ditemukan. Akan tetapi, sifat korosif air pada suhu yang terlalu 
tinggi menyebabkan penggunaan air ataupun steam sebagai fluida kerja sering dibatasi 
pada suhu yang tidak telalu tinggi. 
• Ammonia (NH3). Meskipun fluida kerja ini memiliki nilai kalor laten penguapan yang 
lebih kecil dari air (23,35 kJ/g mol), ammonia sering digunakan untuk kondisi operasi 
temperatur yang lebih rendah, di mana pada kondisi tersebut air telah mengalami 
pembekuan. Titik leleh ammonia yang relatif rendah (191,7 K) menjadikan ammonia 
fluida kerja yang umumnya digunakan untuk kondisi operasi temperatur rendah. 
• Refrigeran haloalkana. Refrigeran jenis ini merupakan refrigeran yang umum ditemui 
pada berbagai jenis siklus Carnot maupun siklus Rankine, sampai beberapa tahun yang 
lalu. Akan tetapi, efek negatif sebagian besar senyawa jenis ini terhadap lapisan ozon dan 
merupakan kontibutor pemanasan global menjadikan penggunaan refrigeran haloalkana 
mulai ditinggalkan. Diantara refrigeran haloalkana yang masih cukup luas digunakan 
adalah 1,1,1,2-Tetrafluoroethane (R-134a). Senyawa ini dikatakan tidak memiliki potensi 
deplesi ozon, serta memiliki properti termodinamik yang mirip dengan R-12 CFC yang 
dulu amat umum digunakan sebagai zat refrigeran. Tetapi banyak yang mengatakan 
bahwa R-134a masih memiliki peran yang cukup besar pada pemanasan global dengan 
potensi pemanasan global (GWP100) sebesar 1300 dan secara teoritis berkontribusi pada 
perubahan iklim. Selain itu R-134a juga diklaim dapat menyebabkan hujan asam karena 
terkonversi menjadi asam trifloroasetat melalui reaksi radikal pada atmosfer. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
31
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
• Fluida organik. Berbeda dengan siklus Rankine terdapat pada umumnya, siklus Rankine 
yang menggunakan fluida kerja organik yang memiliki massa molekul tinggi biasanya 
disebut dengan ORC (Organic Rankine Cycle). ORC memungkinkan terjadinya recovery 
panas dari temperatur temperatur rendah seperti industrial waste heat, panas geotermal, 
dsb. 
Untuk dapat memilih fluida kerja yang sesuai dengan siklus yang akan dijalankan, serta 
agar fluida kerja dapat beroperasi secara optimal, beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan. 
• Kurva Saturation Vapor Isentropik dari fluida tersebut. Dikarenakan LNG power 
generator yang menggunakan ORC dengan fluida kerja seperti propane, iso-pentana 
atau toluena bertujuan untuk men-recovery energi panas tingkat rendah, pendekatan 
superheated seperti siklus Rankine sederhana tidak sesuai. Untuk itu, superheating kecil 
pada exhaust evaporator selalui dipersiapkan, Karena adanya kekurangan berupa wet 
fluid (yang berbentuk 2 fasa pada akhir ekspansi). Untuk mendapatkan dry fluid, 
regenerator harus digunakan. 
• Titik beku dan stabilitas fluida kerja pada temperatur operasi yang diinginkan. Dimana 
titik beku seharusnya lebih rendah dari temperatur terendah pada siklus. Fluida kerja 
harus stabil pada suhu tinggi atau minimum pada suhu operasi yang diinginkan, fluida 
kerja organik cenderung terdekomposisi pada suhu tinggi. 
• Panas penguapan serta densitas yang tinggi. Fluida dengan kalor laten dan densitas yang 
tinggi akan mengabsorb lebih banyak energi dari sumber pada bagian evaporasi dan 
karenanya mengurangi kebutuhan laju alir. 
• Dampak lingkungan yang minimal. Parameter yang dilihat pada dampak lingkungan 
suatu fluida kerja adalah pengaruhnya terhadap deplesi ozon dan pemanasan global. 
• Tingkat keamanan fluida kerja, terutama pada kondisi operasi yang diinginkan dan sifat 
korosifitasnya terhadap bahan. Fluida kerja disaran tidak korosif, tidak mengandung 
racun dan tidak mudah terbakar. 
• Ketersediaan fluida kerja serta biaya yang rendah. 
• Tekanan yang dapat diterima pada sistem operasi dan peralatan. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
32
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
II.3. Gas Material, Processing and Power Technologies di Osaka Gas 
II.3.1 IPP Plant of Osaka Gas (Torishima Energy Centre) 
Osaka Gas telah membuat kontrak dengan Kansai Elektronik Co. pada tahun 1996 dalam 
hal pembangkit listrik. Kontrak ini akan berlangsung selama 15 tahun dan berlangsung dari tahun 
2002 hingga 2016. Pembangkit listrik ini mampu membangkitkan daya hingga 150 MW. Sistem 
terdiri dari 145 MW gas turbin yang dikombinasikan secara siklus dan 5 MW gas pressure 
recovery. Efisiensi produk ini adalah 50 %. Sistem ini amat ramah terhadap lingkungan karena 
emisi NOx yang dihasilkan hanya sebesar 4 ppm (O2 = 16 %). 
II.3.2 Flow System 
Gambar 2. 9 Sistem flow IPP Plant 
Osaka gas mengimpor gas alam (LNG). LNG berwujud cair dengan temperatur -160 oC. 
Jika energi dingin yang dimiliki oleh LNG dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, 
akan mungkin menghasilkan energi listrik sebesar 240 KWh setiap ton LNG yang digunakan. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
33
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Sistem yang merubah LNG cair ini menjadi energi listrik melalui turbin adalah sistem 
pembangkit listrik menggunakan LNG dingin. Karena terdapat perbedaan permintaan LNG 
antara musim panas dan dingin maka rata-rata penggunaan LNG dalam hal ini sebesar 20 % dari 
jumlah yang diimpor setiap tahunnya. Dalam rangka melakukan penghematan energi, Osaka Gas 
menilai penggunaan energi dingin untuk pembangkit listrik ini amatlah esensial. 
II.3.3 Cara Kerja Sistem Pembangkit Listrik 
Gambar 2. 10 Diagram alir proses pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi LNG dingin 
Pada sistem ini terdapat tiga jenis sistem yang sedang dioperasikan. Sistem yang pertama 
adalah sistem siklus Rankine dimana fluida intermediet digunakan untuk menggunakan turbin. 
Yang kedua adalah sistem NG direct expansion yang menguapkan gas alam yang akan 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
34
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
menggerakkan turbin. Yang ketiga adalah kombinasi dari siklus Rankine dan NG direct 
expansion. Osaka Gas menggunakan propane atau freon sebagai fluida intermediet sistem untuk 
siklus Rankine. Sekarang, Osaka Gas sudah mensubtitusi freon yang digunakan. 
LNG ditekan hingga tekanannya mencapai 35-45 Kgf/cm2g dengan pompa LNG. Panas 
akan ditukar dengan gas propana pada LNG vaporizer. LNG ini akan dipanaskan hingga suhunya 
mencapi -50 oC. Dan panas ditukar dengan air laut untuk dipanaskan di NG trim heater. Propana 
yang dikondensasikan di LNG vaporizer dinaikkan tekanannya dengan pompa propana dan 
dikirim ke propane vaporizer untuk diuapkan pada tekanan yang berhubungan dengan tekanan 
air laut. Gas propana yang sudah diuapkan digunakan untuk menggerakkan turbin, mengalami 
proses ekspansi dan menciptakan energi listrik. Propana keluaran turbin dikirimkan ke LNG 
vaporizer kembali dan dikondensasikan dengan LNG dingin. 
II.3.3 Kelebihan dan Kekurangan LNG Cold Utilizing Power Generation System 
Kelebihan utama pada LNG power generation system umumnya pada kemudahan 
pengoperasian sistem sementara kekurangan utamanya adalah daya listrik yang dihasilkannya 
tidak terlalu besar. Berikut ini detail kelebihan dan kekurangannya : 
Kelebihan: 
• Efisiensi energi, dimana dingin yang dilepaskan ke air laut tidak tersia-siakan begitu saja. 
Energi dingin ini dapat dimanfaatkan untuk nilai ekonomis yang lebih besar. 
• Penggunan air laut sebagai medium pemanas memungkinkan biaya operasi pada NG 
Trim Heater dapat diminimumkan atau bahkan diabaikan. 
• Sistem yang tersusun dari jumlah unit yang sedikit menyebabkan secara ekonomi sistem 
ini tidak mengkonsumsi banyak energi pada pengoperasiannya. 
• Prinsip kerja dari sistem ini adalah siklus Rankine yang telah umum digunakan, sehingga 
proses troubleshooting lebih mudah dilakukan. 
• Jika karena suatu hal power generation system tidak dapat dijalankan, fasilitas penguapan 
LNG tidak perlu mengalami shutdown karena fluida intermediat dapat dialirkan melalui 
katup bypass. 
• Sistem dapat dioperasikan bahkan jika permintaan gas mengalami short peak load time. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
35
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Kekurangan: 
• Pada stasiun LNG yang tidak terlalu besar, jumlah energi listrik yang dihasilkan mungkin 
tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat menjadikan proses menjadi tidak efisien. 
• Dingin yang dilepaskan ke air laut (panas yang diambil dari air laut) dapat mengganggu 
keseimbangan ekosistem pada situs tempat air laut pemanas tersebut diambil. Hal ini 
dikarenakan sebagian besar fitoplankton akan berada dalam kondisi dorman apabila 
mereka berada dalam kondisi suhu yang terlalu dingin (umumnya berada dibawah 4 0C). 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
36
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
BAB III 
JAWABAN PEMICU 
1. Perkiraan kondisi (suhu, tekanan, dan fasa) aliran fluida pada gambar 2.6 
Gambar 3. 1 Siklus Propana 
Berikut adalah alur pengerjaan yang akan dilakukan : 
Ada dua aliran pada LNG receiving terminal. Yang pertama adalah aliran LNG 
dan yang kedua adalah propana. Karena basis yang diketahui adalah laju alir LNG, maka 
perhitungan dimulai dengan proses dari LNG storage. Perhitungan siklus propana 
bergantung pada aliran LNG karena kalor yang diterima LNG berasal dari kalor yang 
dilepaskan propana. Perhitungan keseluruhan proses dilakukan secara simultan dengan 
diawali perhitungan pada aliran LNG. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
37
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Aliran masuk dari LNG storage 
Suhu -160 oC 
Tekanan 1,153 bar 
Fasa Liquid 
LNG keluaran LNG vaporizer 
Suhu -50 oC 
Tekanan 6.5 bar 
Fasa 1 fasa (vapor) 
Propana keluaran LNG vaporizer 
Suhu -48.16 0C 
Tekanan 0.5 bar 
Fasa Liquid 
Propana keluaran propane vaporizer 
Suhu 48.76 0C 
Tekanan 12.4 bar 
Fasa Gas (vapour) 
Propana keluaran turbin (masukan LNG vaporizer) 
Suhu -42.49 0C 
Tekanan 1 bar 
Fasa Steam 90 % 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
38
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
P = 500 
kPaT= - 
32,56 C 
2. Perkiraan daya dalam kW yang dapat dihasilkan sistem turbin/generator bila laju 
alir LNG 150 ton/jam dan tekanan keluaran LNG pump adalah 35 – 45 
kgf/cm2gauge. 
Algoritma perhitungan : 
• Mengasumsikan tekanan dan temperatur turbin Æ didapat nilai entalpi dan entropi dari 
hysis 
• Menghitung fraksi uap pada kondisi isentropik dimana S2 = S3 (kondisi 2 dan 3 dilihat 
pada siklus Rankine) 
• Mencari entalpi H3 
• Mencari selisih entalpi kondisi 2 dan kondisi 3 
• Mengasumsikan tekanan pada kondisi 4 (saturated liquid) Æ didapat nilai H4 dari Hysis 
• Menghitung Q kondenser 
• Mengasumsikan properti propana (liquid) ke pompa berupa temperatur dan tekanan Æ 
didapat nilai laju alir volumetrik (Perry’s) 
• Menghitung entalpi kondisi 1 
• Menghitung Q boiler 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
39 
P = 150 kPa 
T= -32,84 C 
Sat liquid 
P = 300 
kPa T= - 
13,7 C Sat 
P = 300 
kPa T= - 
13,7 C Sat
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
• Mencari laju alir propana dengan mengasumsikan power rating turbin (yang biasa 
digunakan dalam stasiun pembangkit, kami menggunakan dari Geothermal) 
• Menghitung daya yang dihasilkan turbin 
a. Perhitungan dengan Piranti Lunak Hysys 3.1 
Asumsi yang digunakan dalam melakukan simulasi perhitungan : 
• Laju alir propana dan air laut yang digunakan sama dengan laju alir LNG yakni 
150 ton/jam. 
• Tekanan propana hasil keluaran turbin adalah 1 bar dengan kualitas 90 % steam. 
• Air laut yang digunakan sudah dipisahkan dari garam – garamnya sehingga hanya 
H2O, memiliki suhu 320C dan tekanan atmosferik. 
• Tekanan keluaran pompa sirkulasi propana adalah 12 bar. 
• Fluida kerja yang masuk ke turbin tidak semuanya berubah menjadi liquid ketika 
keluar dari turbin (asumsi masih ada 30% uap pada fluida keluaran turbin). 
Berikut ini hasil perhitungan dengan menggunakan simulator Hysys 3.1 : 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
40
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Dari hasil simulasi ini diperoleh daya listrik yang dihasilkan sebesar 1.037 x 104 kW, atau 
setara dengan 10.37 MW (lebih kecil sedikit dibanding daya listrik yang dihasilkan dari satu 
sumur Geothermal terbesar di Indonesia). 
3. Hasil perhitungan anda apabila fluida kerja adalah R-134a. 
Asumsi yang digunakan dalam melakukan simulasi perhitungan : 
• Laju alir R-134a dan air laut yang digunakan sama dengan laju alir LNG yakni 150 
ton/jam. 
• Tekanan R-134a hasil keluaran turbin adalah 1 bar dengan kualitas 90 % steam. 
• Air laut yang digunakan sudah dipisahkan dari garam – garamnya sehingga hanya H2O, 
memiliki suhu 320C dan tekanan atmosferik. 
• Tekanan keluaran pompa sirkulasi propana adalah 12 bar. 
• Fluida kerja yang masuk ke turbin tidak semuanya berubah menjadi liquid ketika keluar 
dari turbin (asumsi masih ada 30% uap pada fluida keluaran turbin). 
Berikut ini hasil perhitungan dengan menggunakan simulator Hysys 3.1 : 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
41
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Dari hasil simulasi ini diperoleh daya listrik yang dihasilkan sebesar 5128 kW, atau setara 
dengan 5.13 MW. 
Dari kedua penggunaaan fluida kerja yang berbeda ini didapatkan hasil keluaran energi 
listrik yang berbeda. Hasil energi listrik dengan menggunakan propana lebih tinggi daripada 
dengan menggunakan R-134a. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan properti dari 
masing-masing fluida kerja. Berikut ini beberapa analisisnya : 
• Kapasitas panas, 
LNG yang dikeluarkan dari tanki penyimpanan menuju LNG vaporizer memiliki 
energi dingin yang sangat besar. Suhu target yang ingin dicapai LNG setelah keluar dari 
LNG vaporizer adalah -50oC. Untuk mencapai suhu ini, propana dibutuhkan laju alir sebesar 
280 ton/jam sedangkan untuk R134-a dibutuhkan 250 ton/jam. 
Kapasitas panas didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk 
menaikkan suhu suatu fluida sebesar 10C. Menurut persamaan energi panas Q = m. c. ΔT , 
dengan Q dan delta T yang sama, sedangkan c adalah kapasitas panas masing-masing fluida, 
dalam hal ini R-134a dan propane yang nilainya adalah spesifik untuk masing-masing fluida. 
Maka lebih besarnya laju alir propana yang dibutuhkan dibanding R-134a, dengan 
perpindahan kalor yang sama dari LNG, dapat disimpulkan bahwa kapasitas panas propana 
lebih rendah dibandingkan kapasitas panas R-134a. 
Dengan demikian, untuk menaikkan/menurunkan suhu propana 10C dibutuhkan lebih 
sedikit/akan dilepaskan lebih sedikit kalor dibandingkan R-134a. Berarti dengan laju alir 
LNG tertentu, dengan jumlah energi dingin yang sama, bisa digunakan fluida kerja yang 
lebih banyak jika digunakan propana, Tentunya semakin banyak fluida kerja yang mengalir 
dalam sistem akan menghasilkan listrik yang lebih besar. 
• Titik didih 
Titik didih propana yang relatif lebih rendah dibadingkan dengan R-134a yaitu 
sebesar -42oC dan R134a sebesar -26,22 oC. Suhu ini menunjukkan bahwa pada keadaan 
atmosferik, suhu dimana propana berwujud cair lebih rendah dibandingkan suhu R-134a 
berbentuk cair. Sehingga hanya dibutuhkan energi lebih sedikit untuk menguapkan propana 
dibandingkan untuk menguapkan R-134a. Apabila energi kalor yang diberikan untuk 
menguapkan propana pada propana vaporizer sama dengan energi kalor yang diberikan oleh 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
42
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
R-134a, maka suhu dan enthalpi dari propana akan lebih besar daripada R-134a, akibatnya 
listrik yang dihasilkan propana juga akan lebih besar karena pada prinsipnya energi yang 
dirubah menjadi listrik oleh turbin adalah energi dalam bentuk panas dan entalphi dari fluida 
kerja. 
• Kalor Laten Penguapan (Lv) 
Jika dihubungkan dengan kalor laten, kalor laten penguapan propana yang lebih kecil 
daripada kalor laten penguapan R-134a menunjukkan bahwa dengan jumlah energi kalor yang 
diberikan oleh Propana / R-134a vaporizer sama , maka akan ada lebih banyak energi tersisa 
untuk menaikkan temperatur dari propana dibandingkan dengan R-134a. Konsekuensinya, 
sama seperti sebelumnya, propana akan menghasilkan energi listrik yang lebih besar 
dibandingkan dengan R-134a karena memiliki suhu dan enthalpi yang lebih tinggi. 
b. Algoritma Perhitungan jika Melakukan Perhitungan Manual 
Pembuatan algoritma ini berdasarkan pada neraca massa dan energi dengan acuan 
Hukum Thermodinamika 1 dan ,2 pada sistem pembangkit listrik tenaga dingin ini. Tujuannya 
adalah lebih kepada mengetahui logika berpikir secara kualitatif untuk mengetahui secara lebih 
mendalam seperti apa alur perhitungan yang terjadi didalam Hysys sebagaimana yang telah 
dilakukan diatas. 
Algoritma perhitungan manual ini dibatasi pada pertukaran kalor yang terjadi antara LNG 
dengan fluida kerja, kemudian fluida kerja mengalami proses selanjutnya sehingga menghasilkan 
listrik. Algoritma ini tidak membahas aliran LNG keluaran LNG vaporizer yang menuju NG 
Trim Heater, karena proses ini hanya memanaskan lebih lanjut LNG hasil LNG vaporizer untuk 
dialirkan melalui gas pipeline, sehingga sudah tidak berhubungan secara langsung dengan siklus 
tenaga listrik yang dibahas pada pemicu ini. 
Berikut ini alur logika-nya : 
1. Aliran dari tanki timbun LNG melalui pompa ke LNG vaporizer 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
43
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Pompa akan memberikan energi berupa energi tekanan kepada LNG, sehingga LNG yang 
akan masuk ke LNG vaporizer akan memiliki tekanan yang tinggi. Tujuan dari penggunaan 
pompa selain untuk meningkatkan tekanan LNG adalah agar laju alir dari LNG menuju LNG 
vaporizer bisa diatur konstan, biasanya pada bagian keluaran pompa akan ada control valve 
untuk mengatur laju alir dari LNG yang akan diuapkan di LNG vaporizer. 
Transfer energi yang akan terjadi disini adalah dari energi listrik yang diberikan pada 
pompa, berubah menjadi energi gerak motor pada impeller pompa yang dikenal dengan BHP 
(Brake Horse Power) dan dari impeller ini akan ditransfer ke fluida yang ingin dipompa, dalam 
hal ini LNG sehingga LNG akan menerima energi berupa FHP (Fluid Horse Power) atau LHP 
(Liquid Horse Power) yang merupakan energi impeller pompa yang dapat diterima oleh LNG 
setelah mengalami hydraulic loss didalam shaft pompa serta berupa head. 
Persamaan neraca energi yang terjadi adalah, sebagai berikut : 
Epompa = Editerima LNG + Hidraulic Loss 
V I t = η . BHP + Hidraulic Loss 
V I t = FHP + Hidraulic Loss 
Dimana : 
• LHP (Liquid Horse Power) dalam kW 
• Q adalah kapasitas dalam (m3/jam) 
• r adalah spesifik gravity dari fluida 
• H adalah total head dalam meter 
Apabila besarnya energi listrik yang diberikan ke pompa diketahui atau jika spesifikasi 
daya pompa diketahui, maka untuk satuan waktu tertentu (dalam hal ini digunakan basis 1 jam 
sesuai pada soal di pemicu) akan bisa diketahui energi listrik yang akan dikonversi menjadi 
energi tekanan oleh pompa akan diberikan kepada LNG. Dari data ini, bisa diketahui berapa 
tekanan LNG keluaran dari fluida, berupa head keluaran pompa dalam hal ini telah diketahui dari 
pemicu bahwa tekanan keluaran pompa adalah 35 – 45 kgf/cm2g. Untuk perhitungan hidraulic 
loss sendiri bisa dihubungkan dengan efisiensi, karena merupakan kehilangan energi dari listrik 
ke pompa menjadi energi panas. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
44
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Maka, hidraulic loss bisa dihitung dengan : 
2. Pertukaran kalor antara LNG dengan fluida kerja (propana / R-134a) 
Untuk menyederhanakan perhitungan pada LNG vaporizer ini, bisa dilakukan dengan 
menggunakan azas Black, dimana kalor yang dilepaskan oleh propana sama dengan kalor yang 
diterima oleh LNG. 
Persamaan neraca energi : 
• Kecepatan fluida masuk dan keluar dari dalam Heat Exchanger diasumsikan sama, sehingga 
tidak ada perubahan energi. Maka = 0. 
• Tidak ada perbedaan elevasi yang cukup berarti antara titik aliran masukan baik dari shell 
maupun tube dari HE, sehingga = 0. 
• Tidak ada kerja yang diberikan dari luar sistem, ataupun dari sistem HE ke lingkungan 
sehingga tidak ada kerja yang terjadi pada sistem ini akibatnya W = 0. 
• Sistem Heat Exchanger dapat diasumsikan bekerja dalam keadaan adiabatis, dimana tidak 
ada perpindahan kalor dari sistem HE ke lingkungannya. Pertukaran kalor dapat dianggap 
sempurna terjadi antara fluida dingin (LNG) dan fluida panas (Propana ataupun R-134a). 
Didalam proses adiabatis = 0. 
• Enthalpi merupakan fungsi dari suhu dan tekanan, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan 
: , karena tidak ada kerja dan tidak ada perubahan dalam energi dalam. 
Maka perubahan enthalpi juga tidak terjadi, sehingga = 0. 
Dengan demikian, persamaan energi yang tersisa adalah pertukaran panas antara fluida 
panas dan fluida dingin, yang dapat disimplifikasi dengan menggunakan azas Black. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
45
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Sehingga 
Dalam perhitungan perpindahan panas ini, perlu diperhitungkan kalor laten, karena ada 
perubahan fasa yang terjadi baik pada fluida dingin (LNG akan menguap) dan pada fluida panas 
(Propana ataupun R-134a keseluruhannya akan mencair). 
Informasi yang diberikan di soal pemicu adalah laju alir dari LNG yaitu aliran dingin 
sebesar 150 ton/jam berupa fasa cair bersuhu -1600C dan akan keluar berupa fasa uap seluruhnya 
dengan suhu -500C. Kapasitas kalor dan kalor laten pada fluida dingin dan fluida panas sudah 
diketahui dari literatur. Dengan menyamakan ruas kiri dan kanan menggunakan trial error, maka 
kondisi laju alir, dan suhu dari fluida kerja yang akan masuk ke pompa sirkulasi bisa diketahui. 
3. LNG menuju NG trim heater 
Algoritma perhitungan hampir sama dengan pada HE sebelumnya, dimana persamaan 
energi yang terjadi adalah pertukaran kalor antara fluida panas (air laut), dengan fluida dingin 
(LNG yang akan dinaikkan suhunya) LNG inilah yang nantinya akan ditransportasian melalui 
gas pipeline. Air laut diasumsikan memiliki tekanan atmosfer dengan suhu didaerah tepi laut 
sebesar 320C. Sedangkan suhu dari LNG keluaran LNG vaporizer adalah -500C. 
4. Propana menuju propana circulation pump 
Sama seperti kerja pompa sebelumnya, dimana akan memberikan energi berupa energi 
tekanan kepada Propana yang sudah diondensasian dengan memanfaatan energi dingin dari 
LNG. Tujuan dari penggunaan pompa selain untuk meningkatkan tekanan propana adalah agar 
laju alir dari propana menuju Propana vaporizer bisa diatur konstan, biasanya pada bagian 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
46
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
keluaran pompa akan ada control valve untuk mengatur laju alir dari propana yang akan 
diuapkan di propana vaporizer. 
Transfer energi yang akan terjadi disini adalah dari energi listrik yang diberikan pada 
pompa, berubah menjadi energi gerak motor pada impeller pompa yang dikenal dengan BHP 
(Brake Horse Power) dan dari impeller ini akan ditransfer ke fluida yang ingin dipompa, dalam 
hal ini LNG sehingga LNG akan menerima energi berupa FHP (Fluid Horse Power) atau LHP 
(Liquid Horse Power) yang merupakan energi impeller pompa yang dapat diterima oleh LNG 
setelah mengalami hydraulic loss didalam shaft pompa serta berupa head. 
Persamaan neraca energi yang terjadi adalah, sebagai berikut : 
Epompa = Editerima LNG + Hidraulic Loss 
V I t = η . BHP + Hidraulic Loss 
V I t = FHP + Hidraulic Loss 
Dimana : 
• LHP (Liquid Horse Power) dalam kW 
• Q adalah kapasitas dalam (m3/jam) 
• r adalah spesifik gravity dari fluida 
• H adalah total head dalam meter 
Apabila besarnya energi listrik yang diberikan ke pompa diketahui atau jika spesifikasi 
daya pompa diketahui, maka untuk satuan waktu tertentu (dalam hal ini digunakan basis 1 jam 
sesuai pada soal di pemicu) akan bisa diketahui energi listrik yang akan dikonversi menjadi 
energi tekanan oleh pompa akan diberikan kepada propana. Tekanan keluaran pompa ini belum 
diketahui oleh karena itu akan digunakan asumsi rasio tekanan discharge dibanding suction 
adalah 10. Untuk perhitungan hidraulic loss sendiri bisa dihubungkan dengan efisiensi, karena 
merupakan kehilangan energi dari listrik ke pompa menjadi energi panas. 
Maka, hidraulic loss bisa dihitung dengan : 
5. Propana Menuju Propana Heater 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
47
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Dari soal pemicu tidak diketahui apa fluida pemanas yang akan digunakan untuk 
menguapkan propana. Oleh karena itu, diasumsikan penguapan terjadi dengan menggunakan koil 
pemanas yang ada pada sebuah heater dengan menggunakan energi listrik. 
Persamaan dasarnya adalah perubahan energi listrik menjadi energi panas yang akan 
ditransfer kedalam propana, dalam perhitungan ini tentu saja tidak semua energi kalor bisa 
diterima oleh propana karena pasti ada energi loss pada koil pemanasnya. 
Pada simulasi hysys, semua cairan propana akan berubah menjadi uap pada heater ini, oleh 
karena itu akan ada peningkatan tekanan yang terjadi didalam aliran propana ini. 
6. Propana Menuju Turbin 
Propana yang telah diuapkan sehingga memiliki suhu dan tekanan yang tinggi, dialirkan 
menuju turbin untuk mengalami ekspansi secara isentropik agar energi berupa suhu dan tekanan 
bisa dikonversi menjadi energi listrik. 
Persamaan energi yang terjadi pada turbin adalah : 
Dimana Ws adalah kerja pada shaft turbin yang akan digunakan untuk menghasilkan 
listrik pada generator. Kerja shaft yang dihasilkan berbanding lurus dengan laju alir massa dan 
enthalpi yang dimiliki oleh fluida yang masuk kedalam turbin. Dengan demikian, semakin besar 
laju alir massa semakin besar pula energi shaft yang dihasilkan. Semakin besar suhu dan tekanan, 
berarti semakin besar pula enthalpi yang dimiliki oleh fluida kerja. Dua hal ini merupakan kunci 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
48
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
penting untuk menghasilkan energi shaft yang besar, semakin besar kerja shaft maka listrik yang 
dihasilkan oleh generator akan semakin besar pula. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
49
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
BAB IV 
KESIMPULAN 
• LNG Receiving Terminal merupakan tempat regasifikasi dimana fungsinya adalah menerima 
gas alam cair dari kapal LNG, menyimpan LNG tersebut kedalam tangki, menguapkan LNG, 
dan selanjutnya menghantarkan gas alam ke distribution pipeline. 
• LNG Receiving Terminal terdiri dari LNG unloading system (termasuk jetty dan berth), 
LNG storage tanks, Vapour handling system, LNG vaporizers, Open rack vaporizers 
Submerged combustion vaporizer (SCV), Open rack vaporizers, Submerged combustion 
vaporizer, First stage sendout pump, Second stage sendout pump 
• Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal : 
o Membangun fasilitas penyediaan gas yang terpercaya, yang dapat menyediakan gas 
dalam volume yang besar kepada Pembangkit Listrik Tenaga Gas. 
o Melengkapi gas pipeline terutama selama penyediaan gas tidak stabil sehingga dapat 
menghindari terganggunya pembangkit listrik akibat tidak menentunya pasokan gas. 
o Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN dan untuk 
menghindari biaya tak tersaingi dari pembangkitan listrik. 
o Mendukung pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas sehingga kedua proyek ini 
(PLTG dan LNG receiving terminal) merupakan proyek yang terintegrasi dan memiliki 
efisiensi yang lebih baik. 
o Membawa manfaat untuk ekonomi nasional karena LNG receiving terminal merupakan 
rantai terakhir yang diperlukan sebagai nilai tambah LNG di Indonesia. 
o Merespon hukum baru tentang minyak bumi dan gas alam yang dibuat pada tahun 2001 
yang bermaksud menghentikan monopoli minyak bumi dan gas alam, serta untuk 
membuka kesempatan adanya bisnis baru pada industry ini. 
• Siklus Carnot merupakan model pendekatan yang paling ideal untuk mempelajari siklus 
energy, namun demikian tidak dapat diaplikasikan untuk keadaan yang sesuai kenyataan. 
• Ada beberapa kelemahan dari siklus Carnot : 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
50
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
o Usaha apapun untuk meningkatkan Tmax pada siklus panas akan melibatkan transfer panas 
menuju fluida kerja pada fasa tunggal yang tidak akan mudah untuk dicapai secara 
isothermal. 
o Kualitas steam akan terus menurun selama proses ekspansi isentropik, hal ini dapat 
merusak turbin karena erosi pada cairan pada fluida dapat mengikis baling – baling dari 
turbin. 
o Proses kompresi isentropik (proses 4 – 1) memungkinkan timbulnya dua fasa (cair dan 
uap) , kompresor bisa rusak jika ada fasa cair pada fluidanya 
• Siklus Rankine merupakan modifikasi dari siklus Carnot dan merupakan siklus yang ideal 
untuk tenaga uap. 
• Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut panas, sehingga panas 
tersebut diserap dari evaporator (temperatur rendah) dan dilepaskan ke kondensor 
(temperatur tinggi). 
• Terkait dengan isu pemanasan global, penggunaan CFC sebagai refrijeran mulai digantikan 
oleh refrijeran alternatif lain, seperti hidrokarbon yang lebih ramah lingkungan. 
• Jika energi dingin yang dimiliki oleh LNG dimanfaatkan untuk membangkitkan energi 
listrik, akan mungkin menghasilkan energi listrik sebesar 240 KWh setiap ton LNG yang 
digunakan. 
• Tiga jenis sistem yang dioperasikan pada pemanfaatan energy dingin LNG untuk keperluan 
pembangkit listrik adalah siklus Rankine, NG direct expansion, dan kombinasi dari siklus 
Rankine dan NG direct expansion. 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
51
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
DAFTAR PUSTAKA 
• Cengel, A Yunus, Boles, A Michael “Thermodynamics An Engineering Approach” Mc- 
Graw Hill International Edition, : New York 1994 
• Van Ness H, et al “Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics” Mc-Graw 
Hill International Edition – Chemical Engineering Series , fifth edition : New York 1996 
• Nasution, Henry. REFRIGERAN DAN SIFAT-SIFATNYA. 
http://www.he4si.com/Pendingin/BAB3.pdf 
• Sarwono.Pemanfaatan Hidrokarbon Sebagai Refrigeran Alternatif 
http://pwww.btmp-bppt.net/Html/detail_rd.php 
• http://strategis.ic.gc.ca/epic/site/imr-ri.nsf/en/gr125052e.html 
• http://www.gasandoil.com/goc/company/cnm73942.htm 
• http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2004/bulan/06/tgl/03/time/181403/i 
dnews/160091/idkanal/4 
• http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=140440 
• http://www.proyeksi.com/berita/investasi/0011104_satu.htm 
• http://www.sinarharapan.co.id/berita/0701/18/eko03.html 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
52
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
LAMPIRAN 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
53
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
54
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
55
Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 
Converting Volumes of Gas 
(CFH to CFH or CFM to CFM) 
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 
56

More Related Content

What's hot

Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamFauziah Maswah
 
Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan FasaPTIK BB
 
Azas teknik k imia
Azas teknik k imiaAzas teknik k imia
Azas teknik k imiaMesut Ozil
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasiwandra doank
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanAgataMelati
 
Perpindahan Panas
Perpindahan PanasPerpindahan Panas
Perpindahan Panasnovitasarie
 
Ppt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenPpt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenSepriSakatsila
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatan
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatanDiffusion in-solids-difusi-dalam-padatan
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatanriski890
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1RifkaNurbayti
 
Makalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingMakalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingActur Saktianto
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docxAnnisaSeptiana14
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaEdi B Mulyana
 

What's hot (20)

Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
 
Perubahan Fasa
Perubahan FasaPerubahan Fasa
Perubahan Fasa
 
JAW CRUSHER
JAW CRUSHERJAW CRUSHER
JAW CRUSHER
 
Azas teknik k imia
Azas teknik k imiaAzas teknik k imia
Azas teknik k imia
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Makalah kompresor
Makalah kompresorMakalah kompresor
Makalah kompresor
 
Pertemuan 5 boiler ok
Pertemuan 5 boiler okPertemuan 5 boiler ok
Pertemuan 5 boiler ok
 
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahanSatop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
Satop acara 2 penentuan panas spesifik bahan
 
Perpindahan Panas
Perpindahan PanasPerpindahan Panas
Perpindahan Panas
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Ppt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenPpt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; laten
 
Double Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat ExcangerDouble Pipe Heat Excanger
Double Pipe Heat Excanger
 
Modul mek. fluida
Modul mek. fluidaModul mek. fluida
Modul mek. fluida
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatan
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatanDiffusion in-solids-difusi-dalam-padatan
Diffusion in-solids-difusi-dalam-padatan
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1
 
Makalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grindingMakalah pengolahan mineral grinding
Makalah pengolahan mineral grinding
 
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
328793143-Laporan-Praktikum-Heat-Exchanger.docx
 
Hukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika keduaHukum termodinamika kedua
Hukum termodinamika kedua
 

Similar to Makalah termodinamika terapan

buku-jasrgas-isi.pdf
buku-jasrgas-isi.pdfbuku-jasrgas-isi.pdf
buku-jasrgas-isi.pdfVivinLuturmas
 
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukan
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukanPengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukan
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukanCahya Panduputra
 
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13Yunita Werdiningrum
 
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan..."Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...Shinta Yanirma
 
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklirSinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklirTrisakti University
 
Pemerintah menipu rakyat
Pemerintah menipu rakyatPemerintah menipu rakyat
Pemerintah menipu rakyatRizky Faisal
 
Buku 3 : Geothermal capital overview
Buku 3 : Geothermal  capital overviewBuku 3 : Geothermal  capital overview
Buku 3 : Geothermal capital overviewKgsRidwan
 
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesia
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesiaTata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesia
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesiaSampe Purba
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iiRandy MC
 
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdf
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdfgambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdf
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdfRahmatNuzulHidayat
 
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...Nanda Hanyfa Maulida
 
Pengembangan Ekonomi Metanol di Indonesia
Pengembangan Ekonomi Metanol di IndonesiaPengembangan Ekonomi Metanol di Indonesia
Pengembangan Ekonomi Metanol di IndonesiaTogar Simatupang
 

Similar to Makalah termodinamika terapan (20)

buku-jasrgas-isi.pdf
buku-jasrgas-isi.pdfbuku-jasrgas-isi.pdf
buku-jasrgas-isi.pdf
 
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukan
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukanPengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukan
Pengelolaan SD dalam penyediaan energi baru dan terbarukan
 
Artikel tentang migas
Artikel tentang migasArtikel tentang migas
Artikel tentang migas
 
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13
Majalah Energise Edisi 2-2015-draft.12-13
 
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan..."Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
"Optimalisasi Production Sharing Contract demi Peningkatan Stabilitas Pasokan...
 
Kebijakan energi-nasional-2003-2020
Kebijakan energi-nasional-2003-2020Kebijakan energi-nasional-2003-2020
Kebijakan energi-nasional-2003-2020
 
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklirSinopsis metro tv 23 okt  peran energi nuklir
Sinopsis metro tv 23 okt peran energi nuklir
 
Pemerintah menipu rakyat
Pemerintah menipu rakyatPemerintah menipu rakyat
Pemerintah menipu rakyat
 
Energi - New Paradigm
Energi - New ParadigmEnergi - New Paradigm
Energi - New Paradigm
 
Buku 3 : Geothermal capital overview
Buku 3 : Geothermal  capital overviewBuku 3 : Geothermal  capital overview
Buku 3 : Geothermal capital overview
 
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesia
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesiaTata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesia
Tata kelola gas bumi sebagai perwujudan kedaulatan energi di indonesia
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdf
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdfgambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdf
gambaran umum energi di indonesia Presentasi kelompok 1.pdf
 
252832430 Studi Kelayakan
252832430 Studi Kelayakan252832430 Studi Kelayakan
252832430 Studi Kelayakan
 
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...
Pemanfaatan Shale Gas Sebagai Salah Satu Energi Alternatif Penunjang Ketahana...
 
Kebutuhan energi listrik
Kebutuhan energi listrikKebutuhan energi listrik
Kebutuhan energi listrik
 
T 3 mengenal-kilang-risdi
T 3 mengenal-kilang-risdiT 3 mengenal-kilang-risdi
T 3 mengenal-kilang-risdi
 
Studi kelayakan
Studi kelayakanStudi kelayakan
Studi kelayakan
 
Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
Persepsi dan peran masyarakat palu 17112014
 
Pengembangan Ekonomi Metanol di Indonesia
Pengembangan Ekonomi Metanol di IndonesiaPengembangan Ekonomi Metanol di Indonesia
Pengembangan Ekonomi Metanol di Indonesia
 

More from oilandgas24

Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrikoilandgas24
 
PPM G-856 manual
PPM G-856 manualPPM G-856 manual
PPM G-856 manualoilandgas24
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambanganoilandgas24
 
The integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataThe integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataoilandgas24
 
Teori kemungkinan
Teori kemungkinanTeori kemungkinan
Teori kemungkinanoilandgas24
 
The application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingThe application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingoilandgas24
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasioilandgas24
 
Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasioilandgas24
 
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaSurface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaoilandgas24
 
Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsuroilandgas24
 
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumiSistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumioilandgas24
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coaloilandgas24
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detiloilandgas24
 
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,oilandgas24
 
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticMonitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticoilandgas24
 
Materi distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensiMateri distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensioilandgas24
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaoilandgas24
 
Konsep kimia modern
Konsep kimia modernKonsep kimia modern
Konsep kimia modernoilandgas24
 

More from oilandgas24 (20)

Materi geolistrik
Materi geolistrikMateri geolistrik
Materi geolistrik
 
PPM G-856 manual
PPM G-856 manualPPM G-856 manual
PPM G-856 manual
 
Glosarium pertambangan
Glosarium pertambanganGlosarium pertambangan
Glosarium pertambangan
 
The integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed dataThe integration of space born and ground remotely sensed data
The integration of space born and ground remotely sensed data
 
Teori kemungkinan
Teori kemungkinanTeori kemungkinan
Teori kemungkinan
 
The application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineatingThe application of geoelectrical surveys in delineating
The application of geoelectrical surveys in delineating
 
Teknik eksplorasi
Teknik eksplorasiTeknik eksplorasi
Teknik eksplorasi
 
Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasi
 
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesiaSurface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
Surface manifestation in wapsalit geothermal area, buru island, indonesia
 
Struktur atom
Struktur atomStruktur atom
Struktur atom
 
Sistem periodik unsur
Sistem periodik unsurSistem periodik unsur
Sistem periodik unsur
 
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumiSistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
Sistem informasi geografis potensi bahaya gempa bumi
 
Sekilas genesa coal
Sekilas genesa coalSekilas genesa coal
Sekilas genesa coal
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
Overview of gedongsongo manifestations of the ungaran geothermal prospect,
 
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagneticMonitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
Monitoring of ulf (ultra low-frequency) geomagnetic
 
Materi integral
Materi integralMateri integral
Materi integral
 
Materi distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensiMateri distribusi frekuensi
Materi distribusi frekuensi
 
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesiaKuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
Kuliah eksplorasi & genesa geologi batubara indonesia
 
Konsep kimia modern
Konsep kimia modernKonsep kimia modern
Konsep kimia modern
 

Recently uploaded

struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenRatihPuspitaSiwi
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAgusTriyono78
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1RifkiIntipeNerakajah
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyafaizalabdillah10
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxRahmiAulia20
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyEndarto Yudo
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptEndarto Yudo
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 

Recently uploaded (16)

struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan KomponenTeknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
Teknik Tenaga Listrik, Sejarah dan Komponen
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
 
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
TUGAS KULIAH PPT PRESENTASI STRUKTUR BETON 1
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanyaKlasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
Klasifikasi jenis pompa berdasarkan cara kerjanya
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptxMinggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
Minggu 5 Pepistimlogy berbasis wawasan politik_Ekonomi.pptx
 
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergyThermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
Thermodynamics analysis of energy, entropy and exergy
 
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .pptTeori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
Teori Pembakaran bahan kimia organik .ppt
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 

Makalah termodinamika terapan

  • 1. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal MAKALAH TERMODINAMIKA TERAPAN LNG RECEIVING TERMINAL KELOMPOK 1 , 2 dan 3 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2007 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 1
  • 2. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal DAFTAR ISI DAFTAR ISI .........................................................................................................................................1 BAB I ...................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.................................................................................................................................4 I.1 Latar Belakang Pembangunan LNG Receiving Terminal................................................5 I.2 Penggunaan Energi Listrik dalam Pembangkit Tenaga Listrik ........................................8 I.2.1. Teknologi Konvensional .................................................................................................9 I.2.2. Teknologi Inovatif..........................................................................................................11 I.3 Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal ..................................................12 BAB II ................................................................................................................................................15 PEMBAHASAN.................................................................................................................................15 II.1. Mesin Kalor, Siklus Carnot, dan Siklus Rankine ...............................................................15 II.1.1 Mesin Kalor (Heat Engine) ...........................................................................................15 II.1.2 Siklus Carnot...................................................................................................................17 II.1.3 Siklus Rankine .................................................................................................................20 II.1.4 Analisa Energi pada Siklus Rankine............................................................................21 II.1.5 Solusi Penyimpangan Siklus Rankine..........................................................................23 II.2 Sifat-sifat dan Kinerja Refrigeran (R134A dan Propana)...............................................25 II.2.1 Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib................................................................................25 II.2.2 Kelompok-Kelompok Refrigeran ................................................................................27 II.2.3 Pemanfaatan Hidrokarbon sebagai Alternatif Refrijeran Alternatif ....................29 II.2.4 Pemilihan Fluida Kerja pada LNG Receiving Terminal ...........................................30 II.3. Gas Material, Processing and Power Technologies di Osaka Gas ............................33 II.3.1 IPP Plant of Osaka Gas (Torishima Energy Centre) ...........................................33 II.3.2 Flow System..............................................................................................................33 II.3.3 Cara Kerja Sistem Pembangkit Listrik...................................................................34 II.3.3 Kelebihan dan Kekurangan LNG Cold Utilizing Power Generation System.......35 BAB III ...............................................................................................................................................37 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 2
  • 3. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal JAWABAN PEMICU ........................................................................................................................37 BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................52 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 3
  • 4. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal BAB I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, dimana tingkat pertambahan penduduk sebesar 4.2% per tahunnya dan tingkat permintaan listrik sebesar 1.6% per tahun, mengakibatkan diperlukannya diversifikasi sumber energi pembangkit listrik. Seperti diketahui, sampai saat ini Indonesia masih bertumpu pada pemanfaatan minyak bumi sebagai sumber energi, dimana sumber energi fosil tersebut saat ini telah menipis jumlahnya, dan diprediksi Indonesia akan menjadi negara pengimport minyak pada tahun 2015. Selain dari permasalahan krisis minyak, dengan diberlangsungkannya berbagai konvensi internasional mengenai pemanasan global, dimana tahun 2007 ini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah, memaksa negara ini untuk melakukan pembaharuan lebih jelas dan tegas untuk menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan. Salah satu solusi dari kedua permasalahan di atas adalah dengan mensubtitusi penggunaan minyak bumi dengan gas alam. Seperti diketahui, Indonesia memiliki sumber gas alam yang cukup sebesar 20 TCF (tanpa mempertimbangkan dari CBM Indonesia), namun yang baru digunakan secara optimal masih sekita 10 TCF. Sehingga masih besar peluang negara kita untuk mengembangkan pemanfaatan gas alam. Salah satu bentuk dari penggunaan gas alam adalah dalam bentuk LNG. Namun sayangnya, hingga saat ini LNG lebih besar dalam jumlah ekspor daripada untuk konsumsi dalam negeri. Hal ini lebih dikarenakan harga di dalam negeri yang terlalu murah, dibanding jika diekspor, misalnya ke Jepang. Dengan kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada pemanfaatan LNG dari segi harga, peluang LNG sebagai pemain andalan dalam energi Indonesia akan terbuka lebar. Sebagai salah satu pengembangan dari transportasi gas alam dalam bentuk LNG adalah melalui LNG receiving terminal. Kelebihan dari proyek ini adalah : • Mendukung fasilitas supply gas alam dengan volume besar dan pemenuhan kebutuhan listrik terutama untuk Pulau Jawa • Melengkapi transportasi gas dengan pipa DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 4
  • 5. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal • Mengurangi ketergantungan dengan minyak bumi • Penerapan dari kebijakan migas 2001 yang melarang bentuk monopoli dalam industri migas • Membuka peluang bisnis baru pada bagian hilir Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Indonesia sedang mengembangkan pendirian LNG receiving terminal sebagai salah satu potensi untuk lebih menguatkan eksistensi gas alam Indonesia sebagai sumber energi. I.1 Latar Belakang Pembangunan LNG Receiving Terminal Sistem transportasi gas bumi dalam bentuk LNG membutuhkan kapal tanker pengangkut LNG dan LNG Receiving Terminal. Dilihat dari fungsinya LNG Receiving Terminal sering disebut regas facility. Secara umum memang merupakan tempat regasifikasi dimana fungsinya adalah menerima gas alam cair dari kapal LNG, menyimpan LNG tersebut kedalam tangki, menguapkan LNG, dan selanjutnya menghantarkan gas alam ke distribution pipeline. Dalam hal ini, LNG Receiving Terminal berfungsi memasok gas ke PLN sebagai tenaga pembangkit listrik. Indonesia diperkirakan memiliki cadangan gas alam sekitar 20 TCF (triliun kaki kubik) namun yang hingga kini baru dimanfaatkan sekitar 8 – 9 TCF. Solusi yang dimaksud adalah adanya rencana Pemerintah untuk melarang pemakaian bahan bakar minyak (BBM) pada unit-unit industri atau pembangkit baru. Larangan tersebut berlaku bagi mesin-mesin penggerak atau pemberi panas pada unit-unit industri baru. Unit-unit pembangkit itu diharuskan untuk memakai energi alternatif di antaranya yang cukup dominan adalah gas alam dan batu bara. Energi lain seperti panas bumi, air, dan lain-lain juga dapat dimanfaatkan namun dari sisi keekonomian gas alam dan batubara adalah yang paling mungkin untuk saat ini. Larangan itu nantinya akan diluncurkan dalam suatu Peraturan Presiden (Perpres) tentang kebijakan energi nasional. Di dalam Perpres tersebut terdapat strategi untuk menurunkan volume pemakaian minyak mentah yang saat ini merupakan salah satu energi yang tidak terbarukan (unrenewable), akan tetapi cadangan di Indonesia sudah semakin menipis. Peraturan yang baru nantinya secara tegas melarang ekspor gas ke luar negeri, kecuali yang sudah terikat kontrak jual beli. Dengan demikian langkah itu dapat menekan pemakaian BBM khususnya di sektor transportasi, industri dan rumah tangga. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 5
  • 6. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Perlu diingat bahwa Indonesia sudah sejak lama tercatat sebagai pionir dalam pengembangan gas alam cair atau LNG (Liquified Natural Gas). Negara kita juga pernah tercatat sebagai eksportir LNG terbesar di dunia. Namun, pemerintah terlena dengan ekspor dan lupa mengembangkan potensi pasar gas di dalam negeri. PT PLN (Persero) adalah salah satu pasar dalam negeri yang tidak dilirik selama bertahun-tahun. Terbukti, pemakaian gas untuk pembangkit PLN tidak didorong dan justru BBM yang harganya kian mahal dan semakin terbatas, menjadi bahan baku andalan bagi unit-unit pembangkit milik BUMN tersebut. Belakangan ini, kebutuhan akan gas alam di dalam negeri kian meningkat, sedangkan di sisi lain cadangannya makin menipis. PLN dan anak perusahaannya seperti PT Indonesia Power dan PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) adalah contohnya. Dalam beberapa tahun terakhir merasakan sekali akibatnya. Kurangnya pasokan gas alam ke beberapa unit PLTG atau PLTGU memaksa unit-unit pembangkit tersebut menggunakan BBM. Seharusnya.bisa dipasok dari lapangan gas lain tetapi belum memiliki terminal sehingga sulit menampung pasokan gas alam. Kelangkaan gas di dalam negeri selama ini disinyalir akibat Pemerintah Indonesia belum memiliki kebijakan energi nasional. Padahal, adanya kebijakan tersebut diperkirakan akan mendorong pemanfaatan potensi gas alam secara lebih maksimal. Dua hal yang kini tengah dilakukan untuk mendorong pemakaian gas alam di dalam negeri. Pertama adalah rencana PLN membangun LNG Terminal berkapasitas 4 juta metrik ton yang bisa ditingkatkan hingga 8 juta metrik ton. Kedua, adalah pembangunan jaringan pipa atau pipanisasi gas alam seperti pipanisasi dari Sumatra dan Kalimantan ke Jawa. LNG Terminal berisi : 1. LNG unloading system (termasuk jetty dan berth) LNG ditransfer ke onshore tangki LNG menggunakan pompa kapal. Tanker penerima biasanya berukuran 75.000 m3 sampai 135.000 m3 serta waktu untuk mengkosongkannya sekitar 12-14 jam per 135.000 m3 kapal. 2. LNG storage tanks Dua atau lebih tangki di daratan digunakan untuk menerima dan mensortir LNG, melewati terminal dengan single tank. Reduksi biaya dilakukan dengan meminimalkan jumlah tangki serta memaksimalkan daya tampungnya. 3. Vapour handling system DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 6
  • 7. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Pada operasi standar, boil-off vapor diproduksi di tangki dan liquid-filled lines oleh transfer panas dari sekitarnya. Sebuah Boil-off gas (BOG) recondenser juga diperlukan, dimana berguna untuk me-recover BOG sebagai produk dan menyediakan surge capacity untuk pompa LNG tahap 2. Sistem baru yang digunakan adalah menggunakan tekanan 0.9 MPa oleh kompresor bertekanan rendah dan pencairan menggunakan LNG sebagai pencampur. Karena tekanan sistem pencairan BOG dinaikkan bersamaan dengan tekanan keluaran maka sistem ini dapat menghemat 30-60% dibandingkan menggunakan conventional high-pressure system. Sistem ini mengadopsi teknologi cold energy storage (CES) untuk mencairkan BOG pada volume konstan dibawah fluktuasi dari LNG pada flow rate keseharian. 4. LNG vaporizers Fasilitas LNG terminals memiliki multiple parallel operating vaporizer with spares. • Open rack vaporizers dan menggunakan air laut untuk memanaskan dan menguapkan LNG. • Submerged combustion vaporizer (SCV) menggunakan sendout gas sebagai bahan bakar untuk membakar, dan menyediakan panas penguapan. 5. Open rack vaporizers Air laut menguapkan LNG melewati tube dengan laju unit sekitar 200 sampai 250 MMSCFD. 6. Submerged combustion vaporizer Berguna untuk membakar gas alam yang diambil dari sendout gas stream dan melewati panas gas pembakaran kedalam bak air yang berisi heating tubes untuk LNG. Lajunya sekitar 150 MMSCFD. 7. First stage sendout pump Beberapa pompa keluaran LNG low-head terpasang di setiap LNG storage tank. Terminal penerima yang sangat besar memiliki laju alir keluar sebesar 2 BSCFD dan laju pengeluaran kapal adalah 5 BSCFD, serta tekanan keluaran pompa sekitar 8 barg. 8. Second stage sendout pump DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 7
  • 8. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Gas keluaran biasanya diinjeksi dengan sistem distribusi tekanan gas tinggi sekitar 80 barg maka diperlukan multistaged sendout pumps. Berikut ini beberapa gambar – gambar dari LNG Receiving Terminal di beberapa wilayah : Gambar 1. 1 LNG Receiving Terminal I.2 Penggunaan Energi Listrik dalam Pembangkit Tenaga Listrik Energi dingin disini diartikan sebagai energi yang dihasilkan dari proses penguapan LNG. Energi ini digunakan untuk pembangkit listrik, proses pencairan dan pemisahan gas menjadi liquid, dan produksi pencairan H2CO3. Penggunaan energy dingin dari LNG menyebabkan penghematan energi untuk pencairan gas sebesar 40 – 50 %, 30 – 40% untuk manufaktur H2CO3 cair dan dry ice, dan 10% untuk industri kriogenik. Gambar 1. 2 Aplikasi Energi dingin dari LNG DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 8
  • 9. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Aplikasi teknologi energi dingin dapat dibagi dua, yakni teknologi konvensional dan inovatif. I.2.1. Teknologi Konvensional a. Generator Kriogenik Pada proses ini, aliran listrik dihasilkan melalui siklus Rankin berupa siklus ekpansi turbin yang diintegrasikan dengan proses penguapan LNG ( lihat Error! Reference source not found. ). Proses ini juga menggunakan Tri – Ex Vaporizer, yaitu dengan menggunakan fluida intermediet yang dapat diaplikasikan pada air laut dingin dan dapat menggunakan energi kriogenik LNG. Proses digambarkan sebagai berikut. Air laut yang merupakan fluida panas dialirkan menggunakan pompa menuju heater, dimana pada saat yang sama dialirkan gas alam yang berasal dari vaporizer II. Pada tahap ini, suhu air laut akan turun dan suhu gas alam akan naik. Kemudian air laut akan mengalir menuju vaporizer I untuk memanaskan propane yang telah dicairkan pada vaporizer II. Suhu air laut akan turun dan dikembalikan ke laut, sedangkan suhu propane akan naik dan dialirkan bersaman dengan gas alam menuju turbin. Pada turbin, gas alam akan memutar turbin I dan propane akan memutar turbin II. Propane yang telah digunakan untuk memutar turbin akan mengalir kembali menuju vaporizer II untuk dikondensasikan kembali. Gambar 1. 3 Proses Generator Kriogenik Separasi Udara Separasi udara menggunakan energi dingin LNG ( lihat Error! Reference source not found. ). Proses digambarkan sebagai berikut. Udara akan masuk ke dalam HP rectifier, sehingga mengalami kenaikan tekanan. Setelah itu, hasilnya akan mengalir menuju LP rectifier DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 9
  • 10. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal menjadi argon, oksigen, dan nitrogen cair. Nitrogen yang tidak tercairkan akan digunakan untuk sirkulasi proses, dimana nitrogen akan mengalir menuju HE untuk bertukar panas dengan LNG. Gambar 2. 1 Proses Separasi Udara Pencairan Boil – Off Gas Proses pencairan BOG ( boil – off gas ) dapat menghemat energi listrik sebesar 30 – 60% yang dibutuhkan untuk mengirim BOG, dibandingkan dengan sistem kompresi konvensional bertekanan tinggi. Teknologi penyimpanan energi dingin digunakan untuk sistem pencairan BOG yang kontinu dan stabil walaupun terdapat fluktuasi laju alir LNG ( lihat Gambar 2. 2 Proses Pencairan BOG ). Proses yang terjadi adalah pada siang hari, BOG akan dicairkan bersamaan dengan LNG, namun LNG tidak ikut tercairkan, LNG akan diuapkan menggunakan vaporizer menjadi gas alam dan BOG menjadi energi dingin yang digunakan untuk mendinginkan PCM, dimana PCM ini akan dicairkan pada malam hari untuk proses pencairan LNG. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 10
  • 11. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Gambar 2. 2 Proses Pencairan BOG Perbandingan Sistem Pengiriman BOG Sistem Pengiriman Konvensional Sistem Pencairan BOG dengan Penyimpanan DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 11 Energi Dingin BOG dikompres dengan tekanan tinggi ( 2 – 7.5 MPa ) untuk mempertahankan tekanan tangki, dan dikirim bersamaan dengan gas yang telah tervaporisasi. Dibutuhkan energi listrik yang besar untuk menaikkan tekanan BOG. BOG dikompres dengan tekanan 0.9 MPa dengan kompresor tekanan rendah dan dicampur dengan LNG, kemudian dipisahkan dengan separator, dan LNG dialirkan menuju vaporizer untuk diuapkan. Tekanan yang digunakan untuk menaikkan tekanan BOG berasal dari pompa, sistem ini dapat menghemat energi listrik kompresor BOG. Volume BOG konstan walaupun terjadi volume alir LNG yang fluktuatif akibat gas harian yang masuk menuju tangki CES. I.2.2. Teknologi Inovatif Proses Energi Kriogenik LNG Cascade
  • 12. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Proses ini mampu menukarkan panas antara sumber panas dengan sumber energi dingin (LNG) dari suhu kriogenik menjadi suhu normal, yang dapat menyuplai energi kriogenik pada empat macam industri atau lebih dalam satu kompleks. Proses dapat dilihat pada Gambar 1. 4 Proses energy kriogenik pada LNG Cascade. Dibandingkan dengan sistem non – cascade, sistem baru ini lebih efisien, hanya membutuhkan 77% energi LNG untuk menghasilkan energi kriogenik yang sama. Proses yang terjadi adalah pencairan LNG secara berulang. Tahap pertama adalah proses pencairan CO2, yang berasal dari kilang minyak, pada suhu -1600C, dimana CO2 akan ditampung pada tangki penyimpanan dan hasilnya adalah NG dan LNG yang akan digunakan pada tahap kedua. Tahap kedua adalah proses pendinginan butane yang berasal dari kilang minyak. Butane yang bersuhu 30 – 40oC akan didinginkan dengan LNG dan NG. butane yang sudah didinginkan akan disimpan dalam tangki penyimpanan dan menjadi umpan untuk pabrik petrokimia. Tahap ketiga adalah proses pendinginan air, yang akan digunakan untuk gas turbin, dimana pada gas turbin akan mengalami perubahan fasa menjadi uap. Sisa air yang tidak digunakan untuk gas turbin akan dialirkan menuju perairan perkotaan. Gas sisa akan digunakan untuk gas perkotaan. Gas ini bersuhu 10oC. Gambar 1. 4 Proses energy kriogenik pada LNG Cascade DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 12
  • 13. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal I.3 Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal • Membangun fasilitas penyediaan gas yang terpercaya, yang dapat menyediakan gas dalam volume yang besar kepada Pembangkit Listrik Tenaga Gas yang dimiliki PLN, terutama pembangkit listrik di daerah Jakarta dan Jawa Barat (hampir 60% kebutuhan listrik di Pulau Jawa berlokasi di daerah tersebut). • Melengkapi gas pipeline terutama selama penyediaan gas tidak stabil sehingga dapat menghindari terganggunya pembangkit listrik akibat tidak menentunya pasokan gas. • Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN dan untuk menghindari biaya tak tersaingi dari pembangkitan listrik. • Mendukung pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas sehingga kedua proyek ini (PLTG dan LNG receiving terminal) merupakan proyek yang terintegrasi dan memiliki efisiensi yang lebih baik. • Membawa manfaat untuk ekonomi nasional karena LNG receiving terminal merupakan rantai terakhir yang diperlukan sebagai nilai tambah LNG di Indonesia. • Merespon hukum baru tentang minyak bumi dan gas alam yang dibuat pada tahun 2001 yang bermaksud menghentikan monopli minyak bumi dan gas alam, serta untuk membuka kesempatan adanya bisnis baru pada industry ini. Namun, timbul permasalahan tentang pengadaan LNG receiving terminal, di antaranya adalah adanya penolakan dari penduduk local untuk membangun fasilitas tersebut di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, nilai heating value tiap LNG berbeda-beda tergantung tempat produksinya. Tabel 1. 1 LNG Calorific Value by Gas Producing Country Gas Producing Country LNG Calorific Value (Btu/cf) Alaska 1,009 Trinidad 1,075 Algeria 1,113 Nigeria 1,125 – 1,150 Abu Dhabi 1,136 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 13
  • 14. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Oman 1,100 – 1,150 Qatar 1,075 – 1,130 Australia 1,127 Brunei 1,127 Indonesia (Bontang) 1,114 Indonesia (Tangguh) 1,050 Malaysia 1,117 (Sumber World Gas Intelligence) Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa pada LNG receiving terminal harus sesuai dengan kriteria pengontrol/penyesuaian heating value sehingga membatasi penerimaan LNG. Hal ini berarti meskipun ada LNG yang sudah sesuai baik harga maupun kualitasnya, ada kemungkinan tidak sesuai dengan criteria atau spesifikasi. Namun, walaupun ada keterbatasan dalam heating value, ada fasilitas yang dapat ditambahkan untuk menyesuaikan heating value (misalnya, dicampur dengan LNG dengan heating value yang lebih rendah ataupun dengan menambahkan nitrogen) sehingga memungkinkan menerima LNG dengan jenis yang lebih banyak. Permasalahan yang paling penting adalah adanya kompetisi harga antara LNG dengan gas pipeline. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 14
  • 15. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal BAB II PEMBAHASAN II.1. Mesin Kalor, Siklus Carnot, dan Siklus Rankine II.1.1 Mesin Kalor (Heat Engine) Pendekatan klasik dari hukum kedua Thermodinamika adalah berdasarkan pada tinjauan makroskopik dari sifat-sifat bebas tentang struktur material atau sifat-sifat dari fluida dan molekulnya. Hal ini mengarahkan kita kepada mesin kalor, sebuah mesin yang menghasilkan kerja dari panas melalui siklus proses, contohnya adalah pembangkit tenaga (power plant) yang menggunakan steam, dimana fluida kerjanya (steam) secara periodik kembali ke keadaan awalnya. Pada power plant , secara sederhana terdapat beberapa proses berikut ini : 1. Air pada T ambient dipompa ke boiler dengan tekanan tinggi. 2. Panas dari bahan bakar (panas pembakaran dari bahan bakar fosil ataupun hasil dari reaksi kimia misalnya) dipindahkan oleh boiler ke air, sehingga mengakibatkan air berubah menjadi steam bersuhu tinggi pada P boiler. 3. Energi di-transfer sebagai kerja mesin dari steam ke sekelilingnya. Proses ini dilakukan oleh turbin misalnya, dimana steam diekspansi, diambil energi berupa suhu dan tekanannya sehingga P dan T turun. 4. Steam keluaran dari turbin ini dikondensasikan pada P dan T rendah melalui transfer panas dengan air pendingin. Hal ini sekaligus melengkapi berjalannya siklus ini. Hal yang esensial dalam semua siklus mesin kalor adalah penyerapan panas pada T tinggi dan pelepasan panas pada T yang lebih rendah yang diiringi dengan proses penghasilan kerja. Secara teoritis treatment dari mesin kalor ini memiliki dua tingkat temperatur yang menjadi karakteristik operasi dan diatur oleh reservoar kalor. Reservoar ini merupakan suatu bentuk imajiner untuk menggambarkan 2 kondisi dimana terjadi penyerapan dan pelepasan panas secara isothermal. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 15
  • 16. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Pada operasinya, fluida kerja dari mesin kalor menyerap panas (QH) dari reservoar panas, kemudian menghasilkan sejumlah kerja bersih (W), melepaskan panas (QC) dari reservoar dingin dan akhirnya kembali pada kondisi awalnya. Dengan kondisi ini, hukum I Thermodinamika menjadi : H C W = Q − Q Dan efisiensi thermal η = net work input heat input Maka : Q C Q Q H C W H T DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 16 C H H H T Q Q Q = − = − − η = = 1 1 Untuk mendapatkan efisiensi thermal 100%, QC haruslah nol. Sayangnya tidak ada satupun mesin yang mampu mencapai kondisi ini, pasti akan selalu ada panas yang dibuang ke reservoar dingin. Hal yang menentukan limit atas efisiensi adalah derajat reversibilitas dari operasinya. Dengan demikian, mesin kalor yang beroperasi secara benar-benar reversibel adalah mesin yang ideal dan disebut dengan mesin Carnot. Empat tahapan pada mesin Carnot : 1. Sebuah sistem pada awalnya berada pada kesetimbangan thermal dengan reservoar dingin pada suhu TC. Sistem ini kemudian mengalami proses adiabatik reversibel yang menyebabkan suhunya meningkat menjadi suhu di reservoar panas pada suhu TH. 2. Sistem mempertahankan kontak dengan reservoar panas pada TH dan mengalami proses isothermal reversibel. Selama panas (QH) di ambil dari reservoar panas. 3. Sistem mengalami proses adiabatik reversibel pada arah berlawanan dari tahap 1 yang membawa temperaturnya kembali pada reservoar dingin (TC). 4. Sistem mempertahankan kontak dengan reservoar pada TC dan mengalami proses isothermal reversibel pada arah yang berlawanan dengan tahap 2 dan kembali pada keadaan awalnya melalui proses pelepasan kalor (QC) ke reservoar dingin. Mesin Carnot beroperasi diantara 2 reservoir panas pada suatu cara sedemikian hingga dimana semua panas diambil pada T konstan dari reservoar panas dan semua kalor dilepas dari reservoar dingin pada T konstan pula. Semua mesin yang beroperasi diantara dua reservoar kalor adalah termasuk mesin Carnot.
  • 17. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Gambar 2. 3 Mesin Carnot Oleh karena mesin Carnot bekerja secara reversibel, maka tentu saja dapat beroperasi pada arah balikannya. Siklus balik ini disebut siklus refrijerasi reversibel, dimana kuantitas QH, QC¸ dan W adalah sama dengan siklus Carnot biasa hanya saja memiliki arah yang berlawanan. Theorema carnot menyatakan bahwa untuk dua reservoar kalor tertentu tidak ada mesin yang memiliki efisiensi thermal lebih tinggi daripada mesin Carnot. II.1.2 Siklus Carnot Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, siklus Carnot adalah siklus yang paling efisien dari operasi diantara dua tingkat temperatur yang spesifik. Dengan demikian siklus ini sangatlah cocok untuk digunakan sebagai model prospektif siklus ideal untuk pembangkit tenaga uap (vapour power plant). Seandainya bisa, tentu saja siklus ini yang akan digunakan untuk siklus pada praktek dilapangan. Namun, ada banyak kesulitan yang menyebabkan siklus ini tidak bisa diaplikasikan. Dengan mempertimbangkan menjalankan siklus Carnot dengan aliran steady pada kurva saturasi zat murni, air misalnya sebagaimana tampak pada gambar dibawah ini : DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 17
  • 18. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Gambar 2. 4 Diagram T – s siklus uap Carnot Secara ringkas proses yang terjadi adalah, air dipanaskan secara reversibel dan isothermal didalam boiler (proses 1 - 2), ekspansi secara adiabatik didalam turbin (proses 2 - 3), pengkondensasian secara isothermal dan reversibel didalam kondensor (proses 3 – 4) dan diakhiri dengan pengkompresian secara isentropik oleh kompresor menuju kondisi awal dari proses ini (proses 4 – 1). Beberapa kesulitan yang berhubungan dengan siklus ini, antara lain : • Transfer panas menuju atau dari sistem dua fasa tidaklah sulit untuk dicapai pada prakteknya, karena mempertahankan tekanan konstan pada peralatan secara otomatis akan mem-fix kan temperatur pada titik jenuhnya. Oleh karena itu, proses 1 – 2, dan 3 – 4 dapat dicapai dengan menggunakan boiler dan kondenser. Membatasi proses transfer panas menuju sistem dua fasa menyebabkan temperatur yang dapat digunakan pada siklus menjadi terbatasi. Membatasi temperatur maksimum pada siklus juga berarti membatasi efisiensi thermal. Usaha apapun untuk meningkatkan Tmax pada siklus panas akan melibatkan transfer panas menuju fluida kerja pada fasa tunggal yang tidak akan mudah untuk dicapai secara isothermal. • Proses ekspansi isentropik (2 – 3) dapat didekati/ditunjukkkan oleh turbin yang bagus. Namun demikan, kualitas steam akan terus menurun selama proses ini seperti ditunjukkan pada gambar sebelumnya. Jadi turbin harus bisa bekerja dengan steam yang memiliki kualitas rendah. Dengan kata lain, steam dengan kelembaban tinggi yang tentunya akan merusak turbin akibat dari terjadinya erosi oleh butir-butir air pada baling-baling turbin. Steam dengan kualitas kurang dari 90% tidak akan bisa dijalankan oleh DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 18
  • 19. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal turbin di power plant. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan fluida kerja yang memiliki garis uap jenuh sangat curam. • Proses kompresi isentropik (proses 4 – 1) melibatkan komposisi dari campuran cair - uap menuju kondisi cair jenuh. Ada dua kesulitan dalam proses ini, pertama bukanlah hal yang mudah untuk mengontrol proses kondensasi sedemikian hingga untuk memperoleh kualitas campuran cair – uap tertentu pada kondisi uap. Kedua tentu saja tidak praktis dan amatlah sulit untuk mendesain kompresor yang dapat bekerja pada dua fasa. Beberapa dari masalah-masalah ini dapat dieliminasi dengan menggunakan siklus Carnot pada jalan yang berbeda, misalnya pada gambar dibawah ini: Gambar 2. 5 T – s diagram siklus Carnot modifikasi Namun, siklus ini-pun memiliki kesulitan yakni kompresi isentropik pada tekanan yang sangat tinggi dan transfer panas isothermal pada variabel tekanan. Oleh karena itulah dapat disimpulkan bahwa siklus Carnot tidak dapat direpresentasikan oleh alat – alat yang sebenarnya, bukan merupakan model yang realistis untuk siklus tenaga uap, namun dapat digunakan untuk membantu memahami tentang siklus tenaga uap. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 19
  • 20. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal II.1.3 Siklus Rankine Siklus Rankine merupakan siklus ideal untuk siklus tenaga uap. Beberapa kesulitan pada siklus Carnot dapat diatasi dengan memanaskan steam di reboiler sampai mencapai kondisi superheated dan mengkondensasikannya secara keseluruhan dikondenser. Hal ini bisa dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2. 6 Siklus Rankine Sederhana Siklus Rankine ideal tidak melibatkan irreversibel internal dan terdiri dari 4 tahapan proses : • 1 – 2 merupakan proses kompresi isentropik dengan pompa. • 2 – 3 Penambahan panas dalam boiler pada P = konstan. • 3 – 4 Ekspansi isentropik kedalam turbin. • 4 – 1 Pelepasan panas didalam kondenser pada P = konstan. Berikut ini lay-out fisik dari siklus Rankine : Gambar 2. 7 Lay-out Fisik dari Siklus Rankine DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 20
  • 21. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Air masuk pompa pada kondisi 1 sebagai cairan jenuh dan dikompresi sampai tekanan operasi boiler. Temperatur air akan meningkat selama kompresi isentropik ini melalui sedikit pengurangan dari volume spesifik air. Jarak vertikal antara 1 – 2 pada T – s diagram ini biasanya dilebihkan untuk lebih amannya proses. Air memasuki boiler sebagai cairan terkompresi pada kondisi 2 dan akan menjadi uap superheated pada kondisi 3. Dimana panas diberikan oleh boiler ke air pada T tetap. Boiler dan seluruh bagian yang menghasilkan steam ini disebut sebagai steam generator. Uap superheated pada kondisi 3 kemudian akan memasuki turbin untuk diekspansi secara isentropik dan akan menghasilkan kerja untuk memutar shaft yang terhubung dengan generator listrik sehingga dihasilkanlah listrik. P dan T dari steam akan turun selama proses ini menuju keadaan 4 dimana steam akan masuk kondenser dan biasanya sudah berupa uap jenuh. Steam ini akan dicairkan pada P konstan didalam kondenser dan akan meninggalkan kondenser sebagai cairan jenuh yang akan masuk pompa untuk melengkapi siklus ini. Ingat bahwa data dibawah kurva proses pada diagram T – s menunjukkan transfer panas untuk proses reversibel internal. Area dibawah kurva proses 2 – 3 menunjukkan panas yang ditransfer ke boiler, dan area dibawah kurva proses 4 – 1 menunjukkan panas yang dilepaskan di kondenser. Perbedaan dari kedua aliran ini adalah kerja netto yang dihasilkan selama siklus. II.1.4 Analisa Energi pada Siklus Rankine Analisis energi ini dilihat dari tiap komponen (alat-alat) yang terdapat pada siklus Rankine dengan menggunakan asumsi bahwa komponen-komponen tersebut bekerja pada aliran steady. Persamaan energi untuk system yang alirannya steady yaitu: ΔE = m(h+Ep+Ek)i – m(h+Ek+Ep)e + Q – W 0 = hi – he + Q – W Q - W = he – hi Persamaan energi untuk masing-masing komponen dapat ditulis: 9 Pompa (Q = 0) Æ Wpompa,in = h2 – h1 9 Boiler (W = 0) Æ Qin = h3 – h2 9 Turbin (Q = 0) Æ Wturb,out = h3 – h4 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 21
  • 22. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 9 Condenser (W = 0) Æ Qout = h4 – h1 Berdasarkan hal diatas diperoleh Wnet yaitu : Wnet = Qin – Qout = Wturb,out – Wpompa,in Efisiensi termal siklus Rankine dapat ditulis : out Q Q in W η = net = 1 − Q in Pada kenyataannya terdapat penyimpangan dalam siklus Rankine yang terjadi karena: 1. adanya friksi fluida yang menyebabkan turunnya tekanan di boiler dan condenser sehingga tekanan steam saat keluar boiler sangat rendah sehingga kerja yang dihasilkan turbin (Wout) menurun dan efisiensinya menurun. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan tekanan fluida yang masuk. 2. adanya kalor yang hilang ke lingkungan sehingga kalor yang diperlukan (Qin) dalam proses bertambah sehingga efisiensi termalnya berkurang Penyimpangan pada siklus Rankine ditunjukkan oleh gambar dibawah ini: DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 22
  • 23. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Penyimpangan ini terjadi karena adanya irreversibilitas yang terjadi pada pompa dan turbin sehingga pompa membutuhkan kerja (Win) yang lebih besar dan turbin menghasilkan kerja (Wout) yang lebih rendah seperti pada grafik dibawah ini: Efisiensi pompa dan turbin yang mengalami irreversibilitas dapat dihitung dengan: W W η DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 23 h − h 2 1 2 1 a s s a s T s a a P h − h 3 4 h h W h h W − 3 4 = = − = = η Dimana: 9 2a & 4a Æ menyatakan keadaan yang sebenarnya pada turbin dan pompa 9 2a & 4s Æ menyatakan keadaan isentropic. II.1.5 Solusi Penyimpangan Siklus Rankine Peningkatan Efisiensi 1. Menurunkan tekanan kondensor Æ Batasan : P < Psat Æ Kelemahan : ~ Timbul kebocoran udara ~ x steam masuk turbin rendah ~ Menurunkan efisiensi turbin ~ Mengerosi bagian turbin.
  • 24. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Memanaskan steam hingga kondisi superheated pada temperatur yang tinggi Æ Meningkatkan Trata-rata Æ Kadar air dalam steam keluar turbin ↓ Æ Batasan : T > 6200C Meningkatkan tekanan boiler Æ T dalam boiler ↑ Æ Kelemahan : kadar air dalam steam keluar turbin ↑ Æ Solusi : dengan pemanasan kembali Pemanasan Ulang • Meningkatkan P boiler sehingga akan dengan meningkatkan efisiensi siklus dan melembabkan keluaran turbin. • Solusi: Memanaskan steam hingga suhu sangat tinggi sebelum masuk turbin. Mengekspansi 2 tahap pada turbin dimana diantara tahapan tersebut, steam dipanaskan. • Tahap : steam masuk turbin Æ ekspansi 1 (HP turbin, sampai P menengah) Æ pemanasan ulang (boiler, pada P tetap) Æ ekspansi 2 (LP turbin) • Proses single reheat (satu kali pemanasan kembali) dapat meningkatkan efisiensi sebesar 4 - 5%. Gambar 2. 8 Solusi penyimpangan siklus Rankine DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 24
  • 25. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Regenerasi • Cara meningkatkan T liquid yang meninggalkan pompa: – Mengkompres liquid secara isentropik hingga memiliki suhu yang tinggi. – Mentransfer panas dari steam yang telah diekspansi kepada air umpan boiler yang digunakan untuk regenerasi. • Regenerasi: mengeluarkan steam sedikit dari dari turbin pada titik-titik yang berbeda. Steam ini digunakan untuk memanaskan air umpan. • Peralatan dimana air umpan dipanaskan melalui proses regenerasi disebut regenerator atau pemanas air. Dengan regenerasi, efisiensi termal dari siklus Rankine akan meningkat. Hal ini karena adanya kenaikan temperatur rata-rata dari kalor yang diberi untuk steam di boiler dengan cara peningkatan suhu dari air sebelum masuk ke boiler. Dimana efiensi akan meningkat jika pemanasan air umpan ditingkatkan. II.2 Sifat-sifat dan Kinerja Refrigeran (R134A dan Propana) Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut panas, sehingga panas tersebut diserap dari evaporator ( temperatur rendah ) dan dilepaskan ke kondensor ( temperatur tinggi ). Pemilihan refrigeran pada mesin pendingin merupakan faktor yang menentukan karena dapat mempengaruhi efisiensi dari mesin itu sendiri. Unit-unit refrigerasi banyak dipergunakan untuk daerah temperatur yang luas, dari unit untuk keperluan pendinginan udara sampai refrigerasi. Untuk unit refrigerasi tersebut diatas, hendaknya dapat dipilih jenis refrigeran yang paling sesuai dengan jenis kompresor yang dipakai dan karakteristik thermodinamikanya yang antara lain meliputi temperatur penguapan dan tekanan penguapan serta temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan. II.2.1 Sifat-Sifat Refrigeran yang Wajib a. Tekanan penguapan harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 25
  • 26. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal b. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil. c. Kalor laten penguapan harus tinggi. Refrigeran yang mempunyai kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil. d. Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil. Refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil ( berat jenis yang besar ) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih kecil. Namun, untuk unit pendingin air sentrifugal yang kecil lebih dikehendaki refrigeran dengan volume spesifik yang agak besar. Hal tersebut diperlukan untuk menaikkan jumlah gas yang bersirkulasi, sehingga dapat mencegah menurunnya efisiensi kompresor sentrifugal. e. Koefisien prestasi harus tinggi. Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi. f. Konduktivitas termal yang tinggi. Konduktivitas termal sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor. g. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas. Dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang. h. Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut dibawah ini sangat penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor hermetik. i. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi. j. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang. k. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 26
  • 27. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan sedikit lebih tinggi dari pada tekanan atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya kebocoran udara luar masuk sistem refrigeran karena kemungkinan adanya vakum pada seksi masuk kompresor (pada tekanan rendah). Selain itu dapat dicegah turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan kompresi, yang dapat disebabkan karena berkurangnya tekanan dibagian tekanan rendah. Itulah sebabnya mengapa titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Boleh dikatakan bahwa refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasannya dipakai untuk keperluan operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi), sedangkan refrigeran yang memiliki titik didih tinggi digunakan untuk keperluan pendinginan temperatur tinggi (pendinginan udara). Jadi titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran dapat menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi pada tekanan yang tidak terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500, R502, ammonia dan sebagainya dapat dipakai untuk daerah temperatur yang luas, dari keperluan pendinginan udara sampai ke refrigerasi. II.2.2 Kelompok-Kelompok Refrigeran Senyawa kimia sintetis yang tidak beracun dan tidak mudah terbakar disebut halogenated hydrocarbon, atau lebih sederhananya disebut dengan halocarbons, dimana penggunaannya hanya untuk kepentingan sistem pendinginan kompresi uap untuk kenyamanan sistem pengkondisian udara semenjak tahun 1986. Disebabkan oleh Chlorofluorcarbons (CFCs) menipiskan lapisan ozon dan pemanasan global, dan ini harus dihindari. Klasifikasi utama dari refrigeran adalah : • Hydroflurocarbons (HFCs). Hanya berisi atom hydrogen, fluorine dan carbon, tidak menyebabkan lapisan ozon menipis. Kelompok HFCs adalah : R134a, R32, R125, dan R245ca. • HFCs campuran azeotropic atau HFCs azeotropic. Azeotropic adalah suatu zat campuran multi komponen dari refrigeran yang mudah menguap dan mengembun dan tidak berubah komposisi volumetriknya atau temperatur jenuh jika zat tersebut menguap atau mengembun pada tekanan konstan. HFCs azeotropic dapat bercampur dengan refrigeran HFCs. ASHRAE menetapkan angka antara 500 dan 599 untuk azeotropic. HFCs azeotropic R507, campuran dari R125/R143, biasa dipergunakan untuk refrigeran pada sistem pengkondisian udara kompresi uap temperatur rendah. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 27
  • 28. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal • HFCs hampir berupa azeotropic. Adalah campuran refrigeran yang karakteristiknya hampir berupa azeotropic. Sebab perubahan komposisi volumtrik atau temperatur jenuh cukup kecil untuk mendekati azeotropic, seperti yang demikian, pada temperatur 1 – 2 oF, dan itu dinamakan HFCs mendekati azeotropic. ASHRAE menetapkan angka antara 400 dan 499 untuk zeotropic. R404A (R125/R134a) dan R407B(R32/R125/R134a) adalah kelompok yang mendekati HFCs azeotropic. Refrigeran ini secara luas digunakan pada sistem pendingin kompresi uap. • Zeotropic atau nonazeotropic, termasuk kedalamnya hampir berupa azeotropic, seharusnya menunjukkan perubahan komposisi pada perbedaan antara cairan dan phase uap, kebocoran atau kehilangan, perbedaan antara isi dan sirkulasi. HFCs mendekati azeotropic memiliki gerakan yang lambat dari pada zeotropic. Titik pertengahan antara titik embun dan titik gelembung seringkali diambil sebagai campuran refrigeran selama temperatur penguapan dan pengembunan berlangsung. • Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) dan Zeotropic. HCFCs mengandung atom hydrogen, chlorine, fluorine, dan carbon dan tidak sepenuhnya halogeneted. HCFCs memiliki waktu yang lama untuk hidup di atmosfir (selama hampir satu dasawarsa atau sepuluh tahun) sehingga dapat menyebabkan menipisnya lapisan ozon (ODP 0,02 – 0,1). R22, R123, R124 dan seterusnya adalah kelompok HCFCs. HCFCs secara umum dimana-mana selalu digunakan. HCFCs hampir berupa azeotropic dan HCFCs zeotropic adalah campuran dari HCFCs dengan HFCs. Kelompok refrigeran ini penggunaannya dibatasi sampai tahun 2004. • Campuran inorganic. Campuran ini digunakan pada tahun 1931, seperti ammonia R717, water R718 dan udara R729. Kelompok ini masih digunakan karena tidak mengakibatkan tipisnya lapisan ozon. Amoniak hanya digunakan untuk keperluan industri saja karena sifat beracun dan mudah terbakar dilarang untuk digunakan secara umum. Campuran inorganic oleh ASHRAE ditetapkan dengan nomor 700 dan 799. • Chlorofluorocarbons, Halon dan Azeotropic. CFCs hanya memiliki kandungan atom chlorine, fluorine dan carbon. CFCs memiliki waktu yanglama untuk hidup di atmosfir dan menyebabkan tipisnya lapisan ozon (ODP 0,6 – 1). Kelompok refrigeran ini adalah : R11, R12, R113, R114, R115 dan sejenisnya. Halon atau BFCs terdiri dari atom bromide, fluorine dan carbon. Termasuk kedalam kelompok ini adalah : R13B1 dan R12B1. Jenis ini sangat tinggi untuk merusak dan mengakibatkan tipisnya lapisan ozon (ODP untuk R13B1 adalah DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 28
  • 29. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal 10). Sejak tahun 1995, R13B1 digunakan untuk sistem pengkondisi udara kompresi uap dengan temperatur yang sangat rendah. II.2.3 Pemanfaatan Hidrokarbon sebagai Alternatif Refrijeran Alternatif Issue pengaruh dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan refrigeran begitu marak pada saat ini. Pada awalnya mengenai ODS (Ozone Depleting Substance), dan berlanjut pada saat ini mengenai GWP (Global Warming Potenisial). Issue-issue tersebut mendorong berbagai pihak terutama kalangan peneliti maupun produsen mencari refrigeran yang aman terhadap lingkungan. Dengan latar belakang ini mereka mencoba kembali menggunakan refrigeran hidrokarbon, seperti kita ketahui bahwa pada awal mesin refrigerasi kompresi uap ditemukan hidrokarbon sudah digunakan. Pada saat ini refrigeran hidrokarbon dipersiapkan sebagai refrigeran alternatif untuk digunkan sebagai pengganti CFC12, HFC134a dan HCFC22. Powell (2002) menerangkan bebeapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran pengganti, yakni: 1. Memiliki sifat-sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang diharapkan tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan tekanan refrigeran lama yang ber-klorin. 2. Tidak mudah terbakar. 3. Tidak beracun. 4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin refrigerasi. 5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh satu jenis refrigeran ramah lingkungan. Setelah periode CFCs, R22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan di dalam mesin refrigerasi dan pengkondisian udara. Saat ini beberapa perusahaan pembuat mesin-mesin refrigerasi masih menggunakan refrigeran R22 dalam produk-produk mereka. Meski refrigeran ini, termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapuskan pada tahun 2030 (untuk negara maju), namun beberapa negara Eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya Swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainnya pada mesin refrigerasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 29
  • 30. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Jerman mengijinkan penggunaan HCFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31 Desember 1999. Protokol Montreal memaksa para peneliti dan industri refrigerasi membuat refrigeran sintetis baru, HFCs (Hydro Fluoro Carbons) untuk menggantikan refrigeran lama yang ber-klorin yang dituduh menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon. Saat ini, HCFCs (yang pada dasarnya merupakan pengganti transisional untuk CFCs) telah memiliki 2 kandidat pengganti, yakni R410A (campuran dengan sifat mendekati zeotrop) dan R407C (campuran azeotrop) Hidrokarbon Propana (R290) juga berpotensi menjadi pengganti R22. R407C merupakan campuran antara R32/125/132a dengan komposisi 23/25/52, sedangkan R410A adalah campuran R32/125 dengan komposisi 50/50. Saat ini, beberapa perusahaan terkemuka di bidang refrigerasi dan pengkonsian udara telah menggunakan R410A dalam produk mereka. II.2.4 Pemilihan Fluida Kerja pada LNG Receiving Terminal Pada siklus Rankine, fluida kerja adalah fluida yang digunakan sebagai medium perpindahan energi pada proses yang berulang (siklus). Seperti yang terdapat pada gambar di atas, di dalam siklus Rankine fluida kerja digunakan kembali secara terus-menerus Karen aterdapat dalam suatu siklus. Hal ini menyebabkan penggunaan fluida kerja dapat berfungsi optimal dan seefisien mungkin. Selain sebagai medium perpindahan energi, fluida kerja yang digunakan suatu siklus juga berperan dalam mempengaruhi efisiensi dari sebuah siklus Rankine. Hal ini dikarenakan jangkauan temperatur yang dapat dicapai oleh tiap fluida berbeda-beda. Apabila yang digunakan sebagai fluida kerja adalah air, jangkauan temperaturnya dapat mencapai 565 0C pada masukan turbin (harga temperatur yang sama dengan creep limit dari bahan stainless steel) dan 30 0C pada kondenser. Pada jangkauan ini, efisiensi Carnot teoritisnya berkisar pada nilai 63%. Dengan efisiensi yang cukup tinggi ini, siklus Rankine merupakan pilihan yang paling reasonable dan digemari dalam pembuatan power plant. Meskipun pada beberapa negara power plant berbasis bahan bakar batu bara masih menjadi pilihan utama dikarenakan sumber daya batu bara mereka yang melimpah. Beberapa negara juga menggunakan power plant berbasis teknologi nuklir sebagai pilihan utama karena dapat menghasilkan daya listrik yang lebih besar. Mengenai pilihan penggunaan fluida kerja sendiri dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan serta kondisi operasi dari siklus Rankine yang akan dijalankan. Air menjadi pilihan DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 30
  • 31. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal yang paling umum pada proses-proses konvensional. Akan tetapi, pada penggunaan temperatur turbin yang tinggi, penggunaan air cukup dihindari karena uap air pada suhu yang tinggi memiliki tingkat korosifitas yang lebih tinggi. Berikut adalah beberapa pilihan fluida kerja yang biasa dipakai dalam siklus Rankine. • Air (H2O). Di antara semua fluida kerja yang tersedia, air merupakan fluida kerja yang paling ekonomis. Perubahan wujud air menjadi uap (steam) pada suhu 100 0C dapat menyebabkan tingkat energi antara kondensor dan evaporator menjadi lebih tinggi (dengan kalor laten penguapannya 40,65 kJ/g mol). Selain itu, karena kebanyakan alat yang terlibat di dalam siklus Rankine (seperti pompa, kondensor, evaporator maupun turbin) umumnya didisain untuk penggunaan air atau steam, penggunaan air maupun steam menjadi lebih disukai karena untuk spesifikasi siklus yang berbeda alat yang dibutuhkan lebih mudah ditemukan. Akan tetapi, sifat korosif air pada suhu yang terlalu tinggi menyebabkan penggunaan air ataupun steam sebagai fluida kerja sering dibatasi pada suhu yang tidak telalu tinggi. • Ammonia (NH3). Meskipun fluida kerja ini memiliki nilai kalor laten penguapan yang lebih kecil dari air (23,35 kJ/g mol), ammonia sering digunakan untuk kondisi operasi temperatur yang lebih rendah, di mana pada kondisi tersebut air telah mengalami pembekuan. Titik leleh ammonia yang relatif rendah (191,7 K) menjadikan ammonia fluida kerja yang umumnya digunakan untuk kondisi operasi temperatur rendah. • Refrigeran haloalkana. Refrigeran jenis ini merupakan refrigeran yang umum ditemui pada berbagai jenis siklus Carnot maupun siklus Rankine, sampai beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi, efek negatif sebagian besar senyawa jenis ini terhadap lapisan ozon dan merupakan kontibutor pemanasan global menjadikan penggunaan refrigeran haloalkana mulai ditinggalkan. Diantara refrigeran haloalkana yang masih cukup luas digunakan adalah 1,1,1,2-Tetrafluoroethane (R-134a). Senyawa ini dikatakan tidak memiliki potensi deplesi ozon, serta memiliki properti termodinamik yang mirip dengan R-12 CFC yang dulu amat umum digunakan sebagai zat refrigeran. Tetapi banyak yang mengatakan bahwa R-134a masih memiliki peran yang cukup besar pada pemanasan global dengan potensi pemanasan global (GWP100) sebesar 1300 dan secara teoritis berkontribusi pada perubahan iklim. Selain itu R-134a juga diklaim dapat menyebabkan hujan asam karena terkonversi menjadi asam trifloroasetat melalui reaksi radikal pada atmosfer. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 31
  • 32. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal • Fluida organik. Berbeda dengan siklus Rankine terdapat pada umumnya, siklus Rankine yang menggunakan fluida kerja organik yang memiliki massa molekul tinggi biasanya disebut dengan ORC (Organic Rankine Cycle). ORC memungkinkan terjadinya recovery panas dari temperatur temperatur rendah seperti industrial waste heat, panas geotermal, dsb. Untuk dapat memilih fluida kerja yang sesuai dengan siklus yang akan dijalankan, serta agar fluida kerja dapat beroperasi secara optimal, beberapa hal berikut perlu dipertimbangkan. • Kurva Saturation Vapor Isentropik dari fluida tersebut. Dikarenakan LNG power generator yang menggunakan ORC dengan fluida kerja seperti propane, iso-pentana atau toluena bertujuan untuk men-recovery energi panas tingkat rendah, pendekatan superheated seperti siklus Rankine sederhana tidak sesuai. Untuk itu, superheating kecil pada exhaust evaporator selalui dipersiapkan, Karena adanya kekurangan berupa wet fluid (yang berbentuk 2 fasa pada akhir ekspansi). Untuk mendapatkan dry fluid, regenerator harus digunakan. • Titik beku dan stabilitas fluida kerja pada temperatur operasi yang diinginkan. Dimana titik beku seharusnya lebih rendah dari temperatur terendah pada siklus. Fluida kerja harus stabil pada suhu tinggi atau minimum pada suhu operasi yang diinginkan, fluida kerja organik cenderung terdekomposisi pada suhu tinggi. • Panas penguapan serta densitas yang tinggi. Fluida dengan kalor laten dan densitas yang tinggi akan mengabsorb lebih banyak energi dari sumber pada bagian evaporasi dan karenanya mengurangi kebutuhan laju alir. • Dampak lingkungan yang minimal. Parameter yang dilihat pada dampak lingkungan suatu fluida kerja adalah pengaruhnya terhadap deplesi ozon dan pemanasan global. • Tingkat keamanan fluida kerja, terutama pada kondisi operasi yang diinginkan dan sifat korosifitasnya terhadap bahan. Fluida kerja disaran tidak korosif, tidak mengandung racun dan tidak mudah terbakar. • Ketersediaan fluida kerja serta biaya yang rendah. • Tekanan yang dapat diterima pada sistem operasi dan peralatan. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 32
  • 33. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal II.3. Gas Material, Processing and Power Technologies di Osaka Gas II.3.1 IPP Plant of Osaka Gas (Torishima Energy Centre) Osaka Gas telah membuat kontrak dengan Kansai Elektronik Co. pada tahun 1996 dalam hal pembangkit listrik. Kontrak ini akan berlangsung selama 15 tahun dan berlangsung dari tahun 2002 hingga 2016. Pembangkit listrik ini mampu membangkitkan daya hingga 150 MW. Sistem terdiri dari 145 MW gas turbin yang dikombinasikan secara siklus dan 5 MW gas pressure recovery. Efisiensi produk ini adalah 50 %. Sistem ini amat ramah terhadap lingkungan karena emisi NOx yang dihasilkan hanya sebesar 4 ppm (O2 = 16 %). II.3.2 Flow System Gambar 2. 9 Sistem flow IPP Plant Osaka gas mengimpor gas alam (LNG). LNG berwujud cair dengan temperatur -160 oC. Jika energi dingin yang dimiliki oleh LNG dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, akan mungkin menghasilkan energi listrik sebesar 240 KWh setiap ton LNG yang digunakan. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 33
  • 34. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Sistem yang merubah LNG cair ini menjadi energi listrik melalui turbin adalah sistem pembangkit listrik menggunakan LNG dingin. Karena terdapat perbedaan permintaan LNG antara musim panas dan dingin maka rata-rata penggunaan LNG dalam hal ini sebesar 20 % dari jumlah yang diimpor setiap tahunnya. Dalam rangka melakukan penghematan energi, Osaka Gas menilai penggunaan energi dingin untuk pembangkit listrik ini amatlah esensial. II.3.3 Cara Kerja Sistem Pembangkit Listrik Gambar 2. 10 Diagram alir proses pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi LNG dingin Pada sistem ini terdapat tiga jenis sistem yang sedang dioperasikan. Sistem yang pertama adalah sistem siklus Rankine dimana fluida intermediet digunakan untuk menggunakan turbin. Yang kedua adalah sistem NG direct expansion yang menguapkan gas alam yang akan DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 34
  • 35. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal menggerakkan turbin. Yang ketiga adalah kombinasi dari siklus Rankine dan NG direct expansion. Osaka Gas menggunakan propane atau freon sebagai fluida intermediet sistem untuk siklus Rankine. Sekarang, Osaka Gas sudah mensubtitusi freon yang digunakan. LNG ditekan hingga tekanannya mencapai 35-45 Kgf/cm2g dengan pompa LNG. Panas akan ditukar dengan gas propana pada LNG vaporizer. LNG ini akan dipanaskan hingga suhunya mencapi -50 oC. Dan panas ditukar dengan air laut untuk dipanaskan di NG trim heater. Propana yang dikondensasikan di LNG vaporizer dinaikkan tekanannya dengan pompa propana dan dikirim ke propane vaporizer untuk diuapkan pada tekanan yang berhubungan dengan tekanan air laut. Gas propana yang sudah diuapkan digunakan untuk menggerakkan turbin, mengalami proses ekspansi dan menciptakan energi listrik. Propana keluaran turbin dikirimkan ke LNG vaporizer kembali dan dikondensasikan dengan LNG dingin. II.3.3 Kelebihan dan Kekurangan LNG Cold Utilizing Power Generation System Kelebihan utama pada LNG power generation system umumnya pada kemudahan pengoperasian sistem sementara kekurangan utamanya adalah daya listrik yang dihasilkannya tidak terlalu besar. Berikut ini detail kelebihan dan kekurangannya : Kelebihan: • Efisiensi energi, dimana dingin yang dilepaskan ke air laut tidak tersia-siakan begitu saja. Energi dingin ini dapat dimanfaatkan untuk nilai ekonomis yang lebih besar. • Penggunan air laut sebagai medium pemanas memungkinkan biaya operasi pada NG Trim Heater dapat diminimumkan atau bahkan diabaikan. • Sistem yang tersusun dari jumlah unit yang sedikit menyebabkan secara ekonomi sistem ini tidak mengkonsumsi banyak energi pada pengoperasiannya. • Prinsip kerja dari sistem ini adalah siklus Rankine yang telah umum digunakan, sehingga proses troubleshooting lebih mudah dilakukan. • Jika karena suatu hal power generation system tidak dapat dijalankan, fasilitas penguapan LNG tidak perlu mengalami shutdown karena fluida intermediat dapat dialirkan melalui katup bypass. • Sistem dapat dioperasikan bahkan jika permintaan gas mengalami short peak load time. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 35
  • 36. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Kekurangan: • Pada stasiun LNG yang tidak terlalu besar, jumlah energi listrik yang dihasilkan mungkin tidak terlalu signifikan. Hal ini dapat menjadikan proses menjadi tidak efisien. • Dingin yang dilepaskan ke air laut (panas yang diambil dari air laut) dapat mengganggu keseimbangan ekosistem pada situs tempat air laut pemanas tersebut diambil. Hal ini dikarenakan sebagian besar fitoplankton akan berada dalam kondisi dorman apabila mereka berada dalam kondisi suhu yang terlalu dingin (umumnya berada dibawah 4 0C). DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 36
  • 37. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal BAB III JAWABAN PEMICU 1. Perkiraan kondisi (suhu, tekanan, dan fasa) aliran fluida pada gambar 2.6 Gambar 3. 1 Siklus Propana Berikut adalah alur pengerjaan yang akan dilakukan : Ada dua aliran pada LNG receiving terminal. Yang pertama adalah aliran LNG dan yang kedua adalah propana. Karena basis yang diketahui adalah laju alir LNG, maka perhitungan dimulai dengan proses dari LNG storage. Perhitungan siklus propana bergantung pada aliran LNG karena kalor yang diterima LNG berasal dari kalor yang dilepaskan propana. Perhitungan keseluruhan proses dilakukan secara simultan dengan diawali perhitungan pada aliran LNG. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 37
  • 38. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Aliran masuk dari LNG storage Suhu -160 oC Tekanan 1,153 bar Fasa Liquid LNG keluaran LNG vaporizer Suhu -50 oC Tekanan 6.5 bar Fasa 1 fasa (vapor) Propana keluaran LNG vaporizer Suhu -48.16 0C Tekanan 0.5 bar Fasa Liquid Propana keluaran propane vaporizer Suhu 48.76 0C Tekanan 12.4 bar Fasa Gas (vapour) Propana keluaran turbin (masukan LNG vaporizer) Suhu -42.49 0C Tekanan 1 bar Fasa Steam 90 % DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 38
  • 39. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal P = 500 kPaT= - 32,56 C 2. Perkiraan daya dalam kW yang dapat dihasilkan sistem turbin/generator bila laju alir LNG 150 ton/jam dan tekanan keluaran LNG pump adalah 35 – 45 kgf/cm2gauge. Algoritma perhitungan : • Mengasumsikan tekanan dan temperatur turbin Æ didapat nilai entalpi dan entropi dari hysis • Menghitung fraksi uap pada kondisi isentropik dimana S2 = S3 (kondisi 2 dan 3 dilihat pada siklus Rankine) • Mencari entalpi H3 • Mencari selisih entalpi kondisi 2 dan kondisi 3 • Mengasumsikan tekanan pada kondisi 4 (saturated liquid) Æ didapat nilai H4 dari Hysis • Menghitung Q kondenser • Mengasumsikan properti propana (liquid) ke pompa berupa temperatur dan tekanan Æ didapat nilai laju alir volumetrik (Perry’s) • Menghitung entalpi kondisi 1 • Menghitung Q boiler DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 39 P = 150 kPa T= -32,84 C Sat liquid P = 300 kPa T= - 13,7 C Sat P = 300 kPa T= - 13,7 C Sat
  • 40. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal • Mencari laju alir propana dengan mengasumsikan power rating turbin (yang biasa digunakan dalam stasiun pembangkit, kami menggunakan dari Geothermal) • Menghitung daya yang dihasilkan turbin a. Perhitungan dengan Piranti Lunak Hysys 3.1 Asumsi yang digunakan dalam melakukan simulasi perhitungan : • Laju alir propana dan air laut yang digunakan sama dengan laju alir LNG yakni 150 ton/jam. • Tekanan propana hasil keluaran turbin adalah 1 bar dengan kualitas 90 % steam. • Air laut yang digunakan sudah dipisahkan dari garam – garamnya sehingga hanya H2O, memiliki suhu 320C dan tekanan atmosferik. • Tekanan keluaran pompa sirkulasi propana adalah 12 bar. • Fluida kerja yang masuk ke turbin tidak semuanya berubah menjadi liquid ketika keluar dari turbin (asumsi masih ada 30% uap pada fluida keluaran turbin). Berikut ini hasil perhitungan dengan menggunakan simulator Hysys 3.1 : DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 40
  • 41. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Dari hasil simulasi ini diperoleh daya listrik yang dihasilkan sebesar 1.037 x 104 kW, atau setara dengan 10.37 MW (lebih kecil sedikit dibanding daya listrik yang dihasilkan dari satu sumur Geothermal terbesar di Indonesia). 3. Hasil perhitungan anda apabila fluida kerja adalah R-134a. Asumsi yang digunakan dalam melakukan simulasi perhitungan : • Laju alir R-134a dan air laut yang digunakan sama dengan laju alir LNG yakni 150 ton/jam. • Tekanan R-134a hasil keluaran turbin adalah 1 bar dengan kualitas 90 % steam. • Air laut yang digunakan sudah dipisahkan dari garam – garamnya sehingga hanya H2O, memiliki suhu 320C dan tekanan atmosferik. • Tekanan keluaran pompa sirkulasi propana adalah 12 bar. • Fluida kerja yang masuk ke turbin tidak semuanya berubah menjadi liquid ketika keluar dari turbin (asumsi masih ada 30% uap pada fluida keluaran turbin). Berikut ini hasil perhitungan dengan menggunakan simulator Hysys 3.1 : DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 41
  • 42. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Dari hasil simulasi ini diperoleh daya listrik yang dihasilkan sebesar 5128 kW, atau setara dengan 5.13 MW. Dari kedua penggunaaan fluida kerja yang berbeda ini didapatkan hasil keluaran energi listrik yang berbeda. Hasil energi listrik dengan menggunakan propana lebih tinggi daripada dengan menggunakan R-134a. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan properti dari masing-masing fluida kerja. Berikut ini beberapa analisisnya : • Kapasitas panas, LNG yang dikeluarkan dari tanki penyimpanan menuju LNG vaporizer memiliki energi dingin yang sangat besar. Suhu target yang ingin dicapai LNG setelah keluar dari LNG vaporizer adalah -50oC. Untuk mencapai suhu ini, propana dibutuhkan laju alir sebesar 280 ton/jam sedangkan untuk R134-a dibutuhkan 250 ton/jam. Kapasitas panas didefinisikan sebagai jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu fluida sebesar 10C. Menurut persamaan energi panas Q = m. c. ΔT , dengan Q dan delta T yang sama, sedangkan c adalah kapasitas panas masing-masing fluida, dalam hal ini R-134a dan propane yang nilainya adalah spesifik untuk masing-masing fluida. Maka lebih besarnya laju alir propana yang dibutuhkan dibanding R-134a, dengan perpindahan kalor yang sama dari LNG, dapat disimpulkan bahwa kapasitas panas propana lebih rendah dibandingkan kapasitas panas R-134a. Dengan demikian, untuk menaikkan/menurunkan suhu propana 10C dibutuhkan lebih sedikit/akan dilepaskan lebih sedikit kalor dibandingkan R-134a. Berarti dengan laju alir LNG tertentu, dengan jumlah energi dingin yang sama, bisa digunakan fluida kerja yang lebih banyak jika digunakan propana, Tentunya semakin banyak fluida kerja yang mengalir dalam sistem akan menghasilkan listrik yang lebih besar. • Titik didih Titik didih propana yang relatif lebih rendah dibadingkan dengan R-134a yaitu sebesar -42oC dan R134a sebesar -26,22 oC. Suhu ini menunjukkan bahwa pada keadaan atmosferik, suhu dimana propana berwujud cair lebih rendah dibandingkan suhu R-134a berbentuk cair. Sehingga hanya dibutuhkan energi lebih sedikit untuk menguapkan propana dibandingkan untuk menguapkan R-134a. Apabila energi kalor yang diberikan untuk menguapkan propana pada propana vaporizer sama dengan energi kalor yang diberikan oleh DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 42
  • 43. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal R-134a, maka suhu dan enthalpi dari propana akan lebih besar daripada R-134a, akibatnya listrik yang dihasilkan propana juga akan lebih besar karena pada prinsipnya energi yang dirubah menjadi listrik oleh turbin adalah energi dalam bentuk panas dan entalphi dari fluida kerja. • Kalor Laten Penguapan (Lv) Jika dihubungkan dengan kalor laten, kalor laten penguapan propana yang lebih kecil daripada kalor laten penguapan R-134a menunjukkan bahwa dengan jumlah energi kalor yang diberikan oleh Propana / R-134a vaporizer sama , maka akan ada lebih banyak energi tersisa untuk menaikkan temperatur dari propana dibandingkan dengan R-134a. Konsekuensinya, sama seperti sebelumnya, propana akan menghasilkan energi listrik yang lebih besar dibandingkan dengan R-134a karena memiliki suhu dan enthalpi yang lebih tinggi. b. Algoritma Perhitungan jika Melakukan Perhitungan Manual Pembuatan algoritma ini berdasarkan pada neraca massa dan energi dengan acuan Hukum Thermodinamika 1 dan ,2 pada sistem pembangkit listrik tenaga dingin ini. Tujuannya adalah lebih kepada mengetahui logika berpikir secara kualitatif untuk mengetahui secara lebih mendalam seperti apa alur perhitungan yang terjadi didalam Hysys sebagaimana yang telah dilakukan diatas. Algoritma perhitungan manual ini dibatasi pada pertukaran kalor yang terjadi antara LNG dengan fluida kerja, kemudian fluida kerja mengalami proses selanjutnya sehingga menghasilkan listrik. Algoritma ini tidak membahas aliran LNG keluaran LNG vaporizer yang menuju NG Trim Heater, karena proses ini hanya memanaskan lebih lanjut LNG hasil LNG vaporizer untuk dialirkan melalui gas pipeline, sehingga sudah tidak berhubungan secara langsung dengan siklus tenaga listrik yang dibahas pada pemicu ini. Berikut ini alur logika-nya : 1. Aliran dari tanki timbun LNG melalui pompa ke LNG vaporizer DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 43
  • 44. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Pompa akan memberikan energi berupa energi tekanan kepada LNG, sehingga LNG yang akan masuk ke LNG vaporizer akan memiliki tekanan yang tinggi. Tujuan dari penggunaan pompa selain untuk meningkatkan tekanan LNG adalah agar laju alir dari LNG menuju LNG vaporizer bisa diatur konstan, biasanya pada bagian keluaran pompa akan ada control valve untuk mengatur laju alir dari LNG yang akan diuapkan di LNG vaporizer. Transfer energi yang akan terjadi disini adalah dari energi listrik yang diberikan pada pompa, berubah menjadi energi gerak motor pada impeller pompa yang dikenal dengan BHP (Brake Horse Power) dan dari impeller ini akan ditransfer ke fluida yang ingin dipompa, dalam hal ini LNG sehingga LNG akan menerima energi berupa FHP (Fluid Horse Power) atau LHP (Liquid Horse Power) yang merupakan energi impeller pompa yang dapat diterima oleh LNG setelah mengalami hydraulic loss didalam shaft pompa serta berupa head. Persamaan neraca energi yang terjadi adalah, sebagai berikut : Epompa = Editerima LNG + Hidraulic Loss V I t = η . BHP + Hidraulic Loss V I t = FHP + Hidraulic Loss Dimana : • LHP (Liquid Horse Power) dalam kW • Q adalah kapasitas dalam (m3/jam) • r adalah spesifik gravity dari fluida • H adalah total head dalam meter Apabila besarnya energi listrik yang diberikan ke pompa diketahui atau jika spesifikasi daya pompa diketahui, maka untuk satuan waktu tertentu (dalam hal ini digunakan basis 1 jam sesuai pada soal di pemicu) akan bisa diketahui energi listrik yang akan dikonversi menjadi energi tekanan oleh pompa akan diberikan kepada LNG. Dari data ini, bisa diketahui berapa tekanan LNG keluaran dari fluida, berupa head keluaran pompa dalam hal ini telah diketahui dari pemicu bahwa tekanan keluaran pompa adalah 35 – 45 kgf/cm2g. Untuk perhitungan hidraulic loss sendiri bisa dihubungkan dengan efisiensi, karena merupakan kehilangan energi dari listrik ke pompa menjadi energi panas. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 44
  • 45. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Maka, hidraulic loss bisa dihitung dengan : 2. Pertukaran kalor antara LNG dengan fluida kerja (propana / R-134a) Untuk menyederhanakan perhitungan pada LNG vaporizer ini, bisa dilakukan dengan menggunakan azas Black, dimana kalor yang dilepaskan oleh propana sama dengan kalor yang diterima oleh LNG. Persamaan neraca energi : • Kecepatan fluida masuk dan keluar dari dalam Heat Exchanger diasumsikan sama, sehingga tidak ada perubahan energi. Maka = 0. • Tidak ada perbedaan elevasi yang cukup berarti antara titik aliran masukan baik dari shell maupun tube dari HE, sehingga = 0. • Tidak ada kerja yang diberikan dari luar sistem, ataupun dari sistem HE ke lingkungan sehingga tidak ada kerja yang terjadi pada sistem ini akibatnya W = 0. • Sistem Heat Exchanger dapat diasumsikan bekerja dalam keadaan adiabatis, dimana tidak ada perpindahan kalor dari sistem HE ke lingkungannya. Pertukaran kalor dapat dianggap sempurna terjadi antara fluida dingin (LNG) dan fluida panas (Propana ataupun R-134a). Didalam proses adiabatis = 0. • Enthalpi merupakan fungsi dari suhu dan tekanan, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan : , karena tidak ada kerja dan tidak ada perubahan dalam energi dalam. Maka perubahan enthalpi juga tidak terjadi, sehingga = 0. Dengan demikian, persamaan energi yang tersisa adalah pertukaran panas antara fluida panas dan fluida dingin, yang dapat disimplifikasi dengan menggunakan azas Black. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 45
  • 46. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Sehingga Dalam perhitungan perpindahan panas ini, perlu diperhitungkan kalor laten, karena ada perubahan fasa yang terjadi baik pada fluida dingin (LNG akan menguap) dan pada fluida panas (Propana ataupun R-134a keseluruhannya akan mencair). Informasi yang diberikan di soal pemicu adalah laju alir dari LNG yaitu aliran dingin sebesar 150 ton/jam berupa fasa cair bersuhu -1600C dan akan keluar berupa fasa uap seluruhnya dengan suhu -500C. Kapasitas kalor dan kalor laten pada fluida dingin dan fluida panas sudah diketahui dari literatur. Dengan menyamakan ruas kiri dan kanan menggunakan trial error, maka kondisi laju alir, dan suhu dari fluida kerja yang akan masuk ke pompa sirkulasi bisa diketahui. 3. LNG menuju NG trim heater Algoritma perhitungan hampir sama dengan pada HE sebelumnya, dimana persamaan energi yang terjadi adalah pertukaran kalor antara fluida panas (air laut), dengan fluida dingin (LNG yang akan dinaikkan suhunya) LNG inilah yang nantinya akan ditransportasian melalui gas pipeline. Air laut diasumsikan memiliki tekanan atmosfer dengan suhu didaerah tepi laut sebesar 320C. Sedangkan suhu dari LNG keluaran LNG vaporizer adalah -500C. 4. Propana menuju propana circulation pump Sama seperti kerja pompa sebelumnya, dimana akan memberikan energi berupa energi tekanan kepada Propana yang sudah diondensasian dengan memanfaatan energi dingin dari LNG. Tujuan dari penggunaan pompa selain untuk meningkatkan tekanan propana adalah agar laju alir dari propana menuju Propana vaporizer bisa diatur konstan, biasanya pada bagian DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 46
  • 47. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal keluaran pompa akan ada control valve untuk mengatur laju alir dari propana yang akan diuapkan di propana vaporizer. Transfer energi yang akan terjadi disini adalah dari energi listrik yang diberikan pada pompa, berubah menjadi energi gerak motor pada impeller pompa yang dikenal dengan BHP (Brake Horse Power) dan dari impeller ini akan ditransfer ke fluida yang ingin dipompa, dalam hal ini LNG sehingga LNG akan menerima energi berupa FHP (Fluid Horse Power) atau LHP (Liquid Horse Power) yang merupakan energi impeller pompa yang dapat diterima oleh LNG setelah mengalami hydraulic loss didalam shaft pompa serta berupa head. Persamaan neraca energi yang terjadi adalah, sebagai berikut : Epompa = Editerima LNG + Hidraulic Loss V I t = η . BHP + Hidraulic Loss V I t = FHP + Hidraulic Loss Dimana : • LHP (Liquid Horse Power) dalam kW • Q adalah kapasitas dalam (m3/jam) • r adalah spesifik gravity dari fluida • H adalah total head dalam meter Apabila besarnya energi listrik yang diberikan ke pompa diketahui atau jika spesifikasi daya pompa diketahui, maka untuk satuan waktu tertentu (dalam hal ini digunakan basis 1 jam sesuai pada soal di pemicu) akan bisa diketahui energi listrik yang akan dikonversi menjadi energi tekanan oleh pompa akan diberikan kepada propana. Tekanan keluaran pompa ini belum diketahui oleh karena itu akan digunakan asumsi rasio tekanan discharge dibanding suction adalah 10. Untuk perhitungan hidraulic loss sendiri bisa dihubungkan dengan efisiensi, karena merupakan kehilangan energi dari listrik ke pompa menjadi energi panas. Maka, hidraulic loss bisa dihitung dengan : 5. Propana Menuju Propana Heater DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 47
  • 48. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Dari soal pemicu tidak diketahui apa fluida pemanas yang akan digunakan untuk menguapkan propana. Oleh karena itu, diasumsikan penguapan terjadi dengan menggunakan koil pemanas yang ada pada sebuah heater dengan menggunakan energi listrik. Persamaan dasarnya adalah perubahan energi listrik menjadi energi panas yang akan ditransfer kedalam propana, dalam perhitungan ini tentu saja tidak semua energi kalor bisa diterima oleh propana karena pasti ada energi loss pada koil pemanasnya. Pada simulasi hysys, semua cairan propana akan berubah menjadi uap pada heater ini, oleh karena itu akan ada peningkatan tekanan yang terjadi didalam aliran propana ini. 6. Propana Menuju Turbin Propana yang telah diuapkan sehingga memiliki suhu dan tekanan yang tinggi, dialirkan menuju turbin untuk mengalami ekspansi secara isentropik agar energi berupa suhu dan tekanan bisa dikonversi menjadi energi listrik. Persamaan energi yang terjadi pada turbin adalah : Dimana Ws adalah kerja pada shaft turbin yang akan digunakan untuk menghasilkan listrik pada generator. Kerja shaft yang dihasilkan berbanding lurus dengan laju alir massa dan enthalpi yang dimiliki oleh fluida yang masuk kedalam turbin. Dengan demikian, semakin besar laju alir massa semakin besar pula energi shaft yang dihasilkan. Semakin besar suhu dan tekanan, berarti semakin besar pula enthalpi yang dimiliki oleh fluida kerja. Dua hal ini merupakan kunci DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 48
  • 49. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal penting untuk menghasilkan energi shaft yang besar, semakin besar kerja shaft maka listrik yang dihasilkan oleh generator akan semakin besar pula. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 49
  • 50. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal BAB IV KESIMPULAN • LNG Receiving Terminal merupakan tempat regasifikasi dimana fungsinya adalah menerima gas alam cair dari kapal LNG, menyimpan LNG tersebut kedalam tangki, menguapkan LNG, dan selanjutnya menghantarkan gas alam ke distribution pipeline. • LNG Receiving Terminal terdiri dari LNG unloading system (termasuk jetty dan berth), LNG storage tanks, Vapour handling system, LNG vaporizers, Open rack vaporizers Submerged combustion vaporizer (SCV), Open rack vaporizers, Submerged combustion vaporizer, First stage sendout pump, Second stage sendout pump • Manfaat dari pembangunan LNG receiving terminal : o Membangun fasilitas penyediaan gas yang terpercaya, yang dapat menyediakan gas dalam volume yang besar kepada Pembangkit Listrik Tenaga Gas. o Melengkapi gas pipeline terutama selama penyediaan gas tidak stabil sehingga dapat menghindari terganggunya pembangkit listrik akibat tidak menentunya pasokan gas. o Mengurangi konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik PLN dan untuk menghindari biaya tak tersaingi dari pembangkitan listrik. o Mendukung pembangunan pembangkit listrik bertenaga gas sehingga kedua proyek ini (PLTG dan LNG receiving terminal) merupakan proyek yang terintegrasi dan memiliki efisiensi yang lebih baik. o Membawa manfaat untuk ekonomi nasional karena LNG receiving terminal merupakan rantai terakhir yang diperlukan sebagai nilai tambah LNG di Indonesia. o Merespon hukum baru tentang minyak bumi dan gas alam yang dibuat pada tahun 2001 yang bermaksud menghentikan monopoli minyak bumi dan gas alam, serta untuk membuka kesempatan adanya bisnis baru pada industry ini. • Siklus Carnot merupakan model pendekatan yang paling ideal untuk mempelajari siklus energy, namun demikian tidak dapat diaplikasikan untuk keadaan yang sesuai kenyataan. • Ada beberapa kelemahan dari siklus Carnot : DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 50
  • 51. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal o Usaha apapun untuk meningkatkan Tmax pada siklus panas akan melibatkan transfer panas menuju fluida kerja pada fasa tunggal yang tidak akan mudah untuk dicapai secara isothermal. o Kualitas steam akan terus menurun selama proses ekspansi isentropik, hal ini dapat merusak turbin karena erosi pada cairan pada fluida dapat mengikis baling – baling dari turbin. o Proses kompresi isentropik (proses 4 – 1) memungkinkan timbulnya dua fasa (cair dan uap) , kompresor bisa rusak jika ada fasa cair pada fluidanya • Siklus Rankine merupakan modifikasi dari siklus Carnot dan merupakan siklus yang ideal untuk tenaga uap. • Refrigeran adalah suatu medium yang fungsinya sebagai pengangkut panas, sehingga panas tersebut diserap dari evaporator (temperatur rendah) dan dilepaskan ke kondensor (temperatur tinggi). • Terkait dengan isu pemanasan global, penggunaan CFC sebagai refrijeran mulai digantikan oleh refrijeran alternatif lain, seperti hidrokarbon yang lebih ramah lingkungan. • Jika energi dingin yang dimiliki oleh LNG dimanfaatkan untuk membangkitkan energi listrik, akan mungkin menghasilkan energi listrik sebesar 240 KWh setiap ton LNG yang digunakan. • Tiga jenis sistem yang dioperasikan pada pemanfaatan energy dingin LNG untuk keperluan pembangkit listrik adalah siklus Rankine, NG direct expansion, dan kombinasi dari siklus Rankine dan NG direct expansion. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 51
  • 52. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal DAFTAR PUSTAKA • Cengel, A Yunus, Boles, A Michael “Thermodynamics An Engineering Approach” Mc- Graw Hill International Edition, : New York 1994 • Van Ness H, et al “Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics” Mc-Graw Hill International Edition – Chemical Engineering Series , fifth edition : New York 1996 • Nasution, Henry. REFRIGERAN DAN SIFAT-SIFATNYA. http://www.he4si.com/Pendingin/BAB3.pdf • Sarwono.Pemanfaatan Hidrokarbon Sebagai Refrigeran Alternatif http://pwww.btmp-bppt.net/Html/detail_rd.php • http://strategis.ic.gc.ca/epic/site/imr-ri.nsf/en/gr125052e.html • http://www.gasandoil.com/goc/company/cnm73942.htm • http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2004/bulan/06/tgl/03/time/181403/i dnews/160091/idkanal/4 • http://www.mediaindo.co.id/berita.asp?id=140440 • http://www.proyeksi.com/berita/investasi/0011104_satu.htm • http://www.sinarharapan.co.id/berita/0701/18/eko03.html DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 52
  • 53. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal LAMPIRAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 53
  • 54. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 54
  • 55. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 55
  • 56. Makalah Termodinamika Terapan_LNG Receiving Terminal Converting Volumes of Gas (CFH to CFH or CFM to CFM) DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA – FTUI 56