SlideShare a Scribd company logo
1 of 86
Download to read offline
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
Manajemen Terpadu
Balita Sakit
MODUL
PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2
BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
SUGIJATI
Dwi Estuning Rahayu
Australia Indonesia Partnership for
Health System Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 7
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
	 Segala puji bagi Allah Tuhan
Yang Maha Esa atas Limpahan rahmat
dan hidayah Nya sehingga penyusunan
Modul MTBSI ini dapat terselesaikan
dengan baik. Modul
	 MTBS disusun dengan tujuan
untuk media pembelajaran Program
Studi D III Kebidanan khususnya bagi
mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh
dengan latar belakang DI Kebidanan.
	 Bahan belajar berupa modul
ini sengaja kami susun agar dapat
digunakan sebagai media belajar
mandiri, dikatakan mandiri karena
sesungguhnya modul ini dapat dipelajari
sendiri oleh mahasiswa tanpa bimbingan
dosen. Selain digunakan sebagai
bahan belajar mandiri, modul ini dapat
digunakan sebagai bahan belajar di
kelas dengan berbagai macam metode,
misalnya diskusi kelompok.
	 Mudah-mudahan Modul ini dapat
digunakan secara efektif dan dapat
menjadimediayangdapatmeningkatkan
pemahaman dan kemampuan bagi
mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh
Program D.III Kebidanan.
Kata
Pengantar
Tim Penyusun
Gambar : Praktek Keperawatan Kejiwaan
ii
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
Daftar Isi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kata Pengantar 										i
Daftar Isi												ii
Pendahuluan 											1
Kegiatan Belajar 1:
Masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan
tanda bahaya umum										4
Kegiatan Belajar 2: 	
Penilaian Dan Klasifikasi Penyakit Pada Anak Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun	 17
Kegiatan Belajar 3
Memeriksa dan Mengklasifikasikan Status Gizi, Anemia dan Imunisasi		 57
Tes Akhir												76
Daftar Gambar											82
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
A. Rasional dan Deskripsi Singkat
	
	 Tingginya Angka Kematian Bayi dan Balita merupakan salah satu faktor yang menentukan
indikator Indeks Pembangunan Manusia di suatu wilayah. Penyebab utama tingginya angka
kematian tersebut antara lain pneumonia, malaria, diare, demam berdarah dengue dan gizi
bu ruk. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah modul yang menjelaskan secara rinci
cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke
fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif.
	 Materi MTBS dikemas dalam 4 modul dengan bobot 2 SKS dengan alokasi waktu belajar 16
minggu dalam satu semester , setiap minggu 1 kali pertemuan selama 2 jam. Modul 1 ini berjudul
Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun yang merupakan modul 1 dari
4 modul yang harus Anda pelajari. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar disusun dengan
urutan sebagai berikut:
•	 Kegiatan belajar 1: Masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan tanda
bahaya umum
•	 Kegiatan belajar 2: Penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5
tahun Kegiatan belajar
•	 3: Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi.
	 Setelah Anda mempelajari modul 1 ini, diharapkan mampu menjelaskan pengertian MTBS,
mampu menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya dan memeriksa
tanda bahaya umum, mampu menilai dan mengklasifikasikan penyakit berdasarkan keluhan,
mampu memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi pada anak usia 2
bulan sampai 5 tahun.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
B. Relevansi
	 MTBS salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan peningkatan
kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di sarana
kesehatan.Tujuan MTBS menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di
unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar. Modul 1 ini memberi penjelasan dan latihan yang
dapat membantu Anda memahami Bagan PENILAIAN & KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN
SAMPAI 5 TAHUN, sehingga tidak ada permasalahan anak yang terlewatkan
	 Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit
atau masalah serta tingkat keparahannya. Anda akan memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk
setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan
suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit.
	 Untuk memudahkan Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul 1 ini, maka akan
lebih mudah bagi Anda untuk mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1.	 Pelajari secara berurutan kegiatan belajar 1 sampai dengan 3
2.	 Baca dengan seksama materi yang disampaikan
3.	 Kerjakan latihan-latihan / tugas-tugas terkait dengan materi yang dibahas dan
	 diskusikan dengan fasilitator / tutor pada saat kegiatan tatap muka.
4.	 Buat ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda mengingat.
5.	 Kerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap materi yang dibahas dan
	 cocokkan jawaban Anda teori yang suda dipelajari
6.	 Jika Anda mengalami kesulitan diskusikan dengan teman dan konsultasikan
	 kepada fasilitator
7.	 Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mempelajari materi dalam modul ini
tergantung dari kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu belajarlah dan
berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat Anda
Petunjuk Belajar
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
3
	 Kami mengharap, Anda dapat mengikuti keseluruhan kegiatan belajar dalam modul ini
dengan baik. Selamat belajar semoga sukses memahami pengetahuan ini untuk bekal Anda
ditempat kerja nanti.
Petunjuk Bagi Dosen Pengajar / Fasilitator
1.	 Pahami Capaian Pembelajaran dalam Modul 1 ini.
2.	 Motivasi pembaca untuk membaca dengan seksama materi yang disampaikan dan berikan
penjelasan untuk hal-hal yang dianggap sulit
3.	 Motivasi pembaca untuk mengerjakan latihan-latihan / tugas-tugas terkait dengan materi
yang dibahas.
4.	 Identifikasi kesulitan pembaca dalam mempelajari modul terutama materi-materi yang
dianggap penting
5.	 Jika pembaca mengalami kesulitan, mintalah mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok
atau kelas dan berikan kesimpulan.
6.	 Motivasi pembaca untuk mengerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap materi
yang dibahas dan mendiskusikannya dengan teman sejawat.
7.	 Bersama pembaca lakukan penilaian terhadap kemampuan yang dicapai pembaca
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
Kegiatan
Belajar 1
Masalah Yang Dihadapi Anak Usia 2 Bulan
Sampai 5 Tahun Dan Tanda Bahaya Umum
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat memahami masalah yang
dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan tanda bahaya umum
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat :
1.	 Menjelaskan pengertian MTBS
2.	 Menjelaskan latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia
3.	 Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya
4.	 Memeriksa tanda bahaya umum dan menanyakan empat keluhan utama
1.	 Pengertian MTBS
2.	 Latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia
3.	 Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya
4.	 Memeriksa tanda bahaya umum dan menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan
utama
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
5
Uraian
Materi
Gambar : Memeriksa seorang balita
	 Pernahkah Anda mendengar MTBS ? untuk
mengetahuinya sebelum Anda mempelajari
uraian berikut, ada baiknya mengetahui terlebih
dahulu bahwa penyebab utama tingginya angka
kematian anak antara lain penyakit pneumonia,
malaria, diare, demam berdarah dengue dan gizi
buruk. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
adalah modul yang menjelaskan secara rinci cara
menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam
menangani balita sakit yang datang ke
A. Pengertian MTBS
fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif.
1. Pengertian MTBS
a.	 MTBS adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana
balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi
penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
b.	 Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam
tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan
dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2008).
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
2.	LATAR BELAKANG PERLUNYA PENERAPAN
	 MTBS DI INDONESIA
	 Penyakit-penyakit penyebab kematian
pada anak umumnya dapat ditangani di tingkat
Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat
Puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain
karena masih minimnya sarana/peralatan
diagnostik dan obat-obatan di tingkat
Puskesmas terutama Puskesmas di daerah
terpencil yang tanpa fasilitas perawatan, selain
itu seringkali Puskesmas tidak memiliki tenaga
dokter yang siap di tempat setiap saat. Padahal,
Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas
kesehatan yang paling diandalkan di tingkat
kecamatan. Kenyataan lain di banyak provinsi,
keberadaan Rumah Sakit pada umumnya
hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota
sedangkan masyarakat Indonesia banyak
tinggal di pedesaan.
	 Berdasarkan kenyataan (permasalahan) di
atas, pendekatan MTBS dapat menjadi solusi
yang jitu apabila diterapkan dengan benar
.Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa
berobat ke Puskesmas, keluhan tunggal jarang
terjadi. Menurut data WHO, tiga dari empat
balita sakit seringkali memiliki beberapa
keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya
menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada
balita yang menjadi fokus MTBS. Hal ini dapat
diakomodir oleh MTBS karena dalam setiap
pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi
yang sering menyebabkan keluhan anak akan
ditanyakan dan diperiksa.
	 MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara
menatalaksanabalitasakit.Konseppendekatan
MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh
WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan bayi dan anak balita di negara-
negara berkembang.
Gambar : Buah hatimerupakan harta paling berharga bagi ibu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
7
	 Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk
Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-
penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.Dikatakan lengkap
karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita.
3.	 MENANYAKAN KEPADA IBU MENGENAI MASALAH YANG DIHADAPI ANAKNYA
Ketika Anda bertemu dengan ibu yang membawa anaknya sakit :
a. Sambut ibu dengan baik dan persilakan duduk bersama anaknya.
Tanyakan umur anak :
•	 Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan PENILAIAN & KLASIFIKASI ANAK SAKIT
UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN.
•	 Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan TATALAKSANA BAYI MUDA UMUR
KURANG DARI 2 BULAN (akan dipelajari kemudian pada modul 4). Periksa apakah BB,
PB/TB dan suhu anak telah diukur dan dicatat.Jika belum, timbang dan ukur PB atauTB
serta suhu badan anak pada saat Anda menilai dan mengklasifikasikan gejala-gejala
utama anak.Catat juga jenis kelaminnya. Jangan membuka pakaian atau melakukan
tindakan apapun pada anak itu sekarang.
b.	 Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya.
Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk membina
komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik akan meyakinkan ibu bahwa
anaknya akan ditangani dengan baik.
c.	 Agar terjalin hubungan yang komunikatif:
•		 Dengarkan dengan seksama apa yang disampaikan ibu. Ini akan meyakinkan ibu bahwa
Anda sungguh-sungguh menanggapi permasalahannya. Gunakan kata-kata yang
mudah dimengerti ibu. Jika ibu tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, Anda tidak
akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan untuk menilai dan mengklasifikasikan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
penyakit anak itu dengan tepat.
•		 Beri ibu waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan.
•		 Ajukan pertanyaan tambahan apabila ibu tidak pasti akan jawabannya.
d.	 Tentukan apakah kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan
ulang.
Jika anak datang pertama kali untuk penyakit atau masalah ini, maka disebut kunjungan
pertama. Jika anak sudah diperiksa beberapa hari yang lalu untuk penyakit atau masalah
yang sama, disebut kunjungan ulang. Anda akan mempelajari secara khusus cara menangani
penyakit anak pada saat kunjungan ulang dalam modul tersendiri. Contoh dan latihan
dalam modul yang sedang Anda pelajari ini menggambarkan anak anak yang datang
untuk kunjungan pertama.
4.	 MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM.
	 Anda telah mempelajari uraian cara bertanya pada ibu tentang masalah yang dihadapi
anaknya , sekarang Anda akan melanjutkan memelajari tentang bagaimana memeriksa
tanda bahaya umum. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan
akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa
tanda-tanda bahaya umum seperti:
a.	 Apakah anak bisa minum/menyusu?
b.	 Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c.	 Apakah anak menderita kejang?
d.	 Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar?
Cara memeriksa tanda-tanda bahaya umum:
a.	 TANYA : Apakah anak bisa minum atau menyusu?
•	 Anak menunjukkan tanda “tidak bisa minum atau menyusu” jika anak terlalu lemah
untuk minum atau tidak bisa mengisap/ menelan apabila diberi minum atau disusui. Jika
Anda bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa minum, pastikan bahwa ibu mengerti
pertanyaan itu.Apakah anak dapat menerima cairan dalam mulutnya dan menelannya.
Jika Anda ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak tersebut minum air
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
9
matang atau menyusuinya.
•	 Perhatikan apakah anak bisa menelan atau menyusu.Ketika menyusu, anak sulit
mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak dapat menyusu setelah hidungnya
dibersihkan, berarti anak tidak mempunyai tanda bahaya umum “tidak bisa minum
atau menyusu.”
b.	 TANYA : Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
•	 Anak yang sama sekali tidak dapat menelan apapun, mempunyai tanda “memuntahkan
semuanya.” Apa saja yang masuk (makanan, cairan) akan keluar lagi. Anak yang muntah
beberapa kali namun masih dapat menelan sedikit cairan, tidak menunjukkan tanda
bahaya umum.
•	 Gunakan kalimat bertanya yang dimengerti ibu.Beri ibu waktu yang cukup untuk
menjawab. Jika ibu tidak yakin, bantu agar ibu dapat menjawab dengan jelas. Misalnya,
tanyakan kepada ibu berapa kali anaknya muntah.
•	 Tanyakan juga apakah anak muntah setiap kali menelan makanan atau minuman. Jika
masih ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi minum anak. Perhatikan
apakah anak muntah.
c.	 TANYA : Apakah anak kejang?
Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya berkontraksi.
Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit ini.Gunakan kata-kata yang
dimengerti oleh ibu. Mungkin ibu mengungkapkan istilah kejang sebagai “step” atau “kaku”
dan lain sebagainya.
d.	 LIHAT : Apakah anak letargis atau tidak sadar?.
•	 Anak yang letargis, sulit dibangunkan.Ia kelihatan mengantuk dan tidak punya perhatian
akan apa yang terjadi di sekelilingnya. Seringkali anak yang letargis tidak melihat
kepada ibu atau memperhatikan wajah Anda pada waktu Anda bicara. Anak mungkin
menatap hampa (pandangan yang kosong) dan terlihat bahwa ia tidak memperhatikan
keadaan di sekitarnya.
•	 Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan.Ia tidak bereaksi ketika disentuh,
digoyang atau diajak bicara.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
•	 Tanyakan kepada ibu apakah anaknya mengantuk tidak seperti biasanya atau tidak
dapat dibangunkan.Perhatikan apakah anak itu terbangun jika diajak bicara atau
digoyang atau jika Anda bertepuk tangan.
•	
Catatan: Jika anak sedang tidur dan menderita batuk atau sukar bernapas, hitunglah dulu
frekuensi napasnya sebelum Anda mencoba untuk membangunkannya. Berikut ini adalah
kotak pertama dalam kolom “PENILAIAN” pada bagan yang akan menerangkan kepada Anda
cara memeriksa tanda bahaya umum.
TANYAKAN KEPADA IBU MENGENAI MASALAH ANAKNYA
1.	 Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut:
2.	 Jika kunjungan ulang, gunakan petunjuk pada pelayanan tindak lanjut
3.	 Jika kunjungan pertama, lakukan pemeriksaan pada anak sebagai berikut:
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM
TANYAKAN : LIHAT
1.	 Apakah anak bisa minum atau menetek?
2.	 Apakah anak tampak Letargis atau tidak sadar ?
3.	 Apakah anak selalu memuntahkan Semuanya?
4.	 Apakah anak menderita kejang?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
11
	 Selamat Anda telah menyelesaikan satu kegiatan belajar mengenai latar belakang MTBS
dan masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Dengan demikian Anda sebagai
petugas kesehan sudah memahami pentingnya MTBS di tingkat fasilitas kesehatan dasar. Hal-
hal penting yang telah Anda pelajari adalah sebagai berikut:
1.	 Dari beberapa definisi MTBS di atas, secara umum MTBS dapat didefinisikan sebagai
pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit
pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan
preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut
2.	 Penyakit-penyakit penyebab kematian pada anak umumnya dapat ditangani di tingkat
Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain
karena masih minimnya sarana/peralatan diagnostik dan obat-obatan di tingkat Puskesmas
terutama Puskesmas di daerah terpencil yang tanpa fasilitas perawatan. Pendekatan MTBS
di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang
sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena
meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa
konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang
sering terjadi pada balita.
3.	 Ketika Anda bertemu dengan ibu dan anaknya yang datang berobat :Tanyakan kepada ibu
mengenai masalah anaknya. Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya.
Hal ini penting untuk membina komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik
Rangkuman
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
akan meyakinkan ibu bahwa anaknya akan ditangani dengan baik.
4.	 Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan
kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya
umum seperti:
a.	 Apakah anak bisa minum/menyusu?
b.	 Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c.	 Apakah anak menderita kejang?
d.	 Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sad
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
13
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih satu jawabanyang Anda anggap
paling benar.
1.	 Pengertian MTBS adalah:
a. Manajemen balita sakit dan sehat
b. Manajemen balita sakit yang datag ke rumah sakit
c. Manajemen terpadu dalam tatalaksana balita sakit
d. Manajemen terpadu imunisasi balita
2.	 Latar belakang diterapkan MTBS di Indonesia:
a. Tenaga dan dana untuk puskesmas kurang
b. Solusi yang tepat untuk menurunkan AKB
c. Pelayanan yang praktis dan cepat
d. Tidak perlu tenaga banyak
3.	 Cara menanyakan pada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya:
a. Sambut ibu dengan baik dan silahkan duduk
b. Tanyakan pada ibu membawa uang berapa
c. Tanyakan pada ibu hal-hal yang penting saja
d. Kunjungan pertama ataupun ulang sama saja
4.	 Tanda bahaya umum antara lain:
a. Anak masih bisa menyusu
b. Kadang-kadang muntah
c. Anak pernah kejang
d. Anak letargis
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Evaluasi
Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
5.	 Cara memeriksa anak apakah sadar atau tidak dengan cara;
a. Melihat anak tidur pulas
b. Anak tampak mengantuk dan pandangan kososng
c. Anak tidak bias memanggil ibunya
d. Bicara anak tidak jelas
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
15
Bacalah studi kasus berikut ini dan jawablah tiap-tiap pertanyaan.
	 Ina, anak perempuan umur 15 bulan. Berat badan 8,5 kg. Panjang badan 67 cm, Suhu
38,5°C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibunya menjawab, “Sudah 4 hari
ini Ina batuk, dan ia tidak suka makan.”Ia bertanya, “Apakah Ina bisa minum atau menyusu?”
Ibunya menjawab, “Tidak.Ina tidak mau menyusu.”Petugas kesehatan memberi air kepada Ina.
Ia terlalu lemah untuk mengangkat kepalanya. Ia tidak bisa minum atau menyusu. Kemudian,
petugas bertanya kepada ibu Ina, “Apakah Ina muntah?”Ibunya berkata, “Tidak.”Lalu ditanyakan
apakah Ina kejang.Ibunya berkata, “Tidak.”
	 Diperiksa apakah Ina letargis atau tidak sadar.Ketika petugas berbicara dengan ibu, Ina
memperhatikan mereka dan melihat ke sekeliling ruangan.Ia sadar dan tidak letargis.
Sekarang jawab pertanyaan-pertanyaan berikut pada formulir dibawah:
1.	 Tulis nama Ina, jenis kelamin, umur, berat dan panjang badan serta suhu
badannya pada tempat kosong yang disediakan pada bagian atas formulir.
2.	 Tulis masalah Ina pada garis setelah pertanyaan “Anak ibu sakit apa?”
3.	 Tandai dengan (V ) untuk kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
4.	 Apakah Ina menunjukkan tanda bahaya umum? Jika ya, lingkari tanda
bahaya umum yang ditemukan.Beri tanda √_ pada tulisan “ya” pada kolom
klasifikasi dalam kotak dengan pertanyaan, “Ada tanda bahaya umum?”
Tugas
Mandiri
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Tanggal kunjungan : _______________________________________________
Nama anak : ____________________L / P Umur :______ BB :_____ kg PB / TB _____ cm Suhu : ______oC
Tanyakan: Anak ibu sakit apa ?______________________ Kunjungan pertama?____ Kunjungan
ulang? ____
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM
•	 Tidak bisa minum atau
menyusu.
•	 Memuntahkan semuanya.
•	 Kejang.
•	 Letargis atau tidak sadar.
Ada tanda bahaya umum?
Ya___Tidak___
Ingatlah adanya tanda
bahaya umum dalam
Menentukan klasifikasi
Ingatlah untuk
merujuk setiap
anak yang
mempunyai
tanda bahaya
umum
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
17
Kegiatan
Belajar 2
Penilaian Dan Klasifikasi Penyakit Pada Anak
Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun
Tujuan Pembelajaran Umum
	 Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2 diharapkan Anda dapat melakukan penilaian dan
klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun berdasarkan gejala yang ditemukan
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2, diharapkan Anda dapat :
1.	 Menanyakan kepada ibu mengenai 4 keluhan utama pada anak
2.	 Melakukan penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan
3.	 Melakukan penilaian dan klasifikasi diare
4.	 Melakukan penilaian dan klasifikasi demam
5.	 Melakukan penilaian dan klasifikasi masalah telinga
1.	 Keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
2.	 Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan
3.	 Penilaian dan klasifikasi diare
4.	 Penilaian dan klasifikasi demam
5.	 Penilaian dan klasifikasi masalah telinga
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
	 Setelah Anda memahami tentang cara menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang
dihadapi anaknya dan memeriksa tanda bahaya umum selanjutnya Anda akan mempelajari
tentang cara melakukan penilaian lebih lanjut gejala yang berhubungan dengan keluhan utama
dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan.
A.	 Keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
	 Seorang ibu akan membawa anaknya ke klinik jika ada suatu masalah atau gejala khusus.
Jika Anda hanya memeriksa anak itu untuk masalah atau gejala khusus tersebut, maka Anda
mungkin akan melewatkan tanda-tanda penyakit yang lain. Tanyakan kepada ibu mengenai
empat keluhan utama yang sering terjadi pada anak :
1.	 Batuk atau sukar bernapas.
2.	 Diare.
3.	 Demam.
4.	 Masalah telinga.
	 Apabila ada keluhan utama: lakukan penilaian lebih lanjut gejala yang berhubungan dengan
keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan.
B.	 Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan
1.	 Menilai batuk atau sukar bernapas.
Anak yang batuk atau sukar bernapas dinilai tentang:
a.	 Sudah berapa lama anak batuk atau sukar bernapas.
b.	 Napas cepat.
c.	 Tarikan dinding dada ke dalam.
d.	 Stridor.
Uraian
Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
19
	 Dibawah ini adalah kotak dalam kolom “Penilaian” yang berisi langkah-langkah untuk menilai
seorang anak dengan batuk atau sukar bernapas.
TANYAKAN KELUHAN UTAMA :
APAKAH ANAK MENDERITA BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS ?BILA YA..
TANYAKAN:
Berapa lama?
LIHAT, DENGAR :
•	 Hitung napas dalam 1 menit
•	 Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke
dalam
•	 Dengar adanya stridor	
ANAK HARUS
TENANG
2.	 Tanyakan adanya batuk atau sukar bernapas pada SEMUA anak sakit
a.	 TANYA: Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas?
•	 “Sukar bernapas” adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu menggambarkannya
dengan berbagai cara. Mereka mungkin mengatakanbahwa anaknya bernapas “cepat”
atau “berbunyi” atau “terputus-putus.”
•	 Jika ibu menjawab TIDAK, periksa apakah menurut pendapat Anda anak itu batuk atau
sukar bernapas.Jika anak tidak batuk atau sukar bernapas, tidak perlu memeriksa anak
lebih lanjut untuk tanda-tanda yang berhubungan dengan batuk atau sukar bernapas.
Selanjutnya tanyakan tentang keluhan utama berikutnya. • Jika jawabnya YA, ajukan
pertanyaan berikut ini :
b.	 TANYA: Sudah berapa lama?
•	 Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti menderita
batuk kronis.
•	 Kemungkinan ini adalah tanda TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain.
•	 HITUNG frekuensi napas dalam satu menit.
•	 Hitung frekuensi napas anak itu dalam satu menit
•	 untuk menentukan apakah anak bernapas dengan cepat. Beritahu ibu bahwa Anda
akan menghitung napas anaknya, untuk itu ibu diminta agar menjaga anaknya tetap
tenang. Jika anak sedang tidur, jangan dibangunkan.Jika anak takut, menangis atau
marah, Anda tidak dapat menghitung napas anak dengan tepat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20
3.	 Menghitung frekuensi napas
	 Untuk menghitung napas dalam satu menit:
a.	 Menghitung napas dalam satu menit
Terdapat tiga cara yang benar dalam menghitung frekuensi napas:
•	 Gunakan timer yang berbunyi setelah satu menit (60 detik). Hitunglah napas anak
selama satu menit.
•	 Memakai jam tangan yang mempunyai jarum detik. Bisa meminta bantuan orang lain
untuk memberi aba-aba setelah 60 detik, sehingga Anda bisa sepenuhnya mengamati
pernapasan anak. Kalau tidak ada orang lainyang bisa membantu,buatlah posisi
jam sedemikian sehingga Anda bisa melihat jarumnya dan sekaligus melihat gerak
pernapasan anak.
•	 Gunakan jam tangan dengan jarum detik atau jam digital. Hitung pernapasan sampai
ke batas napas cepat (sesuai umur), kemudian segera melihat jam. Bila pernapasan
anak normal, maka Anda akan memerlukan waktu menghitung lebih dari satu menit.
b.	 Amati gerakan napas pada dada atau perut anak itu.
Biasanya Anda dapat melihat gerakan napasnya meskipun pakaiannya tidak dibuka.
Jika Anda tidak dapat melihat gerakan napas dengan jelas, mintalah ibu membuka baju
anak. Jika Anda tidak yakin akan hitungan napas dalam 1 menit (misalnya jika anak terus
bergerak dan sulit untuk memperhatikan dadanya atau jika anak menangis), ulangi
penghitungan.
Batas napas cepat tergantung pada umur anak.
Jika umur anak: Anak itu dikatakan bernapas cepat jika :
2 sampai 12 bulan Frekuensi napas : 50 kali per menit atau lebih.
12 bulan sampai 5 tahun Frekuensi napas : 40 kali per menit atau lebih.
c.	 LIHAT tarikan dinding dada ke dalam.
Jika Anda tidak membuka baju anak pada saat Anda menghitung napas, ibu diminta
membukanya sekarang.Lihat apakah dinding dada tertarik ke dalam pada saat anak itu
MENARIK napas.Perhatikan dada bagian bawah (rusuk terbawah).
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
21
1).	Anak dikatakan mempunyai tarikan dinding dada ke dalam jika dinding dada bagian
bawah MASUK ke dalam ketika anak MENARIK napas. Pada pernapasan normal,
seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak KELUAR ketika anak
MENARIK napas. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam, berarti dinding dada bagian
bawah akan MASUK ke dalam apabila anak MENARIK napas.
2).	Jika Anda tidak yakin ada tarikan dinding dada ke dalam, periksa lagi.Jika tubuh
anak tertekuk di pinggangnya, ibu diminta mengganti posisi anaknya sehingga anak
berbaring lurus di pangkuannya.Jika Anda masih tetap tidak melihat dinding dada
bawah MASUK ke dalam pada saat anak MENARIK napas, maka dikatakan anak itu
tidak terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
3).	Tarikan dinding dada ke dalam dikatakan benar-benar ada jika terlihat dengan jelas
dan berlangsung setiap waktu.Jika Anda melihat dinding dada anak itu tertarik ke
dalam hanya pada saat anak menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat
tarikan dinding dada ke dalam.
4).	Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk pada saat anak
menarik napas (yang juga disebut tarikan interkostal atau retraksi interkostal), berarti
anak tidak mengalami tarikan dinding dada ke dalam.Pada pemeriksaan ini, tarikan
dinding dada ke dalam adalah tarikan dinding dada bawah. Disini tidak termasuk
tarikan interkostal.
4.	 DENGAR ADANYA STRIDOR.
Untuk melihat dan mendengar stridor, amati ketika anak MENARIK napas.
	 Dekatkan telinga Anda ke mulut anak karena adakalanya stridor sulit didengar. Kadang-
kadang Anda mendengar suara basah jika hidung anak tersumbat.Bersihkan hidung dan
	 Stridor adalah bunyi yang kasar yang
terdengar pada saat anak MENARIK napas.
Stridor terjadi apabila ada pembengkakan
pada laring, trakhea atau epiglottis, sehingga
menyebabkan sumbatan yang menghalangi
masuknya udara ke dalam paru dan dapat
mengancam jiwa anak.Anak yang menderita
stridor pada saat tenang, menunjukkan suatu
keadaan yang berbahaya.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22
dengarkan lagi. Anda mungkin akan mendengar suara nyaring “wheezing” pada saat anak
MENGELUARKAN napas. Ini bukan stridor.
5.	 KLASIFIKASI BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS.
	 Gejala dan Klasifikasi penyakit tercantum pada bagan dibawah ini Anda juga dapat
memilih dengan cepat pengobatan yang tepat.Tergantung kombinasi keluhan dan gejala,
maka anak diklasifikasikan dalam salah satu lajur. Jadi, seorang anak diklasifikasikan hanya
sekali dalam satu tabel klasifikasi.
Ada tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau sukar bernapas:
GEJALA KLASIFIKASI
• Ada tanda bahaya umum atau
• Tarikan dinding dada ke dalam atau
• Stridor
PNEUMONIA BERAT atau
PENYAKIT SANGAT BERAT
Napas cepat PNEUMONIA
Tidak ada tanda-tanda pneumonia
atau penyakit sangat berat.
BATUK :
BUKAN PNEUMONIA
6.	 Cara menggunakan tabel klasifikasi :
	 Setelah Anda menilai gejala-gejala utama dan gejala lain yang berkaitan, kemudian klasifi-
kasikan penyakit anak. Dalam tiap tabel klasifikasi, anak hanya termasuk dalam satu klasifikasi.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda yang ada pada lebih dari satu lajur, pilih selalu klasifikasi
yang lebih berat .
Berikut ini adalah contoh klasifikasi batuk atau sukar bernapas:
a.	 Seorang anak dengan batuk, hanya mempunyai gejala napas cepat, maka klasifikasi anak
ini adalah PNEUMONIA.
GEJALA KLASIFIKASI
• Ada tanda bahaya umum atau
• Tarikan dinding dada ke dalam atau
• Stridor
PNEUMONIA BERAT atau
PENYAKIT SANGAT BERAT
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
23
Napas cepat PNEUMONIA
Tidak ada tanda-tanda pneumonia
atau penyakit sangat berat.
BATUK :
BUKAN PNEUMONIA
b.	 Seorang anak dengan batuk, menunjukkan tanda bahaya umum dan bernapas cepat.
Klasifikasikan anak ini dalam klasifikasi yang paling berat - PNEUMONIA BERAT ATAU
PENYAKIT SANGAT BERAT
GEJALA KLASIFIKASI
•	 Ada tanda bahaya umum atau Tarikan
dinding dada ke dalam atau Stridor
PNEUMONIA BERAT atau
PENYAKIT SANGAT BERAT
Napas cepat PNEUMONIA
Tidak ada tanda-tanda pneumonia
atau penyakit sangat berat.
BATUK : BUKAN PNEUMONIA
Berikut ini adalah gambaran mengenai tiap klasifikasi batuk atau sukar bernapas.
7.	 PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT
Anak dengan batuk atau sukar bernapas dan mempunyai salah satu tanda-tanda berikut
ini ” tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke dalam atau stridor” diklasifikasikan
sebagai PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT (bronkhiolitis, batuk rejan
atau asma).
Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda pneumonia
berat.Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko kematian akibat
pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat dan tidak mempunyai
tarikan dinding dada ke dalam.
a.	 PNEUMONIA
Anak dengan batuk atau sukar bernapas yang bernapas cepat dan tidak ada tanda-tanda
yang ada pada lajur merah muda, diklasifikasikan sebagai menderita PNEUMONIA.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24
b.	 BATUK : BUKAN PNEUMONIA
	 Anak dengan batuk atau sukar bernapas yang tidak menunjukkan tanda bahaya umum,
tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada stridor dan tidak ada napas cepat,
diklasifikasikan sebagai: BATUK : BUKAN PNEUMONIA
C.	 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI DIARE
	 Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya diare, tetapi apakah Anda juga tahu
bagaimana menilai dan mengklasifikannya/ Untuk lebih jelasnya pelajari ulasan berikut.
Biasanya ibu tahu jika anaknya menderita diare.
	 Mereka dapat mengatakan bahwa berak anaknya encer atau cair.Ibu bisa saja menggunakan
istilah local untuk diare. Bayi yang mendapat ASI eksklusif biasanya beraknya lembek; ini bukan
diare. Ibu yang menyusui bayinya dapat mengenal diare karena konsistensi dan frekuensi berak
anaknya tidak normal.
1.	 APA SAJA JENIS DIARE ?
2.	 MENILAI DIARE
Anak yang menderita diare dinilai dalam hal :
a.	 Berapa lama anak menderita diare.
b.	 Adakah darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita disenteri.
c.	 Adakah tanda-tanda dehidrasi.
	 Sebagian besar diare yang menyebabkan
dehidrasi berat adalah diare karena kolera.Jika
diare berlangsung selama 14 hari atau lebih,
disebut DIARE PERSISTEN. Sekitar 20% dari
diare akan berlanjut menjadi diare persisten
yang seringkali menyebabkan kurang gizi dan
kematian. Diare dengan darah dalam tinja,
dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTERI.
Pada umumnya disenteri disebabkan oleh
Shigela.Disenteri amuba biasanya tidak
terjadi pada anak kecil.Seorang anak bisa saja
sekaligus menderita diare cair dan disenteri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
25
Apakah anak menderita diare ?
JIKA YA,
TANYAKAN :
•	 Sudah berapa lama ?
•	 Adakah darah dalam tinja ?
LIHAT dan RABA :
Lihat keadaan umum anak , Apakah :
•	 Letargis atau tidak sadar ?
•	 Gelisah dan rewel / mudah marah?
»» Lihat apakah matanya cekung ?
»» Beri anak minum. Apakah anak :
•	 Tidak bisa minum atau malasminum ?
•	 Haus, minum dengan lahap ?
•	 Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor.
Apakah kembalinya :
»» Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
»» Lambat ?
3.	 Tanyakan tentang diare pada SEMUA anak:
a.	 TANYA : Apakah anak menderita diare?
Gunakan istilah untuk diare yang dimengerti oleh ibu. Jika ibu menjawab TIDAK, Anda
tidak perlu memeriksa anak itu untuk gejala diare.Tanyakan keluhan utama berikutnya,
demam.Jika ibu menjawab YA, catat jawabannya.Kemudian lakukan penilaian untuk
tanda-tanda dehidrasi, diare persisten dan disentri.
b.	 TANYA : Sudah berapa lama?
Diare yang berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.Beri waktu yang cukup
kepada ibu untuk menjawab pertanyaan Anda.Ia mungkin perlu waktu untuk mengingat
kembali jumlah hari yang tepat.
c.	 TANYA : Adakah darah dalam tinja?
Tanyakan apakah ibu pernah melihat darah dalam tinja anaknya selama episode diare
ini. Selanjutnya, periksa tanda-tanda dehidrasi.
d.	 LIHAT keadaan umum anak.
Apakah anak letargis atau tidak sadar? Gelisah atau rewel? Pada saat Anda memeriksa
tanda bahaya umum, Anda sudah melihat apakah anak letargis atau tidak sadar.Ingatlah
untuk menggunakan tanda bahaya umum ini apabila Anda mengklasifikasikan diare
anak itu.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
e.	 LIHAT apakah matanya cekung.
	 Jika tubuh anak kehilangan cairan, mata akan kelihatan cekung. Tentukan apakah menurut
Anda mata anak cekung. Kemudian tanyakan kepada ibu apakah menurut ibu, mata anak
kelihatan lain dari biasanya. Pendapat ibu dapat membantu Anda memastikan bahwa mata
anak cekung.
Catatan :
	 Pada anak dengan kurang gizi berat yang kelihatan sangat kurus (yaitu, jika ia
menderita marasmus), matanya mungkin selalu kelihatan cekung, meskipun anak tidak
menderita dehidrasi. Meskipun mata cekung kurang dapat diandalkan pada anak yang sangat
kurus, tetaplah gunakan gejala tersebut untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi anak.
4.	 BERI anak minum.
a.	 Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum?minum dengan lahap, haus? Mintalah
ibu untuk memberi air dari cangkir atau sendok.
b.	 Perhatikan anak ketika minum.
•	 Anak tidak bisa minum jika ia tidak dapat memasukkan cairan ke dalam mulutnya
dan menelannya,
•	 Anak malas minum jika ia lemah dan tidak bisa minum tanpa dibantu. Ia mungkin
dapat menelan apabila cairan dimasukkan ke dalam mulutnya.
•	 Anak minum dengan lahap, haus jika jelas bahwa anak itu berusaha meraih cangkir
atau sendok ketika Anda memberi air kepadanya dan minum dengan rakus. Apabila
air disingkirkan, amati apakah anak akan merajuk karena ingin minum lagi.’
5.	 CUBIT kulit perut anak.
	 Apakah kembalinya: sangat lambat
(lebih dari 2 detik)? Atau lambat?Ibu diminta
meletakkan anak di atas meja periksa pada
posisi telentang dengan lengan di samping
(tidak di atas kepalanya) dan kaki lurus.
	 Anda juga bisa meminta ibu untuk
menelentangkan anak pada pangkuannya. Cari
daerah pada perut anak di tengah antara pusar
dan sisi perutnya. Cubit kulit anak dengan ibu
jari dan jari telunjuk . Jangan menggunakan
ujung jari, karena akan menimbulkan rasa
sakit.	
	 Lipatan kulit yang dicubit harus sejajar
dengan tubuh anak dari atas ke bawah dan
tidak melintang tubuh anak.Angkat semua
lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dengan
mantap.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
27
Cubit kulit perut anak, kemudian lepaskan. Ketika Anda melepaskan kulit itu, amati dan lihat
apakah kulit yang dicubit itu kembali lagi dengan :
•	 Sangat lambat (lebih dari 2 detik).
•	 Lambat.
•	 Segera.
	 Jika kulit tetap terangkat tinggi dalam waktu lebih dari 2 detik setelah dilepaskan, berarti
cubitan kulit kembali sangat lambat. Jika kulit tetap terangkat tinggi, walaupun hanya sebentar
(kurang dari 2 detik) setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit kembali dengan lambat.
Catatan:
	 Pada anak dengan kurang gizi berat yang kelihatan sangat kurus, cubitan kulit mungkin
akan kembali dengan lambat meskipun anak tidak menderita dehidrasi. Sebaliknya, anak yang
terlalu gemuk atau anak dengan edema, cubitan kulit mungkin akan kembali dengan segera
meskipun anak menderita dehidrasi. Meskipun cubitan kulit perut kurang dapat diandalkan pada
anakanak ini, tetap gunakan gejala tersebut untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi anak.
6.	 KLASIFIKASI DIARE
Ada tiga klasifikasi untuk diare.
1).	Semua anak dengan diare diklasifikasikan menurut derajat dehidrasinya.
2).	Jika anak menderita diare selama 14 hari atau lebih, klasifikasikan juga anak untuk
	 diare persisten.
3).	Jika ada darah dalam tinjanya, klasifikasikan juga untuk disenteri.
Mencubit kulit dapat
membantu menunjukan bahwa
anak mengalami indikasi
kekurangan gizi/dehidras
“
“
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
28
a.	 Klasifikasi Dehidrasi
		 Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk dehidrasi pada anak dengan diare:
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
•	 Letargis atau tidak sadar.
•	 Mata cekung.
•	 Tidak bisa minum atau malas minum.
•	 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
DIARE
DEHIDRASI
BERAT
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
•	 Gelisah, rewel / mudah marah.
•	 Mata cekung.
•	 Haus, minum dengan lahap.
•	 Cubitan kulit perut kembali lambat.
DIARE
DEHIDRASI
RINGAN/
SEDANG
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/
sedang.
DIARE
TANPA
DEHIDRASI
1).	Jika ada dua atau lebih tanda pada lajur pertama, klasifikasikan anak sebagai DIARE
DEHIDRASI BERAT.
2).	Jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur pertama, lihat lajur kedua. Jika ada dua atau
lebih tanda pada lajur kedua ini, klasifikasikan anak sebagai DIARE DEHIDRASI RINGAN/
SEDANG.
3).	Jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur kedua, klasifikasikan anak sebagai DIARE
TANPA DEHIDRASI.
4).	Jika Anak ini tidak menunjukkan cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG, karena hanya ada satu tanda dehidrasi atau kehilangan cairan tidak
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi.
CONTOH :
	 Riani anak perempuan, umur 4 bulan dibawa ke klinik karena diare selama 5 hari.Ia tidak
menunjukkan tanda bahaya umum dan tidak batuk. Petugas menilai diare anak.
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
•	 Letargis atau tidak sadar.
•	 Mata cekung.
•	 Tidak bisa minum atau malas minum.
•	 Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
DIARE
DEHIDRASI
BERAT
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
29
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :
•	 Gelisah, rewel / mudah marah.
•	 Mata cekung.
•	 Haus, minum dengan lahap.
•	 Cubitan kulit perut kembali lambat.
DIARE DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai diare dehidrasi berat atau ringan /
sedang.
DIARE
TANPA
DEHIDRASI
Riani tidak menunjukkan dua tanda dari lajur pertama, berarti ia tidak menderita DIARE
DEHIDRASI BERAT. Riani menunjukkan dua tanda dari lajur kedua, sehingga klasifikasi dehidrasi
anak ini adalah : DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG.
b.	 Klasifikasi Diare Persisten
Setelah Anda mengklasifikasikan dehidrasi anak, klasifikasikan juga untuk diare persisten
jika anak itu menderita diare selama 14 hari atau lebih.
Ada dua klasifikasi untuk diare persisten
Ada dehidrasi 	 DIARE PERSISTEN BERAT
Tanpa dehidrasi 	DIARE PERSISTEN
•	 DIARE PERSISTEN BERAT
Jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan juga menderita dehidrasi
berat atau ringan/sedang, klasifikasikan sebagai DIARE PERSISTEN BERAT.
•	 DIARE PERSISTEN
Seorang anak dengan diare selama 14 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda-
tanda dehidrasi, klasifikasikan sebagai DIARE PERSISTEN.
c.	 Klasifikasi Disenteri
Darah dalam tinja DISENTERI
Catatan :
Seorang anak dengan diare mungkin mempunyai satu atau lebih klasifikasi untuk diare..
Catat semua klasifikasi diare anak itu pada kolom Klasifikasi dalam Formulir Pencatatan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
30
Misalnya, anak ini diklasifikasikan sebagai menderita DIARE TANPA DEHIDRASI dan
DISENTERI. Cara petugas kesehatan mencatat klasifikasinya sebagai berikut :
APAKAH ANAK DIARE ? Ya √ Tidak ____
•	 Sudah berapa lama? 5 hari
•	 Lihat keadaan umum anak.
Apakah anak:
Letargis atau tidak sadar
Gelisah atau rewel?
Diare
Tanpa Dehidrasi
* Adakah darah dalam tinja?
•	 Lihat apakah matanya cekung ?
•	 Beri anak minum. Apakah anak:
Disentri
Anak bisa minum atau malas minum?
* Haus, minum dengan lahap?
* Cubit kulit perut. Apakah kembalinya:
Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ?
Lambat?
D.	 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI DEMAM
Anak dengan demam mungkin menderita malaria, campak, demam berdarah atau penyakit
berat lainnya.Demam juga bisa timbul hanya karena menderita batuk pilek saja atau infeksi
virus lainnya.
1.	 MALARIA
	 Malaria yang berbahaya adalah yang disebabkan oleh Plasmodium falsiparum.Demam
merupakan tanda utama malaria.Demam bisa terjadi sepanjang waktu atau hilang timbul
dengan jarak waktu yang teratur. Tanda-tanda malaria dapat timbul bersamaan dengan
tanda-tanda penyakit lainnya.
	 Di daerah dengan penularan malaria yang tinggi, malaria adalah penyebab kematian
utama pada anak-anak. Kasus malaria tanpa komplikasi dapat menjadi malaria berat dalam
waktu 24 jam setelah demam timbul pertama kali. Malaria berat adalah malaria dengan
komplikasi seperti malaria serebral atau anemia berat.Anak dapat meninggal jika tidak
segera diobati.
a.	 Menentukan daerah risiko malaria:
	 Untuk membuat klasifikasi dan mengobati anak dengan demam, Anda harus mengetahui
risiko malaria di daerah Anda bekerja.Anda dapat menanyakan kepada penanggung jawab
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
31
program pengendalian malaria pada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat tentang
tingkat risiko malaria.Pemeriksaan darah malaria secara cepat (RDT- Rapid Diagnostic Test).
Pemeriksaan malaria dapat dilakukan dengan alat diagnotik cepat, praktis dan tepat.
Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan
metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.Tes ini digunakan sebagai alternatif
pemeriksaan mikroskopik malaria, untuk tersangka penderita malaria di daerah endemis,
kejadian luar biasa dan daerah terpencil.Disamping itu pemeriksaan mikroskopis tetap
harus dilakukan untuk penilaian lebih lanjut pengobatan.RDT yang digunakan saat ini dapat
menentukan apakah penyebabnya Plasmodium falsiparum atau Vivax atau gabungan.
Catatan:
Pengertian bebas malaria atau tanpa risiko malaria, bukan berarti bahwa di
daerah tersebut tidak ada kasus malaria. Mungkin saja terdapat kasus malaria
import (dari daerah lain), akan tetapi bukan merupakan kasus indigenous.
2.	 CAMPAK
	 Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh adalah tanda-tanda utama dari campak.
Campak sangat menular.Antibodi dari ibu melindungi bayi dari campak selama kira-kira 6
bulan.Kemudian perlindungan menghilang sedikit demi sedikit.Pada umumnya kasus terjadi
pada anak berumur antara 6 bulan sampai 2 tahun. Kepadatan penduduk dan perumahan
yang tidak sehat meningkatkan risiko campak untuk timbul lebih dini. Campak disebabkan
oleh virus yang merusak sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit
campak.Hal ini menyebabkan anak berisiko terhadap penyakit-penyakit infeksi lainnya.
Komplikasi campak terjadi pada kira-kira 30% dari semua kasus, antara lain :
•	 Diare.
•	 Pneumonia.
•	 Luka di mulut.
•	 Infeksi telinga.
•	 Infeksi mata yang berat (bisa menyebabkan luka di kornea atau kebutaan).
	 Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada satu dari seribu kasus.Seorang anak dengan ensefalitis
mungkin mempunyai tanda bahaya umum seperti kejang atau letargis atau tidak sadar.
Campak ikut menyebabkan kurang gizi karena menyebabkan diare, demam tinggi dan luka
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
32
pada mulut.Masalah-masalah ini mempengaruhi pemberian makan. Anak-anak yang kurang
gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung menderita komplikasi berat akibat
campak.Oleh karena itu, penting sekali menganjurkan ibu untuk terus memberi makan
kepada anaknya yang sakit campak.
3.	 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) atau DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
	 DBD atau DHF adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
jumlah kasus maupun daerah yang terjangkitnya cenderung meningkat.DBD disebabkan
oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan kadang-kadang
oleh nyamuk Aedes albopictus.Masa inkubasinya 4-6 hari.Demam tinggi dan perdarahan
merupakan gejala utama DBD. Ciri-ciri DBD adalah demam akut 2 s/d 7 hari, lemah, gelisah,
nyeri ulu hati, diikuti dengan gejala perdarahan dan kecenderungan syok yang fatal (Dengue
Shock Syndrome).
	 Perdarahan biasanya dapat berupa bintik perdarahan di kulit (petekie) akibat pecahnya
pembuluh darah halus pada kaki dan tangan, aksila, tubuh dan wajah yang timbul pada
permulaan demam.
	 Uji Torniket yang positif atau kecenderungan untuk memar akibat tekanan bisa ditemukan
pada penderita DBD. Perdarahan dari gusi, hidung dan saluran pencernaan agak jarang
ditemui, akan tetapi merupakan tanda yang serius.
4.	 MENILAI DEMAN
Seorang anak mempunyai gejala utama demam jika anak tersebut :
•	 Mempunyai riwayat demam, ATAU
•	 Teraba panas, ATAU
•	 Suhu aksilarnya 37.5 0C atau lebih.
	 Tentukan risiko malaria (tinggi, rendah atau tanpa risiko). Jika risiko malaria di daerah
itu rendah atau tanpa risiko malaria, tanyakan kepada ibu tentang perjalanan :
•	 Apakah anak berkunjung ke luar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Jika ya, ke mana?
•	 Jika anak pergi ke luar daerah dalam 2 minggu terakhir, tentukan apakah daerah tersebut
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
33
merupakan daerah dengan risiko malaria tinggi atau rendah.
Kemudian lanjutkan penilaian anak dengan demam sebagai berikut :
•	 Sudah berapa lama anak itu demam.
•	 Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari
•	 Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir.
•	 Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir
•	 Apakah ada kaku kuduk.
•	 Apakah ada Pilek.
•	 Lihat adanya tanda-tanda campak yaitu ruam kemerahan yang menyeluruh dan salah 	
satu dari: batuk, pilek atau mata merah. Jika anak sedang sakit campak saat ini atau
dalam 3 bulan terakhir, periksa adanya gejala komplikasi campak, yaitu : luka di mulut,
nanah pada mata dan kekeruhan pada kornea. Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari,
periksa adanya gejala kearah DBD yaitu perdarahan dari hidung, gusi, bintik perdarahan
di kulit, muntah darah, berak kehitaman, nyeri ulu hati atau gelisah dan tanda-tanda
syok.
Kotak berikut ini berisi langkah-langkah untuk menilai anak dengan demam.
Kotak terdiri dari tiga bagian:
1.	 Bagian atas kotak (di atas garis putus-putus pertama) menjelaskan cara memeriksa anak
untuk tanda- tanda malaria, campak, meningitis dan sebab-sebab lain dari demam.
2.	 Bagian tengah kotak menjelaskan cara memeriksa anak untuk komplikasi campak jika
anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir.
3.	 Bagian akhir kotak menjelaskan cara memeriksa anak untuk gejala DBD.Penilaian untuk
DBD, hanya dilakukan jika demam 2 sampai 7 hari.
1. Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi, Rendah atau Tanpa Risiko
2. Jika Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan :
•	 Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir?
•	 Jika Ya, tentukan daerah Risiko Malaria tempat yang dikunjungi.
3. Ambil sediaan darah : (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko Malaria)
•	 Periksa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir, ATAU
•	 Periksa mikroskopis darah, jika pernah dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
34
KEMUDIAN TANYAKAN :
•	 Sudah berapa lama anak demam ?__ hari.
Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi
setiap hari?
•	 Apakah anak pernah mendapat Anti
Malaria dalam 2 minggu terakhir?
•	 Apakah anak menderita Campak dalam 3
•	 bulan terakhir?
LIHAT DAN RABA
•	 Lihat dan raba adanya kaku
kuduk
•	 Lihat adanya pilek lihat
adanya tanda-tanda
CAMPAK
•	 Ruam kemerahan
di kulit yang
menyeluruh dan
•	 Terdapat salah
satu gejala berikut
Batuk, pilek atau mata
merah
Jika anak sakit Campak saat ini atau dalam 3
bulan terakhir :
•	 Lihat adakah luka di mulut
•	 Jika ya, apakah dalam atau
luas? Lihat adakah nanah
keluar dari mata?
•	 Lihat adakah kekeruhan
pada kornea.
Klasifikasi Demam untuk Demam Berdarah Dengue jika demam 2 s/d 7 hari
•	 Apakah demam mendadak tinggi dan
Terus menerus ?
•	 Apakah ada bintik merah di kulit atau
•	 Perdarahan dari hidung atau gusi ?
•	 Apakah anak muntah? Jika Ya:
- Apakah sering?
- Apakah muntah dengan darah atau
seperti kopi?
•	 Apakah berak berwarna hitam?
•	 Adakah nyeri ulu hati atau anak gelisah?
•	 Perhatikan tanda-tanda
syok: Ujung ekstremitas
teraba dingin dan nadi
sangat lemah / tidak teraba.
•	 Lihat adanya perdarahan
dari hidung atau gusi.
•	 Lihat adanya bintik
perdarahan di kulit (petekie)
•	 Jika sedikit dan tak ada
gejala lain dari DBD, lakukan
uji Torniket, jika mungkin.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
35
5.	 Tanyakan atau ukur suhu badan semua anak sakit.
TANYA : Apakah anak demam?
	 Periksa untuk mengetahui apakah anak mempunyai riwayat demam, teraba panas atau
suhu badannya 37.5 0C atau lebih. Anak mempunyai riwayat demam jika ia menderita
demam selama periode sakit ini, walaupun mungkin saat ini sudah tidak lagi demam.
Gunakan istilah untuk “demam” yang dimengerti oleh ibu.Raba perut atau bawah ketiak
anak dan tentukan apakah anak demam.
	 Jika suhu badan anak belum diukur dan Anda mempunyai termometer, ukur suhu badan
anak.Anak dikatakan demam, bila suhu badan ³ 37.5°C.
	 Apabila anak tidak demam, beri tanda (√) pada kata TIDAK pada Formulir Pencatatan.
Tidak perlu memeriksa anak untuk tanda yang berhubungan dengan demam. Tanyakan
tentang keluhan utama berikutnya, masalah telinga. Jika ibu mengatakan anak demam,
meskipun saat ini suhu badannya tidak 37.5 °C atau lebih atau tidak teraba panas, lakukan
penilaian selanjutnya yang berhubungan dengan demam.
	 Riwayat demam sudah cukup untuk menilai anak untuk demam.Tiap anak dengan
demam, perlu dinilai untuk malaria dan campak.Anak-anak dengan demam 2 hari sampai
dengan 7 hari, juga harus dinilai untuk Demam Berdarah Dengue (DBD).
6.	 TENTUKAN Risiko Malaria : tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria
	 Tentukan apakah risiko malarianya tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria.
Jika Anda bekerja di daerah risiko rendah malaria atau tanpa risiko malaria, tanyakan :
Apakah anak itu pergi keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Jika Ya, kemana?
Tentukan kembali daerah risiko malaria sebagai rendah atau tinggi.
Lingkari risiko malaria (tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria) pada Formulir Pencatatan.
Anda akan menggunakan informasi ini untuk mengklasifikasikan demam anak.
a.	 TANYA : Sudah berapa lama? Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap
hari?
	 Tanyakan kepada ibu berapa lama anaknya demam.Jika demam sudah lebih dari
7 hari, tanyakan apakah demam terus menerus setiap hari. Sebagian besar demam
yang disebabkan oleh virus, akan menghilang dalam beberapa hari. Demam tiap
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
36
hari selama lebih dari 7 hari dapat berarti bahwa anak menderita penyakit yang
lebih berat, seperti demam tifoid.Rujuk anak untuk pemeriksaan lebih lanjut.
b.	 TANYA : Apakah anak pernah mendapat obat anti-malaria dalam 2 minggu terakhir?
	 Perlu ditanyakan riwayat pemberian obat anti-malaria selama 2 minggu terakhir.Jika
sudah pernah, maka penanganan anak dengan demam untuk malaria, dilakukan seperti
kunjungan ulang.
c.	 TANYA : Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir?
	 Campak merusak sistim kekebalan anak sehingga anak mempunyai risiko terhadap
infeksi lain selama beberapa minggu. Anak dengan demam dan riwayat campak dalam 3
bulan terakhir mungkin menderita infeksi karena komplikasi campak seperti infeksi mata.
d.	 AMATI dan / atau RABA adanya kaku kuduk.
	 Anak dengan demam dan kaku kuduk mungkin menderita meningitis.Seorang anak
dengan meningitis membutuhkan pengobatan segera dengan suntikan antibiotik dan
rujukan ke Rumah Sakit. Ketika Anda sedang berbicara dengan ibu selama pemeriksaan,
amati apakah anak menggerakkan dan menundukkan lehernya dengan mudah pada saat
ia melihat sekelilingnya. Jika anak bisa menggerakkan dan menundukkan lehernya, berarti
tidak ada kaku kuduk.
e.	 AMATI apakah anak pilek
	 Pilek pada seorang anak dengan demam dapat berarti bahwa anak itu selesma.Jika anak
pilek, tanyakan kepada ibu apakah anak pilek karena penyakitnya sekarang ini.Bila ibu tidak
yakin, tanyakan untuk mengetahui apakah ini pilek yang akut atau kronis.Apabila risiko
malaria rendah, anak demam dan pilek tidak membutuhkan obat antimalaria.Demam anak
ini mungkin karena selesma biasa.
f.	 AMATI gejala yang mengarah ke CAMPAK.
	 Periksa anak dengan demam untuk melihat apakah ada gejala yang mengarah ke campak.
Cari apakah ada ruam kemerahan yang menyeluruh dan salah satu dari gejala berikut ini:
batuk, pilek atau mata merah.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
37
7.	 Ruam kemerahan yang menyeluruh (rash).
	 Pada campak, ruam kemerahan mulai di belakang telinga dan di leher dan menyebar
ke wajah.Hari berikutnya, menyebar ke bagian lain dari tubuh, lengan dan kaki.Setelah 4
sampai 5 hari, ruam mulai menghilang dan kulit mungkin terkelupas.Pada anak dengan
infeksi berat mungkin lebih banyak ruam yang tersebar di seluruh tubuhnya.Ruam ini makin
gelap warnanya (coklat tua atau kehitam-hitaman) dan makin banyak kulit terkelupas.
Ruam campak tidak mempunyai vesikel atau pustul dan tidak gatal.Jangan kacaukan ruam
campak dengan ruam lainnya yang biasa terjadi pada anak-anak seperti cacar air, kudis atau
biang keringat.Ruam cacar air adalah ruam yang menyeluruh dengan vesikel.
Kudis terjadi pada tangan, kaki, pergelangan, siku, pantat dan ketiak dan terasa gatal.Biang
keringat bisa menyeluruh dengan bisul atau vesikel kecil yang gatal.Anak dengan ruam biang
keringat tidak tampak sakit.Anda dapat mengenali campak dengan mudah jika banyak kasus
campak sedang terjadi di masyarakat.
8.	 Batuk, pilek atau mata merah.
	 Untuk mengklasifikasikan seorang anak menderita campak, anak yang demam harus
mempunyai ruam yang menyeluruh DAN salah satu dari tanda-tanda berikut ini: batuk,
pilek atau mata merah. Anak “merah matanya” jika ada warna merah pada bagian putih
matanya.
Pada mata yang sehat, bagian putih matanya putih bening dan tidak berwarna. Jika seorang
anak menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir.
Amati apakah anak mempunyai komplikasi pada mulut atau mata. Komplikasi lain dari
campak seperti pneumonia dan diare telah diperiksa lebih dulu, sedangkan komplikasi
untuk status gizi anak dan sakit telinga akan diperiksa kemudian.
Selanjutnya lakukan penilaian terhadap gejala-gejala DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD).
Lakukan penilaian untuk DBD hanya jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari.
a.	 TANYA : Apakah anak mengalami bintik merah di kulit atau perdarahan?
	 DBD sering menyebabkan perdarahan pada berbagai sistim tubuh akibat trombositopeni.
Perdarahan dapat berasal dari hidung, gusi, saluran pencernaan dan lain-lain.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
38
Tanyakan apakah anak pernah mengeluarkan darah dari hidung atau gusinya selama sakit
ini.Perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, sangat mungkin disebabkan oleh
Demam Berdarah Dengue (DBD).
b.	 TANYA : Apakah anak sering muntah, muntah bercampur darah atau berwarna
hitam seperti kopi.
Tanyakan apakah anak muntah. Jika Ya, apakah sering (muntah terus menerus). Apakah
muntah bercampur darah atau berwarna hitam seperti kopi.
c.	 TANYA : Apakah berak berwarna hitam.
Tanyakan apakah berak anak berwarna hitam seperti ter.
d.	 TANYA : Apakah ada nyeri ulu hati atau gelisah.
Nyeri pada ulu hati merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penderita DBD yang
lebih besar, sedangkan anak yang lebih kecil biasanya terlihat gelisah.
9.	 PERIKSA : Tanda-tanda syok.
Syok merupakan salah satu gejala yang sangat berbahaya pada DBD dan jika tidak segera
ditangani, sering menimbulkan kematian.
Tanda-tanda syok adalah:
•	 Ujung ekstremitas teraba dingin dan
•	 Nadi teraba lemah atau tidak teraba.
10.	CARI: Bintik perdarahan di kulit (petekie)
Bintik ini biasanya kecil dan dapat dijumpai pada hampir seluruh tubuh.Carilah di wajah,
lengan dan buka bajunya untuk dapat melihat di daerah dada, perut dan sebagainya.
Jika ditemukan petekie, tetapi tidak banyak dan tidak ada tanda-tanda DBD yang lain, lakukan
uji Torniket, jika mungkin. Jika jumlah petekie cukup banyak, apalagi disertai gejala DBD
yang lain, tidak perlu melakukan uji Torniket.
Cara melakukan uji Torniket (Rumple Leede)
1.	 Aliran darah pada lengan atas dibendung dengan manset anak, selama 5 menit pada
tekanan antara sistolik dan diastolik.
2.	 Lihat pada bagian depan lengan bawah, apakah timbul bintik-bintik merah tanda
perdarahan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
39
3.	 Hasil uji Torniket dianggap positif (+) apabila ditemukan sebanyak 10 atau lebih petekie
pada daerah seluas diameter 2,8 cm (1 inchi). (Jika sebelum 5 menit sudah didapat
10 petekie, uji torniket dihentikan). Yang perlu diketahui adalah membedakan antara
petekie dan gigitan nyamuk. Caranya: renggangkan kulit yang ada bintik perdarahan
tersebut. Jika tanda kemerahan menghilang, berarti bukan petekie
E.	 KLASIFIKASI DEMAM
Semua anak dengan demam harus diklasifikasikan untuk malaria.
1.	 Jika anak menunjukkan gejala demam dan campak, klasifikasikan untuk malaria dan campak.
2.	 Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari harus diklasifikasikan Malaria dan Demam
Berdarah Dengue (DBD).
1. Klasifikasi demam untuk malaria
	 Ada tiga tabel klasifikasi untuk Malaria pada bagan PENILAIAN DAN KLASIFIKASI:
a.	 Bagian PERTAMA untuk mengklasifikasikan demam di daerah risiko tinggi malaria.
b.	 Yang KEDUA untuk daerah risiko rendah malaria.
c.	 Yang KETIGA untuk daerah tanpa risiko malaria dan tidak ada riwayat perjalanan ke
daerah dengan risiko malaria.
	 Untuk mengklasifikasikan malaria, Anda harus tahu apakah daerah tersebut termasuk
risiko yang tinggi, rendah atau tanpa risiko.Dinas Kesehatan setempat biasanya mengetahui
nama-nama daerah yang merupakan daerah risiko tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria.
Kemudian Anda memilih tabel klasifikasi yang sesuai.Semua anak yang dinyatakan tinggal di
daerah risiko tinggi dan rendah malaria yang demam pada kunjungan pertama, dilakukan
pemeriksaan darah secara cepat (RDT).
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
40
a.	 DAERAH RISIKO TINGGI MALARIA :
Gunakan tabel klasifikasi Risiko Tinggi Malaria dengan tiga kemungkinan klasifikasi.
•	 Ada tanda bahaya umum ATAU
•	 Kaku kuduk
PENYAKIT BERAT
DENGAN DEMAM
•	 Demam (pada anamnesa atau teraba panas
atau suhu ≥ 37,5 °C) DAN
•	 RDT positif
MALARIA
•	 Demam (pada anamnesa atau teraba panas
atau suhu ≥ 37,5 °C) DAN
•	 RDT negatif
DEMAM :
MUNGKIN BUKAN
MALARIA
b.	 PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
		 Jika anak dengan demam mempunyai salah satu tanda bahaya umum atau kaku
kuduk diklasifikasikan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM.Anak ini mungkin
menderita meningitis atau malaria berat (termasuk malaria serebral) atau sepsis, yang
membutuhkan pengobatan segera dan rujukan.
1).	MALARIA
		 Jika tidak ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, lihat ke lajur kuning.Anak yang
demam di daerah dengan risiko malaria tinggi, diklasifikasikan sebagai MALARIA, karena
besar kemungkinan demamnya disebabkan oleh malaria.
2).	DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA
		 Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN
DEMAM atau MALARIA, lihat lajur hijau. Jika risiko malarianya tinggi, anak demam pada
anamnesa atau teraba panas atau suhu ≥ 37,5 °C dan RDT negatif, klasifikasikan anak
DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA.
C.	 DAERAH RISIKO RENDAH MALARIA :
	 Jika seorang anak yang tinggal di daerah risiko rendah malaria, melakukan perjalanan
ke daerah dengan risiko malaria tinggi, gunakan tabel klasifikasi Risiko Tinggi Malaria.
Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk demam pada anak di daerah risiko rendah malaria.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
41
• Ada tanda bahaya umum ATAU
• Kaku kuduk
PENYAKIT BERAT
DENGAN DEMAM
• TIDAK ada pilek DAN
• TIDAK ada Campak DAN
• TIDAK ada penyebab lain dari demam DAN
• RDT Positif
MALARIA
• ADA pilek ATAU
• ADA campak ATAU
• ADA penyebab lain dari demam ATAU
• RDT Negatif
DEMAM :
MUNGKIN BUKAN
MALARIA
F.	 PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kaku kuduk, dan risiko malarianya
rendah, klasifikasikan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM.
1.	 MALARIA
Jika anak tidak menunjukkan gejala PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM, lihat ke lajur
berikutnya. Apabila risiko malarianya rendah, anak yang demam TANPA pilek, TANPA
campak dan tidak ada penyebab lain dari demam dan RDT positif, diklasifikasikan
sebagai MALARIA.
PENTING!
	 Jika risiko malaria rendah, kecil kemungkinan demam anak itu disebabkan oleh malaria,
apalagi jika anak menunjukkan gejala infeksi lain yang dapat menyebabkan demam, misalnya
akibat selesma (ada pilek), campak atau penyebab lain seperti selulitis, tonsilitis, infeksi saluran
kencing, demam tifoid, abses, pneumonia, disenteri, DBD atau infeksi telinga. Jika tidak ada
tanda-tanda infeksi lain, klasifikasikan dan obati penyakitnya sebagai MALARIA meskipun
risiko malarianya rendah.
	Jika Anda belum menemukan penyebab lain dari demam, tuliskan tanda (?) pada kolom
klasifikasi untuk malaria. Setelah Anda menyelesaikan seluruh penilaian penyakit, tentukan
apakah ada penyebab lain dari demam. Selanjutnya tuliskan klasifikasinya berdasarkan hasil
penilaian Anda.
2.	 DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA
Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
atau MALARIA, lihat ketiga. Jika risiko malarianya rendah dan anak pilek, atau ada
campak atau ada penyebab demam lainnya atau RDT negatif, klasifikasikan DEMAM :
MUNGKIN BUKAN MALARIA. Sangat kecil kemungkinan demam anak itu disebabkan
oleh malaria.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
42
Contoh:
• Ada tanda bahaya umum ATAU
• Kaku kuduk
PENYAKIT BERAT
DENGAN DEMAM
• TIDAK ada pilek DAN
• TIDAK ada Campak DAN
• TIDAK ada penyebab lain dari demam
DAN
• RDT Positif
MALARIA
• ADA pilek ATAU
• ADA campak ATAU
• ADA penyebab lain dari demam ATAU
• RDT Negatif
D E M A M :
MUNGKIN BUKAN
MALARIA
G.	 DAERAH TANPA RISIKO MALARIA DAN TIDAK ADA KUNJUNGAN KE DAERAH DENGAN
RISIKO MALARIA.
Ada 2 kemungkinan klasifikasi anak demam di daerah tanpa risiko malaria :
Ada tanda bahaya umum ATAU
Kaku kuduk
PENYAKIT BERAT
DENGAN DEMAM
Tidak ada tanda bahaya umum DAN
Tidak ada kaku kuduk
DEMAM :
BUKAN MALARIA
1.	 PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kaku kuduk, dan tidak ada risiko
malaria, klasifikasikan anak sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM.
2.	 DEMAM : BUKAN MALARIA
Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM,
lihat pada lajur hijau. Jadi untuk anak yang tinggal di daerah tanpa risiko malaria, seorang
anak dengan demam diklasifikasikan DEMAM : BUKAN MALARIA. Demamnya disebabkan
oleh penyakit lain
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
43
h.	 Klasifikasi Demam Untuk Campak.
	 Anak yang menunjukkan gejala utama “demam” dan campak saat ini ( atau dalam 3 bulan
terakhir ) harus diklasifikasikan untuk malaria dan campak. Jika anak tidak mempunyai gejala
yang mengarah ke campak atau tidak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, tidak perlu
diklasifikasikan campak.
	 Lanjutkan dengan penilaian DBD jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari.
Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk campak :
•	 Ada tanda bahaya umum ATAU
•	 Kekeruhan pada kornea mata ATAU
•	 Luka dimulut yang dalam atau luas
CAMPAK DENGAN
KOMPLIKASI BERAT
•	 Mata bernanah ATAU
•	 Luka di mulut
CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
PADA MATA DAN/ ATAU MULUT
• Tidak ada tanda-tanda diatas CAMPAK
1.	 CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT
	Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kekeruhan pada kornea atau luka di
mulut yang dalam atau luas, klasifikasikan anak sebagai CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
BERAT. Anak ini perlu di rujuk. Komplikasi Campak lain yang serius, misalnya pneumonia
berat, dehidrasi berat atau sangat kurus. Kekurangan vitamin A berpengaruh pada
beberapa komplikasi seperti ulkus kornea.Komplikasi campak dapat menyebabkan
penyakit yang berat dan kematian.
2.	 CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN / ATAU MULUT
	Jika ada nanah pada mata atau luka di mulut yang tidak dalam atau tidak luas, diklasifikasikan
sebagai CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA ATAU MULUT.
	Anak dengan klasifikasi ini tidak memerlukan rujukan. Cara penulisan klasifikasi tergantung
pada komplikasi yang ada misalnya ”Campak dengan komplikasi pada mata”, apabila
hanya ada komplikasi pada mata saja. Demikian pula bila hanya ada komplikasi pada
mulut saja, cukup di tulis “Campak dengan komplikasi pada mulut“.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
44
CAMPAK
	 Anak yang menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir tanpa komplikasi seperti
yang tertulis pada lajur merah muda atau kuning,diklasifikasikan sebagai CAMPAK.
CONTOH :
	 Antono, anak laki-laki umur 10 bulan, berat badan 8,2 kg. Panjang badan 78 cm. Suhu
37.5°C.Ibu berkata bahwa Antono menderita ruam kemerahan (rash) dan batuk selama 5 hari.
Ini adalah kunjungan pertama ke Puskesmas.Petugas kesehatan memeriksa Antono untuk
tanda bahaya umum.Ia bisa minum, tidak muntah, tidak kejang dan masih sadar serta tidak
letargis.
	 Petugas menghitung napas : 43 kali per menit. Ia tidak melihat tarikan dinding dada ke
dalam, dan tidak mendengar stridor ketika Antono sedang tenang. Antono tidak menderita
diare.Risiko malaria di daerah itu tinggi.Ibu berkata bahwa Antono demam selama 2 hari.
Lehernya tidak kaku.Menurut ibu, saat ini Antono pilek.Pada pemeriksaan RDT hasilnya positif.
Seluruh tubuh Antono tertutup ruam kemerahan, matanya merah.Petugas kesehatan tidak
menemukan luka di mulut, tidak ada nanah pada mata dan tak ada kekeruhan pada kornea.
Berikut ini catatan petugas kesehatan untuk informasi kasus Antono dan gejala-gejala
penyakitnya.
TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
Tanggal kunjungan : _______________
Nama anak : Antono L / P Umur : 10 bl BB 8,2 kg PB/TB : 78 cm Suhu 37,5 oC
Tanyakan: Anak ibu sakit apa ?ruam merah dan batuk Kunjungan pertama? √ Kunjungan
ulang? ____
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
45
PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN
MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM
•	 Tidak bisa minum atau menyusu.
*Letargis atau tidak sadar.
•	 Memuntahkan semuanya.
•	 Kejang.
Ada tanda
bahaya umum?
Ya___Tidak_√_
Ingatlah adanya
tanda bahaya
umum dalam
menentukan
klasifikasi
Ingatlah
untuk merujuk
setiap
anak yang
mempunyai
tanda bahaya
umum
APAKAH ANAK BATUK ATAU
SUKARBERNAPAS? Ya √ Tidak --
Batuk :
bukan
pneumonia
• Sudah berapa
lama? 5 hari
*Hitung nafas
dalam 1 menit
43 kali/menit
• Napas cepat ?
Lihat tarikan
dinding dada
•Dengar adanya
stridor
APAKAH ANAK DIARE ? Ya Tidak √
• Sudah berapa
lama? hari
•Adakah darah
dalam tinja?
*Lihat keadaan
umum anak
Apakah anak:
Letargis atau tidak
sadar
Gelisah atau rewel?
*lihat apakah
matanya cekung ?
Beri anak minum.
Apakah anak:
Tidak bisa minum
atau malas minum ?
* Haus, minum
dengan lahap?
Cubit kulit perut
Apakah kembalinya:
* Sangat lambat
(lebih dari 2 detik) ?
* Lambat?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
46
APAKAH ANAK DEMAM? Ya √ Tidak ___
Malaria
Lakukan
pemeriksaan RDT
Hasil: RDT (+) / (- )
Falsiparum
Lakukan
pemeriksaan
SDM
(mikroskopis)
(menurut anamnesis atau teraba panas
atau suhu 37,5oC atau lebih)
Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi,
Rendah atau Tanpa Risiko
Jika daerah Risiko Rendah atau Tanpa
Risiko Malaria, tanyakan :
Apakah anak dibawa berkunjung keluar
dari daerah ini dalam 2 minggu
terakhir?
Jika Ya, tentukan daerah Risiko tempat
yang dikunjungi.
Ambil sediaan darah (tidak dilakukan
untuk daerah tanpa risiko) Periksa RDT,
jika belum pernah dilakukan dalam 28
hari terakhir ATAU Periksa mikroskopis
darah jika sudah pernah dilakukan RDT
dalam 28 hari terakhir
• Sudah berapa lama
anak demam? 2 hari
Jika lebih dari 7 hari
* apakah demam
terjadi setiap hari?
• Apakah anak
pernah mendapat
anti Malaria dalam 2
minggu terakhir?
• Apakah anak
menderita campak
dalam 3 bulan
terakhir?
• Lihat dan
raba adanya
kaku kuduk
•Lihat adakah
pilek
• Lihat tanda-
tanda
CAMPAK:
-Ruam
kemerahan di
kulit yang
menyeluruh dan
- Salah satu dari:
batuk, pilek atau
mata merah
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
47
Jika anak sakit
campak saat ini
atau dalam 3 bulan
terakhir :
• Lihat adanya
luka di mulut.
Jika ya, apakah
dalam atau luas?
• Lihat adakah
nanah keluar
dari mata
- Lihat adakah
kekeruhan pada
kornea
Campak
Untuk mengklasifikasikan demam Antono, petugas melihat pada tabel klasifikasi demam
untuk daerah risiko tinggi malaria.
1.	 Petugas kesehatan melihat lajur pertama. Antono tidak menunjukkan tanda bahaya
umum dan tidak ada kaku kuduk. Antono tidak menunjukkan gejala-gejala untuk PENYAKIT
BERAT DENGAN DEMAM.
2.	 Selanjutnya, petugas melihat pada lajur kedua. Antono demam. Suhu badan 37.5oC. Ia
juga mempunyai riwayat demam karena ibu berkata bahwa Antono demam selama 2
hari. Ia mengklasifikasikan Antono sebagai “MALARIA”. Karena hasil pemeriksaan RDT
positif maka jenis malarianya adalah falsiparum
DAERAH RISIKO TINGGI MALARIA
Ada tanda bahaya umum ATAU
Kaku kuduk
PENYAKIT BERAT
DENGAN DEMAM
Demam (pada anamnesis atau pada
perabaan, atau suhu 37,5 °C atau lebih)
MALARIA
3.	 Karena Antono mempunyai ruam yang menyeluruh dan mata merah, ia menunjukkan
gejala yang mengarah pada campak. Untuk mengklasifikasikan campak Antono, petugas
melihat tabel klasifikasi untuk campak.
4.	 Petugas melihat lajur pertama. Antono tidak menunjukkan tanda bahaya umum, kornea
tidak keruh dan tidak ada luka yang dalam atau luas pada mulutnya.Antono tidak
menderita CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
48
5.	 Selanjutnya petugas melihat lajur kedua. Matanya tidak bernanah.Tidak ada luka pada
mulut.Antono tidak diklasifikasikan CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI MATA ATAU MULUT
6.	 Akhirnyapetugasmelihatlajurketiga.Antonomenderitacampaktetapiiatidakmenunjukkan
gejala-gejala dari lajur pertama dan kedua. Petugas mengklasifikasikan Antono sebagai
CAMPAK.
• Ada tanda bahaya umum ATAU
• Kekeruhan pada kornea mata ATAU
• Luka dimulut yang dalam atau luas
CAMPAK DENGAN
KOMPLIKASI BERAT
• Mata bernanah ATAU
• Luka di mulut
CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI
PADA MATA DAN/ ATAU MULUT
Terdapat campak saat ini atau dalam
3 bulan terakhir
CAMPAK
I.	 Klasifikasi Demam Untuk Demam Berdarah Dengue (DBD)
	 Semua anak dengan demam 2 hari sampai dengan 7 hari harus diklasifikasikan untuk
Demam Berdarah Dengue setelah dilakukan penilaian untuk malaria (dan mungkin campak).
Ada tiga kemungkinan klasifikasi DBD:
• Ada tanda-tanda syok atau gelisah
ATAU
• Muntah bercampur darah/seperti kopi
ATAU
• Berak berwarna hitam
ATAU
• Perdarahan dari hidung atau gusi ATAU
• Bintik-bintik perdarahan di kulit
(petekie) dan uji Torniket positif (*) ATAU
• Sering muntah.
DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD)
• Demam mendadak tinggi dan terus
menerus ATAU
• Nyeri ulu hati atau gelisah ATAU
• Bintik perdarahan di kulit dan uji
Torniket negatif
MUNGKIN DEMAM
BERDARAH DENGUE
• Tidak ada satupun gejala di atas DEMAM: MUNGKIN
BUKAN DEMAM BERDARAH
(*) Jika ada sedikit petekie, tanpa tanda lain dari DBD dan uji Torniket tidak dapat
dilakukan, klasifikasikan sebagai DBD
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
49
1.	 DEMAM BERDARAH DENGUE
	 Bahaya utama dari DBD adalah perdarahan yang dapat mengakibatkan syok dan
selanjutnya dapat menyebabkan kematian.Oleh karena itu pada DBD, yang terpenting
adalah mencegah atau menangani syok. Jika seorang anak menunjukkan gejala syok seperti:
ujung ekstremitas teraba dingin dan nadi lemah atau tak teraba atau ada tanda lain seperti
muntah bercampur darah atau berwarna seperti kopi atau beraknya kehitaman, perdarahan
yang berat dari hidung atau gusi, bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji Torniket positif
atau sering muntah tanpa diare, klasifikasikan anak tersebut sebagai DEMAM BERDARAH
DENGUE atau pada lajur pertama
2.	 MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
	 Jika anak menunjukkan salah satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini : nyeri ulu hati
atau bintik perdarahan di kulit tapi uji Torniketnya negatif, Klasifikasikan anak itu sebagai
MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD).
	 Kadang-kadang gejala tersebut diatas juga dapat dijumpai pada penyakit lain seperti
campak, infeksi virus lainnya, sepsis, dll. Meskipun demikian, hingga suatu diagnosis yang
pasti dapat dibuat, anak yang menunjukkan salah satu dari gejala-gejala tersebut harus
diklasifikasikan sebagai : Mungkin DBD atau pada lajur kedua.
3.	 DEMAM : MUNGKIN BUKAN DBD
	 Jika anak tidak menunjukkan gejala-gejala DBD atau Mungkin DBD, maka kecil kemungkinan
bahwa demam anak itu disebabkan oleh DBD. Anak ini diklasifikasikan sebagai menderita
DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD atau pada lajur ketiga. Cari penyebab lain demam, misalnya:
faringitis, tonsilitis, abses, dll.
J.	 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI MASALAH TELINGA
	 Salah satu masalah telinga pada anak adalah infeksi telinga.Jika seorang anak menderita
infeksi telinga, nanah terkumpul di belakang gendang telinga yang menyebabkan nyeri dan
seringkali demam.
	 Jika infeksi tidak diobati, gendang telinga mungkin pecah, nanah keluar dan anak akan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
50
berkurang rasa sakitnya. Anak akan berkurang pendengarannya sebab gendang telinganya
berlubang.
	 Kadang-kadang infeksi menyebar dari telinga ke tulang di belakang telinga (mastoid)
menyebabkan mastoiditis.Infeksi dapat juga menyebar dari telinga ke otak dan menyebabkan
meningitis (radang selaput otak).Kedua penyakit berat ini memerlukan perhatian mendesak
dan rujukan.
1.	 MENILAI MASALAH TELINGA
Seorang anak dengan masalah telinga dinilai untuk:
•	 Nyeri telinga.
•	 Adanya nanah/cairan dari telinga.
•	 Jika ada nanah, berapa lama telinga anak itu mengeluarkan nanah.
•	 Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga sebagai tanda mastoiditis.
Di bawah ini adalah kotak dari kolom “Penilaian” yang menunjukkan cara menilai anak untuk
masalah telinga
APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA?
JIKA YA, TANYAKAN :
• Apakah telinganya sakit?
• Adakah nanah/cairan keluar dari
telinga? Jika Ya, berapa lama?
LIHAT DAN RABA :
• Lihat, adakah cairan/nanah keluar
dari telinga?
• Raba, adakah pembengkakan yang
nyeri di belakang telinga?
Tanyakan tentang masalah telinga kepada SEMUA anak sakit.
TANYA : Apakah anak mempunyai masalah telinga?
Jika ibu menjawab TIDAK, jangan menilai anak itu untuk masalah telinga.
Lanjutkan ke pertanyaan berikutnya yaitu memeriksa status gizi dan anemia.
Jika ibu menjawab YA, ajukan pertanyaan berikut:
TANYA: Apakah telinganya sakit?
Telinga sakit dapat berarti bahwa anak mempunyai infeksi telinga. Jika ibu
tidak pasti apakah ada sakit telinga, tanyakan apakah anak rewel dan sering
menggosok telinganya.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
51
TANYA: Adakah nanah/cairan keluar dari telinga? Jika ya, sudah berapa lama?
Cairan/nanah juga merupakan tanda infeksi. Ketika bertanya tentang cairan/nanah dari
telinga, gunakan kata-kata yang dimengerti ibu. Jika anak mengeluarkan cairan/nanah dari
telinganya, tanyakan sudah berapa lama. Ibu mungkin perlu
LIHAT: Adanya cairan/nanah keluar dari telinga
	 Cairan/nanah yang keluar dari telinga merupakan suatu tanda infeksi,
meskipun anak sudah tidak merasa sakit lagi. Lihat ke dalam telinga anak
untuk memeriksa apakah ada cairan/nanah yang keluar dari telinga.mengingat kapan cairan/
nanah mulai keluar.
RABA: Adanya pembengkakan yang nyeri di belakang telinga
	 Raba bagian belakang kedua telinga.Bandingkan keduanya dan tentukan apakah ada
pembengkakan yang nyeri pada tulang mastoid.Pada bayi, pembengkakan mungkin ada di
atas telinga.
Untuk mengklasifikasikan mastoiditis, rasa nyeri dan pembengkakan harus ada kedua-duanya.
Mastoiditis adalah suatu infeksi di dalam tulang mastoid. Jangan kacaukan pembengkakan
tulang ini dengan pembesaran kelenjar getah bening.
2.	 KLASIFIKASI MASALAH TELINGA
Ada empat klasifikasi untuk masalah telinga:
a.	 MASTOIDITIS
	 Jika anak mempunyai pembengkakan yang nyeri di belakang telinga, klasifikasikan sebagai
MASTOIDITIS.
b.	 INFEKSI TELINGA AKUT
	 Jika ada nyeri telinga atau,Anda melihat cairan/nanah keluar dari telinga dan dilaporkan
sudah berlangsung selama kurang dari 14 hari klasifikasikan sebagai INFEKSI TELINGA AKUT.
c.	 INFEKSI TELINGA KRONIS
	 Jika Anda melihat cairan/nanah keIuar dari telinga dan sudah berlangsung selama 14
hari atau lebih, klasifikasikan sebagai INFEKSI TELINGA KRONIS.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
52
d.	 TIDAK ADA INFEKSI TELINGA
	 Jika tak ada nyeri telinga dan tidak ada cairan/nanah yang keluar dari telinga diklasifikasikan
sebagai TAK ADA INFEKSI TELINGA.
Pembengkakan yang nyeri di belakang
telinga
MASTOIDITIS
Tampak cairan / nanah keluar dari telinga
dan telah terjadi kurang dari 14 hari ATAU
Nyeri telinga
INFEKSI TELINGA
AKUT
Tampak cairan/nanah keluar dari telinga
dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih
INFEKSI TELINGA
KRONIS
Tidak ada sakit telinga DAN tidak ada
cairan / nanah keluar dari telinga
TIDAK ADA INFEKSI
TELINGA
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
53
Rangkuman
1. 	Seorang ibu akan membawa anaknya ke klinik jika ada suatu masalah atau gejala khusus.
	 Jika Anda hanya memeriksa anak itu untuk masalah atau gejala khusus tersebut, maka Anda
	 mungkin akan melewatkan tanda-tanda penyakit yang lain. Tanyakan kepada ibu mengenai
	 empat keluhan utama yang sering terjadi pada anak :
a. Batuk atau sukar bernapas.
b. Diare.
c. Demam.
d. Masalah telinga.
2. 	Apabila ada keluhan utama, Anda dapat melakukan penilaian lebih lanjut gejala yang
	 berhubungan dengan keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan
	 gejala yang ditemukan
3. 	Klasifikasi anak dengan batuk terdiri dari: pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan
	puneumonia.
4.	 Klasifikasi diare terdiri dari : klasifikasi dehidrasi, klasifikasi diare persisten dan klasifikasi
	disentri
	 a. Klasifikasi dehidrasi terdiri dari: diare dehidrasi berat, diare dehidrasi ringan/sedang dan
	 diare tanpa dehidrasi.
	 b. Klasifikasi diare pesisten terdiri dari: diare persisten berat dan diare persisten
	 c. klasifikasi disentri yaitu bila ada darah dalam tinja.
5. Anak dengan demam mungkin menderita malaria, campak, dan demam berdarah
	 a.	 Klasifikasi demam untuk malaria terdiri dari: penyakit berat dengan demam, malaria, dan
		 demam mungkin bukan malaria.
	 b.	 Klasifikasi demam untuk campak terdiri dari: campak dengan komplikasi berat, campak
		 dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut, dan campak.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
54
c. Klasifikasi demam untu demam berdarah dengue (DBD) : demam berdarah dengue,
	 mungkin demam berdarah, dan demam mungkin bukan demam berdarah.
6. Klasifikasi masalah telinga ada 4 yaitu: mastoiditis, infeksi telingan akut, infeksi telinga
	 kronis dan tidak ada infeksi telinga.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
55
Evaluasi
Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih satu jawaban yang paling benar
1.	 Salah satu keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
a.	 Batuk atau sukar bernafas
b.	Kejang
c.	 Tidak sadar
d.	Mimisan
2.	 Tanda stridor/bunyi nafas kasar pada anak dikatakan sudah bahaya apabila ditemukan disaat:
a.	Tenang
b.	Batuk
c.	Bermain
d.	Diperiksa
3.	 Di klasifikasikan sebagai Pneumonia bila:
a.	 Ada tanda bahaya umum
b.	 Ada tarikan dinding dada
c.	 Ada stridor
d.	 Nafas cepat
4.	 Pertanyaan yang penting bila anaknya diare antara lain:
a.	 Sudah berapa lama
b.	 Apakah perutnya mules
c.	 Apakah matanya cekung
d.	 Apakah beratnya turun
5.	 Klasifikasi diare dehidrasi berat bila ditandai:
a.	 Gelisah dan rewel
b.	 Mata cekung
c.	 Tidak bisa minum dan mata cekung
d.	 Cubitan kulit perut kembali lambat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
56
Tugas
Mandiri
Bacalah studi kasus berikut ini. Catat gejala dari masing-masing anak dan klasifikasikan
Kasus
	 Nabilla, anak perempuan umur 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 86 cm. suhu
badan 37.50C. Ibu datang ke klinik hari ini karena anak demam selama 2 hari terakhir.
Ia menangis tadi malam dan berkata bahwa telinganya sakit.
	 Ibu berkata bahwa ia merasa pasti telinga Nabilla sakit. Hampir sepanjang malam anak
menangis karena telinganya sakit.Petugas tidak menemukan cairan/nanah yang keluar dari
telinga anak.Ia meraba bagian belakang telinga dan merasakan pembengkakan yang nyeri
di belakang salah satu telinga.
Catat gejala-gejala masalah telinga Nabilla dan klasifikasikan pada formulir pencatatan berikut
ini:
PENILAIAN (lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI
APAKAH ANAK MEMPUNYAI
MASALAH TELINGA?
• Apakah ada nyeri telinga?
• Adakah cairan/nanah keluar
dari telinga? Jika Ya, sudah
berapa lama?_______hari
Ya Tidak ____
•Lihat adanya cairan/nanah
keluar dari telinga.
• Raba adanya pembengkakan
yang nyeri di belakang
telinga
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
57
Kegiatan
Belajar 3
Memeriksa Dan Mengklasifikasikan
Status Gizi, Anemia dan Imunisasi
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3 diharapkan Anda dapat memeriksa dan mengkla-
sifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi serta memeriksa pemberian vitamin A pada anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun.
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3, diharapkan Anda dapat :
1. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
2. Memeriksa dan mengklasifikasikan anemia pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status imunisasi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
4. Memeriksa pemberian Vitamin A pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
5. Menilai masalah/keluhan lain yang dihadapi anak pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
1. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi
2. Memeriksa dan mengklasifikasikan anemia
3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status imunisasi
4. Memeriksa pemberian Vitamin A
5. Menilai masalah/keluhan lain yang dihadapi anak.
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok - Pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
58
Uraian
Materi
	 Setelah Anda memahami tentang cara melakukan penilaian gejala yang berhubungan dengan
keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan,
selanjutnya Anda akan mempelajari tentang cara memeriksa dan mengklasifikasikan status
gizi, status anemia dan status imunisasi serta memeriksa keluhan lain yang dihadapi oleh anak.
A.	 MEMERIKSA DAN MENGKLASIFIKASIKAN STATUS GIZI
	 Seorang ibu biasanya membawa anaknya ke klinik karena anak sakit akut.Anak yang sakit
mungkin saja kurang gizi, tapi petugas kesehatan atau keluarganya mungkin tidak melihat
masalah ini.Anak yang kurang gizi mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk berbagai jenis
penyakit dan kematian.
	 Mengenali dan menangani anak kurang gizi akan membantu mencegah berbagai penyakit
berat dan kematian. Beberapa kasus kurang gizi dapat ditangani di rumah, sedang anak sangat
kurus dan / atau edema memerlukan rujukan ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan
khusus, untuk penyakit penyerta/ penyulit misalnya: TBC, diare kronis, ISPA, Campak dan
penyakit infeksi lainnya.
	 Anak yang menderita kurang gizi juga cenderung menderita kekurangan vitamin A (KVA)
karena makanannya juga kurang mengandung vitamin A. Apabila KVA itu berlanjut, akan timbul
Gambar : Sayuran salah satu pangan yang memiliki berbagai kandungan gizi yang baik untuk tubuh
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
59
kekeringan pada mata yang disebut Xerophthalmia dan mempunyai risiko untuk menjadi
buta. Gejala klinis Kurang Vitamin A (KVA) pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA
yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita
penyakit campak, diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit infeksi lainnya.
1.	 Penyebab gangguan gizi
Salah satu jenis kurang gizi makro adalah kurang energi protein (KEP) yang terjadi apabila
seorang anak tidak mendapat cukup energi atau protein dari makanan.Seorang anak yang
sering sakit dapat menderita kurang gizi.Napsu makan anak berkurang, dan makanan
yang dimakan tidak digunakan secara efisien.
2.	 Apabila seorang anak kurang gizi:
•	 Anak mungkin tampak sangat kurus, suatu tanda dari marasmus.
•	 Anak mungkin menunjukkan edema, suatu tanda dari kwashiorkor.
Seorang anak yang makanannya kurang mengandung vitamin dan mineral yang dianjurkan,
dapat menderita kurang zat gizi mikro, seperti :
•	 Kurang vitamin A mempunyai risiko lebih besar menderita kebutaan.
•	 Kurang asupan makanan yang mengandung yodium akan menyebabkan pertumbuhan
dan perkembangan anak terganggu (kretin).
Gambar : kwashiorkor salah satu tanda kekurangan gizi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
60
3.	 Menilai status giziI
Kotak di bawah ini adalah bagian dari kolom PENILAIAN DAN KLASIFIKASI yang menggam-
barkan cara menilai STATUS GIZI seorang anak
LIHAT DAN RABA:
• Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus?
• Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki.
• Tentukan Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan,
apakah :
- BB / PB (TB) < - 3 SD
- BB / PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD
- BB / PB (TB) - 2 SD - + 2 SD
a.	 LIHAT: Apakah anak tampak kurus atau sangat kurus?
	 Untuk mengetahui apakah anak tampak sangat kurus, buka pakaian anak.Lihat di sekitar
otot-otot bahu, lengan, bokong dan kaki.Perhatikan apakah tulang rusuknya kelihatan.Pinggul
anak mungkin kelihatan kecil jika dibandingkan dengan dada dan perutnya.Lihat anak dari
samping, apakah lemak telah hilang dari bokongnya.Pada keadaan ekstrim, terdapat banyak
lipatan kulit pada bokong dan paha, sehingga anak kelihatan seperti memakai celana baggy
(celana yang longgar).Wajah anak sangat kurus mungkin masih tampak normal, atau seperti
orang tua.Perutnya buncit.Bila gejala-gejala diatas kurang jelas, anak disebut kurus.
b.	 LIHAT dan RABA pembengkakan pada kedua punggung kaki
	 Anak dengan pembengkakan pada kedua kakinya mungkin menderita kwashiorkor,
suatu bentuk lain dari sangat kurus, salah satu tipe dari gizi buruk. Bengkak terjadi apabila
sejumlah besar cairan berkumpul dalam jaringan tubuh anak.Jaringan terisi cairan dan
kelihatan bengkak.
Tanda-tanda lain yang biasa dijumpai pada kwashiorkor adalah kurus, rambut jarang dan
tipis serta mudah rontok; kulit kering dan bersisik terutama pada lengan dan tungkai; wajah
bengkak seperti bulan purnama (“moon face”). Lihat dan raba untuk menentukan apakah
ada edema (pembengkakan) pada kedua punggung kakinya. Gunakan ibu jari Anda untuk
menekan dengan lembut selama beberapa detik pada kedua punggung kaki Dikatakan ada
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
61
edema jika terdapat lekukan pada kakinya ketika ibu jari diangkat.
4.	 TENTUKAN Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan.
Berdasarkan standar baru Antropometri WHO MGRS 2005 (Multicentre Growth Reference
Standard) ada 4 indikator yaitu :
1. PB atau TB/U. : Panjang Badan / Tinggi Badan menurut Umur.
2. BB/U : Berat Badan menurut Umur.
3. BB/PB atau TB : Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan.
4. BMI/U
	 Indikator BB/U dilakukan oleh kader di Posyandu dengan menimbang, hasilnya dicantumkan
pada KMS.Selanjutnya dilakukan validasi oleh petugas di Puskesmas atau sarana pelayanan
kesehatan lainnya dengan indikator PB/U atau TB/U dan BB/PB.Indikator pertumbuhan
kemudian dibandingkan dengan garis Z-score untuk menentukan apakah terjadi gangguan
pertumbuhan pada balita atau tidak.
Menggunakan indikator BB/PB atau TB, Z-score mempunyai 7 kategori, yaitu :
•	 > + 3 SD	 : Obesitas
•	 > + 2 SD	: Gemuk
•	 > + 1 SD	: Risiko gemuk
•	 0	 : Median (Normal) atau gizi baik
•	 < - 1 SD	 : Normal atau gizi baik.
•	 < - 2 SD	 : Kurus atau gizi kurang.
•	 < - 3 SD	 : Sangat kurus atau gizi buruk.
Dengan demikian, ISTILAH BGM sudah tidak dipakai lagi, Menggunakan indikator PB atau TB/U,
•	 < - 2 SD	 : Disebut pendek, dan
•	 < - 3 SD	 : Disebut sangat pendek
dan menggunakan indikator BB/U,
•	 < - 2 SD	 : Disebut Berat Badan kurang, dan
•	 < - 3 SD	 : Disebut BB sangat kurang.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
62
5.	 Klasifikasi status gizi
Ada tiga klasifikasi untuk status gizi seorang anak, yaitu:
• Badan sangat kurus ATAU
• BB / PB (TB) < - 3 SD ATAU
• Bengkak pada kedua punggung kaki
SANGAT KURUS
DAN / ATAU EDEMA
• Badan kurus ATAU
• BB / PB (TB) ≥ - 3 SD ─ < - 2 SD
KURUS
• BB / PB (TB) - 2 SD ─ +2 SD DAN
•Tidak ditemukan tanda-tanda
kelainan gizi diatas
NORMAL
a.	 SANGAT KURUS DAN / ATAU EDEMA
	 Jika anak tampak sangat kurus atau BB/PB (TB) < - 3 SD atau bengkak pada kedua
punggung kaki, diklasifikasikan anak sebagai SANGAT KURUS DAN /ATAU EDEMA Anak
tersebut mempunyai risiko kematian karena pneumonia, diare, campak dan penyakit berat
lainnya.
b.	 KURUS
	 Anak dengan BB/PB (TB) ≥ - 3 SD ─ < - 2 SD atau badan kurus diklasifikasikan sebagai
KURUS dan Mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk penyakit yang berat.
c.	 NORMAL
	 Jika BB/PB (TB) - 2 SD ─ + 2 SD DAN tidak ditemukan tanda-tanda kelainan gizi lain,
diklasifikasikan NORMAL. Untuk menilai status gizi tidak memakai KMS, tetapi menggunakan
Grafik standar Pertumbuhan WHO 2005 pada halaman berikut, grafik yang berbeda untuk
anak laki-laki dan perempuan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
63
Berat Badan menurut Panjang Badan
anak LAKI-LAKI usia 0-2 tahun
Berat Badan menurut Tinggi Badan
anak LAKI-LAKI usia 2-5 tahun
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
64
Berat Badan menurut Panjang Badan
anak PEREMPUAN usia 0-2 tahun
Berat Badan menurut Tinggi Badan
anak PEREMPUAN usia 2-5 tahun
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
65
B.	 MEMERIKSA ANEMIA
Kekurangan zat besi pada makanan dapat mengakibatkan anemia. Anak dapat juga menderita
anemia sebagai akibat dari :
•	 Malaria yang dapat menghancurkan sel darah merah dengan cepat. Anak-anak dapat
menderita anemia jika mereka berulang kali menderita malaria atau jika malaria tidak
diobati dengan benar. Seringkali, anemia pada anak-anak ini disebabkan oleh kekurangan
gizi dan malaria.
•	 Parasit seperti cacing tambang atau cacing cambuk. Cacing ini dapat menyebabkan
kehilangan darah dari usus dan menyebabkan anemia.
1.	 MENILAI ANEMIA.
	 Kotak di bawah ini adalah bagan dari kolom PENILAIAN DAN KLASIFIKASI yang
menggambarkan cara menilai seorang anak untuk ANEMIA
LIHAT :
• Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan.
Apakah : - Sangat pucat
- Agak pucat
a.	 LIHAT : Tanda kepucatan pada telapak tangan
	 Buka tangan anak pelan-pelan, sehingga kita dapat melihat telapak tangannya. Jangan
menarik jari-jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlihat lebih pucat akibat
terhalangnya aliran darah. Bandingkan warna telapak tangan anak dengan telapak tangan
Anda sendiri atau anak yang lain. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat, dikatakan bahwa
anak itu agak pucat.Jika kulit telapak tangan anak itu pucat sekali sehingga kelihatan putih,
dikatakan anak itu sangat pucat.
	 Kepucatan bisa juga di deteksi melalui konjungtiva, akan tetapi kepucatan pada telapak
tangan merupakan indikator yang lebih baik.dan lebih mudah memeriksanya
					
Cara memeriksa kepucatan telapak tangan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
66
2.	 KLASIFIKASI ANEMIA
Telapak tangan sangat pucat ANEMIA BERAT
•	 Telapak tangan agak pucat ANEMIA
•	 Tidak ditemukan tanda-tanda
kepucatan pada telapak tangan
TIDAK ANEMIA
a.	 ANEMIA BERAT
		 Jika telapak tangan anak terlihat sangat pucat, klasifikasikan ANEMIA BERAT.
b.	 ANEMIA
		 Jika telapak tangan anak terlihat agak pucat, klasifikasikan sebagai ANEMIA
c.	 TIDAK ANEMIA
		 Jika tidak ditemukan tanda-tanda kepucatan pada telapak tangan, klasifikasikan sebagai
		TIDAK ANEMIA
3.	 MEMERIKSA STATUS IMUNISASI ANAK
	 Periksa status imunisasi pada semua anak sakit. Sesudah diterbitkannya SK Menkes
RI nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, jadwal
pemberian imunisasi berbeda untuk kelahiran di rumah dan di sarana kesehatan, sedangkan
vaksin DPT dan Hepatitis B tercampur dalam satu suntikan yang disebut Combo,
	 Jadwal terkini pemberian imunisasi bagi bayi yang lahir di rumah dan di sarana pelayanan
kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
JADWAL IMUNISASI BAYI LAHIR DI RUMAH
UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT
0-7 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
HB 0
BCG, Polio 1
DPT/HB 1, Polio 2
DPT/HB 2, Polio 3
DPT/HB 3, Polio 4
Campak
Rumah
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Posyandu
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBS

More Related Content

What's hot

Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam  promosi kesehatanKb 1 advokasi dalam  promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatanpjj_kemenkes
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Muh Saleh
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaAgnescia Sera
 
materi mutu layanan kebidanan
materi mutu layanan kebidananmateri mutu layanan kebidanan
materi mutu layanan kebidananandes septiya
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanRiski Eka
 
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiMateri pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiUpi_raharjo
 
Skrining pranikah.pptx
Skrining pranikah.pptxSkrining pranikah.pptx
Skrining pranikah.pptxYaniArpha
 
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksiEpidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksiUFDK
 
PPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatPPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatChiyapuri
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasNurhaya Nurdin
 
PT 1 new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppt
PT 1  new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.pptPT 1  new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppt
PT 1 new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppttyas933630
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangdiansachio
 
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)Yusneri Ahs
 

What's hot (20)

Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam  promosi kesehatanKb 1 advokasi dalam  promosi kesehatan
Kb 1 advokasi dalam promosi kesehatan
 
Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019Permenkes nomor 4 tahun 2019
Permenkes nomor 4 tahun 2019
 
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANANMUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Gizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balitaGizi pada bayi & balita
Gizi pada bayi & balita
 
Asuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifasAsuhan pada ibu nifas
Asuhan pada ibu nifas
 
materi mutu layanan kebidanan
materi mutu layanan kebidananmateri mutu layanan kebidanan
materi mutu layanan kebidanan
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadiMateri pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
Materi pengembangan pesan dan media promkes bambang riadi
 
Skrining pranikah.pptx
Skrining pranikah.pptxSkrining pranikah.pptx
Skrining pranikah.pptx
 
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksiEpidemiologi dalam kesehatan reproduksi
Epidemiologi dalam kesehatan reproduksi
 
Anemia Pada Ibu Nifas
Anemia Pada Ibu NifasAnemia Pada Ibu Nifas
Anemia Pada Ibu Nifas
 
PPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali PusatPPT Perdarahan Tali Pusat
PPT Perdarahan Tali Pusat
 
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan KomunitasImplementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
Implementasi & Evaluasi Keperawatan Komunitas
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
PT 1 new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppt
PT 1  new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.pptPT 1  new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppt
PT 1 new- KONSEP DASAR MUTU LAYANAN KEBIDANAN.ppt
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan program imunisasi (ns)
 

Viewers also liked

Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (8)

Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 

Similar to Modul 1 MTBS

Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahunKb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahunpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmpjj_kemenkes
 
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umum
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umumKb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umum
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umumpjj_kemenkes
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1pjj_kemenkes
 
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunKb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunpjj_kemenkes
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakpjj_kemenkes
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...pjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasipjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananpjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitaKb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitapjj_kemenkes
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medispjj_kemenkes
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...pjj_kemenkes
 

Similar to Modul 1 MTBS (20)

Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahunKb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 1 mtbs 2 bulan sampai 5 tahun
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
 
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umum
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umumKb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umum
Kb 1 masalah yang dihadapi dan tanda bahaya umum
 
8.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 18.keluarga berencana 1
8.keluarga berencana 1
 
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahunKb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
Kb 2 mtbs praktik 2 bulan sampai 5 tahun
 
Modul 2 cetak
Modul 2 cetakModul 2 cetak
Modul 2 cetak
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anak
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasi
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitaKb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
 
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan MedisKB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
KB 3 Perencanaan Keluarga, Penapisan dan Persyaratan Medis
 
Modul 1 kdk ii
Modul 1 kdk iiModul 1 kdk ii
Modul 1 kdk ii
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
 
Modul 1 cetak
Modul 1 cetakModul 1 cetak
Modul 1 cetak
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiipjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iipjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan ipjj_kemenkes
 
Modul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iiModul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iipjj_kemenkes
 
Modul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha iModul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha ipjj_kemenkes
 
Modul 4 pengelolaan usaha iii
Modul 4 pengelolaan usaha iiiModul 4 pengelolaan usaha iii
Modul 4 pengelolaan usaha iiipjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 
Keperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan ivKeperawatan kegawat daruratan iv
Keperawatan kegawat daruratan iv
 
Keperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan iKeperawatan kegawat daruratan i
Keperawatan kegawat daruratan i
 
Modul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha iiModul 3 pengelolaan usaha ii
Modul 3 pengelolaan usaha ii
 
Modul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha iModul 2 pengelolaan usaha i
Modul 2 pengelolaan usaha i
 
Modul 4 pengelolaan usaha iii
Modul 4 pengelolaan usaha iiiModul 4 pengelolaan usaha iii
Modul 4 pengelolaan usaha iii
 

Recently uploaded

presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 

Recently uploaded (20)

presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 

Modul 1 MTBS

  • 1. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 1 Manajemen Terpadu Balita Sakit MODUL PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 SUGIJATI Dwi Estuning Rahayu Australia Indonesia Partnership for Health System Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 7
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa atas Limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga penyusunan Modul MTBSI ini dapat terselesaikan dengan baik. Modul MTBS disusun dengan tujuan untuk media pembelajaran Program Studi D III Kebidanan khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh dengan latar belakang DI Kebidanan. Bahan belajar berupa modul ini sengaja kami susun agar dapat digunakan sebagai media belajar mandiri, dikatakan mandiri karena sesungguhnya modul ini dapat dipelajari sendiri oleh mahasiswa tanpa bimbingan dosen. Selain digunakan sebagai bahan belajar mandiri, modul ini dapat digunakan sebagai bahan belajar di kelas dengan berbagai macam metode, misalnya diskusi kelompok. Mudah-mudahan Modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadimediayangdapatmeningkatkan pemahaman dan kemampuan bagi mahasiswa Pendidikan Jarak Jauh Program D.III Kebidanan. Kata Pengantar Tim Penyusun Gambar : Praktek Keperawatan Kejiwaan
  • 3. ii Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Kata Pengantar i Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Kegiatan Belajar 1: Masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan tanda bahaya umum 4 Kegiatan Belajar 2: Penilaian Dan Klasifikasi Penyakit Pada Anak Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun 17 Kegiatan Belajar 3 Memeriksa dan Mengklasifikasikan Status Gizi, Anemia dan Imunisasi 57 Tes Akhir 76 Daftar Gambar 82
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan A. Rasional dan Deskripsi Singkat Tingginya Angka Kematian Bayi dan Balita merupakan salah satu faktor yang menentukan indikator Indeks Pembangunan Manusia di suatu wilayah. Penyebab utama tingginya angka kematian tersebut antara lain pneumonia, malaria, diare, demam berdarah dengue dan gizi bu ruk. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah modul yang menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Materi MTBS dikemas dalam 4 modul dengan bobot 2 SKS dengan alokasi waktu belajar 16 minggu dalam satu semester , setiap minggu 1 kali pertemuan selama 2 jam. Modul 1 ini berjudul Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun yang merupakan modul 1 dari 4 modul yang harus Anda pelajari. Modul ini terdiri dari tiga kegiatan belajar disusun dengan urutan sebagai berikut: • Kegiatan belajar 1: Masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan tanda bahaya umum • Kegiatan belajar 2: Penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun Kegiatan belajar • 3: Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi. Setelah Anda mempelajari modul 1 ini, diharapkan mampu menjelaskan pengertian MTBS, mampu menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya dan memeriksa tanda bahaya umum, mampu menilai dan mengklasifikasikan penyakit berdasarkan keluhan, mampu memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun.
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 B. Relevansi MTBS salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita dengan peningkatan kualitas tata laksana secara terpadu melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di sarana kesehatan.Tujuan MTBS menurunkan angka kesakitan dan kematian yang terkait dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar. Modul 1 ini memberi penjelasan dan latihan yang dapat membantu Anda memahami Bagan PENILAIAN & KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN, sehingga tidak ada permasalahan anak yang terlewatkan Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya. Anda akan memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik penyakit. Untuk memudahkan Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul 1 ini, maka akan lebih mudah bagi Anda untuk mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1. Pelajari secara berurutan kegiatan belajar 1 sampai dengan 3 2. Baca dengan seksama materi yang disampaikan 3. Kerjakan latihan-latihan / tugas-tugas terkait dengan materi yang dibahas dan diskusikan dengan fasilitator / tutor pada saat kegiatan tatap muka. 4. Buat ringkasan dari materi yang dibahas untuk memudahkan Anda mengingat. 5. Kerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap materi yang dibahas dan cocokkan jawaban Anda teori yang suda dipelajari 6. Jika Anda mengalami kesulitan diskusikan dengan teman dan konsultasikan kepada fasilitator 7. Keberhasilan proses pembelajaran Anda dalam mempelajari materi dalam modul ini tergantung dari kesungguhan Anda dalam mengerjakan latihan. Untuk itu belajarlah dan berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan teman sejawat Anda Petunjuk Belajar
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 3 Kami mengharap, Anda dapat mengikuti keseluruhan kegiatan belajar dalam modul ini dengan baik. Selamat belajar semoga sukses memahami pengetahuan ini untuk bekal Anda ditempat kerja nanti. Petunjuk Bagi Dosen Pengajar / Fasilitator 1. Pahami Capaian Pembelajaran dalam Modul 1 ini. 2. Motivasi pembaca untuk membaca dengan seksama materi yang disampaikan dan berikan penjelasan untuk hal-hal yang dianggap sulit 3. Motivasi pembaca untuk mengerjakan latihan-latihan / tugas-tugas terkait dengan materi yang dibahas. 4. Identifikasi kesulitan pembaca dalam mempelajari modul terutama materi-materi yang dianggap penting 5. Jika pembaca mengalami kesulitan, mintalah mahasiswa mendiskusikan dalam kelompok atau kelas dan berikan kesimpulan. 6. Motivasi pembaca untuk mengerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap materi yang dibahas dan mendiskusikannya dengan teman sejawat. 7. Bersama pembaca lakukan penilaian terhadap kemampuan yang dicapai pembaca
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 Kegiatan Belajar 1 Masalah Yang Dihadapi Anak Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun Dan Tanda Bahaya Umum Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat memahami masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun dan tanda bahaya umum Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1, diharapkan Anda dapat : 1. Menjelaskan pengertian MTBS 2. Menjelaskan latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia 3. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya 4. Memeriksa tanda bahaya umum dan menanyakan empat keluhan utama 1. Pengertian MTBS 2. Latar belakang perlunya penerapan MTBS di Indonesia 3. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya 4. Memeriksa tanda bahaya umum dan menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 5 Uraian Materi Gambar : Memeriksa seorang balita Pernahkah Anda mendengar MTBS ? untuk mengetahuinya sebelum Anda mempelajari uraian berikut, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu bahwa penyebab utama tingginya angka kematian anak antara lain penyakit pneumonia, malaria, diare, demam berdarah dengue dan gizi buruk. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah modul yang menjelaskan secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam menangani balita sakit yang datang ke A. Pengertian MTBS fasilitas rawat jalan. Keterpaduan pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. 1. Pengertian MTBS a. MTBS adalah suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan (Surjono et al, ; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008). b. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2008).
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 2. LATAR BELAKANG PERLUNYA PENERAPAN MTBS DI INDONESIA Penyakit-penyakit penyebab kematian pada anak umumnya dapat ditangani di tingkat Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan diagnostik dan obat-obatan di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas di daerah terpencil yang tanpa fasilitas perawatan, selain itu seringkali Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat. Padahal, Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas kesehatan yang paling diandalkan di tingkat kecamatan. Kenyataan lain di banyak provinsi, keberadaan Rumah Sakit pada umumnya hanya ada sampai tingkat kabupaten/kota sedangkan masyarakat Indonesia banyak tinggal di pedesaan. Berdasarkan kenyataan (permasalahan) di atas, pendekatan MTBS dapat menjadi solusi yang jitu apabila diterapkan dengan benar .Pada sebagian besar balita sakit yang dibawa berobat ke Puskesmas, keluhan tunggal jarang terjadi. Menurut data WHO, tiga dari empat balita sakit seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi fokus MTBS. Hal ini dapat diakomodir oleh MTBS karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksanabalitasakit.Konseppendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh WHO merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara- negara berkembang. Gambar : Buah hatimerupakan harta paling berharga bagi ibu
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 7 Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit- penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. 3. MENANYAKAN KEPADA IBU MENGENAI MASALAH YANG DIHADAPI ANAKNYA Ketika Anda bertemu dengan ibu yang membawa anaknya sakit : a. Sambut ibu dengan baik dan persilakan duduk bersama anaknya. Tanyakan umur anak : • Jika umur anak 2 bulan - 5 tahun, gunakan bagan PENILAIAN & KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN. • Jika umur anak kurang dari 2 bulan, gunakan bagan TATALAKSANA BAYI MUDA UMUR KURANG DARI 2 BULAN (akan dipelajari kemudian pada modul 4). Periksa apakah BB, PB/TB dan suhu anak telah diukur dan dicatat.Jika belum, timbang dan ukur PB atauTB serta suhu badan anak pada saat Anda menilai dan mengklasifikasikan gejala-gejala utama anak.Catat juga jenis kelaminnya. Jangan membuka pakaian atau melakukan tindakan apapun pada anak itu sekarang. b. Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya. Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk membina komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik akan meyakinkan ibu bahwa anaknya akan ditangani dengan baik. c. Agar terjalin hubungan yang komunikatif: • Dengarkan dengan seksama apa yang disampaikan ibu. Ini akan meyakinkan ibu bahwa Anda sungguh-sungguh menanggapi permasalahannya. Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti ibu. Jika ibu tidak mengerti pertanyaan yang diajukan, Anda tidak akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan untuk menilai dan mengklasifikasikan
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 penyakit anak itu dengan tepat. • Beri ibu waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan. • Ajukan pertanyaan tambahan apabila ibu tidak pasti akan jawabannya. d. Tentukan apakah kunjungan ini merupakan kunjungan pertama atau kunjungan ulang. Jika anak datang pertama kali untuk penyakit atau masalah ini, maka disebut kunjungan pertama. Jika anak sudah diperiksa beberapa hari yang lalu untuk penyakit atau masalah yang sama, disebut kunjungan ulang. Anda akan mempelajari secara khusus cara menangani penyakit anak pada saat kunjungan ulang dalam modul tersendiri. Contoh dan latihan dalam modul yang sedang Anda pelajari ini menggambarkan anak anak yang datang untuk kunjungan pertama. 4. MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM. Anda telah mempelajari uraian cara bertanya pada ibu tentang masalah yang dihadapi anaknya , sekarang Anda akan melanjutkan memelajari tentang bagaimana memeriksa tanda bahaya umum. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti: a. Apakah anak bisa minum/menyusu? b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? c. Apakah anak menderita kejang? d. Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sadar? Cara memeriksa tanda-tanda bahaya umum: a. TANYA : Apakah anak bisa minum atau menyusu? • Anak menunjukkan tanda “tidak bisa minum atau menyusu” jika anak terlalu lemah untuk minum atau tidak bisa mengisap/ menelan apabila diberi minum atau disusui. Jika Anda bertanya kepada ibu, apakah anaknya bisa minum, pastikan bahwa ibu mengerti pertanyaan itu.Apakah anak dapat menerima cairan dalam mulutnya dan menelannya. Jika Anda ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi anak tersebut minum air
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 9 matang atau menyusuinya. • Perhatikan apakah anak bisa menelan atau menyusu.Ketika menyusu, anak sulit mengisap jika hidungnya tersumbat. Apabila anak dapat menyusu setelah hidungnya dibersihkan, berarti anak tidak mempunyai tanda bahaya umum “tidak bisa minum atau menyusu.” b. TANYA : Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? • Anak yang sama sekali tidak dapat menelan apapun, mempunyai tanda “memuntahkan semuanya.” Apa saja yang masuk (makanan, cairan) akan keluar lagi. Anak yang muntah beberapa kali namun masih dapat menelan sedikit cairan, tidak menunjukkan tanda bahaya umum. • Gunakan kalimat bertanya yang dimengerti ibu.Beri ibu waktu yang cukup untuk menjawab. Jika ibu tidak yakin, bantu agar ibu dapat menjawab dengan jelas. Misalnya, tanyakan kepada ibu berapa kali anaknya muntah. • Tanyakan juga apakah anak muntah setiap kali menelan makanan atau minuman. Jika masih ragu akan jawaban ibu, mintalah agar ibu memberi minum anak. Perhatikan apakah anak muntah. c. TANYA : Apakah anak kejang? Pada saat kejang, lengan dan kaki anak menjadi kaku karena otot-ototnya berkontraksi. Tanyakan kepada ibu apakah anaknya kejang selama sakit ini.Gunakan kata-kata yang dimengerti oleh ibu. Mungkin ibu mengungkapkan istilah kejang sebagai “step” atau “kaku” dan lain sebagainya. d. LIHAT : Apakah anak letargis atau tidak sadar?. • Anak yang letargis, sulit dibangunkan.Ia kelihatan mengantuk dan tidak punya perhatian akan apa yang terjadi di sekelilingnya. Seringkali anak yang letargis tidak melihat kepada ibu atau memperhatikan wajah Anda pada waktu Anda bicara. Anak mungkin menatap hampa (pandangan yang kosong) dan terlihat bahwa ia tidak memperhatikan keadaan di sekitarnya. • Anak yang tidak sadar tidak dapat dibangunkan.Ia tidak bereaksi ketika disentuh, digoyang atau diajak bicara.
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 • Tanyakan kepada ibu apakah anaknya mengantuk tidak seperti biasanya atau tidak dapat dibangunkan.Perhatikan apakah anak itu terbangun jika diajak bicara atau digoyang atau jika Anda bertepuk tangan. • Catatan: Jika anak sedang tidur dan menderita batuk atau sukar bernapas, hitunglah dulu frekuensi napasnya sebelum Anda mencoba untuk membangunkannya. Berikut ini adalah kotak pertama dalam kolom “PENILAIAN” pada bagan yang akan menerangkan kepada Anda cara memeriksa tanda bahaya umum. TANYAKAN KEPADA IBU MENGENAI MASALAH ANAKNYA 1. Tanyakan apakah ini kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut: 2. Jika kunjungan ulang, gunakan petunjuk pada pelayanan tindak lanjut 3. Jika kunjungan pertama, lakukan pemeriksaan pada anak sebagai berikut: MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM TANYAKAN : LIHAT 1. Apakah anak bisa minum atau menetek? 2. Apakah anak tampak Letargis atau tidak sadar ? 3. Apakah anak selalu memuntahkan Semuanya? 4. Apakah anak menderita kejang?
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 11 Selamat Anda telah menyelesaikan satu kegiatan belajar mengenai latar belakang MTBS dan masalah yang dihadapi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Dengan demikian Anda sebagai petugas kesehan sudah memahami pentingnya MTBS di tingkat fasilitas kesehatan dasar. Hal- hal penting yang telah Anda pelajari adalah sebagai berikut: 1. Dari beberapa definisi MTBS di atas, secara umum MTBS dapat didefinisikan sebagai pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut 2. Penyakit-penyakit penyebab kematian pada anak umumnya dapat ditangani di tingkat Rumah Sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain karena masih minimnya sarana/peralatan diagnostik dan obat-obatan di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas di daerah terpencil yang tanpa fasilitas perawatan. Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). Upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. 3. Ketika Anda bertemu dengan ibu dan anaknya yang datang berobat :Tanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya. Catat apa yang dikatakan ibu mengenai masalah anaknya. Hal ini penting untuk membina komunikasi yang baik dengan ibu. Komunikasi yang baik Rangkuman
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 akan meyakinkan ibu bahwa anaknya akan ditangani dengan baik. 4. Ketika anak sakit datang ke ruang pemeriksaan, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti: a. Apakah anak bisa minum/menyusu? b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? c. Apakah anak menderita kejang? d. Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak letargis/tidak sad
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 13 Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memilih satu jawabanyang Anda anggap paling benar. 1. Pengertian MTBS adalah: a. Manajemen balita sakit dan sehat b. Manajemen balita sakit yang datag ke rumah sakit c. Manajemen terpadu dalam tatalaksana balita sakit d. Manajemen terpadu imunisasi balita 2. Latar belakang diterapkan MTBS di Indonesia: a. Tenaga dan dana untuk puskesmas kurang b. Solusi yang tepat untuk menurunkan AKB c. Pelayanan yang praktis dan cepat d. Tidak perlu tenaga banyak 3. Cara menanyakan pada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya: a. Sambut ibu dengan baik dan silahkan duduk b. Tanyakan pada ibu membawa uang berapa c. Tanyakan pada ibu hal-hal yang penting saja d. Kunjungan pertama ataupun ulang sama saja 4. Tanda bahaya umum antara lain: a. Anak masih bisa menyusu b. Kadang-kadang muntah c. Anak pernah kejang d. Anak letargis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Evaluasi Formatif
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 5. Cara memeriksa anak apakah sadar atau tidak dengan cara; a. Melihat anak tidur pulas b. Anak tampak mengantuk dan pandangan kososng c. Anak tidak bias memanggil ibunya d. Bicara anak tidak jelas
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 15 Bacalah studi kasus berikut ini dan jawablah tiap-tiap pertanyaan. Ina, anak perempuan umur 15 bulan. Berat badan 8,5 kg. Panjang badan 67 cm, Suhu 38,5°C. Petugas kesehatan bertanya, “Anak ibu sakit apa?” Ibunya menjawab, “Sudah 4 hari ini Ina batuk, dan ia tidak suka makan.”Ia bertanya, “Apakah Ina bisa minum atau menyusu?” Ibunya menjawab, “Tidak.Ina tidak mau menyusu.”Petugas kesehatan memberi air kepada Ina. Ia terlalu lemah untuk mengangkat kepalanya. Ia tidak bisa minum atau menyusu. Kemudian, petugas bertanya kepada ibu Ina, “Apakah Ina muntah?”Ibunya berkata, “Tidak.”Lalu ditanyakan apakah Ina kejang.Ibunya berkata, “Tidak.” Diperiksa apakah Ina letargis atau tidak sadar.Ketika petugas berbicara dengan ibu, Ina memperhatikan mereka dan melihat ke sekeliling ruangan.Ia sadar dan tidak letargis. Sekarang jawab pertanyaan-pertanyaan berikut pada formulir dibawah: 1. Tulis nama Ina, jenis kelamin, umur, berat dan panjang badan serta suhu badannya pada tempat kosong yang disediakan pada bagian atas formulir. 2. Tulis masalah Ina pada garis setelah pertanyaan “Anak ibu sakit apa?” 3. Tandai dengan (V ) untuk kunjungan pertama atau kunjungan ulang. 4. Apakah Ina menunjukkan tanda bahaya umum? Jika ya, lingkari tanda bahaya umum yang ditemukan.Beri tanda √_ pada tulisan “ya” pada kolom klasifikasi dalam kotak dengan pertanyaan, “Ada tanda bahaya umum?” Tugas Mandiri
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Tanggal kunjungan : _______________________________________________ Nama anak : ____________________L / P Umur :______ BB :_____ kg PB / TB _____ cm Suhu : ______oC Tanyakan: Anak ibu sakit apa ?______________________ Kunjungan pertama?____ Kunjungan ulang? ____ PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM • Tidak bisa minum atau menyusu. • Memuntahkan semuanya. • Kejang. • Letargis atau tidak sadar. Ada tanda bahaya umum? Ya___Tidak___ Ingatlah adanya tanda bahaya umum dalam Menentukan klasifikasi Ingatlah untuk merujuk setiap anak yang mempunyai tanda bahaya umum
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 17 Kegiatan Belajar 2 Penilaian Dan Klasifikasi Penyakit Pada Anak Usia 2 Bulan Sampai 5 Tahun Tujuan Pembelajaran Umum Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2 diharapkan Anda dapat melakukan penilaian dan klasifikasi penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun berdasarkan gejala yang ditemukan Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 2, diharapkan Anda dapat : 1. Menanyakan kepada ibu mengenai 4 keluhan utama pada anak 2. Melakukan penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan 3. Melakukan penilaian dan klasifikasi diare 4. Melakukan penilaian dan klasifikasi demam 5. Melakukan penilaian dan klasifikasi masalah telinga 1. Keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 2. Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan 3. Penilaian dan klasifikasi diare 4. Penilaian dan klasifikasi demam 5. Penilaian dan klasifikasi masalah telinga Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 Setelah Anda memahami tentang cara menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi anaknya dan memeriksa tanda bahaya umum selanjutnya Anda akan mempelajari tentang cara melakukan penilaian lebih lanjut gejala yang berhubungan dengan keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan. A. Keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun Seorang ibu akan membawa anaknya ke klinik jika ada suatu masalah atau gejala khusus. Jika Anda hanya memeriksa anak itu untuk masalah atau gejala khusus tersebut, maka Anda mungkin akan melewatkan tanda-tanda penyakit yang lain. Tanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama yang sering terjadi pada anak : 1. Batuk atau sukar bernapas. 2. Diare. 3. Demam. 4. Masalah telinga. Apabila ada keluhan utama: lakukan penilaian lebih lanjut gejala yang berhubungan dengan keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan. B. Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar pernafasan 1. Menilai batuk atau sukar bernapas. Anak yang batuk atau sukar bernapas dinilai tentang: a. Sudah berapa lama anak batuk atau sukar bernapas. b. Napas cepat. c. Tarikan dinding dada ke dalam. d. Stridor. Uraian Materi
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 19 Dibawah ini adalah kotak dalam kolom “Penilaian” yang berisi langkah-langkah untuk menilai seorang anak dengan batuk atau sukar bernapas. TANYAKAN KELUHAN UTAMA : APAKAH ANAK MENDERITA BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS ?BILA YA.. TANYAKAN: Berapa lama? LIHAT, DENGAR : • Hitung napas dalam 1 menit • Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam • Dengar adanya stridor ANAK HARUS TENANG 2. Tanyakan adanya batuk atau sukar bernapas pada SEMUA anak sakit a. TANYA: Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas? • “Sukar bernapas” adalah pola pernapasan yang tidak biasa. Para ibu menggambarkannya dengan berbagai cara. Mereka mungkin mengatakanbahwa anaknya bernapas “cepat” atau “berbunyi” atau “terputus-putus.” • Jika ibu menjawab TIDAK, periksa apakah menurut pendapat Anda anak itu batuk atau sukar bernapas.Jika anak tidak batuk atau sukar bernapas, tidak perlu memeriksa anak lebih lanjut untuk tanda-tanda yang berhubungan dengan batuk atau sukar bernapas. Selanjutnya tanyakan tentang keluhan utama berikutnya. • Jika jawabnya YA, ajukan pertanyaan berikut ini : b. TANYA: Sudah berapa lama? • Anak dengan batuk atau sukar bernapas selama lebih dari 3 minggu berarti menderita batuk kronis. • Kemungkinan ini adalah tanda TBC, asma, batuk rejan atau penyakit lain. • HITUNG frekuensi napas dalam satu menit. • Hitung frekuensi napas anak itu dalam satu menit • untuk menentukan apakah anak bernapas dengan cepat. Beritahu ibu bahwa Anda akan menghitung napas anaknya, untuk itu ibu diminta agar menjaga anaknya tetap tenang. Jika anak sedang tidur, jangan dibangunkan.Jika anak takut, menangis atau marah, Anda tidak dapat menghitung napas anak dengan tepat.
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 20 3. Menghitung frekuensi napas Untuk menghitung napas dalam satu menit: a. Menghitung napas dalam satu menit Terdapat tiga cara yang benar dalam menghitung frekuensi napas: • Gunakan timer yang berbunyi setelah satu menit (60 detik). Hitunglah napas anak selama satu menit. • Memakai jam tangan yang mempunyai jarum detik. Bisa meminta bantuan orang lain untuk memberi aba-aba setelah 60 detik, sehingga Anda bisa sepenuhnya mengamati pernapasan anak. Kalau tidak ada orang lainyang bisa membantu,buatlah posisi jam sedemikian sehingga Anda bisa melihat jarumnya dan sekaligus melihat gerak pernapasan anak. • Gunakan jam tangan dengan jarum detik atau jam digital. Hitung pernapasan sampai ke batas napas cepat (sesuai umur), kemudian segera melihat jam. Bila pernapasan anak normal, maka Anda akan memerlukan waktu menghitung lebih dari satu menit. b. Amati gerakan napas pada dada atau perut anak itu. Biasanya Anda dapat melihat gerakan napasnya meskipun pakaiannya tidak dibuka. Jika Anda tidak dapat melihat gerakan napas dengan jelas, mintalah ibu membuka baju anak. Jika Anda tidak yakin akan hitungan napas dalam 1 menit (misalnya jika anak terus bergerak dan sulit untuk memperhatikan dadanya atau jika anak menangis), ulangi penghitungan. Batas napas cepat tergantung pada umur anak. Jika umur anak: Anak itu dikatakan bernapas cepat jika : 2 sampai 12 bulan Frekuensi napas : 50 kali per menit atau lebih. 12 bulan sampai 5 tahun Frekuensi napas : 40 kali per menit atau lebih. c. LIHAT tarikan dinding dada ke dalam. Jika Anda tidak membuka baju anak pada saat Anda menghitung napas, ibu diminta membukanya sekarang.Lihat apakah dinding dada tertarik ke dalam pada saat anak itu MENARIK napas.Perhatikan dada bagian bawah (rusuk terbawah).
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 21 1). Anak dikatakan mempunyai tarikan dinding dada ke dalam jika dinding dada bagian bawah MASUK ke dalam ketika anak MENARIK napas. Pada pernapasan normal, seluruh dinding dada (atas dan bawah) dan perut bergerak KELUAR ketika anak MENARIK napas. Jika ada tarikan dinding dada ke dalam, berarti dinding dada bagian bawah akan MASUK ke dalam apabila anak MENARIK napas. 2). Jika Anda tidak yakin ada tarikan dinding dada ke dalam, periksa lagi.Jika tubuh anak tertekuk di pinggangnya, ibu diminta mengganti posisi anaknya sehingga anak berbaring lurus di pangkuannya.Jika Anda masih tetap tidak melihat dinding dada bawah MASUK ke dalam pada saat anak MENARIK napas, maka dikatakan anak itu tidak terdapat tarikan dinding dada ke dalam. 3). Tarikan dinding dada ke dalam dikatakan benar-benar ada jika terlihat dengan jelas dan berlangsung setiap waktu.Jika Anda melihat dinding dada anak itu tertarik ke dalam hanya pada saat anak menangis atau diberi makan, berarti tidak terdapat tarikan dinding dada ke dalam. 4). Jika yang tertarik ke dalam itu hanya jaringan lunak di antara rusuk pada saat anak menarik napas (yang juga disebut tarikan interkostal atau retraksi interkostal), berarti anak tidak mengalami tarikan dinding dada ke dalam.Pada pemeriksaan ini, tarikan dinding dada ke dalam adalah tarikan dinding dada bawah. Disini tidak termasuk tarikan interkostal. 4. DENGAR ADANYA STRIDOR. Untuk melihat dan mendengar stridor, amati ketika anak MENARIK napas. Dekatkan telinga Anda ke mulut anak karena adakalanya stridor sulit didengar. Kadang- kadang Anda mendengar suara basah jika hidung anak tersumbat.Bersihkan hidung dan Stridor adalah bunyi yang kasar yang terdengar pada saat anak MENARIK napas. Stridor terjadi apabila ada pembengkakan pada laring, trakhea atau epiglottis, sehingga menyebabkan sumbatan yang menghalangi masuknya udara ke dalam paru dan dapat mengancam jiwa anak.Anak yang menderita stridor pada saat tenang, menunjukkan suatu keadaan yang berbahaya.
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 22 dengarkan lagi. Anda mungkin akan mendengar suara nyaring “wheezing” pada saat anak MENGELUARKAN napas. Ini bukan stridor. 5. KLASIFIKASI BATUK ATAU SUKAR BERNAPAS. Gejala dan Klasifikasi penyakit tercantum pada bagan dibawah ini Anda juga dapat memilih dengan cepat pengobatan yang tepat.Tergantung kombinasi keluhan dan gejala, maka anak diklasifikasikan dalam salah satu lajur. Jadi, seorang anak diklasifikasikan hanya sekali dalam satu tabel klasifikasi. Ada tiga kemungkinan klasifikasi bagi anak dengan batuk atau sukar bernapas: GEJALA KLASIFIKASI • Ada tanda bahaya umum atau • Tarikan dinding dada ke dalam atau • Stridor PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT Napas cepat PNEUMONIA Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat. BATUK : BUKAN PNEUMONIA 6. Cara menggunakan tabel klasifikasi : Setelah Anda menilai gejala-gejala utama dan gejala lain yang berkaitan, kemudian klasifi- kasikan penyakit anak. Dalam tiap tabel klasifikasi, anak hanya termasuk dalam satu klasifikasi. Jika anak menunjukkan tanda-tanda yang ada pada lebih dari satu lajur, pilih selalu klasifikasi yang lebih berat . Berikut ini adalah contoh klasifikasi batuk atau sukar bernapas: a. Seorang anak dengan batuk, hanya mempunyai gejala napas cepat, maka klasifikasi anak ini adalah PNEUMONIA. GEJALA KLASIFIKASI • Ada tanda bahaya umum atau • Tarikan dinding dada ke dalam atau • Stridor PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 23 Napas cepat PNEUMONIA Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat. BATUK : BUKAN PNEUMONIA b. Seorang anak dengan batuk, menunjukkan tanda bahaya umum dan bernapas cepat. Klasifikasikan anak ini dalam klasifikasi yang paling berat - PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT GEJALA KLASIFIKASI • Ada tanda bahaya umum atau Tarikan dinding dada ke dalam atau Stridor PNEUMONIA BERAT atau PENYAKIT SANGAT BERAT Napas cepat PNEUMONIA Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat. BATUK : BUKAN PNEUMONIA Berikut ini adalah gambaran mengenai tiap klasifikasi batuk atau sukar bernapas. 7. PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT Anak dengan batuk atau sukar bernapas dan mempunyai salah satu tanda-tanda berikut ini ” tanda bahaya umum, tarikan dinding dada ke dalam atau stridor” diklasifikasikan sebagai PNEUMONIA BERAT ATAU PENYAKIT SANGAT BERAT (bronkhiolitis, batuk rejan atau asma). Tarikan dinding dada ke dalam mungkin merupakan satu-satunya tanda pneumonia berat.Anak dengan tarikan dinding dada ke dalam mempunyai risiko kematian akibat pneumonia yang lebih besar daripada anak yang bernapas cepat dan tidak mempunyai tarikan dinding dada ke dalam. a. PNEUMONIA Anak dengan batuk atau sukar bernapas yang bernapas cepat dan tidak ada tanda-tanda yang ada pada lajur merah muda, diklasifikasikan sebagai menderita PNEUMONIA.
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 24 b. BATUK : BUKAN PNEUMONIA Anak dengan batuk atau sukar bernapas yang tidak menunjukkan tanda bahaya umum, tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada stridor dan tidak ada napas cepat, diklasifikasikan sebagai: BATUK : BUKAN PNEUMONIA C. PENILAIAN DAN KLASIFIKASI DIARE Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya diare, tetapi apakah Anda juga tahu bagaimana menilai dan mengklasifikannya/ Untuk lebih jelasnya pelajari ulasan berikut. Biasanya ibu tahu jika anaknya menderita diare. Mereka dapat mengatakan bahwa berak anaknya encer atau cair.Ibu bisa saja menggunakan istilah local untuk diare. Bayi yang mendapat ASI eksklusif biasanya beraknya lembek; ini bukan diare. Ibu yang menyusui bayinya dapat mengenal diare karena konsistensi dan frekuensi berak anaknya tidak normal. 1. APA SAJA JENIS DIARE ? 2. MENILAI DIARE Anak yang menderita diare dinilai dalam hal : a. Berapa lama anak menderita diare. b. Adakah darah dalam tinja untuk menentukan apakah anak menderita disenteri. c. Adakah tanda-tanda dehidrasi. Sebagian besar diare yang menyebabkan dehidrasi berat adalah diare karena kolera.Jika diare berlangsung selama 14 hari atau lebih, disebut DIARE PERSISTEN. Sekitar 20% dari diare akan berlanjut menjadi diare persisten yang seringkali menyebabkan kurang gizi dan kematian. Diare dengan darah dalam tinja, dengan atau tanpa lendir, disebut DISENTERI. Pada umumnya disenteri disebabkan oleh Shigela.Disenteri amuba biasanya tidak terjadi pada anak kecil.Seorang anak bisa saja sekaligus menderita diare cair dan disenteri.
  • 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 25 Apakah anak menderita diare ? JIKA YA, TANYAKAN : • Sudah berapa lama ? • Adakah darah dalam tinja ? LIHAT dan RABA : Lihat keadaan umum anak , Apakah : • Letargis atau tidak sadar ? • Gelisah dan rewel / mudah marah? »» Lihat apakah matanya cekung ? »» Beri anak minum. Apakah anak : • Tidak bisa minum atau malasminum ? • Haus, minum dengan lahap ? • Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor. Apakah kembalinya : »» Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ? »» Lambat ? 3. Tanyakan tentang diare pada SEMUA anak: a. TANYA : Apakah anak menderita diare? Gunakan istilah untuk diare yang dimengerti oleh ibu. Jika ibu menjawab TIDAK, Anda tidak perlu memeriksa anak itu untuk gejala diare.Tanyakan keluhan utama berikutnya, demam.Jika ibu menjawab YA, catat jawabannya.Kemudian lakukan penilaian untuk tanda-tanda dehidrasi, diare persisten dan disentri. b. TANYA : Sudah berapa lama? Diare yang berlangsung 14 hari atau lebih adalah diare persisten.Beri waktu yang cukup kepada ibu untuk menjawab pertanyaan Anda.Ia mungkin perlu waktu untuk mengingat kembali jumlah hari yang tepat. c. TANYA : Adakah darah dalam tinja? Tanyakan apakah ibu pernah melihat darah dalam tinja anaknya selama episode diare ini. Selanjutnya, periksa tanda-tanda dehidrasi. d. LIHAT keadaan umum anak. Apakah anak letargis atau tidak sadar? Gelisah atau rewel? Pada saat Anda memeriksa tanda bahaya umum, Anda sudah melihat apakah anak letargis atau tidak sadar.Ingatlah untuk menggunakan tanda bahaya umum ini apabila Anda mengklasifikasikan diare anak itu.
  • 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 26 e. LIHAT apakah matanya cekung. Jika tubuh anak kehilangan cairan, mata akan kelihatan cekung. Tentukan apakah menurut Anda mata anak cekung. Kemudian tanyakan kepada ibu apakah menurut ibu, mata anak kelihatan lain dari biasanya. Pendapat ibu dapat membantu Anda memastikan bahwa mata anak cekung. Catatan : Pada anak dengan kurang gizi berat yang kelihatan sangat kurus (yaitu, jika ia menderita marasmus), matanya mungkin selalu kelihatan cekung, meskipun anak tidak menderita dehidrasi. Meskipun mata cekung kurang dapat diandalkan pada anak yang sangat kurus, tetaplah gunakan gejala tersebut untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi anak. 4. BERI anak minum. a. Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum?minum dengan lahap, haus? Mintalah ibu untuk memberi air dari cangkir atau sendok. b. Perhatikan anak ketika minum. • Anak tidak bisa minum jika ia tidak dapat memasukkan cairan ke dalam mulutnya dan menelannya, • Anak malas minum jika ia lemah dan tidak bisa minum tanpa dibantu. Ia mungkin dapat menelan apabila cairan dimasukkan ke dalam mulutnya. • Anak minum dengan lahap, haus jika jelas bahwa anak itu berusaha meraih cangkir atau sendok ketika Anda memberi air kepadanya dan minum dengan rakus. Apabila air disingkirkan, amati apakah anak akan merajuk karena ingin minum lagi.’ 5. CUBIT kulit perut anak. Apakah kembalinya: sangat lambat (lebih dari 2 detik)? Atau lambat?Ibu diminta meletakkan anak di atas meja periksa pada posisi telentang dengan lengan di samping (tidak di atas kepalanya) dan kaki lurus. Anda juga bisa meminta ibu untuk menelentangkan anak pada pangkuannya. Cari daerah pada perut anak di tengah antara pusar dan sisi perutnya. Cubit kulit anak dengan ibu jari dan jari telunjuk . Jangan menggunakan ujung jari, karena akan menimbulkan rasa sakit. Lipatan kulit yang dicubit harus sejajar dengan tubuh anak dari atas ke bawah dan tidak melintang tubuh anak.Angkat semua lapisan kulit dan jaringan di bawahnya dengan mantap.
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 27 Cubit kulit perut anak, kemudian lepaskan. Ketika Anda melepaskan kulit itu, amati dan lihat apakah kulit yang dicubit itu kembali lagi dengan : • Sangat lambat (lebih dari 2 detik). • Lambat. • Segera. Jika kulit tetap terangkat tinggi dalam waktu lebih dari 2 detik setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit kembali sangat lambat. Jika kulit tetap terangkat tinggi, walaupun hanya sebentar (kurang dari 2 detik) setelah dilepaskan, berarti cubitan kulit kembali dengan lambat. Catatan: Pada anak dengan kurang gizi berat yang kelihatan sangat kurus, cubitan kulit mungkin akan kembali dengan lambat meskipun anak tidak menderita dehidrasi. Sebaliknya, anak yang terlalu gemuk atau anak dengan edema, cubitan kulit mungkin akan kembali dengan segera meskipun anak menderita dehidrasi. Meskipun cubitan kulit perut kurang dapat diandalkan pada anakanak ini, tetap gunakan gejala tersebut untuk mengklasifikasikan derajat dehidrasi anak. 6. KLASIFIKASI DIARE Ada tiga klasifikasi untuk diare. 1). Semua anak dengan diare diklasifikasikan menurut derajat dehidrasinya. 2). Jika anak menderita diare selama 14 hari atau lebih, klasifikasikan juga anak untuk diare persisten. 3). Jika ada darah dalam tinjanya, klasifikasikan juga untuk disenteri. Mencubit kulit dapat membantu menunjukan bahwa anak mengalami indikasi kekurangan gizi/dehidras “ “
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 28 a. Klasifikasi Dehidrasi Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk dehidrasi pada anak dengan diare: Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : • Letargis atau tidak sadar. • Mata cekung. • Tidak bisa minum atau malas minum. • Cubitan kulit perut kembali sangat lambat. DIARE DEHIDRASI BERAT Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : • Gelisah, rewel / mudah marah. • Mata cekung. • Haus, minum dengan lahap. • Cubitan kulit perut kembali lambat. DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/ sedang. DIARE TANPA DEHIDRASI 1). Jika ada dua atau lebih tanda pada lajur pertama, klasifikasikan anak sebagai DIARE DEHIDRASI BERAT. 2). Jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur pertama, lihat lajur kedua. Jika ada dua atau lebih tanda pada lajur kedua ini, klasifikasikan anak sebagai DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG. 3). Jika tidak ada dua atau lebih tanda pada lajur kedua, klasifikasikan anak sebagai DIARE TANPA DEHIDRASI. 4). Jika Anak ini tidak menunjukkan cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai DEHIDRASI RINGAN/SEDANG, karena hanya ada satu tanda dehidrasi atau kehilangan cairan tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. CONTOH : Riani anak perempuan, umur 4 bulan dibawa ke klinik karena diare selama 5 hari.Ia tidak menunjukkan tanda bahaya umum dan tidak batuk. Petugas menilai diare anak. Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : • Letargis atau tidak sadar. • Mata cekung. • Tidak bisa minum atau malas minum. • Cubitan kulit perut kembali sangat lambat. DIARE DEHIDRASI BERAT
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 29 Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut : • Gelisah, rewel / mudah marah. • Mata cekung. • Haus, minum dengan lahap. • Cubitan kulit perut kembali lambat. DIARE DEHIDRASI RINGAN/SEDANG Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan / sedang. DIARE TANPA DEHIDRASI Riani tidak menunjukkan dua tanda dari lajur pertama, berarti ia tidak menderita DIARE DEHIDRASI BERAT. Riani menunjukkan dua tanda dari lajur kedua, sehingga klasifikasi dehidrasi anak ini adalah : DIARE DEHIDRASI RINGAN/ SEDANG. b. Klasifikasi Diare Persisten Setelah Anda mengklasifikasikan dehidrasi anak, klasifikasikan juga untuk diare persisten jika anak itu menderita diare selama 14 hari atau lebih. Ada dua klasifikasi untuk diare persisten Ada dehidrasi DIARE PERSISTEN BERAT Tanpa dehidrasi DIARE PERSISTEN • DIARE PERSISTEN BERAT Jika seorang anak menderita diare selama 14 hari atau lebih dan juga menderita dehidrasi berat atau ringan/sedang, klasifikasikan sebagai DIARE PERSISTEN BERAT. • DIARE PERSISTEN Seorang anak dengan diare selama 14 hari atau lebih dan tidak menunjukkan tanda- tanda dehidrasi, klasifikasikan sebagai DIARE PERSISTEN. c. Klasifikasi Disenteri Darah dalam tinja DISENTERI Catatan : Seorang anak dengan diare mungkin mempunyai satu atau lebih klasifikasi untuk diare.. Catat semua klasifikasi diare anak itu pada kolom Klasifikasi dalam Formulir Pencatatan.
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 30 Misalnya, anak ini diklasifikasikan sebagai menderita DIARE TANPA DEHIDRASI dan DISENTERI. Cara petugas kesehatan mencatat klasifikasinya sebagai berikut : APAKAH ANAK DIARE ? Ya √ Tidak ____ • Sudah berapa lama? 5 hari • Lihat keadaan umum anak. Apakah anak: Letargis atau tidak sadar Gelisah atau rewel? Diare Tanpa Dehidrasi * Adakah darah dalam tinja? • Lihat apakah matanya cekung ? • Beri anak minum. Apakah anak: Disentri Anak bisa minum atau malas minum? * Haus, minum dengan lahap? * Cubit kulit perut. Apakah kembalinya: Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ? Lambat? D. PENILAIAN DAN KLASIFIKASI DEMAM Anak dengan demam mungkin menderita malaria, campak, demam berdarah atau penyakit berat lainnya.Demam juga bisa timbul hanya karena menderita batuk pilek saja atau infeksi virus lainnya. 1. MALARIA Malaria yang berbahaya adalah yang disebabkan oleh Plasmodium falsiparum.Demam merupakan tanda utama malaria.Demam bisa terjadi sepanjang waktu atau hilang timbul dengan jarak waktu yang teratur. Tanda-tanda malaria dapat timbul bersamaan dengan tanda-tanda penyakit lainnya. Di daerah dengan penularan malaria yang tinggi, malaria adalah penyebab kematian utama pada anak-anak. Kasus malaria tanpa komplikasi dapat menjadi malaria berat dalam waktu 24 jam setelah demam timbul pertama kali. Malaria berat adalah malaria dengan komplikasi seperti malaria serebral atau anemia berat.Anak dapat meninggal jika tidak segera diobati. a. Menentukan daerah risiko malaria: Untuk membuat klasifikasi dan mengobati anak dengan demam, Anda harus mengetahui risiko malaria di daerah Anda bekerja.Anda dapat menanyakan kepada penanggung jawab
  • 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 31 program pengendalian malaria pada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat tentang tingkat risiko malaria.Pemeriksaan darah malaria secara cepat (RDT- Rapid Diagnostic Test). Pemeriksaan malaria dapat dilakukan dengan alat diagnotik cepat, praktis dan tepat. Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metode imunokromatografi, dalam bentuk dipstik.Tes ini digunakan sebagai alternatif pemeriksaan mikroskopik malaria, untuk tersangka penderita malaria di daerah endemis, kejadian luar biasa dan daerah terpencil.Disamping itu pemeriksaan mikroskopis tetap harus dilakukan untuk penilaian lebih lanjut pengobatan.RDT yang digunakan saat ini dapat menentukan apakah penyebabnya Plasmodium falsiparum atau Vivax atau gabungan. Catatan: Pengertian bebas malaria atau tanpa risiko malaria, bukan berarti bahwa di daerah tersebut tidak ada kasus malaria. Mungkin saja terdapat kasus malaria import (dari daerah lain), akan tetapi bukan merupakan kasus indigenous. 2. CAMPAK Demam dan ruam kemerahan yang menyeluruh adalah tanda-tanda utama dari campak. Campak sangat menular.Antibodi dari ibu melindungi bayi dari campak selama kira-kira 6 bulan.Kemudian perlindungan menghilang sedikit demi sedikit.Pada umumnya kasus terjadi pada anak berumur antara 6 bulan sampai 2 tahun. Kepadatan penduduk dan perumahan yang tidak sehat meningkatkan risiko campak untuk timbul lebih dini. Campak disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan selama beberapa minggu setelah terjangkit campak.Hal ini menyebabkan anak berisiko terhadap penyakit-penyakit infeksi lainnya. Komplikasi campak terjadi pada kira-kira 30% dari semua kasus, antara lain : • Diare. • Pneumonia. • Luka di mulut. • Infeksi telinga. • Infeksi mata yang berat (bisa menyebabkan luka di kornea atau kebutaan). Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada satu dari seribu kasus.Seorang anak dengan ensefalitis mungkin mempunyai tanda bahaya umum seperti kejang atau letargis atau tidak sadar. Campak ikut menyebabkan kurang gizi karena menyebabkan diare, demam tinggi dan luka
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 32 pada mulut.Masalah-masalah ini mempengaruhi pemberian makan. Anak-anak yang kurang gizi, khususnya yang kekurangan vitamin A, cenderung menderita komplikasi berat akibat campak.Oleh karena itu, penting sekali menganjurkan ibu untuk terus memberi makan kepada anaknya yang sakit campak. 3. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) atau DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) DBD atau DHF adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah kasus maupun daerah yang terjangkitnya cenderung meningkat.DBD disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan kadang-kadang oleh nyamuk Aedes albopictus.Masa inkubasinya 4-6 hari.Demam tinggi dan perdarahan merupakan gejala utama DBD. Ciri-ciri DBD adalah demam akut 2 s/d 7 hari, lemah, gelisah, nyeri ulu hati, diikuti dengan gejala perdarahan dan kecenderungan syok yang fatal (Dengue Shock Syndrome). Perdarahan biasanya dapat berupa bintik perdarahan di kulit (petekie) akibat pecahnya pembuluh darah halus pada kaki dan tangan, aksila, tubuh dan wajah yang timbul pada permulaan demam. Uji Torniket yang positif atau kecenderungan untuk memar akibat tekanan bisa ditemukan pada penderita DBD. Perdarahan dari gusi, hidung dan saluran pencernaan agak jarang ditemui, akan tetapi merupakan tanda yang serius. 4. MENILAI DEMAN Seorang anak mempunyai gejala utama demam jika anak tersebut : • Mempunyai riwayat demam, ATAU • Teraba panas, ATAU • Suhu aksilarnya 37.5 0C atau lebih. Tentukan risiko malaria (tinggi, rendah atau tanpa risiko). Jika risiko malaria di daerah itu rendah atau tanpa risiko malaria, tanyakan kepada ibu tentang perjalanan : • Apakah anak berkunjung ke luar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Jika ya, ke mana? • Jika anak pergi ke luar daerah dalam 2 minggu terakhir, tentukan apakah daerah tersebut
  • 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 33 merupakan daerah dengan risiko malaria tinggi atau rendah. Kemudian lanjutkan penilaian anak dengan demam sebagai berikut : • Sudah berapa lama anak itu demam. • Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari • Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir. • Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir • Apakah ada kaku kuduk. • Apakah ada Pilek. • Lihat adanya tanda-tanda campak yaitu ruam kemerahan yang menyeluruh dan salah satu dari: batuk, pilek atau mata merah. Jika anak sedang sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir, periksa adanya gejala komplikasi campak, yaitu : luka di mulut, nanah pada mata dan kekeruhan pada kornea. Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari, periksa adanya gejala kearah DBD yaitu perdarahan dari hidung, gusi, bintik perdarahan di kulit, muntah darah, berak kehitaman, nyeri ulu hati atau gelisah dan tanda-tanda syok. Kotak berikut ini berisi langkah-langkah untuk menilai anak dengan demam. Kotak terdiri dari tiga bagian: 1. Bagian atas kotak (di atas garis putus-putus pertama) menjelaskan cara memeriksa anak untuk tanda- tanda malaria, campak, meningitis dan sebab-sebab lain dari demam. 2. Bagian tengah kotak menjelaskan cara memeriksa anak untuk komplikasi campak jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir. 3. Bagian akhir kotak menjelaskan cara memeriksa anak untuk gejala DBD.Penilaian untuk DBD, hanya dilakukan jika demam 2 sampai 7 hari. 1. Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi, Rendah atau Tanpa Risiko 2. Jika Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan : • Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? • Jika Ya, tentukan daerah Risiko Malaria tempat yang dikunjungi. 3. Ambil sediaan darah : (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko Malaria) • Periksa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir, ATAU • Periksa mikroskopis darah, jika pernah dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir.
  • 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 34 KEMUDIAN TANYAKAN : • Sudah berapa lama anak demam ?__ hari. Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari? • Apakah anak pernah mendapat Anti Malaria dalam 2 minggu terakhir? • Apakah anak menderita Campak dalam 3 • bulan terakhir? LIHAT DAN RABA • Lihat dan raba adanya kaku kuduk • Lihat adanya pilek lihat adanya tanda-tanda CAMPAK • Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan • Terdapat salah satu gejala berikut Batuk, pilek atau mata merah Jika anak sakit Campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir : • Lihat adakah luka di mulut • Jika ya, apakah dalam atau luas? Lihat adakah nanah keluar dari mata? • Lihat adakah kekeruhan pada kornea. Klasifikasi Demam untuk Demam Berdarah Dengue jika demam 2 s/d 7 hari • Apakah demam mendadak tinggi dan Terus menerus ? • Apakah ada bintik merah di kulit atau • Perdarahan dari hidung atau gusi ? • Apakah anak muntah? Jika Ya: - Apakah sering? - Apakah muntah dengan darah atau seperti kopi? • Apakah berak berwarna hitam? • Adakah nyeri ulu hati atau anak gelisah? • Perhatikan tanda-tanda syok: Ujung ekstremitas teraba dingin dan nadi sangat lemah / tidak teraba. • Lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi. • Lihat adanya bintik perdarahan di kulit (petekie) • Jika sedikit dan tak ada gejala lain dari DBD, lakukan uji Torniket, jika mungkin.
  • 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 35 5. Tanyakan atau ukur suhu badan semua anak sakit. TANYA : Apakah anak demam? Periksa untuk mengetahui apakah anak mempunyai riwayat demam, teraba panas atau suhu badannya 37.5 0C atau lebih. Anak mempunyai riwayat demam jika ia menderita demam selama periode sakit ini, walaupun mungkin saat ini sudah tidak lagi demam. Gunakan istilah untuk “demam” yang dimengerti oleh ibu.Raba perut atau bawah ketiak anak dan tentukan apakah anak demam. Jika suhu badan anak belum diukur dan Anda mempunyai termometer, ukur suhu badan anak.Anak dikatakan demam, bila suhu badan ³ 37.5°C. Apabila anak tidak demam, beri tanda (√) pada kata TIDAK pada Formulir Pencatatan. Tidak perlu memeriksa anak untuk tanda yang berhubungan dengan demam. Tanyakan tentang keluhan utama berikutnya, masalah telinga. Jika ibu mengatakan anak demam, meskipun saat ini suhu badannya tidak 37.5 °C atau lebih atau tidak teraba panas, lakukan penilaian selanjutnya yang berhubungan dengan demam. Riwayat demam sudah cukup untuk menilai anak untuk demam.Tiap anak dengan demam, perlu dinilai untuk malaria dan campak.Anak-anak dengan demam 2 hari sampai dengan 7 hari, juga harus dinilai untuk Demam Berdarah Dengue (DBD). 6. TENTUKAN Risiko Malaria : tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria Tentukan apakah risiko malarianya tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria. Jika Anda bekerja di daerah risiko rendah malaria atau tanpa risiko malaria, tanyakan : Apakah anak itu pergi keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Jika Ya, kemana? Tentukan kembali daerah risiko malaria sebagai rendah atau tinggi. Lingkari risiko malaria (tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria) pada Formulir Pencatatan. Anda akan menggunakan informasi ini untuk mengklasifikasikan demam anak. a. TANYA : Sudah berapa lama? Jika lebih dari 7 hari, apakah demam terjadi setiap hari? Tanyakan kepada ibu berapa lama anaknya demam.Jika demam sudah lebih dari 7 hari, tanyakan apakah demam terus menerus setiap hari. Sebagian besar demam yang disebabkan oleh virus, akan menghilang dalam beberapa hari. Demam tiap
  • 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 36 hari selama lebih dari 7 hari dapat berarti bahwa anak menderita penyakit yang lebih berat, seperti demam tifoid.Rujuk anak untuk pemeriksaan lebih lanjut. b. TANYA : Apakah anak pernah mendapat obat anti-malaria dalam 2 minggu terakhir? Perlu ditanyakan riwayat pemberian obat anti-malaria selama 2 minggu terakhir.Jika sudah pernah, maka penanganan anak dengan demam untuk malaria, dilakukan seperti kunjungan ulang. c. TANYA : Apakah anak sakit campak dalam 3 bulan terakhir? Campak merusak sistim kekebalan anak sehingga anak mempunyai risiko terhadap infeksi lain selama beberapa minggu. Anak dengan demam dan riwayat campak dalam 3 bulan terakhir mungkin menderita infeksi karena komplikasi campak seperti infeksi mata. d. AMATI dan / atau RABA adanya kaku kuduk. Anak dengan demam dan kaku kuduk mungkin menderita meningitis.Seorang anak dengan meningitis membutuhkan pengobatan segera dengan suntikan antibiotik dan rujukan ke Rumah Sakit. Ketika Anda sedang berbicara dengan ibu selama pemeriksaan, amati apakah anak menggerakkan dan menundukkan lehernya dengan mudah pada saat ia melihat sekelilingnya. Jika anak bisa menggerakkan dan menundukkan lehernya, berarti tidak ada kaku kuduk. e. AMATI apakah anak pilek Pilek pada seorang anak dengan demam dapat berarti bahwa anak itu selesma.Jika anak pilek, tanyakan kepada ibu apakah anak pilek karena penyakitnya sekarang ini.Bila ibu tidak yakin, tanyakan untuk mengetahui apakah ini pilek yang akut atau kronis.Apabila risiko malaria rendah, anak demam dan pilek tidak membutuhkan obat antimalaria.Demam anak ini mungkin karena selesma biasa. f. AMATI gejala yang mengarah ke CAMPAK. Periksa anak dengan demam untuk melihat apakah ada gejala yang mengarah ke campak. Cari apakah ada ruam kemerahan yang menyeluruh dan salah satu dari gejala berikut ini: batuk, pilek atau mata merah.
  • 40. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 37 7. Ruam kemerahan yang menyeluruh (rash). Pada campak, ruam kemerahan mulai di belakang telinga dan di leher dan menyebar ke wajah.Hari berikutnya, menyebar ke bagian lain dari tubuh, lengan dan kaki.Setelah 4 sampai 5 hari, ruam mulai menghilang dan kulit mungkin terkelupas.Pada anak dengan infeksi berat mungkin lebih banyak ruam yang tersebar di seluruh tubuhnya.Ruam ini makin gelap warnanya (coklat tua atau kehitam-hitaman) dan makin banyak kulit terkelupas. Ruam campak tidak mempunyai vesikel atau pustul dan tidak gatal.Jangan kacaukan ruam campak dengan ruam lainnya yang biasa terjadi pada anak-anak seperti cacar air, kudis atau biang keringat.Ruam cacar air adalah ruam yang menyeluruh dengan vesikel. Kudis terjadi pada tangan, kaki, pergelangan, siku, pantat dan ketiak dan terasa gatal.Biang keringat bisa menyeluruh dengan bisul atau vesikel kecil yang gatal.Anak dengan ruam biang keringat tidak tampak sakit.Anda dapat mengenali campak dengan mudah jika banyak kasus campak sedang terjadi di masyarakat. 8. Batuk, pilek atau mata merah. Untuk mengklasifikasikan seorang anak menderita campak, anak yang demam harus mempunyai ruam yang menyeluruh DAN salah satu dari tanda-tanda berikut ini: batuk, pilek atau mata merah. Anak “merah matanya” jika ada warna merah pada bagian putih matanya. Pada mata yang sehat, bagian putih matanya putih bening dan tidak berwarna. Jika seorang anak menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir. Amati apakah anak mempunyai komplikasi pada mulut atau mata. Komplikasi lain dari campak seperti pneumonia dan diare telah diperiksa lebih dulu, sedangkan komplikasi untuk status gizi anak dan sakit telinga akan diperiksa kemudian. Selanjutnya lakukan penilaian terhadap gejala-gejala DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD). Lakukan penilaian untuk DBD hanya jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari. a. TANYA : Apakah anak mengalami bintik merah di kulit atau perdarahan? DBD sering menyebabkan perdarahan pada berbagai sistim tubuh akibat trombositopeni. Perdarahan dapat berasal dari hidung, gusi, saluran pencernaan dan lain-lain.
  • 41. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 38 Tanyakan apakah anak pernah mengeluarkan darah dari hidung atau gusinya selama sakit ini.Perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, sangat mungkin disebabkan oleh Demam Berdarah Dengue (DBD). b. TANYA : Apakah anak sering muntah, muntah bercampur darah atau berwarna hitam seperti kopi. Tanyakan apakah anak muntah. Jika Ya, apakah sering (muntah terus menerus). Apakah muntah bercampur darah atau berwarna hitam seperti kopi. c. TANYA : Apakah berak berwarna hitam. Tanyakan apakah berak anak berwarna hitam seperti ter. d. TANYA : Apakah ada nyeri ulu hati atau gelisah. Nyeri pada ulu hati merupakan keluhan yang sering dijumpai pada penderita DBD yang lebih besar, sedangkan anak yang lebih kecil biasanya terlihat gelisah. 9. PERIKSA : Tanda-tanda syok. Syok merupakan salah satu gejala yang sangat berbahaya pada DBD dan jika tidak segera ditangani, sering menimbulkan kematian. Tanda-tanda syok adalah: • Ujung ekstremitas teraba dingin dan • Nadi teraba lemah atau tidak teraba. 10. CARI: Bintik perdarahan di kulit (petekie) Bintik ini biasanya kecil dan dapat dijumpai pada hampir seluruh tubuh.Carilah di wajah, lengan dan buka bajunya untuk dapat melihat di daerah dada, perut dan sebagainya. Jika ditemukan petekie, tetapi tidak banyak dan tidak ada tanda-tanda DBD yang lain, lakukan uji Torniket, jika mungkin. Jika jumlah petekie cukup banyak, apalagi disertai gejala DBD yang lain, tidak perlu melakukan uji Torniket. Cara melakukan uji Torniket (Rumple Leede) 1. Aliran darah pada lengan atas dibendung dengan manset anak, selama 5 menit pada tekanan antara sistolik dan diastolik. 2. Lihat pada bagian depan lengan bawah, apakah timbul bintik-bintik merah tanda perdarahan.
  • 42. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 39 3. Hasil uji Torniket dianggap positif (+) apabila ditemukan sebanyak 10 atau lebih petekie pada daerah seluas diameter 2,8 cm (1 inchi). (Jika sebelum 5 menit sudah didapat 10 petekie, uji torniket dihentikan). Yang perlu diketahui adalah membedakan antara petekie dan gigitan nyamuk. Caranya: renggangkan kulit yang ada bintik perdarahan tersebut. Jika tanda kemerahan menghilang, berarti bukan petekie E. KLASIFIKASI DEMAM Semua anak dengan demam harus diklasifikasikan untuk malaria. 1. Jika anak menunjukkan gejala demam dan campak, klasifikasikan untuk malaria dan campak. 2. Jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari harus diklasifikasikan Malaria dan Demam Berdarah Dengue (DBD). 1. Klasifikasi demam untuk malaria Ada tiga tabel klasifikasi untuk Malaria pada bagan PENILAIAN DAN KLASIFIKASI: a. Bagian PERTAMA untuk mengklasifikasikan demam di daerah risiko tinggi malaria. b. Yang KEDUA untuk daerah risiko rendah malaria. c. Yang KETIGA untuk daerah tanpa risiko malaria dan tidak ada riwayat perjalanan ke daerah dengan risiko malaria. Untuk mengklasifikasikan malaria, Anda harus tahu apakah daerah tersebut termasuk risiko yang tinggi, rendah atau tanpa risiko.Dinas Kesehatan setempat biasanya mengetahui nama-nama daerah yang merupakan daerah risiko tinggi, rendah atau tanpa risiko malaria. Kemudian Anda memilih tabel klasifikasi yang sesuai.Semua anak yang dinyatakan tinggal di daerah risiko tinggi dan rendah malaria yang demam pada kunjungan pertama, dilakukan pemeriksaan darah secara cepat (RDT).
  • 43. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 40 a. DAERAH RISIKO TINGGI MALARIA : Gunakan tabel klasifikasi Risiko Tinggi Malaria dengan tiga kemungkinan klasifikasi. • Ada tanda bahaya umum ATAU • Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM • Demam (pada anamnesa atau teraba panas atau suhu ≥ 37,5 °C) DAN • RDT positif MALARIA • Demam (pada anamnesa atau teraba panas atau suhu ≥ 37,5 °C) DAN • RDT negatif DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA b. PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM Jika anak dengan demam mempunyai salah satu tanda bahaya umum atau kaku kuduk diklasifikasikan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM.Anak ini mungkin menderita meningitis atau malaria berat (termasuk malaria serebral) atau sepsis, yang membutuhkan pengobatan segera dan rujukan. 1). MALARIA Jika tidak ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, lihat ke lajur kuning.Anak yang demam di daerah dengan risiko malaria tinggi, diklasifikasikan sebagai MALARIA, karena besar kemungkinan demamnya disebabkan oleh malaria. 2). DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM atau MALARIA, lihat lajur hijau. Jika risiko malarianya tinggi, anak demam pada anamnesa atau teraba panas atau suhu ≥ 37,5 °C dan RDT negatif, klasifikasikan anak DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA. C. DAERAH RISIKO RENDAH MALARIA : Jika seorang anak yang tinggal di daerah risiko rendah malaria, melakukan perjalanan ke daerah dengan risiko malaria tinggi, gunakan tabel klasifikasi Risiko Tinggi Malaria. Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk demam pada anak di daerah risiko rendah malaria.
  • 44. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 41 • Ada tanda bahaya umum ATAU • Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM • TIDAK ada pilek DAN • TIDAK ada Campak DAN • TIDAK ada penyebab lain dari demam DAN • RDT Positif MALARIA • ADA pilek ATAU • ADA campak ATAU • ADA penyebab lain dari demam ATAU • RDT Negatif DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA F. PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kaku kuduk, dan risiko malarianya rendah, klasifikasikan sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM. 1. MALARIA Jika anak tidak menunjukkan gejala PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM, lihat ke lajur berikutnya. Apabila risiko malarianya rendah, anak yang demam TANPA pilek, TANPA campak dan tidak ada penyebab lain dari demam dan RDT positif, diklasifikasikan sebagai MALARIA. PENTING! Jika risiko malaria rendah, kecil kemungkinan demam anak itu disebabkan oleh malaria, apalagi jika anak menunjukkan gejala infeksi lain yang dapat menyebabkan demam, misalnya akibat selesma (ada pilek), campak atau penyebab lain seperti selulitis, tonsilitis, infeksi saluran kencing, demam tifoid, abses, pneumonia, disenteri, DBD atau infeksi telinga. Jika tidak ada tanda-tanda infeksi lain, klasifikasikan dan obati penyakitnya sebagai MALARIA meskipun risiko malarianya rendah. Jika Anda belum menemukan penyebab lain dari demam, tuliskan tanda (?) pada kolom klasifikasi untuk malaria. Setelah Anda menyelesaikan seluruh penilaian penyakit, tentukan apakah ada penyebab lain dari demam. Selanjutnya tuliskan klasifikasinya berdasarkan hasil penilaian Anda. 2. DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM atau MALARIA, lihat ketiga. Jika risiko malarianya rendah dan anak pilek, atau ada campak atau ada penyebab demam lainnya atau RDT negatif, klasifikasikan DEMAM : MUNGKIN BUKAN MALARIA. Sangat kecil kemungkinan demam anak itu disebabkan oleh malaria.
  • 45. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 42 Contoh: • Ada tanda bahaya umum ATAU • Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM • TIDAK ada pilek DAN • TIDAK ada Campak DAN • TIDAK ada penyebab lain dari demam DAN • RDT Positif MALARIA • ADA pilek ATAU • ADA campak ATAU • ADA penyebab lain dari demam ATAU • RDT Negatif D E M A M : MUNGKIN BUKAN MALARIA G. DAERAH TANPA RISIKO MALARIA DAN TIDAK ADA KUNJUNGAN KE DAERAH DENGAN RISIKO MALARIA. Ada 2 kemungkinan klasifikasi anak demam di daerah tanpa risiko malaria : Ada tanda bahaya umum ATAU Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM Tidak ada tanda bahaya umum DAN Tidak ada kaku kuduk DEMAM : BUKAN MALARIA 1. PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kaku kuduk, dan tidak ada risiko malaria, klasifikasikan anak sebagai PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM. 2. DEMAM : BUKAN MALARIA Jika anak tidak mempunyai gejala untuk klasifikasi PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM, lihat pada lajur hijau. Jadi untuk anak yang tinggal di daerah tanpa risiko malaria, seorang anak dengan demam diklasifikasikan DEMAM : BUKAN MALARIA. Demamnya disebabkan oleh penyakit lain
  • 46. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 43 h. Klasifikasi Demam Untuk Campak. Anak yang menunjukkan gejala utama “demam” dan campak saat ini ( atau dalam 3 bulan terakhir ) harus diklasifikasikan untuk malaria dan campak. Jika anak tidak mempunyai gejala yang mengarah ke campak atau tidak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, tidak perlu diklasifikasikan campak. Lanjutkan dengan penilaian DBD jika demam 2 hari sampai dengan 7 hari. Ada tiga kemungkinan klasifikasi untuk campak : • Ada tanda bahaya umum ATAU • Kekeruhan pada kornea mata ATAU • Luka dimulut yang dalam atau luas CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT • Mata bernanah ATAU • Luka di mulut CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN/ ATAU MULUT • Tidak ada tanda-tanda diatas CAMPAK 1. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT Jika anak menunjukkan tanda bahaya umum atau kekeruhan pada kornea atau luka di mulut yang dalam atau luas, klasifikasikan anak sebagai CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT. Anak ini perlu di rujuk. Komplikasi Campak lain yang serius, misalnya pneumonia berat, dehidrasi berat atau sangat kurus. Kekurangan vitamin A berpengaruh pada beberapa komplikasi seperti ulkus kornea.Komplikasi campak dapat menyebabkan penyakit yang berat dan kematian. 2. CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN / ATAU MULUT Jika ada nanah pada mata atau luka di mulut yang tidak dalam atau tidak luas, diklasifikasikan sebagai CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA ATAU MULUT. Anak dengan klasifikasi ini tidak memerlukan rujukan. Cara penulisan klasifikasi tergantung pada komplikasi yang ada misalnya ”Campak dengan komplikasi pada mata”, apabila hanya ada komplikasi pada mata saja. Demikian pula bila hanya ada komplikasi pada mulut saja, cukup di tulis “Campak dengan komplikasi pada mulut“.
  • 47. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 44 CAMPAK Anak yang menderita campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir tanpa komplikasi seperti yang tertulis pada lajur merah muda atau kuning,diklasifikasikan sebagai CAMPAK. CONTOH : Antono, anak laki-laki umur 10 bulan, berat badan 8,2 kg. Panjang badan 78 cm. Suhu 37.5°C.Ibu berkata bahwa Antono menderita ruam kemerahan (rash) dan batuk selama 5 hari. Ini adalah kunjungan pertama ke Puskesmas.Petugas kesehatan memeriksa Antono untuk tanda bahaya umum.Ia bisa minum, tidak muntah, tidak kejang dan masih sadar serta tidak letargis. Petugas menghitung napas : 43 kali per menit. Ia tidak melihat tarikan dinding dada ke dalam, dan tidak mendengar stridor ketika Antono sedang tenang. Antono tidak menderita diare.Risiko malaria di daerah itu tinggi.Ibu berkata bahwa Antono demam selama 2 hari. Lehernya tidak kaku.Menurut ibu, saat ini Antono pilek.Pada pemeriksaan RDT hasilnya positif. Seluruh tubuh Antono tertutup ruam kemerahan, matanya merah.Petugas kesehatan tidak menemukan luka di mulut, tidak ada nanah pada mata dan tak ada kekeruhan pada kornea. Berikut ini catatan petugas kesehatan untuk informasi kasus Antono dan gejala-gejala penyakitnya. TATALAKSANA BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Tanggal kunjungan : _______________ Nama anak : Antono L / P Umur : 10 bl BB 8,2 kg PB/TB : 78 cm Suhu 37,5 oC Tanyakan: Anak ibu sakit apa ?ruam merah dan batuk Kunjungan pertama? √ Kunjungan ulang? ____
  • 48. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 45 PENILAIAN (Lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI TINDAKAN MEMERIKSA TANDA BAHAYA UMUM • Tidak bisa minum atau menyusu. *Letargis atau tidak sadar. • Memuntahkan semuanya. • Kejang. Ada tanda bahaya umum? Ya___Tidak_√_ Ingatlah adanya tanda bahaya umum dalam menentukan klasifikasi Ingatlah untuk merujuk setiap anak yang mempunyai tanda bahaya umum APAKAH ANAK BATUK ATAU SUKARBERNAPAS? Ya √ Tidak -- Batuk : bukan pneumonia • Sudah berapa lama? 5 hari *Hitung nafas dalam 1 menit 43 kali/menit • Napas cepat ? Lihat tarikan dinding dada •Dengar adanya stridor APAKAH ANAK DIARE ? Ya Tidak √ • Sudah berapa lama? hari •Adakah darah dalam tinja? *Lihat keadaan umum anak Apakah anak: Letargis atau tidak sadar Gelisah atau rewel? *lihat apakah matanya cekung ? Beri anak minum. Apakah anak: Tidak bisa minum atau malas minum ? * Haus, minum dengan lahap? Cubit kulit perut Apakah kembalinya: * Sangat lambat (lebih dari 2 detik) ? * Lambat?
  • 49. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 46 APAKAH ANAK DEMAM? Ya √ Tidak ___ Malaria Lakukan pemeriksaan RDT Hasil: RDT (+) / (- ) Falsiparum Lakukan pemeriksaan SDM (mikroskopis) (menurut anamnesis atau teraba panas atau suhu 37,5oC atau lebih) Tentukan Daerah Risiko Malaria : Tinggi, Rendah atau Tanpa Risiko Jika daerah Risiko Rendah atau Tanpa Risiko Malaria, tanyakan : Apakah anak dibawa berkunjung keluar dari daerah ini dalam 2 minggu terakhir? Jika Ya, tentukan daerah Risiko tempat yang dikunjungi. Ambil sediaan darah (tidak dilakukan untuk daerah tanpa risiko) Periksa RDT, jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir ATAU Periksa mikroskopis darah jika sudah pernah dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir • Sudah berapa lama anak demam? 2 hari Jika lebih dari 7 hari * apakah demam terjadi setiap hari? • Apakah anak pernah mendapat anti Malaria dalam 2 minggu terakhir? • Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir? • Lihat dan raba adanya kaku kuduk •Lihat adakah pilek • Lihat tanda- tanda CAMPAK: -Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan - Salah satu dari: batuk, pilek atau mata merah
  • 50. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 47 Jika anak sakit campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir : • Lihat adanya luka di mulut. Jika ya, apakah dalam atau luas? • Lihat adakah nanah keluar dari mata - Lihat adakah kekeruhan pada kornea Campak Untuk mengklasifikasikan demam Antono, petugas melihat pada tabel klasifikasi demam untuk daerah risiko tinggi malaria. 1. Petugas kesehatan melihat lajur pertama. Antono tidak menunjukkan tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk. Antono tidak menunjukkan gejala-gejala untuk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM. 2. Selanjutnya, petugas melihat pada lajur kedua. Antono demam. Suhu badan 37.5oC. Ia juga mempunyai riwayat demam karena ibu berkata bahwa Antono demam selama 2 hari. Ia mengklasifikasikan Antono sebagai “MALARIA”. Karena hasil pemeriksaan RDT positif maka jenis malarianya adalah falsiparum DAERAH RISIKO TINGGI MALARIA Ada tanda bahaya umum ATAU Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM Demam (pada anamnesis atau pada perabaan, atau suhu 37,5 °C atau lebih) MALARIA 3. Karena Antono mempunyai ruam yang menyeluruh dan mata merah, ia menunjukkan gejala yang mengarah pada campak. Untuk mengklasifikasikan campak Antono, petugas melihat tabel klasifikasi untuk campak. 4. Petugas melihat lajur pertama. Antono tidak menunjukkan tanda bahaya umum, kornea tidak keruh dan tidak ada luka yang dalam atau luas pada mulutnya.Antono tidak menderita CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT.
  • 51. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 48 5. Selanjutnya petugas melihat lajur kedua. Matanya tidak bernanah.Tidak ada luka pada mulut.Antono tidak diklasifikasikan CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI MATA ATAU MULUT 6. Akhirnyapetugasmelihatlajurketiga.Antonomenderitacampaktetapiiatidakmenunjukkan gejala-gejala dari lajur pertama dan kedua. Petugas mengklasifikasikan Antono sebagai CAMPAK. • Ada tanda bahaya umum ATAU • Kekeruhan pada kornea mata ATAU • Luka dimulut yang dalam atau luas CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI BERAT • Mata bernanah ATAU • Luka di mulut CAMPAK DENGAN KOMPLIKASI PADA MATA DAN/ ATAU MULUT Terdapat campak saat ini atau dalam 3 bulan terakhir CAMPAK I. Klasifikasi Demam Untuk Demam Berdarah Dengue (DBD) Semua anak dengan demam 2 hari sampai dengan 7 hari harus diklasifikasikan untuk Demam Berdarah Dengue setelah dilakukan penilaian untuk malaria (dan mungkin campak). Ada tiga kemungkinan klasifikasi DBD: • Ada tanda-tanda syok atau gelisah ATAU • Muntah bercampur darah/seperti kopi ATAU • Berak berwarna hitam ATAU • Perdarahan dari hidung atau gusi ATAU • Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji Torniket positif (*) ATAU • Sering muntah. DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) • Demam mendadak tinggi dan terus menerus ATAU • Nyeri ulu hati atau gelisah ATAU • Bintik perdarahan di kulit dan uji Torniket negatif MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE • Tidak ada satupun gejala di atas DEMAM: MUNGKIN BUKAN DEMAM BERDARAH (*) Jika ada sedikit petekie, tanpa tanda lain dari DBD dan uji Torniket tidak dapat dilakukan, klasifikasikan sebagai DBD
  • 52. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 49 1. DEMAM BERDARAH DENGUE Bahaya utama dari DBD adalah perdarahan yang dapat mengakibatkan syok dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian.Oleh karena itu pada DBD, yang terpenting adalah mencegah atau menangani syok. Jika seorang anak menunjukkan gejala syok seperti: ujung ekstremitas teraba dingin dan nadi lemah atau tak teraba atau ada tanda lain seperti muntah bercampur darah atau berwarna seperti kopi atau beraknya kehitaman, perdarahan yang berat dari hidung atau gusi, bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji Torniket positif atau sering muntah tanpa diare, klasifikasikan anak tersebut sebagai DEMAM BERDARAH DENGUE atau pada lajur pertama 2. MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Jika anak menunjukkan salah satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini : nyeri ulu hati atau bintik perdarahan di kulit tapi uji Torniketnya negatif, Klasifikasikan anak itu sebagai MUNGKIN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD). Kadang-kadang gejala tersebut diatas juga dapat dijumpai pada penyakit lain seperti campak, infeksi virus lainnya, sepsis, dll. Meskipun demikian, hingga suatu diagnosis yang pasti dapat dibuat, anak yang menunjukkan salah satu dari gejala-gejala tersebut harus diklasifikasikan sebagai : Mungkin DBD atau pada lajur kedua. 3. DEMAM : MUNGKIN BUKAN DBD Jika anak tidak menunjukkan gejala-gejala DBD atau Mungkin DBD, maka kecil kemungkinan bahwa demam anak itu disebabkan oleh DBD. Anak ini diklasifikasikan sebagai menderita DEMAM: MUNGKIN BUKAN DBD atau pada lajur ketiga. Cari penyebab lain demam, misalnya: faringitis, tonsilitis, abses, dll. J. PENILAIAN DAN KLASIFIKASI MASALAH TELINGA Salah satu masalah telinga pada anak adalah infeksi telinga.Jika seorang anak menderita infeksi telinga, nanah terkumpul di belakang gendang telinga yang menyebabkan nyeri dan seringkali demam. Jika infeksi tidak diobati, gendang telinga mungkin pecah, nanah keluar dan anak akan
  • 53. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 50 berkurang rasa sakitnya. Anak akan berkurang pendengarannya sebab gendang telinganya berlubang. Kadang-kadang infeksi menyebar dari telinga ke tulang di belakang telinga (mastoid) menyebabkan mastoiditis.Infeksi dapat juga menyebar dari telinga ke otak dan menyebabkan meningitis (radang selaput otak).Kedua penyakit berat ini memerlukan perhatian mendesak dan rujukan. 1. MENILAI MASALAH TELINGA Seorang anak dengan masalah telinga dinilai untuk: • Nyeri telinga. • Adanya nanah/cairan dari telinga. • Jika ada nanah, berapa lama telinga anak itu mengeluarkan nanah. • Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga sebagai tanda mastoiditis. Di bawah ini adalah kotak dari kolom “Penilaian” yang menunjukkan cara menilai anak untuk masalah telinga APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA? JIKA YA, TANYAKAN : • Apakah telinganya sakit? • Adakah nanah/cairan keluar dari telinga? Jika Ya, berapa lama? LIHAT DAN RABA : • Lihat, adakah cairan/nanah keluar dari telinga? • Raba, adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga? Tanyakan tentang masalah telinga kepada SEMUA anak sakit. TANYA : Apakah anak mempunyai masalah telinga? Jika ibu menjawab TIDAK, jangan menilai anak itu untuk masalah telinga. Lanjutkan ke pertanyaan berikutnya yaitu memeriksa status gizi dan anemia. Jika ibu menjawab YA, ajukan pertanyaan berikut: TANYA: Apakah telinganya sakit? Telinga sakit dapat berarti bahwa anak mempunyai infeksi telinga. Jika ibu tidak pasti apakah ada sakit telinga, tanyakan apakah anak rewel dan sering menggosok telinganya.
  • 54. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 51 TANYA: Adakah nanah/cairan keluar dari telinga? Jika ya, sudah berapa lama? Cairan/nanah juga merupakan tanda infeksi. Ketika bertanya tentang cairan/nanah dari telinga, gunakan kata-kata yang dimengerti ibu. Jika anak mengeluarkan cairan/nanah dari telinganya, tanyakan sudah berapa lama. Ibu mungkin perlu LIHAT: Adanya cairan/nanah keluar dari telinga Cairan/nanah yang keluar dari telinga merupakan suatu tanda infeksi, meskipun anak sudah tidak merasa sakit lagi. Lihat ke dalam telinga anak untuk memeriksa apakah ada cairan/nanah yang keluar dari telinga.mengingat kapan cairan/ nanah mulai keluar. RABA: Adanya pembengkakan yang nyeri di belakang telinga Raba bagian belakang kedua telinga.Bandingkan keduanya dan tentukan apakah ada pembengkakan yang nyeri pada tulang mastoid.Pada bayi, pembengkakan mungkin ada di atas telinga. Untuk mengklasifikasikan mastoiditis, rasa nyeri dan pembengkakan harus ada kedua-duanya. Mastoiditis adalah suatu infeksi di dalam tulang mastoid. Jangan kacaukan pembengkakan tulang ini dengan pembesaran kelenjar getah bening. 2. KLASIFIKASI MASALAH TELINGA Ada empat klasifikasi untuk masalah telinga: a. MASTOIDITIS Jika anak mempunyai pembengkakan yang nyeri di belakang telinga, klasifikasikan sebagai MASTOIDITIS. b. INFEKSI TELINGA AKUT Jika ada nyeri telinga atau,Anda melihat cairan/nanah keluar dari telinga dan dilaporkan sudah berlangsung selama kurang dari 14 hari klasifikasikan sebagai INFEKSI TELINGA AKUT. c. INFEKSI TELINGA KRONIS Jika Anda melihat cairan/nanah keIuar dari telinga dan sudah berlangsung selama 14 hari atau lebih, klasifikasikan sebagai INFEKSI TELINGA KRONIS.
  • 55. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 52 d. TIDAK ADA INFEKSI TELINGA Jika tak ada nyeri telinga dan tidak ada cairan/nanah yang keluar dari telinga diklasifikasikan sebagai TAK ADA INFEKSI TELINGA. Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga MASTOIDITIS Tampak cairan / nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari ATAU Nyeri telinga INFEKSI TELINGA AKUT Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih INFEKSI TELINGA KRONIS Tidak ada sakit telinga DAN tidak ada cairan / nanah keluar dari telinga TIDAK ADA INFEKSI TELINGA
  • 56. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 53 Rangkuman 1. Seorang ibu akan membawa anaknya ke klinik jika ada suatu masalah atau gejala khusus. Jika Anda hanya memeriksa anak itu untuk masalah atau gejala khusus tersebut, maka Anda mungkin akan melewatkan tanda-tanda penyakit yang lain. Tanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama yang sering terjadi pada anak : a. Batuk atau sukar bernapas. b. Diare. c. Demam. d. Masalah telinga. 2. Apabila ada keluhan utama, Anda dapat melakukan penilaian lebih lanjut gejala yang berhubungan dengan keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan 3. Klasifikasi anak dengan batuk terdiri dari: pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan puneumonia. 4. Klasifikasi diare terdiri dari : klasifikasi dehidrasi, klasifikasi diare persisten dan klasifikasi disentri a. Klasifikasi dehidrasi terdiri dari: diare dehidrasi berat, diare dehidrasi ringan/sedang dan diare tanpa dehidrasi. b. Klasifikasi diare pesisten terdiri dari: diare persisten berat dan diare persisten c. klasifikasi disentri yaitu bila ada darah dalam tinja. 5. Anak dengan demam mungkin menderita malaria, campak, dan demam berdarah a. Klasifikasi demam untuk malaria terdiri dari: penyakit berat dengan demam, malaria, dan demam mungkin bukan malaria. b. Klasifikasi demam untuk campak terdiri dari: campak dengan komplikasi berat, campak dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut, dan campak.
  • 57. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 54 c. Klasifikasi demam untu demam berdarah dengue (DBD) : demam berdarah dengue, mungkin demam berdarah, dan demam mungkin bukan demam berdarah. 6. Klasifikasi masalah telinga ada 4 yaitu: mastoiditis, infeksi telingan akut, infeksi telinga kronis dan tidak ada infeksi telinga.
  • 58. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 55 Evaluasi Formatif Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih satu jawaban yang paling benar 1. Salah satu keluhan utama pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun adalah: a. Batuk atau sukar bernafas b. Kejang c. Tidak sadar d. Mimisan 2. Tanda stridor/bunyi nafas kasar pada anak dikatakan sudah bahaya apabila ditemukan disaat: a. Tenang b. Batuk c. Bermain d. Diperiksa 3. Di klasifikasikan sebagai Pneumonia bila: a. Ada tanda bahaya umum b. Ada tarikan dinding dada c. Ada stridor d. Nafas cepat 4. Pertanyaan yang penting bila anaknya diare antara lain: a. Sudah berapa lama b. Apakah perutnya mules c. Apakah matanya cekung d. Apakah beratnya turun 5. Klasifikasi diare dehidrasi berat bila ditandai: a. Gelisah dan rewel b. Mata cekung c. Tidak bisa minum dan mata cekung d. Cubitan kulit perut kembali lambat
  • 59. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 56 Tugas Mandiri Bacalah studi kasus berikut ini. Catat gejala dari masing-masing anak dan klasifikasikan Kasus Nabilla, anak perempuan umur 3 tahun, berat badan 13 kg, tinggi badan 86 cm. suhu badan 37.50C. Ibu datang ke klinik hari ini karena anak demam selama 2 hari terakhir. Ia menangis tadi malam dan berkata bahwa telinganya sakit. Ibu berkata bahwa ia merasa pasti telinga Nabilla sakit. Hampir sepanjang malam anak menangis karena telinganya sakit.Petugas tidak menemukan cairan/nanah yang keluar dari telinga anak.Ia meraba bagian belakang telinga dan merasakan pembengkakan yang nyeri di belakang salah satu telinga. Catat gejala-gejala masalah telinga Nabilla dan klasifikasikan pada formulir pencatatan berikut ini: PENILAIAN (lingkari semua gejala yang ditemukan) KLASIFIKASI APAKAH ANAK MEMPUNYAI MASALAH TELINGA? • Apakah ada nyeri telinga? • Adakah cairan/nanah keluar dari telinga? Jika Ya, sudah berapa lama?_______hari Ya Tidak ____ •Lihat adanya cairan/nanah keluar dari telinga. • Raba adanya pembengkakan yang nyeri di belakang telinga
  • 60. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 57 Kegiatan Belajar 3 Memeriksa Dan Mengklasifikasikan Status Gizi, Anemia dan Imunisasi Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3 diharapkan Anda dapat memeriksa dan mengkla- sifikasikan status gizi, anemia dan imunisasi serta memeriksa pemberian vitamin A pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 3, diharapkan Anda dapat : 1. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 2. Memeriksa dan mengklasifikasikan anemia pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status imunisasi anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 4. Memeriksa pemberian Vitamin A pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 5. Menilai masalah/keluhan lain yang dihadapi anak pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun 1. Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi 2. Memeriksa dan mengklasifikasikan anemia 3. Memeriksa dan mengklasifikasikan status imunisasi 4. Memeriksa pemberian Vitamin A 5. Menilai masalah/keluhan lain yang dihadapi anak. Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pokok - Pokok Materi
  • 61. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 58 Uraian Materi Setelah Anda memahami tentang cara melakukan penilaian gejala yang berhubungan dengan keluhan utama dan membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan, selanjutnya Anda akan mempelajari tentang cara memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, status anemia dan status imunisasi serta memeriksa keluhan lain yang dihadapi oleh anak. A. MEMERIKSA DAN MENGKLASIFIKASIKAN STATUS GIZI Seorang ibu biasanya membawa anaknya ke klinik karena anak sakit akut.Anak yang sakit mungkin saja kurang gizi, tapi petugas kesehatan atau keluarganya mungkin tidak melihat masalah ini.Anak yang kurang gizi mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk berbagai jenis penyakit dan kematian. Mengenali dan menangani anak kurang gizi akan membantu mencegah berbagai penyakit berat dan kematian. Beberapa kasus kurang gizi dapat ditangani di rumah, sedang anak sangat kurus dan / atau edema memerlukan rujukan ke rumah sakit guna mendapatkan penanganan khusus, untuk penyakit penyerta/ penyulit misalnya: TBC, diare kronis, ISPA, Campak dan penyakit infeksi lainnya. Anak yang menderita kurang gizi juga cenderung menderita kekurangan vitamin A (KVA) karena makanannya juga kurang mengandung vitamin A. Apabila KVA itu berlanjut, akan timbul Gambar : Sayuran salah satu pangan yang memiliki berbagai kandungan gizi yang baik untuk tubuh
  • 62. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 59 kekeringan pada mata yang disebut Xerophthalmia dan mempunyai risiko untuk menjadi buta. Gejala klinis Kurang Vitamin A (KVA) pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan penyakit infeksi lainnya. 1. Penyebab gangguan gizi Salah satu jenis kurang gizi makro adalah kurang energi protein (KEP) yang terjadi apabila seorang anak tidak mendapat cukup energi atau protein dari makanan.Seorang anak yang sering sakit dapat menderita kurang gizi.Napsu makan anak berkurang, dan makanan yang dimakan tidak digunakan secara efisien. 2. Apabila seorang anak kurang gizi: • Anak mungkin tampak sangat kurus, suatu tanda dari marasmus. • Anak mungkin menunjukkan edema, suatu tanda dari kwashiorkor. Seorang anak yang makanannya kurang mengandung vitamin dan mineral yang dianjurkan, dapat menderita kurang zat gizi mikro, seperti : • Kurang vitamin A mempunyai risiko lebih besar menderita kebutaan. • Kurang asupan makanan yang mengandung yodium akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu (kretin). Gambar : kwashiorkor salah satu tanda kekurangan gizi
  • 63. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 60 3. Menilai status giziI Kotak di bawah ini adalah bagian dari kolom PENILAIAN DAN KLASIFIKASI yang menggam- barkan cara menilai STATUS GIZI seorang anak LIHAT DAN RABA: • Lihat apakah anak tampak kurus atau sangat kurus? • Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki. • Tentukan Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan, apakah : - BB / PB (TB) < - 3 SD - BB / PB (TB) ≥ - 3 SD - < - 2 SD - BB / PB (TB) - 2 SD - + 2 SD a. LIHAT: Apakah anak tampak kurus atau sangat kurus? Untuk mengetahui apakah anak tampak sangat kurus, buka pakaian anak.Lihat di sekitar otot-otot bahu, lengan, bokong dan kaki.Perhatikan apakah tulang rusuknya kelihatan.Pinggul anak mungkin kelihatan kecil jika dibandingkan dengan dada dan perutnya.Lihat anak dari samping, apakah lemak telah hilang dari bokongnya.Pada keadaan ekstrim, terdapat banyak lipatan kulit pada bokong dan paha, sehingga anak kelihatan seperti memakai celana baggy (celana yang longgar).Wajah anak sangat kurus mungkin masih tampak normal, atau seperti orang tua.Perutnya buncit.Bila gejala-gejala diatas kurang jelas, anak disebut kurus. b. LIHAT dan RABA pembengkakan pada kedua punggung kaki Anak dengan pembengkakan pada kedua kakinya mungkin menderita kwashiorkor, suatu bentuk lain dari sangat kurus, salah satu tipe dari gizi buruk. Bengkak terjadi apabila sejumlah besar cairan berkumpul dalam jaringan tubuh anak.Jaringan terisi cairan dan kelihatan bengkak. Tanda-tanda lain yang biasa dijumpai pada kwashiorkor adalah kurus, rambut jarang dan tipis serta mudah rontok; kulit kering dan bersisik terutama pada lengan dan tungkai; wajah bengkak seperti bulan purnama (“moon face”). Lihat dan raba untuk menentukan apakah ada edema (pembengkakan) pada kedua punggung kakinya. Gunakan ibu jari Anda untuk menekan dengan lembut selama beberapa detik pada kedua punggung kaki Dikatakan ada
  • 64. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 61 edema jika terdapat lekukan pada kakinya ketika ibu jari diangkat. 4. TENTUKAN Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan. Berdasarkan standar baru Antropometri WHO MGRS 2005 (Multicentre Growth Reference Standard) ada 4 indikator yaitu : 1. PB atau TB/U. : Panjang Badan / Tinggi Badan menurut Umur. 2. BB/U : Berat Badan menurut Umur. 3. BB/PB atau TB : Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan. 4. BMI/U Indikator BB/U dilakukan oleh kader di Posyandu dengan menimbang, hasilnya dicantumkan pada KMS.Selanjutnya dilakukan validasi oleh petugas di Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dengan indikator PB/U atau TB/U dan BB/PB.Indikator pertumbuhan kemudian dibandingkan dengan garis Z-score untuk menentukan apakah terjadi gangguan pertumbuhan pada balita atau tidak. Menggunakan indikator BB/PB atau TB, Z-score mempunyai 7 kategori, yaitu : • > + 3 SD : Obesitas • > + 2 SD : Gemuk • > + 1 SD : Risiko gemuk • 0 : Median (Normal) atau gizi baik • < - 1 SD : Normal atau gizi baik. • < - 2 SD : Kurus atau gizi kurang. • < - 3 SD : Sangat kurus atau gizi buruk. Dengan demikian, ISTILAH BGM sudah tidak dipakai lagi, Menggunakan indikator PB atau TB/U, • < - 2 SD : Disebut pendek, dan • < - 3 SD : Disebut sangat pendek dan menggunakan indikator BB/U, • < - 2 SD : Disebut Berat Badan kurang, dan • < - 3 SD : Disebut BB sangat kurang.
  • 65. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 62 5. Klasifikasi status gizi Ada tiga klasifikasi untuk status gizi seorang anak, yaitu: • Badan sangat kurus ATAU • BB / PB (TB) < - 3 SD ATAU • Bengkak pada kedua punggung kaki SANGAT KURUS DAN / ATAU EDEMA • Badan kurus ATAU • BB / PB (TB) ≥ - 3 SD ─ < - 2 SD KURUS • BB / PB (TB) - 2 SD ─ +2 SD DAN •Tidak ditemukan tanda-tanda kelainan gizi diatas NORMAL a. SANGAT KURUS DAN / ATAU EDEMA Jika anak tampak sangat kurus atau BB/PB (TB) < - 3 SD atau bengkak pada kedua punggung kaki, diklasifikasikan anak sebagai SANGAT KURUS DAN /ATAU EDEMA Anak tersebut mempunyai risiko kematian karena pneumonia, diare, campak dan penyakit berat lainnya. b. KURUS Anak dengan BB/PB (TB) ≥ - 3 SD ─ < - 2 SD atau badan kurus diklasifikasikan sebagai KURUS dan Mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk penyakit yang berat. c. NORMAL Jika BB/PB (TB) - 2 SD ─ + 2 SD DAN tidak ditemukan tanda-tanda kelainan gizi lain, diklasifikasikan NORMAL. Untuk menilai status gizi tidak memakai KMS, tetapi menggunakan Grafik standar Pertumbuhan WHO 2005 pada halaman berikut, grafik yang berbeda untuk anak laki-laki dan perempuan.
  • 66. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 63 Berat Badan menurut Panjang Badan anak LAKI-LAKI usia 0-2 tahun Berat Badan menurut Tinggi Badan anak LAKI-LAKI usia 2-5 tahun
  • 67. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 64 Berat Badan menurut Panjang Badan anak PEREMPUAN usia 0-2 tahun Berat Badan menurut Tinggi Badan anak PEREMPUAN usia 2-5 tahun
  • 68. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 65 B. MEMERIKSA ANEMIA Kekurangan zat besi pada makanan dapat mengakibatkan anemia. Anak dapat juga menderita anemia sebagai akibat dari : • Malaria yang dapat menghancurkan sel darah merah dengan cepat. Anak-anak dapat menderita anemia jika mereka berulang kali menderita malaria atau jika malaria tidak diobati dengan benar. Seringkali, anemia pada anak-anak ini disebabkan oleh kekurangan gizi dan malaria. • Parasit seperti cacing tambang atau cacing cambuk. Cacing ini dapat menyebabkan kehilangan darah dari usus dan menyebabkan anemia. 1. MENILAI ANEMIA. Kotak di bawah ini adalah bagan dari kolom PENILAIAN DAN KLASIFIKASI yang menggambarkan cara menilai seorang anak untuk ANEMIA LIHAT : • Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan. Apakah : - Sangat pucat - Agak pucat a. LIHAT : Tanda kepucatan pada telapak tangan Buka tangan anak pelan-pelan, sehingga kita dapat melihat telapak tangannya. Jangan menarik jari-jari tangannya ke belakang, karena tangan akan terlihat lebih pucat akibat terhalangnya aliran darah. Bandingkan warna telapak tangan anak dengan telapak tangan Anda sendiri atau anak yang lain. Jika kulit telapak tangan anak itu pucat, dikatakan bahwa anak itu agak pucat.Jika kulit telapak tangan anak itu pucat sekali sehingga kelihatan putih, dikatakan anak itu sangat pucat. Kepucatan bisa juga di deteksi melalui konjungtiva, akan tetapi kepucatan pada telapak tangan merupakan indikator yang lebih baik.dan lebih mudah memeriksanya Cara memeriksa kepucatan telapak tangan
  • 69. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 66 2. KLASIFIKASI ANEMIA Telapak tangan sangat pucat ANEMIA BERAT • Telapak tangan agak pucat ANEMIA • Tidak ditemukan tanda-tanda kepucatan pada telapak tangan TIDAK ANEMIA a. ANEMIA BERAT Jika telapak tangan anak terlihat sangat pucat, klasifikasikan ANEMIA BERAT. b. ANEMIA Jika telapak tangan anak terlihat agak pucat, klasifikasikan sebagai ANEMIA c. TIDAK ANEMIA Jika tidak ditemukan tanda-tanda kepucatan pada telapak tangan, klasifikasikan sebagai TIDAK ANEMIA 3. MEMERIKSA STATUS IMUNISASI ANAK Periksa status imunisasi pada semua anak sakit. Sesudah diterbitkannya SK Menkes RI nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi, jadwal pemberian imunisasi berbeda untuk kelahiran di rumah dan di sarana kesehatan, sedangkan vaksin DPT dan Hepatitis B tercampur dalam satu suntikan yang disebut Combo, Jadwal terkini pemberian imunisasi bagi bayi yang lahir di rumah dan di sarana pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. JADWAL IMUNISASI BAYI LAHIR DI RUMAH UMUR JENIS VAKSIN TEMPAT 0-7 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan HB 0 BCG, Polio 1 DPT/HB 1, Polio 2 DPT/HB 2, Polio 3 DPT/HB 3, Polio 4 Campak Rumah Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu Posyandu