Dokumen tersebut membahas tentang tipologi morfologi yang meliputi proses morfologis seperti afiksasi, reduplikasi, modifikasi internal, konversi dan derivasi balik. Juga membahas jenis bahasa berdasarkan sistem pembentukan kata seperti bahasa isolat, sintetis yang terdiri atas bahasa aglutinatif dan fusional, serta bahasa polisintetis. Selain itu dibahas pula arti kata, makna leksikal dan sem
5. Morphology
How language users understand complex
words and how they create new ones.
The study of the patterning of morphemes
within a word and how morphemes
combine to form new complex words.
6. Typology
Typology is the classification of languages
on the basis of shared formal characteristics.
The ultimate goals of typology are to
ascertain the ways in which languages are
similar in structure and to determine just
how different human languages can be.
7. investigating the cross
composition of linguistic
human languages comparison
structural similarities
between languages has
fundamental properties
that can be generalized
8. Morphological Typology
The study of differences among the
world’s languages relating to the ways in
which words are formed from smaller
meaningful units referred to as
‘morphemes’.
11. 1. Isolating (or analytic) language
An isolating language is a language in which almost
every word consists of a single morpheme.
An analytic language conveys grammatical
relationships syntactically — that is, via the use
of unbound morphemes, which are separate words,
rather than via bound morphemes, which
are inflectional prefixes, suffixes or infixes.
12. ->Vietnamese
khi tôi dên nhà ban tôi, chúng tôi bát dâu làm bài.
when I come house friend I, Plural I begin past do lesson
When I came to my friend's house, we began to do lessons.
->Chinese
ta bu hui yong dao chi fan
he no can use knife eat rice
He cannot eat rice with a knife
13. 2. Inflectional (synthetic)
While isolating languages use only
independent words for grammatical purposes,
synthetic languages often use affixes and
internal modifications of roots for those
purposes.
14. • Agglutinating
In agglutinative languages, each affix typically represents
one unit of meaning (such as "diminutive", "past tense",
"plural", etc.), and bound morphemes are expressed by
affixes (and not by internal changes of the root of the
word, or changes in stress or tone).
In agglutinating languages, morphemes are strung
together to create complex words. Any number of
morphemes can be added in this way. All morphemes
have a single meaning and are easily recognizable.
15. Example:
Turkish
ev → house (nom. sg.)
ev-ler → houses (nom. pl.)
ev-i → his/her house (sg.+poss.)
ev-ler-i → his/her houses (pl.+poss.)
ev-den → in front of the house (sg.+abl.)
ev-ler-den → in front of the houses (pl.+abl.)
16. • Fusional
Fusional languages combine affixes by
"squeezing" them together, often changing
them drastically in the process, and joining
several meanings in one affix. A fusional affix
can carry a single meaning or several, such as
person, gender and number
17. Example:
-> Spanish word comí "I ate", the suffix -í carries the
meanings of indicative mood, active voice, past
tense, first person singular subject and perfective
aspect).
-> Latin word bonus "good". The ending -us denotes
masculine gender, nominative case, and singular
number. Changing any one of these features
requires replacing the suffix -us with a different
one.
18. 3. Polysynthetic
In many polysynthetic languages a word may
contain bound morphemes corresponding to
both verb and noun in English. This means
that what are subject and predicate in an
English sentence will often be expressed by a
single word in a polysynthetic language.
22. Two ways of Morphological Process
1. concatenative morphology:
putting morphemes together
2. non-concatenative:
modifying internal structure of
morphemes
27. CONCATENATIVE MORPHOLOGY (cont’d)
2. INCORPORATION
Incorporation is a phenomenon by which a
word, usually a verb, forms a kind of compound
with, for instance, its direct object (object
incorporation) or adverbial modifier, while
retaining its original syntactic function.
e. g:
In English meat-eat (eat meat)
dish-clean (clean the dishes)
29. NON-CONCATENATIVE
1. REDUPLICATION
This process can be classified according to the
amount of a form that is duplicated, whether
complete or partial, and if the latter, according
to exactly which part.
e. g: in Marshallese
Initial C: liw (scold someone) lliw (be angry)
Initial CVC: yetal (go) yetyetal (walk)
30. NON-CONCATENATIVE (cont’d)
2. INTERNAL MODIFICATION
a. Vowel Modification
b. Ablaut and Umlaut
c. Vowel Reversal
d. Consonant Modification
e. Tonal Modification
f. Stress Modification
g. Suppletion
31. NON-CONCATENATIVE (cont’d)
3. CONVERSION
Conversion is the way of forming a new word
merely by shifting the category or part of speech
of an already existing word without adding an
affix
e. g:
English table to table
bread to bread
32. French gard-er (to guard) garde
(guard)
visit-er (to visit) visite (visit)
Morphologists argue that conversion is different
from affixation, and treat it simply as change of
category with no accompanying change of form.
33. NON-CONCATENATIVE (cont’d)
4. BACK DERIVIATION
Back-formation is the word formation process in
which an actual or supposed derivational affix
detaches from the base form of a word to create
a new word.
e. g:
donation – donate
gambler – gamble
34.
35. Dari referensi buku – buku linguistic,
word meaning mengacu pada arti atau
makna untuk yang bisa ditemukan pada
kamus umum, kamus antar bahasa
misalnya bahasa Inggris ke bahasa
Indonesia, ataupun ensiklopedia.
36. Kata
Berdiri sendiri yang merupakan
unsur bahasa yg diucapkan atau
dituliskan yang merupakan
perwujudan kesatuan perasaan dan
pikiran yg dapat digunakan dalam
berbahasa;
37. Kata
Suatu ujaran bunyi terkecil, atau juga dalam linguistic
morfem atau kombinasi morfem dianggap sebagai
satuan terkecil yg dapat diujarkan sebagai bentuk yang
bebas; satuan bahasa yg dapat berdiri sendiri, terjadi
dari morfem tunggal (misal batu, rumah, datang) atau
gabungan morfem (misal pejuang, pancasila,
mahakuasa).
38. Kata leksikal
Bentuk ajektif yang diturunkan dari
nomina leksikon. Leksikon merupakan
bentuk jamak. Adapun satuannya adalah
leksem. Leksikon dapat disamakan
dengan kosakata atau perbendaharaan
kata. Adapun leksem dapat disamakan
dengan kata.
40. Kata bentuk
suara fonologi atau ortografi atau
penampilan dari sebuah kata yang
dapat digunakan untuk
menggambarkan atau
mengidentifikasi sesuatu.
41. Kata - Akar Kata
(linguistik) bentuk kata setelah
semua afiks yang dihilangkan.
42. linguistik - studi ilmiah bahasa
Deskriptor, bentuk, penanda, bentuk
kata - suara fonologi atau ortografi atau
penampilan dari sebuah kata yang dapat
digunakan untuk menggambarkan atau
mengidentifikasi sesuatu.
43. Makna Leksikal
Makna dasar yang terdapat pada setiap
kata atau leksikon. Maksudnya, makna
leksikal adalah makna yang sesuai
dengan acuan atau referennya atau
kamus. Soedjito (1986) menjelaskan
bahwa makna leksikal ialah makna kata
secara lepas, tanpa kaitan dengan kata
yang lain dalam sebuah konstruksi.
44. Persepsi lain mengenai arti juga terdapat
pada beberapa istilah seperti:
Arti harfiah, makna harfiah atau arti/makna
literal adalah arti kata secara leksikal atau
arti yang paling mendasar. Bukan arti
turunan (derivatif)
45. kata makna - makna yang diterima dari arti word word
- arti diterima kata
Kata akal, akseptasi atau keterbeterimaan,
menandakan, akal - arti sebuah kata atau ungkapan,
cara di mana sebuah kata atau ungkapan atau situasi
dapat diartikan, "kamus memberikan beberapa arti
untuk kata", "penanda ini terkait dengan signified ".
46. Lexical Semantik
Sebuah teori linguistik yang meneliti makna kata. Teori
ini memahami bahwa arti kata sepenuhnya tercermin
konteksnya. Di sini, makna kata didasari oleh hubungan
kontekstualnya. Oleh karena itu, perbedaan antara
tingkat partisipasi serta mode partisipasi dibuat. Dalam
rangka untuk mencapai perbedaan ini setiap bagian dari
kalimat yang beruang arti dan menggabungkan dengan
makna konstituen lainnya diberi label sebagai
konstituen semantik. Konstituen semantik yang tidak
dapat dipecah menjadi konstituen dasar lebih dicap
sebagai konstituen semantik minimal
47. Kamus adalah bagian utama dari deskripsi bahasa
apapun. Sebuah kamus rumah tangga yang baik biasa
biasanya memberikan (setidaknya) tiga jenis informasi
tentang kata-kata, informasi fonologis tentang
bagaimana kata tersebut diucapkan, tata bahasa
(sintaksis dan morfologi) informasi tentang
perusahaan pidato bagian od seperti kata benda, kata
kerja, dan infleksi nomor contoh plural atau tegang
dan semantik informasi masa lalu tentang makna kata
itu
48. Kamus, yaitu keterkaitan, penggunaan istilah teknis
atau teoritis tertentu dan perangkat dan presisi,
menunjukkan titik-titik kesamaan dan perbedaan
antara pendekatan dari biasa kamus-penulis dan ahli
ilmu semantik linguistik teoritis. Approah semantik
lingustic ini ditandai dengan desakan ketat
menjelaskan hanya properti-properti dari sebuah kata
yang berhubungan dengan arti
49. Arti adalah denotasi. Sedangkan makna adalah
konotasi. Kadang-kadang "makna" itu selaras dengan
"arti" dan kadang tidak selaras. Apabila makna sesuatu
itu sama dengan arti sesuatu itu, maka makna tersebut
disebut Makna Laras (Explicit Meaning). Apabila
maknanya tidak selaras dengan "arti", maka sesuatu
itu disebut memiliki Makna Kandungan (Implicit
Meaning) atau Makna Lazim (Necessary Meaning).
50. References
Bussman, H. (ed). 2006. Routledge’s Dictionary of Language and Linguistics.
New York: Routledge.
Lieber, Rochelle.2009. Introducing Morphology. Cambridge: Cambridge
University Press.
Strazny, P (.ed). 2005. Fitzroy’s Encyclopedia of Linguistics. New York: Taylor
and Francis Books, Inc
www.kul.pl/files/30/UW/06Morphology-class-handout.pdf
http://www2.hawaii.edu/~bender/process.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Incorporation_%28linguistics%29
http://www.linguexperience.com/A_Linguistics_Experience/Morphology.ht
ml
http://www.linguexperience.com/A_Linguistics_Experience/Morphology.ht
ml
http://pandora.cii.wwu.edu/vajda/ling201/test1materials/typology.htm
http://www.sfs.unituebingen.de/~gjaeger/lehre/ws1011/languagesOfTheWorl
d/morphologicalTypology.pdf