2. Kelompok VIII :
1. Anggreiny Piranti (140403030)
2. Vinadya Berlian (140403031)
3. Yufazhrin Batubara (140403033)
4. Eka Anggit Perwira (140403035)
2
3. Pendahuluan
Kulit samak, yang telah digunakan orang
untuk berbagai keperluan sejak ribuan
tahun yang lalu, mempunyai sifat
istimewa yang tidak dimiliki oleh bahan
alami maupun bahan buatan manusia yang
lain. Kulit samak tidak hanya kuat, tahan
lama serta lugas tetapi juga mempunyai
struktur berpori yang unik sehingga dapat
“bernafas”, artinya, udara dan uap air
dapat melalui jaringannya.
3
4. Kulit samak telah digunakan untuk
bahan sandang selama paling
sedikit 7000 tahun. Ditambah pula,
selama ribuan tahun orang telah
menggunakan kulit samak untuk
membuat berbagai macam alat
seperti mengungkit, penghubung,
berbagai tali-temali dan pelana,
perisai dan senjata; juga untuk
tenda dan karpet.
4
5. Histologi
Kulit hewan mempunyai struktur yang sangat
kompleks. Pengetahuan tentang struktur dan
reaksi kimia dan fisika yang kompleks serta
perubahan-perubahan biologis yang terjadi pada kulit
sebelum maupun selama proses penyamakan sangat
penting.
Ditinjau secara histologis, kulit hewan mamalia
mempunyai struktur yang bersamaan. Ia terdiri dari
tiga lapisan yang jelas dalam struktur maupun
asalnya. Ketiga lapisan tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Epidermis
b. Corium (derma)
c. Hypodermis (subcutis), yang dikenal sebagai
lapisan daging atau tenunan lemak 5
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas :
Banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan kualitas integument
(pembungkus) segala jenis hewan liar dan
jinak. Jenis keturunan dan asal hewan, cata
hidup dan makanannya, keadaan umumnya,
umur dan jenis kelamin, serta maksud dan
tujuan hewan diternakkan, mempengaruhi
pertumbuhan hewan serta sifat kulitnya selama
hewan itu hidup. Sebagai contoh : seekor sapi
yang diternakkan untuk produksi susu atau
seekor domba untuk produksi wol panjang,
akan menghasilkan kulit yang relative tipis
karena sebagian nutrisinya telah diabsorpsi 6
7. Untuk membuat berbagai macam
kulit samak diperlukan berbagai
macam kulit mentah, Umpamanya
kalau kulit kalef atau sapi muda
dapat dibuat kulit atas yang bermutu
tinggi maka kulit sapi jantan dewasa
hanya dapat dibuat sol yang keras
dan tebal dengan gelombang serat
yang banyak. Jadi seorang
penyamak kulit harus memilih kulit
mentah sesuai dengan apa yang
akan dihasilkannya. 7
9. 1. Perendaman (Soaking)
Tujuan proses soaking :
(a) Melemaskan kulit, terutama kulit kering sehingga mendekati kulit
hewan yang baru lepas dari badannya (kulit segar). Dalam hal ini
terjadi peresapan air ke dalam jaringan atau tenunan kulit (rehydrasi).
(b) Membuang darah, feces, tanah dan lain-lain bahan atau zat-zat
asing yang tidak hilang pada waktu pengawetan.
(c) Membuka tenunan kulit, artinya tenunan kulit disiapkan untuk
dapat bereaksi dengan bahan kimia yang akan dibubuhkan kemudian.
(d) Membuang garam karena garam dapat memberikan pengaruh
kurang baik pada reaksi dalam proses lebih lanjut 9
10. Untuk memperoleh hasil terbaik dalam proses
perendaman, maka untuk masing-masing jenis
kulit digunakan tempat atau bejana yang
berbeda. Bejana atau bak untuk merendam harus
selalu berada di tempat yang teduh. Suhu tidak
boleh lebih dari 27˚ sampai 30˚C karena kulit
dapat mengalami dekomposisi pada suhu di atas
30˚C.
10
11. Untuk mencegah proses pembusukan
dalam perendaman dapat dilakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Usahakan agar air perendaman tetap
dingin, terutama pada saat musim panas
perlu digunakan thermometer
b. Bubuhkan sedikit bakterisida
11
12. Proses soaking dilakukan pertama kali dengan
memisahkan kulit menurut klasifikasinya. Setelah itu,
kulit ditimbang beratnya dan kulit dimasukkan dalam
campuran air, antiseptik, teepol, dan NaOH.
Temperatur air perendam 600% dibuat suhu sekitar 27
sampai 30ºC (suhu lebih dari 30ºC terjadi dekomposisi
kulit), kemudian ditambahkan campuran antiseptik
0,5%, teepol 0,5%, dan NaOH 0,5%. Kulit diremas-
remas selama 30 menit dan direndam selama semalam.
Tanda-tanda kulit yang baik setelah perendaman yaitu
tidak terdapat bau busuk, kulit lemas secara merata,
bulunya tidak rontok dan beratnya naik menjadi 200-
250% (dari berat awal kulit). 12
13. 2. Pengapuran (Liming)
Tujuan pengapuran adalah :
(a) Untuk menghilangkan atau melepaskan epidermis
sehingga baik rambut maupun wol dapat lepas.
(b) Untuk menghilangkan kelenjar keringat, urat saraf, vena,
dan pembuluh darah yang terdapat pada substansi kulit.
(c) Untuk memperlunak dan menghilangkan tenunan
reticular, yang menghubungkan fibril serta membuka tenunan
serat sedemikian rupa sehingga penetrasi dari zat penyamak
dimungkinkan.
(d) Untuk membengkakkan sisa-sisa daging serta tenunan
pengikat yang terdapat pada permukaan daging guna
memudahkan pembuangannya dalam proses lebih lanjut.
13
14. Kulit dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan air lalu kulit ditimbang
beratnya. Kulit dimasukkan dalam campuran
air sebanyak 400% (dari berat kulit), kapur
5%, dan Na2S 2%. Sebelumnya Na2S
diencerkan dengan air panas dengan
perbandingan 1:10. Kulit diremas-remas
selama 20 menit kemudian didiamkan selama
10 menit. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 4
kali, lalu kulit direndam selama semalam.
14
15. Tanda-tanda kulit yang baik setelah
pengapuran yaitu kulit tidak hancur, nerf
tidak rusak, tidak terdapat goresan, tidak ada
bintik-bintik dan bekas darah, dan bulu
mudah dilepaskan dari kulit.
15
16. 3. Pembelahan (Splitting)
Ada tiga istilah proses yang harus kita pahami, yaitu :
(a) Buang rambut → melepaskan rambut dari kulit
setelah pengapuran dilakukan.
(b) Buang daging → melepaskan tenunan daging yang
melekat pada kulit serta tenunan lemak yang disebut
lemak hypodermis atau daging sisa
(c) Pengerokan → kulit dikerok pada permukaan rambut
untuk membuang bulu halus, epidermis yang tersisa,
akar rambut dan sisa pigmen, bagian subcutis untuk
membuang sisa penyabunan lemak dan kelenjar-
kelenjar.
16
17. 4. Buang Kapur (Deliming)
Tujuan deliming untuk menghilangkan sisa-sisa
kapur yang masih tersisa pada kulit. Deliming atau
proses buang kapur bertujuan untuk
menghilangkan kapur yang terikat maupun yang
tidak terikat pada bagian daging dan serat-serat
kulit serta mempersiapkan kulit untuk proses
selanjutnya. Jika kapur didalam kulit tidak
dihilangkan maka kulit menjadi keras, mudah
rapuh, dan berwarna gelap pada proses
selanjutnya.
17
18. Langkah pertama, kulit ditimbang untuk
mengetahui beratnya. Selanjutnya kulit
dimasukkan dalam campuran air 200% dan natrium
formiat 3%. Kemudian asam sulfat yang telah
diencerkan sebanyak 0,75% dari berat kulit
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam
campuran tersebut. Penambahan asam sulfat yang
dilakukan harus dilakukan dengan tepat. Jika
penambahan asam sulfat berlebihan akan
menyebabkan kulit menjadi rusak. Selanjutnya kulit
diremas-remas selama 90 menit lalu direndam
selama semalam.
18
19. 5. Degreasing
Degreasing yaitu proses yang dilakukan untuk
menghilangkan lemak yang ada di dalam kulit.
Degreasing dilakukan dengan menimbang kulit telebih
dahulu beratnya kemudian kulit dimasukkan ke dalam air
100%, teepol 5%, dan bensin 5%. Kulit diremas-remas
selama 45 menit. degreasing bertujuan untuk
membuang sisa-sisa lemak baik setelah pikel maupun
sebelum proses penyamakan serta menghilangkan
seluruh lemak alami pada jaringan lemak yang masih
terdapat pada kulit baik pada bagian daging maupun
bagian yang dirajah.
19
20. 6. Pengikisan Protein (Bating)
Proses ini menggunakan enzim protase untuk
melanjutkan pembuangan semua zat- zat bukan collagen
yang belum terhilangkan dalam proses pengapuran antara
lain:
1) Sisa-sisa akar bulu dan pigment.
2) Sisa-sisa lemak yang tak tersabunkan.
3) Sedikit atau banyak zat- zat kulit yang tidak
diperlukan artinya untuk kulit atasan yang lebih lemas
membutuhkan waktu proses bating yang lebih lama.
4) Sisa kapur yang masih ketingglan.
5) Menghilangkan kepekaan kulit agar kulit tidak
mengadakan kontraksi
20
21. Proses bating dilakukan dengan mencuci
kulit terlebih dahulu kemudian
menimbang beratnya. Kulit dimasukkan
ke dalam campuran air dan oropon
kemudian kulit diremas-remas selama 2
jam dan kulit direndam selama semalam.
21
22. 7. Pengasaman (Pickling)
Maksud proses pengasaman untuk mengasamkan
kulit pada pH 3- 3,5 tetapi kulit kulit dalam keadaan
tidak bengkak, agar kulit dapat menyesuaikan
dengan pH bahan penyamak yang akan dipakai
nanti.
Selain itu pengasaman juga berguna untuk:
1) Menghilangkan sisa kapur yang masih tertinggal.
2) Menghilangkan noda- noda besi yang diakibatkan
oleh Na2gS, dalam pengapuran agar kulit menjadi
putih bersih.
22
23. Bahan pengasam dibuat dengan cara menuangkan air hangat
pada dedak dan dibiarkan semalam dalam suatu bejana di
dalam kamar yang hangat. Banyaknya dedak yang
digunakan diperhitungkan dari bobot kulit yang diasamkan.
Biasanya cukup sebesar 5-10%. Sebagai contoh, 0,5-1 kg
dedak untuk 10 kg kulit basah. Disini diperlukan air hangat
yang cukup untuk menutupi seluruh dedak dan kulit.
Campuran tersebut dapat diaduk sesekali dan sebaiknya
diberi pemberat, umpamanya batu, agar tidak timbul ke atas
permukaan. Setelah 24 jam maka seluruh proses dapat
dianggap selesai. Menahan kulit di dalam cairan pengasam
terlalu lama dapat menyebabkan “blister”. Karena itu harus
diperhatikan secara periodik.
23
25. 1. Penyamakan
1.1 Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Nabati
a). Cara Counter Current
Kulit direndam dalam bak penyamakan yang berisi larutan ekstrak
nabati + 0,50. Be selama 2 hari, kemudian kepekatan cairan
penyamakan dinaikkan secara bertahap sampai kulit menjadi masak
yaitu 3- 4 0Be untuk kulit yang tipis seperti kulit lapis, kulit tas, kuli
pakaian kuda, dll sedang untuk kulit- kulit yang tebal seperti kulit
sol, ban mesin dll a pada kepekatan 6-8 0 be. Untuk kulit sol yang
keras dan baik biasanya setelah kulit tersanak masak dengan larutan
ekstrak, penyamakan masih dilanjutkan lagi dengan cara kulit
ditanam dalam babakan dan diberi larutan ekstrak pekat selama 2-5
minggu.
25
26. b). Sistem samak cepat
Didahului dengan penyamakan awal
menggunakan 200% air, 3% ekstrak mimosa
(Sintan) putar dalam drum selam 4 jam. Putar
terus tambahkan zat peyamak hingga masak
diamkan 1 malam dalam drum.
26
27. 1.2 Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Mineral
a). Menggunakan bahan penyamak krom
Zat penyamak krom yang biasa digunakan adalah bentuk kromium sulphat basa.
Basisitas dari garam krom dalam larutan menunjukkan berapa banyak total velensi
kroom diikat oleh hidriksil sangat penting dalam penyamakan kulit. Pada basisitas
total antara 0-33,33%, molekul krom terdispersi dalam ukuran partikel yang kecil (
partikel optimun untuk penyamakan). Zat penyamak komersial yang paling banyak
digunakan memunyai basisitas 33,33%. Jika zat penyamak krom ini ingin difiksasikan
didalam substansi kulit, maka basisitas dari cairan krom harus dinaikkan sehingga
mengakibatkan bertambah besarnya ukuran partikel zat penyamak krom. Dalam
penyamakan diperlukan 2,5- 3,0% Cr2O3 hanya 25 %, maka dalam pemakainnya
diperlukan 100/25 x 2,5 % Cromosol B= 10% Cromosol B. Obat ini dilautkan dengan
2-3 kali cair, dan direndam selama 1 malam. Kulit yang telah diasamkan diputar
dalam drum dengan 80- 100%air, 3-4 % garam dapur (NaCl), selma 10-15 menit
kemudian bahan penyamak krom dimasukkan sbb:
- 1/3 bagian dengan basisitas 33,3 % putar selama 1 jam.
- 1/3 bagian dengan basisitas 40-45 % putar selama 1 jam.
-1/3 bagian dengan basisitas 50 % putar selama 3 jam
27
28. b). Cara penyamakan dengan bahan penyamak
aluminium (tawas putih)
Kulit yang telah diasamkan diputar dengan:
- 40- 50 % air.
- 10% tawas putih.
- 1- 2% garam, putar selama 2-3 jam lu ditumpuk
selam 1 malam.
- Esok harinya kulit diputar lagi selama ½ – 1
jam, lalu gigantung dan dikeringkan pada udara
yang lembabselama 2-3 hari. Kulit diregang
dengan tangan atau mesin sampai cukup lemas.
28
29. 1.3 Cara Penyamakan dengan Bahan Penyamakan Minyak
Kulit yang akan dimasak minyak biasanya telah disamak
pendahuluan dengan formalin. Kulit dicuci untuk
menghilangkan kelebihan formalin kemudian dierah unuk
mengurangi airnya, diputar dengan 20-30 % minyak ikan,
selama 2-3 jam, tumpuk 1 malam selanjutnya digantung
dan diangin- anginkan selam 7-10 hari.
Tanda-tanda kulit yang masak kulit bila ditarik mudah
mulur dan bkas tarikan kelihatan putih. Kulit yang telah
masak dicuci dengan larutan Na2CO3 1%.
29
30. 2. Pengetaman (Shaving)
Kulit yang telah masak ditumpuk selama 1-2 hari
kemudian diperah dengan mesin atau tangan
untuk menghilangkan sebagian besar airnya, lalu
diketam dengan mesin ketam pada bagian
daging guna mengatur tebal kulit agar rata. Kulit
ditimbang guna menentukan jumlah khemikalia
yang akan diperlukan untuk proses- proses
selanjutnya, selanjutnya dicuci dengan air
mengalir selama ½ jam.
30
31. 3. Pemucatan ( Bleaching)
Hanya dikerjakan untuk kulit samak nabati dan
biasanya digunakan asam- asam organik dengan
tujuan:
1) Menghilangkan flek- flek besi dari mesin
ketam.
2) Menurunkan pH kulit yang berarti
memudahkan warna klit.
Cara mengerjakan proses pemucatan, kulit
diputar dengan 150-2005 air hangat (36- 40 0C ).
0,5-1,0 % asam oksalat selama ½- 1 jam.
31
32. 4. Penetralan ( Neutralizing)
Hanya dikerjakan untuk kulit samak krom. Kulit samak
krom dilingkungannya sangat asam ( pH 3-4) maka kulit
perlu dinetralkan kembali agar tidak mengganggu dalam
proses selanjutnya. Penetralan biasanya mempergunakan
garam alkali misalnya NaHCO3, Neutrigan dll.
Cara melakukan penetralan, kulit diputar dengan 200% air
hangat 40-600C. 1-2 % NaHCO3 atau Neutrigan. Putar
selama ½- 1 jam.Penetralan dianggap cukup bila ½- ¼
penampang kulit bagian tengah berwarna kunung terhadap
Bromo Cresol Green (BCG) indikator, sedangkan kulit
bagian tepi berwarna biru. Kulit kemudian dicuci kembali.
32
33. 5. Pengecatan Dasar ( Dyeing)
Tujuan pengacetan dasar ialah untuk
memnberikan warna dasar pada kulit agar
pemakaian cat tutup nantinya tidak terlalu tebal
sehingga cat tidak mudah pecah.
Cat dasar yang dipakai untuk kulit ada 3 macam:
1). Cat direct, untuk kulit samak krom.
2). Cat asam, untuk kulit samak krom dan nabati.
3). Cat basa, untuk kulit samak nabati.
33
34. 6. Peminyakan (Fat Liguoring)
Tujuan proses peminyakan pada kulit antara lain sebagai berikut:
1). Untuk pelumas serat- serat kulit ag kulit menjadi tahan tarik dan
tahan getar.
2). Menjaga serat kulit agar tidak lengket satu dengan yang lainnya.
3). Membuat kulit tahan air.
Cara mengerjakan peminyakan, kulit setelah dicat dasar, diputar
selama ½ – 1jam dengan 150 %- 200% air 40- 60 0C, 4-15%
emulsi minyak. Ditambahkan 0,2- 0,5 % asam formiat untuk
memecahkan emulsi minyak. Minyak akan tertinggal dalam kulit
dan airnya dibuang. Kulit ditumpuk pada kuda- kuda selama 1
malam.
34
35. 7. Pelumasan (Oiling)
Pelumasan hanya dikerjakan untuk kulit sol samak nabati.
Tujuan pelumasan ialah untuk menjaga agar bahan
penyamak tidak keluar kepermukaan kulit sebelum kulit
menjadi kering, yang berakibat kulit menjadi gelap
warnanya dan mudah pecah nerfnya bila ditekuk..
Cara pelumasan, kulit sol sebagian airnya diperah
kemudian kulit diulas dengan campuran:
1) 1 bagian minyak parafine.
2) 1 bagian minyak sulfonir.
3) 3 bagian air.
Kulit diulas tipis tetapi rata kedua permukaannya,
kemudian dikeringkan.
35
36. 8. Pengeringan
Kulit yang diperah airnya dengan
mesin atau tangan kemudian
dikeringkan. Proses ini bertujuan
untuk menghentikan semua reaksi
kimia didalam kulit. Kadar air pada
kulit menjadi 3-14%.
36
37. 9. Kelembaban
Kulit setelah dikeringkan dibiarkan 1-3 hari pada
udara biasa agar kulit menyesuaikan dengan
kelembaban udara sekitarnya. Kulit kemudian
dilembabkan dengan ditanam dalam serbuk kayu
yang mengandung air 50- 55 % selama 1 malam,
Kulit akan mengambil air dan menjadi basah
dengan merata. Kulit kemudian dikeluarkan dan
dibersihkan serbuknya.
37
38. 10. Peregangan dan Pementangan
Kulit diregang dengan tangan atau mesin regang.
Tujuan peregangan ini ialah untuk menarik kulit
sampai mendekati batas kemulurannya, agar jika
dibuat barang kerajinan tidak terlalu mulur, tidak
merubah bentuk ukuran. Setelah diregang sampai
lemas kulit kemudian dipentang dan setelah kering
kulit dilepas dari pentangnya, digunting dibagian
tepinya sampai lubang-lubang dan keriput-
keriputnya hilang.
38
40. Penyelesaian akhir bertujuan untuk
memperindah penampilan kulit
jadinya, memperkuat warna dasar kulit,
mengkilapkan, menghaluskan
penampakan rajah kulit serta menutup
cacat-cacat atau warna cat dasar yang
tidak rata
40
42. 5.1 Pewarnaan (Coloring)
Proses selanjutnya ialah pewarnaan
(coloring) bahwa warna dasar jaket
kulit ialah hitam dan coklat, namun
bisa juga menentukan warna apa
saja sesuai dengan selera
menggunakan zat kimia pewarna
42
43. 5.2 Pembuatan Pola Desain atau Model
Jaket Kulit
Setelah bahan baku selesai diproses hingga proses
pewarnaan (coloring), maka tahap selanjutnya adalah
pembuatan pola desain atau model jaket kulit. Pada zaman
dulu pembuatan pola pakaian jaket kulit masih menggunakan
teknik tradisional yaitu dengan membuat pola diatas
kertas/karton secara manual, bahkan sampai sekarang pun
teknik ini masih dipertahankan oleh beberapa pengrajin jaket
kulit. Belakangan setelah tersentuh oleh kemajuan teknologi,
maka sebagian pengrajin membuat pola desain jaket kulit
yang sudah menggunakan software komputeruntuk
mempercepat proses pengerjaan.
43
44. 5.3 Sewing (Proses Penjahitan)
Seperti layaknya membuat pakaian baju atau celana,
maka proses pembuatan jaket kulit pun memiliki banyak
kemiripan. Setelah menyelesaikan pembuatan pola
desain atau model jaket kulit, maka dilanjutkan dengan
proses sewing atau menjahit. Proses penjahitan
(sewing) bisa dilakukan menggunakan mesin jahit secara
manual atau bisa juga dengan sistem konveksi untuk
produksi dalam partai besar. Keterampilan dan kelihaian
dalam membuat pola desain model jaket kulit serta
proses penjahitan (sewing) dapat mempengaruhi
kenyamanan dan kerapihan jaket kulit ketika dipakai.
44
45. 5.4 Pemolesan Jaket Kulit (Rouging)
Inilah proses akhir pembuatan jaket kulit,
yaitu proses pemolesan atau disebut juga
dengan rouging. Proses pemolesan rouging
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran
dan noda yang masih tersisa ketika jaket masih
dalam tahap produksi, serta menjadikan
permukaan jaket tampak mengkilat. Demikian
langkah demi langkah mengintip proses
pembuatan jaket kulit domba.
45