1. 1
PROSES PENELITIAN
Gambar 1.Aliran Masalah Penelitian1
1. Bidang Masalah Yang Luas
Identifikasi bidang masalah yang luas melalui proses pengamatan dan
fokus pada situasi. Tipe masalah dalam penelitian bisnis adalah:
- Masalah-masalah yang ada saat ini di suatu lingkungan organisasi yang
memerlukan solusi.
- Area-area tertentu dalam suatu organisasi yang memerlukan pembenahan
atau perbaikan.
- Persoalan-persoalan teoritis yang memerlukan penelitian untuk
menjelaskan atau memprediksi fenomena.
- Pertanyaan penelitian yang memerlukan jawaban empiris.2
1
Moh Sidik Priadana, Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),
Hlm. 80
2
Ibid, Hlm. 81
Masalah / pernyataan
penelitian
Telaah teoritis
pengumpulan
Pengujian fakta
Pemilahan data
Analisis data
kesimpulan
hipotesis
hasil
2. 2
Kriteria masalah yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam
penemuan masalah penelitian, antara lain:
a. Merupakan bidang masalah dan topik yang menarik.
b. Mempunyai signifikansi secara teoritis atau praktis.
c. Dapat diuji melalui pengumpulan dan analisis data.
d. Sesuai dengan waktu dan biaya yang tersedia.
Sebenarnya banyak sekali masalah yang perlu dipecahkan berada di
sekeliling peneliti.Yang menjadi kendala untuk memperoleh masalah adalah
kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasikan masalah serta
mengetahui sumber-sumber di mana masalah penelitian diperoleh dengan
mudah. Sumber-sumber di mana masalah diperoleh seperti, pengamatan
terhadap kegiatan manusia, pengamatan terhadap alam sekeliling, bacaan,
ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang sedang dikembangkan,
catatan dan pengalaman pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang
spesialisasi, pelajaran yang sedang diikuti, dan diskusi-diskusi ilmiah.
perasaan intuisi
Bidang Masalah Topik
pemasaran dan penjualan konsep produk baru
promosi penjualan
perilaku konsumen
keuangan penilaian saham dan obligasi
analisis rasio keuangan
merger dan akuisisi
perilaku organisasional motivasi kerja
gaya kepemimpinan
budaya organisasional
akuntansi keuangan standar akuntansi keuangan
kebijakan dan metode akuntansi
kandungan informasi akuntansi
akuntansi manajemen pengukuran perstasi
analisis biaya-volume-laba
pembuatan keputusan investasi
sistem informasi penerapan sistem informasi
sikap manajemen-pemakai
aplikasi perangkat lunak komputer
Tabel 1.Bidang Masalah3
3
Ibid, Hlm. 82
3. 3
2. Pengumpulan data awal
Sifat informasi yang diperlukan oleh peneliti yang akan membantu peneliti
mendefinisikan masalah yang lebih spesifik dan menyusun teori,
menguraikan variabel-variabel yang mungkin berpengaruh. Sifat informasi
yang diperlukan dapat diklasifikasikan secara luas ke dalam tiga bagian,
yaitu:
- Informasi latar belakang organisasi yaitu faktor kontekstual
Rincian latar belakang perusahaan dapat diperoleh dari publikasi
dokumen yang tersedia, situs web perusahaan, archive perusahaan, dan
sumber lain. Informasi latar belakang perusahaan dapat berupa: (1) Asal
usul dan sejarah perusahaan (kapan berdiri, jenis bisnis, tingkat
pertumbuhan, kepemilikan serta kontrol, dst), (2) Ukuran dalam hal
karyawan, asset, atau keduanya, (3) Paigam (tujuan dan ideologi), (4)
Lokasi (regional, nasional, atau lainnya), (5) Sumber daya (manusia dan
lainnya), (6) Hubungan saling ketergantungan dengan institusi lain dan
lingkungan eksternal, (7) posisi keuangan selama 5 hingga 10 tahun
terakhir, dan data keuangan yang relevan.
- Filosofi manajemen, kebijakan perusahaan, dan aspek struktural lainnya
Informasi mengenai kebijakan, struktur, arus kerja, filosofi manajemen,
dan semacamnya bisa diperoleh dengan mengajukan pertanyaan langsung
ke manajemen. Menanyakan filosofi manajerial dan perusahaan
memberikan gagasan yang sangat baik mengenai prioritas dan nilai-nilai
perusahaan, misalnya: (1) apakah kualitas produk benar-benar dianggap
penting oleh perusahaan atau hanya sekedar pemanis bibir yang
diwujudkan dalam konsep, (2) apakah perusahaan mempunyai tujuan
jangka pendek atau jangka panjang, (3) apakah kontorl sedemikian ketat
sehingga kreativitas pun terhambat, atau sedemikian longgar sehingga
tidak ada yang dicapai, atau apakah situasi kondusif untuk kinerja yang
4. 4
baik, (4) apakah perusahaan selalu ingin bermain aman atau siap
mengambil resiko yang diperhitungkan dengan baik, dan (5) apakah
perusahaan berorientasi orang atau semata-mata berorientasi laba4
.
Faktor struktural yang dapat mempengaruhi dapat berupa peran dan
posisi dalam organisasi dan jumlah karyawan pada setiap level pekerjaan,
tingkat spesialisasi, saluran komunikasi, sistem kendali, koordinasi dan
rentang kendali, sistem penghargaan, dan sistem arus kerja dan
semacamnya.
- Persepsi, sikap, dan respons perilaku dari anggota organisasi dan sistem
klien (sejauh dapat diterapkan)
Persepsi karyawan terhadap pekerjaan, lingkungan kerja, sikap dan
respons perilaku mereka diketahui dengan cara berbicara, mengamati dan
menanyakan respons mereka melalui kuisioner. Gagasan umum tentang
persepsi orang mengenai pekerjaan, iklim organisasi, dan aspek minat
peneliti lainnya dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur dengan responden. Faktor-faktor sikap terdiri atas keyakinan
dan reaksi orang terhadap seperti sifat pekerjaan, arus kerja, partisipasi
dalam pengambilan keputusan, sistem klien, rekan kerja, penghargaan
kerja, kesempatan karir, sikap organisasi terkait tanggung jawab
karyawan terhadap keluarga, keterlibatan perusahaan dengan masyarakat,
dan toleransi perusahaan terhadap karyawan yang cuti kerja. Faktor
perilaku mencakup kebiasaan kerja aktual seperti ketekunan, tingkat
absensi, kinerja, dsb.
Survei literatur
Survei literatur merupakan dokumentasi dari tinjauan menyeluruh
terhadap karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam
bidang minat khusus bagi peneliti. Survei literatur merupakan satu
4
Uma Sekaran,Metodologi Penelitian Untuk Bisnis(Jakarta: Salemba Empat, 2006), Hlm. 79
5. 5
carauntuk meringkaskan data sekunder dan adalah langkah penting dalam
proses penelitian untuk mendefinisikan masalah penelitian. Tujuan dari
tinjauan literatur adalah untuk memastikan tidak ada variabel penting di
masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruh atas
masalah yang terlewatkan.
Survei literatur tidak saja menolong peneliti untuk menyertakan semua
variabel yang relevan ke dalam proyek penelitian, tapi juga memfasilitasi
penggabungan kreatif fari informasi yang diperoleh dari wawancara.Survei
literatur yang baik adalah dapat menyediakan dasar untuk menyusun
kerangka teoritis yang komprehensif di mana hipotesis dapat diuji.
Langkah-langkah dalam mengadakan survei literatur yaitu:
1. Mengidentifikasi sumber relevan
2. Pengumpulan informasi relevan
3. Menulis tinjauan literatur
3. Definisi masalah
Definisi masalah atau pernyataan masalah adalah pernyataan dari
pertanyaan yang jelas, tepat, dan ringkas atau persoalan yang diinvestigasi
untuk menemukan jawaban atau solusi.Definisi masalah bisa berkaitan
dengan (1) masalah bisnis saat ini, (2) situasi yang dirasa berpeluang
mempunyai masalah, (3) bidang di mana sejumlah konsep diperlukan untuk
penyusunan teori yang lebih baik, (4) situasi di mana peneliti ingin menjawab
sebuah pertanyaan.
Setelah wawancara dan tinjauan literatur, peneliti kini berada dalam posisi
untuk mempersempit masalah dari dasar yang semula luas dan
mendefinisikan persoalan dengan lebih jelas.Peneliti harus dapat memilih
suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh
jawaban terhadap masalah tersebut.Perumusan masalah merupakan hulu dari
6. 6
penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit
dalam penelitian ilmiah. Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah
adalah untuk5
:
- Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang
- Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang
baru
- Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian
sebelumnya ataupun dasar untuk penelitian selanjutnya
- Memenuhi keinginan sosial
- Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
Pada haikakatnya, tidak ada standar baku untuk merumuskan masalah
penelitian yang baik, namun beberapa pedoman dapat digunakan, sebagai
berikut:
1. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya.
2. Masalah dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan jawaban
yang tepat dan jelas, serta dapat diuji oleh orang lain.
3. Masalah dirumuskan secara spesifik.
4. Mengandung definisi variabel dan unsur pengukuran. Contoh. “sejauh
mana pengaruh jumlah penduduk dan pendapatan per kapita terhadap
perubahan struktur ekonomi di Indonesia?”. Variabel penduduk,
pendapatan per kapita, dan perubahan struktur ekonomi secara operasional
dapat didefiniskan dan diukur.
Adapun contoh masalah yang didefinisikan dengan baik, sebagai berikut:
5
Moh.Nazir, Metode Penelitian,(Bogor: Ghalia Indonesia, 1988), Hlm. 111
7. 7
1. Sampai tingkat apa struktur organisasi dan jenis sistem informasi yang
digunakan berpengaruh terhadap perbedaan efektivitas yang dirasakan
dalam pembuatan keputusan manajerial?
2. Sampai tingkat apa kampanye iklan yang baru berhasil menciptakan citra
perusahaan yang berkualitas tinggi dan berorientasi pada pelanggan
sebagaimana yang diharapkan?
3. Bagaimana pengaruh kemasan baru terhadap penjualan produk?
4. Apakah pesan iklan yang baru menghasilkan peningkatan ingatan
konsumen terhadap produk?
Isaac dan Michel mengemukakan beberapa kesalahan yang umumnya
dilakukan penelitian dalam tahap penemuan masalah penelitian,diantaranya
adalah sebagai berikut6
:
1. Penelitian mengumpulkan data tanpa rencana atau tujuan penelitian yang
jelas
2. Peneliti memperoleh sejumlah data dan berusaha untuk merumuskan
masalah penelitian sesuai dengan data yang tersedia
3. Peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk terlalu umum dan
ambiguitas sehingga menyulitkan interpretasi hasil dan pembuatan
kesimpulan peneliti
4. Penelitian penemukan masalah tanpa terlebih dulu menelaah hasil – hasil
penelitian sebelumnya dengan topik sejenis, sehingga masalah penelitian
tidak didukung oleh kerangka teoritis yang baik.
5. Peneliti memilih masalah penelitian yang hasilnya kurang memberikan
kontribusi terhadap pengembangan teori atau pemecahan masalah praktis.
6
Ibid, Hlm. 85
8. 8
4. Kerangka teori
Kerangka pemikiran atau kerangka teoritis merupakan sebuah model
konseptual mengenai bagaimana seseorang berteori mengenai hubungan-
hubungan antara beberapa factor atau konsep untuk menjawab masalah
penelitian (sekaran 2003).Dapat diartikan bahwa kerangka pemikiran adalah
suatu pola piker atau langkah-langkah berfikir secara teoritis yang dibuat
peneliti untuk menjawab masalah penelitian yang umumnya berbentuk
kalimat pertanyaan.
Pengertian Teori
Teori merupakan seperangkat keterkaitan (interrelated) konstrak atau
konsep, definisi, dan proporsi yang mencerminkan pandangan sistematik
mengenai fenomena melalui penentuan hubungan-hubungan antar variable
secara spesifik dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena.7
Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan. Tanpa
adanya teori, maka hanya akan ada pengetahuan tentang serangkaian fakta
saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan.
Ada beberapa fungsi teori, antara lain sebagai berikut:
a. Mengumpulkan hubungan korelasi antara fakta-fakta, bisa merupakan
generalisasi empiris yang bersifat sederhana, tetapi juga generalisasi
luas yang kompleks.
b. Teori sebagai kerangka penelitian, teori yang telah matang dan dapat
berfungsi sebagainproses berfikir yang konkret.
c. Fungsi meramal dari teori yang memberi prediksi atau ramalan
sebelumnya kepada si peneliti mengenai fakta-fakta yang akan terjadi.
d. Menambah pengetahuan kita.8
7
Zulganef,Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Hlm. 54
8
Lincolin Soeratno, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta : STIM
YKPN, 2008), Hlm. 17
9. 9
Teori sebagai Pedoman dan Sumber Penelitian
Setiap penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru atau
menjawab pertanyaan, selalu memerlukan pedoman.Pedoman ini berfungsi
mempermudah jalanya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi si peneliti
sesuai dengan fungsi teori.
Ilmu pengetahuan berkembang terus menerus sehingga teori juga dapat
berkembang terus.Teori lama yang kurang baik dapat diganti dengan teori
baru yang lebih sempurna. Berikut kriteria untuk membedakan teori yang
baik dan yang kurang baik:
a. Apakah teori tersebutt mampu menjelaskan fenomena-fenomena yang
penting dalam bidang yang diteliti?
b. Apakah penjelasan itu dapat diberikan dengan tegas dan secara
sedrhana ?
c. Apakah dengan penjelasan dapat ditemukan sesuatu yang baru?
Dapat juga dikatakan bahwa suatu teori dipandang baik dari teori yang
lain jika teori tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih logis dan
lebih sesuai dengan fakta. Ini berarti bahwa semakin luas dan semakin ampuh
sebuah teori, semakin teliti atau semakin tinggi daya ramalnya terhadap
berbagai masalah dan fenomena. Teori yang baik akan mampu membantu
mempertajam daya presepsi, daya khayal, dan daya fikir. Tiga alat mental
manusia yang selalu perlu di asah.Terutama daya khayal sangat penting
karena dapat membawa orang pada sumber-sumber persoalan yang
tersembunyi yang tidak nampak dipermukaan.
Teori sebagai kerangka kerja berarti bahwa dengan dikuasainya teori-teori
ekonomi secara mendalam maka peneliti akan lebih cepat dan lebih mudah
10. 10
menangkap berbagai data atau informasi yang relevan bagi pengungkapan
kunci jawaban suatu masalah.9
Contoh kerangka pemikiran atau teori
Misalkan seorang peneliti mempunyai masalah penelitian: Apakah gaji
atau suasana kerja yang memengaruhi motivasi? Maka peneliti tersebut
membuat kerangka pemikiran seperti dibawah ini:
Gambar 2.Contoh kerangka pemikiran atau teori
9
Ibid, Hlm. 18
Pengertian manajemen
SDM
Fungsi SDM: Manajerial &
fungsional
Fungsi manajerial : Planning, Organizing, Actuating,
Controlling
Pengertian motivasi menurut Herzberg: factor hygenies dan
motivator
Factor hygenies adalah: suasana kerja, kebijakan perusahaan, gaji, dll.
Kesimpulan: uang bukan motivator
11. 11
Berdasarkan kerangka teori diatas, maka peneliti dapat menarik
kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah penelitian diatas.
Kesimpulan sementara tersebut dikenal sebagai hipotesis (teori si peneliti),
sehingga hipotesis dari masalah „apakah gaji atau suasana kerja yang
memepengaruhi motivasi‟ adalah:
1. Suasana kerja lebih berpengaruh dibandingkan gaji dalam memotivasi
2. Gaji tidak mempunyai hubungan dengan motivasi
3. Semakin baik suasana kerja menurut presepsi karyawan semakin tinggi
motivasi
Kerangka pemikiran dapat juga dibuat dengan akar teori yang lebih dalam
dibandingkan kerangka teori.Gambar I diatas, misalkan dengan memulai dari
pengertian ilmu manajemen terlebih dahulu.Ilmu manajemen SDM merupakan
bagian dari ilmu manajemen.10
5. Perumusan Hipotesis
Konsep Dasar Hipotesis
Gambar 3.Konsep dasar hipotesis
10
Zulganef,Metodologi Penelitian Sosial dan Bisni.(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Hlm.60
12. 12
Menurut epistimologi, hipotesis berasal dari kata hipo(hypo) dan
tesis(thesis). Hipo berarti belum atau kurang, sedangkan tesis berarti
pendapat, kesimpulan, dalil atau rumusan.Sehingga menurut bahasa, hipotesis
merupakan pendapat atau kesimpulan yang kurang sempurna, sehingga
diperlukan untuk menyempurnakannya.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan atas teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kualitatif tidak merumuskan
hipotesis justru menemukan hipotesis yang selanjutnya akan diuji oleh
peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.11
Hipotesis yang dijelaskan tersebut dinamakan hipotesis penelitian.Harus
dibedakan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Suatu penelitian
yang menggunakan sample maka terdapat hipotesis statistic di dalamnya,
sedangkan penelitian yang tidak menggunakan sample maka di dalamnya
hanya terdapat hipotesis penelitian. Hipotesis statistic diperlukan untuk
menguji apakah hipotesis yang hanya diuji menggunakan sampel dapat
diberlakukan untuk pengujian populasi. Dalam pembuktian ini akan muncul
istilah signifikansi, taraf kesalahan dan kepercayaan dari pengujian.
Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti dengan sampel,
dapat diberlakukan untuk populasi yang lebih luas.
Bentuk-Bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian.Rumusan masalah dalam penjelasannya terdapat tiga bentuk, yakni
deskriptif (variable mandiri), komparatif (perbandingan), dan asosiatif
(hubungan).Begitu pula dengan hipotesis, karena hipotesis merupakan dugaan
11
Sugiyono,Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 1994), Hlm. 71
13. 13
sementara rumusan masalah, hipotesis juga mempunyai tiga bentuk. Namun,
sebelum membahas mengenai bentuk-bentuk hipotesis, terlebih dulu harus
memahami tentang tiga istilah penting dalam proses penyusunan hipotesis.
Tiga istilah itu adalah yang pertama Hipotesis nol. Hipotesis nol adalah
proporsi yang menyatakan hubungan yang definitive dan tepat di antara dua
variable.Jadi hipotesis ini berisi hubungan antara dua variable. Apakah itu
sama dengan, kurang dari atau sama dengan, lebih dari atau sama dengan, dan
lain-lain. Kemudian yang kedua adalah Hipotesis alternative.Saat menyusun
hipotesis, diperlukan juga hipotesis alternatifnya.Hipotesis ini merupakan
alternative jawaban jika hipotesis nol ditolak.Jadi, pernyataan yang
diungkapkan adalah kalimat kontra dari hipotesis nol. Yang terakhir adalah
hipotesis statistic.Hipotesis statistic hanya ada bila penelitian yang dilakukan
berdasarkan data sampel.Hipotesis ini diperlukan untuk menguji apakah
hipotesis penelitian yang hanya diuji dengan data sampel itu dapat
diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul
istilah signifikansi, taraf kesalahan dan kepercayaan dari pengujian.
Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti dengan sampel,
dapat diberlakukan untuk populasi yang lebih luas.
Selanjutnya, bentuk-bentuk hipotesis dapat dijelaskan pada paparan
berikut ini.
a. Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variable mandiri, baik satu
variable atau lebih.
contoh kasus:
misalnya rumusan masalah pada sebuah penelitian adalah:
“Berapa daya tahan lampu pijar merk X?”
maka hipotesis nol nya adalah:
“daya tahan lampu pijar merk X= 600 jam.”
14. 14
Dikatakan hipotesis nol karena daya tahan lampu yang ada pada sampel
diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan lampu yang
ada pada populasi.
Dan hipotesis alternatifnya adalah:
“daya tahan lampu pijar merk X≠600 jam.”
Hipotesis statistiknya:
Ho: = 600
Ha: ≠ 600 atau >600 atau <600
b. Hipotesis komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya sama tetapi populasi
atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang
berbeda.
Contoh kasus:
Misalnya rumusan masalah pada sebuah penelitian adalah sebagai berikut:
“bagaimana produktifitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan
PT Y?”
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut, dapat dikemukakan
tiga model hipotesis nol dan alternative sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat produktifitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y
Ho : produktifitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan PT Y
Ho : produktifitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan PT Y
c. Hipotesis asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih.
Contoh rumusan masalah dalam sebuah penelitian:
“adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan pelayan toko
dengan barang yang terjual?”
Maka bisa diambil contoh hipotesisnya sebagai berkikut:
“terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan
toko dengan barang yang terjual”
15. 15
Hipotesis statistiknya:
Ho : = 0, 0 berarti tidak ada hubungan
Ha : ≠ 0, “tidak sama nol” berarti lebih besar atau kurang dari nol.
Berarti ada hubungan.
Karakteristik hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:12
Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran
Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah,
sehingga hipotesis akan dapat dibuktikan.
Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat. Hipotesis yang kuat adalah
hipotesis yang didasarkan pada teori yang sudah ada, hasil-hasil riset
terdahulu, atau penjelasan yang logis.
6. Unsur-Unsur Desain Penelitian
Tujuan Studi
a) Eksploratif
Studi eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan dan dugaan yang sifatnya masih baru dan untuk memberikan
arahan bagi penelitian selanjutnya.Tujuan utama dari jenis penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi situasi penelitian dan tujuan khusus atau data
yang diperlukan untuk penelitian selanjutnya.Penelitian eksploratif sangat
bermanfaat ketika si peneliti menginginkan pemahaman situasi yang lebih
baik dan atau mengidentifikasikan alternatif keputusan.
Dalam praktek, penelitian eksploratif bisa dilakukan dengan empat
prosedur, yaitu:
a. Teknik Informan Kunci (Key Informant Technique). Metode ini
dilakukan dengan cara mencari dan mewawancarai beberapa orang ahli
12
Suliyanto,Metode Riset Bisnis (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006), Hlm. 61
16. 16
atau informan kunci di bidang yang berhubungan dengan situasi yang
akan diteliti.
b. Focus Group Interview atau Focus Group Discussion. Cara ini dilakukan
dengan membuat forum diskusi yang terdiri dari 8 sampai 12 orang.
Forum diskusi ini diberi suatu topic yang disesuaikan dengan penelitian
dan dibuat dalam situasi yang informal dengan dipimpin oleh seorang
moderator yang sudah terlatih dengan baik (well-trained).
c. Analisis Data Sekunder (secondary data analysis). Penelitian eksploratif
juga bisa mengambil data sekunder, yaitu mengumpulkan data dari data
yang sudah ada atau sudah dipublikasikan. Dengan cara ini, akan
menghemat waktu dan biaya yang diperlukan.
d. Metode Studi Kasus (case study method). Metode studi kasus merupakan
pengujian yang mendalam terhadap unit yang berkepentingan, seperti
pelanggan atau konsumen, took, penjual, perusahaan, dan area pasar.
Dengan metode ini, si peneliti bisa memperoleh informasi secara detai
tentang subyek yang diteliti.13
b) Deskriptif
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis
atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek
penelitian.Tipe yang paling umum dari penelitian deskriptif ini meliputi
penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan,
ataupun prosedur.14
Studi deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk
menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi.Tujuan
studi deskriptif adalah memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau
untuk menggambarkan aspek-aspek yang relevan dengan fenomena
13
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi (Jakarta: Erlangga, 2009), Hlm. 87
14
Ibid, Hlm. 12
17. 17
perhatian dari perspektif seseorang, organisasi, orientasi industri, atau
lainnya.15
Kelemahan utama dalam penelitian deskriptif adalah kurangnya
tanggapan subyek penelitian.Kelalaian subyek penelitian untuk
mengembalikan daftar pertanyaan atau datang ke tempat wawancara yang
telah ditentukan menyebabkan rendahnya tanggapan terhadap penelitian
yang dilakukan.Jika tanggapan yang ada rendah, kesimpulan yang benar
atau valid tidak dapat ditemukan.
Manfaat penggunaan penelitian deskriptif, yang pertama adalah untuk
studi dalam bidang bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis.Kedua, studi deskriptif diperlukan untuk mengenali
distribusi dan perilaku data yang kita miliki.16
c) Pengujian Hipotesis (Analitis dan Prediktif)
Pengujian hipotesis merupakan bagian yang sangat penting di dalam
penelitian.Bagian ini yang menentukan apakah penelitian yang dilakukan
cukup ilmiah atau tidak. Untuk melakukan uji hipotesis, peneliti harus
menentukan sampel, mengukur instrumen, desain, dan mengikuti prosedur
yang akan menuntun dalam pencarian data yang diperlukan. Data yang
dikumpulkan kemudian dianalisis melalui prosedur analisis yang benar
sehingga peneliti dapat melihat validitas dari hipotesis.Analisis dari data
yang dikumpulkan tidak menghasilkan hipotesis terbukti dan tidak
terbukti, melainkan mendukung atau tidak mendukung hipotesis.
Dalam praktek, dikenal dua macam cara pengujian hipotesis: cara
langsung dan cara hipotesis nol (Neuman, 2000: 131). Pengujian secara
langsung dilakukan dengan mencari bukti yang memungkinkan untuk
menolak atau menerima hipotesis. Dengan cara ini berarti hipotesis
15
Uma Sekara, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis(Jakarta: Salemba Empat, 2006), Hlm. 158
16
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.(Jakarta: Erlangga, 2009), Hlm. 12
18. 18
digunakan untuk memprediksi suatu hubungan. Hipotesis nol, di lain
pihak, tidak memprediksi suatu hubungan.17
d) Studi Kasus
Tujuan studi kasus dan penelitian lapangan adalah mempelajari secara
intensif latar belakang, status terakhir dan interaksi lingkungan yang
terjadi pada suatu satuan social seperti individu, kelompok, lembaga, atau
komunitas.
Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam (in-depth study)
mengenai suatu unit social sedemikian rupa sehingga menghasilkan
gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai unit
sosial tersebut.Cakupan studi kasus dapat meliputi keseluruhan siklus
kehidupan atau dapat pula hanya meliputi segmen-segmen tertentu
saja.Dapat terpusat pada beberapa faktor yang spesifik dan dapat pula
memperhatikan keseluruhan elemen atau peristiwa.
Dibandingkan dengan penelitian survei yang biasanya menyelidiki
sedikit variabel pada sampel besar, studi kasus sebaliknya menyelidiki
banyak variabel dan banyak kondisi pada sampel yang kecil.18
Jenis Investigasi: Kausal VersusKorelasional
a. Kausal
Penelitian kausalitas selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain, studi kausalitas
mempertanyakan masalah sebab-akibat. Dalam analisis kausalitas,
dibedakan menjadi:
17
Ibid,Hlm. 62
18
Saifuddin Azwar,Metode Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), Hlm. 8
19. 19
a. Kausalitas satu arah
X => Y, artinya X menyebabkan Y
Y => X, artinya Y menyebabkan X
b. Kausalitas dua arah: Y X, artinya ada hubungan simultan antara Y
dan X karena Y menyebabkan X, dan X menyebabkan Y.
Kendati penelitian kausal-komparatif dan eksperimental merupakan dua
macam penelitian yang berbeda, namun keduanya memiliki beberapa
persamaan.Kedua metode penelitian ini berusaha untuk melihat adanya
hubungan sebab-akibat, juga meliputi perbandingan antar grup.
Perbedaan utama antara keduanya bahwa dalam penelitian
eksperimental, pernyataan “sebab” dikendalikan, sedang dalam penelitian
kausal komparatif tidak.Dalam penelitian eksperimental, aktivitas atau
karakteristik yang dipercaya menyebabkan perubahan disebut sebagai
variabel bebas, sedangkan perubahan atau akibat yang diperhitungkan
terjadi atau tidak terjadi disebut sebagai variabel terikat, artinya terikat
kepada variabel bebas.Jadi, penelitian ini merupakan studi yang
menyelidiki hubungan sebab-akibat, menyelidiki akibat yang ditimbulkan
oleh variabel bebas kepada variabel terikat.
Dalam studi eksperimental, peneliti mengendalikan setidaknya satu
variabel bebas dan mengamati akibat yang terjadi kepada satu atau lebih
variabel terikat.Esensi dari eksperimen adalah pengendalian.
Dalam penelitian kausal-komparatif, variabel bebas merupakan hal
yang sudah terjadi dan tidak dikendalikan.Variabel bebas yang secara
alami tidak dapat dikendalikan misalnya jenis kelamin (pria atau
wanita).Variabel bebas yang secara alami tidak dapat dikendalikan
misalnya cacat fisik, dan variabel yang tidak perlu dikendalikan walaupun
mungkin bisa, misalnya metode pelatihan.Adanya hubungan sebab-akibat
yang jelas dari hasil penelitian kausal komparatif tidak terdapat
pengendalian terhadap variabel bebas, hasil dari penelitian ini pada
20. 20
umumnya bersifat tentatif.Namun demikian, sisi positif dari penelitian ini
adalah biaya penelitian yang relative murah dan waktu yang lebih pendek
apabila dibandingkan dengan penelitian eksperimental.19
b. Korelasional
Penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada
satu variabel yang berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel
lain, berdasarkan koefisien korelasi. Penelitian ini sangat cocok bila
variabel-variabel yang terlibat sangat kompleks dan tidak dapat diteliti
lewat metode eksperimentasi atau yang variansinya tidak dapat
dikendalikan.Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap
beberapa variabel serta saling hubungan di antara variabel-variabel
tersebut dapat dilakukan serentak dalam kondisi yang realistik.20
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak
menjelaskan sebab-akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau
tidakadanya hubungan antara variabel yang diteliti.
Ada beberapa alternative teknik yaitu: korelasi bivariate, korelasi
berganda, korelasi sekuensial, korelasi kanolikal, dan analisis frekuensi
multiarah (multiway frequency analysis) (Tabachnick & Fidell, 1996: 20-
21). Teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang diamati,
macam data yang digunakan kontinu atau diskrit dan apakah variabel
independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa
variabel independen diukur setelah dampak variabel independen lain
dihilangkan).
Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan
antarvariabel, tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat.
Korelasi bivariat merupakan jenis korelasi yang paling populer. Korelasi
19
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.(Jakarta: Erlangga, 2009), Hlm. 15
20
Saifuddin Azwar,Metode Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), Hlm. 8
21. 21
bivariat menjelaskan hubungan linear antara 2 variabel, x dan y. Korelasi
antara x dan y secara numerik dapat dihitung dengan koefisien korelasi
Pearson product moment (rxy), sebagai berikut:
Nilai rxy adalah antara -1 dan +1. Nilai korelasi yang positif berarti arah
hubungan antara x dan y adalah satu arah: bila y naik maka x juga naik,
bila y turun maka x juga turun. Nilai korelasi yang negatif berarti arah
hubungan antara x dan y berkebalikan, bila y turun maka x naik, bila y
naik maka x turun.21
Tingkat Intervensi Peneliti
Tingkat intervensi peneliti terhadap arus kerja ditempat kerja mempunyai
keterkaitan langsung dengan apakah studi yang dilakukan kausal atau
korelasional.
1) Intervensi Minimal
Peneliti tidak melakukan intervensi dalam aktifitas normal yang diteliti.
2) Intervensi Sedang
Peneliti tidak hanya mengumpulkan data dari dua selang waktu yang
berbeda, melainkan peneliti juga bermain bersama, atau memanipulasi
peristiwa normal dengan cara sengaja mengubah tingkat emosi atau
mempengaruhi, serta mengabaikan dibagian lain.
3) Intervensi Berlebih
Dimana peneliti tidak hanya dukungan yang dimanipulasi, tetapi juga
situasi, menarik subjek keluar dari lingkungan normal dan
menempatkannya dalam keadaan yang benar-benar berbeda.
Situasi Studi: Diatur dan Tidak Diatur
21
Mudrajad Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi.(Jakarta: Erlangga, 2009), Hlm. 12-15
22. 22
Penelitian organisasi dapat dilakukan dalam lingkungan yang alami, di
mana pekerjaan berproses secara normal (yaitu dalam situasi tidak diatur)
atau dalam keadaan artifisial dan diatur. Studi korelasi selalu dilakukan dalam
situasi tidak diatur, sedangkan kebanyakan studi kausal yag ketat
dilaksanakan dalam situasi lab yang diatur.
Studi kolerasi yang dilakukan dalam organisasi disebut studi lapangan
(field study). Studi yang dilakukan untuk menentukan sebab-akibat
menggunakan lingkungan alami yang sama, di mana karyawan berfungsi
secara normal disebut eksperimen lapangan (field experiment).
Eksperimen yang dilakukan untuk menentukan hubungan sebab-akibat
yang melampaui kemungkinan dari setidaknya keraguan memerlukan
pembuatan sebuah lingkungan yang artifisial dan teratur, di mana semua
faktor asing dikontrol dengan ketat. Subyek yang sama dipilih secara seksama
untuk merespons stimuli tertentu yang dimanipulasi. Studi tersebut dianggap
sebagai eksperimen lab (lab experiment).22
Horison Waktu: Studi versus Longitudinal
a. Studi Cross-Sectional
Sebuah studi dapat dilakukan dengan data yang hanya sekali
dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan,
dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian. Studi semacam itu disebut
studi one shot atau cross sectional.
b. Studi Longitudinal
Data dikumpulkan pada dua batas waktu berbeda, studi bukan termasuk
cross sectional atau one shot, namun membujur (longitudinal) melintasi
suatu periode waktu.Studi semacam itu, jika data variabel terikat
dikumpulkan pada satu atau dua lebih batas waktu untuk menjawab
pertanyaan penelitian, disebut studi longitudinal.
22
Uma Sekara, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis(Jakarta: Salemba Empat, 2006), Hlm. 170
23. 23
Studi longitudinal menelan lebih banyak waktu, usaha, dan biaya
dibanding studi cross sectional. Tetapi studi longitudinal yang
direncanakan dengan baik dapat membantu mengidentifikasi hubungan
sebab-akibat.23
23
Uma Sekara, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis(Jakarta: Salemba Empat, 2006), Hlm. 177
24. 24
DESAIN EKSPERIMEN
Apakah Ekperimentasi itu?
Eksperimen merupakan studi yang melibatkan intervensi oleh periset di
luar apa yang diharapakan untuk pengukuran. Intervensi ini umumnya dalah
memanipulasi suatu variabel dalam sebuah latar belakang dan mengamati
bagaimana hal itu mempengaruhi pokok masalah yang sedang dikaji
(misalnya, orang-orang atau entitas fisik).Periset dalam hal ini memanipulasi
variable bebas atau penjelas lalu mengamati apakah variabel terikat yang
dihipotesiskan terpengaruh oleh intervensi.24
Kelebihan kekurangan
1. Kemungkinan sebuah
variabel menjadi
penguhubung ke variabel
yang lain dapat ditetapkan
secara meyakinkan.
2. Kontaminasi dari variabel
luar dapat dikontrol secara
lebih efektif daripada
desain lain.
3. Kemudahan dan biaya dari
penelitian eksperimen.
4. Replikasi (pengulangan
sebuah eksperimen dengan
kelompok dan kondisi
subjek berbeda).
1. Sifat kepalsuan laboratorium
2. Generalisasi dari sampel
nonprobablititas dapat
menjadi masalah meskipun
dilakukan pengambilan
sampel secara acak.
3. Meskipun biaya eksperimen
rendah, banyak aplikasi dari
eksperimentasi jauh
melampaui anggaran
terutama untuk metode-
metode pengumpulan data
utama lain.
4. Eksperimentasi paling efektif
ditargetkan untuk masalah-
24
Donald R. Cooper, Metode Riset Bisnis(Jakarta: Media Global Edukasi, 2006), Hlm. 320
25. 25
5. Periset dapat
menggunakan kejadian-
kejadian yang muncul
secara alami dan
mengembangkan
eksperimen lapangan
masalah di masa kini atau
tidak jauh di masa depan.
Tabel 2.Evaluasi Kelebihan dan Kekurangan Eksperimen
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan dengan baik, periset harus
menyajikan serangkaian aktivitas untuk menjalankan karya mereka dengan
sukses. Tujuh aktivitas yang harus dilakukan periset agar memperoleh
keberhasilan yaitu:
1. Memilih variabel-variabel yang relevan
2. Menentukan tingkat perlakuan
3. Mengontrol lingkungan eksperimen
4. Memilih desain eksperimen
5. Memilih dan menugaskan subjek
6. Uji coba, mengulang, dan menguji
7. Menganalisis data
Eksperimen Lab
Hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat ingin dibuktikan
dengan jelas, maka semua variabel lain, yang mungkin mencemari atau
mengacaukan hubungan tersebut harus dikontrol dengan tetap. Dengan kata
lain kemungkinan pengaruh variabel lain pada variabel terikat harus
diperhitungkan sedemikian, sehingga pengaruh kausal yang sebenarnya dari
variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat dapat ditentukan. Perlu
pula untuk memanipulasi variabel bebas sehingga tingkat pengaruh kausalnya
dapat dibuktikan.
26. 26
Kontrol
Ketika kita merumuskan hubungan sebab akibat antara dua variabel x dan
y, adalah mungkin bahwa suatu faktor, katakanlah A, juga mempengaruhi
variabel terikat y. Dalam hal tersebut adalah mustahil untuk menetukan
tingkat dimana y hanya terjadi karena x, karena kita mengetahui seberapa
total variasi y disebabkan oleh kehadiran faktor A. Misalnya, seorang manajer
pengembangan sumber daya manusia ingin menyelenggarakan pelatihan
khusus bagi para sekretaris yang baru direkrut untuk membuat situs web,
untuk membuktikan kepada direktur, bahwa pelatihan tersebut akan
menyebabkan mereka berfungsi secara lebih efektif. Tetapi, beberapa
sekretaris baru berfungsi lebih efektif dibanding lainnya, sepenuhnya, atau
sebagian karena pengalaman sementara mereka dengan web.Dalam hal ini,
manajer tidak dapat membuktikan bahwa pelatihan khusus menyebabkan
efektifitas lebih tinggi, karena pengalaman sementara beberapa sekretaris
sebelumnya dengan web merupakan faktor yang mencemari.Jika pengaruh
sebenarnya dari pelatihan pembelajaran ingin dinilai, maka pengalaman
pembelajar sebelumnya harus dikontrol.25
Manipulasi Variabel Bebas
Dalam rangka menguji kausal dari variabel bebas terhadap variabel terikat,
diperlukan manipulasi tertentu.Manipulasi secara sederhana berarti bahwa
kita membuat tingkat yang berbeda pada variabel bebas untuk menilai
dampak pada variabel terikat.Misalnya, kita ingin menguji teori bahwa ada
keluasan pengetahuan mengenai berbagai tekhnologi manufaktur disebabkan
oleh rotasi karyawan pada semua pekerjaan di lini produksi dan dalam
departemen desain, selama periode 4 mingguan. Kemudian kita dapat
memanipulasi variabel bebas, rotasi karyawan, dengan merotasi satu
kelompok kerja produksi dan menempatkan mereka kesemua sistem selama
periode 4 mingguan, merotasi hanya sebagian kelompok pekerja yang lain
25
Uma Sekara, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis(Jakarta: Salemba Empat, 2006), Hlm. 189-190
27. 27
selama 4 minggu yaitu, hanya menunjukkan sebagian teknologi manufaktur
kepada mereka, dan membiarkan kelompok ketiga meneruskan apa yang
mereka lakukan saat ini, tanpa rotasi khusus. Dengan mengukur keluasan
pengetahuan kelompok sebelum dan sesudah manipulasi disebut juga
perlakuan, menjadi mungkin untuk menilai tingkat pengaruh yang disebabkan
oleh perlakuan tadi, setelah mengontrol faktor – faktor yang mencemari. Jika
pengetahuan yang luas benar – benar disebabkan oleh rotasi dan penempatan,
hasil akan menunjukkan bahwa kelompok kedua mempunyai peningkatan
terendah dalam keluasan pengetahuan, kelompok kedua menunjukkan
beberapa kemajuan signifikan, dan kelompok pertama mengalami hasil yang
tertinggi.
Dalam kasus ini periode bebas dan penerangan telah dimanipulasi dengan
memberikan derajat perubahan yang berbeda kepada kelompok yang
berbeda.Manipulasi variabel bebas juga disebut berbeda atau treatmen, dan
hasil perlakuan disebut pengaruh perlakuan atau treatment effect.
Mengontrol Variabel Pengganggu yang Mencemari
a. Memadankan Kelompok
Satu cara untuk mengontrol variabel pengganggu (nuisance) atau yang
mencemari adalah dengan memadankan atau menjodohkan (matching)
berbagai kelompok dengan memilih karakteristik yang mengacaukan dan
secara sengaja menyebarkannya ke semua kelompok.
b. Randomisasi
Cara lain untuk mengontrol variabel pencemar adalah menempatkan 60
anggota secara acak yaitu, tanpa penentuan sebelumnya kedalam 4
kelompok.
Manfaat randomisasi
Singkatnya, dibandingkan randomisasi, pemadanan mungkin kurang
efektif, sebab kita mungkin tidak mengetahui semua faktor yang mungkin
dapat mencemari hubungan sebab – akibat dalam situasi yang dihadapi
28. 28
dan karena itu gagal memadankan beberapa faktor penting diseluruh
kelompok ketika mengadakan eksperimen. Tetapi, randomisasi akan
menyelesaikan masalah tersebut, karena semua faktor tercemar akan
disebarkan keseluruh kelompok. Selain itu, bahkan jika kita mengetahui
variabel yang mengacaukan, kita mungkin tidak mampu menemukan suatu
kecocokan untuk semua variabel tersebut.26
Validitas Internal
Validitas internal mengacu pada keyakinan kita terhadap hubungan sebab
dan akibat. Dengan kata lain, hal tersebut mewakili pertanyaan, pada tingkat
apa desain penelitian memungkinkan kita untuk mengatakan bahwa variabel
bebas A menyebabkan perubahan variabel terikat B, seperti kata kidder dan
judd (1986), dalam penelitian dengan validitas internal tinggi, kita relatif
lebih bisa membuktikan bahwa hubungan adalah kausal, sedangkan dalam
studi dengan validitas internal rendah, kausalitas sama sekali tidak dapat
disimpulkan. Dalam eksperimen lab dimana hubungan sebab dan akibat
dibuktikan, validitas internal bisa dikatakan tinggi.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Validitas Internal
1. Faktor Sejarah
Peristiwa atau faktor tertentu yang berdampak pada hubungan variabel
bebas dan variabel terikat mungkin muncul tanpa diduga sementara
eksperimen dilakukan, dan sejarah peristiwa tersebut akan mengacaukan
hubungan sebab – akibat antara kedua variabel, sehingga mempengaruhi
validitas internal. Pengaruh sejarah telah mengurangi validitas internal
atau keyakinan pada kesimpulan bahwa promosi penjualan menyebabkan
penjualan.
2. Pengaruh Maturasi
Kesimpulan sebab akibat juga dapat dicemari oleh pengaruh perjalanan
waktu variabel lain yang tidak bisa dikontrol. Pencemaran tersebut disebut
pengaruh maturasi (maturation effect). Pengaruh maturasi merupakan
26
Ibid, Hlm. 194
29. 29
sebuah fungsi dari proses biologis dan psikologis yang berlaku dalam
responden sebagai hasil dari perjalanan waktu. Contoh proses maturasi
bisa meliputi pertambahan usia, kelelahan, rasa lapar, dan kebosanan.
Dengan kata lain, terdapat pengaruh maturasi pada variabel terikat yang
murni karena perjalanan waktu.
3. Pengaruh Pengujian
Untuk menguji pengaruh sebuah perlakuan, subjek diberi apa yang disebut
prates (pretes – misalnya sebuah kuesioner singkat untuk mengungkapkan
perasaan dan sikap mereka). Yaitu, pertama – tama dilakukan pengukuran
variabel terikat (pratest), kemudian perlakuan diberikan, dan setelah itu tes
kedua, disebut pascates (posttest), diadakan.Jenis kepekaan melalui
pengujian sebelumnya disebut pengaruh pengujian (testing effect), yang
juga mempengaruhi validias internal desain eksperimen.
4. Pengaruh Instrumentasi
Adalah ancaman lain untuk validitas internal Hal tersebut bisa muncul
karena perubahan dalam instrumentasi pengukuran antara prates dan
pascatest, dan bukan karena perbedaan dampak perlakuan pada akhirnya
(Cook and Campbell, 1979a).
5. Pengaruh Bias Seleksi
Ancaman pada validitas internal juga bisa berasal dari seleksi subjek yang
tidak tepat aau tidak cocok untuk kelompok eksperimen dan kontrol. Para
pendatang baru, sukarelawan dan lainnya yang tidak memenuhi kriteria
kelompok kontrol akan menjadi ancaman bagi validitas internal dalam
jenis eksperimen tertentu.
6. Pengaruh Regresi Statistik
Pengaruh regresi statistik muncul jika anggota yang terpilih untuk
kelompok eksperimen mempunyai skor awal yang ekstrem pada variabel
terikat. Mereka yang berada di salah satu akhir kontinum yang berkaitan
dengan sebuah variabel tidak akan benar – benar mencerminkan hubungan
sebab – akibat. Jadi, fenomena regresi statistik juga merupakan ancaman
terhadap validitas internal.
30. 30
7. Pengaruh Mortalitas
Faktor pengacau lain pada hubungan sebab – akibat adalah mortalitas atau
pengurangan anggota dalam kelompok eskperimen, kontrol atau keduanya,
saat eksperimen berlangsung. Bila komposisi kelompok berubah sepanjang
waktu di tiap kelompok, perbandingan antara kelompok menjadi sulit,
karena mereka yang keluar dari eksperimen mungkin mengacaukan hasil.
Validitas Internal Dalam Studi Kasus
Bila ada beberapa ancaman terhadap validitas internal, bahkan dalam
eksperimn lab dan dikontrol dengan ketat, maka menjadi sangat jelas
mengapa kita tidak dapat menarik kesimpulan mengenai hubungan kausal
dari studi kasus yang menguraikan peristiwa yang terjadi selama rentang
waktu tertentu. Kecuali studi eksperimen yang didesain dengan baik, yang
secara acak menempatkan anggota pada kelompok eksperimen dan kontrol
dan berhasil memanipulasi perlakuan, menunjukkan kemungkinan hubungan
kausal, adalah tidak mungkin untuk mengatakan faktor mana yang
menyebabkan faktor lain.
Validitas Eksternal Atau Eksperimen Lab Yang Dapat Digeneralisasi
Tugas dalam situasi organisasi jauh lebih rumit, dan mungkin terdapat
beberapa variabel pengganggu yang tidak dapat dikontrol misalnya,
pengalaman.Dalam hal tersebut, kita tidak bisa yakin bahwa hubungan sebab
akibat yang ditemukan dalam eksperimen lab berlaku juga dalam situasi
lapangan.
Eksperimen Lapangan
Eksperimen lapangan adalah eksperimen yang dilakukan dalam
lingkungan alami dimana pekerjaan dilakukan sehari – hari, namun kepada
satu atau lebih kelompok diberikan kelompok tertentu.
Validitas Eksternal
Validitas eksternal mengacu pada tingkat generalisasi dari hasil sebuah
studi kausal pada situasi, orang, atau peristiwa lain, dan validitas internal
31. 31
merujuk pada tingkat keyakinan kita tentang pengaruh kausal (yaitu,
bahwa variabel x menyebabkan variabel y).
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Validitas Eksternal
Validitas eksternal yang maksimal bisa diperoleh dengan memastikan
bahwa, sedapat mungkin, kondisi eksperimen lab sedekat dan secocok
mungkin dengan situasi dengan dunia nyata. Dalam hal ini, eksperimen
lapangan mempunyai validitas eksternal yang lebih besar dibanding
eksperimen lab, yaitu, pengaruh perlakuan dapat digeneralisasikan pada
situasi lain yang mirip dengan situasi dimana eksperimen lapangan
dilakukan.
Trade – Off Antara Validitas Internal Dan Eksternal
Terdapat trade off antara validitas internal dan eksternal.Bila
menginginkan validitas internal yang tinggi, kita sebaliknya bersedia
menentukan validitas eksternal yang lebih rendah, dan sebaliknya. Perbedaan
gender dan faktor lain yang ditemukan dalam situasi lab sering kali tidak
ditemukan dalam studi lapangan (Osbon & Vicars 1976).
Tinjauan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Validitas Internal Dan
Eksternal
Sekurang – kurangnya terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi
validitas internal desain eksperimen.Faktor tersebut adalah pengaruh sejarah,
maturasi, pengujian, instrumentasi, seleksi, regresi statistik, dan mortalitas.
Ancaman terhadapat validitas eksternal bisa diatasi dengan menciptakan
kondisi eksperimen sedekat mungkin dengan situasi dimana hasil eksperimen
akan digeneralisasikan.
32. 32
Desain Spesifik Eksperimental27
Desain eksperimental dibagi menjadi dua, yaitu pre-eksperimental (quasi-
experimental) dan desain eksperimental sebenarnya (true
experimental).Perbedaan kedua tipe desain ini terletak pada konsep kontrol.
1. One Shot Case Study
Desain eksperimental yang paling sederhana disebut one shot case
study.Desain ini digunakan untuk meneliti satu kelompok dengan diberi
satu kali perlakuan dan pengukurannya dilakukan lebih dari satu kali.
Diagramnya adalah sebagai berikut:
X O
Contoh:
Riset dilakukan pada pegawai perusahaan mengenai kepuasan
kerja.Sebanyak 30 pegawai diberi angket untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sudah disiapkan.
2. One Group Pre-Test Post-Test Design
Desain kedua disebut one group pre-test post-test design yang merupakan
hasil pengembangan dari desain di atas, yaitu dengan melakukan satu kali
pengukuran di depan (pre test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan
setelah itu dilakukan pengukuran lagi setelah dilakukan penelitian (post
test). Desainnya adalah sebagai berikut:
O1 X O2
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu objek
yang diteliti, kemudian peneliti memberikan perlakuan tertentu.Setelah itu
pengukuran dilakukan lagi untuk yang kedua kalinya.
Contoh:
Riset dilakukan terhadap pegawai perusahaan mengenai kepuasan
kerja.Sebanyak 30 pegawai diberi pertanyaan yang sudah
disiapkan.Setelah itu pegawai ditatar mengenai prosedur kerja di
27
Jonathan sarwono & Tutty Martadiredja, Riset Bisnis Untuk Pengambilan Keputusan
(Yogyakarta; Andi, 2008), Hlm. 65-68
33. 33
perusahaan.Setelah selesai penataran pegawai diberi angket sekali lagi dan
diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan.
Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lain, yaitu desain time
series. Jika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang dalam kurun
waktu tertentu maka desainnya menjadi seperti dibawah ini:
O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3
kali berturur-turut, kemudian dia memberikan perlakuan pada objek yang
diteliti. Peneliti melakukan pengukuran tiga kali lagi setelah perlakuan
dilakukan.
3. Static Group Comparison
Desain ketiga adalah Static Group Comparison yang merupakan
modifikasi dari desain di atas.Dalam desain ini terdapat dua kelompok
yang dipilih sebagai objek penelitian.Kelompok pertama mendapatkan
perlakuan sedang kelompok kedua tidak mendapat perlakuan.Kelompok
kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding/pengontrol. Desainnya
adalah sebagai berikut:
X O1
O2
Contoh:
Dengan menggunakan contoh c di atas, kita melakukan riset dengan
sampel dua kelompok.Kelompok pertama diberi penataran terlebih dahulu,
sedang kelompok kedua tidak diberi penataran.Kemudian keduanya diberi
angket dan dibandingkan hasilnya.
4. Post Test Only Control Group Design
Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain
ekperimental sebenarnya (true experimental design) karena responden
benar-benar dipilih secara random dan diberikan perlakuan serta ada
kelompok pengontrolnya.Desain ini sudah memenuhi kriteria eksperimen
34. 34
sebenarnya dengan adanya manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang
diteliti secara random dan seleksi perlakuan. Desainnya adalah sebagai
berikut:
(R) X O1
(R) O2
Maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara
random.Kelompok pertama diberi perlakuan sedang kelompok kedua
tidak.Kelompok pertama kemudian dilakukan pengukuran, sedang
kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok pengontrol tidak
diberi perlakuan tetapi kepadanya hanya dilakukan pengukuran saja.
5. Pre-test – Post-test Control Design
Desain ini merupakan hasil pengembangan desain di atas. Baik terhadap
kelompok pertama maupun terhadap kelompok pengontrol dilakukan
pengukuran di depan (pre-test). Desainnya adalah sebagai berikut:
(R) O1 X O2
(R) O3 O4
Contoh:
Dengan menggunakan contoh c di atas, kita lakukan riset dengan sampel
dua kelompok yang dipilih menggunakan teknik random.Kepada
kelompok pertama, sebelum diberi penataran terlebih dahulu dites dengan
beberapa pertanyaan.Sedang terhadap kelompok kedua tidak diberi
penataran tetapi juga diberi beberapa pertanyaan terlebih
dahulu.Kemudian kedua kelompok diberi angket untuk dijawab dan
hasilnya dibandingkan.
6. Solomon Four Group Design
Desain ini merupakan kombinasi Post Test Only Control Group Design
dan Pre-test – Post-test Control Group Design yang merupakan model
desain ideal untuk melakukan penelitian eksperimen terkontrol.Peneliti
dapat menekan sekecil mungkin sumber-sumber kesalahan karena adanya
35. 35
empat kelompok yang berbeda dengan enam format pengukuran.
Desainnya adalah sebagai berikut:
(R) O1 X O2
(R) O3 O4
(R) X O5
(R) O6
Maksud desain tersebut ialah: Peneliti memilih empat kelompok secara
random. Kelompok pertama yang merupakan kelompok inti diberi
perlakuan dan dua kali pengukuran, yaitu di depan (pre-test) dan sesudah
perlakuan (post-test). Kelompok dua sebagai kelompok pengontrol tidak
diberi perlakuan tetapi kepadanya dilakukan pengukuran seperti di atas,
yaitu pengukuran di depan (pre-test) dan pengukuran sesudah perlakuan
(post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan dan hanya dilakukan satu
kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test) dan kelompok
keempat sebagai kelompok pengontrol kelompok ketiga hanya diukur satu
kali saja.
Contoh:
Masih menggunakan contoh c di atas, kita ingin mengukur tingkat
kepuasan kerja karyawan perusahaan X tetapi kali ini kita menggunakan
empat kelompok sampel. Riset dilakukan dengan cara sebagai berikut:
o Kelompok pertama dipilih secara random diberi pertanyaan terlebih
dahulu (pre-test), kemudian ditatar mengenai prosedur kerja. Setelah
itu diberi pertanyaan lagi dengan menggunakan angket (post-test).
o Kelompok kedua dipilih secara random diberi pertanyaan
menggunakan angket dua kali (pre-test dan post-test) tanpa penataran.
o Kelompok ketiga dipilih secara random diberi penataran kemudian
pertanyaan (post-test) tanpa pre-test.
36. 36
o Kelompok keempat dipilih secara random diberi pertanyaan (post-test)
tanpa penataran dan pretest.
o Hasil testing keempat kelompok tersebut kemudian dibandingkan.
Desain Eksperimen Tingkat Lanjut
Terdapat beberapa desain eksperimental tingkat lanjut, diantaranya ialah:
Desain Random Sempurna
Completely randomised design ini digunakan untuk mengukur pengaruh
suatu variabel bebas yang sudah dimanipulasi (atau diberi perlakuan
tertentu) terhadap variabel tergantung. Pemilihan kelompok secara random
dilakukan untuk mendapatkan kelompok-kelompok yang ekuivalen.
Desain Blok Random
Randomised Block Design ini merupakan penyempurnaan dari desain
random sempurna di atas. Pada desain sebelumnya perbedaan yang
terdapat pada masing-masing individu tidak diperhatikan sehingga
menghasilkan kelompok-kelompok yang mempunyai anggota yang
berbeda-beda karakteristiknya. Agar desain yang dibuat dapat
menghasilkan output yang baik maka perlu memilih anggota kelompok
(responden) yang berasal dari populasi yang mempunyai karakteristik
yang sama. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengidentifikasi berbagai
sumber utama perbedaan yang dimaksud secara dini.
Desain Latin Square
The Latin Square Design ini digunakan untuk mengontrol dua faktor
pengganggu sekaligus.
Desain Faktorial
Desain factorial digunakan untuk mengevaluasi dampak kombinasi dari
dua atau lebih perlakuan terhadap variabel tergantung.
Simulasi
Adalah alternatif eksperimental lab dan lapangan yang saat ini
dipergunakan dalam penelitian bisnis.Simulasi dapat dianggap sebagai
37. 37
eksperimen yang dilakukan dalam situasi yang diciptakan secara khusus yang
sangat dekat mewakili lingkungan alami dimana kegiatan biasanya
berlangsung.Simulasi berada diantara eksperimen lab dan lapangan, sejauh
lingkungan diciptakan secara afrisial tetapi tidak jauh berbeda dari realitas.
Dua jenis stimulasi dapat dilakukan : yang satu dimana sifat dan waktu
peristiwa stimulasi sepenuhnya ditentukan oleh peneliti (disebut simulasi
eksperimen), dan lainnya (disebut simulasi bebas), dimana rangkaian aktivitas
setidaknya setengah diatur oleh reaksi peserta pada beragam stimulus saat
mereka berinteraksi satu sama lain.
Isu Etis Dalam Penelitian Desain Eksperimen
Adalah tepat pada titik ini untuk membahas secara singkat sedikit dai
banyak itu etis yang terlibat dalam melakukan penelitian, yang beberapa di
antaranya sangat relevan untuk mengadakan eksperimen lab. Praktik berikut ini
dianggap tidak etis:
- Mendesak orang untuk berpartisipasi dalam eksperimen dengan paksaaan,
atau menggunakan tekanan sosial.
- Memberikan tugas kasar dan mengajukan pertanyaan yang merendahkan
dan mengurangi harga diri mereka.
- Menipu subjek dengan secara sengaja menyesatkan mereka terkait tujuan
penelitian yang sebenarnya.
- Menimbulkan stress fisik atau mental bagi peserta.
- Tidak membolehkan subjek mengundurkan diri dari penelitian meskipun
mereka ingin.
- Menggunakan hasil penelitian untuk merugikan peserta, atau untuk tujuan
yang tidak mereka inginkan.
- Tidak menjelaskan prosedur yang berlaku dalam eksperimen.
- Menempatkan peserta dalam situasi yang berbahaya dan tidak ama.
- Tidak mengadakan Tanya jawab dengan peserta secara oenuh dan akurat
setelah eksperimen berakhir.
- Tidak menjaga privasi dan rahasia informasi yang diberkan oleh peserta.
38. 38
- Tidak memberi insentif untuk kelompok kontrol.
Implikasi Manajerial
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam membuat keputusan
adalah:
1. Apakah benar-benar perlu untuk mengidentifikasikan hubungan kausal,
atau apakah cukup jika korelasi yang berlaku untuk varians dalam variable
terikat diketahui?
2. Jika penting untuk membuktikan bahwa hubungan kausal penting, mana
dari dua, validitas internal dan eksternal, yang lebih diperlukan, atau
apakah kedua-duanya dibutuhkan? Bila hanya validitas internal yang
penting, eksperimen lab yang didesain denganteliti akan menjadi jawban;
jika generalisasi adalah kriteria yang lebih penting, maka studi lab adalah
yang pertama harus dilakukan, diikuti eksperimen lapangan, jika hasil
yang pertama membenarkan yang kedua.
3. Apakah biaya adalah faktor penting dalam studi? Jika ya, bisakah desain
eksperimen yang kurang canggih mencapai tujuan?
Kesalahan dalam Menyusun Desain28
Terdapat beberapa kesalahan dalam penyusunan desain yang akan
berdampak pada riset yang akan dilakukan. Kesalahan tersebut antara lain:
a. Kesalahan dalam perencanaan
Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat
kesalahan dalam menyusun desain yang akan digunakan untuk
mengumpulkan informasi. Kesalahan ini juga dapat terjadi bila peneliti
melakukan kesalahan dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam
merumuskan masalah akan menghasilkan informasi yang tidak dapat
28
Ibid, Hlm. 60-61
39. 39
digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Cara
mengatasi masalah ini adalah dengan mengembangkan proposal yang baik
dan benar yang secara jelas menspesifikasikan metode dan nilai tambah
penelitian yang akan dijalankan.
b. Kesalahan dalam pengumpulan data
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti
melakukan kesalahan dalam proses pengumpulan data di lapangan.
Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan yang sudah terjadi
karena perencanaan yang tidak matang.Untuk menghindari hal tersebut,
data yang dikumpulkan harus merupakan representasi dari populasi yang
sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus dapat
menghasilkan data yang akurat.Cara mengatasinya adalah dengan kehati-
hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian.
c. Kesalahan dalam melakukan analisis
Kesalahan dalam melakukan analisis dapat terjadi pada saat peneliti
salah dalam memilih cara analisis data. Kesalahan ini juga dapat
disebabkan oleh adanya kesalahan dalam memilih teknik analisis yang
sesuai untuk masalah dan data yang tersedia.Cara mengatasi masalah ini
ialah dengan membuat justifikasi prosedur analisis yang digunakan untuk
menyimpulkan dan memanipulasi data.
d. Kesalahan dalam pelaporan
Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan
dalam menginterpretasikan hasil penelitian.Kesalahan seperti ini terjadi
pada saat peneliti memberikan makna atas hubungan-hubungan dan angka-
angka yang diidentifikasi dari tahap analisis data.Agar terhindar dari
kesalahan ini, hasil analisis data hendaknya diperiksa oleh orang yang
benar-benar ahli dan menguasai masalah hasil penelitian tersebut.
40. 40
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Cooper, Donald R. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: Media Global Edukasi.
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Priadana, Moh Sidik. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba
Empat.
Soeratno, Lincolin. 2008. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis.Yogyakarta : STIM YKPN.
Sugiyono. 1994. Metode Penelitian Administrasi.. Bandung: CV Alfabeta.
Suliyanto. 2006. Metode riset bisnis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Zulganef. 2008. Metodologi Penelitian Sosial dan Bisnis. Yogyakarta: Graha
Ilmu.